laporan jar test klmpk 2 selasa

25
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN BAB 4 JAR TEST KELOMPOK 2 SELASA Diza Rahmania Zawatki 1106001416 Afrizal Citra Pradana 1106001611 Nurjalila Hafita Budi Sari 1106012413 Tanggal Praktikum : Rabu, 27 Februari 2013 Tanggal Disetujui : Asisten Praktikum : Chihiya Fitria N Nilai : Paraf Asisten : LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN

Upload: lucy

Post on 11-Nov-2015

609 views

Category:

Documents


64 download

DESCRIPTION

jar test

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGANBAB 4JAR TEST

KELOMPOK 2 SELASADiza Rahmania Zawatki1106001416Afrizal Citra Pradana1106001611Nurjalila Hafita Budi Sari1106012413

Tanggal Praktikum: Rabu, 27 Februari 2013Tanggal Disetujui: Asisten Praktikum: Chihiya Fitria NNilai: Paraf Asisten:

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGANPROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGANDEPARTEMEN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIADEPOK 2013JAR TEST

I.Maksud dan Tujuan Melakukan percobaan proses koagulasi dan flokulasi skala laboratorium untuk menurunkan kekeruhan dengan menggunakan metoda Jar Test. Mengamati ukuran flok yang terbentuk selama berlangsungnya proses flokulasi. Menentukan dosis optimum dan jenis koagulan tertentu untuk menurunkan kekeruhan sehingga baku mutu tercapai, serta mengamati faktor faktor yang mempengaruhinya (pH, temperatur).

II. Landasan Teori

A. Definisi

Jar Test adalah tes yang biasa dilakukan di laboratorium untuk menentukan kondisi operasi optimum pada sistem pengolahan air bersih atau air limbah. Selain itu, Jar Test juga berguna untuk menentukan koagulan yang tepat dan koagulan pembantu, dan jika dibutuhkan dosis kimia yang dibutuhkan untuk koagulasi pada air tertentu. Prinsip dari Jar Test adalah proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. Selama proses berlangsung dilakukan penyesuaian pH, jenis dan dosis koagulan, serta kecepatan pengadukan. Dengan Jar Test dapat ditentukan dosis optimum dari bahan-bahan kimia yang dibubuhkan ke dalam air baku. Adapun yang dimaksud dosis optimum adalah dosis terbaik suatu koagulan untuk membentuk flok-flok sehingga tingkat kekeruhan suatu air baku memenuhi standar peraturan pengolahan air. Jar Test pada umumnya digunakan untuk mengurangi/menghilangkan koloid tersuspensi dan zat organik penyebab kekeruhan, bau, rasa dan warna pada sistem pengolahan air bersih maupun air limbah. Jar Test juga digunakan untuk mengetahui proses koagulasi - flokulasi dalam sistem pengolahan air limbah dan menentukan dosis zat kimia yang tepat untuk mengolah air limbah tersebut sehingga dapat dikatakan layak dalam pengolahannya atau memenuhi baku mutu yang berlaku dalam pengolahan air limbah.

B. Prinsip Jar Test

KoagulasiKoagulasi adalah pengadukan cepat yang disertai dengan penambahan koagulan. Tujuan pengadukan cepat adalah destabilisasi material koloid dan padatan tersuspensi. Rentang pengadukan cepat adalah ketika kecepatan gradien berkisar antara 700/s - 1000/s dan waktu tunggu berkisar antara 20 detik 90 detik. Destabilisasi koloid adalah gaya yang dikenakan kepada koloid secara repulsif sehingga mengurangi potensial zeta elektrostatis pada partikel koloid. Resultan gaya dari potensial elektrostatis dan gaya Van der Waals menimbulkan jarak antar partikel koloid sehingga menghasilkan jarak x, jarak inilah yang menandakan bahwa partikel koloid telah terdestabilisasi. Koloid yang telah terdestabilisasi memberi kesempatan kepada koagulan bersama dengan material koloid dan padatan tersuspensi untuk membentuk inti flok.

