laporan hasil kajian - kemenkeu.go.id trade agreement (fta... · beberapa skema fta/epa sebagai...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
LAPORAN HASIL KAJIAN
Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership
Agreement (EPA), dan Pengaruhnya terhadap Arus
Perdagangan dan Investasi dengan Negara Mitra
Jilid 2
Tim Kajian Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral
2013
-
1
Daftar Isi
Daftar Akronim
Bab 1 Ikhtisar Hasil Kajian 2012
Bab 2 Latar Belakang Kajian 2013
Bab 3 Perkembangan Isu Perdagangan Internasional dan Kinerja Indonesia
Bab 4 Analisis Dampak ASEAN - EU Free Trade Area
Bab 5 Analisis Dampak Indonesia (ASEAN) - Turkey Free Trade Area
Bab 6 Analisis Daya Saing Komoditas Pertanian Indonesia
Bab 7 Catatan Akhir
Daftar Referensi
-
2
Daftar Akronim
AANZFTA ASEAN Australia New Zealand Free Trade Area
ACFTA ASEAN China Free Trade Area
AEUFTA ASEAN Uni Europe Free Trade Area
AFTA ASEAN Free Trade Area
AIFTA ASEAN India Free Trade Area
AJCEP ASEAN Japan Comprehensive Economic Partnership
AKFTA ASEAN Korea Free Trade Area
ASEAN Association of South-East Asian Nations
ASEM AsiaEurope Meeting
B to B Business to Business
CGE Computable General Equilibrium
CIF Cost, Insurance and Freight
DGTEC Directorate General for Trade of the European Commission
EFTA European Free Trade Association
EPA Economic Partnership Agreement
EU European Union (Uni Eropa)
FDI Foreign Direct Investment
FOB Free On Board
FTA Free Trade Agreement
G to G Government to Government
GTAP Global Trade Analysis Project
IJEPA Indonesia Japan Economic Partnership Agreement
IO Input-Output (merujuk Tabel Input-Output, data statistik)
Kemendag Kementerian Perdagangan
MFN Most Favour Nation
-
3
OKI Organisasi Konferensi Islam
PIB Pemberitahuan Impor Barang
PKRB Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral
RCA Dinamis Dynamic Revealed Comparative Advantage
RCA Revealed Comparative Advantage
RCEP Regional Comprehensive Economic Partnership
SITC Standard International Trade Classification
WDI World Development Indicators
-
4
1111 Ikhtisar Hasil Kajian 2012
Pada 2012 telah dilakukan kajian oleh Tim Kajian di Pusat Kebijakan Regional
dan Bilateral (PKRB) untuk melakukan kajian tentang Free Trade Agreement
(FTA) dan/atau Economic Partnership Agreement (EPA)1, dan pengaruhnya
terhadap arus perdagangan dan investasi dengan negara mitra. Penelitian
difokuskan untuk melakukan evaluasi atas dampak EPA/FTA yang telah
terjadi serta melakukan analisis ex-ante untuk mengestimasi dampak potensial
suatu FTA/EPA yang akan dilakukan (dalam proses persiapan/negosiasi)
terhadap arus perdagangan dan investasi. Hasil kajian diharapkan untuk dapat
1 Free Trade Agreement (FTA) atau Perjanjian Perdagangan Bebas ialah perjanjian internasional bagi
penghapusan tarif yang dibebankan antara negara atau kawasan dan untuk menghapus peraturan
dalam bidang penanaman modal asing pada bidang jasa perdagangan. Sedangkan Economic
Partnership Agreement (EPA) atau Perjanjian Kerja sama Ekonomi ialah perjanjian yang
memperkokoh kerjasama ekonomi dengan negara dan kawasan lain di berbagai bidang dengan
pembebasan/memfasilitasi bergeraknya sumber daya manusia, barang dan modal, berpusat pada
FTA. Jadi EPA merupakan skema kerja sama perluasan kerja sama FTA. (Dikutip dari
http://www.jetro.go.jp/indonesia/jiepa/index.html/BrosurEPAind2009.pdf)
-
5
menjadi bahan masukan bagi penentuan kebijakan dan posisi Indonesia dalam
berbagai skema perjanjian perdagangan internasional.
Dalam kajian tahun 2012, telah dilakukan analisis terhadap beberapa skema
FTA dan EPA dengan berbagai metode analisis, yaitu:
1. Analisis deskriptif untuk memetakan berbagai dampak FTA/EPA Indonesia
dengan negara mitra dengan menggunakan data-data perdagagan
internasional. Dengan analisis deskriptif ini diharapkan mampu
mendapatkan gambaran perubahan struktur perdagangan Indonesia
dengan negara mitra sebelum dan sesudah FTA/EPA;
2. Studi kasus: evaluasi dampak FTA/EPA (telah/akan berjalan). Beberapa
metode analisis dampak yang mungkin dilakukan:
a. Metode kuantitatif, yaitu dengan melakukan estimasi FTA preferential
indicators dan FTA trade and welfare indicators sebagaimana yang
disarankan oleh Plummer et al. (2010) untuk mengevaluasi
pemanfaatan skema tarif ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN
China Free Trade Area (ACFTA), ASEAN Korea Free Trade Area
(AKFTA), Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA),
dan ASEAN India Free Trade Area (AIFTA).
b. Metode ekonometri runtun waktu ARIMA untuk mengevaluasi dampak
ACFTA dan IJEPA terhadap volume perdagangan Indonesia dan negara
mitra.
c. Komparasi tarif antarnegara dalam database GTAP8 dan Simulasi Model
Computable General Equilibrium (CGE) Global Trade Analysis Project
(GTAP) untuk menganalisis dampak AFTA, AIFTA, dan ASEAN-Japan
Comprehensive Economic Partnership (AJCEP).
3. Analisis daya saing komoditas Indonesia dalam ASEAN Australia New
Zealand Free Trade Area (AANZFTA) dengan menggunakan Revealed
Comparative Advantages (RCAs) dinamis (Balassa, 1965; Edwards &
Schoer, 2001b).
-
6
4. Focus Group Discussion (FGD) untuk melakukan pendalaman permasalahan
dengan diskusi dengan para pakar dan stakeholders.
Sebagai referensi bahwa sampai dengan saat ini, Indonesia telah terlibat dalam
beberapa skema FTA/EPA sebagai berikut:
Tabel-1: Perkembangan Implementasi FTA oleh Indonesia
No. FTA Regional FTA Entry
Into Force
Indonesia Entry
Into Force
1. ASEAN FTA 2002 2002
2. ASEAN-China FTA 2004 2004
3. ASEAN-Korea FTA 2007 2007
4. ASEAN-India FTA 2010 2010
5. ASEAN-Australia-New Zealand FTA 2010 2012
6. ASEAN-JAPAN Comprehensive Economic Partnership 2010 -
No. FTA Bilateral Entry Into Force
1 Indonesia-Japan Economic Partnership 2007
Sumber: Kajian FTA BKF
Hal-hal yang menjadi temuan menarik dalam kajian tersebut dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Bahwa selama periode 2000-2010 telah terjadi peningkatan arus
perdagangan yang sangat pesat, baik dilihat dari nilai ekspor maupun
impor, walau pun jika dilihat dari nilai surplus justru mengalami
penurunan (Lihat Gambar-1).
-
7
Gambar-1: Perkembangan Arus Perdagangan Indonesia 2000-2010
Perkembangan ini pun telah merubah struktur perdagangan Indonesia,
baik dari sisi komposisi jenis komoditas yang diperdagangkan baik ekspor
atau pun impor; serta perubahan komposisi mitra dagang utamanya.
Sebagaimana terlihat dalam Tabel-2, ekspor utama Indonesia pada tahun
2000 merupakan produk manufaktur yaitu mesin dan peralatan listrik,
pada tahun 2010 digantikan oleh produk pertambangan, yaitu bahan bakar
mineral. Sementara untuk negara tujuan ekspor, terjadi lonjakan yang
teramat besar bagi China, yang sebelumnya merupakan negara tujuan
ekspor ke-5 di tahun 2000 menjadi negara tujuan ekspor ke-2 di tahun
2010. China juga menjadi negara asal impor terbesar Indonesia pada tahun
2010, padahal pada tahun 2000 hanya menempati urutan ke-5.
-
8
Tabel-2: Perubahan Struktur Perdagangan Indonesia
2000 2010
Struktur
komoditas
ekspor
utama
Mesin & peralatan listrik 14% Bahan bakar mineral 15%
Mesin2 & pesawat mekanik 8% Lemak & minyak hewan/nabati 13%
Kertas/karton 5% Mesin & peralatan listrik 8%
Lemak & minyak hewan/nabati 4% Karet & brg dr karet 7%
Karet & brg dr karet 3% Bijih, kerak & abu logam 6%
Struktur
komoditas
impor
utama
Mesin2 & pesawat mekanik 17% Mesin2 & pesawat mekanik 17%
Bahan kimia organik 9% Mesin & peralatan listrik 14%
Kendaraan dan bagiannya 7% Besi & baja 6%
Mesin & peralatan listrik 5% Bahan kimia organik 5%
Besi & baja 5% Kendaraan dan bagiannya 5%
Struktur
negara
utama
tujuan
ekspor
Japan 23.20% Japan 17.20%
USA 13.64% China 10.42%
Singapore 10.50% USA 9.46%
South Korea 6.95% Singapore 9.15%
China 4.46% South Korea 8.39%
Taiwan 3.83% India 6.61%
Struktur
negara
utama asal
impor
Japan 17.30% China 16.05%
Singapore 12.15% Singapore 15.95%
USA 10.87% Japan 13.36%
South Korea 6.68% USA 7.40%
China 6.55% Malaysia 6.81%
Australia 5.43% South Korea 6.05%
Sumber: Hasil analisis Tim Kajian 2012
2. Hasil evaluasi utilization rate terhadap FTA yang sudah berlangsung
menunjukkan hasil yang relatif rendah. Semakin tinggi utilization rate,
semakin besar impor yang memenuhi syarat untuk mendapatkan tarif
preferensi (preference-eligible imports) yang benar-benar masuk dengan
menggunakan tarif preferensi daripada menggunakan tarif most favour
nation (MFN). Selain itu, semakin tinggi utilization rate juga bermakna
-
9
bahwa biaya kepatuhan (compliance costs) dari ketentuan asal barang
semakin tidak menjadi penghambat.
Tabel-3: Hasil estimasi utilization rate tiap FTA
Skema FTA Utilisation rate
AFTA 30,43%
ACFTA 35,98%
AKFTA 33,61%
IJEPA 32,65%
AIFTA 6,05%
Sumber: Hasil analisis Tim Kajian 2012
Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya persentase
importasi yang menggunakan tarif preferensi daripada tarif MFN, antara
lain:
(a) Tarif preferensial tidak terlalu menarik karena perbedaannya dengan
tarif MFN tidak signifikan.
(b) Prosedur yang harus dijalani untuk dapat menggunakan tarif
preferensial dianggap cukup menyulitkan (compliance cost tinggi).
(c) Kesalahan identifikasi dalam sistem komputer pabean yang merekam
data Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dalam hal importasi
menggunakan beberapa skema fasilitas.
3. Sementara itu, analisis menggunakan metode forecasting ekonometrik
ARIMA (Gujarati, 2009) untuk melihat dampak IJEPA dan ACFTA terhadap
pertumbuhan ekspor/impor Indonesia dan negara mitra dengan
membandingkan hasil peramalan (tanpa skema FTA) dengan data riil
setelah adanya FTA maka dapat diestimasi besarnya dampak FTA. Dengan
melakukan evaluasi dua skema FTA: IJEPA dan ACFTA maka didapati
bahwa skema FTA berhasil secara signifikan meningkatkan volume
ekspor/impor Indonesia dan negara mitra.
-
10
4. Analisis dampak AFTA, AIFTA dan AJCEP dengan menggunakan
menggunakan data GTAP8 dan simulasi liberalisasi perdagangan dengan
menggunakan model CGE GTAP diperoleh informasi sebagai berikut:
(a) Komparasi tarif antarnegara ASEAN dalam data GTAP8 dapat
ditemukan bahwa liberalisasi penuh telah terjadi di Singapore, semua
komoditas tarif impornya telah nol. Thailand masih memiliki struktur
tarif impor yang tinggi dan beragam, hal ini mengindikasikan bahwa
Thailand masih sangat protektif terhadap pasar domestiknya. Kondisi
ini diikuti oleh Cambodia dan Vietnam. Secara bilateral, Cambodia dan
Lao PDR pun telah memiliki tarif impor nol. Indonesia termasuk yang
cukup liberal struktur tarif impornya.
