laporan farkin oral 1 kel.4 gol.1

33
LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA FITING DATA DARAH SECARA ORAL SECARA MANUAL UNTUK KOMPARTEMEN 1 KELOMPOK IV GOLONGAN I Ni Kadek Ariani 1308505022 A. A. Ngurah Wisnu Wardhana 1308505023 Made Ririn Sutharini 1308505024 Wayan Agus Wijaya 1308505026 Puput Rhamadani Harfa 1308505027 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Upload: ririn-sutharini

Post on 13-Jul-2016

301 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

Laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

FITING DATA DARAH SECARA ORAL SECARA MANUAL UNTUK

KOMPARTEMEN 1

KELOMPOK IV

GOLONGAN I

Ni Kadek Ariani 1308505022

A. A. Ngurah Wisnu Wardhana 1308505023

Made Ririn Sutharini 1308505024

Wayan Agus Wijaya 1308505026

Puput Rhamadani Harfa 1308505027

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 2: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

I. TUJUAN

I.1. Mengetahui persamaan farmakokinetika dari pemberian obat secara per-oral.

I.2. Mengetahui besaran dari masing-masing parameter farmakokinetika rute oral

kompartemen 1.

II. DASAR TEORI

II.1.Pemodelan Farmakokinetika Absorpsi Obat Model Satu Kompartemen

Absorpsi sistemik suatu obat dari saluran cerna atau tempat ekstravaskulaer yang lain

bergantung pada bentuk sediaan, anatomi, dan fisiologi tempat absorpsi. Faktor-faktor seperti

luas permukaan dinding usus kecepataan pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna,

dan aliran darah ke tempat absorbsi, semuanya mempengaruhi laju dan jumlah absorpsi obat.

Walaupun ada variasi, keseluruhan laju absorpsi obat dapa0t digambarkan secara matematik

sebagai suatu proses orde kesatu atau orde nol. Sebagian besar model farmakokinetik

menganggap absorpsi mengikuti orde kesatu, kecuali apabila anggapan absorpsi orde ke nol

memperbaiki model secara bermakna atau telah teruji dengan percobaan (Shargel dan Yu,

2005).

Model kompartemen yang digunakan berupa kompartemen tunggal yang merupakan

kompartemen sentral (plasma). Berikut skema penggambaran farmakokinetika kompartemen

tyang menunjukkan perubahan jumlah obat yang dapat diserap pada extravaskular.

Berdasarkan model diatas, persamaan 2.1. menggambarkan perubahan jumlah obat

yang diserap ( ) ditempat pemejanan atau saluran cerna (Jambhekar and Breen, 2009).

Gambar 1. Absorpsi obat kompartemen satu dengan laju eliminasi orde pertama. Dimana merupakan jumlah obat tersisa yang dapat diserap dalam saluran

cerna atau tempat pemejanan pada waktu . adalah jumlah obat dalam darah

pada waktu ; adalah jumlah obat yang diekskresikan pada waktu .

merupakan konstanta laju absorpsi obat orde pertama dan ( ) merupakan

Page 3: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Dimana menunjukkan berkurangnya obat di tempat kontak per unit waktu;

adalah tetapan laju absorbsi obat; jumlah obat tersisa untuk penyerapan pada waktu .

Penurunan rumus diatas menjadi :

Namun, seperti yang diketahui bahwa sejumlah dosis yang diberikan tidak seluruhnya

selalu terabsorbsi, melainkan berupa sejumlah fraksi dari dosis pemberian, maka nilai

merupakan jumlah fraksi dosis obat yang diserap, yaitu ( : fraksi obat diabsorpsi; :

dosis obat). Persamaan menjadi (2.2.) :

(Jambhekar and Breen, 2009)

Sedangkan, laju perubahan obat dalam tubuh (plasma) dinyatakan dalam persamaan

2.3. berikut :

Dari perasmaan diatas menunjukkan bahwa perubahan jumlah obat dalam tubuh

merupakan perbedaan antara laju absorpsi dan eliminasi obat. Pada masa-masa awal

pemberian obat, laju absorpsi obat jauh lebih besar dari laju eliminasinya. Kemudian

perbedaan ini akan semakin kecil seiring berjalannya waktu sampai selisih keduanya sama

dengan 0 pada (waktu saat tercapainya jumlah obat terbesar dalam tubuh, ). Setelah

itu, pada masa-masa akhir pemberian obat, laju eliminasi obat menjadi jauh lebih besar dari

Gambar 2. Ilustrasi profil jumlah obat dalam tubuh ( ), dengan laju absorpsi

dan eliminasi mengikuti orde pertama (Jambhekar and Breen, 2009).

