laporan investigasi kerusuhan temanggung

16
LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG Pendahuluan Investigasi ini sehubungan adanya kerusuhan di Temanggung pada hari Selasa tanggal 8 Februari 2011, dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan agama islam. Kejadian ini berawal dari persidangan perkara Penistaan Agama dengan terdakwa bernama Antonius Richmond Bawengan yang dilaporkan tertangkap tangan telah menyebarkan selebaran yang diduga berisi penistaan suatu agama. Pada saat sebelum terjadinya kerusuhan, di Pengadilan Negeri Temanggung dilaksanakan Persidangan terhadap terdakwa dengan agenda sidang pembacaan tuntutan dan putusan sekaligus. Keributan dimulai ketika jaksa Siti Mahanin membacakan tuntutan hukuman 5 tahun penjara, terdakwa dijerat dengan Pasal 156 KUHP tentang Penistaan Agama. Kemudian saat Hakim Dwi Dayanto membacakan Putusan hendak mengetuk palu, pengunjung sidang mengamuk dan mereka meminta terdakwa dihukum seberat – beratnya. Massa yang berada ruang sidang mengamuk dengan menyerbu terdakwa. Dengan cepat polisi mengamankan terdakwa dan membawa lari keluar kemudian di bawa pergi dengan kendaraan barracuda. Massa yang tidak puas dengan putusan hakim, baik yang berada di luar maupun di dalam pengadilan mulai merusak dan melempari pasukan polisi dan pengadilan. Kemudian massa yang berada di luar pengadilan mulai terpecah dan masih tersulut emosi. Akhirnya mereka melampiaskan dengan menyerang geraja – geraja dan tempat – tempat public lainnya. Kesimpulan Dari fakta-fakta di lapangan dan data-data yang dikumpulkan dapat ditarik kesimpulan telah terjadi pelanggaran HAM berupa pembiaran oleh Aparat Kepolisian yang mana pada saat peristiwa itu terjadi, pihak Kepolisian membiarkan massa menyerang dan melakukan pengrusakan di

Upload: andang-prasetya-adiwibawa-bernardus

Post on 01-Jul-2015

136 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

Pendahuluan

Investigasi ini sehubungan adanya kerusuhan di Temanggung pada hari Selasa tanggal 8 Februari 2011, dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan agama islam. Kejadian ini berawal dari persidangan perkara Penistaan Agama dengan terdakwa bernama Antonius Richmond Bawengan yang dilaporkan tertangkap tangan telah menyebarkan selebaran yang diduga berisi penistaan suatu agama. Pada saat sebelum terjadinya kerusuhan, di Pengadilan Negeri Temanggung dilaksanakan Persidangan terhadap terdakwa dengan agenda sidang pembacaan tuntutan dan putusan sekaligus.

Keributan dimulai ketika jaksa Siti Mahanin membacakan tuntutan hukuman 5 tahun penjara, terdakwa dijerat dengan Pasal 156 KUHP tentang Penistaan Agama. Kemudian saat Hakim Dwi Dayanto membacakan Putusan hendak mengetuk palu, pengunjung sidang mengamuk dan mereka meminta terdakwa dihukum seberat – beratnya. Massa yang berada ruang sidang mengamuk dengan menyerbu terdakwa. Dengan cepat polisi mengamankan terdakwa dan membawa lari keluar kemudian di bawa pergi dengan kendaraan barracuda.

Massa yang tidak puas dengan putusan hakim, baik yang berada di luar maupun di dalam pengadilan mulai merusak dan melempari pasukan polisi dan pengadilan. Kemudian massa yang berada di luar pengadilan mulai terpecah dan masih tersulut emosi. Akhirnya mereka melampiaskan dengan menyerang geraja – geraja dan tempat – tempat public lainnya.

