laporan gabungan kimia dasar 1 kelompok 1b

169
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar ilmu pengetahuan kimia merupakan ilmu percobaan, dan sebagian besar pengetahuannya diperoleh dari penelitian di laboratorium. Pada kesempatan ini saya akan memaparkan suatu bagian dari ilmu kimia yaitu mengenai pemisahan dan pemurnian. Pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran dua atau lebih zat dimana dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing dan tidak memiliki susunan yang tetap. Campuran dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran juga dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan sifat-sifat fisiknya. Untuk memperoleh zat murni, kita harus memisahkannya dari campurannya unyuk mendapatkan zat murni, dilakukan suatu system yang dapat memisahkan antara zat murni dengan bahan-bahan pencemar atau pencemar lainnya pada suatu campuran yakni pemisahan dan pemurnian. 1

Upload: aswar

Post on 27-Jun-2015

3.909 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kimia dasar 1 universitas mulawarman

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar ilmu pengetahuan kimia merupakan ilmu percobaan, dan

sebagian besar pengetahuannya diperoleh dari penelitian di laboratorium. Pada

kesempatan ini saya akan memaparkan suatu bagian dari ilmu kimia yaitu

mengenai pemisahan dan pemurnian. Pemisahan dan pemurnian dilakukan

dengan tujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar

atau tercampur.

Campuran dua atau lebih zat dimana dalam penggabungan ini zat-zat

tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing dan tidak memiliki

susunan yang tetap. Campuran dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu

campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran juga dapat

dipisahkan berdasarkan perbedaan sifat-sifat fisiknya.

Untuk memperoleh zat murni, kita harus memisahkannya dari

campurannya unyuk mendapatkan zat murni, dilakukan suatu system yang

dapat memisahkan antara zat murni dengan bahan-bahan pencemar atau

pencemar lainnya pada suatu campuran yakni pemisahan dan pemurnian.

Pemisahan dan pemurnian zat dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu,

penyaringn (filtrasi), dekantasi, sublimasi, kristalisasi, destilasi, adsorbsi dan

ekstraksi.

Melalui percobaan pemisahan dan pemurnian kita dapat memahamisecara

tepat cara untuk memperoleh produk yang lebih murni dari campuran zat yang

masih tercemar oleh zat lain.

1.2 Tujuan

− Mengetahui berbagai jenis pemisahan dan pemurnian

− Memahami prinsip pemurnian zat dari campurannya

1

Page 2: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

− Mengetahui perbedaan campuran homogen dengan campuran

heterogen

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat dimana dalam

penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing.

Beberapa contoh diantaranya adalah udara, minuman ringan, susu dan semen.

Campuran tidak memiliki susunan yang tetap atau sifat dan komposisi yang tetap.

Berdasarkan sifatnya, campuran dikelompokka menjadi 2 macam yaitu :

1. Campuran Homogen

Merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-zat yang

bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam campuran homogen mempunyai

sifat yang sama

Contoh :

a. Teh, merupakan pencampuran antara gula, air dan teh yang diaduk secara

merata dan tidak bisa dibedakan antara gula dan airnya.

b. Udara, merupakan campuran bermacam-macam gas seperti nitrogen,

oksigen dan lain-lain yang masing-masing gas tidak bisa dibedakan.

2. Campuran Heterogen

Merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang tidak dapat

bercmapur satu dengan yang lain secara sempurna sehingga dapat

dikenali/diketahui perbedaan sifat-sifat partikel dari zat yang bercampur

tersebut, seperti bentuk dan warna,

Contoh :

a. Tepung yang dicampur dengan air

b. Air dengan pasir

c. Beras dicampur dengan pasir

2

Page 3: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia.

Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan

pemisahan secara kimia satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain

sehingga dapat dipisahkan. Cara atau tahnik pemisahan campuran bergantung

pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung didalamnya, jika

komponen berwujud padat dan cair misalnya pasir dan air dapat dipisahkan

dengan dekantasi.

Berdasarkan sifatnya maka pemisahan dan pemurnian campuran menjadi

unsure-unsur penyusunnya dapat dibedakan menjadi enam bagian yaitu :

1. Filtrasi (penyaringan), adalah pemisahan zat padat dari suatu larutan

berdasarkan ukuran partikelnya yagnberbeda menggunakan kertas saring.

Contohnya bubuk kapur tulis ditambhakan air diaduk lalu disaring

menggunakan kertas saring yang sangat kecil. Kapur tulis akan tersaring

diatas kertas saring dikarenakan partikel kapur tulis tidak dapat menembus

pori-pori kertas saring sedangkan air dapat melewati kertas saring, karena

partikel air lebih kecil daripada pori-pori kertas saring tersebut.

2. Dekantasi (pengendapan), salah satu jenis reaksi umumnya berlangsung

dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan yang cirinya adalah

terbentuknya produk yang tidak larut, atau endapan. Endapan adalah

padatan tak larut yang terpisah dari larutan. Rekasi pengendapan biasanya

melibatkan senyawa-senyawa ionik.

3. Ekstraksi, adalah pemisahan zat dengan larutannya berdasarkan

kepolarannya dan massa jenisnya. Pemisahan terjadi atas dasar

kemampuan larutan yang berada dari komponen-komponen dalam

campuran. Pemisahan ini berdasarkan jenis larutannya atau kepolarannya,

dan massa jenisnya. Campuran dua jenis cairan yang tidak saling

melarutkan dapat dipisahkan dengan corong pisah.

4. Sublimasi (Penyubliman), Peralihan secara langsung suatu zat, dari padat

ke gas/uap (dapat juga kembali ke wujud padat lagi), atau dari gas/uap

kepadat, tanpa melalui fase cair. Merupakan salah satu metode pemurnian

untuk senyawa-senyawa yang dapat menyublim (misalnya yodium,

3

Page 4: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

ammonium klorida, arsenitrioksida, dan lain sebaginya). Dan jika padatan

yang tersublimasi tersebut bisa diembunkan lagi (rekondensasi) kalau

sublimasi digunakan maksud-maksud preparative, maka tekanan atmosfir

diatas senyawa tersebut baru dikecilkan dengan sebuah aspirator vakum.

Ini mengakibatkan tekanan zat padat itu menyapai tekanan atm pada suhu

yang lebih rendah. Pada kondisi ini kecil kemungkinan terjadi

dekomposisi jumlah senyawa yang dapat dimurnikan pada tekanan normal

termasuk sedikit.

5. Kristalisasi, merupkan proses pemisahan bahan padat berbentuk kristal

dari sutu larutan dengan cara menguapkan pelarutny. Pada kristlisasi,

larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi

Karen kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Apabila larutan tidak

cukup pekat maka dapat dipekatkan terlebih dahulu dengan cara penguapn.

Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Melalui kristalisasi diperoleh

zat padat yang lebih murni karena komponen larutan lainnya yang

kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.

6. Destilasi, merupakan cara pemisahan campuran yang didasarkan pada

perbedaan titik didih komponen-komponen penyusunnya. Prinsip kerja

cara penyulingan ini didasarkan pada perbedaan titik didih dari dua zat

yang bercampur atau pertikelnya yang satu mendidih atau menguap

sedangkan yang lain tidak.

Larutan, adalah campuran homogen, suatu campuran dikatakan homogen

jika antar komponennya tidak terdapat bidang batas hingga tidak terbedakan lagi

walaupun menggunakan mikroskop ultra. Komponen larutan tidak dapat

dipisahkan melali penyaringan. Komponen larutan dibedakan atas pelarut dan zat

terlarut. Proses pelarutan dipengaruhi oleh suhu, pengadukan / jika zat terlarut

lebih halus.

Zat adalah materi yang susunan dan komponen penyusunannya sama, zat

murni memiliki komposisi konstan. Salah satu cara untuk membedakan antara zat

murni dan campuran adalah dengan mengukur titik leleh atau titik didih. Suhu zat

4

Page 5: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

murni akan tetap konstan ketika meleleh, misalnya es. Es akan meleleh pada suhu

0° C dan suhu ini tetap sama sampai semua es tetap meleleh. Tetapi jika campran

dilelehkan biasanya suhu akan berubah secara bertahap ketika zat padat tersebut

diubah seluruhnya menjadi cairan.

Kinetika adsorbsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh

absorben dalam fungsi waktu. Adsorbsi terjadi pada permukaan zat padat karena

adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul

pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam,

karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini

menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorbsi. Peristiwa adsorbsi

disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens. Dimana

adsorben yang biasa digunakan dalam percobaan adalah karbon aktif.

Perbedaan sifat ini sering kali digunakan sebagai pengujian untuk

perbedaan bahan itu murni ata utidak. Jika suhu tetap, sementara bahan itu melelh,

maka bahan itu termasuk murni. Tetapi jika suhu berubah sementara zat tersebut

tidak melelh, maka zat tersebut tidak termasuk zat murni, melainkan campuran.

Materi dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menempati ruang

dan mempunyai massa. Setiap materi mempunyai sifat yang khas yang

membedakan dari materi lainnya. Namun demikian antara berbagai materi juga

terdapat berbagai persamaan sehingga kita dapat mengelompokkan materi itu

yang juga terdapat berbagai persamaan sehingga kita dapat mengelompokkan

materi berdasarkan wujud dan komposisinya.

Materi dapat berbentuk padat, cair atau gas. Perbedaan dari ketigaga jenis

wujudnya itu terletak pada struktur dan susunan partikelnya. Dalam padatan

partikelnya tersusun rapat dan diam di tempat, oleh karena itu mempunyai banyak

bentuk dan volum yang tetap. Dalam cairan partikelnya tersusun rapat tetapi dapat

bergerak sehingga cairan mempunyai volume tetap, tetapi bentuknya berubah

sesuai dengan wadah cairan tersebut. Dalam gas partikelnya relatif sangat

renggang dan bergerak bebas, di mana bentuk dan volumnya mengikuti keadaan.

Adapun zat-zat murni dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

Unsur

5

Page 6: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Usnsur adalah materi yang paling sederhana dan tidak dapat diuraikan

menjadi zat-zat lain secara kimia. Misalnya air, air dapat diuraikan oleh

listrik menjadi dua jenis gas, yaitu hidrogen dan oksigen, sedangkan

hidrogen dan oksigen tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih

sederhana. Zat seperti hidrogen dan oksigen , yaitu zat tunggal yang secara

kimia tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih sederhana, disebut

unsur. Sedangkan zat-zat sperti air, yaitu zat tunggal yang dapat diurai

menjadi zat lain yang lebih sederhana, disebut senyawa. Beberapa contoh

unsur dalam kehidupan sehari-hari adalah besi, alumunium, emas, timah,

tembaga, karbon, oksigen, hidrogen, dan belerang serta perak.

Senyawa

Senyawa adlah zat tunggal yang dapat diuriaikan menjadi zat yang

lebih sederhana. Jumlah senyawa jauh lebih banyak dari jumlah unsure.

Pada tahun 1799, seorang ilmuwan Prancis bernama Josep Louis Proust

(1754 – 1826) menemukan satu sifat yang terpenting dalam senyawa yaitu

yang disebut hokum perbandingan tetap. Proust menyimpulan bahwa

perbandingan massa unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sifat senyawa sebagaiberikut :

a) Tergolong zat tunggal

b) Dapat diuraikan menjasi zat yang lebih sederhana.

c) Terbentuk dari dua jenis unsure atau lebih dengan perbandingan

tertentu.

d) Mempunyai sifat tetrtentu yang berbeda dar sifat unsure penyusunan.

Pada prinsipnya pemisahan dan pemurnian dilakukan untuk memisahkan

antara dua zat atau lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk

mendapatkan suatu zat murni dari suatu zat yang tidak tercemar oleh zat lain.

Banyaknya campuran dapat dinyatakan dalam persen (per satu bagian)

atau BPJ (bagian per juta). Persen sering digunakan dalam perdagangan

sedangkan BPJ untuk kadar yang sangat kecil misalnya zat-zat pencemar dalam

limbah. Satuan persen dengan % dalam satuan perjuta dengan BPJ.

6

Page 7: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Sehingga dipeoleh rumus

Rumus lainnya

Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang

mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala

laboratorium maupun skala industri. Keadaan zat yang diinginkan dan dalam

keadaan campuran harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan pemilihan

metode pemisahan yang akan menimbulkan kerusakan hasil atau melainkan tidak

berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Sifat-sifat khusus dari zat yang diinginkan dari campurannya, misalnya

zat tidak tahan panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut

tertentu, titik didih dan sebagainya.

2. Standar kemurnian yang diinginkan.

3. Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya.

4. Nilai guna yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan.

5. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya

kecil atau besar.

7

Page 8: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

− Batang pengaduk

− Cawan penguap

− Corong pisah

− Corong kaca

− Gelas kimia 100 mL

− Gelas beker

− Hot plate

− Pipet tetes

3.1.2 Bahan

− Garam dapur

− Kapur tulis

− Pasir

− Naftalena

− Minyak goreng

− Sirup mangga

− Norit

− Aquades

− Kertas saring

− Tissu

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1. Dekantasi

Dimasukkan 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang diisi air.

Diaduk larutan tersebut hingga larut.

Dibiarkan sampai air mengendap, kemudian diamati.

8

Page 9: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

3.2.2 Filtrasi

Diambil satu sendok bubuk kapur tulis lalu dimasukkan ke dalam gelas

kimia.

Ditambahkan 50 mL aquades.

Diaduk larutan tersebut, hingga larut.

Disiapkan kertas saring dan corong kaca.

Disaring menggunakan corong kaca dan kertas saring, kemudian

diamati.

3.2.3 Adsorbsi

Diambil satu sendok norit yang telah dihaluskan dalam kertas saring.

Dialirkan sedikit demi sedikit sirup

Diamati filtrat dari penyaringan tersebut

3.2.4 Kristalisasi

Diambil satu sendok garan dapur kemudian dimasukkan ke dalam

gelas kimia

Ditambahkan aquades, kemudian aduk hingga larut.

panaskan larutan tersebut hingga mendidih dan aquades menjadi

berkurang sampai habis.

Didinginkan larutan tersebut, kemudian diamati.

3.2.5. Sublimasi

Dimasukkan 2gr Naftalena dan garam dicawan penguap.

Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang dilubangi kecil-

kecil.

Ditutup lagi dengan corong kaca diatas kertas saring dengan posisi

terbalik dan lehernya disumbat kertas.

Dipanaskan dan dibiarkan sampai menguap.

3.2.6 Ekstraksi

Diambil 50 mL minyak dimasukkan kedalam corong pisah

Ditambahkan 50 mL aquades.

Dikocok larutan tersebut hingga tercampur dan dibalik corong pisah

tersebut dan dibiarkan terpisah

9

Page 10: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Diamkan dan amati perubahannya.

BAB 4

10

Page 11: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. PERLAKUAN PENGAMATAN

1.

2.

3.

Dekantasi

Dimasukkan 1 sendok

pasir

Tambahkan aquades 50

mL

Di aduk

Diamkan dan amati

Filtrasi

Di masukkan 1 sendok

bubuk kapur tulis

Di masukkan H2O

sebanyak 25 ml, diaduk

Di saring

Adsorbsi

Di masukkan sirup ke

dalam beker gelas 250 ml

Di saring dengan kertas

saring yang telah diberi

- Pasir tidak larut dalam

aquades

- Setelah didiamkan, terbentuk

dua fase, dimana pasir

mengendap pada dasar beker

gelas, hal tersebut dapat terjadi

karena massa jenis pasir lebih

besar disbanding massa jenis

aquades

- Kapur bercampur dengan air

sehingga air berubah menjadi

keruh.

- Ketika disaring, kapur tulis

tersaring di kertas saring

karena partikel kapur tulis

labih besar daripada air.

Sehingga airnya tidak ikut

tersaring.

- Sebelum dicampur srup warna

orange

- Setelah dicampur norit sirup

11

Page 12: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

4.

5.

6.

norit diatas corong kaca.

Kristalisasi

Dimasukkan 2 gram NaCl

+ 10 ml H2O, lalu diaduk.

Kemudian dipanaskan

hingga terbentuk kristal-

kristal

Di amati hasilnya.

Sublimasi

Kapur barus yang telah di

gerus I campur dengan

NaCl

Di tutup dengan kertas

saring

Di panaskan

Ekstraksi

Diambil 50 mL minyak

dimasukkan kedalam

corong pisah

Ditambahkan 50 mL

aquades

Di bolak balik

Diamkan dan amati

perubahannya

berubah menjadi warna kuning

- Garam Melarut

- Setelah Dipanaskan, Air Akan

Menguap Karena Terjadi

Perbedaan Titik Didih.

Sementara Nacl Terbentuk

Menjadi Kristal Yang

Berwarna Putih

Kapur barus menyublim dari

kertas saring dan tertahan pada

corong kaca berbentuk kristal

sedangkan garam yang

dicampur dengan kapur barus

tadi, bertahan dibawah

Karena berat jenis minyak

lebih besr daripada air, maka

air berada dibawah minyak,

sehingga air dapat dikeluarkan

dar corong pisah.

4.2 Pembahasan

12

Page 13: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Berdasarkan percobaanyang telah dilakukan pada berbagai jenis

campuran. Campuran antara air dan pasir dapat dipisahkan dengan cara

diendapkan. Proses pemisahan ini dinamakan dekantasi, Prinsip kerja

dekantasi yaitu dilakukan karena perbedaan partikel, massa dan wujudnya

yang cukup besar. Dengan dekantasi kita dapat dengan cepat melihat

pemisahannya campuran antara air dan pasir sebenarnya dapat dilakukan

dengan cara filtrasi tetapi kurang efektif karena memakan waktu yang cukup

lama dan membutuhkan banyak kertas saring Terlihat pada endapan pasir

yang berada pada dasar beker gelas, hal ini terjadi karena massa jenis pasir

lebih berat dari massa jenis air.

