laporan kasus i

26
LAPORAN KASUS Identitas Pasien Nama : Ny. SH Usia : 35 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kedung Jambal RT 02/ RW 09, Tawangsari, Sukoharjo Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Identitas Suami Nama : Tn. S Usia :45 tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Alamat : Kedung Jambal RT 02/ RW 09, Tawangsari, Sukoharjo Pekerjaan : Swasta Agama : Islam Riwayat Rawat Inap MRS : 10 Maret 2014 KRS : 12 Maret 2014 Anamnesis a. Keluhan Utama : Gerakan janin tidak ada b. Riwayat Penyakit Sekarang 1

Upload: gina-nadia-hastarin

Post on 19-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus i

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. SH

Usia : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kedung Jambal RT 02/ RW 09, Tawangsari, Sukoharjo

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Identitas Suami

Nama : Tn. S

Usia :45 tahun

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Alamat : Kedung Jambal RT 02/ RW 09, Tawangsari, Sukoharjo

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Riwayat Rawat Inap

MRS : 10 Maret 2014

KRS : 12 Maret 2014

Anamnesis

a. Keluhan Utama :

Gerakan janin tidak ada

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien kiriman dari Puskesmas Oro-oro Ombo, MRS melalui klinik Asih

RSUD dr. Soedono, Madiun dengan GIVP3003 usia kehamilan 34-35 minggu

mengeluhkan tidak merasakan gerakan janin sejak tadi pagi (10 Maret 2014,

pukul 05.00 WIB). Pasien mengaku hamil anak ke–4 dan usia kehamilan sekitar 8

bulan. Keluar cairan dan perdarahan disangkal pasien.

Pasien tidak pernah mengalami trauma dalam kehamilannya. Pasien juga tidak

ada riwayat demam tinggi selama kehamilan.

1

Page 2: Laporan Kasus i

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Asma, Hipertensi, DM, dan alergi obat disangkal.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Asma, Hipertensi, DM disangkal.

e. Riwayat Menstruasi :

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari

Lama haid : 7 hari

Dismenorrhea : (-)

HPHT : 4 Juli 2013

HPL : 11 April 2014

f. Riwayat Perkawinan

Menikah satu kali, status masih menikah (15 tahun)

g. Riwayat Persalinan

1. Aterm, 3.000 gr, lahir spontan, penolong dokter, perempuan, usia 14 tahun.

2. Aterm, 3.200 gr, lahir spontan, penolong bidan, laki-laki, usia 13 tahun.

3. Aterm, 3.000 gr, lahir spontan, penolong bidan, perempuan, usia 8 tahun.

4. Hamil ini

h. Riwayat KB :

KB suntik

i. Riwayat Perawatan Antenatal

1. Puskesmas : 2 kali

2. Bidan Praktek Mandiri : 3 kali

Kebiasaan Hidup

Merokok (-), Alkohol (-), memelihara binatang peliharaan (-), minum obat–obatan

(-)

2

Page 3: Laporan Kasus i

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :

Tekanan Darah: 100 / 70 mmHg

Nadi : 82 x / menit

Respirasi : 18 x / menit

Suhu : 36,3 º C

Tinggi Badan : 145 cm

Berat Badan : 56 kg

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.

Thorax:

Mammae : Simetris

Pulmo : Suara napas vesikuler, ronki (-/-), (wheezing -/-)

Cor : S1-S2 reguler, bising jantung (-/-)

Abdomen : Striae (+), bising usus (+)

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

Status Obstetri

Inspeksi : Perut tampak cembung, striae gravidarum (+), luka bekas SC (-)

Palpasi :

Leopold I : Tinggi fundus uteri 28 cm, teraba satu bagian besar dan teraba

lunak

Leopold II : Kanan, teraba bagian keras melebar dan Kiri, teraba bagian –

bagian kecil janin

Leopold III : Teraba kepala

Leopold IV : kepala masih floating

His : (-)

Auskultasi : Denyut Jantung Janin (-)

