laporan ekstraksi pelarut

50
LAPORAN EKSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan © Memisahkan logam Ni dari campuran dengan ekstraksi pelarut © Menentukan kadar Ni dalam sampel 1.2 Prinsip Percobaan Sejumlah kecil Ni dipisahkan dari campurannya dengan Cu dengan teknik ekstralsi pelarut, yaitu mengekstraksi Ni dalam bentuk nikel-dimetilglioksim atau Ni(DMG)2 dari air ke dalam khloroform. Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana diketahui bahwa kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar. 1.3 Teori Dasar Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap (Christian, 1986). Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ionlogam menggunakan agen pengkelat. Sayangnya beberapa agen pengkelat memiliki keterbatasan kelarutan dalam air atau subyek untuk hidrolisis atau oksidasi udara dalam larutan aqueous. Karena alasan ini agen pengkelat ditambahkan ke pelarut organic sebagai ganti fasa aqueous. Agen pengkelat diekstrak ke fasa aqueous yang reaksinya

Upload: rizki-ramadhan

Post on 13-Jul-2015

2.076 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan ekstraksi pelarut

LAPORAN EKSTRAKSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

© Memisahkan logam Ni dari campuran dengan ekstraksi pelarut

© Menentukan kadar Ni dalam sampel

1.2 Prinsip Percobaan

Sejumlah kecil Ni dipisahkan dari campurannya dengan Cu dengan teknik ekstralsi pelarut, yaitu mengekstraksi Ni dalam bentuk nikel-dimetilglioksim atau Ni(DMG)2 dari air ke dalam khloroform. Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana diketahui

bahwa kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar.

1.3 Teori Dasar

Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu

pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut

tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap (Christian, 1986).

Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas

sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.

Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi utama ekstraksi cair-cair

yaitu ekstraksi selektif ionlogam menggunakan agen pengkelat. Sayangnya beberapa agen pengkelat memiliki keterbatasan kelarutan dalam air atau subyek untuk hidrolisis atau oksidasi

udara dalam larutan aqueous. Karena alasan ini agen pengkelat ditambahkan ke pelarut organic sebagai ganti fasa aqueous. Agen pengkelat diekstrak ke fasa aqueous yang reaksinya

Page 2: Laporan ekstraksi pelarut

membentuk kompleks logam-ligan yang stabil dengan ion logam. Kompleks logam-ligan kemudian terekstrak ke fasa organik. Efisiensi ekstraksi ion logam bergantung pada pH.

Pada umumnya ion-ion logam tidak larut dalam pelarut organik non polar. Ion logam harus

diubah menjadi bentuk molekul yang tidak bermuatan dengan pembentukan kompleks agar ion logam tersebut dapat terekstrak ke dalam pelarut organik non polar. Senyawa kompleks adalah

suatu senyawa dimana ion logam bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang atau lebih elektron bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi (Moersid, 1989)

Ion logam dalam senyawa kompleks disebut ion pusat, sedangkan ion atau molekul netral yang

mempunyai pasangan elektron bebas disebut ligan. Kompleks kelat atau sepit adalah kompleks yang terbentuk apabila ion pusat bersenyawa dengan ligan yang mempunyai dua atau lebih gugus. Banyaknya ikatan kovalen koordinasi yang terjadi antara ligan dengan ion pusat disebut

bilangan koordinasi. Pembentukan kompleks oleh ligan bergantung pada kecenderungan untuk mengisi orbital kosong dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Untuk

memudahkan ekstraksi maka ion logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul netral menjadi kompleks tidak bermuatan (Khopkar, 1984).

Kompleks kelat merupakan asam lemah (HL) yang terionisasi dalam air dan terdistribusi dalam fase organik dan fase air, serta dengan ion logam dapat membentuk ion kompleks yang netral

dan mudah larut dalam fase organik (Day dan Underwood, 1989). Sesuai dengan reaksi:

Salah satu keuntungan menggunakan agen pengkelat adalah derajat selektifitas tinggi. Efisiensi ekstraksi untuk kation divalent meningkat dari 0-100% disekitar 2 unit pH. lagipula konstanta

pembentukan kompleks logam-ligan bervariasi diantara ion logam. Akibatnya, perbedaan signifikan muncul dalam range pH dimana ion logam yang berbeda menaikkan efisiensi ekstraksi dari 0-100%.

Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana diketahui kompleks

berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar. Sebagaimana diketahui warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu

objek. Pada analisis spektrokimia spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik.

Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia berdasarkan pengukuran seberapa

banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi panjang gelombang. Agar lebih mudah memahami proses absorpsi tersebut dapat ditunjukkan dari suatu larutan berwarna. Misalnya larutan tembaga sulfat yang nampak berwarna biru. Sebenarnya larutan ini

mengabsorpsi radiasi warna kuning dari cahaya putih dan meneruskan radiasi biru yang tampak oleh mata kita.

Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu molekul/atom yang mengabsorpsi

radiasi akan memanfaatkan energi radiasi tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya akan terjadi bila energi radiasi yang diperlukan sesuai dengan perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan sifatnya karakteristik.

Page 3: Laporan ekstraksi pelarut

Komponen-komponen yang mengabsorpsi dalam spektrofotometri UV-Vis dapat berupa absorpsi oleh senyawa-senyawa organik maupun anorganik. Senyawa-senyawa organik yang

mengandung ikatan rangkap 2/ rangkap 3 akan menghasilkan puncak-puncak absorpsi yang penting terutama dalam daerah UV. Gugus-gugus fungsional organik tidak jenuh yang

mengabsorpsi sinar tampak dan UV ini dinamakan kromofor/sering dikenal dengan pembawa warna. Contoh kromofor, -NH2, -C=C-, C=O, -CHO, -NO2, -N=N- dan lain-lain. Sedangkan absorpsi oleh senyawa-senyawa anorganik, spektra dari hampir semua ion-ion kompleks dan

molekul-molekul anorganik menghasilkan puncak absorpsi agak melebar. Untuk ion-ion logam transisi, pelebaran puncak disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan kimianya. Suatu contoh

larutan Cu (II) encer berwarna biru muda, tetapi warna akan berubah menjadi biru tua dengan adanya amonia. Bila unsur-unsur logam membentuk kompleks, maka faktor ligan sangat menentukan. Sebagian radiasi yang terabsorpsi oleh suatu larutan analit yang mengabsorpsi

ternyata terdapat hubungan kuantitatif dengan konsentrasinya. Jumlah radiasi yang terabsorpsi oleh sampel dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer dan dijadikan dasar pada analisis kuantitatif

spektrofotometri dan dinyatakan dengan rumus:

Keterangan:

A = absorbansi/ radiasi yang terabsorpsi

a = konstanta absortivitas (L/ g.cm)

c = konsentrasi sampel (g/ L)

C = konsentrasi sampel (mol/ L)

ε = koefisien ekstingsi molar (mol dm cm )

b = tebal larutan/ lebar kuvet (cm)

Karena harga ε tetap untuk zat yang sama (pada panjang gelombang sama) dan b tetap, maka hubungan antara A dan c adalah linier.

Gambar Skema Spektrofotometer UV/VIS

BAB II

ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

Erlenmeyr 100 mL 13 buah NiSO4.6H2O 0,22 gram

Labu ukur 100 mL 1 buah HNO3 6 M 15 mL

Pipet seukuran 10 mL 5 buah NaOH 2,5 M

Gelas kimia 100 mL 1 buah Asam asetat 6 M

Page 4: Laporan ekstraksi pelarut

Gelas ukur 5 mL 3 buah Na-asetat

Corong Na-Tartat

Pipet tetes Na-tiosulfat

Alumunium foil Hidroksilamin hidroklorida

Kertas timbang Dimetilglioksim

Kertas saring Khloroform

Magnetic stirrer Aquades

Neraca digital Sampel air kran Padalarang

Spektrofotometer visible Sampel air sungai Panyileukan

Kuvet Sampel air selokan Cilengkrang

Botol semprot

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Pembuatan larutan standar utama

1. Ditimbang sejumlah 0,22 gram garam NiSO4.6H2O ke dalam gelas kimia 100 mL. 2. Ditambahkan 7,5 mL HNO3 6 M kedalam gelas kimia tersebut dan dipanaskan diatas

hotplate hingga seluruh garam nikel terlarut. 3. Dinetralkan dengan NaOH 2,5 M hingga terbentuk endapan nikel hidroksida pertama

kali.

