laporan fosfat

30
Blog Teknik Lingkungan Universitas Bhayangkara Monday, 20 January 2014 KUALITAS AIR DAN PARAMETER KUALITAS AIR Kualitas Air 1. Pengertian Kualitas Air Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009). Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya. 2. Hubungan Antar Kualitas Air Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu makin naik, maka reaksi kimia akan ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun, termasuk oksigen.

Upload: husni-trihermanto

Post on 26-Dec-2015

71 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fosfat spektro

TRANSCRIPT

Page 1: laporan fosfat

Blog Teknik Lingkungan Universitas Bhayangkara

Monday, 20 January 2014

KUALITAS AIR DAN PARAMETER KUALITAS AIR

Kualitas Air

    1. Pengertian Kualitas Air

            Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji

berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1

keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003).

Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini

meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).

            Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan

melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang

dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan

warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga

tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin

agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.

    2. Hubungan Antar Kualitas Air

            Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan

reaksi kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan.  Suhu makin

naik, maka reaksi kimia akan ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas

akan semakin turun, termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat

reaksi toleran dan tidak toleran. Naiknya suhu, akan berpengaruh pada

salinitas, sehingga ikan akan melakukan prosess osmoregulasi. Oleh ikan

Page 2: laporan fosfat

dari daerah air payau akan malakukan yoleransi yang tinggi dibandingkan

ikan laut dan ikan tawar.

            Manurut Anonymaus(2010), laju peningkatan pH akan dilakukan oleh

nilai pH awal. Sebagai contoh : kebutuhan jumlah ion karbonat perlu

ditambahkan utuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak

apabila awalnya 6,3 dibandingkan hal yang sama dilakukan pada pH 7,5.

kenaikan pH yang  akan terjadi diimbangi oleh kadar Co2 terlarut dalan air.

Sehingga, Co2 akan menurunkan pH.

  3. Parameter Kualitas Air

       3.1 Parameter Fisika

a) Kecerahan

            Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan

proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi

menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan..

Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008).

            Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya

yang diteruskan kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya

matahari untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan

(turbidity) air. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat

mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi

dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan

yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau

jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.

b) Suhu 

Page 3: laporan fosfat

            Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak

mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air

dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika

didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau

tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi.

Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor

metereolohi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan,

kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari.

            Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu

penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh

suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan

dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan

menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi

dan Andi,2009).

3.2 Parameter Kimia

a) pH

            Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman

yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+).

Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air

murni biasa 7. Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion

H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya,

makin banyak H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph

antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada

keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH

air dapat turun hingga mencapai 4.

Page 4: laporan fosfat

            pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena

mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif,

malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman

tinggi),  kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya

konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang.

Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha

budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan

kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).

b) Oksigan Terlarut / DO

            Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat

dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan

oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua

sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton

dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat

memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme

untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen

diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga

terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.

            Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut

dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila

ketersediaannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya,

maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan

mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi

spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada

metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).

C) CO2

Page 5: laporan fosfat

            Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-

tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses

fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan

organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu,

bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam

dan ditambak(Kordi dan Andi,2009).

            Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan

tetapi keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana

karbondioksida memiliki kelarutan yang relatif banyak.

d) Amonia

            Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin

meningkat, sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan

amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion

(NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian membran sel lebih

cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).

            Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah

eksresi amonia oleh  ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan

oleh ikan bisa diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan

protein pakan- protein ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan

rumus :

Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)

Keterangan :  NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto

                        Protein : protein dalam pakan

                        6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.

e) Nitrat nitrogen

Page 6: laporan fosfat

            Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae

memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber

nitrogen yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk

senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan

konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang

mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu

permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.

            Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan

yang tidak terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia

nitrogen tinggi pada kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi

pakan. Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi

organik nitrogan umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak

polutan. Dan pada perairan yang planktonya blooming dapat meningkat

menjadi 2-3 mg/liter.

f) Orthophospat

            Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah

tesedia bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum

ditentukan dengan pasti. Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah :

konsentasi ortophospate yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan

jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam

kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan

konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah perlakuan.

            Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu

parameter biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi

rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung

pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara

lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami

Page 7: laporan fosfat

terdapat  sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan

tersebut.

 4. Kualitas Air yang Baik

            Menurut O-fish (2010), ada lima syarat utama kualitas air yang baik

untuk kehidupan ikan :

 Rendah kadar amonia dan nitrit

 Bersih secara kimiawi

 Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang memadai

 Rendah kadar cemaran organik

 Stabil

Apabila persyaratan tersebut diatas dapat dijaga dan dipelihara dengan baik,

maka ikan yang dipelihara mampu memelihara dirinya sendiri, terbebas dari

berbagai penyakit, dan dapat berkembang biak dengan baik.

            Menurut Agromedia(2007), air yang baik untuk pertumbuhan lele

dumbo adalah air bersih  yang berasal dari sungai, air hujan, dan air sumur.

Pemanfaatan sumber air harus harus dikelola dengan baik terutama kualitas

dan kuantitas. Kualitas air sangat mendukung pertumbuhan lele dumbo.

Oleh karena itu, aor yang digunakan harus banyak mengandung zat hara,

serta tidak tercemar olah racun dan zat rumah tangga lainnya.

5. Efek Kualitas Air

            Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda

kondisinya dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang

menggunakan akuarium atau bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi.

Jumlah ikan ditempat budidaya umumnya jauh lebih banyak dibandingkan

jumlah air. Akibatnya, material hasil metrabolisme yang dikeluarkan ikan

Page 8: laporan fosfat

tidak dapat mengurai seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit secara

alami tidak mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air

tidak dapat atau sulit kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan

substannsi atau bahan metabolit yang berbahaya bagi ikan(Lesmana,2001).

            Menurut O-fish(2010), kualitas air secara umum menunjukkan mutu

atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kagiatan atau keperluan

tertentu. Dalam lingkup akuarium, kulitas air secara umum mengacu pada

kandungan polutan atau cemaran yang terkandung dalam air dalam

kaitannya untuk menunjang kehidupan ikan dan kondisi ekosstem yang

memadai.

            Menurut Susanto(2002), suatu  limbah yang mengandung beban

pencemar masuk ke lingkungan perairan dapat menyebabkan perubhan

kualitas air. Salah satu efeknya adalah menurunya kadar oksigen terlarut

yang berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organisme akuatik. Air limbah

memungkinkan mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia

beracun berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar

ke lingkungan2. Kebijakan Penentuan Kualitas Air Serta Sanksi Bagi Pelaku Pencemaran Dan Tanggung Jawab Negara Mengantisipasi Pencemaran Air Air bukanlah produk dari suatu hasil komersialisasi seperti halnya barang yang lain, namun lebih condong disebut sebagai warisan yang harus dilindungi, dipertahankan, dan diperlakukan dengan benar