Tabel. Waktu tunggu dan Kecepatan Gradien pada Pengadukan Cepat

FlokulasiFlokulasi adalah pengadukan lambat. Rentang pengadukan lambat adalah ketika kecepatan gradien berkisar antara 5 fps/ft 10 fps/ft dan waktu tunggu berkisar antara 15 menit 30 menit. Tujuan pengadukan lambat adalah stabilisasi partikel inti flok agar dengan pengadukan lambat inti flok saling bersentuhan sehingga membentuk flok yang memiliki massa jenis lebih besar daripada air sehingga dapat mengendap.

SedimentasiSedimentasi adalah pengendapan flok yang telah terbentuk secara gravitasional. Tujuan dari pengenapan adalah mengurangi kekeruhan dan materi tersuspensi yang ada pada air baku atau air limbah.

C. Jenis-jenis KoagulanAluminium Sulfat (Al2(SO4)3) / tawasDibutuhkan alkalinitas yang cukup untuk bereaksi dengan alumunium sulphat untuk menghasilkan flok hidroksida. Reaksi untuk menghasilkan flok tersebut adalah :

Meskipun demikian jika air baku tidak memiliki alkalinitas yang cukup untuk direaksikan dengan alumunium, maka alkalinitas harus ditambahkan. Biasanya alkalinitas yang ditambahkan berada dalam bentuk ion hidroksida seperti calcium hidroksida. Reaksi koagulasi dengan kalsium hidroksida adalah :

Rentang pH optimum untuk alumunium sulphat adalah 4,58. Pada rentang pH tersebut hidroksida relatif dapat larut.

Ferrous Sulfat (FeSO4)Penggunaan ferrous sulphat sebagai koagulan memerlukan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida dalam air baku untuk menghasilkan reaksi yang cepat. Oleh sebab itu Ca(OH)2 biasanya ditambahkan untuk meningkatkan pH sehingga ion besi dapat mengendap sebagai ferric hidroksida dalam reaksi berikut:

Agar reaksi dapat berlangsung pH harus ditingkatkan hingga mencapai 9,5. Sebagai perbandingan penggunaan ferrous sulphate dan kapur sebagai koagulan lebih mahal dibandingkan dengan penggunaan alumunium sulphat.

Ferric Sulfate (Fe(SO)4)Reaksi sederhana dari ferric sulphat dengan alkalinitas bikarbonat alami untuk menjadi bentuk ferric hydroksida adalah :

Reaksi ini menghasilkan flok yang besar dan cepat mengendap. Jika alkalinitas alam tidak mencukupi untuk reaksi ini, maka dipergunakan kapur sebagai tambahan.

Ferric Klorida (FeCl3)Reaksi sederhana dari ferric chlorida dengan alkalinitas bikarbonat alami untuk membentuk ferric hydroksida adalah :

Jika alkalinitas yang ada di alam tidak mencukupi, maka ditambahkan kapur mati untuk membentuk hidroksida, sehingga berlangsung reaksi berikut:

Range pH optimum untuk ferric chlorida sama dengan ferric sulaphat, yaitu sekitar 412. Bentuk flok yang dihasilkan biasanya tebal dan merupakan pembentukan flok yang cepat.

D. Faktor yang Mempengaruhi Proses Koagulasi dan FlokulasiFormasi dan Ukuran FlokSemakin rapat formasi antar flok-flok, maka semakin besar pula ukuran flok tersebut secara keseluruhan. Semakin besar flok yang terbentuk, maka semakin banyak materi tersuspensi dan koloid yang mengendap.

Bentuk Bak Pengendapan Diantara bentuk bak pengendapan persegi panjang, persegi, dan bundar, bak pengendapan yang berbentuk bundar lebih baik daripada bentuk persegi dan persegi panjang karena distribusi putaran paddle yang merata pada setiap sisinya.

Presentase Penurunan Tingkat Kekeruhan Presentase penurunan kekeruhan mempengaruhi dosis optimum suatu koagulan. Semakin kecil tingkat kekeruhan maka semakin optimum dosis koagulan tersebut.

pH Derajat pH akhir setelah proses menentukan pH optimum suatu koagulan.TemperaturFaktor temperatur air mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi. Temperatur mempengaruhi viskositas air, semakin rendah viskositas air maka semakin cepat kecepatan gradien yang ditimbulkan pada proses pengadukan.

E. Jenis jenis PengadukanMekanikTurbine Impeller

Kelebihan pengaduk ini adalah tegangan geser, turbuulensi, dan kecepatan gradien yang dihasilkan lebih besar.