Page 5: Laporan ekstraksi pelarut

4. Ditambahkan asam asetat 6 M tetes demi tetes hingga seluruh endapan larut. 5. Larutkan dan tanda bataskan dalam labu ukur 50 mL dengan aquades.

3.2 Pembuatan larutan buffer

1. Diencerkan 8,7 mL asam asetat 6 M menjadi 100 mL. 2. Ditambahkan 10 mL larutan asam asetat yang telah diencerkan ke dalam 40 mL aquades

yang mengandung 15 gram natrium asetat.

3.3 Ekstraksi

1. Disiapkan 13 buah erlenmeyer. Dimasukkan masing-masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 1,0;

2,0; 3,0 dan 3,5 mL larutan standar Ni2+ 100 ppm dengan menggunakan buret. 2. Ditambahkan 10 mL aquades kepada setiap erlenmeyer yang telah diisi larutan standar.

3. Dimasukkan masing-masing 10 mL larutan sampel ke dalam erlenmeyer sebanyak 3 buah dengan sampel yang berbeda.

4. Kedalam 12 erlenmeyer yang telah berisi masing masing larutan dan 1 buah erlenmeye r

kosong sebagai blanko, ditambahkan masing-masing 0,5 gram natrium tartat, 5,0 mL buffer, 2,5 gram natrium tiosufat, 1,0 mL hidroksilamin hidroklorida 10% dalam air dan

2,0 mL dimetilglioksim 1% dalam etanol. Tabung dikocok setelah penambahan reagent. 5. Ditambahkan 10 mL khloroform kedalam setiap erlenmeyer, kemudian dilakukan

pengocokkan selama 3 menit untuk setiap erlenmeyer. Campuran dibiarkan hingga kedua

fasa terpisah sempurna. 6. Lapisan khloroform yang berada dibagian bawah dipipet dan disaring sebanyak 5-6 mL.

Untuk mengurangi penguapan, ditambahkan ± 5 mm aquades ke dalamnya.

3.4 Pengukuran dengan spektrofotometer

1. Setiap larutan (standar dan sampel) yang diperoleh dari hasil ekstraksi diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm, yang sebelumnya telah di-nol-kan

dengan blanko. 2. Dibuat kurva kalibrasi dari absorbansi larutan standar dan ditentukan konsentrasi sampel

dengan perhitungan berdasarkan kurva yang diperoleh.

Page 6: Laporan ekstraksi pelarut

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan

© Tabel Absorbansi Larutan Standar Ni2+

V Larutan Standar (mL) Absorbansi (nm) Konsentrasi (ppm)

0.1 0.096 0.99

0.2 0.102 1.96

0.3 0.127 2.91

0.4 0.138 3.85

0.5 0.158 4.76

1.0 0.201 9.09

2.0 0.381 16.67

3.0 0.456 23.08

3.5 0.580 25.98

© Tabel Absorbansi Larutan Sampel

Sampel Absorbansi (nm) Konsentrasi (ppm)

Air Sungai A 0.230 9.11

Air Selokan B 0.250 10.22

Air Keran C 0.165 5.5

4.2 Perhitungan

© Pembuatan Larutan Standar Ni2+ 100 ppm

Page 7: Laporan ekstraksi pelarut

Jadi, untuk membuat standar Ni2+ 100 ppm sebanyak 50 mL dibutuhkan garam NiSO4.6H2O sebanyak 0,22 gram.

© Konsentrasi Larutan Standar pada berbagai pengenceran

0.1 x 100 = 10.1 x

0.2 x 100 = 10.2 x

0.3 x 100 = 10.3 x

0.4 x 100 = 10.4 x

0.5 x 100 = 10.5 x

1.0 x 100 = 11 x

2.0 x 100 = 12 x

3.0 x 100 = 13 x

3.5 x 100 = 13.5 x

© Dari data diatas didapat Grafik

© Konsentrasi Sample

1. Sampel Air Sungai A

1. Sampel Air B

1. Sampel Air C

BAB V

PEMBAHASAN

Judul Percobaan kali ini adalah Ekstraksi pelarut dimana yang dimaksud ekstraksi pelarut

itu sendiri adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk memisahkan logam Ni dari campurannya dengan eksatraksi pelarut dab juga menentukan

kadar Ni dalam sampel dengan metode spektrofotometri.

Page 8: Laporan ekstraksi pelarut

Ni merupakan ion logam yang tidak dapat larut dalam senyawa nonpolar, oleh karena itu Ni harus diubah menjadi senyawa non polar dengan cara membentuknya menjadi senyawa kelat.

Agen pengkelat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Dimetilglioksin. Ion logam Ni2+ dijadikan kompleks terlebih dahulu dengan DMG menjadi senyawa kompleks Ni(DMG)2 agar

dapat terekstraksi ke fasa organik yang akhirnya dapat diukur pada panjang gelombang 420 nm.

Pertama-tama sampel dipipet sebanyak sepuluh mL kemudian ditambahkan beberapa pereajsi seperti Na-tartat, buffer, Na-tiosulfat, hidroksilamin hidroklorida, dan terakhir DMG atau dimetilglioksin. Fungsi penambahan Tiosulfat sebelum ekstraksi untuk membentuk kompleks

anionik Cu(S2O3)2- yang tidak terekstrak ke dalam khloroform. Tartat ditambahkan untuk membentuk kompleks dengan Fe(III) yang ada dalam campuran. Hidroksilamin hidroklorida

ditambahkan untuk mencegah oksidasi Ni(DMG)2 menjadi kompleks Ni(Y) dengan DMG yang berbeda spektrum absorbansinya. Buffer pH digunakan untuk membuat suasana larutan menjadi sedikit asam karena Ni2+ membentuk kompleks dengan DMG pada suasana sedikit asam atau

dapat pula pada suasana tepat basa.

Senyawa kompleks yang terbentuk kedalam fasa organik ini selain Ni(DMG)2, yaitu senyawa kompleks Cu dan Fe. Akan tetapi pada panjang gelombang 420 nm, spesifik untuk menyerap

cahaya yang ditimbulkan oleh senyawa kompleks Ni(DMG)2 dan cahaya dari senyawa kompleks selain itu tidak dapat diserap, oleh karena itu tidak perlu dikhawatirkan senyawa kompleks yang

lain dapat mempengaruhi konsentrasi Ni2+ yang didapatkan.

Pada ekstraksi ini dilakukan penyaringan dengan kertas saring, hal ini bertujuan agar tidak ada pengotor atau endapan yang dapat mengganggu pada saat proses pengkuran dengan spektrofotometer. Tentu saja proses penyaringan ini tidak akan mengurangi konsentrasi Ni2+

dalam larutan tersebut, karena Ni2+ larut sempurna pada khloroform.

Interferen yang terbawa dalam pembentukan senyawa kompleks ini seperti Fe dan Cu, dapat dipisahkan dengan cara melakukan ekstraksi kembali (stripping) pada senyawa organik dengan

cara menambahkan larutan buffer pH tertentu untuk mendapatkan senyawa kompleks yang diinginkan. Contohnya senyawa kompleks Cu dapat dipisahkan dengan campurannya pada pH 1, apabila ditambahkan larutan pH 1 dan sedikit air aquades maka senyawa kompleks Cu akan

terpisah dan terlarut dalam air.

Pada saat pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer kuvet yang digunakan haruslah kuvet kuarsa tidak boleh menggunakan kuvet plastik karena pelarut organik khloroform akan

bereaksi dengan silikat pada kuvet plastik yang akan melelehkan kuvet tersebut dan tentunya akan membuat pemeriksaan menjadi terganggu dan menghasilkan absorbansi yang tidak sesuai dari seharusnya. Digunakan pula kuvet hitam untuk memastikan tidak ada cahaya yang terserap

pada spektrofotometer yang digunakan, sedangkan larutan blanko digunakan untuk mengkalibrasi spektrofotometer yang diseting dengan absorban nol atau nilai transmitan 100%

dan meminimalkan kesalahan sistematik.