Air merupakan hajat hidup kita. Kita meminumnya untuk mempertahankan

hidup. Kita mencuci dengan air. Air pula adalah hal yang utama bagi

pertanian dalam hal pengairan persa-wahan, dan juga bagi peternakan. Air

dalam perindustrian digunakan selain sebagai bagian dari proses produksi

juga dipakai sebagai pendingin. Selain itu, air menyediakan habitat hidup

bagi ikan dan binatang air lainnya. Disamping itu memiliki peran psikologis

yang penting dalam hal menyediakan area rekreasi juga bagi keindahan

Page 9: laporan fosfat

alam. Sebagai tambahan, air memiliki peran yang sangat penting pula dalam

proses dan membuang limbah yang berasal dari domestik atau

perindustrian. Pembua-ngan limbah padat atau cair ke perairan dapat

menimbulkan pencemaran air. Pencemaran air dapat muncul dalam

berbagai macam cara. Bahan-bahan seperti limbah kotoran domestik, bahan

kimia, deterjen adalah pencemaran yang umum dibuang ke perairan apakah

itu disengaja atau tidak disengaja.. Perta-nian juga salah satu penyebab

utama dalam pencemaran air dalam hal penggunaan pestisida atau pupuk

yang berbahan kimia, disamping limbah industri, yaitu sisa produksi yang

ber-bentuk zat cair yang dibuang melalui pipa-pipa perusahaan ke saluran

air umum. Akibat pencemaran air pada  saluran air ini dapat menyebabkan

kerusakan atau timbul penyakit bagi binatang serta tetumbuhan air,

termasuk manusia.

Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang lautnya meliputi dua per tiga

wilayah nasionalnya, dan memiliki garis pantai kedua terpanjang di dunia,

dan juga dikenal sebagai negara bahari, memiliki tanggung jawab yang

sangat besar untuk melindungi perairannya dari pencemaran air. Untuk itu

pengaturan hukum lingkungan yang ada harus bersifat terpadu dan

komprehensif. Selain itu, juga diperlukan penerapan prinsip-prinsip hukum

pencemaran lintas batas nasional dalam peraturan perundang-undangan

yang diatur secara integratif.

Namun demikian aturan hanya tinggal aturan apabila tidak disertai dengan

penegakan hukum. Penegakan Hukum dalam mengatasi pelaku pence-

maran air memiliki peran yang sangat penting, untuk menimbulkan efek jera

(ultimum remedium). Hal ini perlu dilakukan untuk memunculkan wibawa

hukum, yang diharapkan dapat mem-bawa perubahan mendasar sikap

masyarakat untuk berperan serta dalam setiap gerak pembangunan

nasional. Makna inilah yang disodorkan Mochtar Kusumaatmadja yang

Page 10: laporan fosfat

mengadopsi pemi-kiran Roscoe Pound tentang “law as a tool of social

engineering” yaitu hukum sebagai sarana perekayasa masyarakat, yang

mendorong penciptaan aturan perundang-undangan dan yurisprudensi. (Otje

Salman, dan Eddy Damian, 2002).

Pemberantasan pencemaran air ternyata tidak mudah, hal ini karena

kenyataannya banyak tipe perairan seperti sungai, kolam, danau, dan laut

yang memiliki kapasitas yang berbeda dalam menyerap dan penyebaran

polusi (air). Sebagai contoh, sungai yang memiliki kemampuan lebih dalam

memurnikan air yang tercemar karena mikro organisme yang terdapat

dalam sungai disamping efek matahari dan aerasi udara, apabila

dibandingkan dengan kolam kecil (rawa). Oleh kare-nanya, pembuangan

limbah ke sungai dalam batas-batas tertentu masih bisa ditolerir. Hal ini

menyebabkan adanya kecenderungan pembuangan limbah ke sungai

merupakan hal yang disukai dan dianggap efektif. Sebab biaya yang

dikeluarkan sangat murah, bahkan tanpa biaya sama sekali. Ini menjadi

persoalan dalam pembuatan aturan, sejauh mana larangan pembuangan

limbah ke sungai itu bisa menjamin kemampuan sungai dalam mengabsorsi

dan menyebarkan limbah. Atau dengan kata lain, apa ukuran bahwa suatu

sungai itu tercemar oleh limbah. Padahal disisi lain, sungai pada umumnya di

Indonesia, khususnya di kota besar adalah penyedia bahan baku air minum

yang diselenggarakan oleh Perusahaan Air Minum Daerah. Sehingga bila

sungai dicemari, akan berdampak langsung pada kehidupan manusia.