Berbeda dengan pemisahan antara pasir dan air, pemisahan campuran air

dengan kapur tulis, dipishakan dengan cara filtrasi, prinsip kerjanya yaitu,

pemisahan zat dari campurannya melalui penyaringan yang didasarkan pada

perbedaan ukuran partikel zat-zat yang bercampur dimana ukuran pertikel

lebih kecil dari lubang penyaring akan melewati proses penyaringan

sedangkan ukuran pertikel yang lebih besar akan tertahan. Hali ini yang terjadi

pada percobaan antara air dengan bubuk kapur tulis, ketika dilakukan

penyaringan, bubuk kapur tulis tertahan di kertas saring sedangkan air

melewati kertas saring.

Untuk percobaan norit dengan sirup menggunakan proses adsorpsi, proses

ini membuat warna sirup menjadi lebih kuning muda dari warna asal yaitu

kuning pekat, hal ini dikarenakan prinsip kerja adsorpsi adalah menyerap zat

warna yang terdapat dalam campuran suatu larutan, karena dalam norit

terdapat arbon aktif yang berfungsi untuk penghilang warna larutan. Maka

dari itu warna sirup mengalami perubahan.

Pemisahan zat dari campurannya dengan cara menguapkan perlarutnya

sehingga campurannya menjadi jenuh dan membentuk kristal merupakan

proses kristalisasi, proses ini dilakukan pada air dan garam yang dipanaskan

hingga pelarut airnya habis kemudian saat didinginkan terbentuk kristal-kristal

kecil yang bening. Prinip kerjanya didasarkan pada salah satu zat yang

bercampur pada keadaan lewa jenuh, serta perbedaan titik beku zat tersebut.

13

Page 14: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Suatu campuran zat dimana salah satu zat dapat menyublin sedangkan

yang lainnya tidak ikut menyblin karena mimiliki perbadaan titik leleh

merupakan prinsip kerja sublimasi, hal inilah yang terjadi pada campuran

naftalena dengan garam yang dipanaskan, dimana naftalena lebih cepat

menguap dibandingkan garam karena titik leleh naftalena lebih rendah dari

garam.

Proses pemisahan antara air dengan minyak digunakan metode ekstraksi

pelarut, dimana campuran minyak goreng dengan air yang dimasukkan

kedalam corong pisah kemudian dibolak-balik, dan hasilnya adalah air berada

pada lapisan bawah sedangkan air berada di atas. Prisip kerjanya yaitu

didasarkan perbedaan massa jenis dan kepolaran zat. Sehingga air yang

bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat non-polar.

Ditinjau dari jenis ikatan antara bahan yang dipisahkan dan bahan sorpsi

dapat dibedakan menjadi tiga proses, yaitu:

1. Adsorpsi

Adsorpsi yaitu proses peningkatan bahan pada permukaan sorben

padat dengan cara pelekatan, dimana adsorbsi memisahkan bahan dari

campuran gas atau cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh

permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada

permukaan tersebut.

2. Absorpsi

Absorpsi yaitu proses peningkatan bahan pada permukaan sorben

cair dengan cara pelarutan. Dimana absorpsi memisahkan bahan dari suatu

campuran dengan cara peningkatan bahan tersebut pada permakaan sorben

cair yang diikuti pelarutan.

3. Like Dissolved Like

Like dissolved like sebagai sebuah ekspresi yang digunakan untuk

meningkatkan cara kerja beberapazat pelarut(solvent). Hal ini

menunjukkan kepolaran (polar atau non-polar) suatu zat terlarut (solute)

dan zat pelarut (solvent). Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-

14

Page 15: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

molekul solute mempunyai kesamaan dan struktur serta sifat-sifat

kelistrikannya.

Aplikasi Proses Pemurnian Pada Kehidupan Sehari-hari, yaitu:

1. Dekantasi

Proses dekantasi umumnya digunakan oleh pihak-pihak industri

untuk menstrilkan limbah mereka, sehingga limbah berisi bakteri dan zat-

zat lain diendapkan terlebih dahulu selama beberapa waktu sebelum

dibuang.

2. Filtrasi.

Proses filtrasi biasanya digunakan secara sederhana dalam

lingkungan rumah tangga. Seperti jika ingin minum the, daun the yang

telah diseduh disaring atau dilakukan filtrasi agar air teh tadi bebas dari

daunnya.

3. Adsorpsi.

Pemurnian dengan cara penyerap biasanya sering diterapkan untuk

penjernihan air, baik air minum ataupun air akuarium tempat ikan.

Biasanya adsorbs menggunakan bahan karbon aktif, resin, dan realit.

4. Kristalisasi.

Sesuai dengan pengeritannya kristalisasi yakni penguraian zat-zat

karena adanya perbedaan unsure dengan pembentukan zat padatnya

langsung dari pengendapan zat cair dikarenakan adanya perbedaan suhu

titik didih atau titik beku campuran. Biasanya diterapkan untuk mengambil

garam dari air laut ataupun kristalisasi natrium asetat.

5. Ekstraksi.

Penggunaan proses ekstraksi atau penambahan unsure lain

biasanya digunakan dalam proses penjernihan umumnya adalah

penjernihan minyak pelumas bekas yakni dengan ditambahkannya

propane.

6. Sublimasi.

15

Page 16: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Sublimasi hanya dapat digunakan pada unsur-unsur yang mudah

menyublim sehingga aplikasinya biasanya pada pemurnian zat seperti

kapur barus, yodium, belerang, dan sebagainya.

Sturktur Minyak Goreng

Struktur Naftalena

16

Page 17: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 5

PENUTUP

Ksimpulan

− Pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan cara dekantasi, filtrasi,

adsorpsi, kristalisai, sublimasi dan ekstraksi pelarut.

− Prinsip pemisahan dan pemurnian didasarkan pada perbedaan massa jenis,

titik didih, ukuran partikel dan kelarutan.

− Campuran homogen merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan

antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam

campuran homogen mempunyai sifat yang sama sedangkan campuran

heterogen merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang tidak

dapat bercmapur satu dengan yang lain secara sempurna sehingga dapat

dikenali/diketahui perbedaan sifat-sifat partikel dari zat yang bercampur

tersebut, seperti bentuk dan warna

Saran

Diharapkan pada percobaan selanjutnya, digunakan teknik pemisahan dan

pemurnian dengan cara rekristalisasi dan sentrifugasi.

17

Page 18: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. dkk.1995.Teknoklogi Kimia Bagian 2.Bandung: Bumi Aksara

Chang, Svehla. 1998.Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta:Binarupa

Aksara

Kleinfelter, Keenan.1991.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga

Sastrohamidjojo, Hardjono.2001.Kimia Dasar.Yogyakarta:Gadjah Mada

Syukri, S.1999.Kimia Dasar 1.Bandung:ITB

18

Page 19: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak bahan kimia yang digunakan untuk praktikum berbentuk larutan.

Untuk membuat larutan pada umumnya digunakan pelarut air. Ada beberapa

larutan yang menggunakan pelarut lain.

Sebenarnya larutan terjadi jika atom, molekul, atau ion dari suatu zat

semuanya terdispersi (larut). Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (solute)

dan pelarut (solven). Untuk larutan gula dalam air, gula merupakan zat terlarut

dan pelarutnya adalah air. Untuk larutan alcohol dalam air, tergantung dari

banyaknya zat yang paling dominant. Karena itu dapat dikatakan larutan air

dalam alkohol atau larutan alkohol dalam air.

Larutan hendaknya dibuat secukupnya saja, misalkan untuk keperluan satu

semester. Tetapi harus diingat bahwa ada larutan yang tidak tahan disimpan

lama, misal larutan kanji, larutan kalium heksasianoferat (III) dan lain-lain.

Larutan-larutan semacam ini hendaknya dibuat seandainya akan digunakan.

Jenis serta banyaknya larutan yang dibuat bergantung pada jumlah percobaan

yang akan dilakukan serta jumlah praktikan yang akan melakukan percobaan

itu.

Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan tentang pembuatan larutan

dimana praktikan diharapkan dapat mengetahui serta memahami tentang

konsentrasi suatu larutan yang ada atau yang akan dibuat. Dalam hal ini akan

diketahui apakah larutan tersebut akan terlarut sempurna atau tidak.

Dalam percobaan ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun

prosedur ketika mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya telah

ditentukan terlebih dahulu. Percobaan ini akan membahas mengenai

konsentrasi larutan yang dapat dinyatakan dengan beberapa cara antara lain :

molaritas, molalitas, normalitas, persen berat dan volum, ppm dan lain

sebagainya.

19

Page 20: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

1.2 Tujuan

− Mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan

konsentrasi tertentu.

− Mengetahui perbedaan larutan jenuh dengen larutan tidak jenuh.

− Mengetahui perbedaan larutan homogen dengan larutan heterogen.

20

Page 21: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat

yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya

dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer

adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah

pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian

besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah

medium dalam mana solute terlarut. Faktor yang mempengruhi kelarutan

suatu zat antara lain adalah tekanan, sifat zat, suhu, dan luas permukaan.

Semua gas pada umumnya dapat bercampur dengan sesamanya (misibel).

Karena itu semua campuran gas adalah larutan. Meskipun demikian campuran

fase gas jarak pisah antaranya molekul relative jauh, sehingga tidak dapat

saling tarik-menarik secara efektif. Larutan dapat berfase padat, dalam larutan

pada pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat

sering terdapat pada logam dan larutan tertentu dimana atom terlarut

mengerahkan beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain. Atom terlarut

dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi pelarut. Pembentukan larutan padat

ini terjadi apabila atom terlarut cukup kecil utnuk memasuki lubang-lubang

dan diantara atom pelarut.

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air

yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena,

minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak

disebutkan pelarutmya.

2.2 Konsentrasi Larutan

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan

konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah

21

Page 22: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam

sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-

satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm

serta ditambah dengan persen massa dan persen volume.

Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan

kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan demikian,

setiap sistem konsentrasi harus menyatakan hal-hal sebgai berikut :

a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut

b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan

c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi.

Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:

1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan.

Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.

2. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang

diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat

terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi

persamaan :

M1V1 = M2V1

M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan

V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan

M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan

V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan

Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Molaritas

Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi

molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar.

Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1

molar dan ditulis 1 M.

22

Page 23: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Rumus Molaritas

Ket Ket : M = Molarits

n = mol

V = volume dalam larutan

atau

Ket : g = massa zat terlarut

Mr = massa relatif zat terlarut

V = volum dalam ml

Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi

larutan encer. Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang

menguntungkan karena sedikit ketergantungan pada suhu. Jika larutan

dipanaskan atau didinginkan, volume berubah sedangkam mol akan tetap

sehingga molaritas akan berubah.

2. Molalitas

Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam

molalitas tidak ada volume, namun massa yang tidak berepengaruh pada

suhu.

Rumus molalitas

Ket : m = molalitas

n = mol

P = massa pelarut (Kg)

atau

Ket : g = massa terlarut

Mr = massa relatif terlarut

P = massa pelarut (Kg)

23

nM = V

g 1000M = X Mr V

m = n P

g 1000 m = X Mr P

Page 24: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

3. Persen Massa

Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b),

menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan

Rumus persen massa :

massa zat terlarut

massa larutan

4. Persen Volume

Persen volume atau persen volum per volum (% V/V) menyatakan jumlah

zat terlarut dalam 100 bagian volume larutan.

Rumus persen volume

Volume zat terlarut

Volume larutan

5. ppm

ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta

bagian campuran.

Rumus ppm :

massa zat terlarut (komponen)

massa larutan (campuran)

massa zat terlarut (komponen)

massa larutan (campuran)

6. Fraksi Mol

Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol

seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut).

Rumus Fraksi mol :

larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.

24

x 100 %% massa =

% volume = x 100 %

x 100 %

x 100 %

ppm massa =

ppm volume =

Page 25: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

nA Ket : XA = fraksi mol pelarut

nA + nB nA = mol zat terlarut

nB = mol zat pelarut

7. Normalitas

Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivelen zat terlarut dalam 1 liter

larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal.

Rumus Normalitas :

N = grek atau N = 1000 x gr x valensi

V V MrValensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam danbasa) yang dilepaskan.

Komponen Larutan

Suatu larutan terdiri atas dari dua komponen yang penting. Biasanya salah

satu komponen yang mengandung jumlah zat yang lebih banyak disebut

pelarut (solvent). Pelarut dipandang sebagai pembawa atau medium zat

terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia. Kemudian, komponen

lainnya yang mengandung zat yang lebih sedikit disebut zat terlarut (solute).

Kedua komponen dalam larutan dapat sebagai pelarut atau terlarut tergantung

komposisinya. Larutan di bagi menjadi tiga jenis yitu:

1. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang

diperlukan untuk membuat larutan jenuh.

2. larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang

larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.

3. Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute

yang diperlukan dari pada solvent.

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Larutan pekat merupakan larutan yang mengandung relatif lebih banyak

solute.

2. Larutan encer merupakan larutan yang relatif sedikit mengandung solute.

25

XA =

Page 26: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Pembuatan Larutan

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)

dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih

besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-

kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada

pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan

aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh

sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang

dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih

dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya,

percikan asam sulfat ini merusak kulit.

Prinsip Kelarutan

Dua senyawa dapat bercampur (micible) lebih mudah bila gaya tarik antar

molekul terlarut dan pelarut semakin besar. Besarnya gaya tairk ini ditentukan

oleh jenis ikatan pada masing- masing molekul. Bila gaya tari antara

molekulnya termasuk dalam kelompok yang sama (misalnya air dan etanol),

maka keduanya akan saling melarutkan. Sedangkan bila kekuatan gaya tarik

antara molekulnya berbeda jenis (misalnya air dan heksana), maka tidak akan

saling melarutkan.

Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan ”Like Dissolves Like,” yaitu

jika molekul terlarut dalam pelarut mirip, maka akan mudah bercampur.

Secara umum, terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa non polar, dan

senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke dalam pelarut polar. Dengan

kata lain ”sejenis melarutakan sejenis,” dimana sejenis di sini menunjukkan

persamaan dalam hal kekuatan gaya tarik antara molekulnya.

26

Page 27: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

Alat dan Bahan

Alat

− Batang pengaduk

− Corong kaca

− Enlemeyer

− Gelas kimia 100 mL

− Labu takar 100 mL

− Neraca analitik

− Pipet tetes

− Pipet ukur 10 mL

− Sendok

Bahan

− Alumunium foil

− Aquadest

− BaCl2

− H2SO4

− Tissu

Prosedur Percobaan

Pembuatan Larutan BaCl2

− Ditimbang BaCl2 sebanyak 5,20 gram menggunakan alumunium foil.

− Pindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas kimia 100 mL yang berisi

dan telah dibilas dengan aquades

− Tambahkan aquades dan aduk hingga larut sempurna

− Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dengan

menggunakan corong kaca, dimana hasil bilasannya dimasukkan ke

dalam labu takar 100 mL

27

Page 28: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

− Ditambahkan akuades ke dalam labu takar 100 mL hingga tanda batas

dengan menggunakan pipet tetes

− Ditutup labu takar dan dibolak-balikkan labu takar sambil dipegang

tutupnya selama beberapa kali.

Pembuatan Larutan H2SO4

− Dipipet 5,6 ml H2SO4 pekat dan dimasukkan ke dalam labu takar

100 ml yang telah diisi dengan akuades sebanyak 50 ml.

− Dibiarkan hingga labu takar terasa dingin, kemudian ditambahkan

akuades hingga tinggi permukaan larutan 0,5 cm hingga 1 cm

− Keringkan aquades yang menempel pada leher labu takar dengan

menggunakan tiisu

− Dengan menggunakan pipet tetes tambahkan aquades hingga tanda

batas

− Ditutup labu takar dan dibolak-balikkan labu takar sambil dipegang

− tutupnya selama beberapa kali.

28

Page 29: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Percobaan Pengamatan

1

2

Larutan BaCl2

- Dihitung berapa gram BaCl2

yang dibutuhkan

- Ditimbang

- Dilarutkan dengan aquades

sampai 250 mL dalam labu

takar

- Dihomogenkan

Larutan H2SO4

- Dihitung volume H2SO4

pekat sesuai konsentrasi

yang diinginkan

- Diambil H2SO4 pekat

dengan pipet ukur

- Dilarutkan dengan aquades

sampai 100 mL dalam labu

takar

- Diamati

- Dik ; M = 0,1 M ; Mr

BaCl2 = 208 ; Vair = 250

mL

Dit = gram…..?

Penyelesaian

M = (gr/Mr)x(1000/ Vair)

0,1 = (gr/208)x(1000/250)

20,8 = 4 x gr

Gr = 20,8/4

Gr = 5,2 gram

- BaCl2 ditmbang sebanyak

5,20 gram

- BaCl2 larut dalam aquades

- Larutan berwarna bening

- Dik ; M1 = 1 M , M2 = 18

M

V1 = 100 mL

Dit = V2=....mL?

Penyelsaian

V1 x M1= V2 M2

100 (1) = V2 x M2

100 = V2 x 18

V2 = 100/18

V2 = 5,6 mL

29

Page 30: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

- H2SO4 berwarna coklat

bening dan berbau tajam

- Setelah di larutkan labu

takar terasa panas

- Larutan H2SO4 pekat

bening dan baunya

bekurang (tidak berbau

tajam)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Pembuatan Larutan BaCl2

Dik : M = 0,1 M

Mr BaCl2 = 208

Vair = 250 mL

Dit : gr = ……. Gram

Penyelesaian:

M = (gr/Mr)x(1000/ Vair)

0,1 = (gr/208)x(1000/250)

20,8 = 4 x gr

Gr = 20,8/4

Gr = 5,2 gram

4.2.2 Perhitungan Pembuatan Larutan H2SO4

Dik ; M1 = 1 M , M2 = 18 M

V1 = 100 mL

Dit = V2=....mL?

