laporan - gerakanirigasibersih.or.id · hijau dan minggu sehat yang dicanangkan oleh tni ad....
TRANSCRIPT
LAPORAN DUA TAHUN GERAKAN IRIGASI BERSIH MERTI TIRTA AMARTANI
KABUPATEN BANTUL
MARET 2014 – MARET 2015
“Dari Yogya untuk Indonesia”
2015
Laporan Dua Tahun Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani
Kabupaten Bantul, Maret 2014 – Maret 2015
Copyright © 2015 Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani, Bantul, DIY
Penulis:
Dede Sulaeman
Sigit Supadmo Arif
Bayudono
Sunardi Wiyono
Saran sitasi:
Sulaeman, D. Arif, SS. Bayudono. Wiyono, S. 2015. Laporan Dua Tahun Gerakan Irigasi Bersih
Merti Tirta Amartani Kabupaten Bantul, Maret 2014 – Maret 2015. Bantul: Gerakan Irigasi Bersih
Merti Tirta Amartani.
Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani
Dusun Keputren, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta
e-mail: [email protected]
www.gerakanirigasibersih.or.id
iii
KATA PENGANTAR
Ketua Gerakan Irigasi Bersih - Merti Tirta Amartani (GIB-MTA)
Assalamualaikum wr.wb.
Pada kesempatan yang sangat baik ini, yaitu pada peringatan dua tahun Gerakan
Irigasi Bersih di Kabupaten Bantul, perkenankan kami melalui laporan ini menyampaikan
laporan kegiatan yang telah kami lakukan dalam mewujudkan cita-cita kami melalui
Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani (GIB-MTA).
Dalam dua tahun berjalan, Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani (GIB-
MTA) semakin mendapat respon, dukungan dan sorotan dari berbagai pihak, tidak hanya
di Kabupaten Bantul, namun juga di tingkat nasional bahkan internasional. Seperti
masyarakat tani atau Pemerintah Daerah di beberapa tempat tertarik untuk mengadopsi
dan menumbuhkan gerakan serupa, dan dosen dari beberapa perguruan tinggi
mengunjungi GIB-MTA untuk mempelajari pola dan peranserta petani dalam pengelolaan
irigasi.
Pada bulan Juni 2014, GIB-MTA mendapat kunjungan dari Peserta Pelatihan
“Regional Refresher Course on Water Integrity” yang diselenggarakan oleh UNESCO-
IHE dan UGM. Peserta melihat kondisi irigasi dan kegiatan petani dalam pengelolaan
irigasi termasuk pembersihan saluran irigasi.
Sedangkan kunjungan Prof. Gerry Sand dari Universitas of Minessota Amerika
Serikat ke GIB-MTA pada bulan Januari 2015, memberikan kebanggaan tersendiri
karena akan ditindaklanjuti oleh kegiatan kunjungan studi dari mahasiswa Universitas of
Minessota ke Yogyakarta untuk melihat kegiatan gerakan irigasi bersih, pengolahan
pangan lokal dan penanganan bencana.
Tentunya kami sangat menyadari bahwa apa yang direspon dan disorot oleh
banyak pihak, pada dasarnya adalah hasil dari kerja keras para petani dan seluruh
anggota GIB-MTA, serta dukungan dari Alumni FTP UGM dan Dinas SDA Bantul yang
tidak bosan-bosannya untuk menyemangati kami agar bisa menjalankan gerakan ini
iv
secara lebih baik dan luas. Karenanya kami terus melakukan pembenahan dan
koordinasi di dalam kepengurusan maupun dengan pihak lainnya, menyiapkan
kesekretariatan, melengkapi dan memperbaiki sistem dokumentasi kelembagaan, serta
merancang program tahunan.
Kami juga berharap bahwa usaha yang kami lakukan untuk membersihkan
saluran irigasi juga mendapat perhatian dan tindakan nyata dari masyarakat berupa tidak
lagi membuang sampah ke sungai atau saluran irigasi. Dalam memberikan contoh
tersebut, kami sedang melakukan pembelajaran pengelolaan irigasi bersih dan
pengelolaan sampah berbasis GP3A dan masyarakat yang digerakkan oleh GP3A
Ngalren yang berlokasi di Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami dalam melaksanakan kegiatan, diantaranya;
1. Ibu Bupati Bantul beserta jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, terutama
Dinas Sumber Daya Air dan Dinas Pertanian dan Kehutanan;
2. Bapak Komandan Kodim 0729 Bantul beserta jajarannya;
3. Dekan FTP UGM dan mahasiswa yang tergabung dalam Gitapala serta Permateta.
4. Para Alumni FTP UGM;
5. Para pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa kegiatan yang kami laksanakan masih jauh dari
sempurna, dan untuk itu kami mohon bimbingan dan arahan dari para pihak terkait.
Semoga Allah yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah meridloi apa yang kami
kerjakan dan mewujudkan apa yang menjadi cita-cita kami.
Wassalamualaikum wr.wb.
Bantul, Maret 2015
Ketua Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani
Sunardi Wiyono
v
SAMBUTAN
ALUMNI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Tahun ini Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani (GIB-MTA) di Kabupaten
Bantul telah berumur dua tahun, umur yang relatif masih sangat muda, semenjak
dicanangkan pada 26 Maret 2013. Gerakan yang didasarkan kepada konsep pemberdayaan
masyarakat ini diinisiasi oleh keinginan dari para alumni Fakultas Teknologi Pertanian UGM
(FTP-UGM) untuk mewujudkan dharma bakti mereka kepada masyarakat dengan membantu
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para petani pemakai air, terutama dalam
masalah penyaluran air irigasi yang terkendala oleh menumpuknya berbagai macam
sampah yang berasal dari sekitarnya maupun dari daerah hulu.
Dari awal sudah disepakati bahwa konsep pemberdayaan masyarakat adalah
“membantu agar mereka mampu menolong dirinya sendiri”, oleh sebab itu implementasi dari
konsep ini adalah dalam bentuk suatu gerakan, bukan suatu program. Dengan bentuk
gerakan maka diharapkan masyarakat petani pemakai air yang bergabung dalam
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan Gabungan P3A (GP3A) justru yang akan
memegang peran utama, dengan didukung oleh lembaga atau organisasi pemerintah
maupun non pemerintah. Sehingga berbeda dengan biasanya, dalam GIB ini
keperansertaan adalah peranserta pemerintah dan lembaga non pemerintah mendukung
kegiatan para petani pemakai air dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan GIB. Dukungan
juga didapatkan dari Komandan Kodim 0729/Bantul beserta jajarannya yang dengan aktif
bersama-sama dengan anggota GP3A/P3A dalam kerangka program Jum’at Bersih, Sabtu
Hijau dan Minggu Sehat yang dicanangkan oleh TNI AD. Peranserta jajaran TNI AD ini juga
merupakan bukti dari kemanunggalan TNI dengan masyarakat.
Walaupun banyak dari anggota GP3A/P3A menyatakan adanya peningkatan
produksi pertanian yang cukup signifikan sebagai dampak dari kebersihan saluran irigasi
yang mempengaruhi kelancaran distribusi air irigasi dan pada akhirnya meningkatkan
produktivitas pertanian ber-irigasi, namun sebelum kami mengadakan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan, kami belum berani secara resmi menyatakan bahwa GIB mampu
meningkatkan produksi pertanian. Dampak lain dari dilaksanakannya GIB adalah makin
mantapnya peranan GP3A/P3A dalam pengelolaan air irigasi, yang sebelumnya seolah-olah
terabaikan karena adanya kebijakan pemerintah yang implementasinya di lapangan tidak
sebagaimana diharapkan.