(b) Simulasi liberalisasi penuh di ASEAN5 dan di keseluruhan ASEAN
memiliki dampak positif terhadap peningkatan volume perdagangan
Indonesia, baik ekspor maupun impor mengalami kenaikan. Namun
demikian persentase perubahan kenaikan impor lebih tinggi,
mengakibatkan dampak negatif dalam neraca perdagangan (trade
balance) Indonesia. Selain itu, term of trade Indonesia juga menurun.
(c) India cenderung lebih protektif dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN. Jumlah komoditas yang masih memiliki tarif di atas 10% untuk
impor India dari negara-negara ASEAN masih jauh lebih banyak
dibanding impor negara-negara ASEAN dari India. Komoditas yang
menonjol dilindungi oleh India ialah komoditas hasil pertanian dan
komoditas olahan pertanian, tercermin dari tarif impor yang relatif
tinggi. Sementara untuk komoditas produk industrial besaran tarifnya
relatif moderat. Posisi Indonesia relatif sudah terbuka terhadap India,
hanya beberapa produk yang memiliki tarif impor dari India di atas
10% yaitu: motor vehicles and parts, sugar, rice (paddy processed),
beverages and tobacco products, dan wearing apparels. Sementara
impor India dari Indonesia masih relatif tertutup.
-
11
(d) Simulasi liberalisasi penuh di ASEAN5-India atau pun keseluruhan
ASEAN-India memiliki dampak positif terhadap Indonesia untuk
semua indikator yaitu peningkatan volume perdagangan Indonesia
baik ekspor maupun impor, neraca perdagangan (trade balance), dan
term of trade. Walaupun secara prosentasi kenaikan impor lebih tinggi
dari kenaikan ekspor namun masih mampu menjaga dampak kenaikan
pada neraca perdagangan (trade balance). Kenaikan term of trade juga
relatif tinggi dibandingkan negara ASEAN5 lainnya kecuali Singapore.
Yang lebih penting ialah bahwa dampak positif bagi Indonesia secara
umum relatif lebih besar jika dibandingkan dengan dampak yang
dinikmati oleh negara ASEAN lainnya atau pun India.
(e) Japan cenderung lebih terbuka dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN, hanya beberapa komoditas dari negara-negara ASEAN yang
masih dikenakan tarif impor untuk melindungi komoditas domestik
Japan. Misalnya, Japan sangat melindungi komoditas domestik paddy
rice dan processed paddy dengan mengenakan tarif di atas 500% untuk
impor komoditas sejenis dari Thailand. Dengan Indonesia, Japan telah
relatif terbuka. Hal ini karena antara Japan dan Indonesia telah terjalin
hubungan dagang yang erat secara bilateral. Tinggal beberapa
komoditas yang dikenakan tarif impor di atas 10%, yaitu: dairy
products, cattle, sheep, goats and horses, sugar, vegetables, fruit and
nuts, dan leather products. Sebaliknya, Indonesia pun telah relatif
terbuka terhadap komoditas impor dari Japan. Beberapa komoditas
impor dari Japan yang dikenai tarif di atas 10% adalah: beverages and
tobacco products, motor vehicles and parts, wearing apparels, transport
equipment nec., dan wood products.
(f) Simulasi liberalisasi penuh di ASEAN5-Japan atau pun keseluruhan
ASEAN-Japan menunjukkan bahwa berpotensi meningkatkan volume
arus perdagangan baik ekspor maupun impor. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa dampak ke peningkatan volume ekspor dan
impor Indonesia cukup besar, terbesar kedua setelah Thailand untuk
-
12
liberalisasi di level ASEAN5-Japan. Ketika level liberalisasi diperluas di
keseluruhan negara ASEAN dan Japan, prosentasi kenaikan sedikit
mengalami kenaikan. Jika ditilik dari dampaknya ke neraca
perdagangan (trade balance) Indonesia maka didapati dampaknya
negatif. Hal ini karena prosentasi kenaikan impor jauh lebih tinggi dari
prosentasi kenaikan ekspor, sehingga secara nominal dampak ke
neraca perdagangan menjadi negatif. Secara umum memang dampak
skema FTA ini ke negara-negara ASEAN akan mengakibatkan
penurunan neraca perdagangan. Singapore ialah satu-satunya negara
ASEAN yang memperoleh dampak positif di neraca perdagangannya,
baik untuk simulasi di level ASEAN5-Japan maupun di level
keseluruhan ASEAN-Japan.
5. Dari forum Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan para stakeholder
baik dari sesama pengambil kebijakan maupun para pakar dan akademisi
dari berbagai kampus diperoleh beberapa informasi tambahan:
(a) Ekspor Indonesia masih dominan dari komoditas yang bersumber dari
alam (natural resources), bukan hasil inovasi atau industrialisasi.
Keunggulan ini boleh saja dipertahankan akan tetapi secara alamiah
akan berkurang.
Gambar-2: Perbedaan Struktur Ekspor: Ditentukan Daya Saing
-
13
Sumber: WDI (2011) diolah Saparini (2012)
(b) Struktur tarif Indonesia sudah relatif sangat terbuka jika dibandingkan
dengan beberapa negara mitra dagang Indonesia. Secara rata-rata,
tarif bea masuk Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan
dengan India, Vietnam, Japan, Thailand, dan China baik untuk produk
pertanian maupun untuk produk nonpertanian (Lihat Tabel-4).
Tabel-4: Tarif Bea Masuk Beberapa Negara (Saparini, 2012)
Kelompok Produk India Vietnam Japan Thailand China Indonesia
Produk hewan 31,6 20,1 13,9 30,5 14,7 4,4
Produk susu 33,8 21,9 169,3 22,6 12,0 5,5
Buah, sayur, tanaman 29,7 30,6 12,7 31,5 14,8 5,9
Kopi, teh 56,1 37,9 15,6 30,8 14,7 8,3
Sereal & preparat 30,8 27,4 72,0 21,1 23,9 6,1
Minyak biji, lemak, minyak 26,2 13,4 12,3 19,3 10,6 4,0
Gula dan permen 34,4 17,7 24,5 32,0 27,4 11,0
Katun 17,0 6,0 0 0 22,0 4,0
Minuman & tembakau 70,8 66,6 14,4 44,6 22,9 51,8
Produk pertanian lain 21,9 7,8 5,7 10,4 11,5 4,3
Rata2 produk pertanian 35,23 24,94 34,04 24,28 17,45 10,53
Ikan & produk ikan 29,6 30,9 5,5 13,5 10,7 5,8
Mineral & logam 7,4 10,2 1,0 6,2 7,5 6,6
Petroleum 9,0 17,5 0,6 5,4 4,5 0,5
Bahan kimia 7,9 5,2 2,2 3,3 6,6 5,3
Kayu, kertas, dll. 9,1 17,2 0,8 6,9 4,4 5,0
-
14
Textil 14,1 30,4 5,5 8,3 9,6 9,3
Pakaian 19,9 49,3 9,2 30,4 16 14,4
Kulit, alas kaki 10,1 19,0 12,9 12,1 13,4 9,0
Mesin non-listrik 7,1 5,4 0 4,4 7,8 2,3
Mesin listrik 6,9 12,8 0,2 7,9 8,0 5,8
Peralatan transportasi 14,8 22,2 0 21,0 11,5 11,6
Manufaktur, n,e.s. 8.8 15,2 1,2 10,6 11,9 6,9
Rata2 Produk non-pertanian 12,1 19,6 3,3 10,8 9,3 6,9
Total Rata2 23,1 22,2 18,0 17,3 13,2 8,6
(c) Dari hasil penelitian Modjo (2010) yang dikutip oleh Yustika (2012)
menunjukkan bahwa daya saing komoditas Indonesia yang cukup
tinggi dimiliki oleh komoditas yang berasal dari sumber daya alam,
seperti: CPO, Tin, Rubber, dan Coal. Sementara untuk komoditas hasil
pabrikasi masih menunjukkan daya saing yang rendah. Informasi ini di
satu sisi harus disyukuri karena kita memiliki kekayaan alam yang
berlimpah. Akan tetapi kekayaan alam ini terbatas dan nonrenewables
sehingga konsekuensinya perlu upaya untuk pemanfaatan yang baik
sekaligus melakukan upaya penemuan baru (inovasi) produk-produk
yang lebih sustainable sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dari sisi
perdagangan internasional
Tabel-5: Indonesia Revealed Comparative Advantages (RCAs)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Non-manufactured 2,03 2,09 2,30 2,33 2,07 2,25 2,32 2,39 2,57
Manufactured 0,74 0,73 0,70 0,67 0,73 0,64 0,62 0,60 0,55
Top Ten Commodities:
CPO 24,1 22,97 30,94 30,01 41,79 39,65 40,61 44,58 41,05
Tin 13,45 15,62 20,83 26,11 29,65 34,3 31,41 27,78 37,55
Rubber 9,11 9,14 11,00 13,27 17,22 14,48 17,55 18,64 18,61
Coal 6,65 7,47 8,14 9,03 9,21 9,50 12,20 12,81 10,48
Papers 2,43 2,34 2,48 2,36 2,42 2,30 2,49 2,53 2,56
TPT 2,20 2,26 2,03 1,99 2,21 2,05 2,03 1,90 1,81
Copper 1,19 1,43 1,76 2,39 2,08 2,26 1,82 2,51 1,87
Electrical Appliances 0,69 0,70 0,75 0,69 0,77 0,66 0,52 0,48 0,47
Chemical Products 0,56 0,52 0,50 0,52 0,58 0,49 0,48 0,53 0,47
Machinery & Mechanics 0,13 0,12 0,14 0,16 0,18 0,20 0,23 0,27 0,28
-
15
Sumber: Modjo (2010), dikutip dari presentasi Yustika (2012)
Tabel-6: Relatif RCAs
2008 Indonesia Malaysia Philippines Singapore Thailand China Rank Notes
CPO 41,05 26,55 8,18 0,34 1,09 0,05 1 Stable
Tin 37,55 7,92 0,95 6,77 4,94 0,07 1 Increasing
Rubber 18,61 5,34 0,45 0,50 16,79 0,09 1 Increasing
Coal 10,48 0,01 0,11 0 0,01 1,06 1 Increasing
Papers 2,56 0,31 0,28 0,22 0,63 0,40 1 Increasing
TPT 1,81 0,63 1,10 0,18 1,08 3,12 2 Stable
Copper 1,87 0,89 4,03 0,31 0,44 0,44 4 Stable
Electrical Appliances 0,47 1,87 3,99 2,64 1,61 2,27 6 Decreasing
Chemical Products 0,47 0,55 0,21 0,88 0,73 0,52 5 Stable
Machinery & Mechanics 0,28 0,23 0,32 0,52 0,86 0,63 6 Increasing
Sumber: Modjo (2010), dikutip dari presentasi Yustika (2012)
6. Beberapa saran studi lanjutan yang relevan yaitu:
(a) Rendahnya utilization rate, perlu dikaji lebih lanjut terkait faktor-
faktor penyebabnya secara pasti agar dapat direspon dengan
kebijakan yang tepat dan memadai.
(b) Perlu studi yang fokus mengkaji daya saing komoditas Indonesia
secara detail, penyebab dan potensi peningkatannya. Informasi
tentang daya saing ini penting untuk menentukan posisi dan daya
tawar Indonesia dalam perundingan perdagangan di internasional
fora.
(c) Perlu dilakukan kajian simulasi dampak untuk beberapa skema FTA
yang sedang dalam proses negosiasi (ex-ante impact analysis) untuk
member informasi awal tentang potensi dampak FTA tersebut
terhadap Indonesia. Misalnya: ASEAN-EU FTA, Indonesia-Turki FTA.
-
16
2222 Latar Belakang Kajian 2013
Isu tentang perdagangan internasional merupakan salah satu isu yang tidak
hanya menarik tetapi juga rumit. Menarik karena memiliki magnitude dampak
yang besar bagi perekonomian suatu negara. Rumit karena kebijakannya tidak
hanya melibatkan satu negara tetapi multi-negara. Bahkan rumitnya bisa
disamakan dengan noddle bowl semangkok mie atau spaghetti untuk
menggambarkan overlapping antarperjanjian liberalisasi perdagangan
antarnegara (Kawai & Wignaraja, 2009; Baldwin, 2013a).
Dalam dekade terakhir, telah terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam
proses liberalisasi perdagangan khususnya di wilayah Asia Pasifik. Ikhtisar
data-data berikut bisa digunakan untuk menggambarkannya (ADB, 2013b):
1. Terdapat 109 FTA yang setidaknya melibatkan satu negara dalam wilayah
Asia Pasifik yang berhasil diratifikasi per Januari 2013. Jumlah ini lebih
dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan yang terjadi pada 2002. Selain
itu, masih terdapat 148 FTA yang masih dalam berbagai tahap persiapan.
