laporan coring

14
FORMAT LAPORAN RESMI ACARA CORE Laporan resmi terdiri dari: 1. Cover Cantumkan NIM lengkap, rombongan, kelompok, cover bewarna biru 2. Daftar isi 3. Kolom Litologi Core Kolom log hasil penggambaran core seluruhnya disatukan (3 kotak core), diurutkan sesuai kedalaman. Digambar menggunakan Corel disertai foto lengkap keseluruhan kedalaman (pada kolom photo), deskripsikan setiap fasies dan beri batas tiap fasies. Kolom notes/photo boleh diisi foto close-up struktur-struktur untuk memperjelas deskripsi. 4. Analisa Data Analisis fasies dan lingkungan pengendapannya berdasarkan hasil deskripsi batuan inti (litologi, struktur sedimen, dan fosil). Ceritakan perubahan lingkungan pengendapan yang terjadi dikaitkan dengan proses yang menyertainya (seperti tektonik dan kenaikan muka air laut). Identifikasi zona litologi yang prospektif sebagai reservoar. Tentukan zona yang terbukti mengandung hidrokarbon berdasarkan data cutting yang telah dianalisis pada praktikum sebelumnya. 5. Lampiran Fotokopi hasil kolom litologi pada saat praktikum 6. Daftar Pustaka Dilarang menggunakan buku praktikum. Penggunaan lebih dari 2 dapus, maka setiap dapus memiliki penambahan point 2 (maksimal 10 point ) Format Laporan : TNR, 12, margin 4

Upload: yusuf-rakhmanto

Post on 22-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

fefeef

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Coring

FORMAT

LAPORAN

RESMI

ACARA

CORE

Laporan resmi terdiri dari: 1. Cover

Cantumkan NIM lengkap, rombongan, kelompok, cover bewarna biru

2. Daftar isi

3. Kolom Litologi Core

Kolom log hasil penggambaran core seluruhnya disatukan (3 kotak

core), diurutkan sesuai kedalaman.

Digambar menggunakan Corel disertai foto lengkap keseluruhan

kedalaman (pada kolom photo), deskripsikan setiap fasies dan beri batas

tiap fasies. Kolom

notes/photo boleh diisi foto close-up struktur-struktur untuk

memperjelas deskripsi. 4. Analisa Data

Analisis fasies dan lingkungan pengendapannya berdasarkan hasil

deskripsi batuan inti (litologi, struktur sedimen, dan fosil).

Ceritakan perubahan lingkungan pengendapan yang terjadi dikaitkan

dengan proses yang menyertainya (seperti tektonik dan kenaikan muka

air laut).

Identifikasi zona litologi yang prospektif sebagai reservoar. Tentukan

zona yang terbukti mengandung hidrokarbon berdasarkan data cutting

yang telah dianalisis

pada praktikum sebelumnya. 5. Lampiran

Fotokopi hasil kolom litologi pada saat praktikum

6. Daftar Pustaka

Dilarang menggunakan buku praktikum. Penggunaan lebih dari 2

dapus, maka setiap dapus memiliki penambahan point 2 (maksimal 10

point )

Format Laporan : TNR, 12, margin 4

Page 2: Laporan Coring

3 3 3. DEADLINE : 3 APRIL 2015

PUKUL 16.00WIB Note: Keterlambatan pengumpulan laporan, akan mendapat penguranan

poin.

TTD

Asisten Acara

Page 3: Laporan Coring

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS

BUMI ACARA IV: CORE

DISUSUN OLEH

NADIA PUTRI ARIANI

12/330073/TK/39264

ASISTEN ACARA:

YOGYAKARTA

MARET

2015

Page 4: Laporan Coring

DAFTAR ISI

Page 5: Laporan Coring

BAB I

KOLOM LITOLOGI CORE

I.1. Kolom Litologi Keseluruhan

BOX 1

BOX 3

BOX 2

5131 FT

5140 FT

5155 FT

5164 FT

5186 FT

5195 FT

Page 6: Laporan Coring
Page 7: Laporan Coring

BAB II

ANALISA DATA

II.1. Kolom Litologi secara Detail (dari yang paling tua)

1. Fasies mudrock (5195ft - mendangkal)

Fasies ini terbentuk dari

batuan sedimen berukuran lanau

dengan lensa pasir dengan

bentuk butir yang tidak terlihat

dan sortasi dan kemas tidak

terlihat dan struktur sedimen

berupa lentikuler dengan lapisan

yang wavy dan terdapat burrow

dari makhluk hidup dengan

komposisi batuan berupa material

sedimen dengan tingkat kompaksi

batuan sedang dan pori yang

bersifat interpartikel.