Masih banyak yang harus dilaksanakan untuk lebih meningkatkan GIB ini,
diantaranya adalah pemikiran bahwa GIB ini akan disebar-luaskan ke seluruh Indonesia,
vi
sesuai dengan motto “Dari Jogja untuk Indonesia”, walaupun beberapa kabupaten di luar
Daerah Istimewa Yogyakarta meminta untuk “ditulari” konsepsi GIB, dan juga dengan
adanya kunjungan kerja ke wilayah kerja GIB di Kabupaten Bantul.
Menapaki umur yang ke tiga tahun ini, diharapkan GIB Merti Tirta Amartani di
Kabupaten Bantul, akan dapat memantapkan keberadaannya, terutama dalam penerapan
konsepsi 3R (reduce, reuse, recycle) dalam penanganan sampah irigasi. Kami, para alumni
FTP-UGM juga akan membantu meningkatkan peran para perempuan petani pemakai air
terutama dalam mendukung program ketahanan pangan, melalui pelatihan-pelatihan
pendayagunaan sumberdaya pangan lokal.
Demikian sambutan kami, mewakili rekan-rekan Alumni Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Gadjah Mada. Semoga Tuhan melimpahkan barokah dan rakhmatNya
bagi Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani Bantul.
Yogyakarta, Maret 2015
Ketua Alumni FTP – UGM
BAYUDONO
vii
SAMBUTAN
Kepala Dinas Sumber Daya Air Kabupaten Bantul
Irigasi sebagai salah satu pendukung produksi padi dalam rangka kedaulatan
pangan mengalami tekanan yang semakin berat. Perubahan iklim, perkembangan wilayah,
alih fungsi lahan pertanian, pemanfaatan untuk kebutuhan domestik dan industri, serta
pencemaran lingkungan adalah kondisi saat ini yang dihadapi oleh pengelola irigasi pada
tataran Pemerintah/Pemerintah Daerah hingga petani. Sehingga pengelolaan irigasi juga
harus menyesuaikan dan mampu menghadapi kondisi tersebut.
Salah satu yang akhir-akhir ini meningkat adalah pencemaran sampah di saluran
irigasi. Bukan hanya sampah pertanian namun sampah domestik, industri bahkan rumah
sakit juga dibuang ke saluran irigasi. Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian dan
keprihatinan kita semua, bahwa masih banyak masyarakat dan pengelola kegiatan belum
memahami dan menerapkan pengelolaan sampah yang baik.
Untuk itu, kami sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada
Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani (GIB-MTA), yang merupakan gerakan murni
petani yang tergabung dalam Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) se
Kabupaten Bantul, yang telah melakukan banyak hal untuk menjadikan irigasi lebih bersih.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh GIB-MTA terus kami dukung berupa bantuan Satgas
OP dan melalui beberapa kegiatan koordinasi, agar masyarakat juga merasakan bahwa apa
yang dilakukannya juga menjadi perhatian dari Pemerintah Daerah di Bantul.
Berkaitan dengan Peringatan Hari Air Dunia 2015 dan Ulang Tahun Ke-2 Gerakan
Irigasi Bersih, dapat kami sampaikan bahwa beragam kegiatan telah disiapkan oleh para
pihak seperti Dinas SDA, GIB-MTA, Dinas Pariwisata, FTP UGM, Ikatan Sarjana Wanita
Indonesia, Alumni FTP UGM, Gitapala, Permateta dan SKPD lainnya di Kabupaten Bantul,
terutama oleh Panitia yang berasal dari para petani dan unsur Desa di Desa Timbulharjo,
Kecamatan Sewon. Kegiatan tersebut meliputi pendidikan lingkungan dan cinta alam, lomba
irigasi bersih, kirab budaya mapak toya, pelatihan dan pameran pangan lokal, launching
gerakan irigasi bersih dan pementasan kesenian.
viii
Akhir kata kami mengucapkan selamat, terima kasih dan penghargaan kepada
semua pihak yang terlibat dalam Peringatan Hari Air Dunia 2015 dan Ulang Tahun Ke-2
Gerakan Irigasi Bersih.
Bantul, Maret 2015
Kepala Dinas Sumber Daya Air
Ir. IGN. YULIANTO, MT
ix
Daftar Isi
Kata Pengantar Ketua Gerakan Irigasi Bersih - Merti Tirta Amartani
Sambutan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Gadjah Mada
Sambutan Kepala Dinas Sumber Daya Air Kabupaten Bantul
iii
v
vii
Daftar Isi
Daftar Gambar
ix
x
Bagian 1. Pencemaran Lingkungan Di Pedesaan 1
Bagian 2. Pagi Menyesakkan: Refleksi Kondisi Desa Yang Tercemar 3
Bagian 3. GIB Mendunia: Kunjungan UNESCO-IHE dan Univesitas of Minessota USA 5
Bagian 4. Ritual Mapag Toya Di Jawa: Sebuah Ritual Yang Diketemukan Kembali 7
Bagian 5. Tembang Mapak Toya 10
Bagian 6. Pembelajaran Pengelolaan Irigasi Bersih Dan Sampah Berbasis GP3A 11
Bagian 7. Website GIB: www.gerakanirigasibersih.or.id 14
Bagian 8. Program Kerja dan Kegiatan GIB Tahun 2015 16
Bagian 9. Peringatan 1 Tahun GIB: Kerja Keras & Kegembiraan Masyarakat 17
Bagian 10. Peringatan 2 Tahun GIB: Penumbuhan Peranserta & Budaya 21
x
Daftar Gambar
Gambar 1. Angka Pencemaran Dalam Berbagai Medium Di Desa (%) 1
Gambar 2. Tahapan, Metode dan Objek Pelaksanaan Gerakan Irigasi Bersih 11
Gambar 3. Tampilan Website GIB 14
---------------------------- 1
1
Pencemaran Lingkungan Di Pedesaan
Pedesaan saat ini mengalami permasalahan lingkungan berupa pencemaran lingkungan
yang makin berat. Pencemaran lingkungan di pedesaan tidak menjadi semakin kecil namun
terus meningkat seiring dengan terjadinya perkembangan wilayah dan pembangunan di
pedesaan.
Bappenas melaporkan bahwa kawasan pedesaan sekarang telah tercemar dan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan dan penataan
ruang pedesaan yang tidak dikelola sehingga menimbulkan kerentanan pada sumberdaya alam
dan lingkungan hidup (Bappenas, 2014).
Pencemaran tanah, pencemaran udara dan pencemaran udara di pedesaan sudah
menunjukkan angka yang mencemaskan. Pencemaran air dan pencemaran udara semakin
tinggi dari tahun ke tahun, sedangkan pencemaran tanah pada kondisi yang stagnan dan tidak
menunjukan perbaikan (Gambar 1). Berdasarkan data Podes 2003-2010, terjadi peningkatan
pencemaran di pedesaan secara akumulatif sebesar 25% selama kurun waktu 8 tahun.
Gambar 1. Angka Pencemaran Dalam Berbagai Medium Di Desa (%)
Sumber: Podes 2003-2010 dalam Bappenas (2014)
Tingginya pencemaran air di pedesaan salah satunya disebabkan oleh minimnya sarana
dan prasarana sanitasi dimana petani tinggal. Kondisi lingkungan permukiman para petani
termasuk dalam kategori buruk, karena tidak memiliki tempat pembuangan sampah sendiri.