BAB VI

KESIMPULAN

Page 9: Laporan ekstraksi pelarut

Pada sampel air yang ada seluruhnya (+) mengandung Ni2+. Terbukti dalam percobaan ini, didapat konsentrasi Ni2+ pada sampel sebagai berikut :

© Air Sungai A = 9.11 ppm

© Air Selokan B = 10.22 ppm

© Air Keran C = 5.5 ppm

DAFTAR PUSTAKA

Basset,J.Denney,R.C Jefry,G.H Mendhan,J.Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Jakarta:Buku kedokteran EGC.

Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta :

Erlangga

Harvey David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.

Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro, Edisi V, diterjemahkan oleh: Setiono & Pudjaatmaka, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta

. Latar Belakang

Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik seperti yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia, baik komponen

senyawa tersebut digunakan untuk keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses pelarutan komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan

senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk

cair dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut terebut. Pendistribusian sampel dalam kedua

pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD (koefisien distribusi). 1

Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat,

melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, penggantikaret, dan lain-lain.

Page 10: Laporan ekstraksi pelarut

Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan olehVernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina.[1]

Kadar lemak yang terdapat di dalam kemiri dapat ditentukan dengan metode ekstraksi padat-cair.

Pada metode ini, sampel berbentuk padatan akan diekstraksi menggunakan pelarut cair berupa kloroform dengan metode soxhletasi dan destilasi sederhana. Pada ekstraksi soxhlet terjadi

penyarian simplisia secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang dipanaskan sehingga terjadi penguapan dan pelarut yang terkondensasi akan menyaring simplisia yang terdapat di dalam selonsong. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dilakukanlah

percobaan untuk melakukan ekstraksi secara cair-cair dan padat-cair.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini, yaitu : 1. Berapa nilai KD untuk sistem organik/air dengan pemisahan cara ekstraksi pelarut?

2. Bagaimana cara menentukan kadar lemak dalam kemiri secara ekstraksi soxhlet?

C. Tujuan Tujuan dari percobaan ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut cair-cair.

2. Menentukan nilai KD untuk sistem organik/air. 3. Untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet.

4. Menentukan kadar lemak dalam kemiri secara ekstraksi soxhlet.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Ekstraksi

Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain

(biasanya organik).[2] Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan

“bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak

digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat “Counter Current

Craig”.[3]

Page 11: Laporan ekstraksi pelarut

4

Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.

1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.

2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat

seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air. B. Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada dalam pelarut

anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya.[4] Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap.

Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi

kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.[5]

Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini terjadi, maka satu kali ekstraksi sudah cukup untuk memperoleh solut secara kuantitatif. Nmaun demikian, ekstraksi akan semakin efektif jika dilakukan berulangkali menggunakan pelarut dengan volume sedikit

demi sedikit.[6] Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat campur, ada suatu

hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukun distribusi ketika pada tahun 1981 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak

dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu:

= tetapan menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar,

dalam pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio yang

konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair yang lain: = KDA

Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati KDA disebut koefisien

distribusi dari spesies A.[7] Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif

bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi

Page 12: Laporan ekstraksi pelarut

ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah

diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan

perkakas pengaduk).[8] Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak

perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera

disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.[9]

C. Ekstraksi Padat-cair

Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga diiris- iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian

padatan yang telah halus dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang telah terbungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan ke dalam pelarut

godog. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak.[10] 1. Taksonomi kemiri

Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean) Genus : Alpinia Spesies : Alpinia purpurata (Vieill.) K. Schum

Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak

yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, penggantikaret, dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan

olehVernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina.[11] 2. Soxhletasi

Pada prinsipnya, soxhletasi didasarkan atas penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan

oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon,

seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT,

Page 13: Laporan ekstraksi pelarut

atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.[12]

3. Destilasi Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari

masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas

dan alat pendingin. Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin,

proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar kondensor), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen

tersebut.[13] Alat yang digunakan dalam destilasi sederhana terdiri atas labu destilasi, still head, dan

kondensor dengan satu adaptor yang menghubungkan ujung kondensor dengan labu penampung destilat. Ukuran alat gelas yang digunakan ditentukan oleh ukuran volume cairan yang akan didestilasi. Destilasi sederhana hanya dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang

perbedaan titik didihnya paling kurang 80oC. Umumnya, destilasi ini digunakan untuk pemurnian komponen-komponen volatil yang sudah hampir murni. Jika cairan relatif murni,

sejumlah kecil destilat mengandung pengotor bertitik didih rendah akan keluar ke penampungan destilat pada waktu temperatur di still head masih meningkat, fraksi ini disebut sebagai fore-run. Segera setelah temperatur di still head mencapai harga konstan, fraksi utama dapat

dikumpulkan, dan destilasi dapat dilanjutkan sampai sejumlah destilat diperoleh. Pengotor bertitik didih tinggi akan tinggal sebagai residu dalam labu destilasi.Jika destilasi sederhana

digunakan untuk memisahkan dua komponen dengan perbedaan titik didih yang lebar, seharusnya temperatur di still head diamati secara ketat. Sesaat setelah senyawa volatil terkumpul, temperatur akan mulai meningkat, dan labu penampung harus diganti dengan labu

kosong. Kumpulkan destilat tersebut pada labu kedua selama temperatur masih meningkat. Destilat akan mengandung kedua komponen (fraksi campuran), tetapi seharusnya hanya

merupakan fraksi dengan volume yang kecil.[14]

BAB III METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

Hari/Tanggal : Rabu/ 25 April 2012 Pukul : 13.00 – 16.00 WITA Tempat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Teknologi

Page 14: Laporan ekstraksi pelarut

UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah magnetic stirrer, neraca analitik, neraca ohaus, buret asam 50 mL, penangas listrik, corong pemisah 50 mL, labu destilasi 250 mL, aerator, kondensor, mortar, gelas kimia 600 mL dan 100 mL, erlenmeyer 250 mL, termometer

100oC, gelas ukur 100 mL dan 50 mL, pipet volume 25 mL dan 5 mL, pipet skala 10 mL, steel head, receive adaptor, statif dan klem, ember, selang air, bulp, corong, botol semprot, tabung

reaksi, batang pengaduk, pipet tetes 3 mL dan spatula.

12

2. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, asam sulfat (H2SO4) 1 N, aquades (H2O), es batu, indikator kanji, kemiri, kloroform (CHCl3) pekat, natrium tiosulfat

(Na2S2O3) 0,01 M dan padatan iod. C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut : 1. Ekstraksi Pelarut (cair-cair) a. Menimbang 0,125 gram padatan ion dan melarutkannya dalam 50 mL air. Memasukkan

larutan ke dalam corong pemisah. b. Menambahkan 5 mL kloroform ke dalam corong pemisah lalu mengocok larutan beberapa

menit. Mendiamkan larutan sebentar, kemudian mengeluarkan lapisan organiknya melalui keran yang ada di bawah corong pemisah. c. Menuangkan lapisan air ke dalam erlenmeyer melalui lubang bagian atas corong pemisah.

d. Menambahkan 4 mL larutan asam sulfat 1 N untuk mengasamkan suasana larutan dan menambahkan 1 mL indikator kanji 0,2%.

e. Menitrasi larutan dengan natrium tiosulfat 0,01 M sampai warna biru larutan tepat hilang. f. Menghitung gram iod yang tertinggal dalam air dengan mengetahui jumlah gram iod aslinya, dapat dihitung jumlah gram ion yang terekstraksi dalam pelarut organik.

g. Menghitung KD ion untuk sistem organik/air. 2. Ekstraksi Pelarut (padat-cair)

a. Menghaluskan 50 gram kemiri dengan menggunakan mortar lalu menimbang kemiri yang telah dihaluskan tersebut. b. Membuat selonsong dengan menggunakan kertas saring dan kapas.

c. Memasukkan kemri yang telah dihaluskan ke dalam klonsong, kemudian merangkai alat soxhletasi.

d. Memasukkan klonsong ke dalam alat soxhletasi. e. Memasukkan 200 mL kloroform ke dalam labu pemanas dan memanaskan pelarut sampai 6 kali sirkulasi.

