laporan dispersi-reaktif 2b2s

Upload: bela-anisa

Post on 05-Nov-2015

166 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

metoda kontinyu

TRANSCRIPT

LAPORANPraktikum Pencelupan IIIPENCELUPAN KAIN T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI REAKTIF METODE 2 BATH 2 STAGE

Disusun Oleh :

Kelompok: 2Group: K-4Nama: Rika Dewi P(12020080)Bunga Dhita P(12020095)Yoga Firmansyah(12020098)Ayu Rahmawati(12020101)Dosen:Muhammad Ichwan, AT., M. S. Eng.Asisten :PriatnaMia E., S.ST.

POLITEKNIK - STT TEKSTILBANDUNG2015

1. MAKSUD DAN TUJUAN0. MaksudMelakukan pencelupan kain T/C dengan zat warna dispersi - reaktif metoda two bath two stage dengan variasi skema proses.

0. Tujuan Membandingkan hasil pencelupan meliputi ketuaan warna, kerataan warna dan ketahanan luntur warna dari beberapa variasi yang digunakan pada proses pencelupan. Mengetahui hal-hal yang berpengaruh pada pencelupan serat campuran poliester kapas dengan zat warna dispersi-reaktif metoda two bath two stage dengan variasi metoda.

1. TEORI DASARPencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan menggunakan alat alat tertentu pula. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki. Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu : Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak, pada suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan tekstil dimasukkan kedalam larutan celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak menjauhi serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat zat pembantu untuk mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut sering disebut difusi zat warna dalam larutan. Tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat mengatasi gaya gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan adalah penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap ketiga merupakan proses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran menentukan kecepatan celup. Dalam pencelupan kain T/C dengan zat warna dispersi dan zat warna reaktif, bahan diwarnai dengan zat warna tersebut, sehingga diperoleh hasil celup dengan warna tertentu yang merata dan mempunyai ketahanan luntur optimal.Dalam proses ini diperlukan pemilihan zat warna dan zat pembantu tekstil yang sesuai dengan bahan yang akan dicelup, penentuan skema proses dan resep yang tepat, perhitungan kebutuhan zat yang tepat, pelaksanaan proses pencelupan yang baik sesuai skema proses, sehingga proses dan hasil celupnya sesuai dengan target yang diinginkan.

1. Serat KapasSerat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas mempunyai bentuk panampang melintang yang sangat bervariasi dari elips sampai bulat dan dibagi menjadi empat bagian yaitu kutikula, dinding primer, dinding sekunder dan lumen. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk pandangan membujurnya adalah pipih seperti pita yang terpuntir.

Penampang Membujur Penampang MelintangSumber : W. Kauser and W. V. Bergen., Textile Fiber Atlas, 1994.

Serat kapas mempunyai komposisi : Selulosa 80-90 % Protein dan zat yang mengandung nitrogen 5% Lemak, minyak dan malam 0,5-1% Pektat 0,5-1% Mineral dan warna alam 1% Air 8%Analisa serat kapas menunjukkan bahwa struktur kimia penyusun serat kapas yang terbesar adalah selulosa sekitar 90 %, sedangkan sisanya berupa lemak, lilin, minyak, asam-asam organik, mineral dan pigmen alam. Selulosa merupakan suatu rantai polimer linier yang tersusun dari kondesat molekul-molekul glukosa (C6H10O5) yang dihubungkan oleh jembatan oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Struktur kimia selulosa dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan 3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil primer lebih reaktif daripada gugus hidroksil sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga dalam penulisan mekanisme reaksi, serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH. Struktur selulosa merupakan rantai dari anhidro glukosa yang panjang dan membentuk cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung rantai yang mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi, sedangkan pada rantai bagian tengah mempunyai hidroksil. Bila rantai tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan suatu proses kimia maka ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk gugusan aldehida atau karboksilat.

