laporan individu ppd arya (isi)
TRANSCRIPT
BAGIAN PERTAMA
HASIL PEMBINAAN KELUARGA
BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
Keluarga binaan yang diterapkan dalam kegiatan PPD ke-72 kali ini bertempat
tinggal di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang masuk dalam
wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI. Desa Sekaan hanya terdiri dari 1 dusun yang
dihuni oleh 440 KK dan sebagian besar bekerja sebagai petani jeruk.
1.1 Data Demografi Keluarga Binaan
Tabel 1. Susunan Keluarga I Wayan Dugdug
No Nama JKUmur
(th)Pendidikan Pekerjaan
Hubungan
dengan KK
1. I Wayan Dugdug L 62 Tidak Sekolah Petani KK
2. Ni Made Reji P 41 Tamat SD Buruh Istri KK
3. Ni Wayan Mariani P 18 Tamat SD Wiraswasta Anak KK
4 I Nengah Artika Yasa L 15 Tamat SD Pelajar Anak KK
5 Ni Komang Suartini P 8 - Pelajar Anak KK
Gambar 1. Sistem Kekerabatan I Wayan Dugdug
1
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
1 2
4 53
1. I Wayan Dugdug – KK
2. Ni Made Reji – Istri KK
3. Ni Wayan Mariani – Anak KK
4. I Nengah Artika Yasa – Anak KK
5. Ni Komang Suartini – Anak KK
Keluarga Bapak I Wayan Dugdug terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak.
Keluarga ini merupakan keluarga inti. Keluarga Bapak I Wayan Dugdug beragama
Hindu. Bapak I Wayan Dugdug dan sang istri, Ni Made Reji, bekerja sebagai petani
yang menggarap ladang milik orang lain dan terkadang bekerja sebagai buruh
bangunan bila ada tawaran pekerjaan. Pasangan ini memiliki tiga orang anak, dimana
anak pertamanya tinggal di Denpasar dan sudah bekerja di salon, begitu juga anak
keduanya tinggal di Denpasar yang saat ini berstatus pelajar SMP Kelas 3. Saat ini
keluarga Bapak I Wayan Dugdug hanya tinggal bertiga yaitu dengan sang istri dan
anak ketiganya yang sedang duduk di bangku SD Kelas 3.
Tabel 2. Susunan Keluarga I Wayan Temu
No Nama JKUmur
(th)Pendidikan Pekerjaan
Hubungan
dengan KK
1. I Wayan Temu L 56 Tamat SD Petani KK
2. Ni Wayan Tingkih P 50 Tamat SD Pedagang Istri KK
3. Gede Sukarna L 22 Tamat SD Buruh Anak KK
4. Luh Sukesi P 16 Tamat SD Pedagang Anak KK
Gambar 2. Sistem Kekerabatan I Wayan Temu
2
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
1 2
3 4
1. I Wayan Temu – KK
2. Ni Wayan Tingkih – Istri KK
3. Gede Sukarna – Anak KK
4. Luh Sukesi – Anak KK
Keluarga Bapak I Wayan Temu terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Keluarga
ini merupakan keluarga inti. Keluarga Bapak I Wayan Temu beragama Hindu. Bapak
I Wayan Temu bekerja sebagai petani yang menggarap ladang milik orang lain,
sementara sang istri, Ni Wayan Tingkih, adalah seorang pedagang yang membuka
warung kecil di depan rumah kediaman mereka. Pasangan ini memiliki dua orang
anak. Anak pertama hanya bersekolah sampai tamat SD dan saat ini bekerja sebagai
buruh. Begitu pula anak kedua juga hanya bersekolah sampai tamat SD dan saat ini
bekerja membantu ibunya berjualan di warung.
Tabel 3. Susunan Keluarga Wayan Sapta
No Nama JKUmur
(th)Pendidikan Pekerjaan
Hubungan
dengan KK
1. Wayan Sapta L 29 Tamat SD Buruh KK
2. Luh Kariani P 26 Tamat SD Buruh Istri KK
3. Putu Ariasa L 7 - Pelajar Anak KK
Gambar 3. Sistem Kekerabatan Wayan Sapta
1. Wayan Sapta – KK
2. Luh Kariani – Istri KK
3. Putu Ariasa – Anak KK
3
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
1 2
3
Keluarga Bapak Wayan Sapta terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak. Keluarga ini
merupakan keluarga inti. Keluarga Bapak Wayan Sapta beragama Hindu. Bapak
Wayan Sapta bekerja sebagai buruh bangunan, sementara sang istri, Luh Kariani,
bekerja sebagai buruh kebun milik orang lain. Pasangan ini memiliki seorang anak
laki-laki yang masih duduk di bangku SD kelas 2.
1.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Keluarga I Wayan Dugdug
Keadaan ekonomi keluarga ini bergantung pada penghasilan yang diperoleh Bapak I
Wayan Dugdug dan sang istri, Ni Made Reji, yang bekerja sebagai petani yang
menggarap ladang milik orang lain dan terkadang bekerja sebagai buruh bangunan
bila ada tawaran pekerjaan. Pendapatan pasangan ini tidak menentu karena
bergantung dari ada tidaknya pekerjaan saat itu. Ketika ada pekerjaan biasanya
keluarga ini dapat menghasilkan pendapatan ± sebesar Rp. 900.000 perbulan.
Penghasilan keluarga ini biasanya didapat ketika panen tiba sehingga mereka dapat
bekerja di ladang tersebut untuk membantu mengambil hasil panen ataupun saat
terdapat pekerjaan proyek bangunan. Disamping bekerja menggarap ladang dan
sebagai buruh, Bapak I Wayan Dugdug juga bekerja memelihara 2 ekor ternak sapi
milik tetangganya. Apabila hasil pemasukan Bapak I Wayan Dugdug dan sang istri
dikonversi setiap bulannya rata-rata keluarga ini memperoleh penghasilan ± Rp
1.100.000,-. Sementara penghasilan yang diperoleh anak pertamanya yang bekerja di
Denpasar hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, keluarga Bapak I Wayan Dugdug
mengeluarkan biaya untuk membeli beras dan bahan makanan yang akan dimasak.
