laporan densito

Upload: ardy-novrianugrah

Post on 18-Jan-2016

79 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Analisis

TRANSCRIPT

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Maksud percobaan

Mengetahui dan memahami penentuan kadar suatu senyawa dengan metode densitometri.I.2. Tujuan Percobaan

Menentukan kadar kofein dalam tablet kombinasi Parasetamol-Kofein (Bodrex) secara densitometri.I.3. Prinsip Percobaan

Penentuan kadar secara kuantitatif kofein dalam sampel tablet Bodrex dengan metode densitometri berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan noda pada KLT pada 275 nm.BAB II

TINJAUAN PUSTAKAII.1Teori Umum

Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus yang sama, yaitu H2N-C6H4-SO2NHR, dan R adalah bermacam-macam substituen. Pada prinsipnya senyawa-senyawa ini dapar digunakan untuk menghadapi berbagai infeksi, namun setelah ditemukannya zat antibiotika, maka sejak tahun 1980-an indikasi dan penggunaannya semakin berkurang. Meskipun demikian, dari sudut sejarah senyawa-senyawa ini penting karena merupakan kelompok obat pertama yang digunakan secara efektif terhadap infeksi bakteri.

Selain sebagai kemoterapeutika, senyawa-senyawa sulfonamide juga digunakan sebagai diuretika (zat perintang karbanonhidrase) dan antidiabetika oral (1:130).

Istilah sulfonamide bagi khemoterapeutika amida asam sulfanilat tidak tepat (yang lebih baik adalah istilah sulfanilamida). Walaupun demikian istilah ini tetap dipertahankan, karena umum digunakan dimana-mana.

Sulfonamida pertama yang diperkenalkan pertama kali oleh Domagk pada tahun 1935 untuk digunkan dalam bidang pengobatan adalah sulfakrisoidin, yang sesungguhnya merupakan suatu zat warna. Beberapa waktu kemudian, Trefouel, Nitti dan Bovet menemukan bahwa sulfonamida yang tak berwarna bekerja khemoterapeutik juga. Senyawa ini dalam tubuh akan terbentuk dari sulfakrisoidin.

Sulfonamida bekerja terhadap sejumlah mikroba Gram positif dan beberapa mikroba Gram negative (misalnya streptokokus, stafilakokus, pneumokokkus, meningokokkus, koli, Proteus mirabilis dan lain-lain) (2:626).

Mekanisme kerjanya berdasarkan pencegahan sintesis (dihidro)folat dalam kuman dengan cara antagonisme saingan dengan PABA. Banyak jenis bakteri membuuhkan asam folat untuk membangun asam-asam intinya DNA dan RNA. Asam folat ini dibentuknya sendiri dari bahan pangkal PABA (= para amino benzoic acid) yang terdapat di mana-mana dalam tubuh manusia. Rumus PABA menyerupai rumus dasar sulfa sebagai bahan untuk mensintesa asam folatnya, sehingga DNA/RNA tidak terbentuk lagi dan pertumbuhan bakteri terhenti (1:131).

Reaksi volumetri didasarkan pada pengukuran volume sejumlah larutan pereaksi yang diperlukan untuk bereaksi dengan senyawa yang hendak ditentukan. Larutan pereaksi yang digunakan untuk memenuhi suatu penentuan volumetri ada empat persyaratan yang harus dipenuhi (4:145)

1. Reaksi antara larutan baku dan zat yang hendak ditentukan harus berjalan secara kuantitatif dan stoikiometrik.

2. Reaksi harus berjalan cepat yaitu secara praktis hanya sekejap.

3. Konsentrasi senyawa dalam larutan baku harus betul-betul diketahui atau harus dapat ditentukan dengan percobaan blangko.

4. Titik akhir penentuan volumetric harus dapat ditentukan dengan indicator visual atau secara elektrometrik.

Titrasi pengendapan termasuk golongan prosedur kombinasi ion. Titrasi ini didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya pada laruta senyawa yang hendak ditentukan. Titik akhir titrasi tercapai bila semua bagian titran sudah membentuk endapan. Seperti pada titrasi protolisis dalam hal ini juga diperlukan agar titik ekuivalen jatuh bersama-sama titik akhir titrasi (4:248).

Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut (5:81)

Banyak metode dipergunakan dalam penetapan titik akhir titrasi dalam reaksi pengendapan, yang paling penting adalah (5:83):

a. Pembentukan suatu endapan berwarna

b. Pembentukan suatu senyawa berwarna yang dapat larut

c. Pengguanaan indikator adsorbsi

II. 2. Uraian Bahan1. Kofein

Nama resmi: Coffeinum

Nama lain: Kofeina

RM / BM: C8H10N4O2 / 194,19

Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal; putih; tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, sukar larut dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertup baik

Kegunaan: Sebagai sampel

2. Etil asetat

Nama resmi: Ethyl acetate

Nama lain: Etil asetat

RM/BM: C4H8O2 / 88,1

Pemerian: Cairan tak berwarna dan bau khas

Kelarutan: Larut dalam 15 bagian air, dapat campur dengan etanol (95%) P dan dengan eter P

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan: Fase gerak3. Metanol

Nama resmi: Metanol

RM/BM: CH3OH

Pemerian: Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas

Kelarutan: Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak berwarna

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan: Pelarut4. CuSO4 ( 5 ; 731 )

Nama resmi: Cuprum Sulfuricum

Nama lain: Tembaga (II) Sulfat

RM/BM: CuSO4.5 H2O/ 249,68

Pemerian: Prisma triklinik atau serbuk hablur, biru.

Kelarutan: Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian gliserol P, Sangat sukar larut dalam etanol (95%)P.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan: Pereaksi

5. Air Suling (5 ; 96 )

Nama resmi: Aqua destilata

Nama lain: Air Suling

RM/BM: H2O/ 18,02

Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan: pelarutII. 2. Prosedur Kerja

1. Prosedur preparasi

Dilarutkan sejumlah sampel sulfametoksazol pada kloroform lalu disentrifuge selama 15 menit, lalu dibuang filtratnya. Diulangi langkah tersebut sebanyak 3 kali. Residu yang diperoleh dikeringkan dari pelarut kemudian ditambahkan NaOH. Bagian yang larut NaOH ditampung dan dikeringkan.

2. Prosedur kualitatif

a. Reaksi korek api ( 3 : 16 )

Korek api dicelupkan dalam larutan HCl P kemudian dicelupkan ke dalam bubuk sulfonamida akan membentuk warna merah.

b. Reaksi DAB-HCl ( 3 : 16 )

Serbuk sulfonamida ditetesi dengan larutan DAB-HCl akan membentuk warna jingga.

c. Reaksi Parri (3 : 18)

Serbuk sulfonamida dilarutkan dalam alkohol, ditetesi pereaksi Parri dan amonia akan membentuk warna ungu untuk sulfadiazin, sulfamerazin, sulfaguanidin akan membentuk warna hijau.

d. Reaksi Vanilin (3 : 16)

Serbuk sulfonamida ditambahkan H2SO4 pekat, asam sulfat, dan serbuk vanilin setelah dipanaskan pelan-pelan akan membentuk warna merah untuk sulfamerazin, golongan sulfa yang lain tidak memberi reaksi.

e. Reaksi kristal dengan Scheiwetzer (3 : 16)

Serbuk sulfonamida ditambahkan campuran CuSO4 dan NH4OH terbentuk kristal hijau untuk sulfamerazin.f. Reaksi Diazo ( 9 : 26 )

10 mg zat dalam 2 tetes HCl 2 N ditambah 1 mL air dan 2 tetes diazo B ( larutan 0,9% NaNO2 ), ditetesi larutan 0,1 g beta naftol dalam 2 ml NaOH menghasilkan warna jingga merah.g. Reaksi Ehrlich ( 9 : 23 )

Zat padat ditambah pereaksi ( DAB-HCl 1 gram, HCl dilutus 10 mL, Aquades ad 100 mL ) yang menghasilkan warna kuning pada sulfonamida, kecuali sulfamezatin berwarna kuning jingga.h. Reaksi Warna dari KBrO3 ( 9 : 62 )

