laporan infus ringer laktat _cy

20
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda, sehingga teknologi steril sebagai salah satu bagian dari ilmu farmasi mengalami dinamika yang begitu cepat. Teknologi Steril merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana membuat suatu sediaan (Injeksi volume kecil, Injeksi volume besar, Infus, Tetes Mata dan Salep Mata) yang steril, mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau non patogen, vegetatif atau non vegetatif (tidak ada jasad renik yang hidup dalam suatu sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan proses sterilisasi yang berarti proses mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar diperoleh kondisi steril. Tentunya di setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut, karena teknologi steril berperan penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi. Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana menghasilkan atau membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara sterilisasi kalor basah, kalor kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan teknik aseptik. Kemudian sediaan steril tersebut dilakukan uji sterilitas, uji pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen). Pada saat kuliah teknologi steril akan kita dapatkan sediaan dalam bentuk larutan, emulsi, suspensi dan semi solid yang steril (bebas dari pirogen).

Upload: agendadiary

Post on 03-Dec-2015

1.514 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

infus ringer laktat

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda,

sehingga teknologi steril sebagai salah satu bagian dari ilmu farmasi mengalami

dinamika yang begitu cepat. Teknologi Steril merupakan ilmu yang mempelajari

tentang bagaimana membuat suatu sediaan (Injeksi volume kecil, Injeksi volume

besar, Infus, Tetes Mata dan Salep Mata) yang steril, mutlak bebas dari jasad renik,

patogen, atau non patogen, vegetatif atau non vegetatif (tidak ada jasad renik yang

hidup dalam suatu sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan proses sterilisasi

yang berarti proses mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar diperoleh

kondisi steril. Tentunya di setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut, karena

teknologi steril berperan penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi.

Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana

menghasilkan atau membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara

sterilisasi kalor basah, kalor kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan teknik

aseptik. Kemudian sediaan steril tersebut dilakukan uji sterilitas, uji pirogenitas (ada

atau tidaknya pirogen). Pada saat kuliah teknologi steril akan kita dapatkan sediaan

dalam bentuk larutan, emulsi, suspensi dan semi solid yang steril (bebas dari pirogen).

Infus adalah salah satu bentuk sediaan obat dalam dunia farmasi yang

mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan sediaan obat lainnya. Infus adalah

sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90°

selama 15 menit. Selain itu infus dapat digunakan untuk keadaan pengobatan darurat,

untuk pasien yang muntah – muntah atau tidak sadarkan diri, dan tidak bisa

menyebabkan iritasi di dalam lambung dibandingkan dengan sediaan tablet, infus juga

merupakan sediaan dalam farmasi yang wajib bebas dari pirogen dan harus steril

dalam pembuatannya. Sehingga efek obat dapat langsung bekerja karena langsung

berhubungan dengan darah.

Sehubungan dengan Teori tersebut diatas dan penerapan dari teori yang sudah

didapat. Kami melakukan praktikum teknologi steril dalam hal ini membuat sediaan

injeksi dengan harapan semoga dalam kegiatan praktikum ini, kami dapat menambah

wawasan, melaksanakan desain dan rancangan serta pembuatan sediaan steril untuk

dalam upaya meningkatkan pengetahuan ilmu farmasi.

Page 2: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

I.2 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi steril.

2. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian

praformulasi untuk sediaan.

3. Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan injeksi infuse.

4. Mahasiswa mampu menyusun SOP dan IK pembuatan injeksi infuse .

5. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat – alat untuk

pelaksanaan praktikum.

6. Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan sediaan steril untuk

sediaan injeksi infus.

Page 3: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Infus

a. Definisi Infus

a) Menurut Farmakope Indonesia edisi III

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia

nabati dengan air pada suhu 90° selama 15 menit.

b) Menurut Farmakope Indonesia edisi IV

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia

nabati dengan air pada suhu 90° selama 15 menit.

c) Sediaan Injeksi Volume Besar adalah larutan produk obat yang

disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan

kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia.

