laporan fieldtrip iktio ediiiiit trus

Upload: risvan-hutabarat

Post on 12-Jul-2015

1.069 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Iktiologi

Hari/Tanggal : Jumat/ 9 Desember 2011 Asisten : Hary Aditia

Kelompok 17

Sheilla Amanda Maya Rahmanita H. Anita Julaikha Nia Kurniawati Suwindyastuti Laurensius Sitanggang Elly Susanti Reza Febriyansyah Anastasia Mensanie P. Dhio Anugrah P.

C34100060 C34100062 C34100063 C34100064 C34100065 C34100066 C34100067 C34100068 C34100071 C34100071

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim karena memiliki daerah perairan yang sangat luas, yaitu sekitar 2/3 dari keseluruhan luas wilayah negara ini. Potensi perikanan di Indonesia pun sangat bagus, mungkin dipengaruhi oleh posisinya yang masuk kedalam segitiga karang dunia sehingga Indonesia memiliki biodiversitas sangat tinggi. Dengan luasnya perairan dan tingginya potensi produksi perikanan yang dianugerahkan Tuhan ini, maka Indonesia dapat dikatakan memiliki potensi yang tingkat perikanan sehingga ikan yang terdapat di perairan Indonesia pun sangatlah beraneka ragam. Kawasan perairan Indonesia memiliki keanekaragaman fauna ikan yang tinggi. Sampai dengan saat ini tercatat 7.000 sampai 8.000 jenis atau sekitar 37% dari kekayaan jenis ikan di dunia yang berjumlah sekitar 19.000 jenis (Rachmatika et al., 2004). Keanekaragaman fauna tersebut tersebar dibeberapa tempat, seperti perairan umum Sungai Musi ada 120 jenis ikan (Samuel et al., 2003; Utomo et al., 1993), di Sungai Barito ada 107 jenis (Prasetyo et al., 2003) dan di Sungai Kapuas ada 200 jenis (Dulley, 1996 Ikan memiliki berbagai macam bentuk dan morfologi serta sistematikannya. Semakin berkembangnya dunia teknologi dan penangkapan ikan yang tidak dilakukan dengan semestinya menyebabkan ikan-ikan di perairan Indonesia banyak yang populasi jenisnya menurun. Apabila hal ini terus berlanjut maka generasi penerus yang akan datang mungkin tidak akan mengetahui beberapa jenis ikan yang ada saat ini, maka untuk menanggulangi hal ini diperlukan pengoleksian ikan. Ikan-ikan yang dikoleksi juga berguna dalam dunia pendidikan.

1.2

Tujuan Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui potensi jenis-jenis ikan,

menginvetarisir dan mengenal lebih dalam jenis ikan yang didaratkan di TPI Blanakan dengan mengidentifikasi salah satu jenis ikan tersebut sebagai ilmu pengetahuan.

1.3

Manfaat Manfaat mempelajari tentang berbagai macam jenis ikan adalah semakin

meningkatkan pengetahuan tentang sistematika ikan, aspek biologi ikan yang meliputi panjang maksimal, reproduksi ikan tersebut, serta mengenai

makanannya, habitat dimana ikan tumbuh, distribusi penyebaran ikan, dan cara penangkapan serta pemanfaatannya setelah pasca panen.

II. Bahan dan Metode 2.1 Waktu dan Tempat Praktikum pengoleksian ikan ini dilakukan di Tempat Penangkapan Ikan (TPI) Belanakan, Subang, Jawa Barat pada hari Minggu tanggal 13 November 2011.