---------------------------- 2
Sehingga biasanya mereka membuang sampah di belakang rumah, atau hanya sebatas di bakar
(Surung dan Dahlan, 2012). Jamban, yang merupakan salah satu prasarana sanitasi, juga masih
terbatas dipedesaan. Pada tahun 2013 jumlah ketersediaan jamban di rumah tangga ada pada
angka 44,09 persen, yang berarti masih lebih dari setengah rumah tangga dipedesaan
memanfaatkan badan air untuk MCK (Bappenas, 2014).
Hasil pemantauan 10 sungai di DIY tahun 2013 yaitu di sungai Winongo, sungai Code,
sungai Gajahwong, sungai Bedog, sungai Belik, sungai Koteng, sungai Kuning, sungai Oyo,
sungai Tambakbayan, dan sungai Bulus menunjukkan bahwa seluruh sungai tersebut berada
pada status tercemar berat. Pencemaran tersebut cukup merata disebabkan oleh bahan organik,
coliform hingga logam berat (BLH DIY, 2013).
Sanitasi berupa pelayanan air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan memang
belum termasuk yang mendapat prioritas dalam pengembangan infrastruktur pedesaan
beberapa tahun yang lalu. Untuk itu, Pemerintah saat ini menetapkan sasaran utama
pembangunan perdesaan yang akan dicapai tahun 2015 diantaranya adalah pembangunan
fasilitas sanitasi yang meliputi air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan (Bappenas,
2014).
Bila tidak dilakukan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran secara
dini dan menyeluruh, maka kualitas lingkungan pedesaan akan menurun tajam dan mengancam
kesehatan masyarakat, produksi pangan dan keanekaragaman hayati.
Referensi
Bappenas. 2014. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015. Buku 2: Prioritas Pembangunan Bidang. Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/Bappenas. Jakarta
BLH DIY. 2013. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013. Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta
Surung, M.Y dan Dahlan. 2012. Petani Padi Sawah Dan Kemiskinan (Studi Kasus di Desa Pallantikang, Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa). Jurnal Agrisistem, Juni 2012, Vol. 8 No. 1
---------------------------- 3
2 Pagi Menyesakkan:
Refleksi Kondisi Desa Yang Tercemar
Pagi di desa berikan kesegaran dari udara yang masih jauh dari polusi. Berikan
pemandangan hijau di setiap sudutnya. Berikan damai dari tutur orang-orang yang menyapa
ketika berpapasan. Pagi yang didambakan dan dicari banyak orang di luar sana yang
kesehariannya dipenuhi keterburu-buruan, bising dan hiruk pikuk tanpa henti.
Ajakan melihat pagi di Pleret tentu tidak bisa ditolak. Sebuah desa di Kabupaten Bantul
yang dalam bayangan masih seperti gambaran desa pada umumnya, jauh dari polusi, hijau dan
damai. Jam lima pagi langkah dimulai.
Sambil menyusuri jalan diantara rumah penduduk, Mbah Nardi bercerita bahwa
beberapa hari yang lalu hujan turun sangat lebat dan membuat panik para petani. Pasalnya
banyak sawah yang baru saja ditanami padi. Lho bukannya tanaman padi memang
membutuhkan air yang banyak? Lalu apa kaitannya hujan dan kepanikan petani?
Hujan lebat membuat sawah tergenang dan merusak tanaman padi. Air hujan tidak bisa
mengalir keluar dari sawah karena saluran pembuang (drainase) mampet, menyempit, rusak
atau malah buntu. Genangan air yang tinggi merobohkan tanaman padi yang baru berumur 2-3
hari, menyuburkan keong yang memakan batang padi. Tidak semua sawah terselamatkan,
walaupun hingga malam dalam hujan lebat petani masih berusaha mengeluarkan air dari sawah.
Selain menyisakan pemandangan tanaman padi di sawah yang rusak, hujan juga
menyisakan pemandangan sawah yang dikotori sampah. Kemasan plastik, kertas pembungkus,
sisa makanan, buah busuk, kain, sobekan karung, ranting dan dedaunan tersangkut di celah-
celah bambu penyaring aliran air irigasi dan bertebaran di sawah.
Menyaksikan ini membuat sesak.
Langkah menyusuri sawah dan rumah penduduk dilanjutkan. Rumah di desa sekarang
banyak yang behalaman sempit, lebih banyak lagi yang tidak memiliki tempat membuang
sampah. Pria sepuh yang kami sapa menjawab dengan ramah. Dia sedang menyapu dan
mengumpulkan daun yang jatuh dan sampah yang ada untuk dibakar.
Kalaupun ada tempat sampah, biasanya terbuat dari buis beton bulat- yang digunakan
untuk menampung sampah lalu membakarnya. Sisa-sisa pembakaran sampah kerap dijumpai di
tempat sampah atau di halaman rumah.
---------------------------- 4
Lahan terbuka yang minim dan tidak ada petugas pengangkut sampah menjadi sebab
tindakan membakar sampah. Bila ingin sampah diangkut petugas, harus membayar lima belas
ribu rupiah per bulan. Biaya ini dirasa mahal.
Mendengar ini membuat sesak.
Matahari mulai muncul. Sedikit menyibak dingin pagi. Satu dua orang melewati kami
dengan bersepeda atau menaiki motor. Pemandangan makin terlihat jelas. Jalan tanah, saluran
irigasi, dan sawah di depan dan kanan kiri.
Jalan tanah yang di kanan kirinya ditumbuhi rumput tidak lagi bersih. Plastik-plastik
berisi sampah ada disana. Utuh atau terbuka dan cerai-berai hingga ke jalan. Sampah yang
dibuang oleh orang yang melewati jalan ini. Orang yang harusnya malu membuat kotor
lingkungan.
Rumah yang bersisian dengan sawah tidak mengindahkan jalan keluar yang
dibangunnya di atas saluran irigasi. Dinding atas saluran dijadikan dudukan konstruksi jembatan.
Bawah jembatan sedikit menutup saluran irigasi.
Pemilik rumah tidak sadar dan tidak peduli apa yang diperbuat akan menyebabkan
kerusakan saluran dan hambatan pengaliran air. Pengawasan serta penindakan juga lemah
terhadap kegiatan ini. Padahal Perda Bantul Nomor 29 tahun 2008 tentang Irigasi secara jelas
mengatur hal tersebut.
Menyadari ini membuat sesak.
Berhenti di petak sawah dengan tanaman padi berumur tiga minggu yang dipenuhi
sampah. Petak sawah milik Mbah Nardi. “Ini sawah saya. Beginilah kondisi sawah saya”. Kalimat
pendek yang berisi kesetiaan, harapan, perjuangan juga kemarahan. Kesetiaan untuk tetap
menjadi petani diusianya yang sudah lebih dari 70 tahun. Harapan akan hasil panen. Perjuangan
dalam merawat tanaman.
Kemarahan pada situasi, perilaku, dan orang-orang yang mengotori saluran irigasi dan
sawah. Seolah tidak perduli atas kesetiaan, harapan dan perjuangannya untuk menghasilkan
beras, menghasilkan pangan.
Dalam diam sedikit demi sedikit sampah dikeluarkan dari sawah. Bisa lebih cepat
karena hari ini dua orang yang mengerjakannya. Bagaimana kemarin? Bagaimana esok?