Penyelsaian:

V1 x M1= V2 M2

100 (1) = V2 x M2

100 = V2 x 18

V2 = 100/18

V2 = 5,6 mL

30

Page 31: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

4.3 Pembahasan

Larutan merupakan campuran homogen dari molekul atom ion dari dua zat

atau lebih, karena susunannya dapat berubah-ubah larutan sering disebut juga

sebagai campuran. Larutan terdiri dari zat yang terlarut(solute) dan

pelarut(solvent). Solute disebut sebagai fase dalam (fase terdispersi) karena

berada dalam jumlah sedikit sedangkan solvent di sebut sebagai fase luar (fase

pendispersi) karena memiliki jumlah lebih banyak di bandingkan solute.

Dalam percobaan yang dilakukan adalah pembuatan larutan BaCl2 yang

dilarutkan dalam air dan pembuatan H2SO4 yang diencerkan dengan air,

dimana BaCl2 dan H2SO4 pekat adalah solute dan air adalah solvent.

Campuran adalah penggabungan dia atau lebih zat dimana dalam

penggabungan ini, zat-zat tersebut mempertahankan identitas masing-masing.

Berdasarkan sifatnya, campuran dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Campuran homogen, merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan

antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam

campuran homogenmempunyai sifat yang sama.

2. Campuran heterogen, merupakan campuran yang mengandung zat-zat

yang tidak dapat bercampur satu dengan yang lain secara sehingga dapat

dibedakan partikel sifat dari zat yang tercampur tersebut, seperti bentuk

dan warna.

Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih

dahulu. Dalam menghitung knsentrasi dapat dinyatakan dengan molaritas,

molalitas, normalitas, fraksi mol (x), persen beratppm dan mg persen.

Konsentrasi merupakan perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total

zat dalam larutan, atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah

pelarut.

1. Molaritas

Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi

molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar.

Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1

molar dan ditulis 1 M.

31

Page 32: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Rumus Molaritas

Ket Ket : M = Molarits

n = mol

V = volume dalam larutan

atau

Ket : g = massa zat terlarut

Mr = massa relatif zat terlarut

V = volum dalam ml

Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi

larutan encer. Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang

menguntungkan karena sedikit ketergantungan pada suhu. Jika larutan

dipanaskan atau didinginkan, volume berubah sedangkam mol akan tetap

sehingga molaritas akan berubah.

2. Molalitas

Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam

molalitas tidak ada volume, namun massa yang tidak berepengaruh pada

suhu.

Rumus molalitas

Ket : m = molalitas

n = mol

P = massa pelarut (Kg)

atau

Ket : g = massa terlarut

Mr = massa relatif terlarut

P = massa pelarut (Kg)

32

nM = V

g 1000M = X Mr V

m = n P

g 1000 m = X Mr P

Page 33: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

3. Persen Massa

Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b),

menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan

Rumus persen massa :

massa zat terlarut

massa larutan

4. Persen Volume

Persen volume atau persen volum per volum (% V/V) menyatakan jumlah

zat terlarut dalam 100 bagian volume larutan.

Rumus persen volume

Volume zat terlarut

Volume larutan

5. ppm

ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta

bagian campuran.

Rumus ppm :

massa zat terlarut (komponen)

massa larutan (campuran)

massa zat terlarut (komponen)

massa larutan (campuran)

6. Fraksi Mol

Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol

seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut).

Rumus Fraksi mol :

larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.

nA Ket : XA = fraksi mol pelarut

nA + nB nA = mol zat terlarut

nB = mol zat pelarut

33

x 100 %% massa =

% volume = x 100 %

x 100 %

x 100 %

ppm massa =

ppm volume =

XA =

Page 34: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

7. Normalitas

Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivelen zat terlarut dalam 1 liter

larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal.

Rumus Normalitas :

N = grek atau N = 1000 x gr x valensi

V V MrValensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam dan

basa) yang dilepaskan.

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)

dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih

besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-

kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada

pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan

aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh

sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang

dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih

dan menyebabkan asam sulfat memercik. Pelarut harus ditambahkan sedikit

demi sedikit sampai volume larutan mencapai tanda batas labu takar. Saat

pembuatanlarutan H2SO4 terjadi reaksi eksoterm yaitu melepaskan panas dari

sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi

potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun. Sedangkan untuk

reaksi endoterm yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur

dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat-zat imia tersebut

akan naik.

Proses pembuatan larutan di awali dengan menghitung berapa massa

larutan BaCl2 yang dibutuhkan, setelah itu ditimbang agar massa yang

dibutuhkan tepat, kemudian dilarutkan dengan aquades dengan tujuan agar

larutan BaCl2 larut dengan aquades, dan dimasukkan kedalam labu takar

kemudian dihomogenkan berfungsi untuk membuat larutan tercampur dengan

sempurna.

34

Page 35: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Adanya adhesi dan kohesi partikel-partikel atau molekul-molekul zat

mengakibatkan adanya sifat-sifat khusus zat cair yang ditempatkan kedalam

labu takar yaitu meniskus cekung dan meniskus cembung. Meniskus cekung

merupakan tanda batas bawah dimana air dalam labu takar permukaannya

cekung, hal ini disebabkan karena kohesi air lebih kecil daripada adhesi air

dengan kaca. Meniskus cembung merupakan tanda batas atas dimana air

dalam labu takar permukaannya cembung, hal ini disebabkan karena kohesi

raksa lebih besar dari adhesi raksa dengan kaca.

Prinsip percobaan pembuatan larutan di dasarkan pada konsentrsi suatu zat

yang akan dibuat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi

kesalahan yang kecil, maka larutannya tidak akan menjadi larutan yang

diinginkan.

Larutan standar primer adalah larutan yang dapat digunakan untuk

menghasilkan larutan yang stabil dan konsentrasinya dapat diukur. Larutan ini

normalitasnya dapat diketahui dari hasil penimbangan dan pelarutan volume

tertentu. Contohnya asam oksalat, boraks, NaCl, seng sulfat.

Larutan standar sekunder adalah larutan yang stabil atau konsentrasinya

tidak dapat dipastikan, normalitsnya baru akan diketahui setelah dilakukan

pembakaran dengan larutan standar primer. Contohnya NaOH, H2SO4 dan

HCl.

Dalam melakukan percobaan pembuatan larutan terdapat beberapa

kesalahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

− Kurang teliti dalam menakar dan menambahkan quades, sehingga melebihi

batas ukuran yang telah ditentukan.

− Alat-alat yang telah digunakan,

Pembuatan larutan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,

contohnya:

− Pembuatan larutan cuka

− Pembuatan kaldu ayam

− Pembuatan sirup dan jus

35

Page 36: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

− Untuk membuat larutan dari bahan cair dan padat dilakukan dengan cara

mencampurkan bahan cair dan padat kedalam gelas kimia, kemudian

diaduk.

− Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang

diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Sedangkan larutan jenuh yaitu

suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan

mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.

− Larutan homogen adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat menjadi

sama sifatnya karena bergabung, sedangkan larutan heterogen adalah suatu

keadaan larutan dimana dua zat bercampur, namau masih dapat dibedakan

unsur-unsurnya.

5.2 Saran

Diharapkan sebelum melakukan praktikum, praktikan terlebih dahulu

mengetahui proses pembuatan larutan agar tidak terjadi kesalahan dalam

pembuatan larutan

36

Page 37: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

DAFTAR PUSTAKA

Anshary, Irfan. 1999. Kimia Dasar 1. Jakarta: erlangga

Baroroh, Uni, L. U. 2004. Kimia Dasar 1. Banjar Baru: Universitas Lambung

Mangkurat.

Gunawan, Adi dan Roewati. 2004. Konsep Dasr Kimia Analitik. Jakarta:

Universitas Indonesia

Petrucci, Ralph, H. 1996. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Bogor:

Erlangga

37

Page 38: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam analisis kimia suatu bahan, maka akan sering dihadapkan pada

pekerjaan-pekerjaan seperti menghilangkan konstituen pengganggu atau

mengisolasikannya maupun memekatkan konstituen yang dikehendaki

sebelum dilakukuan identifikasi maupun pengukuran jumlahnya. Untuk

melakukan analisis kimia tersebut maka kita harus menggunakan suatu metode

agar dapat menentukan hasil yang tepat, kromatografi salah satunya.

Kromatografi sendiri merupakan salah satu cara pemisahan yang pada saat ini

sering digunakan secara rutin dan dapat dilaksanakan dengan waktu yang

singkat dan dengan peralatan yang relatif sederhana dan ekonomis. Walaupun

cara ini merupakan cara pemisah, namun dapat pula digunakan sebagai analisa

secara kuantitatif.

Teknik kromatografi merupakan teknik pemisahan yang sangat sensitif.

Selain dapat memisahkan zat warna, teknik ini juga dapat menunjukkan residu

nikotin dalam darah orang yang duduk di dekat orang yang merokok ketika

duduk di sampingnya. Selain itu, kromatografi juga dapat memisahkan

campuran kompleks, seperti minyak bumi yang merupakan campuran dari

ratusan senyawa yang terkandung di dalamnya, dan masih banyak lagi

keunggulan lainnya.

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami konsep

kromatografi secara langsung, berupa teori-teori kromatografi, cara kerja

kromatografi, penggolongan dari kromatografi, macam-macam kromatografi,

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, dan masih banyak yang lainnya.

38

Page 39: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

1.2 Tujuan

Memisahkan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi

komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase (fase diam dan fase

gerak).

Mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kertas.

Menentukan harga Rf dari masing-masing noda zat warna.

39

Page 40: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari

Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari

pigmen-pigmen lain pada ekstrak tanaman. Kromatografi berasal dari bahasa

Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti warna dan graphos

yang berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan

tulis, warna senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja terjadi dalam

proses pemisahan ini. Tswett sendiri mengantisipasi penearapan pada beraneka

ragam sistem kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas,

beberap bidang sains mungkin akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi

tetap tersembunyi sampai sekitar tahun 1931, ketika pemisahan karotenatumbuhan

dilaporkan oleh ahli sains organik terkemuka yaitu Kuhn. Penelitian ini menarik

lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorsi menjad meluas pemakaiannya

dalam bidang kimia hasil alam.

Seiring perkembangan zaman, terdapat 4 perkembangan utama yaitu :

1. Kromatografi pertukaran ion dalam akhir dasawarsa 1930-an

2. Kromatografi partisi dalam tahun 1941

3. Kromatografi gas pada tahun 1952

4. Kromatografi gel pada tahun 1959

Selain kemajuan utama ini, yang memberi mekanisme tambahan pada adsorpsi

untuk mendistribusikan zat terlarut antara fase-fase stationen dan mobil,mucul

juga modifikasi dalam geometri sistem kromatografi, seperti dalam kromatografi

kertas dan kromatografi lapis tipis.

Perkembangan teoritis yang memungkinkan pemahaman tuntas akan

proses kromatografi dan karenanya menjelaskan faktor-faktor yang menentukan

penampilan kolom, pertama kali muncul dalam hubungan dengan kromatografi

gas. Namun pandangan-pandangan tertentu diantaranya terbukti dengan

penyesuaian yang cocok, sama menolongnya dengan memahami kromatografi

40

Page 41: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

dalam mana fase geraknya adalah cairan. Jadi sekitar tahun 1968 mulailah suatu

revolusi dalam kromatografi cairan yang menjanjikan kevepatan dan efisiensi baru

dalam memisahkan senyawa yang tak dapat dikerjakan dengan kromatografi gas.

Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan dimana komponen-

komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase, salah satunya

merupakan lapisan stationer dengan permukaan yang luas dan fase yang lain

berupa zat cair (fluid) yang mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang

lapisan stationer tersebut.

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan teknik kromatografi.

Kebanyakan berdasarkan pada jenis fase yang digunakan (fase gerak dan fase

diam) misalnya kromatografi gas dan kromatografi cairan. Cara pengelompokkan

lainnya berdasarkan teknik yang digunakan.

Disini metode kromatografi sebagian dikelompokkan berdasarkan macam

fase yang digunakan dan sebagian lainnya berdasarkan pada mekanisme pada

distribusi fase.

1. Kromatografi cairan-padat atau kromatografi serapan.

Ditemukan oleh Tswett dan dikenalkan kembali oleh Kuhn dan Lederer

pada tahun 1931, telah digunakan secara luas untuk analisis organik dan biokimia.

Pada umumnya sebagian isi kolom adalah silika gel atau alumina yang

mempunyai angka banding luas permukaan terhadap volume sangat besar.

Sayangnya hanya ada beberapa bahan penyerap, maka pemilihannya sangat

terbatas. Keterbatasan yang lebih nyata pada kenyataan bahwa koefisien distribusi

untuk serapan kerap kali tergantung pada kadar total. Hal ini akan menyebabkan

pemisahan tidak sempurna.

Contoh :

- Kromatografi orisinil Tswett dengan larutan eter petroleum dan kolom CaCO3.

- Kromatografi pertukaran ion.

2. Kromatografi cairan-cairan atau kromatografi partisi.

41

Page 42: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Dikenalkan ole Martin dan Synge pada tahun1941, dan kemudian

mendapatkan hadiah Nobel untuk hal itu. Fase diam terdiri dari lapisan tipis,

cairan yang melapisi permukaan dari padatan inert yan berpori-pori. Ada banyak

jenis kombinasi cairan yang dapat digunakan sehingga metode ini sangat berguna.

Lebih lanjut koefisien distribusi sistem ini lebih tidak bergantung pada kadar,

memberikan pemisahan lebih tajam

3. Kromatografi gas-padat

Digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Pada waktu dulu

teknik tidak berkembang karena keterbatasannya sama seperti halnya

kromatografi cairan-padat, tetapi penelitian lebih lanjut dengan macam fase padat

baru memperluas panggunaan teknik ini.

4. Kromatografi gas-cairan

Merupakan metode pemisahan yang sangat efisien dan serba guna. Teknik

lebih menyebabkan revousi dalam kimia organik, sejak dikenalkan pertama kali

oleh James dan Marthin pada tahun 1052. hambatan yang paling utama ialah

bahan cuplikan harus mempunyai tekanan uap paling tidak beberapa liter pada

suhu kolom, sistem ini sangat baik sehingga dapat dikatakan sebagai metode

pilihan dalam kromatografi karena daat memisahkan dengan cepat dan peka.

5. Kromatografi penukar ion

Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya

sistem ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemu resin sintetik dengan sifat

penukaran ion sebelum perang dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit

dari logam tanah dan asam amino.

6. Penyaringan gel

Pennyaringan gel merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri

dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan

silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan

42

Page 43: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul-

molekul dengan berat molekul antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan

dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan bentuk serupa yang

menggunakan polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.

7. Elektroforesis

Elektoforesis merupakan kromatografi yang diberi medan lstrik disisinya

dan tegak lurus aliran fase gerak. Senyawa bermuatan positif akanmenuju ke

katoda dan anion menuju ke anoda,sedangkan kecepatan gerak tergantung pada

besarnya muatan.

8. Kromatografi kertas

Pada kromatografi kertas senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat

diambil dari kertas dengan jalan memotong noda (spot) yang kemudian

melarutkan secara terpisah.

Setetes dari larutan cupikan yan gmengandung sejumlah komponen yang

dipisahkan dengan cara diteteskan pada daerah yang diberi tanda diatas sepotong

kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang dibuat. Bila noda

telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang telah berisi pelarut

sebagai fase gerak dimana ujung yang dengan dengan cuplikan tercelup (noda

harus tidak tercelup, sedikit diatas permukaan pelarut). Pelarut bergerak melalui

serta-serta dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen-kpmponen

dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila

permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah

waktu yang telah ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari

permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika

senyawa-senyawa tidak berwarna maka harus dideteksi dengan metode kimia atau

fisika. Cara yang biasa adalah menggunsksn suatu pereaksi yang memberikan

sebuah warna terhadapbeberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Sering juga

menggunakan cara deteksi dengan sinar ultra violet atau teknik radiokimia.

Metode identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada

kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf:

43

Page 44: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Rf =

9. Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis atau TLC seperti kromatografi kertas tidaklah

mahal dan sederhana menjalankannya, dibandingkan kromatografi kertas lebih

cepat. Proses itu mungkin memelukan waktu hanya sekitar setengah

jam,sedangkan pemisahan yang lazim pada kertas memerlukan beberapa jam.

TLC sangat populer dan rutin digunakan dalam banyak laboratorium.

Medium pemisahnya berupa lapisan yang barangkali setebal 0,1-0,3 mm

zat padat absorben pada lempeng kaca, plastik, atau alumunium. Lempeng yang

lazim berukuran 20 x 5 cm. Zat padat yang lazim adalah alumina, gel silika, dan

selulosa. Dulu peneliti mempersiapkan lempengannya sendiri dengan menyalut

kaca itu dengan suspensi air dan zat padat itu biasanya mengandung zat pengikat

seperti plester paris dan kemudian mengeringkan lempeng tersebut dalam oven.

Lempeng kaca dan lembar plastik maupun alumunium yang telas dilapis

sebelumnya dapat dipotong-potong dengan gunting dengan keukuran yang

diinginkan dan agaknya mayoritas ilmuan menggunakannya sekarang.

