laporan kasus ima st elevasi poteroinferior
DESCRIPTION
Kepaniteraan klinik kardiologiTRANSCRIPT
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 1/12
Laporan Kasus: Infark Miokard Akut dengan ST-Elevasi Pada
Daerah Posteroinferior
A. Latar elakang
Pedoman terkini tentang pengertian infark miokard sudah banyak direvisi.
Infark miokard menunjukan adanya gejala iskemik pada pasien dan terdapat
Elevasi Segmen ST yang persisten pada EKG pasien. Pada pasien sering
munjukkan adanya peningkatkan biomarker khusus pada jantung yang mengalami
nekrosis (Troponin I dan pelebaran dari gelombang ! pada EKG dengan infark
miokard yang sudah lama (Gabriel Steg et al; 2012).
Infark miokard akut biasanya diakibatkan karena obstruksi arteri koroner
yang berasal dari rupturnya plak aterosklerosis. Terapi reperfusi seperti primary
percutaneous coronary intervention (PP"I dan agen trombolitik adalah tindakan
yang dianjurkan untuk mengurangi mortalitas dan membatasi luasnya infark yang
terjadi pada pasien dengan ST-elevation myocardial infarction (STE#I.
Keuntungan yang didapat$ jika reperfusi dilakukan pada satu jam pertama dari
onset mun%ulnya gejala nyeri dada dan jika lebih dari tiga jam setelah onset gejala
mun%ul maka tidak akan didapatkan manfaat dalam reperfusi dengan trombolitik
tersebut (Grigorios Tsigkas et al; 2011).
. Kasus
Pria &' tahun dengan keluhan utama nyeri dada sebelah kiri yang aalnya
mun%ul pada hari #inggu )* +gustus )',* pukul ,).'' dengan tiba-tiba. yeri
dirasakan seperti diremas dan terasa panas$ kemudian menjalar ke leher dan bahusebelah kiri. yeri disertai keringat dingin$ mual$ dan muntah sekali. Kemudian
jatuh tak sadarkan diri. Setelah itu #/S pada pukul ,*.''. Kejadian ini adalah
yang pertama kali dirasakan oleh pasien. Pasien merokok , bungkus untuk ) hari.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum dari pasien adalah tampak sakit
sedang dengan kesadaran kompos mentis. 0engan tanda-tanda vital sebagai
berikut1 Tekanan darah ,,234, mm5g$ heart rate ,',63menit$ respiration rate
)763menit$ suhu badan 2&$89"$ dan saturasi oksigen sebesar 77:. ;ntuk
1
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 2/12
pemeriksaan kepala dan leher$ thora6$ pulmo$ %or$ abdomen$ dan e6tremitas semua
tampak dalam batas normal.
0alam pemeriksaan penunjang$ hasil laboratorium adalah sebagai berikut1
pada pemeriksaan hematologi ditemukan adanya penurunan nilai 5b yaitu ,2$4
g3d<$ <eukositosis ,*.&'' 3%mm dan <E03==S ditemukan peningkatan *&3&>
mm3jam. ;ntuk pemeriksaan faal hati$ nilai SG?T menurun menjadi 2& ;3< dan
SGPT ), ;3<. Sedangkan dalam pemeriksaan analisis gas darah terjadi penurunan
p5 menjadi >$)4$ peningkatan P?) menjadi )44 mm5g$ peningkatan P"?)
menjadi 87$8 mm5g$ peningkatan "?) tetal menjadi )7$2 mmol3<$ dan
peningkatan 5"?2 menjadi )>$8 mmol3<.
;ntuk hasil @-ray thora6 didapatkan pembesaran dari ventrikel kiri dan
hasil pemeriksaan E"G dengan kesimpulan trial !ibrillation Slo" #espon $0
bpm% &nferoposterior 'yocardial &nfarction. Sedangkan hasil dari pemeriksaan
angiografi adalah terdapat obstruksi pada arteri koroner kanan bagian proksimal
dan obstruksi thrombus besar pada bagian middle rigt coronary artery$ serta
terdapat obstruksi juga pada left anterior coronary proimal and middle part .
5asil e%hokardiografi munujukan adanya hypokineti% (pada segmen basal$ middle
dan api%al dari dinding inferior$ segmen basal dan middle pada dinding posterior
serta segmen api%al pada dinding lateral dan anterior sedangkan segmen lainnya
dalam batas normal.