Pergulatan empat rasa dalam batin petani akan tetap ada di sawah. Tidak hilang.
Merasakan ini membuat sesak.
Kita tidak sepatutnya membuat sesak ini terus berlanjut. Kita harus bertindak. Kita harus
kembalikan desa jauh dari polusi, tetap hijau dan damai. Kita percaya. Kita bisa melakukannya.
Dukung gerakan irigasi bersih.
[Tulisan ini dimuat dalam website: www.gerakanirigasibersih.or.id]
---------------------------- 5
3
GIB Mendunia:
Kunjungan UNESCO-IHE dan Univesitas of Minessota USA
Gerakan Irigasi Bersih yang dicanangkan di Bantul pada tanggal 26 Maret 2013 mulai
mendunia. Kunjungan dari lembaga asing yaitu UNESCO IHE dan Universitas of Minessota USA
menjadi bukti kegiatan irigasi bersih menarik untuk dipelajari dan menjadi kajian berbagai bidang
ilmu.
KUNJUNGAN UNESCO-IHE
Pada acara “Regional Refresher Course on Water Integrity” yang dilaksanakan oleh
UNESCO-IHE dan UGM di Yogyakarta pada 23-27 Juni 2014 dipaparkan kajian mengenai GIB
yang ditulis oleh Prof. Sigit Supadmo Arif, Dede Sulaeman dan Murtiningrum berjudul
“Introducing A Clean Irrigation Movement (CIM) As Apart Of Farmer’s Partisipation In Irrigation
Operation And Maintennance (O&M): A Case Studi On The Yogyakarta Special Province,
Indonesia”. Paparan ini mendapatkan perhatian dari peserta kursus yang berasal dari 20 negara,
karena merupakan salah satu studi kasus yang menarik dan belum pernah ada dalam kajian-
kajian sebelumnya.
Kunjungan lapangan dilakukan oleh peserta kursus ke Kabupaten Bantul untuk melihat
dan berdiskusi langsung dengan petani dan pengurus GIB mengenai partisipasi yang dilakukan
dalam pengelolaan irigasi. Peserta juga melihat kegiatan petani yang sedang membersihkan
saluran irigasi di Kecamatan Imogiri.
KUNJUNGAN UNIVERSITAS OF MINESSOTA
Prof. Gerry D. Sand dari Universitas Minessota Amerika Serikat melakukan kunjungan
ke lokasi Gerakan Irigasi Bersih di Bantul pada tanggal 13 Januari 2015. Didampingi oleh Prof.
Sigit Supadmo Arif dari UGM, Prof. Gerry menemui Ketua Gerakan Irigasi Bersih-Merti Tirta
Amartani (GIB-MTA), Sunardi Wiyono di Keputren, Pleret, Bantul, untuk mengetahui dan
berdiskusi langsung mengenai kegiatan GIB dan pemberdayaan masyarakat tani untuk
mengatasi sampah di saluran irigasi.
---------------------------- 6
Dalam diskusi Ketua GIB MTA, Sunardi Wiyono, menjelaskan bahwa GIB merupakan
gerakan yang berawal dari protes petani Bantul terhadap tingginya pencemaran sampah di
saluran irigasi, yang kemudian sepakat untuk membentuk sebuah gerakan bersama masyarakat
tani se Kabupaten Bantul yang tergabung dalam 40 GP3A untuk mengatasi dan mengelola
sampah di saluran irigasi. Jadi gerakan irigasi bersih adalah gerakan murni dari masyarakat tani
untuk mengatasi dan mengingatkan semua pihak mengenai pencemaran sampah di
lingkungannya, termasuk yang mencemari irigasi. Hasil dari gerakan ini, walaupun perlahan
telah mulai dirasakan oleh petani.
Prof. Gerry D. Sand juga menyampaikan bahwa apa yang dialami oleh petani atau
masyarakat di Bantul saat ini, pernah terjadi di Amerika Serikat pada tahun ’70-an. Kondisi
sungai dan badan air lainnya di Amerika pada tahun 1970 tercemar berat oleh limbah domestik
dan industri, menyebabkan kerusakan dan dampak lingkungan yang serius bagi masyarakat
Amerika. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan undang-
undang yang mengatur mengenai kualitas air yaitu Clean Water Act, yang menjadi pijakan untuk
menata kembali dan memperbaiki kualitas air dan badan air.
Pada kesempatan kunjungan ini, Prof. Gerry D. Sand akan menindaklanjutinya dengan
mengirim mahasiswa dari Universitas Minessota ke Bantul agar dapat mempelajari budaya dan
kegiatan masyarakat yang terkait dengan irigasi dan pertanian, pengembangan pangan olahan
lokal serta pengelolaan/tanggap bencana.
---------------------------- 7
4
Ritual Mapag Toya Di Jawa:
Sebuah Ritual Yang Diketemukan Kembali
PENGANTAR
Air merupakan satu unsur paling penting bagi makhluk hidup di bumi ini di samping bumi
yang setiap hari kita injak. Tidak heran apabila banyak tempat di Jawa dan Bali diberi nama
dengan awalan Banyu atau Tirta, seperti Banyuwangi, Banyubiru, Banyuraden, Tirta Adi,
Tirtempul, Tirta Rejo. Bahkan di Jawa Barat hampir tempat diawali dengan kata Ci yang berarti
air atau sungai. Oleh sebab itu tidak berlebihan apabila masyarakat di Jawa dan juga Bali sangat
menghormati keberadaan air sebagai satu simbul kehidupan yang suci dan sekaligus
mensucikan. Beberapa acara ritual yang bertujuan menghormati Tuhan Sang Pencipta Alam
Semesta yang telah memberikan air sebagai satu sarana untuk hidup bagi seluruh makhluk
banyak dilakukan oleh masyarakat tradisi di Jawa seperti Merti Code, satu acara penghormatan
terhadap sungai Code yg membelah kota Yogyakarta, dan masih banyak sekali acara-acara
serupa di banyak tempat di Pulau Jawa dan Bali.
Pada umumnya saat ini acara ritual penghormatan terhadap Allah Sang Pencipta yang
telah memberikan air dilakukan di mata air atau sungai dan sangat jarang dilakukan oleh satu
kelompok petani tradisional. Hal ini disebabkan oleh karena telah terjadi perubahan sistem
institusi pengelola irigasi seiring dangan berubahnya sstem pemerintah yang terjadi di Indonesia.
Pada masa kerajaaan sebelum datangnya masa kolonial, pengelolaan irigasi dilakukan
oleh petani secara mandiri dan tidak tergantung pada kerajaan. Kegiatan-kegiatan ritual
pertanian berlangsung dengan baik sesuai dengan perkembangan keagamaan dan budaya yang
juga berlangsung secara perlahan. Upacara ritual itu dimulai dengan (i) acara Mapag Toya yaitu
berdoa di bendung tempat awal mula air irigasi dialirkan dari sungai, (ii) Labuh Tandur yaitu
upacara berdoa di sawah untuk memulai menanam padi, (iii) upacara perawatan padi supaya
hidup dengan bagus dan tidak diganggu hama penyakit, dan (iv) wiwitan panen, memulai panen
yaitu upacara berdoa bersukur pada Allah terhadap hasil yang telah diberikan selama satu
musim tanam, acara ini dilakukan di sawah. Pada masa itu bentuk organisasi irigasi tradisional di
Jawa mempunyai struktur persis sama dengan Subak di Bali saat ini. Sebagai bukti bahwa
Subak pernah berada di Jawa, nama Subak sebagai satu organisasi irigasi tradisonal masih
dikenal di beberapa tempat di Jawa, misalnya di Wonogiri.