3

Page 4: Laporan Kasus i

Pemeriksaan Dalam

Pembukaan : 1 cm

Ketuban : utuh

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Hematologi

Jumlah Sel Darah

Hemoglobin : 11,4 g/dl

Hematokrit : 37%

Leukosit : 8,3 ribu/uL

Trombosit : 338 ribu/uL

Eritrosit : 3,48 juta/uL

Kimia Klinik

Gula Darah Sewaktu : 68 mg/dl

Urine

Kimia Urine

pH Urine : 5,0

Protein urine : Negatif mg/dL

Glukosa urine : Negatif mg/dL

Keton urine : Positif mg/dL

Bilirubin urine : Negatif mg/dL

Mikroskopis urine

Sel epitel : 1-2 /lpk

Leukosit : 0-2 /lpk

Eritrosit : 0-2 /lpk

USG : -IUFD

-Usia kehamilan 27 minggu, letak kepala

Diagnosis

GIVP3003 usia kehamilan 34-35 minggu, IUFD

Penatalaksanaan

4

Page 5: Laporan Kasus i

1. Informed consent

2. MRS ruang bersalin

3. Terminasi kehamilan ( 4x )

4. DL

Laporan Persalinan

Kala 1

Lama: 10 jam

Tindakan: partus spontan

Tanggal 10 Maret 2014 jam 12.00 – 22.00 wib

Kala II

Bayi lahir meninggal, jenis kelamin laki-laki, partus spontan dengan

maserasi grade II, APGAR score 0 berat 900 gram, panjang badan: 35

cm, nilai APGAR 0 pada tanggal 10 Maret 2014 pukul 22.00 wib.

Kala III

Lama : 15 menit

Plasenta lahir utuh

Tali pusat terpelintir ± 10 cm dari pangkal tali pusat

Kala IV

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 75 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Perdarahan : ± 100 cc

FOLLOW UP

5

Page 6: Laporan Kasus i

Tanggal 11 Maret 2014, Pukul 05.30 WIB

Subjektif :

Perut bagian bawah terasa sedikit nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri

dirasakan hilang timbul

Mual (-), muntah (-)

BAB tidak ada keluhan

Objektif :

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah: 130 / 70 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Respirasi : 20 x / menit

Suhu : 36,7 º C

Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.

Thorax:

Mammae : Simetris

Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (- / -), (wheezing - / -)

Cor : S1-S2 reguler, bising jantung (- / -)

Abdomen : Striae (+), bising usus (+)

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

Status Obstetri

Inspeksi : Dinding perut tampak lebih tinggi dari dinding dada, striae (+)

Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 2 jari diatas simfisis pubis

Lokia (+)

Assesment

PIV003 post partus spontan (H+1), IUFD

Planning

1. Diet TKTP

6

Page 7: Laporan Kasus i

2. Mobilisasi bertahap

3. Amoxicilin 3 x 500 mg

4. Asam Mefenamat 3 x 500 mg

5. Sulfat Ferous 1 x 1 tablet

Tanggal 12 Maret 2014, Pukul 07.00 WIB

Subjektif : Tidak ada keluhan

7

Page 8: Laporan Kasus i

Objektif :

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah: 130 / 70 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Respirasi : 20 x / menit

Suhu : 36,7 º C

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.

Thorax:

Mammae : Simetris

Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (- / -), (wheezing - / -)

Cor : S1-S2 reguler, bising jantung (- / -)

Abdomen : Striae (+), bising usus (+)

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

Status Obstetri

Inspeksi : Dinding perut tampak lebih tinggi dari dinding dada, striae (+)

Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 2 jari diatas simfisis pubis

Lokia (+)

Assesment

PIV003post partus spontan (H+2), IUFD

Planning

1. Diet TKTP

2. Amoxicilin 3 x 500 mg

3. Asam Mefenamat 3 x 500 mg

4. Sulfat Ferous 1 x 1 tablet

5. KRS

TINJAUAN PUSTAKA

8

Page 9: Laporan Kasus i

Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

A. Definisi

Intra Uterine Fetal Death ( IUFD) menurut WHO dan The Americans College

of Obstetricians and Gynecologists adalah janin yang mati dalam rahim dengan

berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan

20 minggu atau lebih1.

B. Etiologi

Pada 25 –60 % kasus penyebab kematian janin dalam kandungan tidak jelas.

Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan

patologi plasenta2.