Contoh umumnya campuran senyawa organik, ditotalkan didekat salah

satu sisi lempeng dalam bentuk larutan, biasanya beberapa mikroliter yang

beberapa mikrogram senyawa-senyawa dapat digunakan dengan hipodermik atau

pipet kaca kecil. Noda contoh itu dikeringkan dan kemudian sisi lempeng itu

dicelupkan dalam fase gerak yang sesuai. Pelarut akan menyerap kertas sepanjang

lapisan tipis padat pada lempeng itu dan bersama dengan gerakan itu, zat-zat

terlarut contoh diangkat dengan laju yang bergantung pada kelarutan mereka

dalam fase gerak tersebut dan pada interaksi mereka dengan zat padat. Setelah

garis depan pelarut bermigrasi sekitar 10 cm lempeng itu diambil, lalu

dikeringkan dan noda-noda zat terlarutnya diperiksa seperti dalam kromatografi

kertas. Sering dilakukan eksperimen dua dimensi yang menggunakan dua fase

gerak yang berbeda, disini digunakan lempeng bujursangkar bukannya lempeng

sempit. Pemisahan itu dapat diikuti oleh suatu penetapan kuantitatif , dimana

44

Jarak yang ditempuh komponen

Jarak yang ditempuh pelarut

Page 45: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

terdapat suatu noda absorbennya dapat dikerok dari lempeng dengan suatu

spatula.zat terlarutnya dielusi dari dalam bahan padat dengan suatu pelarut yang

sesuai dengan konsentrasi larutan itu ditetapkan oleh suatu teknik seperti

spektrofometri.

Prinsip Kromatografi

Pemisahan yang terjadi dalam kromatografi dilaksanakan sedemikian rupa

dengan memanipulasi sifat-sifat fisik umum dar suat senyawa atau molekul yaitu :

a) Kecenderungan suatu molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan)

b) Kecenderungan suatu molekul untuk bertaut dengan suatu serbuk bahan

padat (absorbsi)

c) Kecenderungan suatu molekul untuk menguap (volatilitas)

Dalam kromatografi, senyawa-senyawa yang akan dipisahkan ditempatkan

pada situasi dinamik (bergerak) yaitu dengan melakukan pengaliran dan selama

itu akan terjadi peristiwa pelarutan, absorbsi atau penguapan.

Untuk menerangkan suatu proses pemisahan diambil suatu contoh yang

berada dala situasi statik (diam). Jika suatu senyawa ditaruh dalam corong

pemisah yang berisi dua macam pelarut yang sukar bercampur (misalnya air dan

eter) , maka senyawa tersebut akan terdistribusi (partisi) diantara kedua pelarut

tersebut. Dalam hal ini sifat kelarutan sangat berperan dalam proses pemisahan.

Bila suatu senyawa dimasukkan kedalam cairan yang berisi serbuk absorben

(misalnya arang), maka senyawa tersebut akan terdistribusi diantara cairan dan

absorben. Maka dalm hal ini sifat kelarutan dan absorbsi berperan dalam proses

pemisahan tersebut.

45

Page 46: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

− Gelas kimia 100 mL

− Gunting

− Gelas ukur

− Penggaris

− Pulpen

3.1.2 Bahan

− Ekstrak kunyit

− Ekstrak mawar

− Ekstrak suji

− Lidi

− Tinta merah

− Tinta hijau

− Tinta biru

− N-heksan

3.2 Prosedur Percobaan

Dipotong kertas saring berbentuk persegi panjang, dengan panjang 10 cm

dan lebar 6 cm.

Diberi garis batas 1 cm pada bagian atas dan bawah pada kertas saring

tersebut.

Diberi noda (titik) pada kertas saring antara lain tinta hijau, tinta biru, dan

tinta merah, juga pada ekstrak mawar dan ekstrak pandan pada garis batas

bawah.

46

Page 47: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Diisi larutan N-heksan sekitar 1 cm dari dasar gelas.

Dimasukkan kertas ke dalam gelas yang berisi N-heksan.

Dibiarkan hingga larutan N-heksan mencapai batas atas kertas, kemudian

kertas dikeringkan.

Diukur jarak tempuh masing-masing noda.

Dihitung harga Rf pada masing-masing noda.

47

Page 48: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Pelarut Noda Jarak pelarut Jarak noda Harga Rf

1 N-eksan Tinta hijau

Tinta merah

Tinta biru

Ekstrak kunyit

Ekstrak mawar

Ekstrak suji

5.5 cm

5,5 cm

5,5 cm

7,5 cm

7.5 cm

7,5 cm

0,5 cm

0,4 cm

0 cm

1,5 cm

0,3 cm

0,5 cm

0,09 cm

0,07 cm

0 cm

0,2 cm

0,04 cm

0,02 cm

4.2 Perhitungan

Tinta hijau

Jarak yang ditempuh komponen

Jarak yang ditempuh pelarut

0,5 cm

= = 0,009 cm

5,5 cm

Rf =

Tinta merah

Jarak yang ditempuh komponen

Jarak yang ditempuh pelarut

0,4 cm

= = 0,07 cm

5,5 cm

Rf =

Tinta biru

Jarak yang ditempuh komponen

Jarak yang ditempuh pelarut

0 cm

= = 0 cm

5,5 cm

Rf =

48

Page 49: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Ekstrak mawar

Jarak yang ditempuh komponen

Jarak yang ditempuh pelarut

0,3 cm

= = 0,04 cm

7,5 cm

Rf =

Ekstrak kunyit

Jarak yang ditempuh komponen

Jarak yang ditempuh pelarut

1,5 cm

= = 0,2 cm

7,5 cm

Rf =

−Ekstrak suji

Jarak yang ditempuh komponen

Jarak yang ditempuh pelarut

0,5 cm

= = 0,06 cm

7,5 cm

Rf =

4.3 Pembahasan

Kromatografi adalah proses pemisahan campuran dalam berbagai wujud

baik gas, padat, maupun cair, dengan didasarkan pada perbedaan migrasi

komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase yaitu fase gerak dan

fase diam. Dimana fese diam dapat berupazat padat atau zat cair, sedangkan

fase gerak berupa zat cair atau gas. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani

yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti warna dan graphos yang

berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan tulis,

Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari

Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil

dari pigmen-pigmen lain pada ekstrak tanaman.

Prinsip dari kromatografi itu sendiri adalah memisahkan zat-zat

berdasarkan perbedaan kecepatan perembesan zat-zat didalam campuran

tersebut dalam suatu medium pelarut, dengan kata lain memisahakan

49

Page 50: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

campuran dengan kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan

diantara dua fase yaitu fese diam dapat berupazat padat atau zat cair, dan fase

gerak berupa zat cair atau gas.

Terdapat berbagai macam-macam penggolongan metode kromatografi.

Penggolongan yang didasarkan dengan fasenya dapat dibedakan menjadi:

Kromatografi Gas-Cair, Bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya

berupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.

Kromatografi Gas-Padat, Bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya

berupa padatan yang menyerap.

Kromatografi Cair-cair, Bila fase gerak dan fase diamnya berupa cairan

yang dilapiskan pada permukaan padatan yang inert.

Kromatografi Cair – Padat, Bila fase geraknya berupa cair, sedangkan fase

diamnyaberupa padatan yang amorf yang dapat mengali.

Pemisahan yang terjadi dalam kromatografi dilaksanakan sedemikian rupa

dengan memanipulasi sifat-sifat fisik umum dari suatu senyawa atau molekul,

yaitu:

a) Kecenderungan suatu molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan).

b) Kecenderungan suatu molekul untuk menguap (volatilitas).

c) Kecenderungan suatu molekul untuk bertaut dengan serbuk suatu bahan

padat.

Dalam kromatografi, senyawa-senyawa yang akan dipisahkan, ditempatkan

pada situasi dinamik (bergerak), yaitu dengan melakukan pengaliran dan

selama itu akan terjadi peristiwa pelarutan, adsorbsi, atau penguapan.

Dalam mengitung harga Rf ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

nilai Rf tersebut yaitu :

1. Kepolaran ion lain, kehadiran ion lain dalam solvent atau solut dapat

menghambat laju reaksi.

2. jenis pelarut, jenis pelarut dipilih berdasarkan sifat kepolaran zat terlarut.

50

Page 51: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

3. kelarutan, sifat kelarutan solvent harus sama atau mirip agar dapat

melarutkan solut.

4. Waktu, semakin bertamabah waktu, semakin meningkat harga Rf.

Penggolongan yang didasarkan dengan teknik yang digunakan dalam

kromatografi dapat dibedakan:

1. Kromatografi Kolom

Kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan

komponen-komponen dalam campuran.

2. Kromatografi Kertas

Teknik kromatografi kertas yang menggunakan kertas saring sebagai

penunjang fase diam

3. Kromatografi Lapis Tipis ( KLT )

Teknik yang menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis

seperti lempeng kaca, alumunium atau pelat inert

4. Kromatografi Gas

Proses pemisahan campuran menjadi menjadi komponen-komponennya

dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu

lapisan ( Sorben yang diam ).

5. Kromatografi ion

Bidang khusus kromatografi cairan-cairan, seperti namanya, sistem ini

khususnya digunakan untuk proses ion, kromatografi penukaran ion dapat

mengganti atau mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah dan asam

amino.

6. kromatografi Gel

proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran

molekul polisakarida linear yang mempunyai ikatan silang.

Pada percobaan kromatografi, digunakan pelarut N-heksan yang bersifat

non-polar akan memperlambat proses kromatografi komponennya karena

komponen yang digunakan adalah tinta merah, biru, dan hijau serta ekstrak

kunyit, suji dan mawar. Dimana noda tinta warna dan ekstrak bunga mawar

51

Page 52: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

merembes naik ke atas kertas dengan ketinggian masing-masing. Rf tinta

merah = 0,07; Rf tinta biru = 0; Rf tinta hijau = 0,09, ekstra bunga mawar =

0,04 ekstrak suji = 0,06 dan ekstrak kunyi 0,2. Disini yang berperan sebagai

fase diam adalah kertas saring dengan N-heksan (pelarut), dan fase gerak

adalah tinta merah,biru dan hajau serta ekstrak mawar, suji dan kunyit. Jarak

dari setiap noda berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kepolaran masing-

masing zat tersebutsehingga harga Rf-nya juga bebeda. Larutan N-heksan

yang bersifat non-polar akan memperlambat proses kromatografi

komponennya, karena komponennya bersifat polar, sehingga akan

mempengaruhi harga Rf, karena perbedaan kelarutan serta sifat dari

campuran tersebut.

Jika percobaan kromatografi ini digunakan pelarut aquades yang besifat

polar maka tentu saja harga Rf-nya akan lebih tinggi dari pelarut N-heksan.

Karena pada percobaan kromatografi berkaitan dengan prinsip Like dissolves

like yaitu suatu sifat dua buah unsur atau zat-zat dengan struktur kimia yang

mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik atau dengan sempurna.

Hal ini didapatkan migrasi atau gerak yang mempunyai kesamaan kepolaran,

semipolar dan semipolar, non polar dan non polar.

Dalam melakukan percobaan kromatografi terdapat beberapa kesalahan

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

− Kurang teliti dalam menentukan jarak tempuh noda

− Pemberian titik pada kertas terlalu sedikit sehingga pelarut tidak dapat

menguraikan noda tersebut.

− Gelas kimia yang digunakan belum steril sehingga mempengaruhi larutan

N-heksan.

Kromatografi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:

a) Aplikasi kromatografi dalam bidang klinik

52

Page 53: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Dalam bidang klinik, teknik ini sangat berguna terutama dalam

menginvestigasi fluida badan, seperti air liur. Dari air liur seorang pasien

yang sedang sakit, dokter dapat mengetahui penyakit yang diderita.

Demikian pula dengan air seni (urine) dari pasien tersebut, darah dan

fluida badan lainnya pun dapat memberikan data yang cepat dan akurat

sehingga penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan

cepat.

b) Aplikasi kromatografi dalam bidang bioteknologi

Dalam bidang ini, misalnya dalam penentuan baik kualitatif maupun

kuantitatif senyawa dalam protein. Selain itu, juga bisa diaplikasikan

dalam pemisahan molekul-molekul penting lainnya. Dengan data yang

diperoleh sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya.

c) Aplikasi kromatografi dalam bidang forensik

Dalam bidang forensik, kromatografi sangat membantu terutama dilihat

dari segi keamanan dan pelacakan serta pengumpulan jejak maupun sisa-

sisa fluida badan pelaku dalam tindak kejahatan.

53

Page 54: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

− Untuk memisahkan komponen-komponen dari suaut zat, dapt

dilakukan dengan teknik kromatografi yang didasarkan pada perbedaan

kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase

(fase diam dan fase gerak).

− Pada kromatografi kertas, senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan

dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong noda (spot) yang

kemudian melarutkannya secara terpisah.

− Harga Rf dari masing-masing zat, yaitu:

N-heksan dengan noda (tinta)

Tinta biru, harga Rf = 0

Tinta merah, harga Rf = 0,07

Tinta hijau, harga Rf = 0,09

N-heksan dengan ekstrak

Ekstrak kunyit, harga Rf = 0,2

Ekstrak mawar, harga Rf = 0,04

Ekstrak suji, harga Rf = 0,06

5.2 Kesimpulan

Disarankan untuk praktikum selanjutnya digunakan pemisahan dengan

cara teknik kromatografin kolom, agar dapat dibandingkan harga Rf masing-

masing komponen dan pelarutnya.

54

Page 55: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

DAFTAR PUSTAKA

Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.Yogyakarta:Konsius

Underwood, A.L.1986.Analisis Kimia Kuantitas.Jakarta:Erlangga

Wetheim.2000.Kamus Kimia Bergambar.Jakarta:Erlangga

55

Page 56: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan suatu zat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan fisika dan

perubahan kimia. Perubahan fisika itu sendiri merupakan perubahan materi

yang tidak menghasilkan zat baru, dimana yang mengalami perubahan

hanyalah bentuk dan wujudnya.sebagai contoh dari perubahan fisika adalah

perubahan-perubahan yang terjadi dalam siklus air. Sedangkan perubahan

kimia adalah perubahan suatau materi yang akan menghasilkan zat baru, dan

perubahan kimia ini sering di sebut dengan reaksi kimia.

Dalam suatu reaksi kimia, kita dapat mengetahui gejala-gejala

terbentuknya zat baru yang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya reaksi

kimia antara lain, timbulnya gas, adanya endapan, terjadinya perubahan warna

dan terjadinya perubahan suhu.

Setiap zat murni yang diketahui, baik unsure maupun senyawa,

mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk

memerikan suatu reaksi kimia ialah menulis rumus untuk tiap zat yang

terlibat dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia

meringkaskan sejumlah besar informasi mengenai zat–zat yang terlibat dalam

reaksi. Persamaan itu tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan

zat–zat yang terlibat.

Pengetahuan mengenai stoikiometri dalam merencanakan suatu percobaan

maupun dalam industri, dengan memahami apalagi mempraktekkan

stoikiometri maka kita dapat menghitung atau memperkirakan jumlah zat yang

harus direaksikan serta memperkirakan jumlah produknya.

56

Page 57: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Selain gejala-gejala yang di sebut di atas, dalam reaksi kimia kita harus

mengetahui secara pasti jumlah zat yang bereaksi. Untuk itu kita memerlukan

satuan yang menyatakan jumlah zat yang telah bereaksi. Dimana satuan

tersebut adalah mol dan cara perhitunganzat dalam reaksi kimia di sebut

stoikiometri. Sehingga dalam percobaan ini kita akan mengetahui apa

sebenarnya arti dari stoikiometri dan bagaimana pengaruhnya terhadap reaksi

kimia.

1.2 Tujuan

− Mengetahui perbedaan reaksi stoikiometri dan reaksi non stoikiometri.

− Mengetahui pengertian reaksi eksoterm dan endoterm.

− Mengetahui titik maksium dan titik minimum sesuai dengan titik

stoikiometri sistem.

57

Page 58: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani stoicheion, artinya unsur.

Dari literatur, stoikiometri artinya mengukur unsure – unsure. Istilah ini umumnya

digunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacam pengukuran yang lebih luas dan

meliputi perhitungan yang didasarkan pada rumus – rumus dan persamaan –

persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri.

Suatu pereaksi ialah zat apa saja yang mula – mula terdapat dan kemudian

diubah selama suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi ialah zat apa saja yang

dihasilkan selama reaksi kimia. Suatu persamaan kimia ( atau persamaan kimia

berimbang ) menunjukkan rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu

rumus hasil reaksi, dengan banyaknya atom tiap unsure dikiri dan dikanan anak

panah sama, misalnya persamaan berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan

oksigen yang menghasilkan air ditulis sebagai

2H2O + O2 2H2O

Rumus H2 menyatakan bahwa sebuah molekul hydrogen tersusun dari dua atom

itu adalah molekul diatom, sama seperti molekul oksigen (O2). Molekul air (H2O)

merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua hydrogen dan satu

oksigen. Persamaan itu menyatakan bahwa dua molekul hydrogen bereaksi

dengan satu molekul oksigen, menghasilkan dua molekul air.