Selain biaya makan, keluarga ini juga mengeluarkan biaya untuk keperluan bulanan
seperti listrik, air, dan keperluan MCK. Keluarga Bapak I Wayan Dugdug juga harus
mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan anak ketiganya yang saat ini sedang
duduk di bangku SD kelas 3, sementara anak keduanya yang bersekolah di Denpasar
ditanggung oleh sanak saudaranya yang berada disana. Bapak I Wayan Dugdug juga
4
mengeluarkan uang untuk membeli rokok karena beliau adalah seorang perokok.
Biaya yang harus dikeluarkan Bapak I Wayan Dugdug untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya ini nyaris menghabiskan pendapatan keluarga. Belum lagi ditambah
dengan iuran dari banjar setiap bulannya dan pengeluaran untuk kegiatan upacara-
upacara keagamaan.
Keluarga I Wayan Temu
Pendapatan keluarga ini diperoleh dari penghasillan Bapak I Wayan Temu yang
bekerja sebagai petani yang menggarap ladang milik orang lain dan dari penghasilan
sang istri, Ni Wayan Tingkih, yang bekerja sebagai pedagang. Pendapatan yang
diperoleh Bapak I Wayan Temu ini tidak menentu dan biasanya lebih banyak didapat
ketika panen tiba. Ketika ada pekerjaan Bapak I Wayan Temu dapat memperoleh
penghasilan ± sebesar Rp 750.000,- setiap bulannya. Sementara sang istri, Ni Wayan
Tingkih, setiap bulannya mendapatkan penghasilan ± sebesar Rp 300.000,- dari
kegiatan berdagang di warung kecil yang mereka miliki di depan rumah. Anak laki-
laki keluarga ini juga sudah bekerja sebagai buruh bangunan dan turut membantu
menunjang perekonomian keluarga.
Seperti keluarga binaan pertama, keluarga Bapak I Wayan Temu juga
mengeluarkan uang untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuahn bulanan
seperti listrik, air dan keperluan MCK. Keluarga ini tidak lagi mengeluarkan uang
untuk biaya pendidikan dikarenakan anak-anaknya tidak melanjutkan sekolah setelah
tamat SD. Namun keluarga ini mengeluarkan cukup banyak uang untuk keperluan
upacara-upacara keagamaan. Ditambah lagi dengan iuran dari banjar setiap bulannya.
Keluarga Wayan Sapta
Penghasilan yang diperoleh keluarga ini berasal dari jeri payah Bapak Wayan Sapta
yang bekerja sebagai buruh bangunan dan ditambah penghasilan sang istri, Luh
Kariani, yang bekerja sebagai buruh di kebun milik orang lain. Setiap bulannya
pasangan ini memperoleh pendapatan ± sebesar Rp 1.000.000,-. Selain untuk
mecukupi kebutuhan hidup sehari-hari, keperluan bulanan, sosial dan upacara
5
keagamaan, keluarga ini juga harus mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan anak
mereka yang masih duduk di bangku SD kelas 2, dimana pengeluaran-pengeluaran ini
cukup menguras pendapatan yang mereka peroleh.
1.3 Rumusan Masalah pada Keluarga Binaan
Keluarga I Wayan Dugdug
Keluarga Bapak I Wayan Dugdug memiliki beberapa permasalahan. Dari segi
ekonomi, Bapak I Wayan Dugdug khawatir akan kehidupan keluarganya kelak karena
pendapatannya yang tidak menentu dan kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya, ditambah lagi harus mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan
anaknya. Bapak I Wayan Dugdug berserta sang istri tidak memiliki penghasilan tetap
setiap hari dan setiap bulan karena hanya bekerja sebagai petani yang menggarap
ladang milik orang lain dan terkadang bekerja sebagai buruh. Keluarga Bapak I
Wayan Dugdug masih sulit dalam menyisihkan uang mereka, mengingat kebutuhan
sehari-hari yang semakin meningkat dan pendapatan yang tak menentu.
Dari segi kesehatan, Bapak I Wayan Dugdug memiliki tekanan darah tinggi
yang diketahuinya sejak 10 tahun yang lalu. Beliau tidak meminum obat dan kontrol
secara rutin untuk tekanan darah tingginya, hanya pergi ke puskesmas untuk berobat
bila muncul keluhan. Sementara anggota keluarga yang lainnya tidak memiliki
masalah kesehatan yang sangat berarti, seringkali hanya mengalami penyakit flu,
batuk maupun demam biasa karena perubahan cuaca yang cukup beragam. Bapak I
Wayan Dugdug adalah seorang perokok. Kebiasaan merokok ini sudah dilakukannya
sejak masih muda. Kebiasaan merokok Bapak I Wayan Dugdug ini selain menjadi
salah satu faktor resiko yang menyebabkan dirinya menderita tekanan darah tinggi,
juga berpontensi menggangu kesehatan paru-paru Bapak I Wayan Dugdug sendiri
maupun untuk istri dan anak-anaknya.
Keadaan lingkungan rumah Bapak I Wayan Dugdug bisa dibilang kurang
bersih, pekarangan rumah sangat kotor karena Bapak I Wayan Dugdug tidak
memiliki pembuangan akhir untuk sampah. Penataan bangunan dan halaman rumah
6
keluarga Bapak I Wayan Dugdug belum terlalu baik. Jumlah ruangan dalam rumah
yang terlalu sedikit, yaitu hanya 2 buah kamar, sehingga ruang keluarga pun juga
digunakan sebagai tempat tidur bila semua anggota keluarga berkumpul. Keadaan
kamar tidur di rumah keluarga ini tidak terlalu baik karena tidak tersedia ventilasi
yang cukup memadai sehingga ruangan tidur terasa lembab dan gelap akibat
kurangnya sinar matahari yang masuk, selain itu juga cuaca dingin dan lembab di
Desa Sekaan juga turut andil. Terdapat satu kamar mandi dengan jamban jongkok
terletak terpisah di dekat rumah, dengan pintu yang sudah rusak dan tidak beratap.