Sifat fisika Serat Kapas1. WarnaWarna kapas tidak betul betul putih, biasanya sedikit cream. Warna kapas akan makin tua setelah penyimpaan selama 2 5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan warna keabu abuan. 2. Kekuatan Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata rata adalah 96.000 pound per inchi2 dengan minimum 70000 dan maksimum 116000 pound per inchi2. kekuatan serat kapas dalam basah makin tinggi dibanding dengan kekuatan kapas kering. Pada kapas kering distribusi tegangan dalam serat tidak merata karena bentuk serat kapas yang terpuntir dan tidak teratur. Dalam keadaan basah serat menggelembung berbentuk silinder, diikuti dengan kenaikan derajat orientasi sehingga distribusi tegangan lebih merata dan kekuatan seratnya naik.3. Mulur Mulur serat kapas erkisar antara 4 13 % bergantung pada jenisnya, dengan mulur rata rata 7 %.4. Moisture regainKapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. MR kapas bervariasi dengan perubahan kelembaban atmosfer sekelilingnya. MR serat kapas pad kondisi standar berkisar 7 8.5 %.5. Berat jenis Berat jenis kapas adalah 1.5 sampai 1.58.

Sifat kimia Serat KapasSerat kapas tidak tahan terhadap asam yang akan menghidrolisa rantai selulosa mmembentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degradasi cepat dan asam encer mengakibatkan menurunnya kekuatan. Alkali mempunyai sedikit pengaruh terhadap kapasm, kecuali alkali kuat dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan serat besar seperti pada meserisasi. Pelarut yang digunakan untuk kapas adalah kupramonium hidroksida dan kuprietilen diamina.

Sifat biologi Serat KapasSerat kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri terutama pada keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.

MorfologiBentuk memanjang serat kapas pipih seperti pita terpuntir. Bentuk melintang serat kapas seperti ginjal.Secara umum serat kapas berwarna purtih sedikit cream, memiliki kekuatan tarik sekitar 3 5 g/l dengan mulur 7 %. Moisture regain serat kapas pada kondisi standar (27 0C, RH 65 %) adalah 7-8,5 %. Sifat Kimia Serat Kapas, antara lain :1. Tidak tahan terhadap asam, terutama asam an-organik misal, H2SO4, HCl1. Tahan terhadap alkali dengan syarat tidak ada udara, karena adanya udara (oksigen pada udara) akan menyebabkan oksiselulosa.1. Dalam keadaan kering,tahan terhadap jamur, bakteri dan serangga.1. Mempunyai daya adsorpsi yang tinggi terhadap air,asam, gram,alkali dan zat lain.1. Tahan dalam penyimpanan

1. Serat PoliesterSerat poliester adalah suatu serat sintetik yang terdiri dari polimer-polimer linier. Serat tersebut pada umumnya dikenal dengan nama dagang dacron, teteron, terylene. Poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Dacron dibuat dari asamnya dan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :

Serat poliester memiliki kekuatan tarik sekitar 4,5-7,5 gram/denier, sedangkan mulurnya berkisar antara 25% sampai 75%. Pada kondisi standar yaitu RH 65 2% dan suhu 20oC 1% moisture regain serat poliester hanya 0,4% sedangkan pada RH 100% moisture regain mencapai 0,6-0,8%.Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7%. Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya akan mengakibatkan serat poliester mengkeret.Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit yang tebal.Sifat Poliester : SifatParameter

Kekuatan tarik4,0 6,9 gram/denier

Mulur11% - 40%

ElastisitasBaik (tahan kusut)

Moisture regain (RH) 65%0,4%

ModulusTinggi (pembebanan 1,7 g/d menyebabkan mulur 2%

Berat jenis1,38

Titik leleh250oC

MorfologiBerbentuk silinder dengan penampang bulat

Sifat kimiaTahan asam lemah mendidih dan asam kuat dingin, tidak tahan alkali kuat. Tahan oksidator, pelarut untuk dry cleaning. Larut dalam metakresol panas. Tahan jamur.

1. Zat Warna DispersiZat warna dispersi adalah zat warna organik yang terbuat secara sintetik. Kelarutannnya dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau partikel-partikel yang hanya melayang dalam air. Zat warna dispersi mula-mula digunakan untuk mewarnai serat selulosa. Kemudian dikembangkan lagi, sehingga dapat digunakan untuk mewarnai serat buatan lainnya yang lebih hidrofob dari serat selulosa asetat, seperti serat poliester, poliamida, dan poliakrilat. Zat warna dispersi merupakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan bantuan zat pendispersi. Adapun sifat-sifat umum zat warna dispersi adalah sebagai berikut :1. Zat warna dispersi mempunyai berat molekul yang relatif kecil (partikel 0,5-2). 1. Bersifat non-ionik terdapat gugus-gugus fungsional seperti NH2, -NHR, dan-OH. Gugus-gugus tersebut bersifat agak polar sehingga menyebabkan zat warna sedikit larut dalam air. 1. Kelarutan zat warna dispersi sangat kecil, yaitu 0,1 mg/l pada suhu 800C. 1. Tidak megalami perubahan kimia selama proses pencelupan berlangsung.