(2.2)

Page 4: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

laju absorpsi obat, yang ditunjukkan dengan profil jumlah obat dalam tubuh yang menurun.

Perlu diingat bahwa baik laju absorpsi dan laju eliminasi selalu berubah seiring berjalannya

waktu (apabila absorpsi dan eliminasi mengikuti orde pertama).Hal ini ditunjukkan pada

gambar profil obat secara rektilinear (Jambhekar and Breen, 2009).

Integral dari persamaan 2.3. memberikan persamaan 2.4. berikut, yaitu:

Dengan mensubtitusi jumlah obat dalam plasma pada waktu dengan , maka :

Dari persamaan tersebut, untuk menentukan dan (tetapan laju eliminasi) dapat

dilakukan dengan membuat profil kadar obat terhadap waktu menggunakan kertas

semilogaritma, dan kemudian ditentukan dari persamaan exponensial pada fase

akhir. Hal ini ditunjukkan dengan gambar berikut.

Gambar 3. Plot semilogaritma dari konstrasi obat dalam plasma terhadap

waktu ( vs. ) pada dosis ekstravaskular; Menggambarkan cara perolehan

(Jambhekar and Breen, 2009).

(2.4)

Page 5: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Cara lainnya, yaitu dengan memplot secara rektilinear hubungan log Cp vs. t, dan

ditentukan slope dari kurva tersebut. Dimana nilai setara dengan ) dan

diperoleh dari (Shargel dan Yu, 2005; Jambhekar and Breen, 2009).

Parameter lain yang penting dalam farmakokinetika absorpsi obat, ialah tetapan laju

absorpsi atau . Metode yang digunakan untuk menentukan dengan model satu

kompartemen terbuka, yaitu:

a. Metode Residual

Disebut juga metode “feathering” atau “curve stripping”, metode ini digunakan dengan

memisahkan profil kadar obat dalam plasma terhadap waktu dalam semilogaritma yang

merupakan profil bieksponensial menjadi dua bagian monoeksponensial absorpsi dan

eliminasi. Langkah-langkah yang diperlukan, yaitu :

1. Gambarkan konsentrasi obat dalam plasma ( ) terhadap waktu ( ) dalam plot

semilogaritma.

2. Dibuat tiga kolom berturut-turut , dan , ditentukan nilai log

berdasarkan data .

3. Tentukan tetapan laju eliminasi ( ) dari slope kurva linear fase akhir terhadap

waktu. Jumlah titik diambil minimal tiga buah atau lebih asalkan linearitas sedekat-

dekatnya dengan 1. Nilai tetapan laju eliminasi, yaitu .

Konstanta regresi linear vs setara dengan . Persamaan regresi linear

fase akhir vs. berupa :

Berikut bentuk persamaan eksponensialnya, yaitu :

Page 6: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

dengan merupakan titik potong garis pada sumbu y dalam plot

semilogaritma. Kemudian dientukan nilai ekstrapolasi dengan memasukkan waktu-

waktu ( ) pada fase awal ke dalam persamaan eksponensial fase akhir berikut :

.

4. Dicari nilai , dengan mengurangi setiap titik ekstrapolasi dengan pada data

yang diperoleh. Dan ditentukan nilai .

5. Tentukan tetapan laju absorbsi ( ) dari slope kurva linear terhadap waktu.

Nilai tetapan laju absorbsi, yaitu . Konstanta regresi linear

vs setara dengan . Persamaan regresi linear vs. berupa :

secara eksponensial, yaitu :

dengan merupakan titik potong garis pada sumbu y dalam plot

semilogaritma.

6. sudah diperoleh, sebagai tambahan dipeoleh formula eksponensial kadar plasma

darah pada waktu tertentu :

Page 7: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Lebih jelasnya, metode residual ditunjukkan dengan gambar berikut.

b. Metode Wagner-Nelson

Berdasarkan model 1 kompartemen terbuka (Gambar 1.), jumlah obat dalam tubuh

yang telah diabsorbsi dari jaringan ekstravaskular mengalami dua kinetika dalam tubuh, yaitu

berada dalam plasma dan tereliminasi dari tubuh. Secara matematis sebagai berikut.