Kesimpulan

Dari fakta-fakta di lapangan dan data-data yang dikumpulkan dapat ditarik kesimpulan telah terjadi pelanggaran HAM berupa pembiaran oleh Aparat Kepolisian yang mana pada saat peristiwa itu terjadi, pihak Kepolisian membiarkan massa menyerang dan melakukan pengrusakan di gereja dan sekolah serta tempat – tempat publik lainnya. Ketika massa berjumlah kurang lebih dari 200 orang melakukan kerusuhan di Pengadilan, Petugas Kepolisian yang berjaga – jaga sekitar 200 – 300 dan tidak bisa mengendalikannya hingga terjadi pembakaran truk polisi dan pelemparan Gedung Pengadilan. Kemudian massa melakukan penyerangan, pembakaran dan pengrusakan di Gereja Katholik, gereja Pantekosta dan Sekolah Shekinah juga tidak ada upaya pencegahan dan pengamanan serta penambahan Petugas Kepolisian untuk mencegah dan menghentikan Penyerangan tersebut. Ketika massa berjalan menuju Gereja Katholik jarak dari pengadilan ke Gereja Katholik kurang lebih 1 Km dengan durasi waktu sekitar 30 menit seharusnya pihak Kepolisian bisa menambah petugasnya dan meminta bantuan untuk mencegah massa, agar tidak terjadi penyerangan yang berkelanjutan. Dan ketika massa sampai di Gereja Katholik massa pun telah melewati kecamatan Temanggung yang mana dijaga oleh polisi sekitar 100 – 200 polisi juga tidak berbuat apapun untuk mencegahnya. Saat itu juga ada saksi yang melaporkan dan

Page 2: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

berteriak pada polisi bahwa massa menyerang, pihak kepolisian juga tidak ada respon untuk membubarkan massa meskipun jarak Gereja Katholik dengan Polres Temanggung sekitar 100 meter, yang mana di Polres Juga dijaga ketat oleh petugas polisi dan di tutup dengan kawat berduri. Jika Aparat Kepolisian memang berupaya untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi kerusuhan yang berkelanjutan, ini dapat dilihat dari durasi perjalanan massa dari Pengadilan menuju Gereja Katholik, Gereja Pantekosta dan sampai Sekolah Shekinah sekitar 2 jam, seharusnya upaya itu bisa dilakukan dan bisa dilakukan penambahan Petugas dan meminta bantuan dari Polres lain sekitar Kabupaten Temanggung.

Dari keterangan saksi massa juga teridentifikasi pemimpin massa yang memakai surban putih lurik untuk penutup muka dan berpakaian safari, pelaku yang memprovokasi, pelaku yang mendokumentasi, pelaku yang mengingatkan waktu, pelaku yang mengenal saksi – saksi yang kita interview, pelaku yang bersepeda motor, pelaku yang memakai logat sunda, ppelaku yang melakukan pengrusakan dan pembakaran dan penjarahan. Massa yang melakukan pelemparan, pengrusakan dan pembakaran di gereja dan tempat – tempat public lainnya semua mengatasnamakan Agama yaitu islam dan massa menganggap agama di luar islam adalah kafir. Karena kejadian ini menyebabkan ketakutan umat kristen dan katholik karena merasa pihak aparat Kepolisian tidak dapat melindungi mereka dan aktifitas ibadah mereka serta memberikan rasa aman. Dan seharusnya Pihak Kepolisian menggunakan PROTAP yang telah mereka miliki untuk bertindak atas kerusuhan tersebut, karena PROTAP dibuat sesuai dengan Perkap HAM dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Rekomendasi

Untuk Pemerintah, untuk selalu membuat dialog – dialog antar umat beragama dan memerintahkan aparat kepolisian untuk segera menangkap dan membubarkan organisasi – organisasi yang selalu berbuat kekerasan dan tidak menghargai Pluralisme. Memberikan pemahaman dan penyadaran kepada warga negara tentang kehidupan beragama.

Untuk kepolisian, untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat dan menangkap penghasut yang dapat membuat perpecahan antar umat beragama di Indonesia. Seharusnya menjalankan Protap yang telah dibuat untuk mencegah terjadinya kerusuhan. Segera melakukan revisi terhadap PROTAP karena tidak dijalankan dan masih membuat Pihak Kepolisian binggung dalam menjalankannya.

Untuk masyarakat, untuk menghormati dan menghargai hak orang lain untuk beribadah sesuai agama dan kepercayaan mereka masing-masing. Untuk menghargai perbedaan di masyarakat dan tidak berbuat kerusuhan seperti penyerangan, pengrusakan serta pembakaran tempat ibadah dan tempat publik lainnya yang mengatasnamakan suku , agama, ras dan adat istiadat.

Analisa

Berdasarkan kasus yang ada yaitu perusakan, pelemparan dan pembakaran di gereja dan tempat – tempat publik lainnya. Menurut analisa dari yang di dapat dalam investigasi, kasus ini ada pelanggaran

Page 3: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

HAM yang mana Aparat Kepolisian tidak ada upaya pencegahan lagi ketika massa melakukan perjalanan untuk merusak, melempari dan membakar benda – benda yang berada di gereja dan tempat – tempat publik lainnya.