Pada pertengahan abad 18, pemerintah kolonial Belanda mulai membangun sistem
irigasi teknis untuk perkebunan tebu dan institusi irigasi dilakukan oleh ulu-ulu sebagai perangkat
---------------------------- 8
desa untuk lebih memudahkan operasi irigasi yang lebih ditujukan untuk kepentingan
perkebunan tebu dari pada untuk petani. Sejak itu institusi irigasi sebagai bentuk organisasi yang
bersifat komunal berubah menjadi institusi individual. Laju tergerusnya nilai-nilai tradisi
bertambah cepat dengan adanya revolusi hijau pada pertengahan dekade 60’an. Seiring dengan
berjalannya waktu semua atribut ritual penghormatan terhadap Allah yang memberikan hidup
dalam lingkup pertanian mulai meredup. Bahkan mapag toya hilang sama sekali. Di Bali acara
Mapag Toya diadakan menjelang masa tanam di bendung.
Sesuai dengan keistimewaan Yogyakarta maka acara mapag toya yang sudah lama tak
ada lagi dicoba akan digiatkan kembali, di mulai di Kabupaten Bantul, diadakan bertepatan
dengan peringatan Hari Air Dunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret dan Hari Ulang Tahun
Gerakan Irigasi Bersih (GIB)/Merti Tirta Amartani (MTA). Gerakan Irigasi Bersih diadakan karena
di beberapa tempat saluran irigasi penuh dengan sampah sehingga menggaggu aliran air irigasi,
lingkungan dan kesehatan.
TUJUAN MAPAG TOYA
Dari uraian di atas maka tujuan acara Mapag Toya adalah (i) menghidupkan kembali
acara ritual untuk menghormati Allah Sang Pencipta hidup dan kehidupan beserta alam seisinya,
(ii) memberikan ispirasi pada masyarakat agar tetap menjaga air sebagai sarana makhluk untuk
hidup dan menjaga kelestarian lingkungan, (iii) menggiatkan seni budaya dan pariwisata daerah
sebagai satu bentuk ke Istimewaan Yogyakarta.
UBO RAMPE
Dalam masyarakat Jawa acara ritual menjadi bentuk penghayatan perilaku manusia
untuk dekat kepada Sang Pencipta. Di dalamnya terdapat simbol-simbol atau perlambang
berupa ubo rampe yang mengandung makna yang dalam. Pada kegiatan Mapag Toya dibuat
lauk pauk pelengkap berupa makanan (ubo rampe) yang melambangkan ungkapan-ungkapan
dan makna syukur manusia kepada Tuhan yang memberi kehidupan. Ubo rampe yang dibuat
pada kegiatan Mapag Toya diantaranya Gunungan/Tumpeng, Ingkung dan berbagai atribut
lainnya
Gunungan atau tumpeng yang berbentuk kerucut besar di bawah dan meruncing di
bagian atas melambangkan suatu hubungan manusia secara vertikal ke atas kepada Tuhan
Yang Maha Tunggal untuk memanjatkan doa secara tulus, suci dan dengan hati yang bersih.
Ingkung yang berupa ayam kampung yang dimasak utuh melambangkan posisi sujud dan
kepasrahan manusia pada Sang Kholik sebagai pemilik dan penguasa alam semesta.
---------------------------- 9
PELAKSANAAN MAPAG TOYA
Sebagai sebuah ritual yang dahulunya ada namun hilang, dan sekarang akan
dilaksanakan kembali, maka pelaksanaan masih disandarkan pada pengetahuan yang ada
dimasyarakat dan belum digali secara mendalam melalui serangkaian penelusuran budaya.
Namun demikian prinsip dasar dari Mapag Toya yang mulai dilaksanakan saat ini akan dilakukan
sedekat mungkin dengan apa yang menjadi makna Mapag Toya pada jaman dahulu namun
memberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan seni yang menyertaninya dan tetap
berpegang pada ajaran agama.
Pelaksanaan Mapag Toya rencananya akan dilaksanakan dalam bentuk Kirab Budaya
dan Doa Bersama dari lokasi pemerintahan Desa menuju bendung. Karena dalam bentuk Kirab
Budaya maka atribut seperti gunungan/tumpeng dan kesenian tradisional akan menyertai kirab
budaya tersebut. Pimpinan pemerintahan dan pemuka masyarakat diberi kehormatan untuk
menaiki kuda sebagai Manggolo Yudho.
Acara Ritual Mapag Toya di Bendung dimulai dengan berdoa bersama yang dipimpim
oleh pemuka agama, untuk meminta kepada Tuhan Yang Kuasa, agar diberi rahmat, hidayah,
kemudahan dan kebarokahan dari air yang akan digunakan untuk budidaya padi. Sehingga
secara prinsi, ritual Mapag Toya adalah bentuk syukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan
dan permintaan kepada Tuhan agar dalam melaksanakan kegiatan budidaya mendapatkan
perlindungan dan hasil yang baik. Simbolis pemimpin pemerintahan akan membuka pintu air
bendung sebagai tanda dimulainya budidaya pertanian.
Gunungan/tumpeng yang dibawa oleh masyarakat dan pamong desa akan dimakan
secara bersama-sama. Hal ini untuk menunjukkan adanya kebersamaan antara pimpinan
pemerintahan dan tokoh masyarakat dengan seluruh masyarakat.
---------------------------- 10
5
Tembang Mapak Toya
[Gambuh]
Mapag toya puniku, greget krentek pra tani kang lugu. Amemangun sarana ilining warih. Nuju
sareng wayahipun. Mangsa tanem dateng wana.
Dek jaman landi wau, mapag toya pun dawuhken estu. Narapraja dawuh dateng para tani.
Ambangun bendunganipun. Amrih pabrik lancar toya.
Napa ta ginanipun marih pabrik kedah dipun bangun. Ngolah tebu kagem damel gendis pasir.
Pra tani kedah memangut. Awit dawuh saking landih.
Ing jaman merdika niku, kerja rodi sampun mboten laku. Mangka toya estu baku tumrap tani.
Icaling reh mapag toya. Pra tani kecalan daya.
Mila kabeh sedulurku, ayo bareng pada tindak laku. Amemangun budaya kang wus kawuri.
Mapag toya estu baku. Kangge pra tani raharja.
---------------------------- 11
6
Pembelajaran Pengelolaan Irigasi Bersih Dan
Sampah Berbasis GP3A
KONSEPTUAL
Pembelajaran pengelolaan irigasi bersih dan sampah berbasis GP3A mengacu pada
konsep yang dikemukakan oleh Sulaeman dkk (2013) yaitu melalui penumbuhan kesadaran,
pembersihan saluran irigasi dan pengelolaan sampah. Tahapan pelaksanaan kegiatan gerakan
irigasi bersih dimulai dengan penumbuhan kesadaran, aktivitas pembersihan saluran irigasi
hingga pengelolaan sampah, dengan metode dan objek yang spesifik pada tiap tahapannya
(Gambar 2). Penumbuhkan kesadaran dilakukan pada petani dan organisasi petani pemakai air
agar timbul keinginan untuk melaksanakan pemeliharaan jaringan irigasi tersier yang menjadi
tanggungjawabnya dan berperan pada pemeliharaan jaringan primer dan sekunder. Belajar
bersama menjadi metode yang dianggap cocok agar terjadi saling tukar pengalaman dan
berbagi pengetahuan antar berbagai pihak.
