laporan coring
DESCRIPTION
fefeefTRANSCRIPT
FORMAT
LAPORAN
RESMI
ACARA
CORE
Laporan resmi terdiri dari: 1. Cover
Cantumkan NIM lengkap, rombongan, kelompok, cover bewarna biru
2. Daftar isi
3. Kolom Litologi Core
Kolom log hasil penggambaran core seluruhnya disatukan (3 kotak
core), diurutkan sesuai kedalaman.
Digambar menggunakan Corel disertai foto lengkap keseluruhan
kedalaman (pada kolom photo), deskripsikan setiap fasies dan beri batas
tiap fasies. Kolom
notes/photo boleh diisi foto close-up struktur-struktur untuk
memperjelas deskripsi. 4. Analisa Data
Analisis fasies dan lingkungan pengendapannya berdasarkan hasil
deskripsi batuan inti (litologi, struktur sedimen, dan fosil).
Ceritakan perubahan lingkungan pengendapan yang terjadi dikaitkan
dengan proses yang menyertainya (seperti tektonik dan kenaikan muka
air laut).
Identifikasi zona litologi yang prospektif sebagai reservoar. Tentukan
zona yang terbukti mengandung hidrokarbon berdasarkan data cutting
yang telah dianalisis
pada praktikum sebelumnya. 5. Lampiran
Fotokopi hasil kolom litologi pada saat praktikum
6. Daftar Pustaka
Dilarang menggunakan buku praktikum. Penggunaan lebih dari 2
dapus, maka setiap dapus memiliki penambahan point 2 (maksimal 10
point )
Format Laporan : TNR, 12, margin 4
3 3 3. DEADLINE : 3 APRIL 2015
PUKUL 16.00WIB Note: Keterlambatan pengumpulan laporan, akan mendapat penguranan
poin.
TTD
Asisten Acara
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS
BUMI ACARA IV: CORE
DISUSUN OLEH
NADIA PUTRI ARIANI
12/330073/TK/39264
ASISTEN ACARA:
YOGYAKARTA
MARET
2015
DAFTAR ISI
BAB I
KOLOM LITOLOGI CORE
I.1. Kolom Litologi Keseluruhan
BOX 1
BOX 3
BOX 2
5131 FT
5140 FT
5155 FT
5164 FT
5186 FT
5195 FT
BAB II
ANALISA DATA
II.1. Kolom Litologi secara Detail (dari yang paling tua)
1. Fasies mudrock (5195ft - mendangkal)
Fasies ini terbentuk dari
batuan sedimen berukuran lanau
dengan lensa pasir dengan
bentuk butir yang tidak terlihat
dan sortasi dan kemas tidak
terlihat dan struktur sedimen
berupa lentikuler dengan lapisan
yang wavy dan terdapat burrow
dari makhluk hidup dengan
komposisi batuan berupa material
sedimen dengan tingkat kompaksi
batuan sedang dan pori yang
bersifat interpartikel.
Interpretasi:
Lapisan yang didominasi
mengandung mudrock dengan
struktur flaser, wavy, lentikuler,
dan bioturbated fosil berupa
skolitos. Hasil interpretasinya
adalah lingkungan pengendapan
berada pada subaqueous
environment yang dipengaruhi
oleh pasang surut, contohnya
adalah lagun, estuarin dan tidal
creek. Flaser , wavy dan
lentikuler merupakan hasil dari
lingkungan dengan energi
pengendapan yang bercampur
(mixed) yang terdapat pada zona
subtidal dan intertidal. Mud
drapes yang terdapat terendapkan
pada bagian atas gumuk pasir saat
kondisi air laut pasang tinggi
sehingga hal ini mendukung data
bahwa terbentuk pada kondisi
muka air laut trasgresi (naik).
Tydal environment
2. Fasies Batupasir kerikilan gradasi normal
Deskripsi:
Fasies ini tersusun dari
batuan yang memiliki ukuran
butir pasir sedang hingga pasir
kerikilan dengan bentuk
subangular – subrounded dengan
sortasi sedang dan kemas terbuka.
