laporan kasus btkv

29
BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN PNEUMOTHORAX DISUSUN OLEH: Delvina Tandiari C111 11 140 PEMBIMBING: dr. Ahmad Randy SUPERVISOR: dr. Muhammad Nuralim Mallapasi, Sp.BTKV BAGIAN ILMU PENYAKIT BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Upload: delvinat10

Post on 07-Dec-2015

63 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

fe

TRANSCRIPT

Page 1: laporan kasus btkv

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2015

UNIVERSITAS HASANUDDIN

PNEUMOTHORAX

DISUSUN OLEH:

Delvina Tandiari

C111 11 140

PEMBIMBING:

dr. Ahmad Randy

SUPERVISOR:

dr. Muhammad Nuralim Mallapasi, Sp.BTKV

BAGIAN ILMU PENYAKIT BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: laporan kasus btkv

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Delvina Tandiari

Nim : C111 11 140

Judul Laporan Kasus : Pneumothorax

Universitas : Universitas Hasanuddin

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

Makassar, Oktober 2015

Mengetahui,

Dokter Muda Pembimbing

Delvina Tandiari dr. Ahmad Randy

Supervisor

dr. Muhammad Nuralim Mallapasi, Sp.BTKV

Page 3: laporan kasus btkv

BAB 1

LAPORAN KASUS

PNEUMOTHORAX

I. ABSTRAK

Efusi Pleura adalah akumulasi cairan abnormal di dalam kavum pleura, dapat berupa

transudat atau eksudat tergantung komposisi dan patofisiologi yang mendasarinya. Rata-rata

jumlah cairan pleura dalam keadaan normal adalah 5-10 ml.(1)

Dilaporkan seorang laki-laki, usia 17 tahun dikonsul dari bagian bedah digestif

dengan keluhan utama sesak nafas. Keluhan ini dialami sejak 2 minggu yang lalu, dirasakan

semakin memberat hingga saat ini. Sesak terasa berkurang bila pasien berbaring dengan

posisi miring ke arah kanan. Keluhan ini disertai dengan nyeri dada, terutama saat pasien

menarik nafas atau batuk. Keluhan batuk ada, dialami sekitar 1 minggu yang lalu, tidak ada

lendir. Pada pemeriksaan fisis thoraks, ditemukan pergerakan hemithoraks kanan tertinggal

dibanding hemithoraks kiri, sela iga tidak melebar, terdapat penggunaan otot bantu nafas,

palpasi taktil fremitus hemithoraks kanan kesan melemah dibanding hemithoraks kiri, perkusi

pada hemithoraks kanan pekak mulai setinggi ICS IV kebawah, auskultasi bunyi pernapasan

hemithoraks kanan melemah dibanding hemithoraks kiri. Pada pemeriksaan penunjang foto

thoraks AP memberikan gambaran perselubungan homogen pada hemithoraks kanan setinggi

ICS IV kanan depan yang menutupi sinus costophrenicus dan diafragma kanan, kesan adalah

efusi pleura kanan.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang maka pasien

ini didiagnosis sebagai efusi pleura dekstra dan direncanakan untuk pemasangan chest tube

dan water sealed drainage (WSD).

Kata kunci : pleura, efusi pleura, transudat, eksudat, chest tube, water sealed drainage

(WSD)

Page 4: laporan kasus btkv

II. PENDAHULUAN

Karateristik efusi pleura adalah terisinya kavum pleura secara abnormal dengan cairan

transudat atau eksudat oleh etiologi yang bervariasi. Cairan yang mengisi kavum pleura dapat

berasal dari kapiler-kapiler pleura, ruang interstitial paru, pembuluh limfe intrathorakal,

pembuluh darah intrathorakal atau kavum peritoneum. (2)