Propeller Impeller

Kelebihan pengaduk ini adalah daya yang digunakan lebih sedikit namun dapat menghasilkan kecepatan gradien yang maksimal.

PneumatikDaya yang dibutuhkan cenderung lebih kecil.Hidrolis

Kekurangan mixer jenis ini memiliki headloss yang cukup besar.

III. Alat dan BahanAlat Alat Jar Test Gelas beaker 1000 ml Pipet 25 mL pH meter Thermometer Turbidimeter Stopwatch

Bahan Sampel air danau Koagulan: FeCl3, Al2(SO4)3.18H2O, dan PAC (Poly Aluminium Chloride)

IV. Cara KerjaCara Kerja dalam Gambar

Masukkan setiap koagulan ke beaker glassTimbang koagulan sesuai dengan deret yang dibuatAmbil sampel 500 ml untuk 5 beaker glass

Operasikan jar test selama 60 dtk 100 rpm kemudian 20 min 40 rpmCatat pH, kekeruhan, dan temperrtur sampel setiap 10, 20, dan 30 menit pengendapan.

Ulangi langkah diatas untuk mencari dosis koagulan spesifik.

Cara Kerja dalam KalimatMenentukan Rentang Dosis Koagulan

1. Dikeluarkan sampel yang berasal dari praktikum modul sebelumnya (pengambilan contoh air danau) dari lemari pendingin dan tunggu sampai suhunya mencapai suhu ruang1. Disiapkan 5 gelas beaker dan masukkan volume sampel uji yang sama (1000 mL) kedalam masing-masing gelas beaker. Sampel uji harus dipastikan homogen ketika dimasukkan ke gelas beaker1. Diukur dan catat kekeruhan, pH dan temperatur awal. Sesuaikan pH dengan kondisi optimal koagulan.1. Ditentukan rentang koagulan berdasarkan jenis koagulan yang akan dipakai berdasarkan literatur yang terdapat di Daftar Pustaka Bab 4.5.Tentukan 5 variasi dosis koagulan dari rentang yang telah ditentukan berdasarkan studi pustaka.

Koagulasi, Flokulas, dan Sedimentasi

1. Ditimbang koagulan yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan data pH dan kekeruhan sampel pada saat sampel diambil.1. Dimasukkan koagulan pada masing-masing sampel. 1. Dioperasikan Jar Test pada pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm selama 60 detik.1. Dikurangi kecepatan sampai pada kecepatan 40 rpm, pengadukan lambat ini dilakukan selama 20 menit.1. Diamati ukuran dan bentuk flok pada proses pengadukan.1. Setelah proses pengadukan selesai, pindahkan gelas beaker dari alat Jar Test 1. Diukur dan dicatat kekeruhan, pH, temperatur setiap 10 menit, 20 menit, 30 menit. 1. Dibuat grafik hubungan antara dosis penambahan koagulan dan nilai kekeruhan untuk t pengendapan 10 menit, 20 menit, 30 menit (lihat hasil pengamatan 6.1)1. Diestimasi sampel mana yang paling jernih untuk waktu tertentu (t menit), lalu buat variasi penambahan koagulan, lakukan poin 1-10 dengan jenis koagulan yang sama. Perhatikan penambahan dosis koagulan (poin 3) tahap ke dua ini dengan variasi penambahan setiap 5 mg. Contoh: dosis koagulan dengan kekeruhan terkecil pada proses pertama adalah 20 mg/L, maka penambahan koagulan pada proses kedua adalah 10 mg, 15 mg, 20 mg, 25 mg, 30 mg (lihat hasil pengamatan tahap 2 pada bagian 6.3)

V. Data Pengamatan dan Pengolahan DataData Pengamatan

Tahap 1 Penentuan Rentang Dosis Koagulan PACKekeruhan : 134 NTUpH: 7,2Temperatur: 29,6oCBeaker GlassWaktuDosispHTemperaturKekeruhan

No.PengendapanKoagulan(OC)(NTU)

(menit ke-)(mg/L)

110906,53303,2

21006,6229,93,21

31106,5303,21

41206,4629,90,82

51306,4330,10,89

120906,6128,80,82

21006,65291,55

31106,4929,12,62

41206,4629,10,92

51306,4829,20,42

130906,6290,57

21006,6228,91,41

31106,528,92,4

41206,49291,31

51306,46290,47

Tahap 2 Penentuan Rentang Dosis Koagulan Optimum PACKekeruhan : 113 NTUpH: 7,17Temperatur: 28,9oC