Struktur sedimen yang dimiliki
adalah gradasi normal dan rip up
clast, dengan kompaksi sedang
dan pori bersifat interpartikel
dengan komposisi berupa kuarsa
, feldspar, hornblende, sulfur dan
terdapat fragmen coal dan carbon
streak pada batuan.
Interpretasi:
berdasarkan fasies batuan
yang banyak mengandung
klastika fosil dan batuan dan
terdapat carbon streak. Tidak
ditemukannya mudrock pada
fasies ini menandakan bahwa
lingkungan pengendapan berada
pada bagian upper shoreface
yang masih dekat dengan zona
pasang surut. Ukuran butir dan
klastika yang besar (kerikil -
kerakal) menandakan bahwa ini
bukti dari transgression lags
deposited yang mencirikan
mulainya fase regresif.
3. Fasies batupasir masif-flaser
Fasies ini tersusun oleh
batuan dengan warna cokelat dan
berukuran pasir sedang hingga
pasir kasar dengan bentuk
subangular – subrounded , sortasi
sedang – buruk, kemas terbuka
dengan struktur sedimen yang
masif dan komposisi batuan
berupa kuarsa, feldspar,
hornblende dan mika dengan tipe
pori berupa interpartikel dan ciri
khas yang ada berupa bau, dan
beberapa menunjukan adanya
struktur scouring dan flaser.
Menurut hettinger 1950,
fasies tipe ini termasuk pada
lingkungan pengendapan yang
berubah dari yang awalnya tydal
environment yang ditandai
dengan flaser, wavy, cross
laminated sandstone dan siltsone
kemudian semakin ke atas
struktur sedimen menjadi tidak
terlalu jelas dan ukuran butir
hampir sama namun masih
bersortasi buruk yang
menandakan adanya fase regresi
menjadi lingkungan yang
dipengaruhi oleh sungai namun
masih ada pengaruh laut karena
masih terdapat sisipan karbonat
dan serpihan organisme laut dan
juga mengandung mud draps, dan
carbon streak. Hal ini semakin
memperkuat bahwa
lingkungannya berupa transisi
sungai dan laut yang berupa air
payau (estuarin / delta).
Struktur sedimen flaser dan wavy bedded berubah secara gradasioanal menjadi masif
namun ukuran butir dominan tidak berubah
Berdasarkan seluruh interpretasi di atas, kemudian digabung untuk
menghasilkan sejarah geologi dari data core tersebut. Berdasarkan data,
lingkungan awal pada core (yang paling dalam) berada pada lingkungan yang
dipengaruhi oleh arus pasang surut (Tidal Zone). Kemudian berdasarkan
struktur sedimen yang terdapat pada batuan dan komposisi yang berubah
menjadi mengandung litik dari coal , carbon streak dan rip up clast. Ada nya rip
up clast ini memperlihatkan sedimen yang lebih halus, yang telah ada lebih dulu
mengalami erosi dan karena sifatnya yang kohesive sehingga saat tertransport
masih menggumpal hingga akhirnya terdeposisi jauh dari batuan sumbernya.
Erosi ini dapat dipengaruhi arus pasang surut laut, yang juga mengerosi coal dan
carbon streak yang terdapat pada daerah transisi seperti lagun, estuarin atau delta
yang kemudian diendapkan pada zona tenang yaitu shoreface.
Namun kondisi muka air laut diperkirakan adalah transgresif maksimum,
muka air laut naik sehingga pasokan sedimen yang meningkat akan
mempengaruhi akumulasi sediment. Terbukti dengan walaupun transgresi namun
komposisi bertambah yang awalnya tidak mengandung tuff, sekarang menjadi
mengandung tuff. Namun kondisi ini tidak bertahan lama karena kondisi muka
air laut relatif kembali turun (regresif) sehingga terjadi perubahan fasies yang
awalnya tersusun dari butiran halus, menjadi butiran yang lebih kasar secara
dominan.
