laporan bte siambul
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
BOTANI TANAMAN EKONOMI
(Di Desa Siambul, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau)
OLEH:
KELOMPOK : 5
SRI SUKARTI
R.A. DIAH SULISTYO
ANGRIAWAN MARKAL
KIKI ANGGRAINI
IMELDA SYAFITRI
SEPTRI WAHYUDI RS
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia yang berada di wilayah tropika mempunyai tumbuh-tumbuhan yang
beranekaragam serta merupakan negara kedua setelah Brazilia yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan sangat besar nilainya bagi kepentingan dan
kesejahteraan manusia. Salah satu manfaat tumbuhan bagi masyarakat adalah sebagai obat.
Bahkan saat ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat telah berkembang sangat pesat,
baik dalam bidang fitokimia maupun farmakologinya. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan
merupakan sumber kimia hayati yang terus menerus berproduksi melalui proses biogenesis dan
rekayasa bioteknologi alami, serta dibantu oleh laju fotosintesis yang berlangsung sepanjang
tahun (Anonim 2011).
Penelusuran senyawa-senyawa aktif farmakologis dari tumbuhan-tumbuhan ini salah
satunya dapat bersumber dari etnobotani yaitu informasi mengenai penggunaan dan khasiat
tumbuhan obat tertentu yang digunakan oleh masyarakat secara turun temurun. Dalam
perkembangan pengobatan tradisional dilaporkan bahwa beberapa jenis tumbuhan dapat
digunakan sebagai obat penurun panas, obat diare, mengobati beberapa penyakit kulit, dan lain
sebagainya termasuk sebagai antioksidan. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat dapat
berupa daun, batang, dan akar. Hasil kandungan kimia dari tumbuhan yang dilaporkan
berdasarkan senyawa yang diisolasi, dilaporkan memiliki bioaktivitas salah satunya sebagai
antioksidan.
2. Perumusan Masalah
Masyarakat lebih percaya untuk mengkonsumsi obat kimia dibandingkan tanaman obat.
Penggunaaan tanaman obat dianggap kuno dan tidak banyak memberikan hasil. Hal ini membuat
potensi tanaman obat di Indonesia masih belum banyak termanfaatkan. Baru beberapa tahun
belakangan ini, ada kecenderungan dunia untuk kembali ke alam atau “back to nature” membuat
masyarakat kembali kepada tanaman obat. Hal itu tidak terlepas dikarenakan beberapa
kelemahan obat kimia antara lain terdapat efek samping, resistensi obat yang tinggi, terakumulasi
di tubuh dan harganya pun mahal. Selain kecenderungan “back to nature”, keadaan krisis
ekonomi berkepanjangan yang melanda Indonesia membuat biaya kesehatan semakin mahal.
Obat kimia sudah menjadi barang mewah bagi sebagian besar masyarakat sehingga
berbagai tanaman berkhasiat obat mulai di lirik kembali sebagai pengobatan alternatif yang bisa
diperoleh dari berbagai tanaman di sekeliling kita. Selama ini, masyarakat hanya tahu menanam,
namun tidak tahu menggunakannnya, selain itu kalau ada keluarga mereka sakit lebih memilih
kerumah sakit dan menggunakan obat-obat kimia, padahal disekiling kita ada berbagai jenis
tanaman obat yang bisa dimanfaatkan. Halaman rumah tampak menghijau disesaki berbagai jenis
tanaman hias dan obat-obatan yang tertata rapi.
3. Tujuan
Tujuan dari praktikum lapangan ini adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat/kasiat tanaman obat tradisional disekitar kita
baik generasi tua maupun generasi muda yang semakin luntur budaya tradisionalnya.
2. Meningkatkan Kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan penanaman tanaman.
3. Menghindari ketergantungan pada obat kimia.
4. Manfaat
Manfaatdari praktikum lapangan ini adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat
2. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan tanaman obat.
3. Pemberdayaan lingkungan agar semakin indah dan asri setelah ditanami tanaman obat.
4. Terciptanya pendidikan kesehatan pada masyarakat yang notabene masyarakat khususnya
dipedesaan mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang lebih dan perlu pelestarian dan
pemberdayaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman obat
Dewasa ini pengobatan secara alami menggunakan tanaman obat sedang menjadi tren di
tengah masyarakat kita. Taman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman
rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat
sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat
atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Manusia telah menggunakan bahan-bahan alam dari tumbuh-tumbuhan untuk digunakan
sebagai bahan obat guna mengobati penyakit yang dideritanya.Demikian pula di Indonesia,
secara tradisional masyarakatnya telah menggunakan bahan-bahan alam tersebut untuk
mengobati berbagai macam penyakit dan kenyataan menunjukkan, bahwa dengan bantuan obat-
obatan asal bahan alamtersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya.