Parenteral volume besar meliputi infus intravena, larutan irigasi,

larutan dialisis peritonal & blood collecting units with

antikoagulant.

d) Definisi yang diperluas dari sediaan parenteral volume besar adalah

produk obat dengan pembawa air dalam bentuk konterner dosis

tunggal, disterilkan secara terminal dengan kapasitas 100 mililiter

atau lebih, yang digunakan atau diberikan kepada manusia.

b. Pembuatan Infus

1) Menurut Farmakope Indonesia edisi III.

Pembuatan campur simplisia dengan derajat halus yang cocok

dalam panci dengan air secukupnya. Panaskan diatas tangas air

selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90° sambil sekali –

sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui air kain flannel, tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus

yang dikehendaki. Infus Daun Sena, infus Asam Jawa dan infus

simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Asam

jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air

hingga massa seperti bubur, buah adasmanis dan Buah Adas harus

dipecah dahulu. Pada pembuatan infus Kulit Kina ditambahkan Asam

Sitrat 10 % dari bobot bahan khasiat : pada pembuatan infus simplisia

Page 4: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan Natrium

karbonat 10 % dari bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain, dan

kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infus yang mengandung

bukan bahan khasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10 %

simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut, digunakan

sejumlah yang tertera.

Kulit Kina…………………….………………………….6 bagian

Daun Digitalis…………..……………………………...0,5 bagian

Akar Ipeka.......................................................................0,5 bagian

Daun Kumis kucing………....…………………………0,5 bagian

Sekale Kornutum…..…………………………………3 bagian

Daun Sena………………………..…………………...4 bagian

Temu Lawak…..……………………………………...4 bagian

Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infus harus

mempunyai derajat halus sebagai berikut.

Serbuk ( 5 / 8 ): Akarmanis, Daun Kumis kucing, Daun Sirih, daun

Sena

Serbuk ( 8 / 10 ) : Dringo, Kelembak.

Serbuk ( 10 / 22 ) : Laos, Akar Valerian, Temulawak, Jahe.

Serbuk ( 22 / 60 ) : Kulit Kina, Akar Ipeka, Sekale

Kornutum.

Serbuk ( 85 / 120 ) : Daun Digitalis.

2) Menurut Farmakope Indonesia IV

Pembuatan campur simplisia dengan derajat halus yang

sesuai dalam panci dengan air secukupnya. Panaskan diatas tangas

air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90° sambil

sekali – sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui air kain flannel,

tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh

volume infus yang dikehendaki. Infus Daun Sena, infus Asam Jawa

dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh

Page 5: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

diperas. Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan

diremas dengan air hingga diperoleh massa seperti bubur, buah

adasmanis dan Buah Adas harus dipecah dahulu. Pada pembuatan

infus Kulit Kina ditambahkan Asam Sitrat P 10 % dari bobot bahan

berkhasiat ; pada pembuatan infus simplisia yang mengandung

glikosida antrakinon, ditambahkan larutan Natrium karbonat P 10

% dari bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain, dan kecuali untuk

simplisia yang tertera dibawah, infus yang mengandung bukan

bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10 %

simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut, digunakan

sejumlah yang tertera.

Kulit Kina……………………………..……………….6 bagian

Daun Digitalis………………..……………………...0,5 bagian

Akar Ipeka...................................................................0,5 bagian

Daun Kumis kucing…………………………………0,5 bagian

Sekale Kornutum………………………………………3 bagian

Daun Sena……………………………………………...4 bagian

Temu Lawak…………………………....……………...4 bagian

c. Persyaratan Infus

Untuk membuat Infus harus dapat memenuhi persyaratan infus yang

telah ditentukan dalam buku resmi.

Persyaratan infus antara lain:

1) Infus harus jelas manfaatnya atau bahan aktif harus release.