Dikarenakan kondisi lingkungan yang mendangkal, lingkungan
pengendapan secara berlahan berubah menjadi zona pasang surut kembali dan
terus mendangkat memasuki zona yang dipengaruhi oleh sungai dan laut yaitu
air payau. Hal ini dibuktikan dengan banyak nya ditemukan karbon streak dan
batubara, mud drapes dan pecahan organisme laut dan juga mengandung
material asal darat yang sama sama dominan yang secara gradual semakin ke
atas, struktur sedimen pada core munjukan pengaruh sungai lebih dominan
(Sumber Gambar: Hettinger,1995)
awal
tengah akhir
Dilihat dari litologi penyusunnya yang tersusun oleh batupasir, batulanau dengan
sedikit batubara dan mud drapes serta karbon streak secara keseluruhan termasuk
pada lingkungan Litoral – laut dangkal dan pada geologi regional termasuk pada
formasi Air Benakat.Menurut Koesoemadinata, 1980, air benakat merupakan
formasi salah satu reservoir pada cekungan sumatera untuk menjadi reservoir
rock yang mendukung hasil interpretasi yang dikaitkan dengan geologi regional.
Merujuk pada acara praktikum sebelumnya bahwa source rock pada cekungan
sumatera selatan adalah formasi Gumai dengan tipe kerogen 3. Data ini juga
mendukung cerita bahwa formasi Air Benakat menjadi reservoir dari Formasi
Gumai karena posisinya secara tidak selaras berada di atas Formasi Gumai
sehingga hidrokarbon dapat bermigrasi ke ke formasi yang paling dekat dengan
sourcec rocknya yaitu formasi Air Benakat.
(Sumber: Ginger and Fielding , 2005)
ANALISA POTENSI
RESERVOIR
Deskripsi:
batupasir sedang warna
coklat dengan ukuran butir pasir
sedang , bentuk butir subrounded,
sortasi baik , kemas tertutup,
komposisi: kuarsa dengan, feldspar,
hornblende sedikit sekali, dengan
tingkat kompaksi sedang - kuat ,
struktur sedimen masif , tipe pori
interpartikel.
Interpretasi:
Batupasir ini sangat
berpotensi menjadi reservoir karena
sortasinya yang baik dan ukuran
butir yang seragam ukurannya
dengan ukuran pasir sedang yang
menyebabkan ukuran pori juga akan
besar dan saling connected sehingga
fluida mudah melewati dan dapat
tersimpan dalam batuan tipe ini.
Tidak ditemukannya kandungan
mika dan litik serta hornblende yang
sangat sedikit menandakan bahwa
material penyusun batuan ini telah
tertrasport cukup jauh dari
sumbernya dan kemas nya juga
tertutup menandakan batuan telah
mature untuk menjadi reservoir.
Kedalaman reservoir ini berada
disekitar 5186 ft – 5192 ft yang
sangat didukung oleh praktikum
sebelumnya (analisa cutting) yang
mengandung hidrokarbon berada
pada kedalaman 5185ft – 5190 ft.
(Sumber:
http://www.tankonyvtar.hu/hu/tartalom/tamop425/0038_foldrajz_mineralogy_D
a/ch01s12.html )
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Rip-up_clasts
Ginger and Fielding, Kevin. 2005. The Petroleum Systems and Futur potential of
The South Sumatra Basin. IPA, 2011 – 30th Annual Convention
Proceedings (Volume 1)
Hettinger, Robert D. 1995. Sedimentological Descriptional Interpretations, in
Seqquence Stratigraphic Context, of Two 300-meter Cores from the
Upper Cretaceous Straight Cliffs Formation, Kaiparowits Plateau,
Kane County, Utah. Washington : United States Goverment Printing
Office (publikasi USGS Bulletin 2115-A)
Koesoemadinata, R.P.1980. Geologi Minyak - Dan Gas Bumi. Bandung :
Penerbit ITB (p.243 -247)