Sehingga adalah hal sangat penting dalam mengendalikan pence-maran air,

khususnya di sungai. Tinda-kan yang diharapkan, tentunya adalah

menghentikan sumber pencemaran. Namun itu sulit, sebab secara alami

manusia akan menerbitkan limbah, oleh karenanya mengendalikan sumber

polu-tan dengan melihat kemampuan sungai atau perairan dalam

Page 11: laporan fosfat

mengabsorsi dan mendispersikan polutan itu menjadi isu utama, yang perlu

diatur oleh seorang regulator peraturan.

Oleh karena itu upaya pence-gahan pencemaran air secara langsung, atau

upaya pembatasan pembuangan limbah, serta bagaimana cara member-

sihkan perairan dari limbah, serta sanksi yang diberikan bagi poluter, dan

memas-tikan tindakan itu tidak diulangi dan membayar biaya pembersihan,

dan juga memberikan kompensansi bagi pihak-pihak yang dirugikan akibat

pence-maran.

Untuk itu pengaturan pembua-ngan kotoran ke saluran air merupakan hal

yang menjadi perhatian dalam pengendalian pencemaran air.

Masyarakat Eropa (EC), memi-liki semboyan dalam pengaturan air sebagai

berikut :

“Air bukanlah produk dari suatu hasil komersialisasi seperti halnya barang

yang lain, namun lebih condong disebut sebagai warisan yang harus

dilindungi, dipertahankan, dan diperlakukan dengan benar”.

Harapan yang terkandung dalam semboyan tersebut adalah pengaturan

penggunaan air dan kualitas air yang digunakan masyarakat, dalam suatu

atu-ran sederhana dan terintegrasi, yang melindungi air baik yang berada

diper-mukaan maupun bawah tanah, dari segala bentuk pencemaran yang

akan, dan pasti timbul akibat pemanfaatan air. Untuk itu perlu dibuat aturan

yang ber-kenaan dengan:

         Pencegahan kerusakan lebih lanjut dari lingkungan air dan melindungi, dan

meningkatkan kualitas air.

         Peningkatan penggunaan air secara terus menerus, berdasarkan perlin-

dungan jangka panjang dari sumber daya air yang ada.

         Pengurangan bahkan menghentikan (sedapat mungkin) penyebab limbah

berbahaya bagi perairan

         Pengurangan polusi air tanah

Page 12: laporan fosfat

         Pengurangan akibat banjir dan keke-ringan. (Justine Thornton & Silas

Beckwith, 2004).

Pengaturan air pertama kali harus dimulai dari saluran air yang mengarah ke

sungai, yang kemudian harus diklasifikasikan berdasarkan ting-kat

pencemaran, apakah itu baik sekali, baik, cukup, buruk dan buruk sekali.

Dalam pengelolaan manajemen sungai, hal itu harus ditetapkan untuk

mencapai tingkatan status baik untuk setiap per-airan sungai. Ini untuk

menjaga status dan kualitas sungai, sebab ini akan berdampak pada

manusia, binatang dan tumbuhan yang menggantungkan hidup-nya pada

perairan seperti sungai terse-but. Pengaturan itu lebih lanjut harus

memastikan status baik itu tetap terjaga.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah:

         Status ekologi dari sungai, ini berkaitan dengan kualitas dari komunitas

biologi, karakteristis kimia dan hidrologi.

         Status kimia, ini berkenaan dengan standar minimum kandungan kimia yang

terdapat dalam sungai. Tentu saja penentuan standar bagus atau tidak

didapat dari suatu hasil penelitian sebelumnya tentang kan-dungan kimia

suatu perairan.

         Sasaran lainya.

Pengaturan ini diharapkan me-nyediakan tingkat perlindungan yang tinggi

dari perairan semacam sungai ini. Perlindungan lain yang termasuk dalam

pengaturan air, adalah perlindungan bagi air tanah, pengurangan terhadap

bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan.

Pengaturan tentang pengairan selanjutnya diatur dalam UU No. 11 Tahun

1974, yang menganut asas lestari. Namun sayang konsep pencemaran air

dalam undang-undang ini belum dida-sarkan pada konsep baku mutu yang

Page 13: laporan fosfat

diperlukan bagi penetapan peruntukan lingkungan sehingga pengaruhnya

pada lingkungan belum dapat diukur. (Daud Silalahi, 1996).