Dimana XA merupakan jumlah obat yang terabsorpsi pada waktu t; X merupakan jumlah obat

dalam tubuh (plasma) pada waktu t; dan XE merupakan jumlah obat yang tereliminasi pada

waktu t. Secara diferensial ditulis sebagai :

Diketahui bahwa nilai dan .

Untuk mencari jumlah akumulasi obat yang terabsorbsi dari waktu 0 sampai t merupakan

integral persamaan diatas, diperoleh :

Gambar 4. Plot semilogaritma profil konsentrasi obat dalam plasma terhadap waktu. Menggambarkan metode residual (Jambhekar and Breen, 2009).

Page 8: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Mengingat merupakan jumlah akumulasi obat yang terserap selama satuan waktu

pemejanan. Dan nilai merupakan luas area dibawah kurva kadar obat dalam plasma

terhadap waktu dari waktu 0 sampai . Secara teoritis, semakin lama waktu pemejanan obat

pada ekstravaskular, maka semakin banyak obat yang terabsorpsi ke dalam tubuh dan fraksi

obat yang mampu terserap seluruhnya diasumsikan tercapai pada waktu , maka :

Bentuk menyatakan jumlah kadar obat dalam plasma pada waktu yang sangat jauh (

), semakin lama waktu obat dalam tubuh, maka jumlah obat akan semakin sedikit

seiring dengan eliminasi, dan pada waktu yang sangat lama ( ), kadar obat dalam plasma

sudah tidak tersisa ( ). Persamaan menjadi :

Fraksi obat yang terabsorpsi tiap waktu adalah :

Dan fraksi obat tak terabsorpsi tiap waktu adalah :

Disisi lain, jumlah obat tak terabsorpsi setara dengan jumlah obat yang tertinggal pada

jaringan ekstravaskular. Untuk absorpsi orde kesatu berdasarkan pemodelan Gambar 1.,

maka :

Page 9: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Nilai merupakan fraksi obat tak terabsorpsi. Dalam menentukan nilai pertama

terlebih dulu mencari slope kurva hubungan terhadap waktu, sehingga

diperoleh persamaan regresi linear berupa :

Validasi persamaan diamati dengan melihat persamaan regresi linear diatas melalui nilai

. Dimana secara teoritis, nilai ini harus sama dengan 0 mengingat persamaan

dengan nilai konstanta regresi 0, maka semakin nilai

mendekati 0, maka diperoleh pendekatan yang semakin baik terhadap nilai . diperoleh

dengan :

(Jambhekar and Breen, 2009).

II. ALAT

a. Laptop

b. Plot Semilogaritma dan milimeter-blok

c. Kalkulator

d. Penggaris

e. Bolpoint

f. Pensil

III. CARA KERJA

Data 1 (Metode Residual Satu Kompartemen Terbuka)

Page 10: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

IV. DATA

1. Data Kompartemen 1 seorang pasien memiliki berat badan dan di berikan obat

siprofloksasin dengan dosis 500 mg. setelah diukur kadar plasmanya beberapa waktu

diperoleh data sebagai berikut :

24 1,2

28 0,81

32 0,54

36 0,36

48 0,1Pertanyaan:

a. Tentukan Orde dari mode absorbs dan parameter farmakokinetiknya!

2. Konsentrasi obat dalam plasma pada seorangpenderita yang menerima dosis oral

tunggal suatu obat (10 mg/kg) dengan bb 55 kg didapatkan sebagai berikut

Page 11: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Waktu (jam) Konsentrasi (µg/ml)

0 0

2 23,7

4 35,4

6 39,6

8 39,6

10 37,2

12 33,7

14 29,7

16 25,8

18 22,1

20 18,7

22 15,8

24 13,2

26 11

28 9,14

Dengan menganggap 80% terabsorbsi, tentukan

a. Tetapan lajuabsorbsi Ka ?

b. T1/2 eliminasi ?

c. T maks ?

d. Volume distribusi penderita ?

3. Suatu obat diberikan per oral dengan dosis tunggal( Dpo = 50 mg) kepada sebjek. Kemudiaan darah

diambil melalui vena kubuti secara serial setiap interval waktu tertentu untuk peneyapan kadar obat

dalam dara. Ternyata diperoleh kadar obat dalam darah terhadap waktu sampling seperti dibawah ini :

Waktu (jam) Konsentrasi (µg/ml)

0 0

0,5 5,36

1 9,95

2 17,18

4 25,75

8 29,78

12 26,63

18 19,4

Page 12: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

24 13,26

36 5,88

48 2,56

72 0,49

a. Hitunglah waktu paruh absorbs dan eliminasi obat, C maks , T maks, AUC,Vd dan Cl jika

diketahui ketersediaan hayati obat 0,80!

b. Berapa perkiraan jumlah obat yang tersisa 40 jam setelah pemberian ?