-
17
2. Sebanyak dua per empat dari total FTA tersebut, 189 dari 257 (ratifikasi
dan persiapan), merupakan perjanjian bilateral; hanya 68 yang plurilateral
(melibatkan lebih dari dua negara).
3. Terjadi peningkatan enam kali lipat, dari 27 pada 2002 menjadi 179 pada
Januari 2013, jumlah FTA yang melibatkan 10 negara anggota ASEAN dan
mitra dagangnya, Australia, China, India, Japan, South Korea, dan New
Zealand.
4. ASEAN sedang dalam tahap negosiasi dengan 6 negara mitra untuk
membentuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Ini
akan memiliki potensi pasar sebesar 3,4 miliar penduduk dunia dengan
nilai 30% dari GDP dunia (USD21,4 triliun).
5. Saat ini, ASEAN+6 setara dengan 70% dari total FTA di Asia.
Melihat fakta-fakta tersebut di atas maka diperlukan suatu pemahaman yang
baik terhadap dinamika perdagangan internasional yang sedang berkembang
saat ini, sehingga suatu negara mampu merespon dengan baik perkembangan
yang ada dan dapat berinteraksi dalam lingkungan global dengan potensi
risiko atau keuntungan yang terukur.
Para penggambil kebijakan dan negosiator dalam fora perdagangan
internasional perlu mendapatkan bekalan yang cukup sebagai dasar dalam
menentukan posisi Indonesia dalam berbagai perundingan liberalisasi
perdagangan dunia. Hasil kajian di bidang ini menjadi salah satu bahan
masukan yang penting bagi mereka.
Pada tahun 2012 telah dilakukan kajian mengenai FTA dan EPA serta
pengaruhnya terhadap arus perdagangan dan investasi sebagaimana hasilnya
telah diikhtisarkan dalam bagian pertama laporan ini. Namun dari berbagai
temuan saat itu dirasa perlu untuk melakukan kajian lanjutan atas beberapa
temuan yang perlu didalami dan beberapa isu yang perlu dilakukan
pembahasan. Oleh karena itu pada tahun 2013 ini dilakukan kajian lanjutan
dengan fokus tujuan kajian sebagai berikut:
-
18
1. Melakukan evaluasi atas potensi dampak perjanjian perdagangan
internasional (FTA/EPA) antara Indonesia dan negara ASEAN lainnya
dengan negara-negara di kawasan Eropa (EU);
2. Melakukan evaluasi atas potensi dampak perjanjian perdagangan
internasional (FTA/EPA) antara Indonesia dengan Turki; dan
3. Melakukan evaluasi atas daya saing komoditas Indonesia di pasar
internasional.
Namun demikian, untuk melengkapi konteks dalam pembahasan dan diskusi
tujuan kajian tersebut di atas, ada beberapa isu tambahan yang dibahas dalam
laporan ini, yaitu: (1) update perkembangan kinerja perdagangan Indonesia;
(2) evaluasi atas perkembangan liberalisasi tarif bea masuk di Indonesia; (3)
upaya-upaya Indonesia untuk memperluas target ekspor ke negara-negara
tujuan ekspor nontradisional; dan (4) beberapa isu terkini dalam kerangka
teori perdagangan internasional.
Laporan kajian ini disusun dalam susunan rangkaian bab-bab penyajian
sebagai berikut: (1) Ikhtisar Hasil Kajian 2012; (2) Latar Belakang Kajian
2013; (3) Perkembangan Isu Perdagangan Internasional dan Kinerja
Indonesia; (4) Analisis Dampak ASEAN - EU Free Trade Area; (5) Analisis
Dampak Indonesia (ASEAN) - Turkey Free Trade Area; (6) Analisis Daya Saing
Komoditas Pertanian Indonesia; dan (7) Catatan Akhir.
-
19
3333 Perkembangan Isu Perdagangan
Internasional dan Kinerja Indonesia
Indonesia saat ini telah terlibat dalam berbagai skema kerja sama
perdagangan internasional, baik dalam posisinya sebagai negara anggota
ASEAN atau pun dalam skema sebagai negara mandiri. Skema kerja sama
perdagangan internasional ini dilakukan baik dalam kerja sama regional atau
pun bilateral. Perjanjian kerja sama perdagangan internasional yang Indonesia
telah meratifikasinya adalah: ASEAN FTA, ASEAN Korea FTA, ASEAN India
FTA, ASEAN Australia New Zealand FTA, dan ASEAN China FTA, serta kerja
sama bilateral dalam bentuk EPA dengan Japan (IJEPA).
Selain skema perjanjian kerja sama dalam bidang perdagangan internasional
tersebut, saat ini juga Indonesia sedang dalam proses persiapan dengan
beberapa skema kerja sama perdagangan internasional yang lainnya. Tabel-7
-
20
menggambarkan jenis skema kerja sama tersebut serta tahap
perkembangannnya.
Tabel-7: Perkembangan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia
No. Skema kerja sama Tahap Perkembangan
1
Indonesia European Free Trade Association (EFTA)
Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE -
CEPA)
The 3rd round of negotiations
2 Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA) Consultation pre negotiation
3 Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation
Agreement (II-CECA) Launching of negotiation
4 Indonesia - Pakistan Preferential Trade Agreement The 6th round of negotiation
5 Indonesia - Iran Preferential Trade Agreement The 1st round of negotiation
6 Indonesia - Chile Conclusion of Joint Study Group (JSG)
7 Indonesia - Turkey Conclusion of JSG
8 Comprehensive Economic Partnership Agreement
(CEPA) Indonesia - Uni Eropa Rekomendasi pembentukan
9 Indonesia - Tunisia Ongoing of JSG
10 Indonesia Mesir Establishment of JSG
11 Indonesia - Korea Selatan The 3rd round of negotiation
Sumber: www.ditjenkpi.kemendag.go.id diakses 17 Oktober 2013
Kalau kita amati dari Tabel-7 tersebut maka skema kerja sama yang ada
terlihat lebih menonjol dalam bentuk skema kerja sama bilateral. Yaitu skema
kerja sama antara dua negara, Indonesia dan negara mitra, seperti: Pakistan,
Iran, Chile, Turkey, Tunisia, Mesir, dan Korea Selatan. Sisanya, merupakan
skema Comprehensive Economic Partnership/Cooperation Agreement
(CEPA/CECA). Yaitu skema kerja sama ekonomi yang lebih luas dari hanya
sekedar isu perdagangan semata, CEPA/CECA biasanya memiliki rancangan
yang saling terhubung membentuk segitiga, yang terdiri dari: akses pasar,
pengembangan kapasitas dan fasilitasi perdagangan dan investasi; baik itu
dilakukan secara bilateral, seperti dilakukan dengan Australia dan India,
-
21
maupun dilakukan dengan blok kerja sama ekonomi, seperti dengan European
Free Trade Association (EFTA) dan Uni Eropa.
Gambar-3 memberikan gambaran peta skema kerja sama liberalisasi
perdagangan di dunia. Kondisi seperti gambar tersebut menunjukkan adanya
peningkatan antusiasme penurunan tariff dan hambatan perdagangan dunia
pada pertengahan tahun 1980-an dan mengalami percepatan pada tahun
1990-an. Terutama hal ini terjadi karena adanya liberalisasi di negara-negara
yang sedang berkembang dan terjadinya blok-blok perdagangan dunia.
Penurunan tarif yang cukup dominan terutama terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang Asia Selatan. Fenomena ini disebut oleh Baldwin (2012,
2013b) sebagai fenomena 2nd unbundling yaitu negara-negara membuka diri
untuk meningkatkan perdagangan dan investasi terutama untuk aliran bahan
baku bagi industrialisasinya. Sebagai akibat revolusi di bidang Information and
Communication Technology (ICT) maka banyak negara mau membuka diri bagi
pasar asing agar ikut menikmati berkah industrialisasi di bidang ini. Jargon
ekonomi politiknya dalam proses liberalisasi ini ialah Ill open my market if
you open yours atau berkembang menjadi Ill open my borders and adopt pro-
nexus reforms to attract factories and jobs untuk menarik investasi.
Gambar-3: Peta Skema Kerja sama Perdagangan Dunia
-
22
expanding to Eastern Europe
expanding to Latin America
NAFTA
Population: 445 million
GDP: US$15.857 trillion EU
Population: 491 million
GDP: US$ 14.38 trillion
CHINA
Population: 1.330 billion
GDP PPP: US$ 6.991 trillion
JAPAN
Population: 127 million
GDP PPP: US$ 4.29 trillion
ASEAN
Population: 575.5 million
GDP: US$ 3.431 billion
FTA Canada Chile 1997
FTA : Chile Mexico 1999
FTA : USA Chile 2004
FTA : USA Singapore 2004
FTA : USA Australia 2005
FTA : Mexico Japan 2005
FTA : Chile Brunei NZ
Singapore 2006
MERCOSURArgentina, Brazil,
Paraguay, Uruguay
FTAA(by 2005)
under negotiation
NAFTAU.S.A.,
Canada,
Mexico
SAPTABangladesh, Bhutan, India,
Maldives, Nepal, Pakistan, Sri
Lanka
China - ASEAN FTA
ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
Japan-Korea FTA(under negotiation)
Japan-Mexico EPA(signed agreement)
Japans Bilaterals:
Japan-Singapore EPA
Japan-Philippines EPA
Japan-Thailand EPA Japan-Malaysia EPA
Japan-Indonesia EPA
AFTAIndonesia, Malaysia, Philippines,
Singapore, Thailand, Brunei, Vietnam,
Laos, Myanmar, Cambodia
India - ASEAN FTA
EU-MEXICO FTA
EU25 countries
ACP-EUCountries in Africa and the
Caribbean
(approx. 70 countries)
Japan-MexicoEPA
(signed agreement)
Japan-Korea-China FTA (under negotiation)
Australia-New Zealand-ASEAN FTA
Korea - ASEAN FTA
Sumber: Kemendag (2013)
Kata kunci dari berbagai FTA tersebut adalah akses pasar (market access) bagi
komoditas hasil industrialisasinya. Namun harus disadari bahwa dalam proses
ini terkandung dua hal sekaligus: oportunitas dan tantangan. Dengan pasar
yang semakin terbuka maka setiap negara memiliki peluang untuk
memasarkan komoditasnya di pasar internasional. Namun di sisi lain, mereka
juga harus berhadapan dengan kompetisi dengan negara-negara yang
memiliki komuditas yang sama atau substitutif. Sudah barang tentu, ketika
hambatan perdagangan dapat dieliminasi maka nilai perdagangan juga akan
semakin meningkat, kesejahteraan konsumen juga akan semakin meningkat.
ASEAN sebagai salah satu blok perdagangan internasional menjadi salah satu
target pasar yang menarik. Selain karena dihuni oleh jumlah populasi yang
besar, sekitar 600 juta manusia pada tahun 2012 atau setara 9% populasi
dunia, juga dihuni oleh negara-negara yang secara ekonomi sedang
berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi. Produk
Domestik Bruto (PDB) keseluruhan negara-negara ASEAN pada tahun 2012
tercatat sebesar USD2,3 triliun dan diestimasi akan menjadi sebesar USD4,7
triliun pada tahun 2020. Nilai perdagangan di negara-negara ASEAN ini pada
-
23
tahun 2012 diperkirakan mencapai sebesar USD2,4 triliun. Gambar-4
mengilustrasikan ASEAN dan hubungan kerja sama internasionalnya di dunia.
Gambar-4: ASEAN dan Lingkungan Strategisnya
Sumber: Kemendag (2013)
Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN secara ekonomi, menjadi pioneer
dalam berbagai kesepakatan dagang yang melibatkan ASEAN. Sehingga
perkembangan liberalisasi perdagangan intra-ASEAN atau pun ASEAN dengan
mitra dagang lainnya hampir selalu mempengaruhi (dipengaruhi) oleh
kebijakan perdagangan Indonesia. Ratifikasi AFTA pada tahun 2002 dan
Indonesia pun ikut sejak tahun ini, serta diikuti dengan berbagai skema FTA
lainnya, seperti: ACFTA (2004), AKFTA (2007), AIFTA (2010) dan sebagainya
(lihat kembali Tabel-1) maka berdampak kepada peningkatan nilai ekspor
Indonesia kepada negara-negara mitra FTA yang lebih tinggi dibandingkan
dengan peningkatan ekspor Indonesia ke negara-negara non-mitra FTA
(Gambar-5).