Bagian dapur juga terletak terpisah di samping rumah. Mereka masih menggunakan
kayu bakar untuk memasak karena dinilai lebih irit. Di dalam dapur tidak terdapat
cerobong asap sebagai lubang untuk membuang asap-asap dapur.
Dilihat dari aspek sosial, keluarga Bapak I Wayan Dugdug tidak mengalami
banyak masalah. Hanya saja keperluan mendadak, seperti iuran-iuran banjar, uang
suka duka dan lain sebagainya dapat mengurangi biaya sehari-hari.
Keluarga I Wayan Temu
Seperti keluarga binaan pertama, Keluarga Bapak I Wayan Temu juga memiliki
beberapa permasalahan. Dari segi ekonomi, Bapak I Wayan Temu memiliki
kekhawatiran akan kehidupan keluarganya kelak. Walaupun sang istri dan juga anak-
anaknya telah turut membantu dalam mencari penghasilan namun pendapatannya
yang diperoleh masih dirasa kurang dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh
karena itu keluarga ini masih sulit dalam menyisihkan uang mereka, ditambah lagi
kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat.
Dari segi kesehatan, keluarga Bapak I Wayan Temu tidak memiliki masalah
kesehatan yang sangat berarti seperti penyakit yang sangat berat maupun penyakit
menahun lainnya. Bapak I Wayan Temu tidak memiliki penyakit keturunan seperti
tekanan darah tinggi, kencing manis, ataupun penyakit jantung. Dalam beberapa
bulan terakhir ini anggota keluarga seringkali hanya mengalami penyakit flu, batuk
maupun demam biasa karena perubahan cuaca yang cukup beragam. Anak laki-laki
Bapak I Wayan Temu adalah seorang perokok. Walaupun kebiasaaan merokok ini
7
tidak digolongkan ke dalam kelompok yang sangat berat, namun kebiasaan Gede
Sukarna yang gemar merokok dapat mengganggu kesehatan paru-paru untuk dirinya
sendiri dan untuk keluarganya.
Keadaan lingkungan rumah Bapak I Wayan Temu cukup bersih. Namun
penataan bangunan dan halaman rumah keluarga ini belum begitu baik. Jumlah
ruangan dalam rumah yang terlalu sedikit, yaitu hanya 2 buah kamar, sehingga ruang
keluarga juga digunakan sebagai tempat tidur. Tidak terdapat jendela yang memadai
sebagai ventilasi sehingga terkesan suasana kamar menjadi gelap dan lembab.
Penerangan ruangan di rumah juga kurang. Sebagai sumber penerangan hanya
menggunakan lampu dengan watt yang kecil. Terdapat satu buah kamar mandi
dengan jamban jongkok dan satu buah dapur yang terletak terpisah dengan bangunan
tempat tidur.
Dilihat dari aspek sosial, sama seperti keluarga binaan sebelumnya, keluarga
Bapak I Wayan Temu tidak mengalami banyak masalah. Hanya saja keperluan
mendadak, seperti iuran-iuran banjar, uang suka duka dan lain sebagainya dapat
mengurangi biaya sehari-hari.
Keluarga Wayan Sapta
Dari segi ekonomi, Bapak Wayan Sapta juga khawatir akan kehidupan keluarganya
kelak karena pendapatannya dan sang istri tidak menentu yang bergantung dari ada
tidaknya pekerjaan saat itu, dimana masih dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Dan juga mereka harus mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan
anaknya.
Dari segi kesehatan, keluarga Bapak Wayan Sapta tidak memiliki masalah
kesehatan yang sangat berarti seperti penyakit yang sangat berat maupun penyakit
menahun lainnya. Bapak Wayan Sapta maupun sang istri tidak memiliki penyakit
keturunan seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, ataupun penyakit jantung.
Namun, Bapak Wayan Sapta adalah seorang perokok. Walaupun bukan perokok
berat, kebiasaan merokok ini memiliki potensi mengganggu kesehatan keluarga.
Anak Bapak Wayan Sapta semasih kecil pernah beberapa kali mengalami sakit
8
telinga, dimana keluar nanah dari lubang telinganya. Namun, sudah tidak pernah
kambuh lagi. Dalam beberapa bulan terakhir ini anggota keluarga seringkali hanya
mengalami penyakit flu, batuk maupun demam biasa karena perubahan cuaca yang
cukup beragam.
Keadaan lingkungan rumah Bapak I Wayan Sapta cukup bersih. Rumah yang
ditempati keluarga ini beratapkan seng, lantai dengan semen dan berdindingkan
batako yang hanya diplester. Terdiri dari 1 buah kamar dan 1 buah ruang keluarga.
Dapur berada di luar rumah yang dindingnya terbuat dari kayu dan jalinan bambu
dengan atap yang terbuat dari sebagian seng dan genteng. Kamar mandi dengan
jamban jongkok juga terletak terpisah dari bangunan tempat tidur. Keadaan rumah
saat ini telah mengalami sedikit kerusakan.
Dilihat dari aspek sosial, keluarga ini tidak mengalami banyak masalah. Hanya
saja keperluan mendadak, seperti iuran-iuran banjar, uang suka duka dan lain
sebagainya dapat mengurangi biaya sehari-hari.