V. PERHITUNGAN

5.1 Data 1

Tabel 1. Hasil Pengolahan Data dengan Metode Residual

Time Cp ln Cp 1/Cp Ln Cp’ Cp' Cp'-Cp Ln (Cp'-Cp)

0 0 0 0 2,57 13,0658 13,0658 2,57001 3,13 1,1410 0,8764 2,47 11,8224 8,6924 2,16252 4,93 1,5953 0,6268 2,37 10,6974 5,7674 1,7522

3 5,86 1,7681 0,5656 2,27 9,6794 3,8194 1,34014 6,25 1,8326 0,5457 2,17 8,7583 2,5083 0,9196

5 6,28 1,8374 0,5443

6 6,11 1,8099 0,5525

7 5,81 1,7596 0,5683 Intersep T ½

8 5,45 1,6956 0,5898 2,571 13,078

9 5,06 1,6214 0,6168 C0 Ke AUC

10 4,66 1,5390 0,6498 13,078 0,100 6,909

12 3,9 1,3610 0,7348

14 3,24 1,1756 0,8506 Ka Intersept T ½

16 2,67 0,9821 1,0182 0,4141 2,579 1,674

18 2,19 0,7839 1,2757 Co

24 1,2 0,1823 5,4848 13,181

28 0,81 -0,2107 -4,7456

32 0,54 -0,6162 -1,6229

36 0,36 -1,0217 -0,978848 0,1 -2,3026 -0,4343

Page 13: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Pada pengerjaan, dilakukan pembuatan kurva untuk mengetahui apakah farmakokinetika dari

data tersebut mengikuti orde 0 atau orde 1 dan kompartemen 1 atau 2.

Gambar 1. Kurva waktu terhadap Ln Cp

Setelah membuat kurva antara waktu dengan ln konsentrasi, ditarik kesimpulan bahwa data

farmakokinetika ini mengikuti orde 1 dan kompartemen 1. Maka digunakan persamaan-

persamaan dalam mencari faktor-faktor farmakokinetik.

a. Persamaan yang menerangkan perubahan kadar darah terhadap waktu

K absorpsi (Ka)

K absorpsi diperoleh dengan menggunakan 4 data dari tabel 1 hasil pengolahan data. Dibuat

kurva hubungan antara t dan Ln (Cp’-Cp).

Gambar 2. Kurva waktu terhadap Ln (Cp’-Cp)

y= -0,414x + 2,578

b= -0,414

Page 14: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

a= 2,578

Maka:

K absorpsi = -b

= - (-0,414)

= 0,414/jam

K eleminasi (Ke)

K eliminasi diperoleh dengan menggunakan 11 data terakhir dari tabel 1 hasil pengolahan

data. Dibuat kurva hubungan antara t dan Ln Cp.

y = - 0,1003x + 2,5709

b = - 1003

a = 2,5709

Maka:

K eliminasi = -b

= - (-0,1003)

= 0,1003/jam

b. Nilai parameter yang menerangkan disposisi obat pada subjek

Waktu Paruh ( ) absorpsi

=

=

= 1,674 jam

Waktu Paruh ( ) Eliminasi

=

=

= 6,909 jam

Page 15: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

C0 absorpsi

C0 = e intersep

= e 2,579

= 13,181

C0 eleminasi

C0 = e intersep

= e 2,5709

= 13,078

AUC

-

-

= 6,909 µg jam /mL

5.2 Data 2

Tabel 2. Hasil Pengolahan Data dengan Metode Residual

Time Cp ln Cp 1/Cp Ln Cp’ Cp' Cp'-Cp Ln (Cp'-Cp)