2.1 Hukum-hukum Dasar Kimia

a. Hukum kekekalan massa (Lavoisier)

58

Page 59: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Menyatakan bahwa “ massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah

sama “. Hukum ini juga dikenal dengan hukum kekekalan zat yang

menyatakan bahwa materi tidak dapat dimusnahkan.

b. Hukum perbandingan berganda (Dalton)

” Jika dua unsur dapat membentuk dua macam senyawa, maka

massa yang sama dari salah satu unsur dikedua senyawa akan

menyebabkan massa unsur yang lain akan berbanding sebagai bilangan

sederhana (kecil dan bulat).

c. Hukum perbandingan timbal balik (Richter)

” Jika A dan B dapat membentuk senyawa, dan masing-masing

dapat pula membentuk senyawa dengan unsur lain, misalnya AC dan BC,

maka massa yang sama dari unsur C dikedua senyawa akan menyebabkan

perbnadingan A dan B dalam AC dan BC sama dengan perbandingan A

dan B dalam senyawa AB sama dengan perbandingan A dan B dalam

senyawa AB atau kelipatan sederhana dari padanya.

d. Hukum perbandingan setara

” Bila suatu unsur bergabung dengan unsur lain, maka

perbandingan massa kedua unsur tersebut sama dengan perbandingan

massa ekuivalennya (atau suatu kelipatan sederhana dari padanya).”

e. Hukum perbandingan tetap ( Proust )

” Perbandingan massa unsur –unsur pembentuk senyawa selalu

tetap.”

f. Hukum penyatuan volume ( gay Lussac )

“ Pada suhu dan tekanan tertentu, perbandingan volume gas-gas

yang bereaksi dan gas hasil reaksi selalu berbanding sebagai bilangan kecil

dan bulat.”

g. Hukum avogadro

” Pada suhu dan tekanan tertentu, setiap gas yang volumenya sama

akan mengandung jumlah partikel yang sama.”

2.2 Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif

59

Page 60: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Massa setiap atom satu per satu sangat kecil sekali, bahkan atom

yang paling berat pun massanya kurang dari 5 x 10-25 kg ialah bilangan yang

sangat kecil dan sukar untuk ditetapkan dalam perhitungan.

Untuk memudahkan dalam mengingat maupun dalam perhitungan –

perhitungan massa satu atom atau massa satu molekul dinyatakan dengan

satuan massa atom (atomic massa unit) (SMA). Atom yang dipakai sebagai

patokan adalah isotop karbon C1 dengan lambang 12C. Dimana massa 1 atom

karbon c = 12 SMA, 1 SMA adalah satuan massa yang sangat keal (1 SMA =

1.66 c 10-24 satuan).

2.2.1 Massa Atom Relatif

Massa realtif suatu atom (Ar) adala perbandingan massa satu atom

unsur dengan 1/12 massa 1 atom 12C (2,00 x 10-23 gr)

Massa atau realtif (Ar) mempunyai sinonim

- Berat atom (BA)

- Nomor atom

- Bilangan massa

2.2.2 Massa Molekul Relatif (Mr)

Massa molekul relative (Mr) suatu zat merupakan perbandingan

massa 1 molekul zat dengan 1/12 massa 1 atom 0C (2,00 x 10-23 gr)

Massa molekul relatif (Mr) mempunyai sinonim:

- Berat molekul (BM)

- Massa rumus

- Massa formula

Massa molekul realtif senyawa adalah jumlah total massa atom relatif

unsur-unsur penyusunnya.

60

Page 61: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

2.3 Konsep Mol

Reaksi kimia berlangsung antara partikel-partikel pereaksi dalam

perbandingan tertentu sesuai dengan koefisien reaksinya. Dalam reaksi kimia

dapat mencampurkan pereaksi dalam perbandingan yang tepat sehingga tidak

ada zat yang bersisa. Namun mengingat ukuran partikel yang sangat kecil

terjadi masalah dalam menentukan jumlah partikel zat tersebut dan oleh

karena itu timbullah konsep mol yang menghubungkan massa zat dengan

jumlah partikel zat sehingga dapat ditentukan jumlah partikel dengan

menimbang massa zat.

Mol sendiri memiliki beberapa arti yaitu :

a. Satu mol zat adalah banyaknya zat tersebut yang mengandung L partikel.

Dimana L merupakan bilangan Avogadro = 6.02 x 10-23 partikel

b. Satu mol zat/ volume molar adalah banyaknya zat pada keadaan suhu 0C

dan tekanan 1 atau (keadaan standar/ STP) adalah 22,4 l.

c. Satu mol zat/ massa molar adalah banyaknya zat yang sesuai dengan Ar

atau Mr zat tersebut dan dapat dinyatakan dalam gram.

Hubungan mol, jumlah partikel dan volume gas dapat digambarkan

dalam bentuk diagram sebagai berikut :

2.3.1 Hubungan Mol dengan Massa

Dapat dikatakan mol adalah suatu besaran dalam ilmu kimia

yang menyataan banyaknya partikel yang sma dari suatu zat. Dengan

kata lain bahwa unit segala macam zat jika molnya sama, jumlah

61

Gram Jumlah Partikel

Mol

Jumlah Partikel

22,4

6,02 x 10-23 Ar atau Mr

Page 62: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

partikelnya sama, tetapi karena massa atom/massa molekulnya tiap zat

berbeda juga berbeda, dengan ditetapkannya konsep massa atom realtif

(Mr) maka hubungan mol dan massa zat dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1 mol unsur = Ar gram unsur

1 mol unsure/senyawa. Mr gram unsur/ senyawa

Jadi 1 mol suatu zat ialah bilangan yang dinyatakan dalam

gram yang banyaknya sesuai dengan Ar/Mr zat tersebut. Dengan

demikian hubungan erat antara mol dengan gram sebagai berikut :

Dapat dituliskan :

Mol = Gram Ar / Mr = Gram

Ar/ Mr Mol

2.3.2 Hubungan Mol dengan Volume Gas

Volume Standar

Yang dimaksud dengan volume standar ialah volume gas yang

diukur pada suhu OoC dan tekanan 1 atm. Volume standar ini biasanya

disebut juga volume pada keadaan STP.

Dengan menggunkan berat gas oksigen pada keadaan STP dapat

dihitung bahwa berat 1 mol gas oksigen (OoC, 1 atm) adalah 22,4 l.

Volume Gas pada Keadaan Standar

Menurut rumus Boyle dan Gay Lussac, hasil kali tekanan (P) dan

volume (v) dibagi dengan suhu mutlaknya selalu tetap atau dirumuskan :

Maka pada keadaan standar yaitu pada suhu OoC,tekanan 1 atm

= 76 cm (Hg, hasil bagi PV/ T untuk 1 ml gas 10oC, 1 atm selalu 0,0082.

bilangan 0,0082 ini dinyatakan sebagai tetapan gas ditulis dengan notasi

(R).

62

Page 63: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

2.4 Persamaan Reaksi

Reaksi kimia dituliskan dengan simbol-simbol yang disebut

persamaan kimia, yang menyatakan semua reaksi yang terlibat dalam reaksi

tersebut dan semua produk terbentuk. Suatu reaksi dikatakan benar, jika

memenuhi hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan muatan. Untuk

memenuhi kedua hukum tersebut, koefisien reaksi harus disetarakan.

Pereaksi pembatas dan berlebihan. Perhitungan banyaknya

pereaksi yang diperlukan atau hasil reaksi yang diperoleh dilakukan

berdasarkan angka banding stoikiometri yang ditunjukkan dalam persamaan.

Persamaan berimbang. Namun dalam praktek kondisi reaksi hampir selalu

berbeda. Di laboratorium di industri atau dalam alam. Tak dapat diharapkan

bahwa banyaknya pereaksi yang tersedia kebetulan tepat sama yang

dibutuhkan untuk reaksi tersebut.

Sebelumnya reaksi adalah zat yang bereaksi habis dan karena itu

membatasi kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu. Pereaksi atau pereaksi.

Pereaksi lain dikatakan berlebih karena tertinggal sejumlah yang tak bereaksi.

Perhitungan yang didasarkan pada persamaan yang berimbang haruslah

dimulai dari banyaknya pereaksi pembatas.Rumus suatu zat menyatakan jenis

dan banyaknya atom yang bersenyawa secara kimia dalam suatu satuan zat.

Ada beberapa jenis rumus, antara lain :

Rumus unsure Unsure kebanyakan ditulis berupa lambangnya saja.

Misalnya, Natrium,Na,besi,Fe,perak,Ag, dan timah, Sn. Namun terdapat

tujuh unsure yang lazim dikenal, yang hamper selalu berupa molekul

diatom, yakni hydrogen, nitrogen, oksigen, fluor, klor, brom, dan iod ;

rumus mereka adalah H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, I2. Disamping itu oksigen

mempunyai suatu bentuk triatom yang khusus, O3, ozon, ada unsure –

unsure selain yang tujuh tersebut diatas, yang juga berbentuk molekul

dengan dua atom atau lebih yang disebut molekul poliatom, misalnya

molekul S8 dari belerang dan molekul P4 dari fosforus.

63

Page 64: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Rumus empiris, menyatakan perbandingan bilangan bulat terkecil dari

atom – atom yang membentuk suatu senyawa, misalnya H2O2

mempunyai rumus empiris HO.

Rumus molekul, menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya yang

terdapat dalam molekul atau satuan terkecil dari suatu senyawaan.

Dengan mengetahui beberapa sifat jenis reaksi, kita dapat menerangkan

reaksi-reaksi kimia lebih mudah, dan mungkin reaksi menjadi lebih mudah

dipahami. Jenis-jenis reaksi kimia adalah sebagai berikut:

Reaksi pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa

tergabung dengan O2 membentuk senyawa yang mengandung O2

sederhana, misalnya CO2, H2O, dan SO2. Reaksi propane dengan oksigen

dan trietilena glikol dengan oksigen merupakan reaksi-reaksi pembakaran.

Penggabungan (sintesis) adalah suatu reaksi dimana suatu zat yang lebih

kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik

unsur maupun senyawa) seperti reaksi :

2H2 + O2 2H2O

Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat

yang lebih sederhana, seperti reaksi:

2Ag2O 4Ag + O2

64

Page 65: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

− Gelads Kimia 50 mL

− Gelas Ukur 25 Ml

− Enlemeyer

− Termomether

− Hot plet

− Pipet Tetes

3.1.2 Bahan

− Larutan NaOH 1 M

− Larutan HCl 1 M

− Larutan H2SO4

− Aquades

− Tissu

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl

− Dimasukkan larutan NaOH 1 M berturut-turut 2 mL, 4 mL, 6 mL ke

dalam enlemeyer dan di ukur suhu masing-masing menggunakan

termomether, lalu di catat.

− Dimasukkan larutan HCl 1 M berturut-turut 6 mL, 4 mL, 2 mL ke

dalam gelas kimia dan di ukur suhu masing-masing menggunakan

termomether, lalu di catat.

65

Page 66: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

− Dicampurkan kedua larutan tersebut kedalam gelas kimia, kemudian

diukur suhu campuran menggunakan termomether, lalu dicatat.

3.2.2 Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4

− Dimasukkan larutan NaOH 1 M berturut-turut 2 mL, 4 mL, 6 mL ke

dalam enlemeyer dan di ukur suhu masing-masing menggunakan

termomether, lalu di catat.

− Dimasukkan larutan H2SO4 1 M berturut-turut 6 mL, 4 mL, 2 mL ke

dalam gelas kimia dan di ukur suhu masing-masing menggunakan

termomether, lalu di catat.

− Dicampurkan kedua larutan tersebut kedalam gelas kimia, kemudian

diukur suhu campuran menggunakan termomether, lalu dicatat.

66

Page 67: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl

4.1.2 Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4

NoV NaOH

(Ml)

V H2SO4

(Ml)

Suhu

NaOH

Suhu

H2SO4

Suhu

Campuran

A

B

C

2

4

6

6

4

2

32o

29 o

30 o

30 o

30 o

31 o

32 o

30 o

29 o

NoV NaOH

(Ml)

V HCl

(Ml)

Suhu

NaOHSuhu HCl

Suhu

Campuran

A

B

C

2

4

6

6

4

2

30o

30 o

31 o

30 o

31 o

29 o

31 o

32 o

30 o

67

Page 68: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

4.2 Reaksi

4.2.1 Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

4.2.2 Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4

2NaOH(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + 2H2O(l)

4.3 Perhitungan

4.3.1 Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl

- 2 ml NaOH 1 M dengan 6 ml HCl 1 M

n NaOH = V. M n HCl = V. M

= 2 ml . 1 M = 6 ml. 1 M

= 2 mmol = 6 mmol

NaOH (aq) + HCl (aq)

m 2 mmol 6 mmol - -

r 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol

s - mmol 4 mmol 2 mmol 2 mmol

Yang tersisa adalah NaOH ( 4 mmol )

V = n/M 4 mmol/ 1M = 4 ml

- 4 ml NaOH 1 M dengan 4 ml HCl 1 M

n NaOH = V. M n HCl = V. M

= 4 ml . 1M = 4 ml. 1 M

= 4 mmol = 4 mmol

NaOH (aq) + HCl (aq)

m 4 mmol 4 mmol - -

68

Page 69: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

r 4 mmol 4 mmol 4 mmol 4 mmol

s 0 0 4 mmol 4 mmol

Tidak ada reaksi yang tersisa

- 6 mL NaOH 1 M dengan 2 mL HCl 1 M

n NaOH = V. M n HCl = V. M

= 6 ml . 1 M = 2 Ml. 1 M

= 6 mmol = 2 mmol

NaOH (aq) + HCl (aq)

m 6 mmol 2 mmol - -

r 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol

s 4 mmol 0 2 mmol 2 mmol

Yang tersisa adalah NaOH ( 4 mmol )

V = n/M 4 mmol/ 1 M = 4 ml

4.3.2 Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4

- 2 ml NaOH 1 M dengan 6 ml H2 SO4 1 M

n NaOH = V. M n H2 SO4 = V. M

= 2ml . 1 M = 6 ml. 1 M

= 2 mmol = 6 mmol

2 NaOH (aq) + H2 SO4 (aq) H2SO4 (aq) + 2H2O (l)

m 4 mmol 6 mmol - -

r 4 mmol 2 mmol 4 mmol 4 mmol

s 0 4 mmol 4 mmol 4 mmol

Yang tersisa adalah H2SO4 (4 mmol)

V = n/m 4 mmol/ 1M= 4 ml

- 4 ml NaOH 1 M dengan 4 ml H2SO4 1 M

69

Page 70: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

n NaOH = V.M n H2 SO4 = V.M

= 4 ml. 1 M = 4 ml. 1 M

= 4 mmol = 4 mmol

2 NaOH (aq) + H2 SO4 (aq) 2H2O (l)

m 8 mmol 4 mmol - -

r 8 mmol 4 mmol 4 mmol 8 mmol

s 0 0 mmol 4 mmol 8 mmol

Tidak ada reaksi yang tersisa

- 6 ml NaOH 1 M dengan 2 ml H2SO4 1 M

n NaOH = V. M n H2SO4 = V. M

= 6 ml . 1 M = 2 ml. 1 M

= 6 mmol = 2 mmol

2 NaOH (aq) + H2 SO4 (aq) 2H2O (l)

m 12 mmol 2 mmol - -

r 4 mmol 2 mmol 2 mmol 4 mmol

s 8 mmol 0 mmol 2 mmol 4 mmol

Yang tersisa adalah NaOH ( 8 mmol )

V = n/m 8 mmol/ 1M = 8 ml

4.4 Pembahasan

Percobaan ini dilakukan berdasarkan perbandingan pada koefisien dari

suatu persamaan reaksi yang telah disetarakan. Percobaan ini termasuk dalam

stoikiometri dimana sroikiometri merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan hubungan-hubungan kuantitatif dari suatu reaksi kimia atau

senyawa kimia. Reaksi stoikiometri adalah reaksi dimana jumlah mol mula-

mula seluruh pereaksi habis pada saat bereaksi, sehingga tidak memiliki mol

70

Page 71: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

sisa. Sedangkan reaksi non-stoikiometri merupakan reaksi dimana masih

terdapat mol sisa dari pereaksi setelah terjadinya reaksi. Prinsip dasar dari

percobaan ini adalah metode variasi kontinyu, yaitu dilakukan serangkaian

pengamatan yang kuantitas molar totalnya sama tetapi masing-masing molar

pereaksinya berubah-ubah(bervariasi). Tujuannya yaitu untuk menentukan

titik maksimum dan titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem.

Pada percobaan yang dilakukan terdapat reaksi stoikiometri pada sistem

NaOH dan HCl dengan konsentrasi 1M dan volume masing-masing 4 mL.

Dan pada sistem NaOH dan H2SO4 denagan konsentrasi dan volume yang

sama, sedangkan reaksi non-stoikiometri terdapat pada sistem NaOH dan HCl

anrata 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL HCl 1 M, yaitu HCl yang meiliki

mol sisa. Sedangkan pada reaksi antara 6 mL NaOH 1 M ditambahkan 2 mL

HCl 1 M, yaitu NaOH yang memiliki mol sisa.

Pada percobaan 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL HCl 1 M, suhu mula-

mula NaOH 30oC dan HCl 30oC, sedangkan suhu campuran keduanya 31oC.

Karena mengalami penambahan suhu, maka reaksi ini dinamakan reaksi

eksoterm.

Pada percobaan 4 mL NaOH 1 M ditambahkan 4 mL HCl 1 M, suhu mula-

mula NaOH 30oC dan HCl 31oC, sedangkan suhu campuran keduanya

mengalami penambahan suhu dari kedua suhu awal yaitu 32oC, maka reaksi

ini dinamakan reaksi eksoterm.

Pada percobaan 6 mL NaOH 1 M ditambahkan 2 mL HCl 1 M, suhu mula-

mula NaOH 31oC dan HCl 29oC, sedangkan suhu campuran dari kedua zat

tersebut berada diantara suhu awal yaitu 30oC.

Pada percobaan 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL H2SO4 1 M, suhu

mula-mula NaOH 32oC dan H2SO4 30oC, sedangkan suhu campuran keduanya

32oC. Karena mengalami penambahan suhu, maka reaksi ini dinamakan reaksi

eksoterm.

Pada percobaan 4 mL NaOH 1 M ditambahkan 4 mL H2SO4 1 M, suhu

mula-mula NaOH 29oC dan H2SO4 30oC, sedangkan suhu campuran

71

Page 72: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

mengalami penambahan suhu dari salah satu suhu awal yaitu 30oC, maka

reaksi ini dinamakan reaksi eksoterm.