9
BAB II
KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN
Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga Binaan Setiap Kegiatan
Keluarga I Wayan Dugdug
No Tanggal Kegiatan
1 12 Juli 2013 Meninjau kediaman dan pengenalan KK binaan,
menjelaskan tujuan program, mengetahui profil keluarga,
mengeksplorasi keadaan keluarga secara umum dari
berbagi aspek dan khususnya di bidang kesehatan
2 15 Juli 2013 Identifikasi masalah kesehatan serta prilaku hidup dan
sehat KK binaan
3 18 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang prilaku hidup bersih dan sehat
berupa prilaku mencuci tangan, mandi dan menggosok gigi
yang baik dan benar pada keluarga KK binaan
4 21 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang hipertensi, bahaya merokok dan
alkohol, serta diskusi mengenai pentingnya hidup sehat
tanpa rokok
5 24 Juli 2013 Promosi kesehatan dan diskusi tentang pencegahan
penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, diare dan
penyakit cacing
6 27 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang tanaman obat keluarga (TOGA),
tanaman jeruk dan fungsi vitamin C
7 30 Juli 2013 Pemaparan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan
8 2 Agustus 2013 Review tentang segala hal yang telah didiskusikan selama
ini khususnya terkait permasalahan kesehatan dan
perpisahan dengan keluarga KK binaan serta memberikan
obat-obatan sederhana
10
Keluarga Bapak I Wayan Dugdug menerima kedatangan mahasiswa PPD dengan
baik. Promosi kesehatan dilakukan pada semua keluarga Bapak I Wayan Dugdug
dengan difokuskan pada bahaya merokok, baik aktif maupun pasif karena Bapak I
Wayan Dugdug adalah seorang perokok, dimana kebiasaan merokok ini merupakan
salah satu faktor resiko dari penyakit hipertensi. Promosi kesehatan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat berupa perilaku mencuci tangan, mandi, dan menggosok gigi
yang baik dan benar terutama diberikan pada anak-anaknya sedangkan materi tentang
beberapa penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, diare, dan penyakit cacing
diberikan pada ayah dan ibunya. Keluarga ini juga cukup antusias saat dijelaskan
mengenai fungsi tanaman obat keluarga (TOGA) dan fungsi tanaman jeruk karena
sebagain besar pencaharian di Desa Sekaan adalah sektor perkebunan, terutama jeruk.
Keluarga I Wayan Temu
No Tanggal Kegiatan
1 13 Juli 2013 Meninjau kediaman dan pengenalan KK binaan,
menjelaskan tujuan program, mengetahui profil keluarga,
mengeksplorasi keadaan keluarga secara umum dari
berbagi aspek dan khususnya di bidang kesehatan
2 16 Juli 2013 Identifikasi masalah kesehatan serta prilaku hidup dan
sehat KK binaan
3 19 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang prilaku hidup bersih dan sehat
berupa prilaku mencuci tangan, mandi dan menggosok gigi
yang baik dan benar pada keluarga KK binaan
4 22 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok dan alkohol,
serta diskusi mengenai pentingnya hidup sehat tanpa rokok
5 25 Juli 2013 Promosi kesehatan dan diskusi tentang pencegahan
penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, diare dan
penyakit cacing
6 28 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang tanaman obat keluarga (TOGA),
11
tanaman jeruk dan fungsi vitamin C
7 31 Juli 2013 Pemaparan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan
8 3 Agustus 2013 Review tentang segala hal yang telah didiskusikan selama
ini khususnya terkait permasalahan kesehatan dan
perpisahan dengan keluarga KK binaan serta memberikan
obat-obatan sederhana
Keluarga Bapak I Wayan Temu menerima kedatangan mahasiswa PPD dengan baik.
Promosi kesehatan dilakukan pada semua keluarga Bapak I Wayan Temu khususnya
pada anak laki-lakinya yang adalah seorang perokok aktif. Promosi kesehatan tentang
bahaya merokok, baik aktif maupun pasif, diberikan mengingat kebiasaan ini
memiliki potensi menggagu kesehatan paru-paru baik bagi anak laki-laki Bapak I
Wayan Temu maupun keluarga sebagai perokok pasif. Selain itu, promosi kesehatan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat berupa perilaku mencuci tangan, mandi, dan
menggosok gigi yang baik dan benar juga diberikan pada keluarga KK binaan dan
juga materi tentang beberapa penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, diare, dan
penyakit cacing. Promosi kesehatan mengenai fungsi tanaman obat keluarga (TOGA)
dan fungsi tanaman jeruk juga diberikan mengingat sebagain besar pencaharian di
Desa Sekaan adalah sektor perkebunan jeruk, dan keluarga ini pun menerimanya
dengan cukup antusias.
Keluarga Wayan Sapta
No Tanggal Kegiatan
1 14 Juli 2013 Meninjau kediaman dan pengenalan KK binaan,
menjelaskan tujuan program, mengetahui profil keluarga,
mengeksplorasi keadaan keluarga secara umum dari
berbagi aspek dan khususnya di bidang kesehatan
2 17 Juli 2013 Identifikasi masalah kesehatan serta prilaku hidup dan
sehat KK binaan
3 20 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang prilaku hidup bersih dan sehat 12
berupa kebersihan diri, prilaku mencuci tangan, mandi dan
menggosok gigi yang baik dan benar pada keluarga KK
binaan
4 23 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok dan alkohol,
serta pentingnya hidup sehat tanpa rokok
5 26 Juli 2013 Promosi kesehatan dan diskusi tentang pencegahan
penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, diare dan
penyakit cacing
6 29 Juli 2013 Promosi kesehatan tentang tanaman obat keluarga (TOGA),
tanaman jeruk dan fungsi vitamin C
7 1 Agustus 2013 Pemaparan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan
8 4 Agustus 2013 Review tentang segala hal yang telah didiskusikan selama
ini khususnya terkait permasalahan kesehatan dan
perpisahan dengan keluarga KK binaan serta memberikan
obat-obatan sederhana
Keluarga Bapak Wayan Sapta menerima kedatangan mahasiswa PPD dengan baik
dan menerima dengan cukup antusias promosi kesehatan yang diberikan mahasiswa
PPD. Promosi kesehatan dilakukan pada semua keluarga Bapak Wayan Sapta yang
difokuskan pada bahaya merokok dan pentingnya hidup sehat tanpa rokok, karena
Bapak Wayan Sapta adalah seorang perokok. Promosi kesehatan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat serta pentingnya menjaga kebersihan diri juga diberikan
khususnya pada anak KK binaan dan materi tentang beberapa penyakit menular
seperti HIV/AIDS, TBC, diare, dan penyakit cacing diberikan pada ayah dan ibunya.