Gambar 2. Tahapan, Metode dan Objek Pelaksanaan Gerakan Irigasi Bersih
Sumber: Sulaeman dkk (2013)
Bersamaan dengan penumbuhan kesadaran, dilakukan aktivitas pembersihan saluran
irigasi tersier, sekunder dan primer untuk menumbuhkan kekompakan dan budaya gotong
royong antar petani dan menguji efektivitas mesin organisasi GP3A/P3A dalam memobilisasi
sumberdaya yang ada. Tahapan berikutnya adalah meningkatkan kemampuan dalam
pengelolaan sampah organik dan an-organik secara sederhana, murah, mudah diterapkan dan
menghasilkan manfaat ekonomi bagi petani. Metode yang digunakan adalah pelatihan
---------------------------- 12
pembuatan percontohan dan belajar bersama di tingkat GP3A. Untuk memperluas gerakan yang
dilakukan oleh petani yang tergabung dalam GP3A, diperlukan keterlibatan dan peranserta
keluarga dan masyarakat yang notabene adalah produsen sampah.
PROSES PEMBELAJARAN
Tindakan pembersihan saluran irigasi yang dilakukan oleh petani yang tergabung dalam
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) ataupun Gabungan P3A (GP3A) tidak serta merta akan
menciptakan saluran irigasi yang bersih dan terbebas dari sampah. Perilaku masyarakat yang
masih membuang sampah sembarangan di sungai dan saluran irigasi menyebabkan sampah di
saluran irigasi tidak berkurang secara nyata.
Dalam beberapa pertemuan GP3A atau antar GP3A di dalam wadah GIB-MTA, masalah
masih banyaknya sampah di saluran irigasi, walaupun sudah sering dibersihkan, menjadi salah
satu hal yang harus diselesaikan. Hal ini agar para petani tidak terus-menerus membersihkan
sampah dari saluran irigasi, namun masyarakat tetap saja membuang sampah di saluran irigasi
karena tidak memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah.
Melihat kenyataan ini, GIB-MTA bersama dengan mahasiswa FTP UGM merancang
sebuah konsep dan kegiatan pembelajaran pengelolaan irigasi bersih dan sampah berbasis
GP3A. Tujuannya adalah untuk melakukan penanganan dan pengelolaan sampah yang telah
masuk dan mengotori saluran irigasi maupun sampah yang belum dibuang oleh masyarakat.
Sehingga selain membersihkan saluran irigasi yang memang telah tercemar oleh sampah,
petani bersama dengan masyarakat juga sama-sama belajar bagaimana menangani sampah
yang dihasilkan di rumah tangga agar bisa dikelola dengan baik dan ramah lingkungan.
Lokasi yang dipilih menjadi percontohan kegiatan pembelajaran ini adalah di GP3A
Nglaren yang berlokasi di Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Bantul. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan keinginan dan kesiapan dari pengurus GP3A Nglaren bersama dengan pengurus
RT dan RW untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap dengan melibatkan masyarakat dan
mendorong masyarakat untuk menyepakati, memutuskan dan melaksanakan hasil kesepakatan
yang telah dibuat. Mahasiswa FTP UGM akan mendampingi dan memberikan informasi
mengenai pola-pola pengelolaan sampah yang diterapkan di daerah lain.
Pada tahap pertama telah dilakukan studi banding pengelolaan sampah di lokasi yang
telah berhasil mengelola sampah secara ramah lingkungan yang diikuti oleh pengurus GP3A
Nglaren, ketua RT, masyarakat, dan pendamping dari UGM. Dari kunjungan ini peserta menjadi
lebih terbuka dan memahami berbagai hal tentang pengelolaan sampah baik kendalanya
maupun keuntungan yang bisa diperoleh.
---------------------------- 13
Tahap berikutnya adalah, pembelajaran bersama antara mereka yang mengikuti studi
banding dengan seluruh pengurus RT dan pemuka masyarakat. Dalam kesempatan ini juga
diutarakan mengenai keinginan dari pengurus GP3A Nglaren mengenai pengelolaan irigasi
bersih yang perlu didukung oleh seluruh masyarakat. Tanpa dukungan seluruh masyarakat,
upaya menciptakan irigasi bersih dan pengelolaan sampah di Desa Potorono tidak akan
tercapai. Pada tahap ini secara prinsip pengurus RT dan pemuka masyarakat menyetujui
maksud dari gerakan yang akan dilakukan dan akan mendukung upaya-upaya tersebut.
Pembelajaran pada tahap ini akan terus dilakukan hingga pada tingkat yang lebih rinci
dan teknis mengenai pemilahan sampah di rumah tangga, pewadahan sampah, pengangkutan
dan pengumpulan sementara sampah yang dihasilkan. Evaluasi juga secara berkala akan
dilakukan untuk menilai apakah pemahaman masyarakat dan tindakan masyarakat telah sesuai
dengan apa yang dipelajari bersama. Penyesuaian mungkin diperlukan dalam pengelolaan
sampah berbasis GP3A karena berbagai alasan seperti kondisi lingkungan pedesaan yang
berbeda dengan perkotaan, jarak antar rumah yang berjauhan, tingkat sosial ekonomi
masyarakat, dll.
Pihak lain yang juga akan dilibatkan adalah ibu-ibu, remaja dan anak-anak. Pendekatan
budaya, pembelajaran dengan teman sebaya, dan pemberian contoh yang mudah diterapkan
adalah beberapa pilihan agar proses pembelajaran menjadi lebih mudah dijalankan dan
dipraktekkan semua pihak.
Referensi
Sulaeman, D., S.S. Arif, Bayudono, dan E.T.N. Sigit. 2013. Gerakan Irigasi Bersih Sebagai Gerakan Khas Partisipatif Pengelolaan Irigasi. dalam Kumpulan Makalah Seminar Nasional Komite Nasional Indonesia-ICID, Semarang, 30 November 2013
---------------------------- 14
7
Website GIB
www.gerakanirigasibersih.or.id
Di era informasi, kebutuhan untuk menyebarluaskan informasi dan memperoleh
informasi tampaknya semakin mudah dengan kehadiran internet. Berbagai informasi dapat
disampaikan kepada khalayak luas tanpa batas ruang.
Sebagai pengejawantahan moto GIB “dari Jogja untuk Indonesia”, maka plihan untuk
memanfaatkan internet sebagai sarana untuk berbagi informasi menjadi sebuah keharusan.
Setelah mengadakan pembahasan dan merancang substansi dan tampilan website, beberapa
mahasiswa UGM dan aktivis gerakan irigasi bersih, membuat website GIB dengan alamat
www.gerakanirigasibersih.or.id. Pengelolaa website dilakukan secara bersama antara
mahasiswa UGM dan GIB-MTA.
Website ini memuat informasi dan kegiatan masyarakat khususnya di Kabupaten Bantul
dan di daerah lainnya di seluruh Indonesia mengenai pengelolaan irigasi bersih, pengelolaan
sampah, pemberdayaan masyarakat, budaya bersih dan lingkungan hidup.
Gambar 3. Tampilan Website GIB
---------------------------- 15
Terdapat sembilan menu dalam website ini, meliputi Home, Tentang Kami, Program,
Berita, Publikasi GIB, Perundangan, Referensi, Hubungi Kami dan Link Terkait GIB. Masing-
masing menu tersebut berisi informasi sebagai berikut:
- Home, berisi tentang berita terbaru yang dimuat, lima berita terakhir yang dimuat, lima berita
terpopuler dan foto-foto kegiatan GIB.