Pada percobaan 6 mL NaOH 1 M ditambahkan 2 mL H2SO4 1 M, suhu

mula-mula NaOH 30oC dan H2SO4 31oC, sedangkan suhu campuran dari

kedua zat tersebut mengalami penurunan yaitu 29oC, , maka reaksi ini

dinamakan reaksi endoterm.

Reaksi-reaksi dalam stoikiometri diantaranya adalah reaksi eksoterm,

reaksi endoterm,reaksi pembatas dan reaksi sisa. Reksi eksoterm adalah reaksi

yang mengeluarkan kalor dari sistem ke lingkungandan pada reaksi tersebut

dikeluarkan panas sehingga menyebabkan penambahan atau penaikan suhu.

Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari sistem ke lingkungan

dan reaksi tersebut memerlukan panas sehingga menyababkan suhu berkurang

atau menurun.

Bila digambarkan grafik antara sifat fisika yang diukur terhadap kuantitas

pereaksinya, maka akan diperoleh titik maksimum dan titik minimum sesuai

dangan titik stoikiometri sistem yaitu menyatakan perbandingan pereaksi –

pereaksinya. Titik maksimum adalah titik (nilai) dimana suatu reaksi dalam

keadaan nilai (titik) suhu tertinggi. Hubungannya dengan reaksi stoikiometri

adalah titik maksimumakan tercapai ketika reaksi yang berlangsung tidak

menghasilkan zat sisa atau disebut stoikiometri. Titik minimum adalah titik

(nilai) dimana suatu reksi dalam keadaan titik(nilai)suhu terendah. Titik

minimum tidak akanterjadi jika suatu reaksi menhasilkan zat sisa.

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dari percobaan yang telah

dilakukan, dapat dilihat perbandingan volume pereaksi-pereaksi dengan suhu

campuran pada Grafik 1. stoikiometri sistem NaOH dan HCl, titk maksimum

berada pada saat perbandingan volume antara NaOH dan HCl adalah 1:1

dengan suhu canpuran adalah 32oC.titik maksimum sistem ini dapat dilihat

dari perhitungan pada perbandingan 1:1, reaktan NaOH 1M dan HCl 1M tepat

habis bereaksi, sehingga suhu yang dicapai adalah suhu yang paling maksimal.

Titik minimum sistem ini dapat dilihat dari perhitungan pada perbandingan

3:1, reaktan NaOH 1M dan HCl 1M masih terdapat mol NaOH yang tersisa,

72

Page 73: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

karena larutan NaOH bersifat basa kuat yang dapat mempengaruhi suhu

campuran tersebut.

Grafik 1. stoikiometri sistem NaOH dan HCl

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dari percobaan yang telah

dilakukan, dapat dilihat perbandingan volume pereaksi-pereaksi NaOH 1M

dan H2SO4 pada grafik 2 stoikiometri sistem tersebut. Titik maksimum berada

pada saat perbandingan volume NaOH 1M dan H2SO4 adalah 1:3 dengan suhu

campuran sebesar 32oC, titik maksimum sistem ini tidak sesuai dangan

stoikiometri sistem yang dilihat dari pehitungannya dimana reaksi ini masih

memiliki 8 mmol zat sisa. Sedangkan pada perbandingan volume antara

NaOH 1M dan H2SO4 1M. Titk minimumnya memiliki perbandingan 3:1

dengan suhu 29oC. Seharusnya suhu minimum dari kedua percobaan tersebut

tidak sebesar itu, karena semakin sedikit volume asam atau basa yang bersisa

maka semakin sedikit hambatan yang diterima campuran untuk mencapai titik

maksimum. Keadaan-keadaan yang terjadi ini dikarenakan oleh suhu ruangan

yang mengalami perubahan pada saat melakukan percobaan yang dibuktikan

dengan bervariasinya suhu asam dan suhu basa.

Grafik 2. stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4

73

Stoikiometri sistemNaOH 1 M + HCl 1 M

27

28

29

30

31

32

33

2 mL + 6 mL 4 mL + 4 mL 6 mL + 2 mL

Volume NaOH + HCl (mL)

Suhu

Cam

pura

n(C

)

Titik Maksimum

Titik Minimum

Page 74: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Pada percobaan stoikiometri kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang

mempengaruhi dalam penghambatan antar lain:

Kurang teliti dalam melakukan perhitungan atau membaca

skala pada termomether.

Kesalahan dalam penggunaan termomether, yaitu pada saat

melakukan perhitungan suhu, termomether tidak boleh menyentuh

tubuh.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

− Reaksi stoikiometri adalah proses reaksi dimana jumlah mol mula-

mula seluruh reaktan habis pada saat bereaksi, sehingga tidak memiliki

mol sisa. Sedangkan reaksi non-stoikiometri merupakan reaksi dimana

masih terdapat mol sisa dari reaktan setelah terjadi reaksi.

− Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepas kalor dari sistem ke

lingkungan bertambah, dan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap

kalor dari lingkungan ke sistem sehingga suhu lingkungan berkurang.

− Titik minimum adalah titik yang menunjukkan suhu campuran

terendah dari beberapa suhu lainnya yang di ukur dari dua zat yang

bereaksi pada volume yang sama. Sedangkan titik maksimum adalah titik

yang menunjukkan suhu campuran tertinggi dari beberapa suhu campuran

74

Page 75: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

lainnya yang yang diukur dari dua zat yang bereaksi pada volume yang

sama.

5.2 Sarans

Dalam percobaan stoikiometri ini sebaiknya termoether yang digunakan

untuk mengukur larutan, masing-masing satu termometer untuk mengukur

satu larutan agar hasil yang di dapat lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anna, P.1988.Dasar-Dasar Ilmu Biokimia.Bandung:Yaasan Cendrawasih.

Charles, W.1992.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Keenan,dkk.1999.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga.

Kitti,Surra.1993.Kimia Fisika Untuk Universitas.Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

75

Page 76: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses industri yang melibatkan adanya reaksi kimia memerlukan peranan

ilmu kimia yang memberi dasar untuk mengatur agar suatu proses industri

dapat menghasilkan bahan industri sebanyak-banyaknya dalam waktu

sesingkat-singkatnya. Disisi lain, terdapat reaksi kimia yang dikehendaki

berjalan lambat, misalnya bagaimana agar buah tidak cepat membusuk,

memperlambat proses pembusukan makanan dan bagaimana memperlambat

perkaratan logam.

Masalah diatas adalah permasalahan bagaimana mempercepat suatu reaksi

berlangsung dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam ilmu kimia

dikenal dengan nama laju reaksi yaitu cepat lambatnya suatu reaksi itu

76

Page 77: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

berlangsung atau perubahan konsentrasi pereaksi persatuan waktu. Untuk

mempercepat laju reaksi, dalam ilmu kimia dikenal dengan adanya teori

tumbukan yaitu mengenai percepatan tumbukan antar molekul, konsentrasi

yaitu banyaknya kandungan zat. Luas permukaan yaitu berupa serbuk dengan

penampang luas yang dapat mempercepat berlangsungnya reaksi, suhu yaitu

semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula reaksi berlangsung dan yang

terakhir adalah katalisator yaitu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi

tanpa mengalami perubahan yang berarti dan tidak kekal.

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi dalam perubahan laju reaksi. Sebagai contoh

perubahan suhu dalam laju reaksi. Pada percobaan ini diselidiki apakah

dengan bertambahnya suhu laju reaksi suatu campuran akan ikut meningkat

atau sebaliknya begitu pula dengan bertambahnya konsentrasi.

1.2 Tujuan

− Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

− Mengetahui ketergantungan laju reaksi terhadap teori tumbukan

− Menentukan laju reaksi suatu reaksi kimia

77

Page 78: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Cepat lambatnya suatui reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi

dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi

persatuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk

reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan, seperti

Atmosfer (atm), millimeter merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan waktu

dapat detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun bergantung pada reaksi itu

berjalan cepat atau lambat. Dapat dirumuskan sebagai berikut.

78

Page 79: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak

langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa

setelah penggal-penggal waktu tertentu.

Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi

hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan reaksi:

Seperi halnya contoh diatas, maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai

berkurangnya jumlah pereksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya

jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu.

Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai

konsentrasi molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi

menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat

hasil reaksi setiap satuan waktu. Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dalam

satuan mol.dm-3.det-1 atau mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau molaritas,

merupakan satuan konsentrasi larutan.

Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau kimia. Dengan cara

fisika, penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak langsung yaitu

berdasarkan sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi

campuran, misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk reaksi gas). Adsorpsi

cahaya dan lainnya. Penentuan secara kimia dilakukan dengan menghentikan

reaksi secara tiba-tiba (reaksi dibekukan). Setelah selang waktu tertentu,

kemudian konsentrasinya ditentukan dngan metode analisis kimia.

Laju reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan mengukur

konsentrasi salah pereaksi atau salah satu produk. Dengan selang waktu tertentu

selama reaksi berlangsung untuk reaksi yang berlangsung lambat, hal itu dapat

dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari campran reaksi lalu

menganalisisnya. Misalnya reaksi hidrolisis etil asetat berikut in :

CH3COOC2H5 + H2O CH3COOH + C2H5OH

Etil asetat Asam asetat etanol

79

Page 80: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Reaksi itu berlangsung lambat sehingga konsentrasi asma asetat yang terbentuk

dengan mudah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu larutan basah. Cara

yang lebih umum ialah menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan secara

kontinyu salah satu perubahan fisis yang menyertai reaksi, misalnya untuk reaksi

yang membebaskan gas, alat dirancang agar dapat mencatat volume gas yang

terbentuk ; untuk reaksi yang diserati perubahan warna, alat dirancang agar dapat

mengukur perubahan itensitas warna, untuk reaksi gas yang disertai perubahan

jumlah mol, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan tekanan gas.

Gambar diatas memperlihatkan bagan suatu alat yang dapat mengukur perubahan

tekanan pada suatu reaksi gas, seperti penguraian dinitrogen pentaoksida

membentuk nitrogen dioksida dan oksigen.

2N2O5 (g) 4NO2 (g) + O2 (g)

reaksi itu disertai pertambahan jumlah mol gas, yang menyebabkan pertambahan

tekanan, yang dapat dibaca pada manometer. Semakin banyak N2O5 yang terurai

semakin besar tekanan. Bila reaksi dilangsungkan pada volume dan suhu tetap,

maka pertambahan tekanan dapat dikaitkan dengan pertambahan jumlah mol.

Dengan demikian laju penguraian N2O5 itu dapat ditentukan.

Dalam laju reaksi dikenal juga laju reaksi sesat, yaitu laju reaksi rata-rata

yang dihitung dalam selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan perhitungan

laju reaksi yang berlaku dalam setiap saat. Lajureaksi juga dapat ditentukan

melalui cara grafik. Laju reaksi sesaat merupkan gradient dari kurva antara waktu

dengan perubahan konsentrasi pada selang waktu tertentu. Oleh karena itu,

terdapat suatu bilangan tetap yang merupakan angka faktor perkalian terhadap

konsentrasi yang disebut sebagai tetapan laju reaksi (K). dengan demikian, laju

reaksi sesaat secara umum dapat dinyatakan sebagai :

Laju reaksi ≈ K [Konsentrasi Zat]

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Konsentrasi

80

Page 81: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi.

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.

Semakin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam setiap

satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin sering

terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk

menghasilkan tumbukan efektif semakin besar dan reaksi berlangsung lebih

cepat. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan

matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi.

Luas Permukaan

Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda dengan

reaksi yang berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi yang homogen,

campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat

berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan satu

sama lainnya. Dalam system heterogen, reaksi hanya berlangsung pada bidang-

bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang bersentuhan dari kedua fase.

Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion

dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu zat

maka makin luas permukaannya sehingga makin besar kemungkinan bereaksi dan

makin cepat reaksi itu berlangsung.

Temperatur

Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah bila suhunya berubah. Laju

reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikkan suhu sebesar 100C

akan menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau tiga kali. Kenaikkan laju reaksi

ini disebabkan dengan kenaikkan suhu akan menyebabkan makin cepatnya

molekul-molekul pereaksi bergerak, sehingga memperbesar kemungkinan

terjadinya tabrakan antar molekul. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan

tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi disebut energi

pengaktifan kinetik.

Perumusan laju reaksi sebagai berikut:

81

Page 82: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Dimana:

Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir

Vo = laju reaksi awal to = suhu awal

Katalisator

Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan

menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai

ternyata tidak berubah. Misalnya pada peruraian kalium klorat untuk

menghasilkan gas oksigen.

Reaksi berlangsung pada suhu tinggi dan berjalan lambat, tetapi dengan

penambahan kristal MnO2 kedalamnya ternyata reaksi akan dapat berlangsung

dengan lebih cepat pada suhu yang lebih rendah. Setelah semua KClO3 terurai

ternyata MnO2 masih tetap ada (tidak berubah). Dalam reaksi tersebut MnO2

disebut sebagai katalisator.

Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa

dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan terlibat

dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi

setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh kembali dalam jumlah

yang sama. Katalisator mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya

reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih

rendah dari pada jalur reaksi yang biasa ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa

katalisator berperan dalam menurunkan energi aktivasi.

Tekanan gas

Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga

letak partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukkan. Jadi, makin

besar tekanan gas maka makin cepat reaksinya.

Teori tumbukan

Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju reaksi dapat dijaleaskan dengan

teori tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil

tumbukan antar partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan

82

Page 83: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukan antar partikel yang memiliki

energi cukup serta arah tumbukan yang tepat. Tumbukan yang menghasilkan

reaksi, kita sebut tumbukan efektif. Energi minimum yang harus dimiliki oleh

partikel pereaksi sehingga menghasilkan tumbukan efektif disebut energi

pengaktifan (Ea = energi aktivasi). Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu

tumbukan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah partikel atau konsentrasi,

2. Temperatur

3. Luas permukaan

4. Menambah katalisator

PERSAMAAN LAJU REAKSI

Dari percobaan penentuan laju reaksi menunjukkan bahwa laju reaksi akan

menurun dengan bertambahnya waktu. Hal itu berari ada hubungan antara

konsentrasi zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi. Umumnya laju reaksi

tergantung pada konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi. Pernyataan ini dikenal

sebagai hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi .

Secara umum untuk reaksi pA + qB rC

V = K[A]m[B]n

dengan, V = Laju reaksi (mol dm-3 det-1)

K = tetapan laju reaksi

m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A

n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B

[A]= Konsentrasi awal A (mol dm-3)

[B] = Konsentrasi awal B (mol dm-3)

Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi.

Tingkat reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak terpengaruh oleh

konsentrasi pereaksi, tetapi hanya tergantung pada harga tetapan laju reaksi (K).

Pangkat konsentrasi pereaksi pada persamaan laju reaksi disebut orde atau

tingkat pereaksi. Pada reaksi diatas berorde X terhadap A dan berorde Y terhadap

B, orde reaksi keseluruhan X+Y. Jadi, jika disebut orde reaksi maka yang

83

Page 84: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

dimaksud adalah orde reaksi keseluruhan. Orde reaksi juga bisa dikatakan sebagai

besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.

Orde reaksi memiliki beberapa makna diantaranya :

a. Orde Nol

Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila

perubahan konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,

asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu

tidak mempengaruhi laju reaksi. Reaksi yang berorde nol dapat dijelaskan juga

seperti gambar grafik berikut :

V

[X]

b. Orde satu

Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika

laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi

pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih

besar. Orde satu dapat dijalaskan dengan grafik dibawah :

V

[X]

c. Orde Dua

Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju

reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila

konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9

kali lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan seperti grafik berikut :

84

Page 85: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

V

[X]

d. Orde Negatif

Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.

V

[X]

V

[X]

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

− Enlemeyer

− Gelas kimia 50 mL

− Gelas ukur 50 mL

− Hot plate

− Stopwacth

85

Page 86: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

− Termometer

3.1.2 Bahan

− Kertas

− Larutan HCl 1 M

− Larutan HCl 2 M

− Larutan Na2S2O3 0,1 M

− Larutan Na2S2O3 0,2 M

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pengaruh Konsentrasi

– Disiapkan 1 gelas kimia

– Dimasukkan 2 ml larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia

– Disiapkan kertas putih yang dibri tanda X sesuai dengan ukuran gelas

kimia.

– Diletakkan gelas kimia yang berisi Na2S2O3 0,1 M diatas kertas putih

yang telah diberi tanda silang.

– Dimasukkan 3 ml larutan HCl 1 M pada larutan Na2S2O3 0,1 M.

– Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan HCl hingga

tanda silang tidak terlihat lagi dari atas.

− Langkah yang sama untuk HCl 2 M terhadap larutan Na2S2O3 0,2 M.

3.2.2 Pengaruh Suhu

– Disiapkan 1 gelas kimia

– Dimasukkan 2 ml larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia

– Disiapkan kertas putih yang dibri tanda X sesuai dengan ukuran gelas

kimia.

– Larutan dipanaskan pada hot plate hingga suhu mencapai 40oC

kemudian diletakkan gelas kimia yang berisi Na2S2O3 0,1 M diatas

kertas putih yang telah diberi tanda silang.

– Dimasukkan 3 ml larutan HCl 1 M pada larutan Na2S2O3 0,1 M.

– Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan HCl hingga

tanda silang tidak terlihat lagi dari atas.

86

Page 87: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

– Langkah yang sama untuk HCl 2 M terhadap larutan Na2S2O3 0,2 M.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Pengaruh konsentrasi

NoKonsentrasi larutan

Na2S2O3

Kosentrasi larutan

HClWaktu (sekon)

1.

2.

3.