10 mg zat dalam H2SO4 4 N dan 1 tetes KBrO3 ( larutan jenuh) memberikan warna pada kuning muda hingga merah jingga keruh pada sulfamezatin, larutan kuning pada sulfathiazole.i. Reaksi Mayer ( 8 : 87 )

Sejumlah zat dikocok beberapa menit dengan campuran 2,5 mL 6 N asam asetat dan 2,5 mL air. Ke dalam filtratnya ditambahkan beberapa tetes pereaksi Meyer; terbentuk endapan kuning pada sulfisomidin.

j. Reaksi warna dengan peleburan ( 8 : 186 )

Pada sulfaguanidin dan sulfanilamid, sejumlah 50 mg zat dilebur hati-hati hingga terbentuk warna ungu dan gas berbau amoniak dan anilin.

3. Prosedur kuantitatif

1. Metode Diazotasi (6 : 143)

Berat sampel ditimbang kira-kira 1 g sulfadiann yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 105 c dalam 2 jam ditempatkan dalam beker dan dilarutkan dalam 40 ml HCl P dgn kecepatan 4-5 ml/ menit sampai kira-kira 1 ml sebelum titik akhir. Jika titik akhir dicapai,nitrit ditambahkan perlahan-lahan samapi akhir 0,05-0,1 ml samapi diperoleh warna biru dalam larutan pasta kanji KI. Ketika titrasi sempurna, titik akhir reaksi harus dapat dihasilkan dalam periode paling sedikit 1 menit. Titrasi blanko dibentuk dalam larutan HCl dengan sejumlah air yang akan memberi volume yang sama.

2. Titrasi ( 7 : 185 ).

200 mg zat ditimbang seksama, larutkan dalam 30-50ml dimetilformamida. Titrasi larutan dengan 0,1 N NaOH (1/10 mmol) sampai timbul warna biru ; indikator biru timol.

3. Metode TBA ( 3 :19 )

Kurang lebih 250 mg sulfonamid yang ditimbang seksama dilarutkan dalam aseton netral, tambahkan 10 tetes campuran (0,005 bagian biru timol dan 0,075 bagian merah penol yang dilarutkan dalam 50 bagian alkohol dan 50 bagian air). Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna biru.

Tiap ml NaOH 0,1 N setara dengan 25,05 mg sulfadiazin

4. Metode Bromometri ( 3 : 19 )

Ada 2 prosedur kerja yaitu :

1. Titrasi langsung

Ditimbang seksama 250 mg sulfonamida, dilarutkan dalam HCl 3% lalu ditambahkan 5 g KBr dan HCl P. Setelah itu dititrasi dengan larutan baku kalium bromat 0,1 N menggunakan indikator metil merah. Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna merah.

2. Titrasi tidak langsung

Ditimbang seksama 250 mg sulfonamida, dilarutkan dalam HCl 3% lalu tambahkan 5 g kalium bromida dan HCl pekat. Setelah itu ditambahkan 50 mL larutan baku kalium bromat 0,1 N hingga timbul warna kuning. Tambahkan segera 1 g kalium iodida lalu dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N dengan indikator kanji.

5. Titrasi ( 8 : 184 )

200 mg zat ditimbang seksama. Larutkan dalam 30-50 mL dimetilformamida. Titrasi larutan dengan 0,1 N NaOH ( 1/10 mmol ) sampai timbul warna biru; indikator biru timol.

BAB IVHASIL PENGAMATAN

IV.1. Data Pengamatan1. Uji Kualitatif2. Uji KuantitatifNoSampelBs(mg)Vt(ml)%KMetodeN

1Sulfametoksazol1005130%Nitritometri0,1027

2Sulfametoksazol1006,1138,44 %Bromatometri0,0856

3Sulfasetamid100V1 = 15 ml

V2 = 3,3 ml-Bromatometri0,0856

4Sulfametoksazol100--Bromometri-

Sulfametoksazol1001,333,82 %Nitritometri0,1027

5Glibenklamid1001,5-Alkalimetri-

6Sulfametoksazol1004,520,28Argentometri0,08

IV. 2. Reaksi

1. Metode diazotasi :

NaNO2 + HCL NaCL + HNO2

H2N OSO2 NH + HNO2

Reaksi Lengkap Sulfametoksazol ( Diazotasi ) :