Cairan pleura terutama disekresikan dari pleura parietalis dengan kecepatan 0,01

ml/KgBB/Jam dan diabsorbsi oleh pembuluh limfe pada pleura parietalis. Adanya

mekanisme patogenik yang bervariasi dapat mengganggu keseimbangan proses sekresi dan

absorbsi cairan pleura sehingga terjadi akumulasi cairan abnormal pada kavum pleura yang

dikenal dengan istilah efusi pleura.(1)

Efusi pleura adalah sebuah kasus yang umum, berdasarkan penelitian maka insiden

efusi pleura di Amerika Serikat mencapat 1,5 juta penduduk per tahun. Selain melalui

anamnesis dan pemeriksaan fisis, diagnosis efusi pleura juga dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks konvensional, ultrasonografi dan CT-scan

thoraks.(1, 3)

Laporan kasus ini memberikan gambaran secara singkat mengenai efusi pleura

dengan tujuan untuk memaparkan judul ini dari segi klinis dan teori.

Page 5: laporan kasus btkv

III. PRESENTASI KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 17 tahun

Alamat : Binuang II, Polman

No. Rekam Medik : 684483

Tggl. Masuk RS : 13 Oktober 2014

B. Anamnesis

Keluhan Utama : Sesak nafas

Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak 2 minggu yang lalu, setiap hari dirasakan

semakin memberat hingga saat ini. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktifitas. Sesak

terasa berkurang bila pasien berbaring dengan posisi miring ke arah kanan. Nyeri

dada ada terutama saat pasien menarik nafas dan batuk. Batuk ada, dialami sejak 1

minggu yang lalu, tidak ada lendir. Riwayat demam tidak ada. Riwayat berobat OAT

tidak ada. Riwayat hipertensi tidak ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat operasi

laparatomi eksplorasi 2 bulan lalu di RSUD Polman, hasil PA adenokarsinoma

mesenterium. Saat ini pasien dirawat oleh bagian bedah digestif untuk menjalani

kemoterapi. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada.

C. Pemeriksaan Fisis

Status Generalis : Sakit sedang / Gizi kurang/ Compos mentis

Status Vitalis Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 84 x / menit

Pernafasan : 30 x / menit

Suhu : 36,5oC (axilla)

Status Lokalis

Kepala

Rambut : Hitam, lurus, sukar dicabut

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : Rinore tidak ada, epistaksis tidak ada

Page 6: laporan kasus btkv

Bibir : Sianosis tidak ada

Leher

Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak massa tumor

Palpasi : Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks

Inspeksi :Pergerakan hemithoraks kanan tertinggal dibandingkan

hemithoraks kiri, terdapat penggunaan otot bantu

pernafasan, sela iga tidak melebar

Palpasi :Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada, taktil

fremitus hemithoraks kanan kesan melemah dibanding

hemithoraks kiri

Perkusi :Sonor pada hemithoraks kanan setinggi ICS I- ICS IV,

Pekak pada hemithoraks kanan mulai ICS IV kebawah,

batas sonor ke pekak pada ICS V hemithoraks kiri.

Auskultasi :Bunyi pernafasan hemithoraks kanan melemah

dibanding hemithoraks kiri, bunyi pernafasan tipe

vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing.

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi :Pekak pada batas kanan jantung, satu jari dari linea