Penggunaan obat tradisional atau obat asli Indonesia mengalami peningkatan, baik untuk
pemeliharaan kesehatan maupun untuk pengobatan gangguan kesehatan. Tumbuhan yang dipakai
sebagai obat tradisional mempunyai aktivitas biologis karena mengandung berbagai senyawa
kimia yang dapat mempengaruhi sel-sel hidup suatu organisme.
2.2. Metabolit Sekunder
Kandungan kimia pada tumbuhan antara lain saponin, flavonoid dan alkaloid. Flavonoid
terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekalidijumpai hanya flavonoid tunggal
dalam jaringan tumbuhan. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan terikat pada gula
sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang manapun mungkin saja terdapat dalam satu
tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Semua flavonoid, menurut strukturnya
merupakan turunan senyawa induk flavon. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam
air. Mereka dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak
ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya
berubah bila ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksi pada kromatogram atau
dalam larutan.
2.3. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belummengalami
pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain dan biasanya berupabahan yang telah dikeringkan.
Proses ekstraksi merupakan proses penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat
dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Ekstrak adalah
sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani
menggunakan pelarutyang sesuai. Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massaatau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sediaan ekstrak dibuat agar zat berkhasiat dari simplisia mempunyai kadar yang
tinggi sehingga memudahkan dalam pengaturan dosis
Pemilihan larutan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Larutan penyari yang
baik harus memenuhi kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia,
bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, tidak mempengaruhi zat
berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan.
2.4. Suku Talang Mamak
Salah satu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesiaadalah keanekaragaman sukunya.
Diantara sekian banyaksuku tersebut terdapat suku asli yang tinggal di daerah-daerah tertentu di
Indonesia. Di Riau, terdapat sebuah suku yang dikenal dengan suku talang mamak. Menurut
sebagian ahli, suku ini termasuk ke dalam golongan Melayu Tua atau Proto Melayu yang
merupakan suku asli Indragiri dengan sebutan “suku Tuha”, yang berarti suku pertama datang.
Mereka tersebar di empat kecamatan yaitu Batang Gangsal, Cenaku, Kelayang, dan Rengat
Barat, Kabupaten Indragiri Hulu. Melayu Tuo atau Proto Melayu merupakan kelompok manusia
yang datang dari BenuaAsia, yaitu dari daerah Yunan yang termasukwilayah Cina Selatan.
Diperkirakan merekadatang ke Pulau Sumatera sekitar 400 tahun sebelum masehi.
Selain di Riau, diProvinsi Jambi juga terdapat sekelompoksuku Talang Mamak yang
berada di Dusun Semarantihan, Desa Suo-Suo, Kecamatan Sumai, Kabupaten Tebo, Jambi.
Secara garis besar, mereka bermukin di tiga wilayah yang berbeda, yaitu di sekitaran Taman
Nasional Bukit Tiga Puluh (wilayah utara Provinsi Jambi), Taman Nasional Bukit Dua Belas,
dan di sepanjang jalan lintas Sumatera (wilayah selatan Provinsi Jambi). Mereka masih hidup
secara sangat tradisional, tinggal berpindah-pindah secara berkelompok dari satu hutan ke hutan
lainnya di wilayah Provinsi Jambi dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu.
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) adalah kawasan pelestarian alam yang secara
geografis terletak pada 0o 40’ – 1o 25’ LS dan 102o 30’ – 102o 50’ BT dengan luas 144.223 ha.
Secara administratif kawasan ini terletak di dua propinsi yaitu propinsi Riau pada kabupaten
Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir serta Propinsi Jambi pada Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dan Tebo, dengan lebih dari 77% wilayahnya berada di Propinsi Riau. Sedangkan panjang batas
kawasan TNBT keseluruhan adalah ± 330,76 km yang meliputi ±197.50 km di wilayah
Propivinsi Riau dan ±83 km untuk wilyah Provinsi Jambi. Selain itu TNBT merupakan kawasan
konservasi pertama yang ditetapkan dari perubahan fungsi lahan HPH aktif serta hutan lindung,
sehingga pada proses pembentukannya terjadi tarik ulur jumlah luasan.