Berdasarkan struktur kimianya, zat warna dispersi dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu : 1. Kromogen golongan azo Zat warna golongan azo umumnya menghasilkan warna kuning, oranye, merah, dan beberapa warna ungu, biru, dan hitam. 1. Kromogen golongan antrakuinon Zat warna golongan antrakuinon umumnya menghasilkan warna pink, merah, ungu, dan biru. Kelebihan zat warna antrakuinon adalah warnanya cerah, tahan sinar sangat baik, mudah rata, sedangkan kekurangannya adalah perlu banyak zat warna untuk memperoleh warna tua (color build up jelek), tahan luntur terhadap pencucian kurang baik, harganya mahal. 1. Kromogen golongan thiopene Zat warna ini mulai dikembangkan pada tahun 1970 untuk mensubstitusi zat warna golongan antrakuinon, zat warna ini memiliki kelebihan dibanding zat warna antrakuinon dalam hal color build up, warna biru yang brilian dan tahan luntur warna terhadap pencuciannya lebih baik. Warna yang dihasilkan adalah warna biru dan biru kehijauan. Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat poliester ada 2 macam yaitu : 1. Ikatan Van der Waals Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini ikatan fisika, yang berperan dalam terbentuknya ikatan fisika adalah ikatan van der walls, yang terjadi berdasarkan interaksi antara kedua molekul yang berbeda. Ikatan yang besar terjadi pada ikatan van der walls pada zat warna dispersi dan serat poliester adalah dispersi London. 1. Ikatan Hidrogen Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen dengan atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester karena zat warna dispersi dan serat poliester bersifat nonpolar, hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti OH atau NH2.

Berdasarkan ukuran molekul dan sifat sublimasinya, zat warna dispersi digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu : 1. Tipe A : zat warna dispersi yang mempunyai sifat kerataan pencelupan sangat baik karena ukuran molekulnya paling kecil, akan tetapi mudah bersublimasi pada suhu 130oC, biasanya digunakan untuk mencelup selulosa asetat dan poliakrilat. 1. Tipe B (tipe E) : zat warna dispersi dengan ukuran molekulnya sedang, sifat kerataan pencelupannya baik dan menyublim pada suhu 190oC, biasanya digunakan untuk pencelupan poliester metoda carrier atau pencapan alih panas (transfer printing).1. Tipe C (tipe SE) : zat warna dispersi yang mempunyai sifat kerataan pencelupan cukup baik, menyublim pada suhu 200oC, biasanya digunakan untuk pencelupan cara carrier, HT/HP dan Thermosol. 1. Tipe D (tipe S) : zat warna dispersi yang mempunyai sifat kerataan pencelupan kurang baik, menyublim pada suhu 210oC, biasanya digunakan untuk pencelupan poliester metoda HT/HP dan Thermosol. Dalam penggunaannya, pemilihan golongan zat warna tersebut harus tepat karena sangat menentukan sifat-sifat hasil pencelupannya.

1. Zat Warna ReaktifZat warna reaktif panas merupakan zat warna yang larut dalam air dan berikatan dengan serat selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna hasil pencelupanya baik. Contoh strukturnya adalah jenis Mono Cloro Triazin (MCT), sebagai berikut:

Beberapa contoh zat warna reaktif panas antara lain Procion H, Drimarene X, Sumifik, Remazol, Sumifik supra dan Drimarene Cl.Selama proses pencelupan zat warna reaktif dapat terjadi reaksi hidrolisis sehingga zat warna menjadi rusak dan tidak dapat berfiksasi dengan seratD-Cl + H-O-H D-O-HReaksi hidrolisis ini sangat dipengaruhi pH, suhu dan konsentrasi air, artinya bila ph, suhu dan konsentrasi air meningkat maka reaksi hidrolisis juga akan semakin besar.Namun reaksi hidrolisis ini lebih kecil dari reaksi fiksasi, karena kenukleofilan OH-lebih lemah dari Sell-O-, akan tetapi dalam proses pencelupan perlu diusahakan agar reksi hidrolisis yang terjadi dapat sekecil mungkin antara lain dengan cara memodifikasi skema proses.Kelemahan lain dari zat warna reaktif, selain mudah rusak terhidrolisis, juga hasil celupnya kurang tahan terhadap pengerjaan asam, yang akan menyebabkan ketuaan warnanya akan turun.Salah satu kelompok zat warna reaktif panas yang lain adalah jenis Sumifik dan Remazol yang merupakan jenis zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme adisi nukleofilik.

Zat warna tersebut dijual dalam bentuk sulfatoetilsulfon yang tidak reaktif dan baru berubah menjadi vinil sulfon yang reaktif setelah ada penambahan alkali, vinil sulfon bersifat reversible. Kelebihan zat warna vinil sulfon adalah relatif lebih tahan alkali, tetapi kelemahanya adalah hasil celupanya mudah rusak oleh pengerjaan dalam suasana alkali, contoh bila terhadap hasil pencelupan dilakukan proses pencucian dengan sabun dalam suasana alkali dengan suhu yang terlalu panas, maka ketuaan warnanya akan sedikit turun lagi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses pencelupan dengan zat warna reaktif panas adalah sebagai berikut:1. AlkaliUntuk dapat bereaksi, zat warna memerlukan penambahan alkali yang berguna untuk mengatur suasana yang cocok untuk bereaksi, mendorong ion selulosa, serta untuk menetralkan asam-asam hasil reaksi.1. SuhuSuhu dapat berpengaruh dalam pencelupan, yaitu dapat mempercepat pencelupan. Mempercepat migrasi, yaitu perataan zat warna dari bagian-bagian yang tercelup tua ke bagian-bagian yang tercelup muda sehingga menjadi rata. Mendorong terjadinya reaksi antara serat dengan zat warna pada pencelupan dengan menggunakan zat warna reaktif panas, akan tetapi kenaikan suhu pada proses pencelupan mempengaruhi reaksi hidrolisa.1. Ukuran dan bentuk dari molekul zat warnaMolekul zat warna yang datar memberikan daya tembus pada serat, tetapi setiap penambahan gugus kimianya yang merusak sifat datar tersebut akan mengakibatkan daya tembus zat warna berkurang.Besar kecilnya atau penambahan suatu zat warna akan mempengaruhi kecepatan celupnya, molekul zat warna yang memanjang mempunyai daya untuk melewati pori-pori dalam serat lebih baik dari pada molekul-molekul yang melebar. Molekul zat warna yang besar akan mempunyai ketahanan cuci yang lebih baik1. pHpH dalam pencelupan zat warna reaktif panas sangat berpengaruh karena zat warna reaktif panas memerlukan suasana pH yang sangat cocok untuk bereaksi, apabila pHnya alkali maka zat warna akan cepat terhidrolisa1. VlotPerbandingan larutan adalah perbandingan besarnya larutan terhadap berat bahan yang akan diproses, kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah daya serap.1. ElektrolitPenambahan elektrolit kedalam larutan celup digunakan untuk memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat selulosa, meskipun setiap zat warna memiliki kepekaan yang berbeda-beda. Elektrolit yang ditambahkan berfungsi untuk menghilangkan muatan negative yang terdapat pada permukaan zat warna dan bahan.Faktor faktor yang mempengaruhi reaksi hidrolisa :1. Kereaktifan zat warna. Apabila zat warna reaktifnya tinggi maka zat warna akan mudah rusak terhidrolisis.1. Kondisi celup. 1. Temperatur. Telah disebutkan diatas bahwa dengan adanya penaikan temperatur maka reaksi hidrolisa bertambah cepat.1. PH. Dengan pH yang tinggi maka akan terjadi reaksi hidrolisa yang tinggi.1. H2O. Reaksi hidrolisa juga akan tinggi jika pemakaian air banyak pula.Untuk mengurangi terjadinya reaksi hidrolisis maka digunakan metode penambahan alkali secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan hasil yang rata dan tua. Reaksi fiksasi yang terjadi :RSO3NaNHClZWRSO3NaNHO - SelZWHClHO - Sel