Interpretasi:

Lapisan yang didominasi

mengandung mudrock dengan

struktur flaser, wavy, lentikuler,

dan bioturbated fosil berupa

skolitos. Hasil interpretasinya

adalah lingkungan pengendapan

berada pada subaqueous

environment yang dipengaruhi

oleh pasang surut, contohnya

adalah lagun, estuarin dan tidal

creek. Flaser , wavy dan

lentikuler merupakan hasil dari

lingkungan dengan energi

pengendapan yang bercampur

(mixed) yang terdapat pada zona

subtidal dan intertidal. Mud

drapes yang terdapat terendapkan

pada bagian atas gumuk pasir saat

kondisi air laut pasang tinggi

sehingga hal ini mendukung data

bahwa terbentuk pada kondisi

muka air laut trasgresi (naik).

Tydal environment

Page 8: Laporan Coring

2. Fasies Batupasir kerikilan gradasi normal

Deskripsi:

Fasies ini tersusun dari

batuan yang memiliki ukuran

butir pasir sedang hingga pasir

kerikilan dengan bentuk

subangular – subrounded dengan

sortasi sedang dan kemas terbuka.

Struktur sedimen yang dimiliki

adalah gradasi normal dan rip up

clast, dengan kompaksi sedang

dan pori bersifat interpartikel

dengan komposisi berupa kuarsa

, feldspar, hornblende, sulfur dan

terdapat fragmen coal dan carbon

streak pada batuan.

Interpretasi:

berdasarkan fasies batuan

yang banyak mengandung

klastika fosil dan batuan dan

terdapat carbon streak. Tidak

ditemukannya mudrock pada

fasies ini menandakan bahwa

lingkungan pengendapan berada

pada bagian upper shoreface

yang masih dekat dengan zona

pasang surut. Ukuran butir dan

klastika yang besar (kerikil -

kerakal) menandakan bahwa ini

bukti dari transgression lags

deposited yang mencirikan

mulainya fase regresif.

Page 9: Laporan Coring

3. Fasies batupasir masif-flaser

Fasies ini tersusun oleh

batuan dengan warna cokelat dan

berukuran pasir sedang hingga

pasir kasar dengan bentuk

subangular – subrounded , sortasi

sedang – buruk, kemas terbuka

dengan struktur sedimen yang

masif dan komposisi batuan

berupa kuarsa, feldspar,

hornblende dan mika dengan tipe

pori berupa interpartikel dan ciri

khas yang ada berupa bau, dan

beberapa menunjukan adanya

struktur scouring dan flaser.

Menurut hettinger 1950,

fasies tipe ini termasuk pada

lingkungan pengendapan yang

berubah dari yang awalnya tydal

environment yang ditandai

dengan flaser, wavy, cross

laminated sandstone dan siltsone

kemudian semakin ke atas

struktur sedimen menjadi tidak

terlalu jelas dan ukuran butir

hampir sama namun masih

bersortasi buruk yang

menandakan adanya fase regresi

menjadi lingkungan yang

dipengaruhi oleh sungai namun

masih ada pengaruh laut karena

masih terdapat sisipan karbonat

dan serpihan organisme laut dan

juga mengandung mud draps, dan

carbon streak. Hal ini semakin

memperkuat bahwa

lingkungannya berupa transisi

sungai dan laut yang berupa air

payau (estuarin / delta).

Struktur sedimen flaser dan wavy bedded berubah secara gradasioanal menjadi masif

namun ukuran butir dominan tidak berubah

Page 10: Laporan Coring

Berdasarkan seluruh interpretasi di atas, kemudian digabung untuk

menghasilkan sejarah geologi dari data core tersebut. Berdasarkan data,

lingkungan awal pada core (yang paling dalam) berada pada lingkungan yang

dipengaruhi oleh arus pasang surut (Tidal Zone). Kemudian berdasarkan

struktur sedimen yang terdapat pada batuan dan komposisi yang berubah

menjadi mengandung litik dari coal , carbon streak dan rip up clast. Ada nya rip

up clast ini memperlihatkan sedimen yang lebih halus, yang telah ada lebih dulu

mengalami erosi dan karena sifatnya yang kohesive sehingga saat tertransport

masih menggumpal hingga akhirnya terdeposisi jauh dari batuan sumbernya.

Erosi ini dapat dipengaruhi arus pasang surut laut, yang juga mengerosi coal dan

carbon streak yang terdapat pada daerah transisi seperti lagun, estuarin atau delta

yang kemudian diendapkan pada zona tenang yaitu shoreface.