2) Infus harus stabil secara fisika kimia, biologi terapi dan toksikologi.

3) Infus mutlak harus isotoni yaitu larutan konsentrasinya harus sama

dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi

pertukaran cairan diantara keduanya.

4) Infus harus menggunakan pembawa air yaitu Aqua Pro Injection.

Sesuai dengan kebutuhan sediaan.

5) Infus juga harus mutlak bebas pirogen yaitu dengan penambahan

karbon aktif 0,1 % dihitung terhadap volume total larutan.

Page 6: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

6) Wadah yang diperlukan adalah flakon plastik atau flakon kaca yaitu

botol infus.

d. Langkah mendesain Infus

Dalam mendesain sediaan infus harus diperhatikan langkah-langkahnya :

- Mengetahui kebutuhan masyarakat

- Jelas untuk masyarakat mana obat itu ditujukan

- Mempunyai mutu jumlah dan ukuran yang pasti

- Cara pembuatan dan waktu

- Alat dan biaya yang rendah

Langkah di atas sangat penting untuk menarik konsumen terhadap infus yang

dibuat

e. Langkah membuat Infus

Ada tujuh (7) tahapan dalam membuat infus :

1) Perumusan tujuan dan sasaran

Mengetahui dan mengidentifikasi yang ditetapkan di pasaran, oleh

pasar, Depkes dan departemen Perindustrian

syarat dan kriteria dari infus tersebut harus terpenuhi

Aspek bisnis

Cara pakai.

2) Pengkajian praformulasi

Menghasilkan rekomendasi catatan-catatan yang harus diberikan

kepada diri kita sebagai desain atau orang lain.

Bahan yang diperlukan

Cara buat atau proses : manusia, alat, perlengkapan, metode dan

prosedur tetap.

Evaluasi sediaan infus

Aspek bisnis: Mengetahui ketersediaan bahan di pasaran kurva

dan harga.

3) Pengembangan formulasi awal

Formula percobaan dilakukan dalam skala lab untuk mendapat hasil

yang diinginkan.

4) Pengujian karakteristik meliputi :

Page 7: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

Pengujian aplikasi : Uji praklinik

Pengujian stabilitas: Karakterisasi dan fungsinya.

5) Formula lanjutan

Dari skala lab berskala produksi, berfungsi untuk mengetahui

variable mana yang dibutuhkan.

6) Pengujian wadah dan kemasan

Wadah misalnya : tidak berkarat

Kemasan : Kardus diuji tumpukan

7) Penyelesaian produk

- Uji pasar

- Registrasi di Depkes

- Daftar, No reg

- Daftar ulang, jika terjadi perubahan.

f. Langkah Evaluasi Infus

1. Uji organoleptis.

2. Uji pH dengan menetapkan menggunakan kertas pH universal ke

dalam sediaan.

3. Pemeriksaan kejernihan menurut Farmakope Indonesia edisi IV.

4. Pemeriksaan Sterilitas menurut Farmakope Indonesia edisi IV.

5. Pemeriksaan Pirogenitas dengan menggunakan cara biologi.

g. Tujuan Pemberian Infus ;

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengan dung

air, elektrolit,vitamin, protein  lemak, dan kalori yang tidak dapat

dipertahankan secara adekuatmelalui oral

2. Memperbaiki keseimbangan asam basa

3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah

4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam

tubuh

5. Memonitor tekan Vena Central (CVP)

6. Memberikan nutrisi pada saat  system pencernaan di istirahatkan

h. Rute pemakaian secara intravena diindikasikan untuk keadaan :

Page 8: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

1. Obat tidak dapat diabsorpsi secara oral

2. Terjadinya absorpsi yang tidak teratur setelah penyuntikan secara intramuskular

3. Obat menjadi tidak aktif dalam saluran pencernaan

4. Perlunya respon yang cepat

5. Pasien tidak dapat mentoleransi obat atau cairan secara oral.

6. Rute pemberian secara intramuskular atau subkutan tidak praktis

7. Obat harus terencerkan secara baik atau diperlukannya cairan pembawa

8. Obat mempunyai waktu paruh yang sangat pendek dan harus diinfus secara terus

menerus

9. Diperlukan perbaikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

10. Obat hanya bersifat aktif oleh pemberian secara intravena

i. Keuntungan pemberian secara intravena :

1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan

gawat.