Gambar 1. Peta lokasi Blanakan, Subang 2.2 Alat dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengoleksian ikan ini yaitu : Toples untuk tempat ikan Jarum suntik,jarum pentul Kuas lukis Sterofoam Kertas label Lakban Formalin 10% Ethyl alkohol 70%

2.3

Air Prosedur Pengoleksian Ikan Pencarian jenis ikan di TPI

Wawancara nelayan (pemilik ikan tersebut)

Pengambilan gambar ikan untuk inventaris ikan

Pengkoleksi ikan Pencucian ikan dengan air

Pengambilan 2 jenis ikan untuk dikoleksi

Penataan ikan dengan jarum pentul dialasi sterofoam (melebarkan sirip dorsal, pektoral, anal, dan caudal sehingga terlihat indah)

Penyuntikan ikan dengan formalin dibagian lubang anal dan mulut

Pengecatan seluruh bagian tubuh ikan dengan formalin menggunakan kuas

Pengeringan ikan dengan dijemur didaerah yang terkena sinar matahari

Pemasukan ikan ke dalam wadah yang berisi alkohol 40%

Pelepasan jarumjarum pentul dari tubuh ikan

Ikan yang telah didapat di Tempat Penangkapan Ikan (TPI) Belanakan diletakkan di atas stearofoam. Lalu sirip-sirip dibentangkan dengan menggunakan

jarum pentul. Ikan yang sebelumnya telah dibentangkan, disuntikkan larutan formalin di bagian mulut dan anus serta diolesi dengan formalin 10% dengan kuas lukis sampai rata. Hal ini dilakukan beberapa kali hingga ikan benar-benar kaku dan siripnya tidak kembali ke bentuk semula. Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari sembari dikering-anginkan. Pengolesan ikan juga berlaku pada sisi ikan lainnya. Hasil pengolesan ikan dimasukkan ke dalam toples berisi larutan formalin. Tahap terahir adalah mengisolasi tutup toples dan memberikan label pada toples. 2.4 Inventarisasi Ikan

Pencarian jenis ikan di TPI

Inventarisasi ikan Wawancara dengan nelayan (Pemilik ikan) Pengambilan foto ikan

Pengkoleksi ikan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Inventaris Ikan Observasi 3.1.1 Ikan etong (Abalistes stellaris)

Gambar 1 Ikan Etong (Abalistes stellaris) Klasifikasi taksonomi ikan etong adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Tetraodontiformes : Balistidae : Abalistes : Abalistes stellaris

Ikan etong atau ikan ayam-ayam atau ikan kambing-kambing hidup di laut dasar (demersal) dan bersifat amphidromus (migrasi ikan yang dilakukan pada perairan air asin dan air tawar tapi tidak untuk berkembang biak). Pada umumnya ikan ini memiliki panjang 40 cm dan dapat mencapai panjang maksimum 60 cm. Bagian sirip dorsal terdapat 25-27 jari-jari lemah sedangkan di sirip anal jari-jari lemah berjumlah 24-26. Ikan etong memiliki sisik yang cenderung berukuran besar pada bagian atas sirip pektoral dan pada bagian posterior ditemukan keel. Habitat dari ikan ini adalah di sekitar terumbu karang, dasar pasir atau di sekitar sponge/alga. Pemanfaatan pasca panen ikan etong adalah dijual secara segar di pasar atau berupa ikan yang telah dikering-asinkan. Alat tangkap yang digunakan para nelayan adalah jaring. Ikan etong tersebardi perairan Indo-Pasifik barat yaitu di laut Merah serta bagian timur Afrika sampai Asia Tenggara

(www.fishbase.com). Selain itu ikan ayam-ayam berada di utara Jepang, utara

sampai selatan negara Australia dan pada wilayah timur Atlantik khususnya dari Saint Helena sampai pantai Afrika selatan (www.fishbase.com).

3.1.2 Ikan kipper (Scatophagus argus)

Gambar 5 Ikan kipper (Scaptophagus argus) Klasifikasi taksonomi ikan kipper adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Perciformes : Scatophagidae : Scatophagus : Scatophagus argus

Ikan kipper memiliki bentuk badan pipih dan warna kehijauan. Ikan kipper secara umum memiliki panjang 20 cm dan maksimum pada 38 cm. Ikan ini bermuara di laut, sekeliling karang, bersifat amphidromouster dapat pada kedalaman 1 sampai 4 meter. Ketika memasuki fase matang gonad ikan kipper berukuran sekitar 14 cm. Pada bagian sirip dorsal terdapat jari-jari keras berjumlah 10-11 dan 4 di bagian sirip anal. Nelayan menggunakan jaring untuk menangkap ikan kipper. Cacing, crustacean, dan seragga merupakan makanannya. Ikan kipper dapat ditemukan di perairan Indo-Pasifik meliputi Kuwait ke Fiji serta dari utara ke selatan Jepang (www.fishbase.com).