Beaker GlassWaktu DosispHTemperaturKekeruhan

No.PengendapanKoagulan(C)(NTU)

(menit ke-)(mg/L)

1101206,3928,51,72

21256,3628,60,89

31306,3528,70,83

41356,3328,60,5

51406,3428,60,62

1201206,5328,90,54

21256,528,80,71

31306,528,80,49

41356,3928,70,52

51406,4328,60,47

1301206,5328,50,43

21256,4828,50,85

31306,4428,50,46

41356,4228,50,42

51406,4428,50,44

Pengolahan Data

Koagulan PAC

Koagulan FeCl3 (Kelompok 5B)

Kelompok 5BKoagulan: FeCl3Kekeruhan : 113 NTUpH: 7,5Temperatur: 28,5oC

Koagulan Tawas (Kelompok 6B)Kelompok 6BKoagulan: TawasKekeruhan : 113 NTUpH: 7,11Temperatur: 27,4oC

VI. AnalisisAnalisis PercobaanTujuan praktikum laboratorium lingkungan Jar Test ini adalah melakukan percobaan proses koagulasi dan flokulasi skala laboratorium untuk menurunkan kekeruhan, mengamati ukuran flok yang terbentuk selama berlangsungnya proses flokulasi, serta menentukan dosis optimum dan jenis koagulan tertentu untuk menurunkan kekeruhan sehingga baku mutu tercapai, serta mengamati faktor faktor yang mempengaruhinya (pH, temperatur). Pada praktikum ini, dilakukan dua kali percobaan jar test. Percobaan pertama adalah menentukan rentang dosis koagulan optimum sedangkan percobaan kedua adalah menentukan rentang dosis koagulan optimum yang lebih spesifik. Jumlah data yang didapatkan dari masing-masing percobaan adalah 15 data, sehingga apabila dijumlah dari dua percobaan yang dilakukan jumlah data yang diperoleh sebanyak 30 data yang terdiri dari nilai pH, temperatur (oC) dan kekeruhan (NTU). Data-data tersebut berpengaruh terhadap keakuratan pengolahan data.Kegiatan pertama adalah menambahkan kaolin ke air sampel. Perbandingan penambahan kaolin adalah 2,5 ml untuk setiap 8 liter air sampel. Kaolin ditambahkan agar air sampel menjadi lebih keruh, hal ini dikarenakan sampel air danau tidak terlalu keruh sehingga apabila tidak ditambahkan kaolin tidak dapat diamati pembentukan flok-flok pada air sampel percobaan jar test ini. Selain itu sifat kaolin sama seperti sifat koloid pada suatu air baku.Kegiatan selanjutnya adalah mengambil air sampel yang telah dicampur kaolin masing-masing 500 ml ke lima buah beaker glass, kemudian mencatat pH awal, temperatur awal, dan kekeruhan awal untuk dibandingkan dengan hasil akhir. Kemudian percobaan dilanjutkan dengan menambahkan koagulan PAC ke masing-masing beaker glass dengan dosis ppm yang berbeda-beda. Pada percobaan pertama dosis koagulan yang dibubuhi adalah 90, 100, 110, 120, dan 130 ppm untuk lima beaker glass tersebut. Karena sampel yang digunakan pada masing-masing beaker glass adalah sebanyak 500 ml, maka koagulan PAC yang dibubuhkan adalah 45, 50, 55, 60, 65 mg. Agar massa koagulan yang dibubuhkan sesuai/tepat, maka digunakan timbangan digital. Pada saat membubuhkan koagulan PAC ke beaker glass, sering ditemukan bubuk PAC yang sudah mencair dan melekat pada permukaan kertas, oleh sebab itu diperlukan tindakan menuangkan air sampel ke kertas bubuk PAC sehingga bubuk PAC yang melekat dapat terbawa oleh air sampel.Setelah menambahkan koagulan pada air sampel kemudian menaruh lima beaker glass ke alat Jar Test, pertama alat jar test dioperasikan pada kecepatan pengaduk 100 rpm selama 60 detik, proses ini dinamakan koagulasi/pengadukan cepat. Tujuan dari pengadukan cepat adalah mendestabilisasi partikel koloid dan materi padatan tersuspensi sehingga memberi kesempatan kepada koagulan bersama dengan material koloid dan padatan tersuspensi untuk membentuk inti flok. Setelah pengadukan cepat, kemudian dilanjutkan dengan pengadukan lambat yaitu dengan mengoperasikan alat jar test pada kecepatan pengaduk 40 rpm selama 20 menit. Tujuan dari pengadukan lambat adalah stabilisasi partikel inti flok agar inti flok saling bersentuhan sehingga membentuk flok yang memiliki massa jenis lebih besar daripada air sehingga dapat mengendap.Setelah proses flokulasi, selanjutnya adalah mencatat temperatur, pH, dan kekeruhan air setiap sampel beaker glass pada waktu pengendapan 10, 20, dan 30 menit. Tujuan dari pengamatan indikator-indikator khususnya indikator kekeruhan tersebut adalah untuk mengetahui rentang koagulan pada dosis koagulan dan waktu pengendapan flok yang berbeda-beda sehingga dapat diturunkan menjadi