2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama dengan

baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral.

3. Penyerapan dan absorbsi dapat diatur.

j. Beberapa kemungkinan terjadinya kerugian dalam pembuatan infus seperti :

1. Emboli udara

2. Inkompatibilitas obat

3. Hipersensitivitas

4. Infiltrasi atau ekstravasasi

5. Sepsis

6. Thrombosis atau phlebitis

7. Kerugian yang lain:

a. Pemakaian sediaan lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien.

b. Obat yang telah diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi.

c. Lebih mahal daripada bentuk sediaan non sterilnya karena lebih

ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen,

jernih, praktis bebas partikel).

Page 9: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

k. Contoh infus dipasaran :

Infus Ringer Laktat (RL)

Cara Kerja Obat : infuse Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan

konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler.

Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan

osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan

kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot.

Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada

dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.

Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok

hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan

hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam

laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya

paru-paru.

Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-

hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal

function & pre-eklamsia.

Page 10: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada proses pembuatan ringer laktat infuse pelarut atau pembawa yang kami

gunakan adalah aqua pro injeksi karena API merupakan pelarut pembawa larutan

sejati secara inta vena yang dapat melarutkan semua zat aktif,dapat disterilisasi akhir

dan memilkik pH 7 sesuai dengan pH ringer laktat infus yang diinginkan.sebelum

proses pembuatan infuse terlebih dahulu aqua pro injeksi bebas karbondioksida dan

oksigen dibuat dengan menngunakan aqua dest yang dipanaskan terlebih dahulu

sampai mendidih dan dibuka tutup nya dan dipertahankan selama 15 menit kemudian

dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit. Tujuan penggunaan

aqua pro injeksi bebas karbondioksida adalah untuk menghindari terurainya garam

natrium atau calcium menjadi endapannya karena karbondioksida dalam air akan

memberikan sifat asam lemah. Sedangkan bebas oksigen untuk menghindari oksidasi

dari bahan aktif. Pada proses pembuatan infus kami tidak mempunyai kendala yang

berarti karena proses pembuatan infus hanya dengan mencampurkan bahan aktif

dengan pembawa aqua pro Injeksi kemudian ditambahkan dengan aqua pro injeksi

sampai volume 250 ml.tetapi proses pembuatan cukup memerlukan waktu yang lama

karena alat – alat dan bahan yang digunakan harus disterilisasikan masing – masing

sesuai dengan literature. Bahan yang digunakan seharusnya disterilisasi menggunakan

gas, tetapi karena tidak tersedianya gas tersebut, maka dilakukan analisa resiko untuk

melakukan sterilisasi pada akhir tahap, yaitu setelah menjadi suatu sediaan baru

dilakukan sterilisasi basah dengan autoklaf.

Untuk menghasilkan larutan ringer laktat infus yang isotonis dimana

konsentrasi larutan infus sama dengan konsentrasi dalam sel darah merah.larutan

infus ditambahkan dengan NaCL 0,9 % sesuai dengan perhitungan isotonis seperti

yang telah tertuang pada bab sebelumnya. setelah diperoleh sediaan ringer infuse 250

ml, pada sediaan ringer infus ditambahkan carbon adsorben 0,1 % untuk

menghilangkan dan memperoleh sediaan infuse yang bebas dari pirogen.karena

pirogen dapat berasal dari aquadest yang dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri

dan udara. Dapat pula berasal dari wadah sediaan. Proses penghilangan pirogen

dengan menanaskan sediaan infus pada suhu 60 -70 O C selam 15 menit sambil

sesekali diaduk. Kemudian larutan disaring dengan kertas saring ganda sampai

diperoleh larutan yang jernih.