3.1.3 Ikan bandeng (Chanos chanos)

Gambar 3 Ikan bandeng (Chanos chanos) Klasifikasi taksonomi ikan bandeng adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum: Kelas: Ordo: Familia: Genus: Spesies: Chordata Actinopterygii Gonorynchiformes Chanidae Chanos Chanos chanos Ikan bandeng (Chanos chanos) memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan torpedo. Pada bagian mata dilapisi jaringan adipose. Mulutnya yang kecil tergolong terminal dan tidak memiliki gigi. Ikan Bandeng tidak memiliki sirip dengan jari-jari keras. Jumlah sirip dorsal jari-jari lemah 13-17 tepat dipertengahan badannya, sirip anal pendek dengan 9-11 jari-jari lemah dekat dengan sirip caudal. Sirip caudal besar dan berbentuk garpu, tidak memiliki skut diperutnya. Jumlah sisik pada linea lateral sebanyak 75-91 buah. Ikan ini berwarna silver dibagian pinggir dan perut, gradasi hijau atau biru dibagian belakang, sirip dorsal anal dan caudal memiliki tepi yang gelap. Panjang maksimum yang dimiliki sekitar 150 cm. Ikan ukuran remaja panjangnya 70-100 cm (FAO, 1993). Ikan yang termasuk ordo Gonorynchiformes merupakan ikan yang hidup di laut, tawar maupun payau. Hal tersebut berkaitan dengan sifatnya yang amphidromus yaitu dapat beradaptasi pada lingkungan tersebut.Ikan bandeng tergolong bentopelagis, yaitu ikan yang berada di atas bagian bawah

perairan dan dapat ditemukan pada kedalaman 1-30 meter. Ciri-ciri ikan bentopelagis adalah tubuhnya yang lunak, pernyataan yang sesuai dengan keadaan ikan bandeng. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring. Jenis makanan yang dikonsumsi berbeda pada setiap fase.Ketika dalam fase larva, zooplankton merupakan makannya. Setelah berkembang ke tahap selanjutnyaa yaitu juvenil dan ikan dewasa, ikan bandeng memakan cyanobacteria, alga, hewan invertebrate kecil di dasar perairan, bahkan telur atau larva ikan lainnya yang berada di perairan pelagis. Penyebaran ikan bandeng di sepanjang kontinental dan di sekitar pulau-pulau yang memiliki suhu lebih besar dari 20C. Selain itu dari laut Merahdan Afrika Selatan sampai Hawaii dan Marquesas, wilayah utara Jepangke selatan Victoria, Australia serta perairan Pasifik Timur yang mencakup San Pedro dan California ke Galapagos (www.fishbase.com). 3.1.4 Ikan kerapu totol (Epinephelus sexfasciatus)

Gambar 7 Ikan kerapu totol (Epinephelus sexfasciatus) Ikan kerapu totol memiliki panjang tubuh 2,7 sampai 3,2 kali lebih panjang dari standard panjang ikan (9-21 cm). Bentuk kepala ikan kerapu totol adalah cembung. Sirip dorsal memiliki 11 jari-jari keras dan 14-16 jari-jari lemah. Jari-jari ketiga dan keempat dari jari-jari keras merupakan jari-jari keras terpanjang. Bagian sirip anal terdiri dari 3 jari-jari keras dan 8 jari-jari lemah. Sirip pektoral tidak terlalu melebar dan terdapat 17-19 jari-jari lemah. Bentuk