parasternalis dekstra, batas kiri jantung linea

midclavicularis sinistra, batas atas ICS II sinistra, batas

bawah ICS V sinistra

Auskultasi :Bunyi jantung I dan II, murni, reguler, tidak ada bising

Abdomen

Page 7: laporan kasus btkv

Inspeksi :Tampak scar luka bekas operasi pada linea mediana, ikut

gerak napas, tampak cembung

Auskultasi : Peristaltik kesan normal

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa tumor, hepar dan

lien sulit dinilai

Perkusi : Pekak

Ekstremitas Inferior Dekstra et Sinistra

Inspeksi :Tidak ada deformitas, edema pretibial dan dorsum pedis

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Page 8: laporan kasus btkv

D. Foto Klinis

Page 9: laporan kasus btkv

E. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium 10 November 2014

Kesan : bisitopenia, peningkatan aktivitas enzim transaminase, hipoalbuminemia

Foto Thoraks AP 13 November 2014

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

WBC 7,31 4.0 - 10.0

RBC 2,07 4.50 - 6.50

HGB 6,4 14.0 - 18.0

HCT 20,1 40.0 - 54.0

PLT 36 150 – 400

MCV 97,1 80-100

MCH 30,9 27-32

MCHC 31,8 32-36

SGOT 144 < 38

SGPT 90 < 41

GDS 107 80-180

Natrium 136 136 – 145

Kalium 3,4 3.5 - 5.1

Klorida 104 97 – 111

Ureum 21 10 – 50

Kreatinin 0,4 < 1,3

CT 7 4 – 10

BT 3’30 1 – 7

PT 10,8 10 – 14

APTT 25,9 22 – 30

Albumin 2,1 3,5-5,0

Page 10: laporan kasus btkv

Ekspertise :

- Tampak perselubungan homogen pada hemithoraks dekstra setinggi ICS IV kanan

depan yang menutupi sinus dan diafragma kanan.

- Cor : Cardiac thoracic index sulit dinilai, kesan membesar, aorta normal

- Tulang-tulang intak

Kesan : Efusi Pleura dekstra

Cardiomegaly

Page 11: laporan kasus btkv

F. Diagnosa Sementara

Efusi pleura dekstra

G. Penatalaksanaan

Rencana pemasangan chest tube dan water sealed drainage (WSD) dekstra

H. Follow up

Pasien setuju untuk dilakukan pemasangan chest tube dan water sealed drainage.

Setelah dilakukan pemasangan chest tube dan water sealed drainage didapatkan produksi

cairan sekitar 1000 cc berwarna kemerahan. Saat ini keadaan pasien jauh lebih baik, sesak

nafas dan nyeri dada mulai berkurang.

Page 12: laporan kasus btkv

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

EFUSI PLEURA

I. DEFINISI

Efusi pleura adalah akumulasi cairan patologis pada kavum pleura. Secara fisiologis

jumlah cairan pleura berkisar 5 ml. Volume ini dapat meningkat sebagai konsekuensi

berbagai keadaan patologis yang mengganggu keseimbangan sekresi dan absorbsi cairan

pleura termasuk gagal jantung kongestif, pneumonia, keganasan dan trauma.(3)

Langkah pertama untuk menentukan kausa efusi pleura adalah dengan menentukan

jenis efusi pleura yang dimiliki pasien antara transudat atau eksudat. Transudat disebabkan

oleh peningkatan tekanan hidrostatik (gagal jantung), penurunan tekanan onkotik

(hipoalbuminemia), peningkatan tekanan negatif intrapleura (atelektasis), pergerakan cairan

melalui diafragma (hepatic hidrothoraks). Secara kontras, eksudat disebabkan oleh

peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan drainase limfatik akibat dari proliferatif

(keganasan) atau inflamasi (pneumonia, tuberkulosis paru).(2)

II. EPIDEMIOLOGI

Banyak penyakit yang melibatkan kavum pleura baik pada anak maupun dewasa,

termasuk didalamnya berbagai penyakit umum seperti pneumonia, tuberkulosis paru, kanker

payudara dan gagal jantung. Penyakit pleura biasanya disebabkan oleh efek sekunder dari

proses patologis penyakit lainnya. Efusi pleura adalah manifestasi yang paling umum dari

semua penyakit pleura dan merupakan presentasi umum dari kondisi lainnya seperti gagal

jantung dan gagal ginjal. Diestimasikan 1 juta penduduk Amerika Serikat menderita efusi

pleura tiap tahunnya.(4)