- Tentang Kami, berisi mengenai sejarah GIB dan Visi-Misi gerakan ini.
- Program, berisi lima program GIB yaitu penyadaran dan pemberdayaan, kampanye,
pengembangan partisipasi masyarakat, pengembangan manajemen sampah, dan penjagaan
serta pembersihan saluran irigasi.
- Berita, berisi mengenai seluruh berita yang dimuat dalam website GIB.
- Publikasi GIB, berisi mengenai makalah, jurnal, paper mengenai gerakan irigasi bersih yang
telah mendapat ijin dari penulisnya untuk dimuat di web GIB.
- Perundangan, berisi mengenai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan air,
irigasi, pengelolaan linkungan, pengembangan wilayah, dll mulai dari Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, hingga Peraturan Daerah.
- Referensi, berisi tentang publikasi terbuka dari instansi maupun penerbit informasi yang
dapat dirujuk oleh pembaca.
- Hubungi Kami, berisi informasi mengenai lokasi pengelola website dan alamat email yang
dapat digunakan untuk bertukar informasi.
- Link Terkait GIB, berisi mengenai beberapa link website yang berkaitan dengan gerakan
irigasi bersih seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Bappenas,
FAO, ICID, UGM, dll.
Masyarakat yang memiliki informasi atau tulisan yang berkaitan dengan tema irigasi
bersih, pertanian, dll, dapat mengirimkan kepada redaksi website melalui email:
[email protected] untuk dapat dimuat di website GIB.
---------------------------- 16
8
Program Kerja dan Kegiatan GIB Tahun 2015
Bila mengacu pada tahapan pengembangan Gerakan Irigasi Bersih Tahun 2013-2017,
beberapa program/kegiatan tahun 2013 dan 2014 belum seluruhnya dapat dilaksanakan dan
dituntaskan yaitu revitalisasi dan penguatan kelembagaan, pengembangan budaya dan
infrastruktur. Padahal di tahun 2015 seharusnya sudah mulai fokus pada program/kegiatan
pengembangan budaya dan efektivitas operasionalisasi organisasi GIB-MTA.
Pembenahan organisasi tetap dilakukan oleh kepengurusan Gerakan Irigasi Bersih-
Merti Tirta Amartani (GIB-MTA) meliputi penguatan dan koordinasi di dalam kepengurusan
maupun dengan pihak lainnya, menyiapkan kesekretariatan, melengkapi dan memperbaiki
sistem dokumentasi kelembagaan, serta merancang program/kegiatan tahunan.
Pada tahun-tahun sebelumnya program kerja/kegiatan masih lebih banyak diserahkan
kepada masing-masing Korwil GIB, namun untuk tahun 2015 telah dirancang program/kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh GIB-MTA maupun oleh Korwil GIB. Program/kegiatan tersebut
dibagi dalam 7 (tujuh) kelompok yaitu pertemuan rutin GIB, kegiatan berbasis budaya, koordinasi
dengan instansi terkait, koordinasi dengan institusi masyarakat, pelaksanaan peringatan,
kegiatan percontohan dan pelatihan.
Secara terperinci program/kegiatan untuk masing-masing kelompok adalah sebagai
berikut:
A. Pertemuan rutin GIB dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu:
(1). Pertemuan GP3A di masing-masing Korwil
(2). Pertemuan Koordinasi Tingkat Korwil
(3). Pertemuan Koordinasi Tingkat GIB-MTA
B. Kegiatan berbasis budaya
(1). Mapak toya
(2). Labuh tandur
(3). Ruwatan tanam
(4). Wiwit panen
---------------------------- 17
C. Koordinasi dengan instansi
(1). Dinas terkait lingkup Kabupaten Bantul, TNI & Polri
(2). Dinas terkait lingkup DIY
(3). Universitas/perguruan tinggi
(4). Kementerian/Lembaga
D. Koordinasi dengan institusi masyarakat
(1). Komunitas sungai
(2). LSM lingkungan hidup
(3). Bank Sampah/Wakaf Sampah
E. Peringatan-peringatan
(1). Peringatan Hari Air Dunia 2015
(2). Peringatan HUT GIB MTA ke 2
F. Kegiatan percontohan
(1). Gerakan bersama GIB MTA dan Komunitas Sungai
(2). Pengolahan sampah organik dan an-organik (plastik)
G. Pelatihan
(1). Pelatihan pengolahan kompos
(2). Pelatihan pengolahan sampah plastik
(3). Pelatihan jurnalisme warga
Diharapkan dengan adanya program kerja/kegiatan, maka GIB akan lebih terarah dalam
melaksanakan program/kegiatan, dapat ditentukan jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
GIB MTA dan kegiatan yang perlu dukungan instansi/lembaga, sebagai bahan informasi bagi
instansi terkait yang memiliki kegiatan terkait irigasi, sampah dan pemberdayaan petani untuk
dapat bersama-sama melakukan aksi/gerakan/kegiatan, dan mendorong masyarakat agar lebih
peduli terhadap irigasi dan mendukung gerakan irigasi bersih.
---------------------------- 18
9
Peringatan 1 Tahun GIB:
Kerja Keras & Kegembiraan Masyarakat
Peringatan Ulang Tahun Ke-1 GIB dilaksanakan bersamaan dengan Peringatan Hari Air
Dunia 2014 Kabupaten Bantul pada akhir Maret 2014 di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul. Berbagai acara dilaksanakan untuk memperingati Ultah Ke-1 GIB seperti
Pekan Irigasi Bersih, lomba penjor GP3A (berbahan janur dan produk pertanian),
pelatihan/sosialisasi pengelolaan sampah, renungan hari air dunia, dan pergelaran wayang kulit.
Selama satu minggu lebih (mulai tanggal 16 hingga 29 Maret 2014 dalam acara Pekan
Irigasi Bersih) petani, P3A/GP3A, GIB-MTA, personil Kodim 0729/Bantul, Dinas SDA Kabupaten
Bantul, BBWS Serayu Opak, dan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian UGM melaksanakan
pembersihan saluran irigasi di 15 lokasi. Kegiatan ini juga diliput oleh media cetak, televisi, radio
dan on-line.
Puncak acara dihadiri Bupati Bantul, Kepala BBWS SO, Kepala Dinas SDA Bantul,
Kepala Dinas SDAEM Sleman, Dinas/Instansi DIY dan Bantul, anggota GIB-MTA, P3A dan
masyarakat luas. Bupati Bantul menyerahkan Trophi kejuaraan Lomba Penjor GP3A dan
menerima buku laporan setahun kegiatan GIB-MTA.
Pergelaran wayang kulit Ki Dalang Udreka menjadi penutup rangkaian acara Peringatan
HAD 2014 Kabupaten Bantul dan Ultah Ke-1 GIB.
Beberapa foto kegiatan dalam rangka Peringatan HAD 2014 Kabupaten Bantul dan
Ultah Ke-1 GIB ditampilkan di bawah ini.