0 0 0 0 0 0 0 0

2 23,73,16547

5048 0,042194 4,586 98,10124 74,40124 4,3094726

4 35,43,56671

182 0,028249 4,404 81,77732 46,37732 3,8368106

6 39,63,67882

9118 0,025253 4,222 68,16969 28,56969 3,3523463

8 39,63,67882

9118 0,025253 4,04 56,82634 17,22634 2,8464398

10 37,23,61630

8761 0,026882 3,858 47,37052 10,17052 2,3194929

12 33,73,51749

7837 0,029674 3,676 39,48813 5,788125 1,7558084

14 29,73,39114

7046 0,03367 3,494 32,91735 3,217354 1,1685593

16 25,83,25037

4492 0,03876 3,312 27,43995 1,639951 0,4946661

18 22,13,09557

7609 0,045249 3,13 22,87398 0,77398-

0,2562098

Page 16: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

20 18,72,92852

3524 0,053476 2,948 19,06778 0,36778-

1,0002703

22 15,82,76000

994 0,063291

24 13,22,58021

683 0,075758Ke intercept Co el.

26 112,39789

5273 0,0909090,091 4,768 117,70

28 9,142,21266

0385 0,109409Ka intercept Co ab.

0.240 4,782 119,34

Pada pengerjaan, dilakukan pembuatan kurva untuk mengetahui apakah farmakokinetika dari

data tersebut mengikuti orde 0 atau orde 1 dan kompartemen 1 atau 2.

Gambar 3. Kurva Waktu terhadap Ln Cp

Setelah membuat kurva antara waktu dengan ln konsentrasi, ditarik kesimpulan bahwa data

farmakokinetika ini mengikuti orde 1 dan kompartemen 1. Maka digunakan persamaan-

persamaan dalam mencari ka, , t ½ eleminasi, T maks, Vd.

a. Persamaan yang menerangkan perubahan kadar darah terhadap waktu

K absorpsi (Ka)

K absorpsi diperoleh dengan menggunakan 4 data dari tabel 1 hasil pengolahan data. Dibuat

kurva hubungan antara t dan Ln (Cp’-Cp).

Page 17: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Gambar 4. Kurva waktu terhadap (Ln Cp’-Cp)

Dari grafik di atas diperoleh persamaan regresi linear -0,24x + 4,782. Maka:

a.K absorpsi = -b

= - (0,24)

= 0,24/jam

b.Penetapan Waktu paruh ( ) Eliminasi

Waktu paruh ( ) Eleminasi

=

=

= 7,615 jam

Page 18: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

= 6,50 jam

C. Volume Distribusi Penderita

= 796,16 µg jam / mL

Dosis = 10 mg/kg = 10000

BB = 55 Kg

Dpo = 55.000

Volume Distribusi (Vd)

= 607,31 mL

5.3 Data 3

Tabel 1. Hasil Pengolahan Data dengan Metode Residual

Time Cp ln Cp 1/Cp Ln Cp’ Cp' Cp'-Cp Ln (Cp'-Cp)

0 0 0 - 4,24 69,40785 69,40785 4,240,5 5,36 1,68 0,19 4,206 67,08765 61,72765 4,122732

1 9,95 2,30 0,10 4,172 64,84501 54,89501 4,0054225

217,1

8 2,84 0,06 4,104 60,58213 43,40213 3,77050857

425,7

5 3,25 0,04 3,968 52,87867 27,12867 3,30059102

829,7

8 3,39 0,03 3,696 40,28584 10,50584 2,35193113

1226,6

3 3,28 0,04 3,424 30,69194 4,061938 1,4016600918 19,4 2,97 0,05 3,016 20,40949 1,00949 0,00944548

2413,2

6 2,58 0,0836 5,88 1,77 0,17 slope el. Ke intersep el 48 2,56 0,94 0,39 -

0,0687810,068781 4,24

Page 19: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

133

72 0,49 -0,71 2,04slope absorpsi Ka T ½ el.

-0,234 0,234 10,07544t 1/2 ad. C0 el intersep ad.2,961538 69,40785 4,24C0 ad. AUC Tmaks

69,40785 712,497 7,4107253

Vd Cl C maks813,6316

6 56,1405829,5300647

3

Pada pengerjaan, dilakukan pembuatan kurva untuk mengetahui apakah farmakokinetika dari

data tersebut mengikuti orde 0 atau orde 1 dan kompartemen 1 atau 2.

Gambar 4. Kurva waktu terhadap Ln Cp

Setelah membuat kurva antara waktu dengan ln konsentrasi, ditarik kesimpulan bahwa

data farmakokinetika ini mengikuti orde 1 dan kompartemen 1. Maka digunakan persamaan-

persamaan dalam mencari waktu paruh eleminasi dan absorpsi obat, Cmaks, AUC, Vd, Cl serta

persamaan farmakokinetika dengan ketersediaan hayati sebesar 0,80.