Page 15: Laporan ekstraksi pelarut

f. Memasang labu pemanas ke alat destilasi sederhana. g. Menguapkan pelarut sampai suhu 60 oC.

h. Memindahkan sampel ke dalam tabung reaksi lalu membiarkan sampel selama 2 hari untuk menguapkan sisa pelarut yang masih tersisa di dalam sampel tersebut.

i. Menimbang hasil yang diperoleh.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil pengamatan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Hasil Pengamatan a. Ekstraksi pelarut (cair-cair)

Massa iod = 0,1289 gram Volume A1 = 25 mL Volume A2 = 23,1 mL

Volume O1 = 5 mL Volume O2 = 4 mL

Volume Na2S2O3 = 2 mL b. Ekstraksi pelarut (padat-cair) Kemiri = 50 gram

Berat tabung reaksi = 18,6581 gram Volume kloroform = 147 gram

Berat tabung reaksi + hasil = 33,6057 gram Berat hasil = (berat tabung reaksi + hasil) – (berat tabung reaksi) = 33,6057 – 18,6581 =14,9476 gram

15

2. Analisa Data

a. Ekstraksi pelarut (cair-cair) 1) Konsentrasi I2 Total

mol I2 = = = 5,07 x 10-4 mol = = = 0,01014 M 2) Konsentrasi I2 air

Berdasarkan reaksi: perbandingan mol = perbandingan koefisien 2S2O3

-2 + I2 S4O6

-2 + 2I-

=

Page 16: Laporan ekstraksi pelarut

Mol = volume mM = 2 ml

3) Konsentrasi I2 organik

4) Massa I2 yang tertinggal

b. Ekstraksi pelarut (padat-cair) % lemak = x 100 % = x 100 % = 30 %

B. Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan dua percobaan untuk mengekstraksi pelarut secara cair-cair dan

padat-cair. Percobaan pertama dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara cair-cair. Analit yang digunakan adalah padatan iod yang telah dihaluskan, padatan ini berfungsi sebagai senyawa yang akan ditentukan konsentrasinya dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.

Penggunaan corong pemisah dilakukan untuk melakukan ekstraksi secara sederhana dengan dua pelarut yang tidak saling bercampur dimana air bertindak sebagai pelarut polar dan kloroform

bertindak sebagai pelarut organik yang non polar. Pengocokan pada larutan dilakukan untuk memisahkan larutan organik dan air dimana terjadi distribusi diantara kedua pelarut tersebut saat terjadi pengocokan larutan. Penampungan lapisan organik yang berwarna ungu dilakukan dengan

pengeluaran lapisan tersebut melewati keran pada bagian bawah corong pemisah sehingga dapat ditentukan volume dari lapisan organik setelah dilakukan pencampuran dengan pelarut yang

berbeda. Lapisan air dipindahkan ke dalam erlenmeyer dengan penambahan asam sulfat 1N untuk membuat suasana larutan menjadi asam dan penambahan kanji sebagai indikator yang berfungsi untuk memperlihatkan perubahan warna yang terjadi saat lapisan air dititirasi dengan

natrium tiosulfat. Dari hasil analisa data diperoleh massa I2 yang tertinggal sebanyak 0,1217 gram, adalah 0,01014

M, adalah , danadalah dimana nilai KD untuk sistem organik/air pada percobaan ini adalah 22,42. KD merupakan suatu tetapan yang tidak bergantung dari konsentrasi total senyawa x dan disebut teapan koefisien distribusi.

Percobaan kedua dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara padat-cair dimana sampel yang digunakan adalah kemiri yang telah dihaluskan. Penghalusan kemiri dilakukan agar proses

ekstraksi pelarut dapat berjalan dengan baik sehingga pelarut dapat mengekstraksi lemak yang

Page 17: Laporan ekstraksi pelarut

terdapat di dalam sel kemiri tersebut. Lemak dalam buah kemiri diisolasi dengan metode soxhletasi dan dimurnikan dengan metode destilasi sederhana.

Berdasarkan prinsip soxhletasi, sampel dimasukkan dalam klonsong dan pelarut akan menyaring simplisia tersebut secara berkesinambungan. Pelarut yang digunakan adalah kloroform dimana

penggunaan kloroform dilakukan karena pelarut ini bersifat mudah menguap dengan titik didih yang rendah dan merupakan pelarut yang dapat melarutkan minyak atau lemak dengan baik sehingga cocok digunakan pada isolasi lemak yang terkandung di dalam buah, kloroform

juga tidak mudah terbakar sehingga bila bereaksi dengan udara tidak akan menimbulkan ledakan. Sebelum melakukan pemanasan, penambahan batu didih harus dilakukan terlebih dahulu agar

tidak terjadi bumping pada saat proses pemanasan berlangsung. Pemanasan pelarut organik dilakukan selama enam kali sirkulasi atau sampai pelarut tidak berwarna lagi yang berarti bahwa pelarut sudah tidak membawa komponen yang ingin diisolasi. Pada proses soxhletasi diperoleh

lemak yang bercampur dengan pelarut yang digunakan yaitu kloroform. Pemisahan lemak dengan kloroform dilakukan dengan menggunakan metode destilasi sederhana.

Berdasarkan percobaan, massa minyak yang diperoleh adalah 14,9476 gram sehingga diperoleh % lemak dari kemiri adalah 30%.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut cair-cair dilakukan dengan menggunakan corong pemisah dimana terdapat dua pelarut yaitu pelarut air dan pelarut organik dimana pelarut organik yang digunakan adalah kloroform.

2. Koefisien distribusi (KD) untuk sistem organik/air yang diperoleh dari ekstraksi pelarut cair-cair adalah 22,42.

3. Cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam selonsong lalu memanaskan kloroform sebagai pelarut sampai enam kali sirkulasi. 4. Kadar lemak dalam kemiri yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet adalah 30%.

B. Saran

Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya dilakukan pemisahan pelarut menggunakan rotary evaporator sehingga dapat dibandingkan pemisahan pelarut menggunakan metode destilasi sederhana dan rotary evaporator.

Page 18: Laporan ekstraksi pelarut

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya

terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut

organikPenyiapan bahan yang akan diekstrak dan plarut Selektivitas Pelarat hanya boleh

melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.

Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar

(kebutuhan pelarut lebih sedikit). Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair,

pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama

pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut

dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan

kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil,

seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam

ekstraktor sentrifugal). Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan

secara kimia pada komponen-kornponen bahan ekstarksi. Dalam hal ini bahan yang akan

dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.1[1]

Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan) yang menyimpan

karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua. Pada

wortel mentah hanya 3% β-ririencha yang dilepaskan selama proses pencernaan, proses ini dapat

ditingkatkan hingga 39% melalui pulping, memasaknya dan menambahkan minyak sawit. Wortel

Page 19: Laporan ekstraksi pelarut

mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata. Mengkonsumsi wortel baik untuk

penglihatan pada mata, terutama bisa meningkatkan pandangan jarak jauh.2[2]

Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan

atau penggambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut

air (biasanya organik)3[3].

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana mengetahui pemisahan

wortel dengan pelarut kloroform dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut cair-cair?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pemisahan wortel dengan pelarut

kloroform dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut cair-cair.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan

dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebihkomponen

dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagaiseparating agen.

Page 20: Laporan ekstraksi pelarut

Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam

campuran4[4]

Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan

atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut

lain (biasanya organik).5[5]

Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain

menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satu fase dapat

berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu

larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor

sokshlet. Metode sokshlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair

secara kontinu. Alatnya dinamakan sokshlet (ekstraktor sokshlet) yang digunakan untuk

ekstraksi kontinu dari sejumlah kecil bahan.6[6]

Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair

yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan

“bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk

analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak

digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan

anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling

Page 21: Laporan ekstraksi pelarut

sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat “Counter Current

Craig”.7[7]

Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but juga ekstraksi

air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa

pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak

memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini

didasarkan padsa distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang

tidang saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida, atau kloroform. Batasannya adalah

zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat

digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada

semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang

menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logamyang

bertindak sebagai trace (pengotor) dan ion-ion logamdalam jumlah makrogram8[8]

Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu

ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.