H2N SO2 NH + HO H3N+ SO2 NH

H3N+ SO2 NH + HNO2 O = N H2 N+ SO2NH

O = N-NH2+ SO2 NH tautomerisasi OH-N = HN+

SO2+ NH

OH = H-HN+ SO2 NH

N = N+ SO2NH + H2O

2. Metode Bromometri

KBrO3

+HCl KCl + HBr + 3 O

2 KBr

+2 HCl O 2 KCl + H2O + Br2

H2N SO2 NH + 2 Br2 + Br2 NH2 SO2NH

Br2+ 2 KI

2 KBr+I2

I2+2 Na2S2O3 2 NaI

+Na2S4O6

3. Metode Titrasi Bebas Air

NH2 SO2 NH + NaOH NH2 SO2NH +H2O IV.3. PerhitunganSulfametoksazol = 100 mg (Nitritometri)

Sulfametoksazol = 100 mg (Bromatometri)

Sulfametoksazol = 100 mg (Nitritometri)

BAB IIIMETODE KERJAIII. 1. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

Beker glass 250 mL, buret, erlenmeyer 250 mL, gegep kayu, korek api, pelat tetes, pipet tetes, pipet volume 2 ml, statif, dan tabung reaksi.

b. Bahan yang digunakan

Aquadest, alkohol, Cotrimoksazol, CuSO4, DAB, HCI, KBrO3 0,1 N, KI, kertas saring, NaOH, NaNO2 0,1143 M, NH4OH, Na.Nitroprussid, Na.tiosulfat 0,0994 N, macam-macam sulfonamida, pasta Kanji Iodida, dan vanilin.III. 2. Cara kerja2. 1. Reaksi Identifikasi

a Reaksi korek api1. Dicelupkan ujung korek api ke dalam larutan HCl P.

2. Kemudian dicelupkan lagi ke dalam bubuk sulfonamida.

3. Diamati perubahan warna yang terjadi.

b Reaksi DAB-HCl ( Reaksi Erlich )1. Dimasukkan sedikit sampel ke dalam pelat tetes.

2. Ditambahkan 1-2 tetes pereaksi Erlich.

3. Diamati perubahan warna yang terjadi.

c Reaksi Vanilin 1. Diteteskan asam sulfat 1 tetes diatas objek glass.

2. Ditambahkan beberapa serbuk vanilin dan dicampurkan dengan asam sulfat.

3. Ditambahkan sampel dan dipanaskan diatas nyala api kecil.

4. Diamati pembentukan warna yang terjadi.

d Reaksi dengan CuSO41. Dilarutkan sampel dalam tabung reaksi dengan 2 mL air.2. Dipanaskan sampai mendidih dan ditambahkan NaOH 2 tetes.

3. Setelah dingin, ditambahkan larutan CuSO4 1 tetes dan HCl encer sampai reaksi netral.

4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

e Reaksi Roux

1. Dimasukkan sampel dalam pelat tetes.

2. Ditambahkan 1 tetes pereaksi Roux dan diaduk dengan batang pengaduk.

3. Diamati perubahan warna yang terjadi.

f Reaksi Parri

1. Sampel dilarutkan dalam alkohol.

2. Diteteskan pereaksi Parri dan amonia.

3. Diamati perubahan warna yang terjadi.

g Reaksi dengan KBrO31. 10 mg zat sampel diletakkan diatas pelat tetes.

2. Ditambahkan asam sulfat encer sebanyak 1 mL.

3. Ditambahkan pereaksi KBrO3 jenuh sebanyak 1 tetes.

4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

2. 2. Reaksi Kuantitatif.

1. Metode diazotasi :

1. Dipipet sampel sebanyak 2 ml.2. Ditambahkan aquadest 10 ml.3. Ditambahkan 10 ml HCL 10 %.4. Didinginkan hingga suhu 15C, ditambahkan KBr.5. Dititrasi dengan NaNO2 0,1143 M.2. Metode Bromometri :1. Dipipet sampel sebanyak 2 ml.