Hal ini tentu jelas tidak ada pemberian rasa aman oleh Aparat kepolisian kepada masyarakat khususnya pada umat kristiani. Dan pembatasan warga negara untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaan dan keyakinannya. Yang sudah di atur dalan peraturan yang berlaku sesuai dengan hukum internasional dan nasional yang beberapa merupakan hasil ratifikasi hukum internasional.

Pelanggaran itu meliputi pelanggaran terhadap beberapa peraturan yang telah ada, diantaranya :

UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Pasal 4 yang berbunyi: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Pasal 22 ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu, ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 30 : Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

Pelanggarannya ; bahwa aparat Kepolisian tidak mencegah perbuatan massa Yang menyerang tempat ibadah yang mengakibatkan jemaat gereja katholik dan pantekosta serta anak – anak sekolahan Shekinah dan anak – anak pantai asuhan Betlhehem menjadi trauma dan ketakutan untuk melakukan aktifitas.

UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM Pasal 31 ; (1) Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu, (2) Menginjak atau memasuki suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya diperbolehkan dalam hal - hal yang telah ditetapkan oleh Undang-undang.

Pelanggarannya; bahwa pada Gereja Katholik dan Gereja Pantekosta massa telah melakukan pelemparan, pengrusakan serta pembakaran tanpa seijin dan kehendak pihak – pihak gereja dan perbuatan tersebut dianggap melanggar hukum.

UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM Pasal 71 ; Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan Hak Asasi Manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia. dan Tap MPR Nomor XVII/MPR/1998 Pasal 1. Lembaga-lembaga tinggi Negara dan seluruh aparatur pemerintah, untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM kepada seluruh masyarakat. Pasal 3. Penghormatan, penegak, dan penyebarluaskan hak asasi oleh masyarakat dilaksanakan melalui gerakan kemasyarakatan atas dasar kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai warga Negara dalam kehidupan bermasayarakat berbangsa dan bernegara.

Page 4: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

Bentuk pelanggarannya ; bahwa Pemerintah telah gagal dalam memajukan Hak Asasi Manusia ketika massa ada masyarakat yang mendirikan organisasi yang anarki dan selalu mengatasnamakan agama khususnya warga Temanggung telah melakukan perbuatan melanggar hukum atas kebebasan Bergama dan memeluk kepercayaannya setiap orang. Pemerintah belum bisa menjalankan kewajiban yang telah diatur dalam undang-undang yang telah ada.

Pihak Kepolisian tidak melaksanakan PROTAP KAPOLRI No : PROTAP/01/X/2010 Tentang Penanggulangan Anarki sebagai mana mestinya ketika tidak bisa mencegah bentuk kerusuhan dari Ancaman Gangguan (AG) menjadi Gangguan Nyata (GN) serta tidak mengambil tindakan yang dianjurkan dalam PROTAP ketika dalam hal eskalasi anarki semakin meningkat.

Sedangkan bentuk – bentuk kejahatan yang telah melanggar ketentuan KUHP (Kitab Undang – Undang Hukum Pidana) pada waktu kejadian yakni;

- Bahwa massa atau orang perseorangan memasuki dan menyerang Gereja Katholik, Gereja Pantekosta serta Sekolahan Shekinah tanpa seijin pemilik dan pada waktu di Gereja Katholik, Romo Sadhana (Romo Gereja Katholik) telah memperingatkan kepada massa agar berhenti untuk merusak Gereja akan tetapi tidak menindahkan dan memukul Romo Sadhana, perbuatan tersebut melanggar Pasal 167 KUHP berbunyi ; barang siapa memaksa masuk kedalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan melawan hukum, atau berada disitu dengan melawan hukum,dan atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

- Bahwa telah terjadi kejahatan terhadap Pasal 170 (1) KUHP berbunyi ; barang siapa terang – terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. Perbuatannya yakni pelemparan, pengrusakan dan pembakaran di gereja katholik , Gereja Pantekosta dan sekolah sekinah serta tempat – tempat publik lainnya seperti Pengadilan, dsb yang dilakukan sekelompok orang.

Data Pendukung

Kronologis Peristiwa

Kejadian bermula pada hari selasa, 8 Februari 2011 dilaksanakan sidang perkara penistaan agama dengan terdakwa Antonius Richmond Bawengan. Sidang dengan agenda pembacaan tuntutan terdakwa. Sebelum sidang dimulai sekitar Pukul 07.00 WIB Aparat Polisi sudah mulai berjaga – jaga di Pengadilan Negeri Temanggung dengan jumlah kurang lebih 200 – 300 Petugas Kepolisian yang terlihat membawa senjata berupa tameng, pentungan dengan membawa 4 buah truk Polisi serta di persiapkan 1 buah mobil Pemadam Kebakaran dan 1 buah mobil Water Canon.