sirip kaudal membundar. Sisik dari ikan ini adalah ktenoid. Warna pada bagian kepala dan badannya adalah coklat keabuan pucat dengan 5 pola garis vertikal yang berwarna coklat gelap. Pola totol tersebar di bagian badan. Sirip dorsal, kaudal memiliki warna abu-abu pucat sedangkan sirip pektoral berwarna keabuan atau orange pucat. Distribusi ikan kerapu totol hanya di perairan pasifik tropic bagian barat meliputi Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, Lombok), Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Papua New Guinea, dan Australia. Biasanya ikan kerapu totol mendiami dasar perairan yang substratnya berupa pasir berlumpur pada kedalaman 10-80 meter. Panjang maksimum dari ikan ini sekitar 30 cm, namun ikan terbesar yang ditemukan hanya berukuran 21 cm. Ikan betina siap memijah pada ukuran 13 cm dari ukuran panjang standar. Ikan kerapu totol memakan ikan-ikan kecil dan krustasea. Meskipun ikan ini tergolong spesies yang kecil, ikan kerapu totol biasa ditangkap dengan menggunakan trawl. Nelayan di Blanakan, Subang lebih sering menggunakan jaring untuk mendapatkannya (FAO). 3.1.5 Ikan bawal putih (Pampus argenteus)

Gambar 6 Ikan bawal putih (Pampus argentus) Klasifikasi taksonomi ikan bawal putih adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata

Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: : : : :

Actinopterygii Perciformes Bramidae Pampus Pampus argenteus

Ikan bawal putih (Pampus argenteus) bertubuh oval pipih dengan warna gradasi silver putih di bagian perut dan totol-totol hitam di beberapa bagian. Pada bagian sirip dorsal terdapat 37-43 jari-jari lemah mengeras. Sirip caudal berbentuk garpu. Ikan yang termasuk bentopelagis ini memiliki panjang maksimum 60 cm. Pada ukuran sekitar 18 cm ikan bawal putih sudah matang gonad.Ikan bawal putih mendiami dasar perairan.Ada pula yang bersimbiosis dengan Nemipterus dan Leiognathus. Biasanya ikan ini dapat diitemukan di laut pada kedalaman 5 sampai 110 meter. Cara mendapatkan ikan bawal putih adalah menggunakan jaring. Makanannya adalah ctenophore, salps, medusa dan kelompok zooplankton lainnya. Terdapat nilai ekonomis dari ikan bawal yaitu dijual dalam kondisi segaratau dikering-asinkan serta sering digunakan pula dalam pengobatan cina. Distribusi ikan bawal putih adalah perairan Indo-Pasifik Barat yaitu dari Teluk Persia ke Indonesia, dan utara Hokkaido, Jepang (www.fishbase.com) 3.2 Hasil Inventaris Ikan Koleksi 3.2.1 Ikan kapasan (Lactarius lactarius)

Gambar 4 Ikan kapasan (Lactarius lactarius) Klasifikasi taksonomi ikan kapasan adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Subphylum Superclass Grade Class : Animalia : Chordata : Vertebrata : Gnathostomata : Teleostomi : Actinopterygii

Subclass Division Subdivision Superorder Order Suborder Family Genus Species

: Neopterygii : Teleostei : Euteleostei : Cyclosquamata : Aulopiformes : Percoidei : Lactariidae : Lactarius : Lactarius lactarius