1. Faktor Maternal

a. Umur

Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan dari organ-

organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan

seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung

dapat mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang baik

untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun.

b. Paritas

Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman terhadap

ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil

yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko

tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa, dan lain-lain yang akan

dapat mengakibatkan kematian janin.

c. Pemeriksaan Antenatal

Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa, oleh

karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama

periode antenatal.

Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan1-3 bulan)

Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).

Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).

9

Page 10: Laporan Kasus i

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin pada seorang wanita

hamil penting sekali sehingga kelainan-kelainan yang mungkin terdapat pada ibu

hamil dapat diobati dan ditangani dengan segera.

Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat

mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi

fundus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut jantung janin

d. Penyulit atau Penyakit

Anemia

Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi dalam

jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah pertumbuhannya, yaitu sebanyak

berat zat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh.

Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi

dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Selama masih mempunyai cukup

persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan

turun. Ini terjadi pada bulan kelima sampai bulan keenam kehamilan, pada waktu

janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap

hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan

Pre-eklampsi dan eklampsi

Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi

garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka

tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer

agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun ke plasenta dan

menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen

terjadi gawat janin.

Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal

terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio plasenta dapat terjadi

akibat turunnya darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke

ruang intervirale maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya.

Sebelum ini terjadi nekrotis, spasme hilang darah kembali mengalir ke dalam

10

Page 11: Laporan Kasus i

intervilli, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuh, mudah pecah

terjadinya hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Sehingga

aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian janin.

Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri

kekurangan atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah yang

tinggi dan mempengaruhi metabolisme tubuh secara menyeluruh dan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Umumnya wanita

penderita diabetes melarikan bayi yang besar (makrosomia). Makrosomia dapat

terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pancreas yang menghasilkan lebih

banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang tinggi. Glukosa berubah

menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi besar atau makrosomia menimbulkan

masalah sewaktu melahirkan dan kadang-kadang mati sebelum lahir.

Rhesus Iso-Imunisasi

Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus positif, maka antigen

rhesus akan membuat penerima darah membentuk antibodi antirhesus. Jika

transfusi darah rhesus positif yang kedua diberikan, maka antibodi mencari dan

menempel pada sel darah rhesus negatif dan memecahnya sehingga terjadi anemia

ini disebut rhesus iso-imunisasi. Hal ini dapat terjadi begitu saja di awal

kehamilan, tetapi perlahan- lahan sesuai perkembangan kehamilan. Dalam aliran

darah, antibodi antihresus bertemu dengan sel darah merah rhesus positif normal

dan menyelimuti sehingga pecah melepaskan zat bernama bilirubin, yang

menumpuk dalam darah, dan sebagian dikeluarkan ke kantong ketuban bersama

urine bayi. Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi anemia

sampai akhirnya mati.

Infeksi dalam kehamilan

Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap infeksi,

namun keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya terhadap janin.

Infeksi mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada janin. Efek tidak

langsung timbul karena mengurangi oksigen darah ke plasenta. Efek langsung

11

Page 12: Laporan Kasus i

tergantung pada kemampuan organisme penyebab menembus plasenta dan

menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian janin in utero.

Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dan

kematian janin dalam kandungan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban

sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda

persalinan. Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% semua persalinan. Pada

umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadiannya sekitar 4%. Ketuban pecah

dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam

rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput

ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam

rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten,

makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan

selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan kematian

janin dalam rahim

Letak lintang

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus

dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.

Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan cukup bulan, tidak dapat

terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan

menyebabkan kematian janin. Bahu masuk ke dalam panggul sehingga rongga

panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat

turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk

mengeluarkan janin, segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas

antara dua bagian ini makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi

patologik sehingga dapat mengakibatkan kematian janin.

2. Faktor Janin

a. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi

yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat

12

Page 13: Laporan Kasus i

merupakan sebab penting terjadinya kematian janin dalam kandungan, atau lahir

mati.

Bayi dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat

lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.

Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat berbentuk suatu

deformitas atau bentuk malformitas. Suatu kelainan kongenital yang berbentuk

deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya

yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor

penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion. Sedangkan bentuk

kelainan kongenital malformitas, susunan anatomik maupun bentuknya akan

berubah. Kelainan kongenital dapat dikenali melalui pemeriksaan ultrasonografi,

pemeriksaan air ketuban, dan darah janin

b. Infeksi intranatal

Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Kuman dari

vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban

pecah dini mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan

amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya

pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi

karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital

atau karena kuman-kuman yang memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan

septicemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak langsung

dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan oral thrush.