1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan.

Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung

di dalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.

2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair.

Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat

seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air.

Page 22: Laporan ekstraksi pelarut

Menurut Indra Wibawa (2010), Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam

teknik ekstraksi:

1. Bahan ekstraksi: Campuran bahan yang akan diekstraksi

2. Pelarut (media ekstraksi): Cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi

3. Ekstrak: Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi

4. Larutan ekstrak: Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak

5. Rafinat (residu ekstraksi): Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya

6. Ekstraktor: Alat ekstraksi

7. Ekstraksi padat-cair: Ekstraksi dari bahan yang padat

8. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction): Ekstraksi dari bahan ekstraksi

yang cair.

Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak),

melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak dalam pelarut.

Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan

kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada

dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, dan

sebaliknya.9[9]

Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch)

atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi

bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur

dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi

kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan

Page 23: Laporan ekstraksi pelarut

terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat

dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.10[10]

Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but juga ekstraksi

air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa

pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak

memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini

didasarkan padsa distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang

tidang saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida, atau kloroform. Batasannya adalah

zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat

digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada

semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang

menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logamyang

bertindak sebagai trace (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makro gram11[11]

Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini terjadi, maka satu

kali ekstraksi sudah cukup untuk memperoleh solut secara kuantitatif. Nmaun demikian,

ekstraksi akan semakin efektif jika dilakukan berulangkali menggunakan pelarut dengan volume

sedikit demi sedikit.12[12]

Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat campur, ada suatu

hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst

pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukun distribusi ketika pada tahun

Page 24: Laporan ekstraksi pelarut

1981 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak

dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah

konstanta pada suatu temperatur tertentu:

= tetapan

menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup

baik dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar,

dalam pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi yang

seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio yang

konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair yang lain:

= KDA

Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati KDA disebut koefisien

distribusi dari spesies A.13[13]

Dalam klasifikasi ekstraksi, ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi atau zat

dari campuranya dengan mernggunakan yang sesuai. Menurut Estien Yazid (2005, h,181-18)

Ekstraksi dapat digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi dan proses

pelaksanaannya.

a. Bentuk campuranya

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi

padat-cair dan ekstraksi cair-cair.

1. Ekstraksi padat-cair

Page 25: Laporan ekstraksi pelarut

Zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis

ini banyak dilakukan didalam usaha mengrisolasi zat berkhasiat yang terkandung didalam bahan

alam seperti steroid, hormon, antibiotika, dan lipida pada biji-bijian.

2. Ekstraksi cair-cair

Zat yang diekstraksi teradpat didalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair

sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau

logam-logam tertentu dalam larutan air.

b. Proses pelaksanaannya

Menurut proses pelaksanaannya ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi

berkesinambungan (kontinyu) dan ekstraksi bertahap.

1. Ekstraksi kontinyu (Continues Extraction)

Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang digunakan secara berulang-ulang sampai proses

ekstraksi selesai. Tersedia berbagai alat dari jenis ekstraksi ini seperti alat soxhlet atau Craig

Countercurent.

2. Ekstraksi bertahap (batch)

Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru sampai

proses ekstraksi selesai. Alat yang biasa digunakan adalah berupa corong pisang.

Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara

intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.

Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang

pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat

ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang

sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar

Page 26: Laporan ekstraksi pelarut

haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan

tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan

bantuan perkakas pengaduk).14[14]

Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan menyebabkan

terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat

mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya

penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan

sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah

terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan

berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.15[15]

Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch)

atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi

bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur

dengan pelarut pertama melaluicorong pisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi

kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut.setelah didiamkan beberapa saat akan

terbentuk dua lapisan, dan lapisan yang berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat

dipisahkan untuk dilakukan analisa selanjutnya16[16]

BAB III

Page 27: Laporan ekstraksi pelarut

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilakukanya percobaan ini adalah sebagai berikut :

Hari/Tanggal : Jum’at / 31Mei 2013

Pukul : 08.00-12.00 WITA

Tempat : Laboratorium Kimia Analitik Lantai Dasar UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan adalah corong pisah 100 mL, pipet skala 10 mL, gelas

piala 100 mL, gunting, erlenmeyer 250 mL, mortal dan lumpang, statif dan klem.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah aquadest, aluminium foil, kain blacu, larutan

kloroform, tissue, wartel.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Memotong kecil-kecil wortel

2. Menimbang potongan wortel sebanyak 50,0030 gr.

3. Menggerus wortel dalam mortel hingga ekstraknya keluar.

4. Mengambil ekstraknya dengan cara memeras hasil tumbukan wortel kedalam gelas kimia

menggunakan kain blacu.

5. Memindahkan ekstrak kecorong pisah.

6. Menambahkan 50 mL larutan kloroform kedalamnya.

Page 28: Laporan ekstraksi pelarut

7. Mengkocok corong pisah searah jarum jam selama 5 menit, dengan sekali-kali membuka tutup

corong.

8. Mendiamkan sampai terjadi pemisahan.

9. Mengeluarkan lapisan organik sedangkan ekstraknya dituang ke Erlenmeyer.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Perlakuan

Wortel ditmbang wortel digerus ekstrak sampel dipindahkan

Page 29: Laporan ekstraksi pelarut

50,0030 gr mortal corong pisah

Kloroform tambahkan diamkan sampai terjadi pemisahan pindahkan 5 mL, kocok

Pisahkan lapisan organiknya, lapisan ekstrak pindahkan lapisan ekstrak Dalam Erlenmeyer

Ditambah pelarut organic pemisahan I kuning tua Pemisahan II kuning bening.

Syarat-Syarat Bahan yang Akan Diekstrak dan Pelarut :

a. Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari

bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan

lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.

Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya

diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

b. Kelarutan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan

pelarut lebih sedikit).

c. Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan

ekstraksi.

d. Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar

antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah

dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda

kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal

(misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

Page 30: Laporan ekstraksi pelarut

e. Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-

kornponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia

(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi

juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus

berada dalam bentuk larutan.

f. Titik didih

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau

rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak

membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses

ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang

rendah).

B. Teori Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang menyatakan bahwa

”pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu

sama diantara dua pelarut yang saling tidak campur”. Perbandingan konsentrasi pada keadaan

setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi (KD) dan

diekspresikan dengan:

[S]org

KD=-------------

[S]aq

[S]org dan [S]aq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalam fase organik dan dalam

fase air; KD merupakan koefisien partisi.

Dalam prakteknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang berbeda karena adanya

disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga kompleksasi atau polimerisasi karenanya ekspresi yang

lebih berguna adalah rasio distribusi atau rasio partisi (D) yang diekspresikan dengan:

(Cs)org

D = -------------

Page 31: Laporan ekstraksi pelarut

(Cs)aq

(Cs)org dan (Cs)aq masing-masing merupakan konsentrasi total analit (dalam segala bentuk)

dalam fase organik dan dalam fase air; D merupakan rasio partisi.

Jika tidak ada interaksi antar analit yang terjadi dalam kedua fase maka nilai KD dan D adalah

identik.

Analit yang mempunyai rasio distribusi besar (104 atau lebih) akan mudah terekstraksi ke dalam

pelarut organik meskipun proses kesetimbangan (yang berarti 100% solut terekstraksi atau

tertahan) tidak pernah terjadi.

Kebanyakan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah dalam waktu beberapa

menit. Akan tetapi untuk efektifitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (< 1)

hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada larutan sampel secara terus-menerus.

Hal ini dapat dilakuan dengan refluks menggunakan alat yang didisain secara khusus yaitu suatu

alat ekstraktor secara terus-menerus.