Selain itu, promosi kesehatan mengenai fungsi tanaman obat keluarga (TOGA) dan
fungsi tanaman jeruk juga diberikan mengingat sebagain besar pencaharian di Desa
Sekaan adalah sektor perkebunan jeruk.
13
BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Keluarga I Wayan Dugdug
Hasil kegiatan yang diperoleh selama menjalankan PPD cukup baik, hal ini dapat
dilihat dari antusias keluarga binaan terhadap berbagai promosi kesehatan dan
edukasi yang telah dilakukan mahasiswa PPD. Beranjak dari promosi kesehatan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang diberikan pada semua anggota
keluarga nampaknya memberi sedikit banyak perubahan persepsi dan perilaku
mereka tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Keluarga ini mulai
menyadari tentang pentingnya menjaga kebersihan diri. Cuci tangan yang
sebelumnya hanya dilakukan saat setelah makan, saat ini telah dilakukan saat
sebelum dan setelah makan dengan cara yang benar. Begitu pula menggosok gigi
yang sebelumnya hanya dilakukan sebanyak satu kali sehari yaitu setelah mandi,
saat ini telah dilakukan 2-3 kali sehari pada pagi, sore dan/atau sebelum tidur.
Walaupun mandi dikatakan hanya sekali sehari dikarenakan cuaca yang dingin,
namun pakaian diganti setiap hari. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil
(BAK) dilakukan di jamban pribadi. Untuk memasak, bahan makanan dicuci
menggunakan air sebelum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu sebelum
diminum. Menu makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur, kadang-kadang
berisi daging seperti ikan atau ayam yang cukup untuk menunjang status gizi dari
keluarga ini. Sementara promosi kesehatan tentang bahaya merokok difokuskan
pada Bapak I Wayan Dugdug, mengingat merokok adalah salah satu faktor
resiko penyebab penyakit tekanan darah tinggi. Setelah diberikan penjelasan
tentang bahaya merokok beliau bisa menerima dan berusaha untuk mengurangi
kebiasaan merokoknya. Untuk kesehatan lingkungan disarankan pada keluarga
untuk lebih menjaga kebersihan dan mengelola sampah dengan baik untuk
mengurangi populasi lalat. Keluarga binaan ini memiliki dapur yang masih
menggunakan tungku dan kayu bakar yang asapnya tidak baik untuk kesehatan
dan ventilasi ruangan yang kurang. Jadi perlu ditekankan untuk membuat
14
cerobong asap dan lebih sering membuka jendela sehingga udara dan sinar
matahari dapat masuk ke dalam rumah.
3.2 Keluarga I Wayan Temu
Selama mendampingi keluarga binaan Bapak I Wayan Temu dalam kegiatan
PPD didapatkan hasil yang cukup memuaskan. Dari berbagai kegiatan promosi
kesehatan yang dilakukan mahasiswa PPD diterima dengan baik dan cukup
antusias oleh keluarga binaan. Edukasi yang diberikan terkait dengan perilaku
hidup bersih dan sehat cukup memberi perubahan yang signifikan pada keluarga
ini, dimana keluarga mulai menyadari dan menerapkan prinsip-prinsip hidup
bersih dan sehat. Mulai dari mencuci tangan yang baik dan benar yaitu sebelum
dan setelah makan ataupun setelah kontak dengan lingkungan kotor, mandi dan
mengganti pakaian setiap hari, sampai menggosok gigi 2-3 kali sehari. BAB dan
BAK dilakukan di jamban pribadi. Untuk memasak, bahan makanan dicuci
menggunakan air sebelum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu sebelum
diminum. Untuk keperluan makanan sehari-hari biasanya berupa nasi dan sayur
sayuran. Kadang-kadang disertai daging atau tempe yang cukup untuk
menunjang status gizi dari keluarga ini. Sementara promosi kesehatan tentang
bahaya merokok difokuskan pada anak laki-laki Bapak I Wayan Dugdug yang
mana adalah seorang perokok aktif. Untuk kesehatan lingkungan disarankan pada
keluarga untuk lebih menjaga kebersihan dan mengelola sampah dengan baik
untuk mengurangi populasi lalat.
3.3 Keluarga Wayan Sapta
Keluarga Bapak Wayan Sapta menerima kedatangan mahasiswa PPD dengan
sangat baik. Dari berbagai promosi kesehatan yang dilakukan selama kegiatan
PPD, keluarga Bapak Wayan Sapta menerima dengan antusias, dimana
didapatkan peningkatan pengetahuan dari keluarga binaan ini. Promosi kesehatan
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat diberikan pada semua anggota
keluarga dan anggota keluarga pun memahami akan pentingnya hidup bersih dan
15
sehat dan mulai menerapkannya. Mulai dari prinsip-prinsip mencuci tangan yang
baik dan benar, mandi dan mengganti pakaian setiap hari, sampai menggosok
gigi 2-3 kali sehari. Keluarga ini sudah memiliki jamban untuk BAB/BAK.
Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air
minum dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Untuk keperluan makanan
sehari-hari biasanya berupa nasi dan sayur sayuran. Kadang-kadang disertai
daging atau tempe cukup menunjang status gizi tersebut. Untuk kesehatan
lingkungan disarankan pada keluarga untuk lebih menjaga kebersihan dan
mengelola sampah dengan baik untuk mengurangi populasi lalat. Sementara
promosi kesehatan tentang bahaya merokok difokuskan kepada Bapak Wayang
Sapta yang merupakan perokok aktif mengingat kebiasaan buruk tersebut
memiliki potensi mengganggu kesehatan Bapak Wayan Sapta sendiri maupun
sang istri dan anaknya sebagai perokok pasif. Setelah diberikan penjelasan beliau
bisa menerima dan mulai berusaha untuk mengurangi kebiasaan merokoknya.