Penyebab umum lainnya adalah keganasan, diestimasikan efusi pleura akibat

keganasan mencapai 150.000 penduduk per tahun di Amerika Serikat. Hampir semua pasien

datang ke dokter dengan keluhan sesak nafas akibat akumulasi cairan dan kompresi parenkim

paru.(4)

III. ETIOLOGI

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa etiologi efusi pleura sangat

bervariasi, maka kemampuan menentukan jenis efusi pleura sangat diperlukan untuk

menunjang ke arah kelainan patologis yang sesuai. Intinya terdapat ketidakseimbangan antara

Page 13: laporan kasus btkv

sekresi dan absorbsi cairan pleura sehingga menimbulkan akumulasi cairan patologis. Berikut

disajikan beberapa kemungkinan penyebab efusi pleura :(2)

Mekanisme Kausa

Peningkatan pembentukan cairan pleura

Peningkatan cairan interstitial dalam paru Gagal ventrikel kiri, pneumonia, emboli paru

Peningkatan tekanan intravaskuler pleura Gagal ventrikel kiri/kanan, sindrom vena

cava superior

Peningkatan permeabilitas kapiler pleura Inflamasi pleura peningkatan kadar VEGF

Penurunan tekanan pleura Atelektasis paru

Peningkatan kadar protein cairan pleura Edema paru, hemothoraks

Akumulasi cairan kavum peritoneum Asites, peritoneal dialysis

Gangguan duktus thoracicus Chylothoraks

Gangguan pembuluh darah thoraks Hemothoraks

Penurunan absorbsi cairan pleura

Obstruksi drainase limfatik pleura parietalis Kanker, limfoma

Elevasi tekanan sistemik vaskuler Sindrom vena cava superior, gagal ventrikel

kanan

IV. PATOFISIOLOGI

Pleura adalah lapisan tipis yang dilindungi oleh lapisan sel mesotelial yang

mengelilingi paru dan melapisi bagian dalam dinding dada. Kavum pleura adalah daerah

diantara dinding dada dan paru-paru, secara normal memiliki tekanan negatif, yang membuat

paru-paru tetap mengembang. Secara fisiologis kavum pleura hanya memiliki beberapa

milliliter cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru selama pergerakannya dalam

pernafasan. Cairan dapat berpindah ke kavum pleura dari berbagai bagian tubuh lainnya

karena tekanan yang rendah dan kemampuannya menampung cairan dalam jumlah besar.

Efusi pleura dapat menyebabkan kompresi paru parsial atau komplit, sehingga terdapat

kesulitan bernafas.(4)

Efusi pleura tergantung pada keseimbangan cairan dan protein dalam rongga pleura.

Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui

pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan

jaringan interstitial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga

pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.(5)

Page 14: laporan kasus btkv

Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan.

Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus sehingga terjadi empiema. Bila

proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemothoraks. Efusi

cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer paru seperti

gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialysis peritoneum, hipoalbuminemia,

perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumothoraks. Efusi eksudat

terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah

meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi

pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab paling sering adalah tuberkulosis paru,

pneumonia, keganasan paru, pleuritis lupus, pleuritis reumatoid, sarkoidosis, pankreatitis,

asbestosis, pleuritis uremia dan akibat radiasi.(5)

Page 15: laporan kasus btkv

V. DIAGNOSIS

Efusi pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis serta pemeriksaan

penunjang. Anamnesis riwayat penyakit dan gejala subjektif dapat sangat membantu

diagnosis efusi pleura sekaligus evaluasi terhadap kemungkinan kausa efusi pleura. Bila

jumlah efusi masih sedikit biasanya asimtomatik, seiring peningkatan jumlah efusi maka

gejala-gejala seperti dyspnea, trepopnea, nyeri dada atau batuk dapat ditemukan. Dyspnea

adalah konsekuensi dari kombinasi defek paru restriktif, ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,

dan penurunan curah jantung. Walaupun biasanya jumlah efusi berkorelasi dengan tingkat

dyspnea, tetapi dyspnea terkadang tidak sebanding terhadap beratnya efusi pleura. Pasien