Alat ekstraksi secara terus-menerus :

pelarut pengekstraksi kurang rapat dibanding dengan larutan yang mengandung solut yang akan

diekstraksi.

pelarut pengekstraksi lebih rapat dibanding dengan larutan yang mengandung solut yang akan

diekstraksi.

Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut yaitu mempunyai kelarutan yang

rendah dalam air (<10%), dapat menguap sehingga memudahkan menghilangkan pelarut organik

setelah dilakukan ekstraksi, dan mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya

kontaminasi sampel.

C. Masalah-masalah dalam Ekstraksi Pelarut

Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu: terbentuknya

emulsi, analit terikat kuat pada partikulat, analit terserap oleh partikulat yang mungkin ada, analit

terikat pada senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi, dan adanya kelarutan analit secara

bersama-sama dalam kedua fase.

Terjadinya emulsi merupakan hal yang paling sering dijumpai. Oleh karena itu jika emulsi antara

kedua fase ini tidak dirusak maka recovery yang diperoleh kurang bagus.

Page 32: Laporan ekstraksi pelarut

Emulsi dapat dipecah dengan beberapa cara :

1. Penambahan garam ke dalam fase air

2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan

3. Penyaringan melalui glass-wool

4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring

5. Penambahan sedikit pelarut organik yang berbeda

6. Sentrifugasi

Jika senyawa-senyawa yang akan dilakukan ekstraksi pelarut berasal dari plasma maka

kemungkinan senyawa tersebut terikat pada protein, sehingga recovery yang dihasilkan rendah.

Teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang terikat pada protein meliputi :

Penambahan detergen

Penambahan pelarut organik yang lain

Penambahan asam kuat

Pengenceran dengan air

Penggantian dengan senyawa yang mampu mengikat lebih kuat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kacang tanah (Arachis hipogea L) termasuk tanaman polong-polongan atau

legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu

tanaman palawija jenis leguminoceae yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi antara lain

protein, karbohidrat dan minyak.

Gamba 1.1 Kacang sebagai bahan baku ekstraksi

Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati hingga selai.

Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup tinggi yaitu berkisar antara 40-

Page 33: Laporan ekstraksi pelarut

50% dan merupakan minyak nabati yang bebas kolesterol. Karena kandungan minyaknya cukup

tinggi maka kacang tanah merupakan sumber minyak yang penting.

Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah satu kebutuhan

manusia, yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible purpose) maupun bahan non

pangan. Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah digunakan untuk minyak goreng, bahan

dasar pembuatan margarin mayonaise, salad dressing, mentega putih (shortening) dan

mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan minyak jenis lainnya karena dapat dipakai

berulang-ulang untuk menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang

tanah digunakan dalam industri sabun, face cream, shavingcream, pencuci rambut dan bahan

kosmetik lainnnya. Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah dapat dipergunakan untuk

campuran pembuatan adrenalin dan obat asma.

Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas sebagai hasil aktifitas

enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut disimpan.Besarnya asam lemak tersebut

digunakan sebagai ukuran kualitas minyak.Makin besar asam lemak bebas yang terkandung

dalam minyak tersebut maka kualitasnya makin rendah. Minyak atau lemak yang disimpan pada

kondisi penyimpanan yang tidak baik apabila diolah atau dimanfaatkan akan dihasilkan minyak

atau lemak dengan kandungan asam lemak bebas tinggi.

Penelitian ini bertujuan mempelajari kondisi optimum dari pengaruh volume pelarut dan

suhu ekstraksi pada proses ekstraksi minyak kacang tanah secara batch dengan menggunakan

pelarut n-heksana. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui dan mempraktekkan

secara langsung cara pengambilan minyak dari kacang tanah dengan proses ekstraksi. Sealin itu

dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan membagi sebuah

zat terlarut diantara dua pelarut. Hal ini dilakukan untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu

pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi sangat berperan penting dalam bidang industri untuk

penentuan kadar kafein dalam produksi teh kering atau pun bahan lain yang mengandung

kafein.

1.2 Tujuan

Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat:

Page 34: Laporan ekstraksi pelarut

1. Mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet.

2. Menentukan kadar lemak dalam sampel dengan metode ekstraksi soxhlet.

3. Menghitung massa yang hilang pada proses ekstraksi

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang dihasilkan dari praktikum ini adalah :

1. Dapat mengetahui alat dan prosedur kerja ekstraksi menggunakan pelarut

2. Dapat mengetahui kemampuan pelarut heksan dalam mengekstraksi lemah pada kacang.

3. Dapat mengetahui waktu yang di butuhkan heksan dalam mengekstraksi kacang tanah dalam

volume tertentu.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Ekstraksi

Kelarutan Senyawa dalam suau pelarut dinyatakan sebagai jumlah gram zat terlarut dalam

100 mL pelarut pada 25 0C. Senyawa akan larut dalam suatu pelarut jika kekuatan atraktif antara

kedua molekul (zat terlarut dan pelarut) adalah sesuai atau disukai. Yang polar larut dalam

pelarut polar, dan sebaliknya. Jadi sifat kepolaran senyawa non polar terjadi karena perbedaan

keelektronegatifannya kecil atau sama, misalnya C-C, C-H ; sedangkan senyawa polar terdapat

perbedaan keelektronegatifan besar seperti pada C-O, C-N, C-X. Demikian pula diantara

molekul yang mengandung O-H, atau N-H akan terjadi ikatan hidrogen (antar molekul) sangat

menentukan kelarutan

Page 35: Laporan ekstraksi pelarut

Gambar 2.1 Alat ekstraksi

Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih

senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Jika kedua fasa

tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur, disebut ekstraksi cair-cair.Partisi adalah

keadaan kesetimbangan keberhasilan pemisahan sangat tergantung pada perbedaan kelarutan

senyawa tersebut dalam kedua pelarut.Secara umum prinsip pemisahannya adalah senyawa

tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut di pelarut lainnya.Air banyak

dipakai dalam sistem ekstraksi cair-cair senyawa organik karena banyak senyawa organik yang

bersifat ion atau sangat polar yang cukup larut dalam air Pelarut lainnya adalah pelarut organik

yang tidak bercampur dengan air (yaitu bukan dari golongan alkohol dan aseton). Dalam sistem

ekstraksi ini akan dihasilkan dua fasa yaitu fasa air (aqueos) dan fasa organik. Selain syarat

kelarutan yang harus berbeda jauh perbedaannya di kedua pelarut tersebut, juga syarat lain

adalah pelarut organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari senyawa terekstraksi

(biasanya dibawah 100 0C), tidak mahal dan tidak bersifat racun

Dasar metoda ekstraksi cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa cair yang

berada dalam keadaan kesetimbangan. Perbandingan konsentrasi di kedua fasa cair disebut

koefisien distribusi (K) yaitu K=Ca/Cb. Perpindahan senyawa terlarut dari satu fasa ke fasa lain

akhirnya mencapai keadaan setimbang (pada suhu tertentu). Maka K bisa ditentukan. Efisiensi

Page 36: Laporan ekstraksi pelarut

proses ekstraksi ini tergantung pada jumlah ekstraksi dilakukan, bukan volume pelarut. Hal ini

dinyatakan dengan perhitungan konsentrasi zat terlarut :

Cn = Co [KV1/(KV1+V2)]n

Dimana Co adalah konsentrasi semula, V1 volume semula, K koefisien distribusi dan V2 volume

pengekstrak. Dengan persamaan ini kelihatan akan lebih efektif n kali ekstraksi dari pada satu

kali ekstraksi. Lebih baik dilakukan beberapa kali ekstraksi dari pada satu kali dengan jumlah

yang sama.