Gambar-5: Perkembangan Ekspor Indonesia ke Dunia 1996-2012
-
24
25.8 28.0 23.6 24.9
33.5 29.5 30.3 34.2 40.6
50.5
59.6
68.1
82.8
70.3
97.3
128.5 121.2
22.7 25.4 25.3
23.7 28.6 26.8 26.9 26.9
31.0 35.2
41.2 46.0
54.2
46.2
60.5
75.0 68.9
-
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
USD MiliarNEGARA-NEGARA MITRA FTA NEGARA-NEGARA MITRA NON FTA
MITRA FTA
52.71%
MITRA NON
FTA
47.29%
Struktur Total Ekspor, 1996-2003
MITRA FTA
61.08%
MITRA NON
FTA
38.92%
Struktur Total Ekspor, 2004-2012
Sumber: Kemendag (2013)
Pasca FTA, yaitu tahun 2004-2012, ekspor Indonesia ke negara mitra FTA2
meningkat lebih cepat yaitu dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan
sebesar 14,6%. Angka pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi sebelum FTA, tahun 1996-2003, yang hanya tumbuh sebesar 4,0%.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor ke negara non-mitra FTA pada tahun
2004-2012 rata-rata hanya sebesar 11,5%.
Tidak hanya pertumbuhan ekspor Indonesia yang relatif tinggi, pertumbuhan
impornya pun juga tinggi. Tabel-8 menggambarkan terjadinya peningkatan
ekspor baik di komoditas Oil & Gas dan juga komoditas Non-Oil & Gas, dengan
trend pertumbuhan ekspor rata-rata selama 2008-2012 sebesar 12,88%.
Sementara itu, impor tumbuh lebih cepat dengan rata-rata pertumbuhan
selama 2008-2012 sebesar 14,97%. Peningkatan impor pun terjadi untuk
komoditas Oil & Gas atau pun komoditas Non-Oil & Gas.
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan pertumbuhan impor yang tinggi.
Tidak hanya karena adanya liberalisasi perdagangan, namun juga daya beli
2 Negara mitra FTA Indonesia adalah negara ASEAN lainnya, China, Korea Selatan, Jepang, India,
Australia dan Selandia Baru
-
25
domestic yang meningkat karena adanya pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi dalam 10 tahun terakhir. Imbasnya, neraca perdagangan Indonesia pada
tahun 2012 mengalami deficit.
Tabel-8: Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia (Juta USD)
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Trend (%)
2008-2012
Jan-Oct* Change (%)
2013/2012 2012 2013
Export 137.020,4 116.510,0 157.779,1 203.496,6 190.020,1 12,88 158.309,4 149.664,0 -5,46
- Oil & Gas 29.126,3 19.018,3 28.039,6 41.477,0 36.977,3 13,39 31.293,3 26.470,0 -15,41
- Non Oil & Gas 107.894,2 97.491,7 129.739,5 162.019,6 153.042,8 12,83 127.016,1 123.194,0 -3,01
Import 129.197,3 96.829,2 135.663,3 177.435,6 191.689,5 14,97 159.172,5 156.024,0 -1,98
- Oil & Gas 30.552,9 18.980,7 27.412,7 40.701,5 42.564,2 15,33 34.780,2 37.105,9 6,69
- Non Oil & Gas 98.644,4 77.848,5 108.250,6 136.734,0 149.125,3 14,91 124.392,3 118.918,1 -4,40
Total 266.217,7 213.339,3 293.442,4 380.932,2 381.709,6 13,89 317.481,9 305.688,0 -3,71
- Oil & Gas 59.679,2 37.999,0 55.452,3 82.178,6 79.541,4 14,41 66.073,5 63.575,9 -3,78
- Non Oil & Gas 206.538,6 175.340,2 237.990,1 298.753,6 302.168,1 13,81 251.408,4 242.112,1 -3,70
Balance 7.823,1 19.680,8 22.115,8 26.061,1 -1.669,4 0,00 -863,1 -6.360,0 636,89
- Oil & Gas -1.426,6 37,6 626,9 775,5 -5.586,9 0,00 -3.486,9 -10.635,9 205,02
- Non Oil & Gas 9.249,7 19.643,2 21.488,9 25.285,5 3.917,6 -13,63 2.623,8 4.275,9 62,96
Sumber: http://www.kemendag.go.id, diakses 10 Desember 2013
Neraca perdagangan yang defisit sebetulnya tidak menjadi terlalu masalah
ketika hal ini merupakan fenomena sesaat/temporer. Apalagi kalau hal ini
terjadi sebagai akibat fluktuasi harga komoditas yang sifatnya temporer. Hal
ini akan menjadi masalah ketika berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sementara cadangan devisa Indonesia tidak terlalu tinggi.
Namun demikian, tentu defisit neraca perdagangan menjadi lampu indicator
yang perlu dicermati dan dikupas factor-faktor penyebabnya. Adakah
kebijakan yang salah, yang memicu terjadinya fenomena ini. Sangat boleh jadi
fenomena ini merupakan hasil akhir dari dampak yang lama atas kebijakan
yang tidak tepat, baik itu kebijakan dalam bidang industri atau pun dalam
bidang perdagangan internasional.
-
26
-
27
4444 Analisis Dampak ASEAN - EU
Free Trade Area
Pendahuluan
Indonesia merupakan kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN. Indonesia telah
menggapai kemajuan yang sangat besar dalam pembangunan ekonominya
selama tiga dekade terakhir. Meskipun dihantam keras oleh krisis ekonomi
Asia pada tahun 1997, Indonesia berhasil pulih dan menunjukkan rekor
pertumbuhan ekonomi yang positif pada dua dekade berikutnya. Tidak hanya
itu, Indonesia juga terletak di kawasan Asia Tenggara, suatu kawasan yang
dihuni oleh negara-negara ASEAN, negara-negara yang sedang mengalami
pertumbuhan ekonomi yang pesat dan terbukti resilien terhadap goncangan
krisis ekonomi dunia.
Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonominya, dalam konteks kerja
sama perdagangan internasional Indonesia perlu mencapai tingkat
-
28
pertumbuhan ekspor dan tingkat investasi yang tinggi. Dalam perdagangan
dunia, Indonesia sangat kompetitif dalam produk-produk primer dan
beberapa komoditas manufaktur.
Sementara itu, Uni Eropa merupakan blok perdagangan terbesar di seluruh
dunia. UE mengekspor barang dan jasa senilai USD2,5 triliun pada tahun 2010,
setara dengan 16% dari PDB Uni Eropa. Aktivitas ekspor ini termasuk ekspor
barang senilai USD1.814,6 milyar, ekspor dalam jasa komersial senilai
USD699,6 milyar. Total impor Uni Eropa berjumlah sebesar USD2,5 triliun
pada tahun 2010, dimana USD1.974,1 milyar dalam bentuk barang, USD602,1
milyar dalam jasa komersial (Kemendag, 2011).
Selain itu, Uni Eropa merupakan sumber investasi terbesar di dunia. Sebaran
posisi (stock) investasi (Foreign Direct Investment/FDI) negara-negara Uni
Eropa (EU-27) ke seluruh pelosok dunia ialah sebagaimana tertuang dalam
Gambar-6. Posisi akhir tahun 2011, porsi investasi tertinggi mengalir ke
negara-negara Amerika Utara (33%), kemudian diikuti oleh negara-negara di
kawasan Eropa yang bukan anggota Uni Eropa (23%), dan negara-negara Asia
(13%).
Gambar-6: Posisi Stock Penempatan FDI dari Uni Eropa (akhir 2011)
-
29
Sumber: http://epp.eurostat.ec.europa.eu/
Namun, meskipun Uni Eropa merupakan sumber terbesar investasi di dunia,
hanya 1,6% dari investasi UE di Asia ada di Indonesia. Meskipun jumlah
penduduk Indonesia merupakan 45% dari seluruh negara ASEAN, Indonesia
hanya menerima 10% dari FDI yang ditujukan untuk ASEAN dan hanya 7%
dari investasi Uni Eropa di ASEAN ditanamkan di Indonesia. Perusahaan-
perusahaan Uni Eropa lebih memilih investasi di negara-negara ASEAN
lainnya terutama karena perdagangan dan iklim investasi yang lebih baik,
pembatasan yang lebih sedikit pada investasi asing dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang bahkan lebih cepat (Kemendag, 2011, h. 63). Oleh karenanya
Indonesia memiliki kepentingan yang cukup besar dengan pengembangan
skema kerja sama kemitraan ASEAN dengan Uni Eropa.
Sebetulnya negara-negara Uni Eropa dan negara-negara Asia Tenggara telah
memiliki sejarah hubungan kerja sama yang panjang. Hal ini bisa dibaca
dengan jelas dalam sejarah pengembaraan negara-negara Eropa, seperti:
Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda dalam pencarian sumber rempah-
rempah ke kawasan Asia sebagai komoditas perdagangan dunia.
Hubungan kerja sama perdagangan kedua kawasan ini tertanggu dalam
periode Perang Dunia I II. Setelah Perang Dunia II, negara-negara di kawasan
Eropa berkonsentrasi dalam merestorasi negaranya pasca peperangan.
Sementara di Asia Tenggara diwarnai dengan kemunculan era pembentukan
suatu negara (Chandra et al., 2010).
Kesempatan untuk merangkai kembali hubungan kerja sama kedua kawasan
muncul ketika negara-negara di Asia Tenggara bersepakat untuk membentuk
ASEAN pada tahun 1967. Berikutnya, pada tahun 1972 keduanya membangun
hubungan informal dan menjadikan Komunitas Eropa (European Community)
sebagai partner eksternal ASEAN yang pertama.
Selama kurang lebih tiga dekade berikutnya hubungan kedua pihak
berkembang sedemikian pesat. Pengaruh Eropa pasca penandatanganan
Maastricht Treaty pada 1992 semakin besar terhadap ASEAN. Pada tahun
-
30
1996, the AsiaEurope Meeting (ASEM) terbentuk. Keanggotaannya terdiri
atas 15 negara Uni Eropa, Komisi Eropa, tujuh negara anggota ASEAN, China,
Japan, dan Korea Selatan. Keterlibatan China, Japan, dan Korea Selatan
menambah bobot forum ASEM.
Namun kemudian, jalinan hubungan ASEAN Uni Eropa sedikit diwarnai
ketegangan terkait dengan isu-isu: Myanmar, hak asasi manusia, dan
demokrasi. Namun demikian, dalam dekade terakhir berbagai isu ini dapat
dilewati. Peran ASEAN yang konstruktif dalam berbagai forum regional serta
keinginan Uni Eropa untuk lebih dekat berhubungan dengan raksasa ekonomi
di Asia, seperti China dan Indonesia membuat posisi ASEAN sebagai pilar
kebijakan Uni Eropa di Asia semakin menguat. Kondisi ini melahirkan
komunikasi konstruktif ASEAN Uni Eropa untuk membentuk ASEAN Uni
Europe Free Trade Area (AEUFTA) kembali bergulir. Namun, lagi-lagi proses
ini harus terpending karena hantaman krisis keuangan global melanda dunia
dengan episentrum di kawasan Eropa. Walau pun kondisi ini tidak
menghilangkan nilai penting hubungan keduanya tetapi pasti menunda proses
dan intensitas komunikasi antarkeduanya.
Komisi Eropa berpeluang untuk menggunakan kerja sama perdagangan
dengan ASEAN, sebagai wilayah yang masih tumbuh pesat perekonomiannya,
untuk membantu keluar dari krisis saat ini dan untuk menciptakan lingkungan
yang tepat untuk perekonomian Uni Eropa yang kuat. Sementara, bagi negara-
negara ASEAN kerja sama dengan Uni Eropa akan memperlancar hubungan
dagang dan utamanya investasi.
Bagi Indonesia, secara khusus, hubungan kerja sama dengan Uni Eropa
memiliki beberapa nilai strategis, diantaranya:
a. Uni Eropa ialah investor terbesar kedua Indonesia. Alasan terbesar atas
hubungan kerja sama dengan Uni Eropa terletak pada kecenderungan yang
lebih besar bagi perusahaan perusahaan Uni Eropa untuk berinvestasi di
Indonesia, dan bukan hanya untuk melakukan perdagangan saja. Investasi
ini penting bukan hanya dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan
-
31
peningkatan kemakmuran, akan tetapi juga termasuk dalam proses alih
teknologi dalam berbagai bidang.
b. Uni Eropa ialah pasar ekspor kedua terbesar Indonesia dan diprediksi akan
terus meningkat seiring dengan naiknya posisi perusahaan Indonesia pada
rantai-nilai (global value chain/GVC) hubungan kerja sama ekonomi
dengan Uni Eropa.
c. Uni Eropa juga memiliki perhatian dan dukungan yang tinggi atas beberapa
isu pembangunan di Indonesia, diantara terkait isu perubahan iklim,
penanganan pasca bencana dan berbagai program pengembangan
kapasitas (capacity building).