dengan penyakit penyerta seperti penyakit paru obstruktif kronik, limfangitis karsinomatous

atau emboli paru dapat merasakan sesak yang hebat walaupun derajat efusi pleura yang

dimiliki masih tergolong ringan-sedang. Trepopnea adalah sebuah sesak yang bergantung

posisi dimana pasien akan merasa lebih nyaman bila berbaring pada sisi yang memiliki efusi

pleura. Nyeri dada biasanya merupakan nyeri yang tajam dan terlokalisir, memburuk pada

inspirasi dalam atau batuk. (2, 6)

Pada pemeriksaan fisis ditemukan, palpasi taktil fremitus tidak ada atau melemah,

perkusi pada daerah efusi akan redup atau pekak. Pada auskultasi, bunyi pernafasan akan

menurun atau tidak terdengar dan perkusi auskultatorik akan abnormal. Sebagai tambahan

maka akan terlihat pergerakan hemithoraks yang sakit akan tertinggal dibandingkan sisi yang

sehat, selain itu akibat kesulitan bernafas, maka pasien akan menggunakan otot-otot bantu

pernafasan pada saat inspirasi.(2, 6)

Bila dari anamnesis dan pemeriksaan fisis dicurigai adanya efusi pleura, maka

pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang sering digunakan

adalah :(2)

1. Foto thoraks

Posisi PA dan lateral : pada posisi PA maka tampak sinus costophrenicus akan

tumpul bila jumlah cairan mencapai 200 ml. pada posisi lateral maka akan tampak

sinusi costophrenicus posterior akan tumpul bila jumlah cairan mencapai 50 ml.

Peningkatan jumlah efusi akan memberikan gambaran meniscus, paru-paru

menjadi opak dan diafragma akan tertutupi.

Posisi AP : foto thoraks AP akan terlihat abnormal bila jumlah cairan telah

melebihi 300 ml, tanda pertama yang terlihat adalah tumpulnya sinus

costophrenicus pada hemithoraks yang sakit.

Page 16: laporan kasus btkv

Posisi lateral dekubitus : pada posisi ini, cairan bebas dalam kavum pleura sangat

mudah terdeteksi diantara dinding dada dan tepi bawah dari paru-paru.

Torakosentesis diagnostik aman dilakukan apabila jarak dari perpindahan cairan

bebas kavum pleura lebih dari 10 mm.

2. USG thoraks

USG thoraks dapat mendeteksi cairan pada kavum pleura dengan jumlah yang

sangat kecil, mulai 5 ml hingga 50 ml, dan 100 % sensitif untuk efusi.

3. CT-scan thoraks

CT-scan pada kasus efusi pleura dapat digunakan untuk membedakan kumpulan

cairan atau massa, deteksi kumpulan cairan yang terlokulasi, abnormalitas

parenkim paru, menyingkirkan emfiema dengan air-fluid level dari abses paru,

identifikasi penebalan pleura, evaluasi fissura mayor dan minor dan membedakan

efusi kausa jinak atau ganas.

Page 17: laporan kasus btkv

VI. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dari penatalaksanaan efusi pleura adalah meringankan gejala klinis

dengan jalan mengeluarkan akumulasi cairan dari kavum pleura dan menangani penyakit

yang mendasari. Pemilihan terapi biasanya bergantung pada jenis efusi pleura, jumlah efusi

pleura dan penyakit yang mendasari. Prinsip penatalaksanaan pertama adalah menentukan

jenis efusi pleura, transudat atau eksudat. Berikut kriteria yang dapat membedakan antara

transudat atau eksudat :(1)