Page 20: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Gambar 5. Kurva waktu terhadap Ln Cp

a. Nilai parameter yang dicari dari data di atas

Waktu Paruh ( ) absorpsi

=

=

= 2,961538 jam

Waktu Paruh ( ) Eliminasi

=

=

= 10,07544 jam

AUC

-

-

Page 21: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

= 712,497 µg jam /mL

Vd

Vd =

=

= 813,63166 mL

Cl

Cl =

=

= 56,14058 mL/jam

C maks

C maks = x e-ke x t maks

= x e 0,069 x 7, 41

= 29,53006473 µg

b. Jumlah Sisa Obat Setelah 40 jam

Untuk mengetahui jumlah obat (D) saat t= 40, maka dicari terlebih dahulu konsentrasi obat

(C) saat t= 40

Konsentrasi obat saat t= 40 ( )

= 4,609 µg/mL

Jumlah obat saat t= 40 ( )

Page 22: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

= 3,75 mg

VI. PEMBAHASAN

Profil perkembangan kadar obat dalam darah yang diamati pada praktikum ini adalah

profil kinetika dimana obat yang diberikan secara ekstravaskular yaitu oral. Obat akan masuk

ke dalam sistem peredaran darah secara perlahan-lahan melalui suatu proses absorpsi sampai

mencapai puncaknya, kemudian akan turun (Cahyati, 1985). Berikut adalah kurva

perkembangan kadar obat dalam darah menurut model satu kompartemen setelah pemberian

obat secara ekstravaskular oral:

Gambar 1. Kurva perkembangan kadar obat dalam darah menurut model satu kompartemen

setelah pemberian obat secara ekstravaskular oral (Cahyati, 1985).

Berdasarkan kurva tersebut dapat dilihat bahwa pada data ini terdapat dua fase

perubahan farmakokinetika, yaitu fase absorpsi dan fase eliminasi. Hal tersebut menunjukan

bahwa data tersebut mengikuti pemodelan farmakokinetika kompartemen satu terbuka dimana

perubahan kadar obat dalam plasma berubah seiring dengan perubahan laju absorpsi serta laju

eliminasi di setiap waktunya. Dengan penggunaan model inilah maka dari data eksperimental

dapat diperoleh harga-harga: Volume distribusi (Vd), waktu paruh eliminasi (T1/2β),

konsentrasi pada steady state (Css), waktu pencapaian konsentrasi maksimum (Tmaks),

Page 23: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

konsentrasi maksimum (Cmaks), konstanta kecepatan absorpsi (Ka), konstanta kecepatan

eliminasi (Kel), dan lain-lain (Cahyati, 1985).

Volume distribusi (vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan

kadar plasma atau serum. Vd tidak perlu menunjukkan volume penyebaran obat yang

sesungguhnya ataupun volume secara anatomik, tetapi hanya volume imajinasi dimana tubuh

dianggap sebagi 1 kompartemen yang terdiri dari plasma atau serum, dan Vd menghubungkan

jumlah obat dalam tubuh dengan kadarnya dalam plasma atau serum (Setiawati, 2005).

Plasma half-life (T1/2) merupakan ukuran untuk lamanya efek obat, maka t1/2 bersama grafik

kadar-waktu penting sekali sebagai dasar untuk menentukan dosis dan frekuensi pemberian

obat yang rasional, dengan kata lain berapa kali sehari sekian mg. Dosis yang terlalu tinggi

atau terlalu frekuen dapat menimbulkan efek toksis, sedangkan dosis terlampau rendah atau

terlalu jarang tidak menghasilkan efek, bahkan pada kemoterapeutika dapat menimbulkan

resistensi kuman (Waldon, 2008). Pada tmaks absorpsi obat adalah terbesar, dan laju absorpsi

obat sama dengan laju eliminasi obat. Absorpsi masih berjalan setelah tmaks tercapai, tetapi

pada laju yang lebih lambat. Harga tmaks menjadi lebih kecil (berarti sedikit waktu yang

diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak) bila laju absorpsi obat menjadi lebih

cepat (Shargel, 2005). Klirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa

mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Umumnya, jaringan tubuh atau organ dianggap

sebagai suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana obat

terlarut di dalamnya (Shargel, 2005).