Ironisnya pada tahun 1970-an telah lahir prinsip-prinsip ekologi yang telah

dideklarasikan dalam Stockholm Declaration, yang mengatur ukuran

mengenai pencemaran atau kerusakan lingkungan, termasuk sumber daya

alam hayati. Sehingga seharusnya dalam UU No. 11 Tahun 1974 tentang

Pengairan ini seyogyanya prinsip-prinsip dalam Stockholm Declaration dapat

diadopsi.

Penegakan hukum terhadap pencemaran air

Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya berkenaan dengan perlunya

aturan hukum mengenai perlindungan terhadap pencemaran air, maka

pene-gakan hukumnya pun tak kalah pentingnya. Khususnya untuk mence-

gah, dan mengkriminalisasi suatu per-buatan yang dikategorikan sebagai

per-buatan pencemaran air, dan pemberian sanksi bagi pencemar bagi

wilayah air yang dikendalikan dari pencemaran. Adapun wilayah air yang

harus dikenda-likan dari pencemaran terdiri atas:

         wilayah air yang relevan, yaitu batas perairan wilayah sejauh 12 mil dari

surutnya pantai (teritorial water)

         perairan pantai

         zona perikanan, ini termasuk danau, waduk, dan saluran air lainnya

         air tanah. (Justine Thornton & Silas Beckwith, 2004).

Wilayah-wilayah tersebut, harus terhindar dari berbagai macam zat pen-

cemar apakah yang bersifat padat atau cair.

Apabila mengacu pada keten-tuan Pasal 17 UU No.23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan hidup, secara umum diatur tentang kewajiban

pengelolaan bahan-bahan berbahaya, sedangkan pada Pasal 16 ditekankan

Page 14: laporan fosfat

mengenai tanggung jawab pengelolaan limbah bagi siapapun yang menjadi

penanggung jawab suatu kegiatan usaha.

Pelanggaran atas pencemaran perairan mengakibatkan tanggung jawab

mutlak bagi si pelaku, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 35 Ayat 1 UU

No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup, dan itu

mewajibkan bagi pelaku pencemaran (dalam hal ini pencemaran air),

dikenakan kewajiban untuk membayar ganti rugi secara lang-sung dan

seketika pada saat terjadinya pencemaran, apakah itu secara sengaja atau

karena kealpaan dengan denda dari Rp. 100.000.000,- sampai dengan Rp.

750.000.000,- disamping pidana penjara. Adapun pengaturan lebih lanjut

tentang sanksi ini diatur dalam Pasal 41 – 48 UU No.23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan hidup.

Alternatif penerapan sanksi lainnya adalah sanksi perdata, yaitu berupa

ganti rugi kepada penderita dan biaya pemulihan kepada negara (Pollu-ter

pays principle). Prinsip ini meru-pakan bentuk kebijaksanaan lingkungan dan

jalan keluar bagi kasus pencemaran pada umumnya di negara maju. Artinya

meskipun telah dilakukan pembayaran ganti rugi terhadap penderita, pelaku

pencemaran air tetap tidak terbebas dari kewajiban untuk membayar biaya

pemulihan lingkungan yang telah rusak atau tercemar kepada negara.

Karena negara memiliki fasilitas untuk melaku-kan pemulihan.

Tindakan Pencegahan

Membersihkan suatu perairan yang terkena pencemaran adalah sangat

mahal, memakan waktu dan kemung-kinan memakan korban. Hal yang lebih

baik yang dapat dilakukan adalah melakukan pencegahan, dengan mem-

bangun sistem peringatan dini pence-maran.

Sistem yang dimaksud adalah pembuatan zona perlindungan perairan, yang

dibuat berdasarkan undang-undang (peraturan), serta membuat

Page 15: laporan fosfat

perencanaan tentang pengendalian atau kontrol  per-airan dalam bentuk

prosedur baku.