Rapat Persiapan Rapat Persiapan
---------------------------- 19
Pembersihan Bendung TNI membantu kegiatan irigasi bersih
Pembersihan saluran induk oleh masyarakat dan Satgas
OP Dinas SDA
Pembersihan saluran irigasi oleh masyarakat, unsur
desa, kecamatan, TNI dan Dinas PU
Peliputan media
(Ketua GIB-MTA)
Peliputan Media
(Kepala BBWS SO)
---------------------------- 20
Press Release Puncak Acara Dihadiri Bupati Bantul
Bupati Bantul membuka acara dengan memberikan
sambutan dan pemotongan tumpeng
Kepala Dinas SDA menyerahkan Buku Satu Tahun GIB
kepada Bupati Bantul
Bupati Bantul memberikan piala lomba penjor
antar GP3A
Bupati Bantul menyerahkan wayang kepada
Dalang Udreko sebagai tanda dimulai
Pementasan Wayang Kulit
---------------------------- 21
10
Peringatan 2 Tahun GIB:
Penumbuhan Peranserta & Budaya
Secara berkala Hari Air Dunia (World Water Day) diperingati setiap tanggal 22 Maret
oleh berbagai organisasi dan instansi pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia. UN
Water sebagai penyelenggara World Water Day mengangkat tema kegiatan untuk tahun 2015
adalah “Water and Sustainable Development” dengan tujuh sub tema yaitu: water is health,
water is nature, water is urbanization, water is industry, water is energy, water is food, dan water
is equality.
Sebagaimana diketahui, pada bulan Maret 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta
tepatnya di Kabupaten Bantul telah dicanangkan sebuah gerakan masyarakat tani yang peduli
dan mengusahakan terciptanya air bagi pertanian yang terbebas dari pencemaran yaitu Gerakan
Irigasi Bersih (GIB). Untuk itu, dalam rangka menyemarakan dan memberi makna pada
Peringatan Hari Air Dunia 2015 Kabupaten Bantul dan Peringatan Ulang Tahun Ke-2 Gerakan
Irigasi Bersih, berbagai elemen masyarakat mencoba mengusulkan dan merancang beberapa
kegiatan dengan tema “Air dan Pembangunan Berkelanjutan” yang bernuansa budaya,
pemberdayaan masyarakat, konservasi, pangan lokal, dan lingkungan hidup, yang masih
memiliki kaitan dengan tema World Water Day 2015 serta diperkaya dengan muatan-muatan
lokal.
Kegiatan “Peringatan Hari Air Dunia 2015 Kabupaten Bantul dan Ulang Tahun Ke-2
Gerakan Irigasi Bersih” telah disiapkan dan disusun berdasarkan usulan berbagai elemen
masyarakat/organisasi yaitu Gerakan Irigasi Bersih-Merti Tirta Amartani (GIB-MTA), Mahasiswa
Pencinta Alam Fakultas Teknologi Pertanian UGM (Gitapala), Persatuan Mahasiswa Teknologi
Pertanian (Permateta), Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Alumni Fakultas Teknologi Pertanian
UGM dan Ikatas Sarjana Wanita Indonesia (ISWI).
Selain itu SKPD/instansi Kabupaten Bantul seperti Bappeda, Dinas SDA, Dinas
Pertahut, BLH, BKP3, Dinas Budpar, Kodim 0729/Bantul dan Dinas PU, mendukung rencana
kegiatan ini melalui program/kegiatan di masing-masing SKPD/instansi agar penyelenggaraan
kegiatan dapat lebih baik serta lebih luas menjangkau masyarakat.
Kegiatan akan berlangsung selama satu pekan mulai tanggal 20 hingga 26 Maret 2015,
dan puncak acara diselenggarakan pada 26 Maret 2015 di Desa Timbulharjo, Kecamatan
Sewon, Kabupaten Bantul. Kepanitiaan penyelenggara kegiatan ini dibentuk, dikoordinir dan
dijalankan oleh para petani yang tergabung dalam Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A)
---------------------------- 22
Dokaran, Kemiri dan Merdiko Kiri di Kecamatan Sewon dengan dukungan dari pihak Lurah
Timbulharjo dan Camat Sewon.
Kegiatan selama satu pekan akan terdiri dari beberapa acara sebagaimana diuraikan
berikut ini, yaitu:
a) Lomba irigasi bersih se Kabupaten Bantul. Setiap Korwil GIB menentukan lokasi dan waktu
kegiatan pembersihan saluran irigasi untuk dinilai oleh Tim Penilai dari Dinas SDA Bantul,
FTP UGM dan GIB-MTA. Acara lomba berlangsung tanggal 20 s/d 23 Maret 2015.
b) Pendidikan lingkungan hidup dan cinta alam di sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama. Acara dilaksanakan tanggal 20 s/d 24 Maret 2015 oleh Gitapala/Mapala UGM di
SD Timbulharjo, SD Ngandok dan SMP 1 Sewon.
c) Kirab Budaya Mapak Toya dan do’a bersama dalam memulai mengalirkan air untuk
budidaya pertanian. Acara dimulai dengan kirab budaya membawa 17 tumpeng/gunungan
yang dibuat oleh warga Desa Timbulharjo, diarak disertai barisan kuda Manggolo Yudho
dan berbagai kesenian menuju Bendung Kemiri. Di Bendung Kemiri peserta melakukan
do’a dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberi kemudahan,
keselamatan dan kelancaran dalam melaksanakan kegiatan budidaya.
d) Pembersihan saluran irigasi se Kabupaten Bantul yang dipusatkan di Daerah Irigasi
Merdiko Kiri, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon oleh masyarakat, Kodim 0729/Bantul,
instansi Bantul/DIY dan Mahasiswa Pencinta Alam UGM, dilaksanakan tanggal 26 Maret
2015.
e) Pelatihan dan pameran/bazaar pangan lokal. Acara dimaksudkan untuk mempromosikan
kepada masyarakat mengenai pangan lokal yang berkualitas, bergizi dan harga terjangkau.
Pelatihan pembuatan pangan lokal diselenggarakan tanggal 25 Maret 2015, sedangkan
pameran/bazar pada tanggal 26 Maret 2015 di Balai Desa Timbulharjo dan diikuti oleh
UKM, Instansi, komunitas, mahasiswa dll.
f) Pembagian dan penanaman pohon sengon/jabon dari Ibu Sri Kusumo Amdani kepada
petani/kelompok tani di Bantul. Acara akan dilakukan tanggal 26 Maret 2015 di Balai Desa
Timbulharjo.
g) Greenkustik (pentas akustik dan ajakan mengelola lingkungan dalam satu panggung
pertunjukan) diselenggarakan tanggal 26 Maret 2015 bersamaan dengan pemeran/bazar
pangan lokal. Pemusik berasal dari kelompok musik kampus, sedangkan acara lingkungan
diisi oleh komunitas lingkungan hidup.
h) Pertunjukan kesenian rakyat Ketoprak. Acara diselenggarakan tanggal 25 Maret 2015 jam
19.00 wib di Balai Desa Timbulharjo oleh kelompok Ketoprak Wanita “Cempaka Krida
Budaya” dengan cerita Damarwulan Wisuda yang dikolaborasi dengan wayang.
---------------------------- 23
i) Puncak Acara HAD 2015 dan HUT Ke-2 GIB diselenggarakan tanggal 26 Maret 2015 pukul
19.00 s/d selesai sebagai pungkasan acara dari seluruh rangkaian acara. Pada acara ini
diumumkan pemenang dan penyerahan hadiah lomba irigasi bersih, theater tani, launching
website Gerakan Irigasi Bersih (www.gerakanirigasibersih.or.id) dan pertunjukan kesenian
wayang kulit Ki Hadi Sutoyo.