grafik hubungan antara waktu pengendapan dengan tingkat kekeruhan air sampel. Hal yang perlu diperhatikan adalah saat membawa beaker glass ke tempat pengendapan yaitu menjaga agar beaker glass tidak bergejolak, beaker glass yang bergejolak dapat mengganggu pengendapan dan pembentukan flok. Pada saat pengukuran temperatur dan pH menggunakan termometer dan pHmeter, kondisi air juga perlu diperhatikan agar tidak bergejolak. Pada saat pengambilan air sampel untuk diperiksa tingkat kekeruhannya, ambil air sampel di bagian tengah beaker glass secara melayang. Apabila terlalu dasar maka flok-flok yang terbentuk akan terhisap sedangkan apabila dipermukaan maka materi tersuspensi yang mengambang akan terhisap ke pipet. Pada saat pengukuran kekeruhan menggunakan turbidimeter, bersihkan permukaan luar turbidimeter agar pembacaan kekeruhan dapat terukur akurat.Setelah mendapatkan nilai tingkat kekeruhan pada masing-masing variasi data. Tentukan dosis koagulan yang dianggap optimum dengan melihat tingkat kekeruhan sampel terendah pada masing-masing waktu pengendapan. Kemudian buat deret dengan selisih 5 ppm, pada percobaan ini diperoleh dosis koagulan PAC optimum pada 130 ppm, maka ditetapkan deret PAC berturut-turut 120, 125, 130, 135, dan 140 ppm. Setelah menentukan deret dosis koagulan optimum ulangi langkah-langkah pengukuran rentang dosis koagulan.Analisis HasilPraktikum Jar Test ini menggunakan alat Jar Test yang berfungsi sebagai pengatur kecepatan pengadukan dan lama pengadukan. Kecepatan pengadukan pada pengadukan pertama adalah 100 rpm selama 60 detik, dan pengadukan yang kedua adalah 40 rpm selama 20 menit. Pengadukan pertama dinamakan proses koagulasi (rapid mixing). Tujuan pengadukan cepat adalah destabilisasi material koloid dan material padatan tersuspensi. Destabilisasi koloid adalah gaya yang dikenakan mixer kepada air dalam hal ini koloid secara repulsif sehingga mengurangi potensial zeta elektrostatis pada partikel koloid. Resultan gaya dari potensial elektrostatis dan gaya Van der Waals (gaya saling berikatan) menimbulkan jarak antar partikel koloid sehingga menghasilkan jarak x, jarak inilah yang menandakan bahwa partikel koloid telah terdestabilisasi. Pada saat setelah tahap pengadukan cepat flok/koloid yang teramati memiliki bentuk lebih kecil (fine aggregate). Proses ini berlanjut pada proses pengadukan lambat (flokulasi). Tujuan pengadukan lambat adalah stabilisasi partikel inti flok yang sebelumnya telah didestabilisasi agar dengan pengadukan lambat inti flok saling bersentuhan sehingga membentuk flok yang memiliki massa jenis lebih besar daripada air sehingga dapat mengendap. Kemudian disaat pengadukan lambat (flokulasi), partikel koloid tersebut melakukan kontak dengan ion-ion yang terdapat pada koagulan, ion-ion ini bertujuan untuk menyatukan kembali koloid-koloid yang sebelumnya telah didestabilisasi, bahkan membentuk partikel koloid yang berukuran lebih besar. Dengan pengadukan yang lama pula kontak antara ion-ion koagulan dengan koloid akan semakin lama sehingga mengasilkan koloid yang lebih besar. Flok yang berukuran lebih besar ini biasa disebut dengan suprakoloid. Dengan kata lain dapat disebutkan dimensi partikel koloid setelah pengadukan cepat cenderung kecil dan halus (fine aggregate) sedangkan setelah flokulasi cenderung lebih besar dan padat (suprakoloid).Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya flok adalah dosis optimum koagulan, kecepatan pengadukan, dan wakru pengendapan. Dosis koagulan yang optimum mempercepat pembentukan flok-flok, pada saat dosis koagulan optimum, ion-ion pada koagulan lebih mudah bereaksi dengan koloid sehingga membentuk flok-flok yang berukuran lebih besar dan dapat diendapkan dengan mudah. Selanjutnya adalah kecepatan pengadukan, semakin lambat kecepatan pengadukan maka semakin banyak inti-inti flok yang saling bersentuhan, sehingga semakin besar pula flok yang terbentuk. Kemudian adalah waktu pengendapan, semakin optimum waktu pengendapan maka jumlah flok yang terbentuk dan diendapkan akan semakin optimum.Diantara ketiga jenis koagulan yaitu Al2(SO4)3/tawas, FeCl3, dan PAC, jenis koagulan yang terbaik ditinjau penurunan kekeruhan yang dihasilkan dan dosis optimum adalah PAC.