Pada saat itu juga berdasarkan keterangan saksi, Aparat Kepolisian juga menempatkan anggotanya dengan jumlah 100 – 200 Polisi di Kantor – kantor Pemerintahan yaitu di Kantor Bupati Temanggung,

Page 5: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

Kejaksaan Negeri Temanggung, Kecamatan Temanggung, Rutan, dan Polres Temanggung itu sendiri. Sementara penjagaan di Polres Temanggung itu sendiri sangat ketat dimana di dibatasi dengan kawat berduri dan pasukan Brimob dengan senjata laras panjang yang lengkap, sedangkan di tempat lain hanya oleh Pasukan Dalmas saja.

Sementara penjagaan di gereja – gereja dan sekolah – sekolah milik Umat Kristiani yang sebelumnya ada isu akan dibakar hanya di jaga kurang dari 15 Petugas Kepolisian. Dimana keterangan dari saksi, di Gereja Katholik sendiri yang dekat dengan Polres hanya di jaga oleh 2 Anggota Polisi dan 3 Anggota TNI dan ditambah dari pihak Gereja. Sementara itu di sekolah Shekinah hanya 11 Anggota Polisi dan 3 Anggota TNI,berdasar keterangan dari saksi.

Pukul 08.00 massa sudah berkumpul di Pengadilan Negeri Temanggung untuk melakukan demonstrasi dan menghadiri persidangan penistaan agama. Ketika sekitar pukul 9.30 – 10.00 WIB massa melakukan penyerangan ke Pengadilan yang dipicu dari Putusan Hakim 5 tahun penjara terhadap terdakwa. Keterangan Saksi, Massa yang berada di luar pengadilan kemudian melakukan pelemparan batu dengan diarahkan ke pengadilan, pada saat itu juga massa melakukan pembakaran 1 buah Truk Aparat Kepolisian. Kerusuhan di Pengadilan ini membuat massa terpecah menjadi 2 kelompok, karena Polisi mencoba membubarkan massa dengan menggunakan Gas airmata yang dilemparkan ke Massa.

Massa yang pecah, satunya menuju stadion tanpa melakukan pergerakan dan teridentifikasi berpakaian bertuliskan GPK (Gerakan Pemuda Ka’bah), kelompok yang lain menuju ke arah Kota Temanggung, yang mana massa ini yang akhirnya melakukan perbuatan pengrusakan, pelemparan dan pembakaran benda – benda di Gereja dan sekolah serta tempat publik lainnya. Sekitar pukul 10.00 WIB massa sudah sampai di Gereja Katholik, akan tetapi penjagaan yang berjaga terlalu sedikit akibatnya tidak bisa berbuat apapun ketika massa datang sekitar 150 orang lebih. Ketika itu dari pihak Gereja Katholik sempat melaporkan kepada Polisi di Polres temanggung yang jaraknya kurang lebih 100 hingga 200 meter dari gereja Katholik, akan tetapi pihak Polres tidak memberikan tanggapan dan respon sama sekali untuk melakukan pengamanan dan pembubaran massa yang anarki di Gereja tersebut. Saat itu juga Saksi berteriak kepada Polisi yang berjaga di Kecamatan Temanggung, bahwa telah terjadi perusakan dan pelemparan batu dan bom molotov juga tidak direspon sama sekali oleh Polisi.

Lima belas menit kemudian massa berpindah menuju ke Gereja Pantekosta , yang mana melewati Polres Temanggung. Di kantor Polres Temanggung dijaga ketat oleh Aparat kepolisian dengan di pagari kawat berduri dan dengan sistem keamanan yang lebih ketat. Ketika massa sampai depan Polres Temanggung mereka melempari Polres bagian depan (Ruang SPK) yang cuma sebentar, setelah itu terdengar bunyi sholawatan yang diputar dari dalam lokasi Polres, dan dari keterangan saksi seperti bunyi dari microphone milik mobil Polisi. Kemudian massa menuju Gereja Pantekosta, yang mana juga tidak ada penjagaan dari aparat Kepolisian yang sangat preventif yang mungkin bisa membubarkan massa.