Tabel 2.1 Beberapa pelarut yang biasa digunakan ekstraksi

Jenis Pelarut Titik Didih

0 C

Kerapatan

g/mL

Sifat dan

penggunaanya

Air 100 1,000 Sangat luas, polar,

ionik

Dietil Eter 35 0,714 Sangat luas, mudah

terbakar

Heksan 61 0,659 Hidrokarbon/nonpolar,

terbakar

Benzen 80 0,879 Aromatik, mudah

terbakar racun

Toluen 111 0,876 Seperti benzen

Pentan 36 0,626 Non polar, mudah

terbakar

Metanol 65 Mudah terbakar racun

Kloroform 61 1,492 Sangat polar

Metilen Klorida 41 1,335 Polar, beracun

Karbontetraklorida 77 1,594 Hidrokarbon, non

polar, racun

Page 37: Laporan ekstraksi pelarut

2.2 Proses Ekstraksi

2.2.1 Ekstraksi asam basa

Ekstraksi asam basa adalah termasuk jenis ekstraksi yang didasarkan pada sifat asam

dan basa senyawa organik, disamping kelarutannya.Senyawa asam atau basa organik direaksikan

dengan basa atau asam sehingga membentuk garamnya.Garam ini tidak larut dalam pelarut

organik (non polar) tetapi larut baik dalam air. Ekstraksi basa dikembangkan untuk isolasi

kovalen asam organik dari campurannya, juga kovalen basa organik (alkaloid) yang diekstraksi

dengan asam mineral dengan cara titrasi

2.2.2 Ekstraksi padat-cair

Ekstraksi padat-cair adalah juga termasuk cara ekstraksi yang lazim disebut ekstraksi

pelarut, dimana zat yang akan diekstraksi )biasanya zat padat) terdapat dalam fasa padat. Cara ini

banyak digunakan dalam isolasi senyawa organik (padat) dari bahan alam.Efesiensi ekstraksi

padat cair ini ditentukan oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat organik

dan banyaknya kontak dengan pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan alam harus

menggunakan peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut soxhlet

2.2.3 Penyaringan dan corong pisah

Corong pisah adalah alat untuk melakukan ekstraksi cair-cair yaitu proses pengocokan

sistem dua pelarut, agar proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan beberapa lama

sampai kedua pelarut terpisah dengan baik, baru dilakukan pemisahan salah satu

pelarut.Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, ditentukan atas dasar perbedaan

kerapatannya.Kerapatan yang besar ada di bagian bawah. Proses penyaringan merupakan bagian

penting dalam pemisahan zat padat dari larutan atau zat cair. Dilakukan dengan menggunakan

kertas saring yang dipasang dalam corong.

Ada dua macam cara penyaringan yaitu penyaringan gaya berat (biasa) dan penyaringan

dengan pengisapan (suction). Penyaringan biasa digunakan untuk mengumpulkan cairan dari zat

padat yang tak larut. Kertas saring yang digunakan adalah jenis lipat (fluted). Penyaringan cara

ini sering dilakukan pada kondisi panas (penyaringan panas), misalnya untuk memisahkan

karbon aktif setelah proses penghilangan warna larutan (decolorizing). Cara penyaringan lain

adalah penyaringan dengan pengisapan (suction), yaitu cara penyaringan yang memerlukan

kecepatan dan kuat dan digunakan untuk memisahkan padatan kristal dari cairannya dalam

Page 38: Laporan ekstraksi pelarut

rektalisasi. Pengisapan dilakukan dengan menggunakan aspirator-air atau pompa vakum dengan

desain khusus. Dan corongnya yang digunakan adalah corong buchner atau corong hirsch

2.2.4 Pengeringan ekstrak

Ekstraksi yang melibatkan air sebagai pelarut umumnya air akan sedikit terlarut dalam

sejumlah pelarut organik seperti kloroform, benzen dan eter. A ir ini harus dikeluarkan sebelum

dilakuakn destilasi pelarut. Ada dua tahap pengeringan, pertama ekstrak ditambahkan larutan

jenuh natrium klorida (garam dapur) sejumlah volume yang sama. Garam akan menaikkan

polaritas air berarti menurunkan kelarutannya dalam pelarut organik. Kemudian tambahkan zat

pengering garam anorganik anhidrat yang betul betul kering atau baru. Zat pengering ini adalah

anhidrat dari garam berair kristal yang kapasitasnya sebanding dengan jumlah air kristalnya.

Yang umum digunakan adalah Magnesium Sulfat, Natrium Sulfat. Magnesium sulfat adalah

pengering paling efektif akan tetapi sangat mahal. Kalsium klorida lebih murah akan tetapi

sering membentuk komplek dengan beberapa senyawa organik yang mengandung oksigen

(misalnya etanol).

2.3 Prinsip dasar ekstraksi pelarut

Hukum fase Gibb’s menyatakan bahwa :

P + V = C + 2

Keterangan :

P = fase

C = Komponen

V = Derjat kebebasan

Pada ekstraksi pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan organik, C= 1, yaitu zat

terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanan tetap, sehingga V = 1,

jadi kita akan dapat :

Page 39: Laporan ekstraksi pelarut

2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2

2.4 Klasifikasi Ekstraksi

Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah

mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion

berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam

berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .

Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies

ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan

pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang

tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi

sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat

pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.

Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu,

dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana.

Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan

pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi

yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.

Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil

yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut

sedikit-sedikit.(Khopkar 1990).Perbandingan antara konsentrasi solut dalam fase organik

terhadap solut dalam fase air disebut koefisien distribusi (Kd).

2.5 Tujuan Ekstraksi

Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang

terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini adalah perpindahan massa komponen zat

padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

Page 40: Laporan ekstraksi pelarut

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini,

prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk

mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,

flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan

keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan

untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka.Hal ini diikuti dengan uji kimia

atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat

dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba

yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus

ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut,

khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.

4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini

(utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji

organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk

mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

2.6 Metode Ekstraksi

2.6.1 Ekstraksi secara dingin

1. Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari

cahaya. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara

lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang

digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur

keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :

Modifikasi maserasi melingkar Modifikasi maserasi digesti

Page 41: Laporan ekstraksi pelarut

Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat Modifikasi remaserasi

Modifikasi dengan mesin pengaduk Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan

sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh

pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke

dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.

Keuntungan metode ini adalah :

Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap

pemanasan secara langsung. Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini :

Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam

pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut

dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap

pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak

dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 :

1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang

berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

2. Metode Perkolasi

Page 42: Laporan ekstraksi pelarut

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang

telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel

padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak

merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama

proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

2.6.2 Ekstraksi secara panas

1. Metode refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari

operator.

2. Metode destilasi uap Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman.Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

2.7 Syarat Pelarut

Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung

gugus yang bersangkutan.

Adapun syarat pelarut lainnya yaitu :

Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.

Kelarutan pelarut organik rendah dalam air Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air

Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjut

2.8 Pelucutan (Striping)

Page 43: Laporan ekstraksi pelarut

Pelucutan adalah pengambilan kembali zat terlarut yang telah diekstraksi dari fase organik

untuk

digunakan dalam analisis lebih lanjut :

Zat terlarut yang telah diekstrak dapat diukur absorbansinya menggunakan kolorimeter untuk mengetahui konsentrasinya

Bila fase organik mudah menguap (dietil eter) dapat ditambah sedikit air kemudian

diuapkan di atas penangas air untuk mendapatkan zat terlarutnya Bila pelarut pengekstrak tidak mudah menguap, zat terlarut dipisahkan dari pelarut

dengan cara kimia, yaitu dengan mencampur larutan asam atau reagensia lain dengan

pengocokan

2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:

Tipe persiapan sampel

Waktu ekstraksi

Kuantitas pelarut

Suhu pelarut

Tipe pelarut

Minyak dapat diekstraksi dengan perkolasi, imersi, dan gabungan perkolasi-imersi. Dengan

metode perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa merendam dan berkontak dengan seluruh

spasi diantara partikel. Sementara imersi terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut

yang bersirkulasi di dalam ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:

Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan permukaan bahan selalu

tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.

Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara periodeik sampai bahan

benar-banar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu pelarut mengalir perlahan pada

permukaan bahan, bahkan saat sirkulasinya cepat.

Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk mempermudah pelarut

bergerak melalui bahan.

Page 44: Laporan ekstraksi pelarut

Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current terhadap bahan.

Sehingga bahan dengan kandungan minyak paling sedikit harus berkontak dengan pelarut

yang kosentrasinya paling rendah.

Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang kandungan minyaknya lebih

mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi

minyak yang berdifusi lambat.

BAB III

METOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan :

No. Alat Jumlah

1. Labu Erlenmeyer 1 buah

2. Pembakar spirtus 1 buah

3. Statif 1 buah

4. Klem 1 buah

5. Termometer 1 buah

6. Timbangan 1 buah

7. Kaca arloji 1 buah

8. Spatula 1 buah

9. Botol semprot 1 buah

10. Korek api 1 buah

11. Corong pisah 1 buah

12. Kertas saring 1 buah

13. Stopwatch 1 buah

14. Gelas ukur 1 buah

Page 45: Laporan ekstraksi pelarut

15. Kaki tiga 1 buah

16. Kasa 1 buah

17 Gelas kimia 1 buah

18 Corong 1 buah

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan :

a. kacang tanah

b. n-hexane

c. air

3.3 Gambar Alat

Page 46: Laporan ekstraksi pelarut

Gambar 3.1 Ekstraktor soxhlet

Nama-nama instrumen dan fungsinya :

Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses pengembunan

Timbal : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya

Pipa F : berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses penguapan

Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus

Labu alas bulat: berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya

Hot plate : berfungsi sebagai pemanas larutan

3.4 Prosedur Percobaan

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah:

1. Menghaluskan butiran kacang tanah dengan menggunakan blender kemudian menimbang

sebanyak 200 gr.

Page 47: Laporan ekstraksi pelarut

2. Memindahkan kacang tanah yang telah dihaluskan secara hati-hati ke dalam selongsong

yang diberi kapas pada kedua sisinya lalu mengikat dengan benang.

3. Mengisi labu pemanas dengan n-heksan sebanyak 250 mL dan menaruh batu didih di

dalam labu pemanas. Memanaskan labu sedemikian rupa sehingga n-heksane akan

mendidih secara sempurna. Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor.

4. Mengekstraksi kacang tanah selama 3 kali sirkulasi. Setelah selesai, memasang labu yang

berisi n-heksane ke alat rotasi evaporator dan menguapkan sampai seluruh kn-heksane

hilang.

5. Membersihkan bagian luar labu dengan tissue, kemudian menimbang labu tersebut

dengan minyak/ lemak di dalamnya, mengukur volume minyak yang diperoleh.

6. Menentukan kadar lemak dalam % dan menghitung berat jenisnya.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Tabel 4.1 Runtutan hasil pengamatan

No Zat Uji Perlakuan Hasil Pengamatan

1 200 gram kacang

tanah

Diblender atau

digiling lalu

ditambahkan n-

hexane

Tumbukan kacang halus dan kasar. Di

bungkus dengan kertas saring.

2 Campuran Awal Disaring Membungkus minyak dengan kertas

saring. Guna untuk mengambil minyak

kacang pada proses ekstraksi pelarut.

Page 48: Laporan ekstraksi pelarut

3 Minyak kacang

yang di peroleh

Dilakukan

pemisahan minyak

kacang dari pelarut

n-heksane

Pemisahan minyak dengan pelarut dengan

cara menguapkan pelarut hingga di

peroleh minyak yang tidak menguap.

4 Penimbangan

berat minyak

yang di peroleh

Didiamkan min.

10 menit

Minyak yang di peroleh dari proses

ekstraksi pelarut, di ukur berat minyak,

serta di tentukan kadar air yang

terkandung di dalamnya .

5 Perbandingan

minyak yang di

peroleh

Antara kacang

yang di tumbuk

dengan kacang

yang di blender.

Di lakukanya perbandingan minyak yang

di peroleh pada saat ekstraksi pelarut.

4.2 Analisis dan Pembahasan

Pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dan

menentukan kadar minyak dalam sampel dengan metode ekstraksi soxhlet. Dalam hal ini, kacang

tanah yang dijadikan sebagai sampel padat yang akan diekstraksi dengan pelarut cair yaitu n-

hexane. Kacang tanah diblender sampai halus kemudian ditimbang sebanyak 200gr yang

berfungsi sebagai berat sampel, lalu kacang tanah dimasukkan ke dalam kertas saring yang

dibuat selongsong dan diberi kapas pada kedua sisinya yang berfungsi agar pada saat ekstraksi

serbuk kacang tanah tidak ikut keluar bersama dengan minyak. Setelah itu mengisi labu pemanas

dengan n-hexane sebanyak 250 mL yang berfungsi sebagai pelarut cair yang mudah menguap

untuk mengekstraksi kacang tanah dan di dalam labu pemanas diberi batu didih yang berfungsi

untuk menyerap panas agar tidak terjadi bumping pada saat pemanasan. Selanjutnya mengalirkan

air pendingin ke dalam kondensor yang berfungsi ketika n-hexane menguap dan mengenai

dinding kondensor, maka n-heksane akan masuk kembali ke dalam labu pemanas bersama

Page 49: Laporan ekstraksi pelarut

minyak kacang tanah. Mengekstraksi kacang tanah selama 3 kali sirkulasi, selanjutnya

memasang labu pemanas yang berisi campuran minyak kacang tanah dan n-hexane ke alat

evaporator yang berfungsi untuk menguapkan n-hexane sampai suhu tertentu sehingga ketika

semua kloroform hilang, hanya minyak kacang tanah yang terdapat pada labu pemanas.

Selanjutnya membersihkan bagian luar labu pemanas dengan menggunakan tissue lalu

menimbang berat labu pemanas yang berisi minyak yang berfungsi untuk mengetahui berat

minyak yang diperoleh ketika ekstraksi dengan metode ekstraksi soxhlet.

Berdasarkan data di atas, kadar minyak kacang tanah yang diperoleh dari ekstraksi pelarut padat

cair dengan metode ekstraksi soxhlet yaitu sebanyak 27,60%. Dalam hal ini persen kadar yang

diperoleh sangat sedikit karena pada saat mengekstraksi hanya 3 kali sirkulasi yang seharusnya

ekstraksi dilakukan paling sedikit sebanyak 6 kali sirkulasi atau selama kurang lebih 2 jam agar

hasil minyak kacang tanah yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet memiliki persen yang lebih

tinggi.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari data percobaan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak lemak dengan menggunakan pelarut organic, setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung persentasenya.

Pelarut yang digunakan pada percobaan kali ini adalah n-heksana. Pemilihan pelarut ini

didasarkan pada sifatnya yang non polar, volatile dan dapat menarik lemak dan sukar larut dalam air.

Mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet yaitu dengan merangkai alat ekstraksi lalu memasukkan pelarut ke labu pemanas dan mengisi zat padat pada selongsong yang selanjutnya diekstraksi sampai menghasilkan minyak.

Kadar minyak dalam sampel kacang tanah yang diperoleh dari metode ekstraksi soxhlet sebanyak

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan adalah : Kelebihan dari metode sokhletasi adalah pelarut masih utuh, masih dapat digunakan

untuk ekstraksi bahan yang lain, dan dapat melarutkan bahan yang lebih banyak karena

adanya pemanasan.

Page 50: Laporan ekstraksi pelarut

Kekurangan metode sokhletasi adalah kurang efektif, karena harga pelarut mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan

5.2 Saran

Beberapa hal yang dapat disarankan setelah proses ekstraksi ini berlangsungadalah sebagai

berikut :

Sebelum praktek pelajari atau memahami prosedur yang akan dilaksanakan. Cek alat sebelum digunakan.

Lakukan pengontrolan saat proses berlangsung. Berhati-hatilah saat melakukan proses ekstraksi.

Kerja sama kelompok sangat diperlukan. Jaga kebersihan selama praktek.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden. 2009. Kimia Organik I. Bandung : Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

http://id.wikipedia.org/wiki/Kafeina

Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007. Ekstraksi Soxhlet. 2009. http://catatankimia.com/diakses pada tanggal 20 April 2012.

Kacang Tanah. 2011. http://id.wikipedia.org/diakses pada tanggal 20 April 2012. Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 2008. Kloroform. 2011. http://id.wikipedia.org/diakses pada tanggal 20 April 2012.

Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 1989.