3. Kelainan Tali Pusat

Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan

amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada

umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat yang terlalu

panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah

ke janin dan menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan.

a. Kelainan insersi tali pusat

13

Page 14: Laporan Kasus i

Insersi tali pusat pada umumnya parasentral atau sentral. Dalam keadaan

tertentu terjadi insersi tali pusat plasenta battledore dan insersi velamentosa.

Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu pembuluh darahnya

melintasi kanalis servikalis, sehingga saat ketuban pecah pembuluh darah yang

berasal dari janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vase previa

mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan masih kecil karena kesempatan

seksio sesaria terbatas dengan waktu.

b. Simpul tali pusat

Pernah ditemui kasus kematian janin dalam rahim akibat terjadi peluntiran

pembuluh darah umblikalis. Peluntiran pembuluh darah tersebut menghentikan

aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin dalam rahim. Gerakan janin

yang begitu aktif dapat menimbulkan simpul sejati sering juga dijumpai.

c. Lilitan tali pusat

Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar

kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat pada leher sangat

berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. Tali pusat yang panjang

berbahaya karena dapat menyebabkan tali pusat menumbung, atau tali pusat

terkemuka. Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar

panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju

dan dari janin sehingga dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan.

C. Klasifikasi

Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin

dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: 1

1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu

penuh (early fetal death)

2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate

fetal death)

3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal

death)

14

Page 15: Laporan Kasus i

4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga

golongan di atas.

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-

perubahan sebagai berikut:1

1. Rigor mortis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam)

Kulit kemerahan

3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam)

Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian

menjadi merah dan mulai mengelupas.

4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari)

Kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga toraks dan abdomen dan

lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat.

5. Maserasi grade III (durasi > 8 hari)

Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi mumifikasi.

Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan

terdapat oedem dibawah kulit.

D. Diagnosis

Dalam membuat diagnosis kematian janin jika hanya mengandalkan dari

anamnesis dan pemeriksaan fisik saja sangat terbatas nilainya. Untuk diagnosis

pasti penyebab kematian janin sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan

plasenta serta selaput2.

1. Anamnesis

Pasien biasanya mengeluhkan tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa

hari, atau gerakan janin berkurang. Selain itu, pasien juga merasakan perutnya

tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Berat badan pasien menurun

b. Palpasi

15

Page 16: Laporan Kasus i

Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya usia kehamilan

c. Auskultasi

Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

3. Pemeriksaan Penunjang

a. USG : Tampak gambaran janin tanpa kehidupan

b. Radiologi :

- Setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang

tindih, edema sekitar tulang kepala

- Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada kasus IUFD yaitu dengan terminasi kehamilan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif.

2. Apabila pilihan penanganan adalah ekspektatif, maka tunggu persalinan

spontan hingga 2 minggu.

3. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan

penanganan aktif.

4. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks yaitu:

a. Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin

b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan

prostaglandin atau kateter folley, tetapi jangan lakukan amniotomi karena

berisiko infeksi

c. Persalinan dengan sectio cesarea merupakan alternatif terakhir

5. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan

serviks belum matang, maka dilakukan pematangan serviks dengan

misoprostol.

6. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotik.

7. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah

waspada koagulopati.

16

Page 17: Laporan Kasus i

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah dampak psikologis ibu ataupun keluarga.

Apabila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Dapat juga terjadi koagulopati

bila kematian janin lebih dari 2 minggu2.

H. Pencegahan

Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm

adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin

terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya

solutio plasenta2.

17

Page 18: Laporan Kasus i

DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham, F.G., et al., 2000. Williams Obstetrics. Suyono. J., Hartono., 2005 (Alih Bahasa), Penerbit EGC, Jakarta.

2. Soewarto, S., 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

3. Llewellyn, D., Jones., 1995. Fundamental of Obstetrics and Ginaecology. Hadyanto., 2001 (Alih Bahasa), Penerbit Hipokrates, Jakarta.

18