Massa mulai bergerak meninggalkan Gereja pantekosta menuju Sekolah dan Gereja Shekinah sekitar pukul 11.00 – 11. 30 WIB dengan melewati rute yang sama yaitu melewati depan Polres Temanggung dan Gereja Katholik dan selama itu juga tidak ada pencegahan yang dilakukan oleh Aparat Kepolisian.Selama perjalanan menuju Gereja dan Sekolahan Shekinah ada 2 orang massa yang membeli

Page 6: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

rokok di warung saksi, yang mana kata 2 orang massa ini mengetahui nama saksi ini. Dan di sekolahan Shekinah massa melakukan pengrusakan dan pembakaran motor serta masuk ke dalam kantin dan melakukan perusakan dan penjarahan, akan tetapi Polisi yang berjaga juga tidak bisa berbuat apapun ketika massa yang menyerang berjumlah 150 hingga 300 orang. Disini yang menjadi komandan dari Polisi yang melakukan penjagaan sempat meminta bantuan kepada Atasannya dan Polres namun tidak ada tanggapan dan respon atau tambahan bantuan Aparat Kepolisiannya keterangan Saksi.

Setelah pukul 12.00 WIB massa sudah menghilang pergi kemana, dan penjagaan di Temanggung juga sepi dari Aparat Kepolisian, massa sudah mulai terkendali dan aman. Dan penjagaan baru mulai diperketat pada pukul 16.30 akibat Kapolda Jawa Tengah datang ke Tempat kejadian dan berkunjung di Polres dan melakukan pergantian Kapolres Temanggung.

Setelah adanya pergantian Kapolres Temanggung dan paska kejadian , penjagaan di Pengadilan Negeri Temanggung, Gereja Katholik, Gereja Pantekosta, Gereja dan Sekolah Shekinah dijaga oleh kurang lebih 10 – 15 Petugas Polisi. Pada tanggal 12 Februari 2011 dari penyidikan dan penyelidikan Polisi telah di tangkap Pelaku Pelemparan, pengrusakan dan pembakaran, serta yang dianggap sebagai penghasut atau sebagai aktor intelektualnya bernama Syihabuddin selaku pemimpin dan pemilik Pondok Pesantren Wonoboyo, Tretep, Temanggung.

Keterangan Saksi dan Korban1. Interview Saksi 1, jam 08.00 WIB

- Pagi hari pada saat mencangkul sawah pak makno mendengar deruan sepeda motor di sebrang desa (desa tersebut bernama Prapak dan bersebelahan dengan sawah milik pak makno). Deruan sepeda motor di pagi hari seperti itu tidak seperti biasanya.Siangnya pak makno melihat beberapa orang menggunakan sepeda motor menuju desa prapak kembali (setelah aksi kerusuhan). Selain beberapa sepeda motor, orang yang dikenal bernama marimin (warga desa prapak), tukang ojek kranggan, dan syarif anak mantan kepala desa kranggan diketahui terlibat dalam aksi kerusuhan di PN Temanggung Tersebut.

- Sebelum Kerusuhan saksi lewat di depan PN Temanggung (tidak) melihat penjagaan polisi baik dari unsur Gegana atau Brimob yang ikut berjaga hanya tampak Dalmas. Dan waktu paska kejadian saksi melintas di depan gereja santo petrus dan paulus hanya melihat 4-5 orang dari TNI dan Polisi di depan gereja. Bahkan saksi pernah bertanya pada anggota polisi mengenai penjagaan kenapa seperti itu dan jawab polisi itu “Biarkan saja”.

- Bertolak belakang dari itu, penjagaan di depan kantor polisi (POLRES TEMANGGUNG) yang jaraknya sangat dekata (kurang lebih 50 meter dari gereja) justru dibentengi dengan kawat berduri

- Saksi melihat keadaan penjagaan seperti itu juga sedih, dia melihat penjagaan di Pengadilan saat sebelum kerusuhan terjadi itu kurang lebih 200 petugas Polisi yang menjaga keamanan dan tidak di pagari dengan kawat berduri, kata saksi seharusnya kekuatan polisi untuk mengatasi setingkat Temanggung cukup kuat karena sekarang Brimob besar setelah ada likuidasi dengan Polri. Dan waktu itu juga Pasukan Dalmas sangat kurang sehingga dari segi

Page 7: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

kualitas dan kuantitas sangat kurang. Seharusnya pihak Polisi berkoordinasi dahulu dengan Pihak Pengadilan kapan, jam berapa sidang akan dimulai. saksi berpendapat apabila petugas keamanan yang menjaga gereja-gereja merupakan pasukan yang ahli atau pengendali kerusuhan massa maka pengrusakan gereja dapat diantisipasi.