0,1 M

0,1 M

0,2 M

1 M

2 M

2 M

217

726

184

87

Page 88: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

4.1.2 Pengaruh suhu 400C

NoKonsentrasi larutan

Na2S2O3

Kosentrasi larutan

HClWaktu (sekon)

1.

2.

3.

0,1 M

0,1 M

0,2 M

1 M

2 M

2 M

23

31

26

4.2 Reaksi

Na2S2O3 + 2HCl → 2 NaCl + S + SO2 + H2O

4.3 Perhitungan

4.3.1 Pengaruh konsentrasi

Persamaan laju reaksi

X [Na2S2O3]y

0,304=2x

x= 2log 0,304

x=

88

Page 89: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

x=-1,7

X [Na2S2O3]y

3,86=2y

y= 2log 3,86

y=

y= 1,9

orde reaksi x=-1,7

orde reaksi y=-1,9

orde reaksi total

x + y = (-1,7) + 1,9 = 0,2

konstanta laju reaksi (k)

X [Na2S2O3]y

0,0046= k [HCl]x[Na2S2O3]y

0,0046= k (1)(0,0126)

k= 0,365

jadi persamaan laju reaksi

X [Na2S2O3]y

= 0,365 [HCl]-1,7[Na2S2O3]1,9

89

Page 90: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

4.3.2 Pengaruh Suhu 40oC

Persamaan laju reaksi

X [Na2S2O3]y

0,74=[2]x

x= 2log 0,74

x=

X= -0,43

X [Na2S2O3]y

1,1875=[2]y

y = 2log 1,1875

y =

90

Page 91: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

y = 0,25

orde reaksi x = -0,43

orde reaksi y = 0,25

orde reaksi total

x + y = (-0,43) + 0,25 = -0,18

konstanta laju reaksi

X [Na2S2O3]y

0,043 = k [1]-0,43[0,1]0,25

0,043 = k (1)(0,562)

k = 0,076

jadi persamaan reaksiX [Na2S2O3]y

= 0,076[HCl]-0,043[Na2S2O3]0,25

4.4 Pembahasan

Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung atau dapat

juga dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per

satuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakn dalam mol per liter. Orde reaksi

adalah bilangan pangkat yang menyatakan naiknya laju reaksi akibat naiknya

reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya

menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap

laju reaksinya.tumbukan efektif merupakan tumbukan yang menghasilkan

91

Page 92: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

reaksi, dan energi minimum yang diperlukan supaya reaksi dapat berlangsung

disebut energi aktifasi(Ea).

Dalam percobaan laju reaksi ini ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,

yaitu:

Konsentrasi

Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi.

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.

Semakin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam

setiap satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin

sering terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan

untuk menghasilkan tumbukan efektif semakin besar dan reaksi berlangsung

lebih cepat. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dalam

persamaan matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan

laju reaksi.

Luas Permukaan

Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda dengan

reaksi yang berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi yang homogen,

campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat

berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan

satu sama lainnya. Dalam system heterogen, reaksi hanya berlangsung pada

bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang bersentuhan dari

kedua fase.

Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom atau ion-

ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu

zat maka makin luas permukaannya sehingga makin besar kemungkinan

bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung.

Temperatur

Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah bila suhunya berubah. Laju

reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikkan suhu sebesar

100C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau tiga kali. Kenaikkan

laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikkan suhu akan menyebabkan makin

92

Page 93: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak, sehingga memperbesar

kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul. Energi yang diperlukan

untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu

reaksi disebut energi pengaktifan kinetik.

Perumusan laju reaksi sebagai berikut:

Dimana:

Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir

Vo = laju reaksi awal to = suhu awal

Katalisator

Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan

menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai

ternyata tidak berubah

Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa

dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan

terlibat dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi

berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh

kembali dalam jumlah yang sama. Katalisator mempercepat reaksi dengan

cara mengubah jalannya reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh tersebut

mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah dari pada jalur reaksi yang biasa

ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa katalisator berperan dalam menurunkan

energi aktivasi.

Tekanan gas

Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga

letak partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukkan. Jadi, makin

besar tekanan gas maka makin cepat reaksinya.

Teori tumbukan

Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju reaksi dapat dijaleaskan dengan

teori tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil

93

Page 94: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

tumbukan antar partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan

menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukan antar partikel yang memiliki

energi cukup serta arah tumbukan yang tepat. Orde reaksi juga bisa dikatakan

sebagai besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.

Orde reaksi memiliki beberapa makna diantaranya :

1. Orde Nol

Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila

perubahan konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,

asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu

tidak mempengaruhi laju reaksi. Reaksi yang berorde nol dapat dijelaskan

juga seperti gambar grafik berikut :

V

[X]

2. Orde satu

Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya

jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika

konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31

atau 3 kali lebih besar. Orde satu dapat dijalaskan dengan grafik dibawah :

V

[X]

94

Page 95: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

3. Orde Dua

Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika

laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila

konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau

9 kali lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan seperti grafik berikut :

V

[X]

4. Orde Negatif

Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.

V

[X]

V

[X]

Pada percobaan pertama dilakukan pencampuran larutan 0.1M Na2S2O3 2

mL dengan 1M HCl 3 mL, ternyata tanda silang yang ada dikertas hilang pada

hitungan ke-217 detik, dimana pada saat itu campuran pun berubah menjadi

keruh. Pada percobaan kedua, dilakukan pencampuran larutan 0.1M Na2S2O3 2

mL denag 2M HCl 3 mL, ternyata pada percobaan kedua ini waktu yang

95

Page 96: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

dibutuhkan oleh tanda silang untuk hilang (tidak terlihat) lagi. Lebih lama dari

percobaan pertama, yaitu 726 detik. Hal ini seharusnya lebih cepat dari

percobaan pertama, karena konsentrasi larutan HCl ditambah menjadi 2M.

dimana seperti kita ketahui bahwa semakin besar konsentrasi maka laju

reaksinya semakin cepat. Hal ini dikarenakan karena larutan yang

konsentrasinya besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat, jika

dibandingkan denagn larutan yang konsentrasinya kecil (encer), sehingga

lebih mudah dan lebih sering bertumbukan. Pada percobaan ketiga,

pencampuran larutan 0.2M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3 mL memerlukan

waktu yang lebih cepat daripada percobaan ke-1 dan ke-2 sebelumnya, dimana

waktu yang diperlukan agar tanda silang tak terlihat lagi adalah 184 detik. Hal

ini dikarenakan bertambahnya konsentrasi Na2S2O3 menjadi 2M. Dari data

diatas dapat dilihat bahwa konsentrasi terbesar terdapat pada percobaan

ketiga,sehingga pada percobaan ketiga waktu yang diperlukan adalah yang

paling cepat. Hal in membuktikan bahwa semakin besar (pekat) konsentrasi

maka semakin cepat laju reaksinya.

Pada percobaan ke-4 berdasarkan pengaruh temperature pencampuran

0.1M Na 2S2O3 2 mL dengan 1M HCl 3mL, dimana Na2S2O3 dipanaskan

hingga 400C, ternyata waktu untuk hilangnya kertas adalah 23 detik. Pada

percobaan ke-5 pencampuran antara 0.1M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3

mL didapatkan waktunya adalah 31 detik. Dari hasil pengamatan pada

percobaan ke-4 dan ke-5 diketahui telah terjadi kesalahan percobaan.

Seharusnya waktu yang diperlukan pada pecobaan ke-4 lebih lama dari

percobaan ke-5, karena jumlah konsentrasi pada percobaan ke-4 lebih kecil

daripada percobaaan ke-5. selain itu juga karena terjadinya penambahan

temperature pada Na2S2O3. Kesalahan ini terjadinya kemungkinan karena

lambatnya praktikan dalam memasang stopwatch atau juga karena turunnya

temperature lebih dulu sebelum dicampurkan dengan larutan HCl. Pada

percobaan ke-6, pencampuran antara 0.2M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3

mL, ternyata waktu yang dibutuhkan agar tanda silang tak telihat lagi adalah

26 detik. Berdasarkan hasil pengamatan, waktu pada percobaan ke-6 jauh

96

Page 97: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

lebih cepat dari percobaan ke-5. hal ini dikarenakan karena konsentrasi

Na2S2O3 ditambah hingga 0.2M dengan temperature 400C. dimana seperti kita

ketahui bahwa semakin tinggi temperature maka semakin cepat laju reaksinya.

Kenaikan laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikan suhu akan menyebabkan

makin cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak sehingga memungkinkan

terjadi tabrakan antar molekul. Dari ke-6 pecobaan yang telah dilkuakan dapat

dibuktikan bahwa konsentrasi dan suhu mempengaruhi suatu laju reaksi.

Fungsi dari Na2S2O3 dan HCl adalah sebagai pereaksi, yang dalam

percobaan ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan temperature. Pada saat

Na2S2O3 dan HCl dengan konsentrasi yang berlainan (bervariasi) direaksikan

maka akan terjadi suatu reaksi yang memerlukan waktu untuk menentukan

laju reaksi dari masing-masing percobaan. Dengan begitu akan memperoleh

orde reaksi, harga K, dan persamaan laju reaksinya. Prinsip percobaan pada

laju reaksi ini adalah didasarkan pada perubahan konsentrasi terhadap waktu.

Hal ini dapat dilihat pada percobaan Na2S2O3 0.1M dan 0.2M dengan larutan

HCl 1M dan 2M. dari setiap campuran yang berbeda konsentrasinya memilki

laju reaksi yang berbeda.

Pemanasan pada percobaan ini dilakukan pada temperature 400C

dikarenakan temperature tersebut merupakan ketetapan yang apabila suhu atau

tempratur tersebut diturunkan akan membuat laju reaksi lambat dan apabila

temperature tersebut dinaikkan akan membuat laju reaksi menjadi cepat.

Sehingga hal ini akan membuat Na2S2O3 menguap. Dengan begitu

menguapnya Na2S2O3 maka HCl tidak akan bisa bereaksi karena Na2S2O3 nya

tela habis menguap. Tentunya hal ini tidak dapat menentukan laju reaksi suatu

reaksi kimia. Sehingga pada temperature 400C inilah yang digunakan sebagai

pembanding antara suhu yang lebih rendah (temperature kamar).

Pada percobaan kali ini konsentrasi zat dibuat berbeda adalah untuk

menghasilkan suatu laju reaksi yang berbeda pula. Sehingga dapat

membandingkan laju reaksi suatu reaksi kimia satu sama lain baik yang

dipengaruhi oleh konsentrasi maupun temperature terhadap laju reaksi.

Dengan bertambahnya suatu konsentrasi zat maka laju reaksinya akan semakin

97

Page 98: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

cepat pula, sehingga waktu yan diperlukan pun lebih sedikit dibandingkan

dengan kecilnya konsentrasi suatu zat. Karena zat yang konsentrasinya kecil

atau rendah mengandung jumlah pertikel yang lebih sedikit, sehingga partikel-

patkelnya lebih renggang disbanding zat yang konsentrasina besar. Partikel

yang susunannya lebih renggang akan jarang bertumbukan sehingga

kemungkinan terjadi reaksi kecil.

Dapat dilihat perbedaan antara larutan yang dipanaskan dan lautan yang

tidak dipanaskan atau anatara yang dipengaruhi oleh konsentrasi atau

temperature. Pada larutan yang tidak dipanaskan (dipengaruhi konsentrasi),

reaksi larutan berlangsung lambat dan laju reaksinya pun lebih kecil,

sebaliknya pada larutan yang dipanaskan (dipengaruhi oleh temperature),

reaksi larutan berlangsung dengan cepat dan laju reaksinya pun lebih besar.

Dalam melakukan percobaan laju reaksi terdapat berbagai kesalahan yang

dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:

− Kurang teliti dalam melakukan perhitungan waktu yang menggunakan

stopwatch.

− Saat memanaskan larutan tidak sesuai dengan suhu yang ditentukan

− Tidak dilakukan pengadukan saat mencampurkan larutan.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

− Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaan,

konsentrasi, suhu, tekanan, dan katalis.

− Laju reaksi menyatakan ukuran kelajuan berlangsungnya reaksi kimia, dan

dapat ditentukan dengan mengukur laju berkurangnya salah satu pereaksi

atau laju terbentuknya suatu produk.

– Berdasarkan teori tumbukan, kelajuan reaksi bergantung pada:

Frekuensi tumbukan

Energi partikel pereaksi

Arah tumbukan

98

Page 99: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

5.2 Saran

diharapkan dalam melakukan praktikum laju reaksi janga hanya

mengganakan larutan Na2S2O3 dan HCl, tapi juga menggunakan larutan H2SO4

agar dapat dibandingkan laju reaksinya.

DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Kleinfelter, Wood A. 1999.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga

Priyatna, Amien.2001.Kimia Universitas.Bandung:Teknokimia

Respah.1989.Dasar-dasar Ilmu Kimia.Jakarta:Rineka Cipta

Team Penyusun.2010.Penuntun Praktikum Kimia Dasar 1.Samarinda: Universitas

Mulawarman

99

Page 100: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat diuraikan secara kimia

menjadi zat lain yang lebih sederhana. Jenis unsur tidaklah terlalu banyak. Di

alam hanya 90 jenis unsur.

Beberapa golongan unsur dalam sistem periodik yang sangat menarik

untuk dipelajari tersendiri yaitu unsur-unsur yang sangat reaktif dan unsur-

unsur yang sangat sukar bereaksi dengan unsur lain. Unsur-unsur yang sukar

bereaksi dengan unsur lain yaitu unsur yang terdapat pada golongan gas mulia,

100

Page 101: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

sedangkan unsur-unsur yang sangat reaktif meliputi unsur pada golongan

alkali dan alkali tanah.

Logam alkali dan alkali tanah adalah zat pereduksi yang sangat kuat,

karena begitu mudah kehilangan elektron. Mereka mudah bergabung dengan

kebanyakan unsur non-logam, membnetuk senyawa ion seperti halida, oksida,

dan sulfida.

Logam alkali adalah unsur-unsur yang termasuk golongan IA (kecuali

hidrogen) yaitu litium, natrium, kalium, rubidium, cesium, dan fransium.

Unsur-unsur ini memiliki susunan elektron pada kulit terluar ns1 dan

merupakan reduktor kuat.

Dalam percobaan ini, akan dibahas beberapa sifat-sifat unsur golongan,

akan terlihat bagaimana perbedaan kereaktifan golongan IA dan golongan IIA

dan bagaimana menentukan kelarutan garam sulfat dan garam hidroksida dari

endapan yang terbentuk, selain itu dapat diketahui reaksi yang terjadi pada

unsure golongan IA dan golongan IIA.

1.2 Tujuan

− Mengetahui perbedaan garam sulfat dengan garam hidroksida.

− Mempelajari beberapa sifat unsur golongan IA dan IIA.

− Mengetahui kereaktifan unsur-unsur golongan IA dan golongan IIA.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi unsur yaitu suatu zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana dengan reaksi kimia sederhana. Sedangkan sistem periodik unsur adalah susunan yang menggambarkan suatu letak keadaan, periode, golongan, dan unsur kimia. Sistem periodik unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atom (kenaikan jumlah proton dan muatan inti). Sistem periodik dibagi menjadi periode yaitu unsur-unsur yang terletak dalam baris yang horizontal dan golongan yaitu unsur yang terletak dalam kolom yang vertikal.

A. Golongan IA (Alkali)

101

Page 102: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Disebut juga unsur alkali karena sifat logam ini membentuk basa-basa yang kuat. Dalam sistem periodik terletak terletak pada lajur paling kiri. Unsur-unsur alkali merupakan unsur-unsur logam dengan satu elektron pada elektron terluarnya. Unsur-unsur yang terletak dalam logam alkali adalah Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs), dan Fransium (Fr).

Dibandingkan dengan unsur-unsur lain yang seperiode unsur-unsur alkali adalah unsur yang paling elektropositif. Paling mudah melepaskan elektron valensinya. Hal ini sesuai dengan sifat keperiodikan unsur dalam sistem periodik. Unsur-unsur alkali yang nomor atomnya terkecil dibanding unsur lain yang seperiode. Gaya tarik intinya paling lemah dan untuk mencapai susunan elektron gas mulia cukup melepaskan 1 elektron valensinya. Dalam golongan unsur-unsur alkali makin ke bawah makin kuat sifat logamnya. Hal ini disebabkan karena makin lemahnya gaya tarik intinya terhadap elektron-elektronnya yang terjauh, maka makin mudah melepaskan elektronnya. Unsur-unsur yang banyak terdapat di alam adalah unsur Natrium (Na) dan Kalium (K). Sedangkan yang paling sedikit adalah unsur Fransium (Fr) yang bersifat radioaktif sehingga mudah berubah menjadi unsur lain.

1. Sifat-Sifat Unsur Alkali

a. Unsur alkali adalah unsur-unsur logam putih mengkilap seperti kaca atau

perak, padat tapi lunak pada suhu normal kecuali Kalium (K) dan

Fransium (Fr) cair. Logam berwarna putih keperakan dengan kilap logam

yang khas. Tapi, permukaan yang baru diiris segera menjadi buram karena

bereaksi dengan udara.

102

Page 103: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

b. Unsur-unsur alkali dapat bereaksi dengan air pada suhu biasa membentuk

basa dan gas hidrogen yang disertai pembebasab banyak energi.

Reaksinya:

2M + 2H2 2MOH + H2

Natrium dan Kalium mengapung di atas air, karena massa jenis logam

lebih kecil daripada air.

Reaksi antara Natrium dan Kalium dengan air bersifat eksoterm. Kalor

reaksinya menyebabkan logam Kalium dan Natrium yang belum

bereaksi mencair. Hal itu juga bahwa titik air logam itu bersifat relatif

rendah.