Bagian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi atas potensi dampak
perjanjian perdagangan internasional (FTA/EPA) antara Indonesia dan negara
ASEAN lainnya dengan negara-negara di kawasan Eropa (EU).
Sebelumnya akan diberikan gambaran lebih dulu dalam bentuk analisis
deskriptif posisi perdagangan ASEAN EU. Kemudian akan disajikan gambaran
ringkas model yang akan digunakan sebagai alat analisis, database yang
digunakan, dan fitur utama model serta beberapa asumsi yang digunakan.
Bagian berikutnya akan menganalisis hasil simulasi yang dilakukan untuk
merepresentasikan potensi dampak liberalisasi perdagangan antara ASEAN
dengan Uni Eropa.
Analisis Posisi Perdagangan ASEAN - EU
Berikut ini disajikan data-data mengenai posisi perdagangan ASEAN dengan
Uni Eropa. Gambar-7 menunjukkan perkembangan perdagangan Uni Eropa
dengan ASEAN. Sebagaimana terlihat bahwa dalam periode krisis keuangan
global tahun 2008, perkembangan perdagangan mengalami pertumbuhan
negatif. Begitu pun pada tahun 2009, baik untuk ekspor maupun impor.
Impor Uni Eropa dari ASEAN pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar
-1,1%. Penurunan ini semakin membesar pada tahun 2009 yaitu sebesar -
-
32
14,8%. Mulai tahun 2010, kembali mengalami pertumbuhan positif bahkan
pertumbuhan tahun 2010 tercatat lumayan besar yaitu 28%. Tahun 2011 dan
2012 pun tumbuh positif, masing-masing sebesar 9,4% dan 4,7%.
Gambar-7: Perkembangan Perdagangan Uni Eropa dengan ASEAN
Sumber: Directorate General for Trade of the European Commission (DGTEC),
diakses Juli 2013
Dari sisi ekspor, pada tahun 2008 ekspor Uni Eropa ke ASEAN masih tumbuh
positif sebesar 5,9%. Ini artinya ada dua kemungkinan bahwa krisis pada
tahun 2008 di Uni Eropa belum berdampak kepada sisi supply, kemampuan
produktif Uni Eropa atau belum berdampak kepada negara-negara ASEAN.
Namun pada tahun 2009, pertumbuhan ekspor Uni Eropa ke ASEAN sudah
negatif, -10,9%. Tidak bertahan lama, ekspor Uni Eropa ke ASEAN sudah
kembali tumbuh positif pada tahun 2010, sebesar 23,2%. Dua tahun
berikutnya mampu tumbuh sebesar 11,9% dan 17,6%.
Perlu dicatat bahwa andil impor Uni Eropa dari ASEAN hanya sebesar kurang
lebih 5,5% dari total impor Uni Eropa. Sedangkan ekspor Uni Eropa ke ASEAN
hanya sekitar 4,8% dari total ekspor Uni Eropa. Tercatat bahwa Uni Eropa
-
33
mengalami defisit neraca perdagangan dengan ASEAN sepanjang tahun 2008-
2012.
Gambar-8 menunjukkan perkembangan data perdagangan ASEAN - Uni Eropa
dari sisi ASEAN. Impor ASEAN dari negara-negara Uni Eropa mencapai sekitar
10% dari total impornya. Nilai ini mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, 7,9% pada tahun 2008, 20,2% pada 2010 dan 15,5% pada 2011.
Sementara pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 11%. Dari sisi
ekspor, nilai ekspor ASEAN ke Uni Eropa mencapai lebih dari 11% dari total
ekspornya. Angka ekspor pun mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi,
30,8% pada 2010 dan 8,6% pada 2011. Sementara pada saat krisis 2008-2009
mengalami penurunan sebesar -0,2% dan -15,9%.
Gambar-8: Perkembangan Perdagangan ASEAN dengan Uni Eropa
Sumber: DGTEC, diakses Juli 2013
Dari sisi nilai perdagangan, baik ekspor dan impor, sebetulnya posisi ASEAN di
Uni Eropa belum terlalu besar. ASEAN belum menjadi mitra dagang utama Uni
Eropa. Nilai perdagangan dengan ASEAN masih relative kecil baik dari sisi
impor maupun ekspor, hanya menempati porsi sekitar 5% dari total
impor/ekspor Uni Eropa, sebagaimana terlihat dalam Gambar-9 berikut ini.
-
34
Gambar-9: Mitra Dagang Utama Uni Eropa 2012
Sumber: DGTEC, diakses Juli 2013
Dari sisi ASEAN, perdagangan dengan Uni Eropa memiliki nilai yang lumayan
besar. Tabel-9 memberikan data perkembangan ekspor-impor ASEAN dengan
negara-negara mitra dagang ASEAN. Terlihat bahwa ASEAN melakukan
perdagangan intra-ASEAN dengan proporsi yang tertinggi, yaitu 23,7% dari
total ekspor dan 26,5% dari total impor pada tahun 2011. Uni Eropa (EU-27)
merupakan mitra dagang utama ASEAN setelah China dan Japan. Total
perdagangan (ekspor dan impor) ASEAN dengan Uni Eropa masih lebih tinggi
dibandingkan dengan Amerika Serikat (USA).
Tabel-9: Mitra Dagang ASEAN (miliar USD)
Ekspor ke- Impor dari-
2008 2009 2010 2011 2011
(%) 2008 2009 2010 2011
2011
(%)
Intra-ASEAN 250 199.6 270.7 294.5 23.7 220.1 176.6 245 303.7 26.5
Australia 34.4 29.0 35.3 39.9 3.2 18.2 14.8 19.7 19.6 1.7
Canada 5.5 5.5 5.2 5.1 0.4 5.1 3.5 4.6 5.6 0.5
China 87.6 81.6 113.5 145.7 11.7 109.3 96.6 117.7 134.7 11.8
EU-27 116.2 93.0 115.1 124.6 10.0 92.1 78.8 92.7 110.2 9.6
India 30.9 26.5 36.1 42.2 3.4 17.9 12.6 19.3 26.2 2.3
Japan 105.9 78.1 103.1 147.4 11.9 108.5 82.8 100.8 125.9 11.0
Korea 36.5 34.3 45.1 58.9 4.7 41.7 40.4 53.1 65.6 5.7
New Zealand 4.5 3.1 4.3 4.5 0.4 3.3 2.2 3.0 3.7 0.3
Pakistan 4.5 3.8 5.1 5.5 0.4 0.5 0.5 1.1 1.2 0.1
Russia 2.7 1.7 2.6 6.8 0.5 7.1 5.1 6.1 7.2 0.6
USA 103.2 82.2 100.5 96.4 7.8 83.1 67.4 85.6 102.4 8.9
Rest of the World 195.6 172.1 238.3 271.9 21.9 212.7 145 215.3 238.9 20.9
Total 977.5 810.5 1,074.9 1,243.4 100.0 919.6 726.3 964.0 1,144.9 100.0
Sumber: ASEAN Sekretariat
-
35
Gambar-10 dan Gambar-11 menyajikan jenis komoditas yang diperdagangkan
antara ASEAN dengan Uni Eropa dengan klasifikasi Standard International
Trade Classification (SITC). Terlihat bahwa perdagangan ekspor Uni Eropa ke
ASEAN (Gambar-10) didominasi oleh komoditas hasil manufaktur, seperti:
machinery and transport equipment (SITC-7), chemical and related prod, n.e.s.
(SITC-5), manufactured goods classified chiefly by material (SITC-6), dan
miscellaneous manufactured articles (SITC-8). Total keempat komoditas ini
sudah mencapai 82,7% dari total ekspor Uni Eropa ke ASEAN.
Gambar-10: Komoditas Ekspor Uni Eropa ke ASEAN 2012
Sumber: DGTEC, diakses Juli 2013
Sementara, komoditas impor Uni Eropa dari ASEAN adalah sebagaimana
dalam Gambar-11. Impor Uni Eropa dari ASEAN didominasi juga oleh produk
manufaktur yang sama dengan komoditas ekspornya, yaitu: machinery and
transport equipment (SITC-7), miscellaneous manufactured articles (SITC-8),
dan chemical and related prod, n.e.s. (SITC-5). Ketiga komoditas ini mencapai
porsi 74,5% dari total impor Uni Eropa dari ASEAN. Di samping itu, Uni Eropa
juga mengimpor dari ASEAN komoditas food and live animals (SITC-0) dalam
jumlah yang cukup besar, yaitu dengan proporsi setara 7,4% dari total
impornya.
-
36
Gambar-11: Komoditas Impor Uni Eropa dari ASEAN 2012
Sumber: DGTEC, diakses Juli 2013
Lebih detail, Gambar-12 mengilustrasikan nilai perdagangan Uni Eropa
dengan Negara-negara ASEAN pada tahun 2010 dalam juta EUR. Singapore
merupakan negara ASEAN yang memiliki nilai perdagangan yang tertinggi
dengan Uni Eropa, walau pun Singapore mengalami defisit neraca
perdagangan (kata lain bahwa Uni Eropa mengalami surplus neraca
perdagangan dengan Singapore).
Gambar-12: Perdagangan EU dengan negara ASEAN 2010 (EUR million)
Sumber: Eurostat, diakses 7 November 2013
-
37
Sementara Indonesia berada dalam peringkat ke-4 setelah Malaysia dan
Thailand. Hampir semua negara ASEAN mengalami surplus neraca
perdagangan dengan Uni Eropa, kecuali Singapore dan Brunei Darussalam.
Namun demikian nilai perdagangan lebih didominasi oleh Negara ASEAN-6,
sementara nilai perdagangan negara sisanya, yaitu: Cambodia, Laos, Brunei,
dan Myanmar relatif sangat kecil.
Dalam Tabel-10 dan Tabel-11 disajikan lebih detail tabel silang jenis
komoditas dan nilai perdagangan (ekspor dan impor) Uni Eropa dengan setiap
negara di ASEAN secara individual atau pun secara keseluruhan. Dengan
kedua tabel ini, terlihat nilai kepentingan setiap negara ASEAN terhadap Uni
Eropa dalam hal isu hubungan kerja sama perdagangan. Misalnya, dalam
hubungan Uni Eropa dengan Indonesia maka terlihat bahwa Indonesia
berkepentingan atas impor komoditas machinery and transport equipment
(SITC-7) dan chemicals and related products, n.e.s. (SITC-5) dari Uni Eropa
(ekspor Uni Eropa ke Indonesia).
Table -10: Komoditas Ekspor EU ke Negara ASEAN 2010 (juta EUR)
Bru
ne
i
Ind
on
esi
a
Ca
mb
od
ia
Lao
s
My
an
ma
r
Ma
lay
sia
Ph
ilip
pin
es
Sin
ga
po
re
Th
ail
an
d
Vie
tna
m
ASEAN
Share in
EU-27
exports to
ASEAN
Total 238 6,372 153 101 83 11,243 3,736 24,042 9,992 4,672 60,634 100.0%
0: Food and live animals 4 331 13 1 4 383 400 415 470 431 2,451 4.0%
1: Beverages and tobacco 1 24 6 3 3 94 35 912 83 63 1,223 2.0%
2: Crude materials,
inedible, except fuels 1 417 1 0 1 205 55 102 352 262 1,395 2.3%
3: Mineral fuels, lubricants
and related mat. 0 18 1 : 0 44 6 1,348 45 8 1,470 2.4%
4: Animal and vegetable
oils, fats and waxes 0 7 0 0 0 10 22 9 14 2 65 0.1%
5: Chemicals and related
products, n.e.s. 13 1,052 36 5 21 1,299 644 3,329 1,796 767 8,962 14.8%
6: Manuf. goods classified
chiefly by material 121 774 41 26 5 1,047 383 2,118 1,549 553 6,616 10.9%
7: Machinery and
transport equipment 72 3,214 48 60 37 7,067 1,852 13,142 4,560 2,233 32,283 53.2%
8: Miscellaneous
manufactured articles 22 290 7 6 11 825 273 2,128 743 269 4,574 7.5%
9: Commodities and
transactions n.e.c. 3 88 1 1 0 183 36 245 196 43 795 1.3%
Sumber: Eurostat, diakses 7 November 2013
-
38
Indonesia juga berkepentingan dari sisi ekspor ke Uni Eropa (impor Uni Eropa
dari Indonesia) dalam bentuk komoditas: miscellaneous manufactured articles
(SITC-8), machinery and transport equipment (SITC-7), animal and vegetable
oils, fats and waxes (SITC-4), crude materials, inedible, except fuels (SITC-2), dan
manufacturing goods classified chiefly by material (SITC-6).