- Setelah mendengar adanya kerusuhan di Temanggung, saksi lantas melakukan pengecekan terhadap beberapa gereja di desanya (agak jauh dari tempat kerusuhan di PN dan Gereja-gereja di Kota ) Yakni Gereja Betel Indonesia Kranggan, Gereja Kristen Jawa Kranggan dan Kapel Santo Petrus Kranggan. Dia melihat bagaimana penjagaan aparat atas gereja-gereja tersebut untuk mengantisipasi adanya perusakan yang meyebar ke gereja-gereja lainnya. Di GKJ maupun di GBI di jaga oleh 2-3 orang petugas, namun tidak terjadi di Gereja Kapel. saksi sudah meminta polisi yang ada di sekitar kranggan untuk turut menjaga kapel santo petrus namun tidak direspon oleh polisi tersebut.

2. Saksi 2, jam 12.00 WIB

- Massa sempat melempari batu-batu ke arah panti asuhan Betlehem yang berjumlah 63 anak-anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tersebut. Sejumlah kaca jendela rusak dan pecah.

- Anak-anal diungsikan dengan segera, dan mengalami situasi yang menegangkan. Anak-anak berteriak-teriak dan saling menangis. Para pengasuh dan guru-guru dari SD Pangudi Utami (Ibu Titis) mengevakuasi anak-anak dengan gemetaran.

3. saksi 3, jam 09.00 WIB

- Hari Minggu kita sudah dengar kabar akan ada demo dan kita minta keterangan dari Polisi. Pada hari senin tidak ada keterangan dari POLRES Temanggung untuk menjamin keamanan. Untuk hari Selasa tanggal 8 Februari 2011 penjagaan sendiri terdiri dari 2 Polisi, 3 TNI, 4 karyawan gereja,1 Romo dan 7 bapak – bapak.

- Ketika terjadi penyerangan Aparat keamanan sendiri tidak bisa berbuat banyak dan jarak gereja dengan POLRES Temanggung juga sangat dekat tapi tidak ada gerakan dari Polisi sendiri untuk mencegah atau mengatasi kerusuhan yang sedang terjadi meskipun juga dari pihak gereja sewaktu pengrusakan gereja sedang berlangsung sudah memberika laporan/ menghubungi ke POLRES akan tetapi juga tidak ditanggapi dan tidak segera di kirim bantuan ke Gereja Katholik. Massa yang melakukan penyerangan sekitar 150 orang, mereka membawa perlengkapan berupa golok, pedang, besi , kayu, bom molotov mereka terorganisir benar dengan rapi. Di kelompok yang menyerang waktu itu ada pemberi komando atau leader, ekskutor, pendokumentasi , navigator (penunjuk jalan) dan pengingat untuk pindah.

- Dalam kejadian tersebut sempat terjadi perampasan dan pelarangan yang ingin memoto. saksi sendiri melihat langsung ketika ada orang yang di bentak – bentak untuk tidak

Page 8: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

memoto. Yang melakukan itu anggota massa yang ikut dalam pelemparan batu di geraja Kaholik.

- Dalam kejadian saat itu yang provokasi ada di bagian depan,dan komandannya yang paling keras memakai topeng putih yang dari kain panjang atau biasa disebut sorban di buat topeng di muka (Investigator deskripsikan : sorban yang di buat seperti ninja dimuka Pemimpin massa)

- Saat itu juga terjadi pemukulan terhadap Romo Sadana sebanyak 3 kali, bagian yang dipukul antara lain : pertama bagian Leher belakang, kedua pipi kanan, ketiga bibir. Saat itu romo sedang menenangkan massa dan mengusir massa untuk menjauh dari gereja katholik dan berusaha mengamankan altar gereja (Romo mengatakan : “sudah-sudah, cukup-cukup, keluar-keluar”). Saat itu teman saksi menyampaikan kepada massa sambil merangkul romo sadana : “jangan-jangan ini boloku”. Dan diantara massa tersebut menyampaikan “bener-bener itu koncomu tur”

- Menurut saksi pengrusakan gereja Katolik tersebut diperkirakan mendatangkan kerugian kurang lebih sebesar Rp.500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah) karena terdapat mobil yang juga dirusak, Balai Keluarga yang dibakar, Kamar Mandi yang dirusa, Patung-Patung Kudus yang dipecah dan Jendela-jendela Mozaik Import yang dirusak.