Rentang penurunan kekeruhan terbaik pada saat menggunakan koagulan PAC berkisar antara 0,42 - 0,85 NTU pada menit ke-30, dengan rincian dosis dan waktu tunggu terbaik yakni pada saat dosis koagulan 120 mg/L yaitu 0,43 NTU, dimana kekeruhan awal adalah 113 NTU.

Rentang penurunan kekeruhan terbaik pada saat menggunakan koagulan tawas berkisar antara 0,59 1,05 NTU pada menit ke-30, dengan rincian dosis dan waktu tunggu terbaik yakni pada saat dosis koagulan 120 mg/L yaitu 0,59 NTU, dimana kekeruhan awal adalah 113 NTU.

Rentang penurunan kekeruhan terbaik pada saat menggunakan koagulan FeCl3 berkisar antara 1,22 2,88 NTU pada menit ke-10, dengan rincian dosis dan waktu tunggu terbaik yakni pada saat dosis koagulan 60 mg/L yaitu 1,22 NTU, dimana kekeruhan awal adalah 113 NTU. Diketahui harga tawas Rp. 4.500,00-/kg, harga PAC Rp. 9.000,00-/kg, sedangkan FeCl3 Rp. 9.500,00-/kg.Sehingga dapat disimpulkan apabila ditinjau dari penurunan kekeruhan yang dihasilkan dan dosis optimum koagulan jenis PAC yang terbaik dibandingkan koagulan lainnya. Namun secara ekonomis koagulan tawas lebih baik ketimbang koagulan lainnya, oleh karena itu untuk segi desain penggunaan koagulan tawas lebih tepat. Selain itu temperatur dan pH optimum yang dibutuhkan oleh tawas hampir mirip dengan air baku biasa yaitu pada pH 6,25 6,5 dan temperatur air 28 29oC.Praktikum Jar Test kali ini dapat dikatakan mewakili keadaan unit operasi dan proses koagulasi dan flokulasi pada suatu sistem pengolahan air bersih yang sebenarnya. Bentuk beaker glass yang berbentuk bundar mewakili bentuk circular basin pada unit pengolahan koagulasi. Bentuk bundar/circular pada bak koagulasi lebih baik ketimbang bentuk ractangular dan persegi panjang, sebab pada bak bundar keberadaan death zone atau permukaan air yang tidak teraerasi tidak ada karena persebaran putaran yang merata. Waktu dan kecepatan impeller yang digunakan pada percobaan jar test ini juga mewakili keadaan unit operasi dan proses koagulasi dan flokulasi pada suatu sistem pengolahan air bersih yang sebenarnya. Pada unit koagulasi yang sebenarnya waktu pengadukan cepat berkisar antara 30 detik 90 detik dengan kecepatan gradien 700/s 1000/s , sedangkan pada jar test ini waktu pengadukan berdurasi 60 detik dengan kecepatan pengadukan 100 rpm. Sedangkan pada unit flokulasi waktu pengadukan yang sebenarnya berkisar antara 15 menit 30 menit dan kecepatan pengadukan 5 fps/ft 10 fps/ft, sedangkan pada jar test ini waktu pengadukan lambat berdurasi 20 menit dengan kecepatan pengadukan 40 rpm.Proses pemberian koagulan pada unit pengolahan bermacam-macam. Koagulan yang berbentuk kering/bubuk, lump (berbentuk seperti tanah liat), granular, cair, dan gas. Tawas cenderung lebih baik apabila dalam bentuk granular, hal ini dikarenakan sifat dari bubuk tawas yang