16
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1. Keluarga binaan yang diterapkan dalam kegiatan PPD ke-72 kali ini bertempat
tinggal di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Dari ketiga
KK binaan yang didampingi cenderung memiliki tingkat pendidikan yang
rendah dan profesi utama sebagai petani dan buruh. Walaupun istri masing-
masing KK binaan juga bekerja turut membantu menopang perekonomian
keluarga, namun pendapatan yang diperoleh masih dirasa kurang untuk
mencukupi kebutuhan keluarga.
2. Keadaan lingkungan tempat tinggal KK binaan rata-rata kurang bersih dan
sehat. Ada yang tidak memiliki tempat pembungan akhir untuk sampah
sehingga menumpuk, dimana hal ini dapat menjadi sumber penyakit dan
menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari.
3. Pengetahuan kesehatan dasar dan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga
binaan masih kurang, dimana kesadaran untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan serta membiasakan hidup sehat tanpa rokok belum dapat
dijalankan oleh KK binaan.
4. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sehat-sakit, barangkali
akibat tingkat pendidikan yang rendah. Dianggap apabila masih bisa bekerja
maka masih sehat, padahal kebiasaan buruk seperti merokok dapat
mengakibatkan sakit di masa mendatang.
5. Kegiatan PPD ini memberikan kesempatan bagi penulis sebagai calon dokter
nantinya untuk memperkaya pengalaman dalam berkomunikasi,
mengidentifikasi masalah, dan mengenal berbagai faktor resiko, serta
merencanakan/melaksanakan pemecahan masalah kesehatan secara holistik
dan komprehensif yang berpusat pada pasien dan keluarganya.
17
4.2 Saran
1. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan hendaknya
diubah secara perlahan dengan melibatkan kader kesehatan dan peran serta
puskesmas, sebagai contoh dapat diberikan penyuluhan-penyuluhan dan
pelatihan bagaimana hidup bersih dan sehat.
2. Untuk keluarga binaan pertama Bapak I Wayan Dugdug yang menderita
tekanan darah tinggi, disarankan untuk memperhatikan kesehatan diri dan
membiasakan diri hidup sehat dengan menghindari faktor resiko, serta rutin
mengontrol tekanan darahnya ke puskesmas dan mengikuti ajuran yang
diberikan oleh dokter disana.
3. Untuk ketiga keluarga binaan yang masing-masing memiliki anggota keluarga
yang merokok agar mulai menghentikan kebiasaan buruk tersebut karena
tidak hanya dapat merugikan kesehatan diri sendiri tapi juga keluarga yang
lainnya.
18
BAGIAN KEDUA
PENANGGULANGAN PENYAKIT/MASALAH HIPERTENSI
DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kasus
Penyakit hipertensi merupakan faktor resiko utama yang mendasari terjadinya
sindrom metabolik seperti dislipidemia dan berbagai macam penyakit lainnya, selain
itu 90 % kasus hipertensi, etiologinya masih belum diketahui dengan jelas, penyakit
ini merupakan penyakit sistemik yang menyerang multi organ. Proses perjalanan
penyakit ini yang sering kali tidak bergejala atau hanya memberikan gejala minimal,
seringkali membuat pasien merasa dirinya tidak sakit lagi dan malas untuk
melanjutkan kontrol dan pengobatan. Alasan-alasan inilah yang mendasari pemilihan
kasus hipertensi sebagai laporan kasus.
Identitas Pasien
Nama : I Wayan Dugdug
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : -
Pekerjaan : Petani
Status Perkawinan : Kawin
1.2 Riwayat Penyakit
Penderita, Bapak I Wayan Dugdug terdiagnosis hipertensi sejak 10 tahun yang
lalu. Pada awalnya ia sering merasa sakit kepala setidaknya sekali dalam seminggu,
namun keluhan tersebut biasanya membaik setelah meminum obat sakit kepala yang
19
dibeli di warung atau setelah beristirahat. Ia juga tidak pernah memeriksakan dirinya
karena sakit kepalanya tersebut dapat diatasi.
Kemudian saat ada Puskesmas keliling, penderita mencoba berobat disana dan
didapatkan tekanan darahnya tinggi. Ia diminta untuk memeriksakan diri kembali ke
Puskesmas. Dari hasil pemeriksaan di puskesmas baru kemudian diketahui bahwa
tekanan darahnya tinggi yaitu 160/90 mmHg. Saat itu ia diberikan dua macam obat,
namun ia lupa namanya. Setelah minum obat tersebut ia merasa lebih baik. Penderita
masih sempat rutin kontrol ke Puskesmas selama 3 bulan, setelah itu ia merasa sudah
tidak merasakan keluhan apa-apa lagi sehingga setelah obat habis ia tidak
memeriksakan diri lagi ke puskesmas, karena merasa sudah sehat.
Saat ini penderita menyatakan dirinya masih pernah merasakan keluhan yang
sama, namun dengan frekuensi yang lebih jarang, apabila keluhan tersebut muncul
biasanya ia meminum obat sakit kepala biasa kemudian beristirahat. Keluhan
dirasakan tidak mengganggu aktivitas kesehariannya. Penderita mengakui kurang
mengerti tentang bagaimana mengatur diet dan mengurangi asupan garam seperti
yang telah dianjurkan oleh dokter. Penderita tidak tahu apa komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari penyakit yang diderita dan sampai saat ini bagaimana keadaan
sakitnya.