Kompartemen satu terbuka terdiri atas 2 macam metode yaitu metode residual dan

metode Wagner-Nelson. Metode Wagner-Nelson akan memberikan hasil akhir berupa nilai

konstanta laju eliminasi dan absorpsi (K dan Ka) sedangkan pada praktikum ini ditekankan

agar dapat memberikan persaman farmakokinetika dari pemberian obat secara per-oral. Maka

demi memenuhi tujuan ini, maka metode Wagner-Nelson tidak menjadi pilihan. Sementara

itu, metode residual mampu memberikan persamaan farmakokinetik yang lengkap dalam

bentuk: (Jambhekar dan Breen, 2009)

(Cp)t = Be-Kt- Ae-KA

t

Dari pengolahan data 1 diperoleh persamaan perubahan konsentrasi obat dalam

plasma pada waktu t, sebagai berikut:

dengan konstanta laju absorpsi adalah 0,4141/jam dan konstanta laju eliminasi adalah

0,1/jam. Dengan menggunakan persamaan diatas maka parameter farmakokinetika yang dapat

Page 24: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

ditentukan. Waktu paruh absorbsi dan eleminasi yang diperoleh berturut-turut adalah 1,674

dan 6,909 jam. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan agar obat

tereleminasi separuhnya adalah 6,909 jam sehingga frekuensi pemberian obat ini dilakukan 4

kali sehari. Nilai AUC yang diperoleh adalah 6,909 µg jam/mL.

Dari pengolahan data 2 diperoleh persamaan perubahan konsentrasi obat dalam

plasma pada waktu t, sebagai berikut:

dengan konstanta laju absorpsi adalah 0,0912/jam. Parameter farmakokinetika yang

dapat ditentukan menggunakan metode ini adalah waktu paruh ( ) eleminasi, waktu

maksimum ( ), dan volume distribusi (Vd). Waktu paruh eleminasi yang diperoleh

adalah 7,5987 jam. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan agar

obat tereleminasi separuhnya adalah 7,5987 jam sehingga frekuensi pemberian obat ini

dilakukan 3-4 kali sehari. Volume distribusi yang diperoleh adalah 123,33 mL hal ini

menunjukkan Obat yang tertimbun dalam jaringan sehingga kadar dalam plasma rendah sekali

memiliki Vd yang besar.

Dari pengolahan data 3 diperoleh persamaan perubahan konsentrasi obat dalam

plasma pada waktu t, sebagai berikut:

Parameter farmakokinetika yang dapat ditentukan menggunakan metode ini adalah

waktu paruh ( ) absorbsi, konsentrasi maksimum (Cmaks), waktu maksimum ( ), AUC,

volume distribusi (Vd), Clirens (Cl), dan Jumlah obat saat t=40 (D40). Waktu paruh ( )

absorbsi yang diperoleh adalah 2,961538 jam. Konsentrasi maksimum (Cmaks) dan waktu

maksimum ( ) diperoleh berturut-turut adalah 29,53 µg dan 7,4107 jam. Hal ini

menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi maksimum setelah

pemberian obat adalah 7,4107 jam dan menghasilkan absorbs obat maksimal. AUC yang

diperoleh adalah 712,497 µg jam /mL, volume distribusi (Vd) 813,6316, Clirens (Cl)

56,14058, dan jumlah obat saat t=40 (D40) adalah 3,57 mg.

VII. Kesimpulan

Page 25: Laporan Farkin Oral 1 Kel.4 Gol.1

Data 1, 2 dan 3 menunjukkan pemberian obat secara oral mengikuti permodelan

kompartemen I terbuka. Dengan penggunaan model inilah maka dari data eksperimental dapat

diperoleh harga-harga: Volume distribusi (Vd), waktu paruh eliminasi dan absorbs (T1/2β),

waktu pencapaian konsentrasi maksimum (Tmaks), konsentrasi maksimum (Cmaks), konstanta

kecepatan absorpsi (Ka), konstanta kecepatan eliminasi (Kel), AUC dan Clirens (Cl).

DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, Y. 1985. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Kalbe Farma

Jambhekar, S., and P. J. Breen. 2009. Basic pharmacokinetics. London; Chicago: Pharmaceutical Press

Setiawati, A. (2005). Farmakokinetik Klinik. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta :

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 811-815.

Shargel, L. dan A.B.C.Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press

Waldon, D.J. (2008). Pharmacokinetics and Drug Metabolism. Cambridge : Amgen, Inc., One Kendall Square, Building 1000, USA.