mudah mencair apabila terkena udara bebas, bentuk granular lebih baik karena dalam bentuk granular tawas memeiliki kandungan air, kurang lebih 14%. Hal ini dapat mengurangi risiko mencairnya bubuk tawas apabila terkena udara bebas. Proses pemberian koagulan (dosing) tawas dapat melalui cara mekanis yaitu menuangkannya langsung ke basin atau cara hidrolis yaitu dengan cara mencairkan granular tawas kemudian menyalurkannya melalui pipa yang menuju basin. Potensi permasalahan yang dapat terjadi yaitu mencairnya tawas apabila dalam bentuk bubuk sehingga berdampak pada kerugian material, bubuk tawas yang berterbangan dapat menimbulkan polusi udara, serta bocornya kantung penyimpan padatan tawas sehingga berdampak pada kerugian material.Pengaruh bentuk flok terhadap unit sedimentasi dan unit pengolahan lumpur dari suatu pengolahan air bersih adalah semakin besar ukuran flok maka semakin banyak flok-flok yang mengendap, semakin banyak flok-flok yang pengendap maka semakin banyak jumlah flok yang berbentuk lumpur yang dapat dikeringkan secara sentrifugal/pressure. Semakin banyak lumpur yang dikeringkan semakin banyak lumpur yang bisa dimanfaatkan kembali sebagai sanitary landfill dengan kata lain efisiensi semakin tinggi.

Analisis KesalahanKesalahan Praktikan: Praktikan tidak menjaga koagulan PAC agar tidak terkena udara secara langsung. Praktikan tidak mencuci kuvet turbidimetri. Pengukuran pH menggunakan pHmeter dilakukan dengan cepat sehingga nilai yang terukur tidak akurat. Pengukuran temperatur menggunakan termometer dilakukan dengan cepat sehingga nilai yang terukur tidak akurat. Waktu pengadukan lambat melebihi 20 menit sehingga menyalahi prosedur.

Kesalahan Pembacaan Kesalahan pembacaan air sampel 8 liter sebelum membubuhkan kaolin. Kesalahan pada pembacaan pipet saat membubuhkan kaolin.

VII. Kesimpulan Pada saat pengadukan cepat, materi koloid terdestabilisasi dan memberikan kesempatan koloid untuk bereaksi dengan ion-ion koagulan menghasilkan inti flok. Pada saat pengaduan lambat, materi flok-flok terstabilisasi dan saling bersentuhan sehingga membentuk flok yang memiliki massa jenis lebih besar daripada air sehingga dapat mengendap . Koagulan yang paling tepat ditinjau dari penurunan kekeruhan dan dosis optimum serta harga yang terjangkau adalah tawas. Dosis optimum tawas adalah 120 mg/L pada temperatur 28oC; pH 6,5 ; dan pada pengendapan 30 menit. Percobaan Jar Test dapat digunakan sebagai basis data penentuan desain unit koagulasi dan flokulasi.

VIII. ReferensiReynolds, Unit Operation and Process in Environmental Engineering, Secon Edition, PWS Publishing. Modul Laboratorium Lingkungan, PSTL UIhttp://www.indonetwork.co.id/tradeoffers/Jakarta/all/all/0/tawas.html (Harga Bahan Kimia Tawas, PAC, dan FeCl3)

Lampiran

Alat Jar Test

Pengambilan Sampel Air