Upaya perlindungan perairan seperti yang dikemukakan diatas telah

diterapkan oleh Kanada dengan mene-tapkan Artic Waters Act, 1970 yang

memberikan perlindungan lingkungan laut hingga 100 mil dari garis dasar.

Hal itu mereka buat berdasarkan anggapan tentang adanya state

responsibility as a costal state to the international commu-nity in general; a

resposibility to pro-hibit ships from using the seas in a way violate of

reasonable standards. Disam-ping itu munculnya hak negara pantai terhadap

pencemaran atas perairannya muncul berdasarkan hukum interna-sional

umum.

Namun demikian, pencemaran terhadap perairan pasti akan selalu terjadi,

dan seperti yang telah diuraikan dalam tulisan terdahulu, alam memiliki

kemampuan untuk menyerap, mengu-raikan zat-zat pencemar tersebut

sesuai dengan kapasitas yang dimiliki alam. Untuk itu negara bertanggung

jawab untuk mengatur pula ambang batas (treshold) pencemaran sebagai

ukuran tanggung jawab negara. Amerika dalam beberapa kasus seperti New

York v New Jersey (USA, 1921) dan Kasus Georgia v Tennesse Copper (USA,

1906) menya-takan adanya tanggung jawab negara pada perlindungan

lingkungan sebagai perwujudan dari konsep kedaulatan, dan pemerintah

didorong untuk memperha-tikan moral issues that trascend ques-tion of

jurisdiction and procedure. (Daud Silalahi, 1996).

 3. Pentingnya Kualitas Air dan Pelestariannya

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.

Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas  dari kebutuhan akan air.

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga

Page 16: laporan fosfat

tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air 

dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang

benar, baik  kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat

didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup  sehari-hari, untuk

keperluan industri, untuk kebersihansanitasi kota, maupun untuk keperluan

pertanian dan lain sebagainya.

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius.

Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini 

menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh

bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga

secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula

secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus

meningkat.

Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai

pencemaran air. Pencemaran air ini terjadi dimana-mana. Di Teluk Jakarta

terjadi pencemaran yang sangat merugikan bagi petambak. Tidak saja

udang dan bandeng yang mati, tapi kerang hijaupun turut mati pula,

beberapa jenis spesies ikan telah hilang. Secara kimiawi, pencemaran yang

terjadi di Teluk Jakarta tersebut telah sangat parah. Indikasinya populasi

kerang hijau berkembang lebih cepat dan semakin banyak, padahal hewan

ini merupakan indikator pecemar. Kadar logam antara lain seng, tembaga

dan timbal telah mencapai ambang batas normal. Kondisi ini sangat

berbahaya, karena logam berat dapat diserap oleh manusia atau hewan

yang memakannya dan akan terjadi akumulasi  (Republika, 17/02/03).  Di

Waduk Saguling juga terjadi pencemaran logam berat(merkuri) dan kadar

H2SO4 yang tinggi, sehingga pencemaran  ini sangat mempengaruhi ekonomi

masyarakat sekitar, ribuan petani ikan mas jaring terapung di kawasan ini

terancam gulung tikar karena produksi ikan turun terus (Pikiran Rakyat,

Page 17: laporan fosfat

08/06/03). Selain itu, penggunaan pestisida yang berlebihan dan

berlangsung lama, juga akan mengakibatkan pencemaran air.

Sebagai contoh, hal ini terjadi di NTB yang terjadi pencemaran karena

dampak pestisida dan limbah bakteri e-coli. Petani menggunakan pestisida di

sekitar mata air Lingsar dan Ranget (Bali Post, 14/8/03).