2. Ditambahkan aquadest 10 ml.

3. Ditambahkan HCL pekat 5 ml, KBrO3 0,0994 N sebanyak 15 ml, ditambahkan KBr 1 g

4. Ditambahkan KI 10 ml, dikocok, dan disimpan di tempat gelap selama kurang lebih 15 menit.

5. Ditirasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga berwarna kuning pucat.

6. Ditambahkan indikator kanji berwarna biru.

7. Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga tidak berwarna.BAB V

PEMBAHASAN

Analisis senyawa sulfonamida bertujuan untuk menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif sulfonamida yang terdapat dalam sediaan tablet, sirup dan salep. Metode analisis untuk sulfonamida berdasarkan pada gugus amin aromatis primer atau hidrogen asam dalam molekulnya. Gugus amin aromatis primer dapat dilakukan reaksi diazotasi, adanya inti benzen pada sulfonamida dapat dilakukan brominasi atau iodasi; hidrogen asam pada sulfonamida dapat membentuk garam perak yang tidak larut.

Pada analisis kuantitatif, sampel yang digunakan yaitu Cotrimosazole tablet yang mengandung trimetoprim dan sulfametoksazol. Dalam hal ini, yang diuji adalah sulfametoksazol dengan menggunakan metode nitritometri dan bromometri.Tetapi, sulfametoksazol juga dapat dianalisa dengan menggunakan metode argentometri dan metode titrasi bebas air.

Titrasi nitrimetri atau diazotasi adalah metode titrasi berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium dengan HNO2 pada suhu dibawah 15 C menggunakan larutan baku NaNO2 dan dimaksudkan untuk penetapan kadar amin primer aromatik. Metode ini hampir dapat digunakan terhadap semua sulfonamida dan senyawa lain yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampu menghasilkan amin aromatis primer. Pada percobaan ini, zat uji dilarutkan dengan HCl kemudian ditambahkan KBr setelah suhu 15 C lalu dititrasi perlahan-lahan sambil diaduk pada suhu dibawah 15 C. Titik akhir ditetapkan dengan mencelupkan batang pengaduk ke dalam larutan titrasi lalu digoreskan pada kertas kanji Iodida P. Titik akhir tercapai apabila terjadi warna biru seketika dan hal ini dapat ditunjukkan kembali setelah dibiarkan selama 1 menit. Pada titrasi ini dilakukan pada suhu dibawah 15 C bertujuan untuk mencegah garam diazonium yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol, dan penggunaan KBr pada larutan titrasi bertujuan untuk mempercepat laju reaksi dari nitritometri yang berjalan lambat. Pada metode nitritometri, terdapat dua indikator yang dapat digunakan untuk menentukan titik akhir, yaitua. indikator dalam, terdiri dari campuran 5 tetes larutan Trapeolin 00 0,1% dalam air dan 3 tetes larutan metilen biru 0,1% dalam air.

b. Indikator luar yaitu pasta kanji iodida.

Metode lain dari analisa kuantitatif sulfonamida yang digunakan adalah bromometri. Metode bromometri dapat digunakan untuk penetapan kadar sulfonamida dimana brom akan mensubstitusi sulfonamida pada inti benzennya. Bromometri adalah metode titrasi berdasarkan reaksi oksidasi reduksi dengan menggunakan larutan baku brom ( Br2 ) yang diperoleh dari KBr yang dioksidasi oleh KBrO3 dalam suasana asam. Metode bromometri dapat dikerjakan dengan 2 cara, yaitu titrasi secara langsung dan titrasi tidak langsung. Pada percobaan sulfametoksazol ini dilakukan secara titrasi tidak langsung dimana zat uji direaksikan dengan brom berlebih dalam suasana asam. Kelebihan brom direaksikan dengan KI berlebih, lalu iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan Na2 S2 O3 menggunakan indikator amylum hingga warna biru tepat hilang.