Reaksi Natrium dan Kalium dengan air membentuk basa dan hidrogen.

c. Unsur-unsur alkali bervalensi 1 dalam semua senyawa.

d. Basa yang berasal dari logam alkali adalah basa kuat. Semakin bertambah

atomnya, makin kuat sifat kebebasannya.

e. Logam-logam alkali bersifat reduktor kuat, makin ke bawah makin kuat

reduktornya.

f. Dengan unsur-unsur elektronegatif membentuk senyawa ionik dan dengan

asam membentuk garam.

g. Merupakan unsur yang sangat reaktif.

2. Sifat-sifat kimia atau reaksi-reaksi logam alkali juga sangat bersamaan.

Berikut hasil-hasil reaksi logam alkali:

a. Reaksi dengan air. Telah disebutkan bahwa logam alkali bereaksi dengan

air membentuk basa dan gas hidrogen. 2L + 2H2O 2LOH + H2 (L=

logam alkali).

b. Reaksi dengan Hidrogen. Logam alkali dengan Hidrogen membentuk

vindna, suatu senyawa ion yang hidrogennya mempunyai biloks-1.

c. Reaksi dengan Oksigen. Logam alkali dalam Oksigen membentuk oksida,

perioksida, atau superoksida. Dari Litium ke Cesium, daya ikat terhadap

Oksigen meningkat. Litium membentuk oksida biasa. Suatu senyawa ion

yang mengandung ion 02- (bilangan oksida= -2). Oleh karena itu sangat

mudah bereaksi dengan air dan Oksigen, maka logam alkali biasanya

103

Page 104: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

disimpan dalam cairan yang inert seperti minyak tanah (kerosin) atau di

dalam botol yang diisolasi. Walaupun demikian, permukaan logam itu

sedikit demi sedikit bereaksi juga.

3. Jari-jari Atom

Dari Li sampai Fr jari-jari atom semakin besar. Hal ini sesuai dengan kenaikan nomor atomnya. Dengan semakin besarnyajari-jari atom maka jarak antara inti atom dan elektron valensinya semakin besar pula. Oleh karena itu elektron valensinya makin lemah dan makin mudah melepas elektronnya.

4. Energi Ionisasi

Karena dari Li sampai Fr elektron valensinya makin mudah dilepas maka energi ionisasinya semakin kecil dari Li sampai Fr. Hal ini disebabkan energi yang diperlukan untuk melepas elektron valensi semakin kurang.

5. Keelektronegatifan

Unsur-unsur alkali adalah unsur-unsur elektronegatif. Dengan demikian besar keelektronegatifannya relatif rendah dibandingkan unsur lainnya. Dari Li sampai Fr keelektronegatifannya berkurang. Hal ini disebabkan jari-jarinya semakin berkurang. Unsur-unsur logam alkali tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, melainkan terdapat dalam bentuk NaCl pada air laut juga pada garam. Na dan K adalah unsur keenam dan ketujuh paling banyak dalam kerak bumi. Kedua unsur ini sangat penting dalam kehidupan. Sedangkan unsur-unsur yang lain hanya sedikit terdapat di alam.

B. Golongan IIA (Alkali Tanah)

Dalam sistem periodik unsur alkali tanah terdapat pada golongan IIA,

yaitu lajur di sebelah kanan golongan logam alkali. Unsur-unsur golongan ini

disebut logam alkali tanah karena unsur-unsur ini bersifat alkali (basa) seperti

unsur-unsur golongan IA, unsur-unsur golongan IIA (alkali tanah) yaitu:

a. Berilium (Be)

b. Magnesium (Mg)

c. Kalsium (Ca)

d. Stronsium (Sr)

e. Barium (Ba)

f. Radium (Ra)

104

Page 105: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Seperti halnya unsur-unsur alkali tanah sangat reaktif walaupun tak sereaktif unsur alkali.

1. Sifat-Sifat Unsur Alkali Tanah

a. Merupakan unsur-unsur logam reaktif oleh karena itu di dalam alam

tak terdapat dalam keadaan bebas.

b. Pada suhu biasa merupakan zat padat berwarna putih mengkilap

seperti perak.

c. Merupakan logam bivalen yang memiliki a elektron pada kulit

terluarnya, oleh karena itu bilangan oksidasi unsur alkali tanah dalam

senyawa adalah +2.

d. Unsur-unsur alkali tanah sangat reaktif.

e. Dapat bereaksi dengan air pada suhu biasa, membentuk basa dan

Hidrogen, tetapi biasanya jauh lebih kecil dibanding logam alkali.

Reaksinya:M + 2H2O M(OH)2 + H2

f. Dapat membentuk garam dengan energi unsur elektronegatif.

g. Basa yang dari unsur-unsur alkali tanah adalah basa kuat, kecuali

Mg(OH)2. Basa lemah dan Ba(OH)2 basa atmosfer, artinya disamping

dapat bereaksi dengan asam, dapat juga bereaksi dengan basa kuat,

sifatnya basa logam alkali tanah makin ke bawah makin kuat.

2. Jari-Jari Atom

105

Page 106: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Seperti pada logam alkali, dari Ba sampai Ra jari-jari atom bertambah besar sehingga kedua elektron valensinya semakin mudah dilepas.

3. Energi Ionisasi

Unsur-unsur logam alkali tanah mempunyai 2 elektron valensi. Ionisasinya dapat terjadi dengan melepaskan satu elektron valensi (energi ionisasi pertama) dan kedua (energi ionisasi kedua).

M M+ + e- (ionisasi ke-1)

M M2+ + 2e- (ionisasi ke-2)

Ionisaisnya dari atas ke bawah semakin kecil karena jari-jari semakin besar.

4. Keelektronegatifan

Unsur-unsur alkali tanah lebih keelektronegatifan ketimbang alkali. Hal

ini disebabkan jari-jari atomnya semakin besar, sehingga semakin sulit

untuk mengikat elektronnya.

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

− Gelas kimia

− Gunting

− Hot plate

− Penjepit tabung

106

Page 107: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

− Pinset

− Pipet tetes

− Rak tabung reaksi

− Tabung reaksi

3.1.2 Bahan

− Aquades

− Indikator PP

− Larutan BaCl2 0,1 M

− Larutan CaCl2 0,1 M

− Larutan H2SO4 1 M

− Larutan NaOH 1 M

− Logam Kalium

− Pita Magnesium

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Kelarutan Garam Sulfat

− Disiapkan 2 tabung reaksi yang bersih

− Diisi masing-masing tabung dengan CaCl2 0,1 M, BaCl2 0,1 M 1 pipet.

− Ditambahkan 1 ml larutan H2SO4 1 M Kedalam masing-masing tabung

reaksi

− Diamati endapan yang terbentuk (dibnadingkan endapan yang ada

pada setiap tabung reaksi)

3.2.2 Kelarutan Garam Hidroksida

− Disiapkan 2 tabung reaksi yang bersih

− Diisi masing-masing tabung dengan CaCl2 0,1 M, BaCl2 0,1 M 1 pipet.

− Ditambahkan 1 ml larutan NaOH 1 M Kedalam masing-masing tabung

reaksi

− Diamati endapan yang terbentuk (dibnadingkan endapan yang ada

pada setiap tabung reaksi)

3.2.3 Reaktifitas Unsur

a) Reaktivitas Pita Magnesium

107

Page 108: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

− Disiapkan gelas kimia berisi aquades secukupnya

− Dipanaskan hingga mendidih

− Dimasukkan pita Mg

− Diamati dan perhatikan reaksi yang terjadi(ditandai dengan

adanya gelembung-gelembung gas)

− Ditambahkan indikator PP

− Diamati perubahan warna yang terjadi

b) Reaktifitas Logam Kalium

− Disiapkan gelas kimia berisi aquades secukupnya

− Dimasukkan logam kalium kedalam gelas kimia

− Ditambahkan indikator PP

− Diamati perubahan warna yang terjadi

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Pengamatan

1 Kelarutan garam sulfat

a. Larutan CaCl2 + larutan

H2SO4

larutan bening dan tidak ada

endapan di dalamnya.

108

Page 109: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

- Dicampurkan larutan CaCl2

dan larutan H2SO4 di

tabung reaksi.

- Diamati

b. Larutan BaCl2 + larutan

H2SO4

- Dicampurkan larutan BaCl2

dan larutan H2SO4 di

tabung reaksi.

- Diamati

larutan yang tercampur

menjadi putih dan mengeruh

serta terdapat endapan di

dasar tabung reaksi.

2 Kelarutan Garam Hidroksida

a. larutan CaCl2 + larutan

NaOH

- Dicampurkan larutan

CaCl2 dan larutan NaOH

di tabung reaksi.

- Diamati

b. Larutan BaCl2 + larutan

NaOH

- Dicampurkan larutan BaCl2

dan larutan NaOH di

tabung reaksi

- Diamati

Larutan yang tercampur

menjadi putih dan mengeruh

serta terdapat banyak endapan

di dasar tabung reaksi.

Larutan yang tercampur

menjadi putih dan mengeruh

serta terdapat sedikit endapan

di dasar tabung reaksi.

3 Reaktifitas unsur

a. Pita Mg + 2 ml H2O +

indikator pp

- Dipanaskan campuran

antara Mg dan H2O

- Ditambah indikator pp

reaksi berlangsung sangat

lambat sehingga perlu adanya

pemanasan, muncul

gelembung pada pita Mg,

larutan berwarna bening.

larutan mengalami perubahan

109

Page 110: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

b. Logam K + 2 ml H2O +

indikator pp

- Dicampurkan logam K dan

H2O di dalam gelas kimia.

- Ditambahkan indikator pp

warna karena bersifat basa.

Warna yang terbentuk warna

merah lembayung, karena

termasuk basa lemah dari

alkali.

reaksi yang terjadi secara

spontan dan terdapat

gelembung pada larutan

ketika kalium dimasukkan

muncul letupan-letupan kecil.

larutan mengalami perubahan

warna menjadi merah

lembayung dan bersifat basa

kuat.

4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi Kelarutan Garam Sulfat

- BaCl2 + H2SO4 BaSO4 + 2HCl

- CaCl2 + H2SO4 CaSO4 + 2HCl

4.2.2 Reaksi Kelarutan Garam Hidroksida

- BaCl2 + 2KOH Ba(OH)2 + 2KCl

- CaCl2 + 2KOH Ca(OH)2 + 2KCl

4.2.3 Reaksi Reaktivitas Unsur

− Mg + 2H2O Mg(OH)2 + H2

− Mg(OH)2 + Indikator PP

110

Page 111: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

- 2 K +2H2O 2KOH +H2

KOH + PP

4.3 Pembahasan

Logam alkali (golongan IA) merupakan unsure yang sangat reaktif dan

mudah membentuk ion positif. Selain disebabkan oleh jumlah electron valensi

yang sedikit dan ukuran jari-jari atom yang besar, sifat ini juga disebabkan

111

Page 112: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

oleh harga ionisasimnya lebih kecil dibandingkan unsure logam golongan lain.

Kereaktifan logam alkali dibuktikan dengan kemudahannya bereaksi dengan

air, unsure-unsur halogen, hydrogen oksigen dan belerang, kereaktifan ini

dipengaruhi oleh electron valensi dari unsure-unsur dan energi ionisasinya.

Logam alkali tanah (golongan IIA) bersifat pereduksi kuat. Semakin

kebawah, sifat pereduksi ini semakin kuat. Hal ini ditunjukkan oleh

kemampuan bereaksi dengan air yang semakin meningkat dari berilium ke

barium. Selain dengan air, unsur logam alkali tanah juga dapat bereaksi

dengan gas oksigen, hidrogen, nitrogen. Senyawa logam alkali tanah

kelarutannya meningkat dari berilium ke barium.

Sifat fisik logam alkali, memiliki titik leleh dan titik didih di atas suhu

ruangan(25oC). Semua unsur logam alkali berwujud padat pada suhu ruangan

khusus sesium, jika suhu lingkungan pada saat pengukuran melebihi 28oC,

unsur alkali berwujud cair.

Sifat fisik logam alkali tanah berwujud padat pada suhu ruangan,

kerapatan logam alkali tanah lebih besar dari kerapatan logam alkali sehingga

logam alkali tanah bersifat lebih keras dari logam alkali.

Apabila kita membandingkan kereaktifan antara golongan IA dan

golongan IIA, maka akan diperoleh bahwa golongan IA yang lebih reaktif.

Hal ini dikarenakan pada golongan IA memiliki jari-jari atom yang lebih besar

dibandingkan dengan golongan IIA, selain itu, karena golongan Ia melepas

elektron relatif lebih sedikit, sehingga daya reaktifnya semakin kuat,

sednagkan golongan IIA melepas dua elektron valensinya. Karena memiliki

kereaktifan yang kuat, maka tanpa dipanaskan logam kalium juga dapat

bereaksi. Fungsi ditetesi indikator PP yaitu untuk melihat perubahan warna

larutan basa yang terbentuk mengindikasikan tingkat kebasaan larutan

tersebut. Dimana fungsi indikator PP sendiri adalah untuk mengidentifikasi

ion OH- pada larutan. Jika semakin tua larutan, maka semakin kuat tingkat

kebasaan larutan tersebut.

Dalam larutan garam sulfat golongan IIA memiliki sifat kelarutan yang

kecil dimana kelarutan garam sulfat dari atas ke bawah dalam satu golongan

112

Page 113: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

semakin kecil. Sebaliknya pada larutan garam hidroksida golongan IA

memiliki sifat kelarutan garam yang besar, dimana semakin kebawah dalam

satu golongan maka akan semakin besar.

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa pada percobaan kelarutan

garam sulfat, apabila BaCl2 ditambahkan H2SO4 didapatkan endapan yang

banyak berwarna putih susu pekat, dan apabila CaCl2 ditambahkan H2SO4

didapatkan endapat yang sedikit berwarna putih susu. Hal ini dikarenakan

semakin kecil endapan, maka semakin besar kelarutan garam tersebut,

sehingga dapat disimpulkan bahwa garam sulfat dalam satu golongan semakin

kebawah kelarutannya semakin kecil. Garam sulfat adalah hasil reaksi dari

asam sulfat dengan larutan basa.

Percobaan kelarutan garam hidroksida, apabila BaCl2 ditambah NaOH

dihasilkan endapan yang sedikit dan berwarna putih yang membentuk larutan

koloid, dan apabila CaCl2 ditambahkan NaOH didapatkan endapan yang

banyak berwarna putih susu yang membentuk larutan koloid. Jadi hasil

kelarutannya, semakin besar dari atas kebawah dalam satu golongan, garam

hidroksida adalah hasil reaksi dari natrium hidroksida dengan suatu asam

lemah. Ksp adalah hasil kali kelarutan dalam suatu senyawa. Ksp garam sulfat

golongan IIA yaitu CaSO4 9,1x10-6, SrSO4 7,6x 10-1, BaSO4 1,1x10-10. Ksp

garam hidroksida golongan IIA yaitu Be(OH)2 2x10-18,Mg(OH)2 1,8x10-11

Ca(OH)2 5,5x10-6, Sr(OH)2 3,2x10 -4 dan Ba(OH)2 5x10 -3.

Percobaan reaktivitas unsur dadapatkan bahwa apabila logam kalium

ditambahkan aquades serta indikator PP menghasilkan warna merah

lembayung muda , dan pita magnesium ditambahkan aquades yang sudah

dipanaskan seta diberi indikator PP mengkasilkan warna merah lembayung

tua, jadi dapat dinyatakan bahwa reaksi logam kalium tingkat

kebasaannyalemah sedangkan reaksi pita magnesium tingkat kebasaannya

kuat. Karena semakin tua warna larutan, maka tingkat kebasaan larutan

tersebut akan semakin besar.

Dalam melakukan percobaan sifat-sifat unsur terdapat beberapa kesalahan

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

113

Page 114: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

− Saat melakukan percobaan, praktikan tidak menggunakan alat pengaman,

sehingga saat mencampurkan unsur kurang ketelitian dikarenakan takut

terkena larutan tersebut.

− Reaksi pita magnesium dengan aquades yang telah dipanaskan tidak

terjadi reaksi secara optimal, karena pita magnesium terlalu cepat

didicampurkan ke aquades sebelum aquades tersebut mendidih, hal itu

dapat mempengaruhi hasil kali kelarutan tersebut.

− Saat mengambil logam kalium tidak menggunakan pinset, sehingga

terdapat kesusahan dalam mencampurkan kedalam aquades.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

114

Page 115: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

− Kereaktifan untuk unsure logam alkali dan alkali tanah semua sama, yaitu

kereaktifan dari unsure-unsurnya bertambah dari atas ke bawah dan pada

dasarnya kereaktifan lagam alkali dan alkali tanah berkaitan dengan energi

ionisasinya yang rendah, sehingga mudah melepaskan electron

− Kelarutan garam sulfat dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin

kecil, sedangkan kelarutan garam hidroksida, dalam satu golongan dari

atas kebawah semakin besar.

− Sifat unsure golongan alkali yaitu: konfigurasi electron valensi adalah ns1,

energi ionisasi relative rendah, serta dalam satu golongan energi ionisasi,

titik didih dan titik leleh, dari ats ke bawah semakin kecil. Sedangkan sifat

unsure golongan alkali tanah yaitu: jari-jari atom lebih kecil dari golongan

alkali, merupakan logam yang lunak dan dapat menghantarkan listrik dan

panas yang baik serta konfigurasi electron valensinya ns2.

5.2 Saran

Percobaan yang dilakukan sebaiknya tidak hanya terbatas pada BaCl2 dan

CaCl2 tetapi unsure yang lain juga agar lebih banyak perbandingan, seperti

MgCl2 dan SrCl2.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Binarupa Aksara

115

Page 116: Laporan Gabungan Kimia Dasar 1 Kelompok 1B

Petrucci, Ralph, H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Suhartono. 1983. Ilmu Kimia. Yogyakarta: Gadjah Mada

116