20
BAB II
ANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS
2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan
Bapak I Wayan Dugdug beserta keluarga menempati rumah dengan luas lahan
kurang lebih 2 are yang beratapkan genteng, lantai dengan keramik dan
berdindingkan batako yang sudah diplester dan dicat putih, namun keadaannya pada
saat ini telah mengalami sedikit kerusakan. Rumah keluarga ini terdiri dari dua kamar
tidur dan satu ruang keluarga yang juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk tidur bila
semua anggota keluarga berkumpul. Kamar tidur berukuran agak sempit. Tidak
terdapat jendela yang memadai sebagai ventilasi sehingga terkesan suasana kamar
menjadi gelap dan lembab. Penerangan ruangan di rumah juga kurang. Sebagai
sumber penerangan hanya menggunakan lampu dengan watt yang kecil. Terdapat satu
kamar mandi terletak terpisah di dekat rumah, dengan pintu yang sudah rusak dan
tidak beratap. Bagian dapur juga terletak terpisah di samping rumah dengan
beratapkan seng, lantai dengan semen dan berdindingkan batako yang tidak diplester,
dimana hanya ada tungku dengan kayu sebagai bahan bakar. Mereka masih
menggunakan kayu bakar untuk memasak karena dinilai lebih irit. Di dalam dapur
tidak terdapat cerobong asap sebagai lubang untuk membuang asap-asap dapur.
2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Masalah perekonomian merupakan salah satu masalah yang dirasakan dari
keluarga Bapak I Wayan Dugdug. Bapak I Wayan Dugdug memiliki kekhawatiran
akan kehidupan keluarganya kelak karena pendapatannya yang tidak menentu dan
kurang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bersama sang istri dan anaknya. Bapak I
Wayan Dugdug tidak memiliki penghasilan tetap setiap hari dan setiap bulan karena
hanya bekerja menggarap ladang milik orang lain dan terkadang bekerja sebagai
buruh bangunan bila ada tawaran pekerjaan. Pendapatan pasangan ini tidak menentu
karena bergantung dari ada tidaknya pekerjaan saat itu. Penghasilan biasanya didapat
lebih banyak ketika panen tiba sehingga mereka dapat bekerja di ladang tersebut
21
untuk membantu mengambil hasil panen ataupun saat terdapat pekerjaan proyek
bangunan. Keluarga Bapak I Wayan Dugdug masih sulit dalam menyisihkan uang
mereka, mengingat kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat dan pendapatan
yang tak menentu. Hal ini menyebabkan keluarga ini sangat kesulitan untuk
menabung maupun menyisihkan pendapatan untuk disimpan. Keluarga Bapak I
Wayan Dugdug sampai sekarang ini belum memiliki tabungan. Tabungan
sesungguhnya sangat diperlukan oleh keluarga Bapak I Wayan Dugdug untuk
mengantisipasi pengeluaran yang tiba-tiba seperti sakit, iuran untuk kegiatan sosial
dan keperluan upacara keagamaan.
2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan
Aspek sosial budaya dari keluarga Bapak I Wayan Dugdug terlihat cukup baik.
Semua anggota keluarga beragama hindu. Untuk kegiatan sosial dan upacara
keagamaan dapat dilaksanakan dengan baik. Apabila ada pengeluaran mendadak
yang berkaitan dengan keperluan sosial maka semua biaya tersebut disesuaikan
dengan kondisi keuangan keluarga pada saat itu. Keluarga ini juga masih turut aktif
dalam kegiatan-kegiatan adat di Desa Sekaan. Untuk pengambilan keputusan dalam
keluarga dilakukan oleh kepala keluarga yaitu Bapak I Wayan Dugdug sendiri, dan
jika ada masalah yang terjadi dalam keluarga pasti akan didiskusikan secara bersama-
sama dengan seluruh anggota keluarga.
2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan
Aspek sosial psikologis dalam keluarga Bapak I Wayan Dugdug dikatakan
cukup baik. Hal ini terlihat dari hubungan antara Bapak I Wayan Dugdug, sang istri
dan anak-anaknya yang harmonis. Jika pun ada masalah dalam keluarga dapat
diselesaikan dengan musyawarah dalam suasana kekeluargaan. Bapak I Wayan
Dugdug sampai saat ini masih memiliki kekhawatiran akan kehidupan keluarganya
kelak karena dirasa pendapatan mereka yang pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan
keluarga, namun walaupun begitu Bapak I Wayan Dugdug merasa senang dan
bahagia memiliki keluarganya.
22
BAB III
RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSINYA
3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga
a. Status Gizi
Status gizi Bapak I Wayan Dugdug berada dalam batas normal yaitu dengan
tinggi badan 168 cm dan berat badan 62 Kg, didapatkan BMI sebesar 21,97
(normal).
b. Kelahiran
Bapak I Wayan Dugdug dikatakan lahir dengan normal, tetapi beliau lupa
lahir di mana. Dikatakan saat kecil beliau tidak pernah mengalami masalah
kesehatan yang serius.
c. Kematian
Di keluarga Bapak I Wayan Dugdug tidak ada yang pernah mengalami
penyakit serius yang dapat merenggut nyawa. Dalam 1 tahun terakhir ini
keluarga mereka hanya mengalami penyakit umum seperti flu, batuk, dan
demam. Dalam keluarga ini tidak ada penyakit berat yang sampai memerlukan
perawatan di rumah sakit.
d. Kesakitan
Dalam 1 tahun terakhir ini keluarga Bapak I Wayan Dugdug hanya
mengalami penyakit umum seperti flu, batuk, dan demam. Dalam keluarga ini
tidak ada penyakit berat yang sampai memerlukan perawatan di rumah sakit.
Jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa berobat ke Puskesmas Kintamani
VI.
e. Latar Belakang Penyakit
Bapak I Wayan Dugdug menderita tekanan darah tinggi yang diketahuinya
sejak 10 tahun yang lalu. Pada awalnya ia sering merasa sakit kepala
setidaknya sekali dalam seminggu. Kemudian beliau memeriksakan diri ke
puskesmas dan ternyata didapatkan tekanan darahnya tinggi, yaitu 160/90
mmHg, saat itu dikatakan oleh dokter bahwa dirinya menderita hipertensi.
23
Setelah diberikan obat dan meminumnya, beliau merasa lebih baik. Bapak I
Wayan Dugdug sendiri adalah seorang perokok aktif. Saat ini keluhan yang
dirasakan sebelumnya sudah jarang muncul, hanya sesekali ketika beliau
banyak pikiran, mengingat keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga beliau merasa khawatir akan
kehidupan keluarganya kelak.