- Setelah sempat tenang, tidak lama kemudian, terdengar kabar bahwa massa kembali menuju ke gereja katolik (saat itu massa akan menuju ke gereja shekina yang melewati gereja katholik kembali ). Dikarenakan gemetaran dan ketakutan Romo Sadana ingin melarikan diri lewat belakang gedung, namun Anak Tangga yang dinaikinnya patah, tak berapa lama kemudian Romo sadana diselamatkan oleh anggota Koramil bernama Pak Agus dengan cara dipakaikan Jaket TNI, Helm TNI dan kemudian baru dibawa keluar ke Koramil

- Dan selama dijalan menuju sekinah orang – orang dijalan di sweeping, yang orang Katholik akan dipukul, kebanyakan dari mereka berpakaian Preman

- Sepanjang jalan di titik-titik tertentu (seperti didepan kabupaten, atau lokasi dekat sekinah ) terdapat provokator yang mengatakan “itu-itu orang kristen, dibunuh saja”.

4. Saksi 4, jam 10.00 WIB

- Setelah merusak gereja katholik dan gereja pantekosta, serombongan massa menuju ke sekinah. Dan sempat mampir ke warung saksi “ mbah gerejamu ora tak obong, mung tak rusak, nek arep slamet pakai kerudung, romone bar nggo bancakan”

- Orang yang berbicara tersebut sambil membeli rokok tempat saksi, dan membawa batu yang besar yang diletakkan didepan warung.

Page 9: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

5. Saksi 5, jam 11.00 WIB

- Di sini penjagaan Polisi terdiri dari 11 Polisi ditambah 3 anggota TNI, ketika massa datang kira – kira 300 orang kita hanya bisa menyelamatkan barang – barang yang sebisa mungkun kita selamatkan. Penjagaan polisi tersebut tidak dibekali dengan senjata apapun.

- Penjagaan Polisi dan TNI tersebut difokuskan pada gereja Shekinah sendiri. Sehingga gereja shekinah tidak rusak seperti yang diberitakan di media massa. Yang rusak adalah gedung sekolah yang ada didepannya. Gereja tersebut hanya mengalami kerusakan berupa rolling door yang peyok.

- Adapun saksi sebagai orang yang dituakan dan pemimpin di pasukan kecil tersebut maju kedepan untuk menghadapi dan menenangkan massa dan waktu itu saksi di kerubung massa dan dia mencoba menenangkan massa agar tidak melakukan pengrusakan dan saksi sempat menghubungi POLRES juga untuk meminta bantuan akan tetapi tidak ada respon dan tidak ada bantuan yang datang. Karena saksi berpikiran jarak lokasinya dengan Pengadilan dan Polres lumayan jauh dia tidak tahu semua Polisi berada dimana tapi dia mendapat kabar bahwa semua keamanan dari polisi difokuskan ke pengadilam semua dan dia memberi info bahwa jumlah keseluruhan aparat polisi di Temanggung sekitar 1000 anggota polisi.

- Pada saat dikerubuti massa tersebut, saksi diminta oleh Massa untuk dapat menyebutkan syahadat dan dianggap kafir “(massa: kamu kafir ya, saksi : siapa yang Kafir, massa :kalau begitu ucapkan syahadat)”, dengan dikepung oleh massa yang bersenjata baik golok, parang, pedang, besi dan sebagainya, bahkan ada yang membawa bangku siap untuk dipukulkan ke kepala saksi.

- Saksi mengaku getir dan takut menghadapi massa yang tidak imbang tersebut, namun bagaimanapun juga ia berbaju dinas dan harus mampu menghadapi massa yang mengamuk.

- Waktu kejadian dikatakan ada bantuan dari Polres Magelang, Wonosobo akan tetapi dia tidak mengetahuai berapa jumlah bantuan tersebut.

- Hasil investigasi di depan Pengadilan pada jam 10.00 – 11.00 pada hari senin 14 februari 2011 dengan warga sekitar yang tidak mau disebut identitas dirinya

- Penjagaan awal tidak banyak polisi begitu ada massa melempar batu dan ada gas air mata baru kemudian ditambah penjagaannya

- Hasil Interview dengan Polisi/Brimob Polres Temanggung jam 10.30an lokasi di depan Pengadilan Negeri Temanggung

- Penjagaan awal sekitar 200 – 300 orang polisi dan sebagian masih ada di Polres untuk bersiap – siap. Setelah ada kerusuhan dan pembakaran baru ditambah jumlah Pasukannya jadi semua penjagaan di pengadilan keseluruhan ada sekitar 700 petugas Polisi.