Table -11: Komoditas Impor EU dari Negara ASEAN 2010 (juta EUR)
Bru
ne
i
Ind
on
esi
a
Ca
mb
od
ia
Lao
s
My
an
ma
r
Ma
lay
sia
Ph
ilip
pin
es
Sin
ga
po
re
Th
ail
an
d
Vie
tna
m
ASEAN
Share in
EU-27
imports
from
ASEAN
Total 8 13,729 877 170 161 20,701 5,379 18,704 17,212 9,431 86,374 100.0%
0: Food and live animals 0 932 30 40 20 233 243 81 2,406 1,954 5,939 6.9%
1: Beverages and tobacco : 105 0 1 0 4 22 14 36 4 185 0.2%
2: Crude materials,
inedible, except fuels 0 1,844 1 1 0 994 127 162 790 203 4,123 4.8%
3: Mineral fuels, lubricants
and related mat. 0 736 : : : 176 0 836 10 7 1,765 2.0%
4: Animal and vegetable
oils, fats and waxes : 2,055 0 : : 1,160 387 32 21 0 3,655 4.2%
5: Chemicals and related
products, n.e.s. 0 943 3 1 0 711 52 7,417 607 65 9,798 11.3%
6: Manuf. goods classified
chiefly by material 3 1,708 9 2 2 935 221 284 1,536 758 5,457 6.3%
7: Machinery and
transport equipment 2 2,077 48 0 0 13,837 3,717 8,490 8,208 1,439 37,818 43.8%
8: Miscellaneous
manufactured articles 3 3,232 787 125 137 2,353 596 1,223 3,497 4,985 16,937 19.6%
9: Commodities and
transactions n.e.c. 1 12 0 0 1 50 13 139 82 15 312 0.4%
Sumber: Eurostat, diakses 7 November 2013
Sekilas GTAP Model
Untuk melakukan analisis dampak liberalisasi perdagangan antara ASEAN
(Indonesia) dengan Uni Eropa akan digunakan alat bantu model ekonomi.
Model ekonomi ini telah sangat dikenal sebagai suatu model yang didesain
secara spesifik untuk analisis liberalisasi perdagangan dunia. Model tersebut
ialah Model Global Trade Analysis Project (GTAP). Model ini merupakan model
ekonomi dalam rumpun model multiregional Computable General Equilibrium
(CGE), berbasis data input-output (IO) transaksi perdagangan antarnegara.
Database GTAP versi terbaru (GTAP v.8 dipublikasi pada Maret 2012)
-
39
mengakomodasi transaksi 57 jenis komoditas dari 129 negara di dunia. Model
GTAP ini tersedia bagi publik (silakan merujuk ke
www.gtap.agecon.purdue.edu) dan telah banyak digunakan dalam berbagai
literature kajian perdagangan dunia. Detail tentang model GTAP dan
pemanfaatannya telah terdokumentasi dalam Hertel (1997).
Untuk kebutuhan analisis, dilakukan modifikasi atas Database GTAP v.8 untuk
mengagregasi klasifikasi atau pengelompokkan negara. Agregasi ini dilakukan
untuk mengurangi jumlah negara yang ada dalam rangka penyederhanaan
model dan mempermudah simulasi serta analisis hasil simulasinya agar lebih
fokus kepada negara-negara yang dianalisis saja. Agregasi yang dilakukan
terhadap klasifikasi negara, ialah sebagaimana dalam Tabel-12.
Tabel-12: Klasifikasi regional/negara
No. Code Description
1 IDN Indonesia
2 MYS Malaysia
3 PHL Philippines
4 SGP Singapore
5 THA Thailand
6 VNM Vietnam
7 R_SEA Rest of Southeast Asia
8 FRA France
9 DEU Germany
10 GBR United Kingdom
11 NLD Netherlands
12 TUR Turkey
13 R_EU Rest of European Union
14 CHN China
15 JPN Japan
16 KOR South Korea
17 IND India
18 Oceania Australia, New Zealand
19 EastAsia East Asia
20 SouthAsia South Asia
21 NAmerica North America
22 LatinAmer Latin America
23 MENA Middle East and North Africa
24 SSA Sub-Saharan Africa
25 RestofWorld Rest of World
Sumber: Agregasi database GTAP v.8
-
40
Sedangkan Tabel-13 menyajikan 57 jenis komoditas yang diperdagangkan,
dalam database GTAP v.8. Klasifikasi ini merujuk standar klasifikasi komoditas
atau industri sebagaimana yang digunakan dalam standar penyusunan Tabel
IO yang digunakan di seluruh dunia. Klasifikasi ini sedikit berbeda dengan
klasifikasi SITC yang biasa digunakan dalam data-data statistic perdagangan
dunia, namun demikian masih dapat digunakan dengan baik untuk kebutuhan
analisis ini.
Tabel-13: Klasifikasi jenis komoditas/industri
Kode Sektor Kode Sektor
1 pdr Paddy rice 30 lum Wood products
2 wht Wheat 31 ppp Paper products, publishing
3 gro Cereal grains nec 32 p_c Petroleum, coal products
4 v_f Vegetables, fruit, nuts 33 crp Chemical,rubber,plastic prods
5 osd Oil seeds 34 nmm Mineral products nec
6 c_b Sugar cane, sugar beet 35 i_s Ferrous metals
7 pfb Plant-based fibers 36 nfm Metals nec
8 ocr Crops nec 37 fmp Metal products
9 ctl Cattle,sheep,goats,horses 38 mvh Motor vehicles and parts
10 oap Animal products nec 39 otn Transport equipment nec
11 rmk Raw milk 40 ele Electronic equipment
12 wol Wool, silk-worm cocoons 41 ome Machinery and equipment nec
13 frs Forestry 42 omf Manufactures nec
14 fsh Fishing 43 ely Electricity
15 coa Coal 44 gdt Gas manufacture, distribution
16 oil Oil 45 wtr Water
17 gas Gas 46 cns Construction
18 omn Minerals nec 47 trd Trade
19 cmt Meat: cattle,sheep,goats,horse 48 otp Transport nec
20 omt Meat products nec 49 wtp Sea transport
21 vol Vegetable oils and fats 50 atp Air transport
22 mil Dairy products 51 cmn Communication
23 pcr Processed rice 52 ofi Financial services nec
24 sgr Sugar 53 isr Insurance
25 ofd Food products nec 54 obs Business services nec
26 b_t Beverages and tobacco products 55 ros Recreation and other services
27 tex Textiles 56 osg PubAdmin/Defence/Health/Educat
28 wap Wearing apparel 57 dwe Dwellings
29 lea Leather products
Sumber: GTAP Database v.8
-
41
Untuk memberikan gambaran ringkas tentang model ekonomi yang
digunakan, maka berikut ini adalah beberapa fitur dasar dalam Model GTAP
(Hertel & Tsigas, 1997; Gilbert, 2001) dan asumsi-asumsi yang digunakan,
diantaranya:
a. Model ini mendeskripsikan perekonomian dunia (global) yang terdiri atas
beberapa wilayah ekonomi, baik itu berupa negara atau pun kawasan,
sebagaimana telah dijelaskan dalam klasifikasi regional/negara dalam
Tabel-12. Setiap regional/negara memiliki banyak produsen yang dikelola
oleh rumah tangga regional (regional household) dalam pengambilan
keputusan terkait perilaku dalam konsumsi privat (private consumption)
dan publik (public consumption) serta tabungan (saving). Setiap
perekonomian memiliki struktur teoretis yang sama tetapi berbeda dalam
besaran dan parameternya.
b. Asumsi yang digunakan dalam Model GTAP standar ini adalah bahwa pasar
dalam kondisi persaingan sempurna (perfect competition) serta fungsi
produksi yang constant return to scale (CRS). Model GTAP standar ini juga
masih comparative statis, artinya hanya melihat perubahan atau dampak
dengan membandingkan kondisi tanpa ada shock simulasi dengan kondisi
setelah adanya shock simulasi, dengan mengasumsikan kondisi ceteris
paribus. Selain itu, perdagangan internasional terjadi untuk komoditas
yang terdiferensiasi dengan mengikuti asumsi Armington (Armington,
1969); produsen meminimasi biaya dengan memilih membeli material dari
domestik atau pasar internasional mana yang menyediakan harga lebih
murah.
c. Rumah tangga regional (regional household) ialah entitas yang memiliki
faktor produksi dan menentukan pemajakan bagi entitas lain, serta yang
menentukan pembuatan keputusan dalam belanja konsumsi. Rumah
tangga regional mengalokasikan pendapatannya ke dalam tigal hal: belanja
privat, belanja publik dan tabungan. Regional household dapat memajaki
konsumsi privat, konsumsi publik, dan produsen.
-
42
d. Model dibangun untuk memiliki karakteristik berikut: (1) agen ekonomi
melakukan transaksi melalui pasar, (2) dalam transaksi di pasar penjual,
harga agen merupakan harga penjual dan harga pasar merupakan harga
penjual plus pajak, (3) dalam transaksi di pasar pembeli, harga agen
merupakan harga pembeli dan harga pasar merupakan harga pembeli
minus pajak, (4) dalam perekonomian terbuka, juga terdapat harga
internasional (world prices).
e. Di dalam perekonomian terbuka, maka setiap agen melakukan kegiatan
ekpor dan impor. Perusahaan mengekspor barang jadi (final goods) dan
bahan baku (intermediate goods) serta mengimpor bahan baku
(intermediate goods). Regional household memajaki impor dan ekspor.
Tabungan disimpan di global banks, kemudian global banks mendanai
investasi. Sektir transportasi memperoleh pendapatan dari selisih antara
harga free on board (FOB) dan cost insurance and freight (CIF).
Gambar-13 berikut ini memberikan ilustrasi grafis hubungan antara agen
ekonomi dalam perekonomian terbuka multiregional (Multi-regions Open
Economy). Kemudian hubungan-hubungan ini direpresentasikan dengan
persamaan-persamaan matematis berdasarkan basis teori-teori ekonomi, baik
itu teori ekonomi mikro, teori ekonomi makro, maupun teori perdagangan
internasional. Berbagai persamaan perilaku tersebut (behavioral equations)
akan digunakan untuk menentukan reaksi atas perubahan dalam shock
simulasi dengan membaca database model yang dibangun atas data-data dari
tabel IO antarnegara.
Lebih detail tentang Model GTAP dapat merujuk kepada buku-buku karya
Hertel (1997) dan Burfisher (2011) yang menyajikan kerangka dasar teoretis
pengembangan model, deskripsi persamaan perilaku dalam model dan
contoh-contoh analisis dengan menggunakan model ini.
-
43
Gambar-13: Ilustrasi Grafis Multi-Regions Open Economy
Sumber: Brockkmeier (1996)
Komparasi Tarif Dasar ASEAN-EU: Database GTAP v.8
Sebelum melakukan analisis hasil simulasi, ada baiknya untuk melihat lebih
dahulu kondisi dasar tarif impor antarnegara dalam database GTAP v.8 ini.
Dengan melihat ini, akan terlihat kondisi awal hubungan kebijakan
perdagangan antarnegara yang direpresentasi dengan besaran tarif yang ada.
Proses liberalisasi perdagangan pada hakekatnya ialah merupakan
penghapusan tarif perdagangan antarnegara ini. Pemahaman terhadap kondisi
-
44
awal ini akan membantu dalam proses menganalisis dampak yang terjadi
ketika dilakukan liberalisasi perdagangan atau kebijakan penghapusan tarif
bersama.
Tabel-14 menggambarkan tarif impor Indonesia dari negara mitra. Dari tabel,
terlihat bahwa Indonesia masih melindungi banyak kepentingannya dari
Singapore (SGP). Tercermin dengan masih banyaknya tarif impor barang dari
Singapore yang diatas 5% (ditandai dengan arsiran warna merah). Sementara,
tarif impor dari negara ASEAN lainnya seperti: Malaysia (MYS), Phillipinnes
(PHL), Thailand (THA) dan Vietnam (VNM) sudah tinggal sedikit yang diatas
5%. Misalnya, Indonesia sangat melindungi diri dari impor komoditas
beverages and tobacco products (b_t) dari Singapore dengan masih
mengenakan tarif impor yang sangat tinggi, rata-rata 73.03%.