Tujuan dari penetapan TNBT adalah untuk melindungi proses ekologis yang menunjang
kehidupan, mengawetkan jenis flora, fauna dan ekosistem yang ada di kawasan taman nasional
serta untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, kegiatan
penunjang budidaya, serta kepariwisataan dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam secara
lestari. Secara keseluruhan batas-batas kawasan TNBT adalah sebagai berikut :
1. Utara (Riau) : berbatasan dengan beberapa desa, yaitu : rantau Langsat, Sungai Akar, Talang
Langkat, Siambul dan Usul.
2. Timur (Riau-Jambi) : berbatasan dengan hutan produksi dan beberapa desa, yaitu : Keritang,
Batu Ampar, Selensen, Suban, Labuhan Dagang, dan Merlung.
3. Selatan (Jambi) : berbatasan dengan areal IUPHHKT (PT. WKS), kawasan eks. HPH PT.
Dalek Hutani Esa dan beberapa desa, yaitu : Suo-Suo, Semambu, Muaro Sekalo dan Dusun
Semerantihan.
4. Barat (Riau) : berbatasan dengan areal IUPHHKT (PT. RAPP) dan beberapa desa, yaitu :
Puntianai, Sipang, Alim, Batu Papan, dan Aur Cina.
Menyadari arti penting keberadaan TNBT dalam kesatuan ekosistem yang utuh yang
perlu dilestarikan dalam rangka mendukung perlidungan sistem penyangga kehidupan, terdapat
beberapa agenda-agenda penyalamatan ekosistem Bukit.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Bahan dan Alat
1. Sampel tanaman
2. Mortar
3. Larutan HCl
4. Larutan H2SO4
5. Klorofoam
6. Serbuk Mg
7. Tabung reaksi
8. Rak tabung reaksi
9. Bunsen
10. Gunting tanaman
3.2. Metode
1. Dilakukan dengan metode wawancara kepada tetua yang ada di wilayah Siambul, Batang
Gangsal, Indragiri Hulu.
2. Uji metabolit sekunder.
A. Pengujian Alkaloid
1. Bahan segar (4 g) dipotong-potong dan ditumbuk dalam lumpang, dan
ditambahkan 10 ml kloroform.
2. Ditambahkan kloroform amoniak ke dalam lumping dan sambil digerus.
3. Ekstrak kloroform disaring ke dalam tabung reaksi.
4. Ditambahkan H2SO4 (10-20 tetes) dan terbentuk lapisan kloroform (bawah).
5. Lapisan asam dipipetke dalam tabung reaksi lain, lalu diuji dengan pereaksi
dragendroff 1-2 tetes.
6. Uji positif ditandai dengan adanya endapan jingga sampai merah coklat.
B. Pengujian Flavonoid dan Saponin
1. 4 g bahan segar dipotong kecil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan air sampai bahan terendam.
3. Dididihkan dengan api langsung.
4. Air rebusan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lain.
5. Untuk pengujian Falvonoid, air rebusan diambil sebanyak 5 tetes kedalam tabung
reaksi kecil, lalu ditambahkan HCl pekat (sekitar 0,5 volume air) dan beberapa
serbuk Mg.
6. Uji positif ditandai warna merah.
7. Pengujian Saponin, air rebusan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok
kuat.
8. Hasil positif ditandai dengan pembentukan busa permanen selama 15 menit.
C. Deskripsi Tempat
Praktikum ini dilakukan di Siambul yang merupakan salah satu desa yang ada
di kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, Indonesia.
Sampel dari tanaman diperoleh dari pekarangan rumah-rumah warga.
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil1. Survey Tanaman Obat *
No Nama Lokal Kegunaan Bagian yang digunakan
Cara penggunaan
Tanaman obat di sekitar halaman rumah masyarakat
1 Hingor-hingor Untuk menyembuhkan sesak nafas, dan sebagai obat guna-guna (pelet)
Daun 3 helai daun diremas-remas dengan air secukupnya dan diminumkan sebanyak 3 kali sehari
2 Ati-ati Untuk mengobati sakit Maag
Daun 4 atau 5 helai
Daun diremas dengan air secukupnya dan diminum sebanyak 3 kali sehari.