Page 10: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

6. saksi 6 , jam 14.00 WIB

- Pada saat mengantar sekolah saksi melihat posisi dan lokasi penjagaan Polisi yang dijaga ketat yaitu ;1. Pengadilan Negeri Temanggung, 2. Polres Temanggung, 3. Kantor Bupati, 4. Kejari Temanggung, 5. Rutan dan diperkirakan dijaga kurang lebih 100 – 200 Polisi

- Di depan PN dan di Depan Polres saksi melihat penjagaan yang baik dan super ketat dari Polisi, diantaranya adanya 1 SSK Lengkap dengan 2 mobil baracuda, watercanon, dan beberapa truk yang mengangkut sepasukan kepolisian. Dengan melihat penjagaan seperti itu, saksi merasa tenang dan aman, sehingga isu mengenai kerusuhan di Temanggung akan dapat diatasi. Apalagi Gereja Katolik tempat ia biasa beribadah dekat dengan Polres.

- Pada waktu kejadian saksi melihat secara langsung kejadian, sebelum masa datang di Pengadilan suadah dikerahkan Polisi yang berjaga – jaga dengan Jumlah Truk Dalmas 4 Kendaraan, kemudian saat masa melakukan aksi dan sidang dimulai tiba – tiba masa bentrok dengan Polisi, dan Polisi melempar gas air mata, dan membakar 1 buah Truk Dalmas dengan digulingkan terlebih dahulu, serta menyisakan 3 buah Truk Dalmas,dari penyerangan Jumlah Polisi Sekitar 200 – 300 orang, akan tetapi setelah kerusuhan pecah tidak ada bantuan Polisi lagi. Setelah masa bentrok dengan Polisi dan Pecah setelah masa mulai merusak tempat ibadah sejumlah polisi yang tadinya berjaga dan sempat bentrok dengan masa telah hilanh dan sepi.

- Sebelum menuju ke gereja-gereja tersebut, massa yang bergerak dari PN telah terlebih dahulu melakukan pengrusakan Panti Asuhan Bethelhem (dengan melempari batu). Anak-anak yang di PA tersebut segera diungsikan kerumah-rumah penduduk melalui pintu rahasia. Setelah dari PA massa bergerak menuju Gereja Katholik.

- Setelah melempari Batu ke PA, saksi juga melihat ada Pos Polantas yang dekat dengan PA tersebut (depan telkom/200-300 meter sebelum Gereja Katolik) turut di lempari dan dirusak, polisi yang Ada disekitarnya tersebut malahan lari kebelakang di rumah penduduk kemudian ganti baju(Polisi tersebut diperkirakan sebagai Polisi Lalu Lintas).

- saksi terus mengikuti proses kerusuhan tersebut, dan mampir ke kantornya untuk (Kecamatan Temanggung) memarkir sepeda motornya ia melihat di depan kecamatan terdapat sejumlah Polisi yang berjaga di Kecamatan. Karena dia melhat Gereja Katholik di serang dan dilempari batu serta dirusak oleh masa dia sempat meneriakan kepada polisi “gerejaku di rusak” (diterikakan sebanyak 2 kali) tetapi polisi tetap diam saja, akhirnya saksi berhenti beteriak ketika yang dikira pimpinan masa melihat dia.yang dikira pimpinan masa itu memakai Sorban yang dibuat topeng bermotif putih lurik yang dibuat topeng seperti ninja.

- Terus dia melihat setelah masa selesai merusak Gereja Katholik dan berpindah, sesampai depan Polres Temanggung saksi melihat Polisi tetap berdiam tanpa reaksi dan malah

Page 11: LAPORAN INVESTIGASI KERUSUHAN TEMANGGUNG

terdengar suara lagu Sholawatan dari Halaman Polres yang terdengar seperti suara bunyi Microphone .

- Paska kejadian perusakan gereja katholik tersebut, ia sempat melihat pergerakan massa yang menuju ke Gereja Pantekosta

- Saat itu masa pada aksi didepan Pengadilan dan terjadi bentrok kemudian masa pecah menjadi dua kelompok , kelompok pertama lari ke arah kota Temanggung dan yang kelompok kedua ke arah stadion atau balai Kartini. Masa yang ke arah stadion atau balai kartini teridentifikasi sebagian dari GPK (Gerakan Pemuda Ka’bah) dari Partai PPP karena mereka sebagian memakai seragam bertuliskan GPK (Gerakan Pemuda Ka’bah), dan masa Penonton. Dan kelompok yang ke arah Kota Temanggung adalah masa yang kemudian merusak tempat Ibadah (Gerja Katholik dan Gereja Pantekosta) dan sekolah Shekinah. Yang mana saksi tidak bisa masa dari siapa yang jelas yang mengajak dan diperkirakan pemimpin kelompok teridentifikasi dengan pakaiannya. Dengan menggunakan Topeng Putih lurik dari Sorban yang di buat topeng atau penutup muka dengan mata yang terlihat (seperti ninja) yang sangat keras nadanya, memakai kaos celana biasa.