Transudat Eksudat

Penampakan Jernih Keruh

Leukosit <10.000 /mm3 >50.000 /mm3

pH >7,2 <7,2

Protein <3 g/dl >3 g/dl

Rasio protein cairan pleura

dan serum

< 0,5 > 0,5

LDH < 200 IU/L > 200 IU/L

Rasio LDH cairan pleura

dan serum

< 0,6 > 0,6

Glukosa > 60 mg/dl < 60 mg/dl

Berdasarkan kriteria dari Light, maka efusi transudat tergolong efusi tanpa

komplikasi, dapat ditangani dengan penanganan konservatif atau antibiotik saja. Akan tetapi

efusi eksudat atau efusi transudat dalam jumlah yang sangat banyak harus ditangani dengan

jalan drainase. Pilihan terapi dapat berupa torakosentesis, pemasangan chest tube dan water

sealed drainage, pleurodesis dan pembedahan.(1)

Torakosentesis adalah sebuah prosedur diagnostik yang sangat bermanfaat pada

pasien dengan efusi pleura yang etiologinya belum diketahui. Tidak terdapat kontraindikasi

khusus untuk melakukan torakosentesis, tetapi adanya gangguan hemodinamik, gangguan

pernafasan yang berat atau infeksi pada daerah penusukan perlu dipertimbangkan.

Torakosentesis merupakan prosedur invasif dengan menggunakan jarum yang dimasukkan ke

dalam kavum pleura melalui kulit tepat di ruang interkosta. Sebelum melakukan

torakosentesis, tingkat efusi harus diperhitungkan berdasarkan tempat dimana suara napas

mulai lemah atau hilang pada asukultasi, pekak pada perkusi, dan lemah atau hilangnya vokal

fremitus. Penusukan dilakukan pada satu atau dua ruang interkosta dibawah tingkat efusi, 5-

10 cm dari lateral vertebra, biasanya pada garis tengah dari hemithoraks yang sakit. Prosedur

Page 18: laporan kasus btkv

ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan sebagai sarana diagnostik sekaligus terapi, akan

tetapi bila pasien membutuhkan drainase lebih lanjut, biasanya pemasangan chest tube dan

water sealed drainage merupakan pilihan yang utama. Komplikasi yang paling sering timbul

adalah pneumothoraks, perdarahan, infeksi dan rasa nyeri.(7, 8)

Pemasangan chest tube dan water sealed drainage (WSD) dilakukan untuk terapi

efusi pleura dengan cara mengalirkan secara kontinyu produksi cairan dalam kavum pleura.

Prosedur sebaiknya dilakukan dengan posisi berbaring, kecuali pasien sangat sesak dapat

dilakukan dengan posisi setengah duduk. Titik pemasangan chest tube pada anterior linea

aksilaris media pada ICS V. Setelah melakukan proses asepsis, antisepsis dan drapping, maka

dilakukan infiltrasi lidokain 2% secukupnya pada tempat pemasangan. Insisi kulit dilakukan

di ICS V kira-kira sepanjang ¾ inci hingga 1,5 inci, kemudian secara perlahan lakukan

diseksi secara tumpul untuk menembus jaringan yang lebih dalam hingga menembus pleura

parietalis. Masukkan chest tube sesuai ukuran dengan klem penuntun, setelah selesai maka

drain yang terpasang harus disambungkan dengan sistem drainase yang tepat. Biasanya

digunakan botol yang telah berisi air dengan ketinggian 2 cm untuk sistem drainase.

Dilakukan fiksasi jahitan pada luka bekas insisi dengan jahit matras horizontal dan simpul

hidup menggunakan benang silk ukuran 1,0. Luka kemudian ditutup dengan kasa steril, lalu

dilakukan follow up terhadap undulasi, bubble, warna cairan, produksi cairan dan klinis

pasien.(9, 10)

Page 19: laporan kasus btkv

Pleurodesis adalah sebuah tindakan yang bertujuan untuk melekatkan pleura parietalis

dan pleura visceralis untuk mencegah akumulasi udara atau cairan dalam kavum pleura.