3 Sedingin (Cocor bebek)
untuk berdukun Daun Daun diremas kemudian dibawa ke dukun untuk dimantra-mantrai kemudian di pakai untuk mandi
4 Bunga Abang Untuk menghilangkan pening (pusing)
Bunga dan daun
daun dan bunga secukupnya diremas dan di gunakan untuk mandi
5 Bayam Tujuh Untuk menghilangkan pening (pusing)
Bunga dan daun
daun dan bunga secukupnya diremas dan di gunakan untuk mandi
6 Bunga abang dengan daun hijau
Untuk menghilangkan pening (pusing)
Bunga dan daun
daun dan bunga secukupnya diremas dan di gunakan untuk mandi
7 Bunga sangga baya Digunakan bagi dukun yang akan mengobati pasien yang terkena sakit parah atau kronis.
Daun Daun diremas dengan air secukupnya dan dimandikan pada dukunnya sampai dukun tersebut kerasukan. Syarat lain adalah dalam pengobatan ini harus dihadiri masyarakat minimal 200 orang untuk berdoa agar pasien daat sembuh.
8 Keduduk Untuk mengobati darah tinggi (Tumbang Tegak)
Daun bagian pucuk
Daun diremas dengan air hangat secukupnya. Air remasan disaring dan diminum sebanyak 2 kali sehari.
9 Daun selasih Untuk pengobat sakit jantung
Daun dan akar
daun dan akar ditumbuk hingga halus dan ditambahkan air. Air perasan tersebut disaring dan diminum 3 kali sehari. Selain itu, selama pengobatan ini terdapat pantangan yang tidak boleh dilakukan pasien, yaitu tidak boleh makan ikan tenggiri dan makanan laut, karena dapat mengakibatkan gatal-gatal.
10 Setawar mengobati batuk, sesak nafas, keracunan dan muntaber berdarah
Daun dan Air batang muda
Batang yang masih muda dipatahkan dan airnya di tampung untuk diminumkan pasien sebanyak 3 kali sehari pada jam-jam tertentu yaitu pada jam 8 pagi, jam 12 siang, dan 3 sore.
13 Kayu Serai Untuk mengobati kanker tulang, tumor dan patah tulang
Daun dan Batang
Daun dan batang ditumbuk dan ditambahkan air secukupnya. Air perasan tersebut diminumkan pasien 2 kali sehari. Untuk mengobati patah tulang, selain pasien minum air perasan tersebut juga digunakan daun untuk pengobatan luar dengan cara menempelkan/membalutkan daun ganjil pada tangan yang sakit.
Tanaman obat di sekitar hutan
14 Akar Cirik Murai Untuk pengobatan sakit perut dan muntaber
Getah Batang di patahkan dan getahnya ditampung. Getah tersebut diminum sesuai keperluan.
15 Pasak Bumi Melindungi hati dari kerusakan ( Hepatoprotector) dan sebagai obat malaria
Akar Akar dipotong-potong dan direbus. Kemudian air rebusan akar pasak bumi diminum sesuai kebutuhan
16 Sibokal untuk pengobatan sakit biri-biri kering
Daun Daun secukupnya direbus dan diminum sesuai keperluan
17 Rambutan Pacat sebagai obat muntaber Akar akar ditumbuk dan direbus dengan air secukupnya. Air rebusan diminum 3 kali sehari.
18 Pagar-pagar Untuk mengobati masuk angin duduk
Daun Daun diremas dengan air secukupnya dan diminumkan sesuai keperluan hingga sembuh
19 Urat Kayu Pancil Untuk mengobati Demam dan mengeluarkan keringat
Akar Akar direbus dan diminumkan sesuai kebutuhan
20 Daun Akar Pura Untuk mengobati gatal-gatal
Akar dan daun
Akar direbus untuk diminum dan daunnya di gosok-gosokan ke kulit yan gatal.
21 1. Kayu Besi untuk mengobati kurap Daun Daun secukupnya ditumbuk dan dioleskan pada bagian yang terkena kurap.
22 Samak Untuk mengobati sakit kuning
Daun dan batang
Daun dan batang secukupnya direbus dan diminumkan 3 kali sehari selama 3 atau 4 hari atau sesuai kebutuhan
23 Cukur-cukur Untuk mengobati sakit kencing batu
Daun Daun direbus dan diminumkan hingga pasien sembuh
24 Akar Kait-kait Untuk membersihkan sisa-sisa darah dalam
Akar Akar direbus dan diminumkan pada ibu yang baru melahirkan sesuai kebutuhan
Rahim bagi ibu yang baru melahirkan sekaligus sebagai penambah stamina agar cepat sembuh
2. Uji Metabolit Sekunder
No
.