Tabel-14: Tarif impor Indonesia dari negara mitra
rTMS R_SEA R_EU MYS PHL SGP THA VNM FRA DEU GBR NLD TUR
1 pdr 0.00 8.38 0.00 0.00 0.00 10.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4 v_f 0.00 4.46 0.00 0.00 5.29 0.00 0.00 4.97 4.89 3.92 7.25 4.71
8 ocr 0.00 4.97 0.07 2.01 5.25 2.67 0.29 4.60 4.95 4.83 6.71 4.99
19 cmt 1.01 2.42 0.00 0.00 5.17 0.00 0.00 5.69 5.14 7.50 0.00 0.00
20 omt 0.87 1.10 0.46 1.80 5.20 0.49 0.00 5.79 3.24 0.34 5.73 0.00
21 vol 1.45 1.99 0.25 0.00 3.11 0.01 0.00 7.25 2.65 6.83 4.69 1.61
23 pcr 1.10 2.39 10.52 0.00 11.37 10.36 8.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
24 sgr 3.97 0.48 16.86 18.37 15.06 21.31 24.28 0.00 11.78 0.00 11.78 0.00
25 ofd 0.09 9.77 10.99 1.90 6.05 3.32 0.84 8.25 10.29 10.05 26.37 4.98
26 b_t 12.78 55.17 20.95 4.58 73.03 4.72 10.86 45.38 35.58 17.30 41.34 123.29
27 tex 2.80 8.19 1.32 2.52 10.00 0.93 1.88 8.94 6.41 6.63 7.42 10.39
28 wap 3.23 12.77 2.11 2.47 14.03 3.85 3.43 14.65 13.66 14.66 14.42 14.70
29 lea 5.21 4.73 2.49 2.80 0.00 1.17 1.59 12.38 5.29 7.10 3.22 9.17
30 lum 0.10 5.34 0.46 4.69 6.74 2.43 0.93 5.41 2.66 9.33 6.91 9.13
31 ppp 4.55 3.12 3.78 4.22 5.00 3.39 4.56 6.13 2.75 6.23 7.00 6.75
33 crp 2.76 7.38 2.04 1.99 7.68 2.57 2.30 6.02 4.65 4.84 5.36 1.66
34 nmm 3.48 6.98 1.08 3.76 7.62 2.77 3.71 5.89 5.24 6.13 4.99 6.38
35 i_s 0.14 5.28 2.72 1.80 0.00 3.11 4.00 7.57 6.24 4.05 1.73 0.10
37 fmp 4.26 4.84 2.55 1.96 9.69 3.06 3.40 9.25 7.46 5.50 7.62 10.36
38 mvh 8.01 14.83 3.25 4.83 40.29 4.34 3.94 17.01 21.14 21.98 14.58 6.76
39 otn 0.00 0.32 0.84 0.13 4.58 2.65 0.07 0.01 0.04 9.23 0.08 0.01
41 ome 0.34 3.11 0.97 1.00 2.37 1.34 1.18 4.39 3.16 6.67 2.35 5.04
42 omf 2.14 10.43 3.80 2.21 10.73 3.29 3.56 10.36 5.66 10.81 8.09 11.88
Sumber: GTAP Database v.8
-
45
Selain itu, tarif impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa seperti:
Perancis (FRA), Germany (DEU), Inggris (GBR), dan Belanda (NLD) masih
banyak yang diatas 5%. Termasuk untuk negara-negara Uni Eropa lainnya
(R_EU), yang diarsir masih relative banyak artinya masih banyak komoditas
impor dari negara ini yang dikenai tarif impor diatas 5%. Termasuk juga impor
dari negara Turkey (TUR).
Tabel-15: Tarif impor negara mitra dari Indonesia
rTMS R_SEA R_EU MYS PHL SGP THA VNM FRA DEU GBR NLD TUR
1 pdr 0.00 11.48 40.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 gro 0.05 0.02 0.00 7.73 0.00 3.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4 v_f 0.13 2.36 2.04 4.69 0.00 54.06 4.87 1.31 0.32 0.29 1.41 31.18
5 osd 0.33 0.00 0.00 4.82 0.00 26.69 1.52 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
8 ocr 0.55 1.72 4.97 4.62 0.00 27.18 9.11 0.67 1.27 0.41 2.39 64.94
9 ctl 1.47 4.31 0.00 2.50 0.00 4.04 0.00 0.00 3.92 3.85 0.00 15.00
10 oap 2.24 2.36 0.00 0.00 0.00 27.40 0.64 4.49 0.09 0.97 5.27 180.00
12 wol 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 9.85 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00
13 frs 0.22 0.05 0.00 0.00 0.00 18.46 3.44 0.05 0.13 0.02 0.39 2.10
14 fsh 0.15 2.69 0.00 3.00 0.00 5.81 2.81 1.69 2.65 2.51 4.35 19.86
18 omn 12.77 0.00 0.09 2.99 0.00 1.85 0.18 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00
19 cmt 7.75 0.00 0.00 2.76 0.00 0.00 0.00 77.69 0.00 0.00 0.00 0.00
20 omt 12.74 17.73 0.00 10.26 0.00 31.97 0.00 8.06 12.28 11.97 7.83 0.00
21 vol 1.03 5.29 0.00 3.89 0.00 5.99 3.42 4.48 5.37 3.04 0.00 17.90
22 mil 1.95 5.46 0.00 2.51 0.00 25.39 4.97 66.60 90.15 38.13 0.00 0.00
23 pcr 3.82 1.63 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33.56 0.00 33.56 0.00
25 ofd 1.25 11.24 1.31 3.26 0.00 8.83 4.84 5.19 11.78 6.28 9.55 32.88
26 b_t 10.29 15.67 69.60 3.29 0.00 51.34 75.67 13.89 16.93 19.03 16.77 22.96
27 tex 4.65 5.98 0.01 3.65 0.00 5.35 2.68 8.70 7.86 7.82 7.86 4.70
28 wap 2.84 8.80 0.05 4.96 0.00 39.32 4.95 8.96 9.12 9.14 8.84 9.00
29 lea 5.39 4.41 1.00 4.54 0.00 13.48 3.74 5.45 4.86 5.16 5.68 5.69
30 lum 5.25 1.11 0.31 4.62 0.00 10.39 2.37 0.44 0.80 0.83 0.62 0.78
32 p_c 1.53 0.00 0.27 1.04 0.00 7.46 18.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
34 nmm 1.53 2.24 1.52 3.41 0.00 12.83 3.21 2.93 2.21 3.78 2.21 3.82
37 fmp 1.30 0.16 3.86 4.15 0.00 12.93 1.56 0.34 0.40 0.98 0.17 0.39
38 mvh 17.80 0.32 0.67 4.31 0.00 24.07 13.58 1.74 0.12 0.04 0.73 0.00
42 omf 4.58 0.14 0.38 2.02 0.00 27.68 4.45 0.15 0.09 0.22 0.17 0.06
Sumber: GTAP Database v.8
Tabel-15 menggambarkan dari sisi yang sebaliknya, yaitu tarif impor yang
dipasang oleh negara-negara mitra terhadap impor komoditas dari Indonesia.
Terlihat hanya satu yang sangat menonjol, yaitu Thailand (THA) masih sangat
-
46
melindungi kepentingan domestiknya terhadap impor komoditas dari
Indonesia. Tercermin dengan masih banyaknya tarif impor dari Indonesia
yang diatas 5%. Sementara untuk negara-negara lainnya, baik itu dari negara
ASEAN atau Uni Eropa, sudah relatif sedikit.
Simulasi dan Analisis
Simulasi yang akan dilakukan dengan menggunakan Model GTAP ialah dengan
melakukan shock kebijakan liberalisasi penuh di seluruh negara ASEAN dan
Uni Eropa.
Dari simulasi yang dilakukan maka akan dianalisis dampaknya terhadap
perekonomian negara-negara di ASEAN dan Uni Eropa dalam beberapa aspek,
diantaranya ialah dampak terhadap volume perdagangan (ekspor dan impor),
investasi, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Selain itu
juga akan dilihat dampak kepada faktor produksi secara lebih detail yaitu
menurut lima kategori: Land, Unskilled Labor (UnSkLab), Skilled Labor (SkLab),
Capital, dan Natural Resources (NatRes). Dan terakhir dilihat dampak detail
dampak terhadap ekspor dan impor komoditas menurut sektor. Empat tabel
berikut secara berturut-turut menyajikan ikhtisar hasil simulasi tersebut.
Tabel-16 menyajikan dampak arus perdagangan, pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan dan investasi atas liberalisasi penuh ASEAN-Uni Eropa. Terlihat
bahwa secara umum liberalisasi perdagangan membawa dampak positif bagi
peningkatan arus perdagangan dan ekonomi, tidak hanya bagi negara-negara
di ASEAN tetapi juga bagi negara-negara di Uni Eropa. Benefit liberalisasi ini
tentu tidak dibagi merata antarnegara. Banyak faktor yang mempengaruhinya,
antara lain:
(1) kondisi struktur tarif impor sebelum liberalisasi,
(2) struktur kekuatan produksi untuk menghasilkan komoditas yang
berbeda-beda antarnegara,
-
47
(3) struktur kebutuhan input bagi produksi yang berbeda,
(4) struktur kebutuhan konsumsi yang berbeda, dan
(5) faktor struktur interaksi antarnegara, serta
(6) faktor daya saing yang direpresentasikan dengan harga domestik dan
harga internasional untuk suatu komoditas tertentu.
Sebagai contoh, dampak arus perdagangan bagi Indonesia menghasilkan
pengaruh peningkatan nilai perdagangan yang cukup besar, baik dari sisi
ekspor maupun impor. Namun demikian, dampak dari sisi impor lebih besar
dari sisi ekspor (Lihat Tabel-16). Hal ini dapat disebabkan oleh factor-faktor
tersebut di atas. Namun yang kasat mata ialah bahwa struktur tarif sebelum
liberalisasi yang masih cukup besar untuk impor ke Indonesia dari negara
mitra (Lihat kembali Tabel-14) dibanding dengan impor negara-negara mitra
dari Indonesia (Lihat kembali Tabel-15). Untuk faktor-faktor yang lain harus
dilakukan penelusuran lebih lanjut yang memerlukan data-data tambahan
yang relevan.
Tabel-16: Dampak Arus Perdagangan, GDP, Kesejahteraan dan Investasi
Export
(USD million) Import
(USD million) GDP
(%) HHINC
(%) INV (%)
IDN 1,991.59 2,704.08 0.51 0.54 0.08
MYS 1,626.36 2,551.14 0.21 0.30 0.19
PHL 759.00 1,172.02 (0.22) (0.21) 0.12
SGP 666.86 2,106.44 1.79 1.92 0.14
THA 2,230.31 4,359.91 1.48 1.73 0.28
VNM 1,277.49 2,928.67 2.53 2.79 0.71
R_SEA 410.88 588.77 (0.40) (0.37) 0.26
FRA 937.81 824.81 0.00 0.00 0.00
DEU 674.38 749.00 0.02 0.02 0.00
GBR 686.88 846.44 0.03 0.03 0.00
NLD 173.91 144.72 0.03 0.03 0.00
R_EU 1,667.00 1,528.75 0.01 0.01 (0.00)
Sumber: Hasil analisis
-
48
Arus perdagangan yang meningkat akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi meningkat hampir untuk semua
negara, kecuali Philipinnes (PHI) dan negara lainnya di Asia Tenggara (R_SEA).
Dari besaran persentase perubahan, lima negara utama di ASEAN Indonesia
(IDN), Malaysia (MYS), Singapore (SGP), Thailand (THA), dan Vietnam (VNM)
memperoleh persentase kenaikan lebih tinggi dibanding dengan negara-
negara di Uni Eropa.