Krisis air juga terjadi di hampir semua wilayah Pulau Jawa dan sebagian

Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah  cair

industri, rumah tangga ataupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air

akibat pencemaran, krisis air juga terjadi dari berkurangnya ketersediaan air

dan terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan

pemanfaatan lahan di hulu  dan hilir. Menyusutnya pasokan air pada 3

beberapa sungai besar di Kalimantan menjadi fenomena yang mengerikan,

sungai-sungai tersebut mengalami pendangkalan akibat minimnya air pada

saat kemarau serta ditambah erosi dan sedimentasi. Pendangkalan di sungai

Mahakam misalnya meningkat 300% selama kurun waktu 10 tahun terakhir

(Air Kita Diracuni, 2004).

Pencemaran air di banyak wilayah di Indonesia, seperti beberapa contoh di

atas, telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya

pengawasan pemerintah serta keengganannya untuk melakukan penegakan

hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang

kronis yang makin lama makin parah

Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :

1.      Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya

perubahan warna, bau dan rasa.

Page 18: laporan fosfat

2.      Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.

3.      Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya

bakteri pathogen.

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah

pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO),

kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta

kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).

pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk  suatu kehidupan mempunyai pH

sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya

pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan

air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan

bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan

mengganggu kehidupan biota akuatik.

Sebagian besar biota akuatik sensitif  terhadap perubahab pH dan menyukai

pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi  proses biokimiawi

perairan , misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah.

Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di

bawah ini

Page 19: laporan fosfat

Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat

bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu

Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena

pada pH 1,6.

Oksigen terlarut (DO)

Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak

dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi

senyawa organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari

reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa

algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali

oleh algae untuk proses  metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan

oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.

Page 20: laporan fosfat

Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen

jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L

(Warlina, 1985).

Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis

bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen

terlarut dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar

organisme. Keberadaan logam berta yang berlebihan di perairan akan

mempengaruhi system respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat

kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi

tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita (Tebbut, 1992 dalam

Effendi, 2003).

Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh

proses fotosintesa yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar

daripada oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi. Kadar oksigen

terlarut dapat melebihi kadar oksigen jenuh, sehingga perairan

mengalami  supersaturasi. Sedangkan pada malam hari, tidak ada

fotosintesa, tetapi respirasi terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen

ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan eufotik

perairan. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada

pagi hari.

Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Dekomposisi bahan organic terdiri atas  2 tahap, yaitu terurainya bahan

organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah

menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami

oksidasi menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD,

hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi

bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.

Page 21: laporan fosfat

Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme dalam lingkungan air untuk  memecah (mendegradasi)

bahan buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.

Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organic berlangsung cukup lama.

Menurut Sawyer dan McCarty, 1978 (Effendi, 2003) proses penguraian bahan

buangan organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh

bakteri aerobic adalah :

CnHaObNc   +  (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2       →       n CO2  +  (a/2 – 3c/2)

H2O  +  c NH3

Bahan organic                   oksigen                     bakteri aerob   9

Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari,

tetapi penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih  cukup lama.

Penentuan BOD ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut

BOD5.   Selain memperpendek waktu yang diperlukan, hal ini juga

dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang

menggunakan oksigen juga. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70%

– 80% bahan organic telah mengalami oksidasi. (Effendi, 2003).

Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat

kebersihan air. Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih

sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan

buangan yang bersifat antiseptic atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin,

detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah

mikroorganismenya juga relative sedikit.  Sehingga makin besar kadar BOD

nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut  telah tercemar,

sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk

kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah

3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP, 1992. Sedangkan

berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah

Page 22: laporan fosfat

cair bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah

150 mg/L.

Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada

dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia  baik yang dapat didegradasi

secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan  organic

tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai

sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta

sejumlah ion chrom.

Jika pada perairan terdapat bahan  organic yang resisten terhadap degradasi

biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih

cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir

semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator  kuat seperti kalium

permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% – 100% bahan organic

dapat dioksidasi.