Ikan kapasan memiliki kepala yang besar berukuran 2,8-3,2 kali panjang badannya. Kedua sirip dorsal memiliki tinggi yang sama. Sirip dorsal pertama terdapat 7/8 jari-jari keras sedangkan sirip dorsal kedua memiliki 1 jari-jari keras dan 19-23 jari-jari lemah. Pada sirip anal jari-jari keras sebanyak 3dan 25-28 jari-jari lemah sirip. Bentuk siripcaudal adalah garpu. Sirip pektoral memanjang dan meruncing. Sisik ikan ini tergolong dalam sikloid dan tidak memiliki skut sepanjng LL. Ikan kapasan memiliki warna silver dan gradasi biru dibagian atas dan silver putih dibagian bawah. Panjang maksimum ikan kapasan adalah 35 cm namun pada umumnya berukuran 25 cm. Makanannya adalah ikan dan vertebrata yang hidup diperairan.. ikan kapasan ditangkap dengan gill net, trawl, dan hook and line (FAO, 1993). Penanganan setelah penangkapan ikan ini dalam bentuk masih segar/ dikering asinkan. Habitatnya adalah laut dan tergolong ikan pelagisneriticyaitu terdapat pada permukaan laut yang dangkal pada kedalaman 15 sampai 100 meter.Ikan kapasan memakan hewan yang beradadi pasir. Ikan ini terdistribusi di wilayah Indo-Pasifik Barat mencakup Afrika Timur ke Asia Tenggara, utara ke Jepang, dan selatan Queensland, Australia

(www.fishbase.com) 3.2.2 Ikan delta (Priacanthus tayenus)

Gambar 2 Ikan delta (Priacanthus tayenus) Klasifikasi taksonomi ikan delta adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Perciformes : Priacanthidae : Priacanthus : Priacanthus tayenus

Ikan delta di daerah Blanakan, Subang memiliki nama local lainnya yaitu ikan mata goyang dan ikan mata besar. Secara fisik terlihat ikan delta memiliki mata yang sangat besar umumnya setengah dari panjang kepala. Pada sirip dorsal terdapat 10 jari-jari keras dan 11 - 15 jari-jari lemah. Umumnya ukuran jari-jari tersebut tersusun pendek ke panjang. Pada siri anal terdapat 3 jari-jari keras dan 10-16 jari-jari lemah atau 17-21. Pada sirip ventral jari-jari keras berjumlah 1 dan jari-jari lemah sebanyak 5. Warna pada kepala, bagian iris pada mata dan badan adalah merah namun ada juga yang berwarna silver atau membentuk pola warna silver putih atau merah berselang seling. Selain itu ada pulayang memiliki titik hitam dimembran sirip. Habitat ikan ini berada disekitar terumbu karang atau

bebatuan pada kedalaman 5-400 meter atau lebih dalam lagi.Biasanya ikan ini memakan crustacea, chepalopoda kecil, polichaeta, dan ikan-ikan kecil.telur. Larva dan juvenil berada di pelagis dan akan berkembang ke tahap selanjutnya pada habitat yang sesuai. Alat yang digunakan untuk menangkap ikan delta adalah trawl.Pada saat ditangkap ikan dalam keadaan sendiri atau bergeromboldalam kelompok kecil tetapi beberapa spesiees ada yang berkelompok besar pada waktu tertentu. Daerah tangkapannya di sekitar perairan Asia Tenggara (FAO, 1993). Ikan delta atau biasa dikenal ikan mata goyang memiliki panjang maksimum 35 cm namun pada umumnya sekitar 25 cm. Habitatnya adalah laut yang lingkungannya terdapat terumbu karang pada kedalaman 20 sampai 200 meter. Hewan-hewan yang terdapat di dasar perairan merupakan makanan bagi ikan delta.Distribusi ikan delta tersebar di Teluk Persiasampai pantaibarat India bagian timur serta wilayah selatan Queensland, Australia. Ikan tersebut dijual dalam bentuk segar atau dikering-asinkan(www.fishbase.com)

IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Blanakan, Subang merupakan salah satu daerah yang berperan dalam bidang perikanan, dibuktikan dengan beragamnya hasil tangkapan nelayan serta aktivitas-aktivitas perikanan lainnya. Mengkoleksi ikan untuk pendidikan merupakan cara yang paling tepat untuk memahami ikan baik secara morfologi dan fisiologi ikan tersebut. Selain itu bertambahnya koleksi ikan di laboratorium dapat membantu mahasiswa lainnya memberi pengetahuan lebih dengan adanya beragam jenis koleksi. 4.2 Daftar Pustaka