Namun kondisi muka air laut diperkirakan adalah transgresif maksimum,

muka air laut naik sehingga pasokan sedimen yang meningkat akan

mempengaruhi akumulasi sediment. Terbukti dengan walaupun transgresi namun

komposisi bertambah yang awalnya tidak mengandung tuff, sekarang menjadi

mengandung tuff. Namun kondisi ini tidak bertahan lama karena kondisi muka

air laut relatif kembali turun (regresif) sehingga terjadi perubahan fasies yang

awalnya tersusun dari butiran halus, menjadi butiran yang lebih kasar secara

dominan.

Dikarenakan kondisi lingkungan yang mendangkal, lingkungan

pengendapan secara berlahan berubah menjadi zona pasang surut kembali dan

terus mendangkat memasuki zona yang dipengaruhi oleh sungai dan laut yaitu

air payau. Hal ini dibuktikan dengan banyak nya ditemukan karbon streak dan

batubara, mud drapes dan pecahan organisme laut dan juga mengandung

material asal darat yang sama sama dominan yang secara gradual semakin ke

atas, struktur sedimen pada core munjukan pengaruh sungai lebih dominan

(Sumber Gambar: Hettinger,1995)

awal

tengah akhir

Page 11: Laporan Coring

Dilihat dari litologi penyusunnya yang tersusun oleh batupasir, batulanau dengan

sedikit batubara dan mud drapes serta karbon streak secara keseluruhan termasuk

pada lingkungan Litoral – laut dangkal dan pada geologi regional termasuk pada

formasi Air Benakat.Menurut Koesoemadinata, 1980, air benakat merupakan

formasi salah satu reservoir pada cekungan sumatera untuk menjadi reservoir

rock yang mendukung hasil interpretasi yang dikaitkan dengan geologi regional.

Merujuk pada acara praktikum sebelumnya bahwa source rock pada cekungan

sumatera selatan adalah formasi Gumai dengan tipe kerogen 3. Data ini juga

mendukung cerita bahwa formasi Air Benakat menjadi reservoir dari Formasi

Gumai karena posisinya secara tidak selaras berada di atas Formasi Gumai

sehingga hidrokarbon dapat bermigrasi ke ke formasi yang paling dekat dengan

sourcec rocknya yaitu formasi Air Benakat.

(Sumber: Ginger and Fielding , 2005)

Page 12: Laporan Coring

ANALISA POTENSI

RESERVOIR

Deskripsi:

batupasir sedang warna

coklat dengan ukuran butir pasir

sedang , bentuk butir subrounded,

sortasi baik , kemas tertutup,

komposisi: kuarsa dengan, feldspar,

hornblende sedikit sekali, dengan

tingkat kompaksi sedang - kuat ,

struktur sedimen masif , tipe pori

interpartikel.

Interpretasi:

Batupasir ini sangat

berpotensi menjadi reservoir karena

sortasinya yang baik dan ukuran

butir yang seragam ukurannya

dengan ukuran pasir sedang yang

menyebabkan ukuran pori juga akan

besar dan saling connected sehingga

fluida mudah melewati dan dapat

tersimpan dalam batuan tipe ini.

Tidak ditemukannya kandungan

mika dan litik serta hornblende yang

sangat sedikit menandakan bahwa

material penyusun batuan ini telah

tertrasport cukup jauh dari

sumbernya dan kemas nya juga

tertutup menandakan batuan telah

mature untuk menjadi reservoir.

Kedalaman reservoir ini berada

disekitar 5186 ft – 5192 ft yang

sangat didukung oleh praktikum

sebelumnya (analisa cutting) yang

mengandung hidrokarbon berada

pada kedalaman 5185ft – 5190 ft.

Page 14: Laporan Coring

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Rip-up_clasts

Ginger and Fielding, Kevin. 2005. The Petroleum Systems and Futur potential of

The South Sumatra Basin. IPA, 2011 – 30th Annual Convention

Proceedings (Volume 1)

Hettinger, Robert D. 1995. Sedimentological Descriptional Interpretations, in

Seqquence Stratigraphic Context, of Two 300-meter Cores from the

Upper Cretaceous Straight Cliffs Formation, Kaiparowits Plateau,

Kane County, Utah. Washington : United States Goverment Printing

Office (publikasi USGS Bulletin 2115-A)

Koesoemadinata, R.P.1980. Geologi Minyak - Dan Gas Bumi. Bandung :

Penerbit ITB (p.243 -247)