Indikasi utama pleurodesis adalah efusi pleura maligna dan pneumothoraks. Efusi pleura

maligna sejauh ini merupakan indikasi paling umum untuk dilakukan pleurodesis. Hal ini

dikarenakan kurangnya terapi anti tumor yang efektif pada stadium lanjut dan juga sebagai

terapi paliatif untuk meringankan gejala akibat efusi pleura. Sebelum melakukan pleurodesis

pada pasien dengan efusi pleura maligna, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu

: apakah keluhan (sesak napas) berhubungan langsung dengan efusi pleura, apakah efusi

pleura berulang, apakah paru dapat mengembang dengan baik, dan bagaimana harapan hidup

pasien. Untuk mencapai hasil yang baik, maka pleurodesis harus memperhatikan dual hal

yaitu aspek mekanik dan aspek biologis. Pengeluaran secara sempurna dari udara dan cairan

dari kavum pleura diperlukan untuk membuat jarak antara pleura parietalis dan visceralis

semakin dekat. Tujuan tersebut dicapai dengan aplikasi suction pada drainase yang sesuai.

Untuk mencegah sumbatan akibat bekuan darah, maka biasanya digunakan chest tube yang

berukuran besar. Hal yang penting lainnya adalah suction kembali digunakan secara progresif

dan hati-hati setelah pemberian agen sklerosis untuk mencegah edema paru. Dari aspek

biologis, untuk mencapai perlekatan maka permukaan pleura perlu teriritasi., dapat secara

mekanik dengan abrasi pleura atau dengan menggunakan agen sklerosis seperti tetrasiklin,

doksisiklin, bleomisin, corynebacterium parvum, kuinakrin, dan talc.(11)

Page 20: laporan kasus btkv

BAB III

KESIMPULAN

Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal dalam kavum pleura yang disebabkan

oleh etiopatogenesis yang bervariasi. Efusi pleura menjadi penting karena merupakan

manifestasi paling sering dari seluruh penyakit pleura terutama akibat komplikasi penyakit

lainnya. Diharapkan dengan laporan kasus ini, kasus-kasus efusi pleura dapat didiagnosa

dengan tepat melalui anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang agar

penanganan yang tepat dapat segera diberikan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut,

sehingga memberikan prognosis yang lebih baik. Tujuan utama terapi efusi pleura adalah

mengeluarkan akumulasi cairan abnormal tersebut untuk meringankan gejala subjektif

dengan berbagai cara seperti torakosentesis, pemasangan chest tube dan water sealed

drainage serta pleurodesis.

Page 21: laporan kasus btkv

DAFTAR PUSTAKA

1. Yu H. Management of Pleural Effusion, Empyema, and Lung Abscess. Semin

Intervent Radiol. 2011;28(1):75-86.

2. Na MJ. Diagnostic Tools of Pleural Effusion. Tuberc Respir Dis. 2014;76:199-210.

3. Moy MP, Levsky JM, Berko NS, Godelman A, Jain VR, Haramati LB. A New,

Simple Method for Estimating Pleural Effusion Size on CT Scans. Chest.

2013;143(4).

4. Light RW. Pleural Diseases. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;

2007.

5. Halim H. Penyakit-Penyakit Pleura. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S,

Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna

Publishing; 2009. p. 2329-36.

6. Light RW. Pleural Effusion. N Engl J Med. 2008;346(25).

7. Thomsen TW, DeLaPena J, Setnik GS. Thoracentesis. N Engl J Med. 2008;355(15).

8. Sockrider M, Lareau S. Thoracentesis. ATS Journal. 2007;176.

9. Manthous C, Tobin M. Chest Tube Thoracostomy. ATS Journal. 2013;170.

10. Ciacca LD, Neal M, Highcock M, Bruce M, Snowden J, O'Donnel A. Guidelines for

the Insertion and Management of Chest Drains. United Kingdom: NHS Foundation

Trust; 2008.

11. Panadero R, Antony VB. Pleurodesis : State of the Art. Eur Respir J. 2008;10.