Nama Tanaman Alkaloid Flavonoid Saponin
1 Bunga Pandak / Melati - - +
2 Ati - ati + - -
3 Sedingin - - +
4 Bunga Abang Merah - + +
5 Bayam Tujuh + + -
6 Bunga Abang Hijau + - -
7 Bunga Sangga Baya - - +
8 Singkaduduk + - +
9 Limau Timun + - +
10 Selasih / Ruku-Ruku + - -
11 Sitawar + - +
12 Kayu Serai - + +
13 Akar Sirik Murai + - -
14 Pasak Bumi + - +
15 Sibokal + - -
16 Rambutan Pacat - - -
17 Pagar – Pagar + - +
18 Pancil + - +
19 Akar Parau - - +
20 Kayu Besi + - -
21 Samak - - +
22 Cukur – Cukur - + -
23 Kait - Kait - - +
*Gambar terlampir
4.2. Pembahasan
Interaksi yang lama antara masyarakat sekitar hutan dan hutan menumbuhkan kearifan
lokal masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan hutan yang ada. Kesadaran yang ada di
masyarakat tercipta karena kesadaran akan pentingnya hutan dan manfaat yang dirasa karena
adanya hutan dirasakan benar oleh masyarakat sekitar kawasan hutan.
Ketergantungan masyarakat sekitar kawasan hutan terhadap hutan sangat tinggi.
Masyarakat sekitar kawasan hutan menggantungkan hidupnya dari mengelola dan memanfaatkan
hutan yang ada. Salah satu bentuk pemanfaatan hutan adalah pemanfaatan keanekaragaman
tumbuhan yang ada baik untuk pangan, kayu bakar, obat, pakan ternak, kerajinan dan lain
sebagainya.
Suku Talang Mamak di desa Siambul di dominasi oleh masyarakat yang mayoritas
beragama khatolik dan sebagian kecil masih menganut kepercayaan terhadap roh-roh nenek
moyang atau Animisme. Dalam sistem pengobatan di suku Talang Mamak masyarakat masih
menggunakan tanaman obat tradisional yang mereka dapatkan baik di kebun, pekarangan rumh
maupun di hutan. Selain untuk pengobatan secara fisik, suku Talang Mamak juga menggunakan
tanaman obat tersebut sebagai ramuan dalam acara ritual berdukun.
Pemanfaatan spesies tumbuhan berguna berdasarkan asal tumbuhan tersebut
dikelompokkan kedalam tiga kelompok yakni tumbuhan yang berasal dari kebun, halaman dan
hutan. Dari hasil survey dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Siambul yang menggunakan
tanaman obat di sekitar halaman rumah mereka sangat sedikit. Hal ini dapat diketahui dari
jumlah jenis tanaman yang di temukan sekitar 11 jenis. Masyarakat suku Talang Mamak di Desa
Siambul tidak membudidayakan tanaman obat-obatan. Dari hasil survey tidak menemukan
adanya kebun tanaman obat-obatan. Tanaman obat yang ditemukan di sekitar hutan di Desa
Talang Mamak juga sedikit yaitu sekitar 12 jenis tanaman. Hal ini diakibatkan karena pengaruh
moderenisasi serta mulai masuknya perkebunan karet dan sawit di sekitar Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh.
Dari hasil uji senyawa kimia tanaman obat yang tedapat di Desa Siambul, terdapat 13 jenis
tanaman yang mengandung senyawa Alkaloid, 4 jenis tanaman yang mengandung senyawa
Flavonoid dan 14 jenis tanaman yang mengandung senyawa Saponin.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
1. Mayoritas masyarakat suku Talang Mamak masih menggunakan tanaman obat sebagai
pengobatan alternative.
2. Terdapat 23 jenis tanaman obat di Desa Siambul yang digunakan oleh masyarakat suku
Talang Mamak.
3. Tanaman obat yang mengandung senyawa Alkaloid sebanyak 13 jenis, senyawa Flavonoid
sebanyak 4 jenis dan senyawa Saponin sebanyak 14 jenis.
4. Suku Mamak Desa Siambul sekitar 90 % beragama khatolik
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap inventarisasi tanaman obat suku Talang
Mamak di Desa Siambul untuk mengetahui jenis dan persebarannya agar kelestarian tanaman
tersebut juga dapat dilestarikan. Akses jalan menuju lokasi Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
(TNBT) kurang memadai sebagai taman nasional, sehingga perlu dilakukan perbaikan terhadap
sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat di sekitar TNBT.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://kesehatan173.blogspot.com/2011/01/latar-belakang-dan-sejarah-tanaman.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Siambul,_Batang_Gansal,_Indragiri_Hulu?useFormat=mobile
Ipteknet. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92.
LAMPIRAN
Sedinginan Keduduk Sangga Baya
Hingor-Hingor Pandak Limau Timun
Ruku-Ruku Setawar Kayu Serai