3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit
Persepsi keluarga Bapak I Wayan Dugdug tentang konsep sehat-sakit nampaknya
masih keliru. Hal ini terlihat dari ketika beliau sudah tidak merasakan keluhan
seperti sakit kepala, beliau merasa bahwa dirinya sehat dan tidak perlu kontrol
untuk mengecek tekanan darahnya. Beliau hanya kembali berobat bila sudah
merasa benar-benar terganggu dengan keluhan seperti sakit kepala dan
menggangu aktivitas sehari-hari. Adanya suatu persepsi yang salah tentang
konsep sehat-sakit di lingkungan keluarga binaan ini kemungkinan besar
disebabkan oleh karena rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga.
3.3 Solusi Masalah Kesehatan di Keluarga Binaan
Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah kesehatan
secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran keluarga
merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya. Solusi yang dilakukan pada
kasus ini sesuai dengan ciri kedokteran keluarga adalah:
1. Personal
Berdasarkan JNC 7 penderita tergolong dalam hipertensi stage 2. Penderita
hipertensi stage 2 dalam pengobatannya, selain membutuhkan modifikasi gaya
hidup juga pengobatan farmakologi. Perlu diberikan KIE mengenai pengertian
hipertensi, gejala, komplikasi yang bisa terjadi serta pengobatan yang harus
dijalani. Pada kasus ini KIE lebih ditekankan pada gejala-gejala dari
hipertensi, dimana sangat penting diinformasikan bahwa seringkali penyakit
24
ini hanya memberikan gejala yang ringan bahkan tanpa gejala, yang dapat
langsung diikuti oleh komplikasi. Tidak kalah pentingnya adalah
memberitahukan dibutuhkannya pengobatan yang teratur serta kontrol tekanan
darah secara rutin, karena penyakit ini bukanlah penyakit yang dapat sembuh
hanya dengan berobat sekali dua kali saja.
2. Koordinatif dan Kolaboratif
Solusi yang diberikan juga harus bersifat koordinatif dan kolaboratif yaitu
penanganan ini seharusnya dilakukan bersama-sama keluarga dan tenaga
kesehatan yang ada disana. Kepada keluarga juga diberikan pengetahuan
tentang penyakit ini sehingga dapat memberikan dukungan dan melakukan
pengawasan pengobatan dengan baik. Kepada pihak tenaga kesehatan
setempat dapat diinformasikan agar melakukan kunjungan ke rumah penderita
secara berkala apabila penderita tidak datang untuk kontrol dan berobat.
3. Paripurna
Paripurna artinya suatu penyakit itu harus diperhatikan secara menyeluruh.
Penyebab terjadinya hipertensi pada penderita sering tidak jelas. Seiring
dengan bertambahnya umur, risiko seseorang untuk mengalami hipertensi
juga turut meningkat. Faktor-faktor risiko yang dapat ditemukan pada
penderita ini adalah merokok dan minum minuman beralkohol. Dari segi
sosial ekonomi dan ketersediaan pelayanan kesehatan, penderita memiliki
asuransi kesehatan Jamkesmas. Maka dari itu sebenarnya pelayanan kesehatan
bukanlah masalah, yang penting adalah kesadaran dari penderita sendiri.
Selain itu juga diperhatikan kebiasaan penderita seperti pola makan penderita.
4. Berkesinambungan
Berkesinambungan disini berarti solusi yang diberikan hendaknya dilakukan
secara terus-menerus dengan melihat perkembangan penderita dari hari ke
hari, tidak hanya berhenti bila obat habis dan dimulai kembali bila timbul
gejala.
25
5. Mengutamakan Pencegahan
Yang dapat dilakukan adalah memberikan pengertian dengan modifikasi gaya
hidup ataupun obat-obatan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dan bahkan
kematian yang dikarenakan oleh komplikasi-komplikasi dari hipertensi yang
tidak terkontrol misalnya melalui pengaturan pola makan.
6. Menimbang Keluarga, Masyarakat dan Lingkungan
Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal yang
penting karena penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari
orang lain. Poin ini dapat membantu proses pengobatan sehingga penderita
teratur kontrol ke dokter dan minum obat. Yang dapat dikerjakan adalah
dengan memberikan pengertian, terutama kepada pihak keluarga tentang apa
itu hipertensi, gejala, komplikasi yang bisa terjadi serta pengobatan yang
harus dijalani, sama seperti yang diberitahukan kepada penderita. Juga
dijelaskan kepada pihak keluarga pentingnya dukungan mereka dalam segala
aspek untuk kesembuhan penderita.
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1. Keadaan lingkungan fisik tempat tinggal keluarga binaan ini tampaknya masih
kurang bersih, begitu pula dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang masih
kurang dipahami. Sementara dari sisi perekonomian, keluarga ini masih
tergolong serba pas-pasan.
2. Masih ada kekeliruan persepsi tentang konsep sehat-sakit dalam lingkungan
keluarga binaan ini, barangkali akibat tingkat pendidikan yang rendah.
Dianggap apabila masih bisa bekerja maka masih sehat, padahal kebiasaan
buruk seperti merokok dapat mengakibatkan sakit di masa mendatang.
3. Selama kegiatan PPD ini, khususnya di keluarga binaan I Wayan Dugdug
telah dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut
promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
serta motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang
penyakit yang sedang atau pernah diderita.
4.2 Saran
1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan
penderita, baik dengan menyediakan makanan yang sesuai dengan pola diet
penderita dan minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita agar
minum obat teratur dan kontrol rutin ke puskesmas setelah obatnya habis.
2. Persepsi tentang sehat-sakit yang masih keliru di keluarga binaan hendaknya
diubah secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan
dan peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat
yang baik.
27
3. Peran aktif dari petugas kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada
penderita dan orang-orang terdekatnya.
28