Aliran investasi pun terjadi dengan kenaikan persentasi investasi lebih tinggi
terjadi di negara-negara ASEAN, sementara persentasi perubahan investasi di
negara-negara Uni Eropa relatif sangat kecil. Indonesia pun mendapat
kenaikan invetasi, walaupun dengan persentase perubahan yang lebih kecil
relatif dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Tabel-17: Dampak Pendapatan Faktor Relatif Terhadap Inflasi (%)
Land UnSkLab SkLab Capital NatRes
IDN -0.487 0.631 0.485 0.492 -1.773
MYS 1.807 1.494 1.379 1.515 -0.574
PHL -8.268 0.827 0.926 1.176 1.185
SGP 9.216 0.905 0.736 0.875 -0.531
THA 8.697 1.483 1.237 1.311 0.658
VNM 2.032 3.895 3.295 3.995 -4.996
R_SEA 2.038 2.199 2.120 2.119 -1.532
FRA -0.364 0.026 0.029 0.030 0.097
DEU -0.150 0.020 0.024 0.026 0.107
GBR -0.812 0.027 0.029 0.030 0.078
NLD -0.031 0.030 0.029 0.030 -0.018
R_EU -0.426 0.016 0.023 0.022 0.098
Sumber: Hasil analisis
Tabel-17 menyajikan dampak pendapatan bagi faktor produksi untuk setiap
negara ASEAN dan Uni Eropa. Sebagaimana terlihat dengan mudah bahwa
dampak ke negara-negara ASEAN relatif lebih besar daripada ke negara-
-
49
negara Uni Eropa. Dampaknya pun bervariatif antarnegara. Yang menonjol,
misalnya Thailand yang mendapat dampak kenaikan positif untuk semua
pendapatan faktor produksinya dengan nilai persentasi kenaikan yang
lumayan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam proses liberalisasi ini,
Thailand memiliki keunggulan yang merata dari sisi komoditas atau
industrinya. Merata dalam pengertian bahwa perubahan struktur produksi
untuk menghasilkan komoditas tambahan dalam perubahan liberalisasi
memberikan dampak yang positif bagi semua faktor produksi yang
dibutuhkan. Misalnya kenaikan produksi sektor pertanian sebagai akibat
kenaikan permintaan dunia, akan mendorong peningkatan pendapatan dari
faktor produksi tanah (Land), karena sektor pertanian merupakan sektor yang
mengandalkan tanah sebagai salah satu faktor produksi utamanya.
Ini juga memberikan gambaran dampak keseluruhan atas keunggulan
komparatif suatu negara yang merupakan akumulasi keseluruhan komoditas
yang dihasilkan dalam interaksi perdagangan internasional. Dalam kasus ini
yang dilihat ialah perdagangan internasional antarnegara ASEAN dan Uni
Eropa. Perubahan dalam skema perdagangan ASEAN-Uni Eropa memberikan
dampak langsung terhadap negara-negara ini. Sementara interaksi negara-
negara ASEAN-Uni Eropa dengan negara-negara di luar itu memberikan
dampak tidak langsung. Semua ini terangkai dalam persamaan behavioural
model yang mendefinisikan database perdagangan internasional negara-
negara di dunia.
Indonesia, dalam proses liberalisasi perdagangan ASEAN-EU mendapatkan
keuntungan dari peningkatan pendapatan faktor produksi tenaga kerja - baik
terampil (SkLab) maupun tidak terampil (UnSkLab) dan kapital, akan tetapi
mengalami penurunan pendapatan dari faktor produksi tanah dan sumber
daya alam (NatRes).
Tabel-18 dan Tabel-19 berikut ini menyajikan dampak hasil simulasi terhadap
ekspor dan impor sektoral untuk masing-masing negara. Untuk
mempermudah analisis, diberikan arsir warna merah untuk dampak
persentasi kenaikan >10% dan arsir warna hijau untuk dampak persentasi
-
50
penurunan >10%, untuk dampak ekspor (Tabel-18); diberikan arsir warna
merah untuk dampak persentasi kenaikan >6% dan arsir warna hijau untuk
dampak persentasi penurunan >6%, untuk dampak impor (Tabel-19). Untuk
mempermudah penyajian karena keterbatasan ruang, dampak yang relatif
kecil tidak ditampilkan di dalam Tabel.
Tabel-18: Dampak Ekspor Sektoral (FOB weights, %)
qxw R_SEA R_EU IDN MYS PHL SGP THA VNM FRA DEU GBR NLD
pdr 13.7 -7.7 22.6 32.1 146.5 -29.3 26.9 16.2 -4.1 -7.2 -7.5 -10.8
c_b 2.3 1.7 10.0 -13.0 12.5 -12.2 -27.2 -13.6 0.0 -0.1 0.0 -0.2
ocr 16.8 0.7 3.5 4.2 43.2 11.4 -0.1 -5.7 0.7 1.9 0.6 0.0
ctl 8.1 0.0 2.8 -0.1 8.4 -3.2 -13.4 -12.1 -0.1 -0.1 0.1 0.1
rmk 7.6 0.1 -1.4 -2.7 13.6 -16.3 -36.5 -10.4 0.0 -0.1 0.1 -0.4
wol 11.2 -0.8 -0.8 -10.7 53.3 -20.2 -50.3 -18.4 -0.7 -0.8 -0.7 -1.0
gas -0.2 0.0 -0.2 -0.8 -3.4 -0.9 90.7 105.4 0.0 0.0 0.0 0.0
cmt 26.4 0.5 9.2 11.9 8.9 1.7 22.2 3.4 0.2 0.6 1.4 0.8
omt -2.8 -1.0 58.2 -1.3 31.0 21.0 34.5 -6.6 -0.3 -1.1 -0.2 -1.6
mil 27.4 0.6 16.7 7.1 4.8 0.9 11.5 24.1 0.9 0.4 0.5 1.2
pcr 17.3 -11.9 10.5 20.3 22.1 9.9 1.4 15.6 -7.3 -8.9 -10.8 -2.2
sgr 45.7 -0.3 0.2 14.9 19.4 23.5 12.1 15.4 -0.4 0.0 -0.1 -0.3
ofd 2.6 -0.1 5.0 10.8 12.1 2.6 5.1 0.8 -0.3 -0.3 -0.1 0.3
b_t 0.9 0.1 8.8 26.4 35.4 33.7 5.2 2.9 0.4 0.1 0.8 0.1
tex 3.5 -0.3 10.2 11.5 7.2 19.9 5.7 6.6 0.3 -0.1 0.3 -0.8
wap 5.4 -0.6 10.6 10.6 5.2 11.4 9.2 10.7 -0.5 -0.6 -0.2 -1.4
lea 3.1 -1.6 12.6 19.5 4.9 7.0 9.3 25.2 -0.9 -1.1 -1.1 -2.5
lum 3.3 0.1 -2.0 -0.7 0.2 15.8 -2.1 -8.6 0.2 0.2 0.3 0.2
ppp 2.7 0.2 -1.0 5.9 4.4 18.4 -1.1 -2.9 0.3 0.1 0.3 0.2
p_c -0.1 0.0 0.7 2.6 3.5 2.8 8.2 24.8 0.1 0.0 0.0 0.0
fmp 10.3 0.2 3.4 8.2 2.9 31.2 -2.6 2.0 0.3 0.3 0.8 0.4
mvh 22.4 -0.1 13.5 11.6 23.3 49.1 13.1 3.3 0.0 0.0 0.0 1.1
otn 7.8 0.7 3.6 1.7 0.9 -3.5 20.2 7.6 0.1 -0.5 0.3 -0.4
ome 14.3 0.1 0.8 1.6 -0.5 1.8 -1.9 -4.8 0.2 0.1 0.3 0.0
omf 18.0 2.1 -1.8 1.8 -0.9 6.6 8.4 -5.1 0.6 0.0 0.6 0.0
ely 12.2 0.0 -1.0 -2.1 -1.8 -3.5 -4.8 -14.3 0.1 0.0 -0.1 0.0
gdt -4.2 0.1 -3.5 -3.9 -1.8 -1.0 -8.3 -19.4 0.1 0.0 0.1 0.0
wtr -1.8 0.2 -3.0 -3.1 -2.0 -7.7 -8.4 -18.8 0.2 0.1 0.0 0.1
cmn -3.1 0.1 -2.9 -2.9 -1.4 -6.4 -6.3 -12.5 0.1 0.1 0.0 0.0
ofi -2.9 0.0 -3.0 -3.1 -1.6 -3.6 -6.4 -13.7 0.0 0.0 -0.1 -0.1
Sumber: Hasil analisis
Dari Tabel-18 terlihat bahwa Indonesia (IDN) tidak memiliki dampak
penurunan ekspor yang nilainya >10%, tetapi tidak terlalu banyak pula yang
-
51
memiliki dampak kenaikan >10%. Secara berurut dari dampak yang terbesar
adalah: meat products nec. (omt), paddy rice (pdr), dairy products (mil), motor
vehicles and parts (mvh), leather products (lea), wearing apparel (wap),
processed rice (pcr), textiles (tex), dan sugar cane, sugar beet (c_b). Namun
demikian, dampak kenaikan yang cukup besar dari sisi ekspor untuk
komoditas padi (paddy rice) dan beras atau olahannya (processed rice) secara
pemodelan, akan sulit dilakukan secara factual, mengingat kebutuhan untuk
menjaga ketahanan pangan dan padi/beras merupkan staple food utama
masyarakat Indonesia.
Disamping itu, dampak ekspor sektoral juga terlihat lebih banyak dinikmati
bagi negara-negara ASEAN dibandangkan dengan dampaknya bagi negara-
negara Uni Eropa. Dampak bagi negara-negara ASEAN walaupun bervariasi
tetapi secara besaran prosentase terlihat relatif merata.
Tabel-19 menyajikan gambaran dampak sektoral dari sisi impor. Terlihat pula
bahwa dampak relatif lebih besar di negara-negara ASEAN dibandingkan
dengan di negara-negara Uni Eropa. Bagi Indonesia (IDN), benefit dengan
persentasi terbesar terjadi untuk penurunan impor komoditas sugar cane
sugar beet (c_b). Sementara dampaknya terhadap kenaikan impor cukup
modest. Yang cukup menonjol ialah kenaikan impor beras dan porduk
olahannya (processed rice/pcr), ini kemungkinan dalam bentuk impor beras
dengan kualitas tertentu atau produk olahan makanan berbahan baku utama
beras.
Thailand (THA) dan Vietnam (VNM) memiliki dampak impor sektoral yang
cukup banyak serta dengan nilai persentase perubahan yang cukup besar.
Sementara Philippines (PHL) memiliki variansi yang cukup mencolok, dari
persentase penurunan impor sampai dengan kenaikan impor, dan dengan
persentase yang cukup besar walaupun hanya melibatkan beberapa
sektor/komoditas saja. Dampak impor untuk Singapore (SGP) relatif kecil, hal
ini berbeda dengan dampak dari sisi ekspornya (Lihat kembali Tabel-18) yang
memiliki variansi dampak yang cukup besar.
-
52
Tabel-19: Dampak Impor Sektoral (CIF weights, %)
R_SEA R_EU IDN MYS PHL SGP THA VNM FRA DEU GBR NLD
pdr 10.04 -2.52 1.09 84.54 -26.74 1.30 25.08 27.58 -0.70 -5.89 -3.53 -5.75
gro -1.68 -0.07 -0.18 1.14 -0.94 1.27 19.51 0.90 0.06 -0.09 -0.14 -0.22
v_f 8.50 0.00 0.63 0.86 -1.99 1.41 11.14 4.24 0.08 0.00 0.01 0.01
c_b -3.36 -0.20 -11.06 5.78 -6.13 2.17 5.68 4.44 2.18 -0.11 -0.07 -0.10
pfb 1.97 -0.27 6.95 2.82 -0.80 1.89 2.27 2.73 -0.15 -0.15 -0.03 -0.26
ocr 3.89 -0.10 2.41 2.06 0.12 1.64 25.33 8.84 -0.04 -0.11 0.01 0.11
ctl 3.38 -0.07 1.05 2.80 -3.44 0.53 13.30 5.92 0.20 0.15 -0.22 0.26
rmk -0.52 0.03 0.86 1.67 -7.59 0.60 19.36 1.51 0.04 0.09 0.06 0.35
wol 1.79 -0.44 4.50 3.18 -0.54 0.77 28.00 7.80 -0.22 -0.27 -0.20 -0.30
frs 9.27 0.10 1.76 1.22 0.54 1.30 5.83 -4.66 0.10 0.06 0.05 0.04
coa 2.43 0.01 6.81 0.34 0.47 1.01 0.49 0.63 0.02 0.06 0.02 0.01
gas 4.78 0.01 -0.09 0.99 2.83 0.91 0.63 -52.74 0.02 0.02 0.02 -0.02
cmt 5.51 0.01 2.39 0.45 0.27 2.06 11.39 -0.41 1.92 0.08 0.11 -0.01
omt 10.29 0.28 3.70 3.23 6.28 1.32 13.89 10.48 1.02 0.36 1.37 0.93
mil 6.84 0.05 4.03 1.04 1.03 1.56 10.98 9.41 1.56 0.07 0.09 0.24
pcr 1.01 2.95 11.96 25.81 48.95 -0.25 11.66 17.34 1.02 -0.05 -0.20 0.05
sgr 4.77 -0.02 8.46 0.92 30.60 4.07 11.10 26.69 1.38 -0.19 0.01 0.36
ofd 9.25 0.31 6.44 2.37 3