Reaksi hidrolisa yang terjadi :RSO3NaNHClZWRNHZWHClH O H OHRusak

Zat PendispersiZat pendispersi memegang peranan penting dalam pencelupan dengan zat warna dispersi karena dalam pemakaiannya memerlukan zat pendispersi untuk membentuk larutan dispersi zat warna yang dikehendaki. Zat pendispersi mempunyai fungsi ganda di dalam pembuatan dan pemakaian zat warna dispersi, yaitu memecah partikel zat warna yangberagresi dan menstabilkan larutan dispersi zt warna tersebut. Zat pendispersi yang pertama kali dipakai ialah asam resin oleat yang disulfonkan atau asam sulforisinolat, sehingga seri pertama zat warna dispersi dinamakan juga sulforisinolat colours, zat pendispersi umumnya terdiri dari senyawa-senyawa dengan berat molekul tinggi atau senyawa polimer. Gugus polar atau gugus ion dan gugus non polar atau non-ion terletak bergantian sepanjang rantai molekul. Kadang-kadang dalam bentuk rantai pendukung dan gugus non polar dengan gugus polar pada sisinya sepanjang rantai molekul. Hasil penelitian Bird dkk. tentang pengaruh penambahan zat pendispersi ke dalam larutan celup, hasilnya ternyata rnenunjukkan bahwa zat warna dispersi dapat dibuat larut dalam medium air. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa sampai titik tertentu tingkat pencelupan dapat ditingkatkan dengan. penambahan zat pendispersi, tetapi bila penambahan berlebihan maka kelarutan zat warna menjadi besar dan tingkat penyerapan zat warna menjadi rendah. Pencelupan HT/HPPencelupan dengan suhu tinggi selalu disertai dengan tekanan tinggi. Tekanan berfungsi untuk menaikkan suhu proses dan membantu difusi zat warna ke dalam serat. Pencelupan dilakukan pada mesin tertutup tanpa bantuan zat pengemban. Pencelupan metoda ini banyak dilakukan pada serat poliester karena dianggap efektif akibat :0. Perpindahan atau pergerakan rantai molekul serat poliester mulai aktif pada suhu tinggi (120-130oC) sehingga memberi ruang bagi molekul-molekul zat warna untuk meningkatkan penyerapan zat warna ke dalam serat.0. Kecepatan difusi zat warna dispersi mulai meningkat pada suhu tinggi (120-130oC) dan kecepatan penyerapan serta migrasi zat warna menjadi lebih besar sehingga akan mempercepat proses.0. Pencelupan mulai lebih cepat karena kelarutan zat warna dispersi pada suhu tinggi (120-130oC) mulai meningkat.Beberapa keuntungan penggunaan metoda ini adalah dapat mencelup warna tua, hemat bahan, waktu dan biaya proses, adsorbsi lebih cepat, kerataan lebih baik, ketahanan luntur baik, penetrasi lebih baik, dan dapat menggunakan zat warna dispersi dengan ketahanan sinar yang lebih baik dan sukar menguap tetapi hanya terserap sedikit pada pencelupan di bawah temperatur 100oC.

1. Mekanisme Pencelupan zat warna disperse reaktifMekanisme pencelupan zat warna dispersi adalah solid solution dimana suatu zat padat akan larut dalam zat padat lain. Dalam hal ini, zat warna merupakan zat padat yang larut dalam serat.Mekanisme lain menjelaskan demikian : zat warna dispersi berpindah dari keadaan agregat dalam larutan celup masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler. Pigmen zat warna dispersi larut dalam jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh bahan. Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut mempertahankan kesetimbangan. Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada suatu saat akan terpecah menjadi terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi dalam bentuk ini akan masuk ke dalam serat melalui pori-pori serat. Untuk lebih jelasnya, sifat zat warna dispersi dalam larutan celup dapat dilihat pada gambar di bawah ini.Pencelupan dimulai dengan adsorpsi zat warna pada permukaan serat, selanjutnya terjadi difusi zat warna dari permukaan ke dalam serat. Adsorpsi dan difusi zat warna ke dalam serat dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur proses. AgregasiPartikel zat warna dispersi(