Seperti pada BOD, perairan dengan  nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi

kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai  COD pada perairan yang tidak

tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar 

dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat  mencapai 60.000

mg/L  (UNESCO,WHO/UNEP, 1992).

SUMBER PENCEMARAN AIR

Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat

dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak

langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA

sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah

kontaminan yang memasuki badan air dari  tanah, air tanah atau atmosfir

berupa hujan (Pencemaran  Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber

Page 23: laporan fosfat

pencemaran air berasal  dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan

pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas  pertanian

misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari

aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.

Komponen Pencemaran Air 

Saat ini hampir 10 juta  zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000

zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia

tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh  adalah

pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga,

detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau PCB yang biasa

digunakan pada alat-alat elektronik.

Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata

komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut

terjadi. Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal

dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat

dikelompokkan sebagai bahan buangan:

1.      padat

2.      cairan berminyak

3.      organic dan olahan bahan makanan

4.      berupa panas

5.      anorganik

6.      zat kimia

Bahan buangan padat

Yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang

berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah.

Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan

menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal.

Page 24: laporan fosfat

Apabila bahan buangan padat tersebut  menimbulkan pelarutan, maka

kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini

disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan

pekat  dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke

dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu.

Jumlah oksigen terlarut dalam  air menjadi berkurang, kehidupan organisme

dalam air juga terganggu.

Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan

organisme dalam air, karena endapan akan menutup permukaan dasar air

yang mungkin mengandung telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain

itu, endapan juga dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta

menghalangi datangnya sinar matahari.

Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus,

sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-

layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi

penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat fotosintesa dan

berkurangnya kadar oksigen dalam air.

Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan

Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk

atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga  bila dibuang ke perairan

akan menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan

naik. Tidak tertutup kemungkinan dengan berambahnya mikroorganisme

dapat  berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia.

Demikian pula untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya

adalah juga  bahan buangan organic yang baunya lebih menyengat.

Umumnya buangan olahan makanan mengandung protein dan gugus amin,

Page 25: laporan fosfat

maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap

dan berbau busuk (misal. NH3).

Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme,

umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan,  maka akan terjadi

peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini

biasanya berasal dari limbah industri yang melibatkan penggunaan unsure-

unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau

merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.

Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah.

Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan

yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi). Juga dapat

menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan.

Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun

seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung  ion-ion logam

tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia, air tersebut tidak layak

minum.

Bahan buangan cairan berminyak

Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung

menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa

yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak

yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini

tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan

air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan

waktu yang lama.

Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme  dalam air.

Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen  dari udara

ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang.  Juga lapisan

Page 26: laporan fosfat

tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga

fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun ikut terganggu, karena

bulunya jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi akibat terkena minyak.

Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)

Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat

menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses

biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat

oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan

terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi thermal inipun harus dihindari.

Sebaiknya industri-industri jika akan  membuang air buangan ke perairan

harus memperhatikan hal ini.

Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar

air ini akan dikelompokkan menjadi :a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya).b. Bahan pemberantas hama (insektisida),c. Zat warna kimia,d. Zat radioaktif

Parameter Kualitas Air

standar Mutu Air

Klasifikasi Air

Kualitas Air dan Kriterianya

Page 27: laporan fosfat

Posted by teknik lingkungan at 02:40 Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)

Waktu Menunjukkan Pukul:

Blog Archive

▼   2014 (3) o ▼   January (3)

15 HAL TERGILA DIDUNIA KUALITAS AIR DAN PARAMETER KUALITAS AIR 10 KOTA TERBERSIH DI DUNIA

►   2013 (14)

About Me

teknik lingkungan View my complete profile

Labels

Bahasa dan Sastra Indonesia (1) Kesehatan (3) LINGKUNGAN (4) Pengetahuan Umum (7)

Google+ Followers

yukk beri makan ikan-ikan ini :)

Picture Window template. Template images by Xaviarnau. Powered by Blogger.