Metode argentometri merupakan metode yang dapat digunakan untuk penetapan kadar sulfametoksazol dimana beberapa sulfonamida membentuk garam perak yang tidak larut dalam suasana basa. Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam yang sukar larut. Metode argentometri terdiri atas tiga, yaitu metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Pemilihan dari ketiga metode tersebut tergantung dari tujuan penetapan kadar. Pada percobaan sulfametoksazole ini menggunakan metode Volhard. Metode Volhard adalah metode pembentukan kompleks berwarna yang didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat dengan menggunakan indikator besi ( III ) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Larutan baku yang digunakan adalah KCNS atau NH4CNS. Apabila titik ekivalen telah tercapai, CNS berlebih dapat membentuk kompleks besi (III) heksatiosianat yang berwarna merah, yang ditentukan sebagai titik akhir titrasi.

Metode lain yang dapat digunakan untuk golongan sulfonamida adalah metode titrasi bebas air dimana menggunakan prinsip alkalimetri ( titrasi basa lemah ). Titrasi bebas air adalah titrasi yang menggunakan pelarut organik sebagai pengganti air. Metode titrasi bebas air digunakan pada sulfonamida berdasarkan pada sifat asam dari gugus SO2-NH- sehingga dapat dititrasi sebagai basa. Pelarut yang dapat digunakan adalah alkohol,aseton, dimetilformamida, dan butil amin, sedangkan sebagai titran digunakan larutan basa dalam air, misalnya NaOH atau larutan Na.metoksida. Pada prosedur percobaan TBA untuk sulfonamida menggunakan aseton netral, dimana menggunakan indikator merah fenol (yang dilarutkan dalam 50 bagian alkohol dan 50 bagian air), dan sebagai titrannya digunakan NaOH. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi biru. Kelemahan dari titrasi bebas air ini yaitu pada alkalimetri, titran dapat bereaksi dengan CO2 dari udara sehingga perlu dilakukan titrasi blangko dan atau titrasi dalam wadah tertutup sambil dialiri gas inert.

Dari percobaan secara diazotasi diperoleh prosentase kadar rata rata sulfametoksazol adalah 130%, 33,82%. Hal ini tidak memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C10 H11 N3 O3 S.

Dari percobaan secara bromometri diperoleh prosentase kadar sulfametoksazol adalah 138,44 %. Hal ini tidak memenuhi persyaratan kadar menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C10 H11 N3 O3 S.

BAB VIPENUTUP

V.1.Kesimpulan

Dari hasil percobaan metode nitritometri diperoleh prosentase kadar rata rata sulfametoksazol adalah 130 % dan 33,82% dan secara bromometri diperoleh prosentase kadar sulfametoksazol adalah 138,44 % Hal ini tidak memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C10 H11 N3 O3 S.

V. 2. Saran

Alat dan bahan dilengkapiDAFTAR PUSTAKA

1. Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting Edisi kelima. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.2. Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Bandung :Penerbit ITB. 3. Tim Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Farmasi . Fakultas Farmasi : UNHAS.4. Roth, Hermann. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.5. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta :DepKes RI.6. Higuchi, Takeru. 1961. Pharmaceutical Analysis. London : Inter Science Publisher.7. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :DepKes RI.8. Authornott, Kovar. 1987. Identifikasi Obat Ed. IV. Bandung :ITB

9. SIE Kesejahteraan HMF. 1983. Card System dan Reaksi Warna , Bandung :ITB. LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KELOMPOK

ANALISIS FARMASI

Densitometri

KELOMPOK IIIGOLONGAN RABUMEGAWATI

(N111 09 013)SUHARPIAMI

(N111 10 122)FITRI AQMALIA

(N111 10 263)

SURYA NENGSI

(N111 10 268)

ARDY N TODINGBUA(N111 10 278)

EKA HARDIYANTI

(N111 10 287)NURUL MUTMAINNAH(N111 10 905)ASISTEN : Hermanto UtomoMAKASSAR

2012CH3

CL-

N+

O

SO2NH

N

CH3

O

N

N

CH3

CH3

O

CH3

N

CH3

N

O-

O-

CH3

N

N

CH3

O-

O-

N

CH3

CH3

O-

N

O-

N

CH3

Br

Br

N

O-

CH3

O-

CH3

N

CH3

N

ONa