Page 11: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

Untuk memperoleh volume larutan infus yang diinginkan,larutan infus

dimasukkan kedalam gelas ukur 250 ml kemudian masukkan kedalam flakon infus

tutup dengan botol karet.kemudian dilakukan sterilisasi akhir menggunakan autoklaf

pada suhu 121o C selam 15 menit. sediaan yang sudah jadi dilakukan pengujian

sediaan steril. pada pengujian organoleptik diperoleh hasil yang sesuai dengan

literatur dimana larutan yang dihasilkan berapa larutan jernih tidak berwarna,berbau

dan tidak berasa.pada pengujian pH yang diinginkan dihasilkan pH larutan infus 7

sesuai dengan penetapan pH infuse ringer pada farmakope edisi IV yang mendekati

pH fisiologi tubuh sekitar 7,4.

Tujuan utama pengaturan ph dalam sediaan injeksi adalah untuk mempertinggi

stabilitas,sehingga obat-obat tersebut tetap mempunyai aktivitas dan potensi.Evaluasi

ph perlu dipertimbangkan,karena jika ph tidak tepat maka menyebabkan :

1. Berpengaruh pada tubuh terutama darah

2. Berpengaruh pada kestabilan obat

3. Berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas,plastic,dan tutup karet

Ph darah normal adalah 7,35 – 7,45 sehingga bila sediaan parenteral volume besar

mempunyai ph di luar batas tersebut akan menyebabkan masalah pada tubuh.Jika

larutan menggunakan dapar,maka ph sebaiknya berkisar 5,5  - 7,5 sedangkan pada

larutan yang tidak menggunakan dapar dengan rentang ph 3 – 5.Dalam praktikum ini

kami tidak menggunakan larutan dapar,dan didapat hasil yang termasuk dalam kriteria

tepat.

Page 12: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

BAB V

KESIMPULAN

Injeksi volume besar yang kami buat adalah larutan ringer infus 250 ml yang

merupakan injeksi dosis tunggal untuk intravena. dimana formula yang kami gunakan

untuk membuat sediaan steril ini yaitu:

R/ Natrium Klorida ( NaCl ) 0,820 %

Natrium Laktat 0.031%

Kalium Klorida ( KCL ) 0,029 %

Kalsium Klorida ( CaCl2 ) 0,030 %

NaCL isitonis 0,9 %

Carbon adsorben 0,1 %

Aqua pro injeksi ad 250 ml

Dari Pengujian evaluasi sediaan ringer laktat infus diperoleh data :

Organoleptik ringer laktat infus

Bentuk : larutan

Warna : tidak berwarna

Rasa : tidak berasa

Bau : tidak berbau

pH laturan ringer infuse : pH ------

volume infus : 250 ml

penghilangan pirogen dilakukan dengan menambahkan carbon adsorben 0,1 %

dipanaskan pada suhu 60 – 70 o C selam 15 menit,sterilisasi akhir dilakukan dengan

autoklaf pada suhu 121 OC selama 15 menit.

Page 13: Laporan Infus Ringer Laktat _cy

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi

Ketiga. Jakarta.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi

Empat. Jakarta.

3. Anief, Prof.Drs. Moh.Apt. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM-Press.

4. Ansel, C Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press.

5. Bagian Farmakologi FKUI. 1994. Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat.

Jakarta : UI-Press.

6. Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta : UI-Press.

7. Martindale. 1972. The Extra Pharmacopeia. 28th Ed. London : The

Pharmaceutical Press.

8. Mutschler, Ernest. 1985. Dinamika Obat. Bandung : Penerbit ITB.

9. Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient

Second Ed. London : The Pharmaceutical Press.

10. Lukas Stefanus.2006 . Formulasi Steril,Yogyakarta :Penerbit andi yogyakarta