0ari berbagai hasil pemeriksaan di atas diagnosis pada pasien adalah
Infark miokard akut dengan ST elevasi pada daerah Posteroinferior.
;ntuk planing terapi hari pertama adalah ?) assal )-* lpm$ Inf. Autrolit
8''%%3)* jam. ;ntuk per oral menggunakan "lopidogrel *tab (ekstra lanjut ,6,.
+spilet *tab (e6tra lanjut ,6,. IS0 8mg (ekstra. ;ntuk injeksi menggunakan
Inj. Insomil 26,amp. Inj. +%ran (/anitidine 5"l )6,amp. Pada hari pertama
serangan pasien sudah tidak merasakan nyeri dada lagi. amun pengobatan tetap
dilanjutkan sampai dilakukan tindakan P"I. Sedangkan hari ke ) menggunakan
Inf. /<3PB )1, (,$8 liter3hari$ Inj. <oveno6 (Eno6aparin a )6'$&%% S"$ Inj.
Sulba%ef ("efoberaCone a 8'' mg$ sulba%tam a 8'' mg )6,g ID$ Inj. +%ran
(/anitidine 5"l )6,amp ID$ 0omini% (0obutamine 5"l Pump 8mg 3 Kg== 3
2
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 3/12
mnt$ Invomit (?ndansetron 5"l dehydrate (k3p$ Pidovi6 ("lopidogrel ,6,.
Kardio +spirin ,6,$ Tab. <itor%om (+torvastatin ' ' )'mg$ dan ?pila6 Syr
(<a%tulosa ' ' "I. Setelah pasien keadaan umunya membaik$ pasien dirujuk
ke /S; 0okter Sutomo Surabaya untuk dilakukan angiografi dan dilakukan P"I.
!. Pe"#ahasanKebanyakan pasien dengan STE#I tidak perhatian dengan gejala nyeri
dada yang mun%ul pada dirinya sehingga biasanya rata-rata terlambat ) jam dari
mulainya onset gejala sampai pasien masuk rumah sakit dan diberi terapi
trombolitik (*lliot '+ ntman et al;201,)+
Pasien dengan STE#I harus segera dilakukan reperfusi dan hal ini sangat
tergantung oleh aktu pemberian reperfusi. #ortalitas meningkat tergantung pada
lokasi dan derajat infark serta luasnya area pada ST-elevasi dalam EKG.
#enentukan STE#I se%ara konsisten dapat menguntungkan karena terapi yang
akan diberikan dapat dilakukan se%ara %epat seperti pemberian agen fibrinolitik
dalam men%egah terjadinya thrombus dan tindakan P"I (on '+ !ield et
al;200.).
0iagnosis %epat pada STE#I adalah hal yang sangat dibutuhkan karena
berkaitan dengan manajemen pasien. 0alam investigasi tentang prevalensi$
etiologi dan predi%tor yang menyebabkan diagnosis STE#I menjadi poistif palsu
dalam penggunaan kateter yang berkaitan pada tanda-tanda pasti STE#I sangat
membantu dalam memilah pasien STE#I dan non-STE#I untuk kateterisasi
jantung. Pada pasien yang didiagnosis STE#I dan telah dilakukan P"I tidak
jarang terjadi diagnosis STE#I yang positif palsu. Fadi$ intepretasi EKG dalam
mempertimbangkan apakah pasien benar-benar dalam kondisi STE#I atau
kondisi lain sangat diperlukan agar tidak salah dalam manajemen menggunakan
P"I ('yung /"an ae et al;201).
Klasifikasi STE#I dari KIllip dibuat untuk menentukan seberapa berat
infark miokard yang dialami oleh pasien dan agar tidak terjadi kesalahan dalam
memberikan terapi kepada pasien ('arkku S+ ieminen et al;2003)+
Stage-&; Tidak terjadi gagal jantung dan tidak terlihat tanda-tanda de%omp %ordis.
Stage-&&; Terdapat gagal jantung dengan kriteria diagnosti% meliputi rales$ S2
gallop dan hipertensi vena pulmonalis. Kongestif pulmonal dengan "et rales pada
setengah lapangan paru bagian inferior.
3
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 4/12
Stage-&&&; Terdapat gagal jantung berat. Terdapat edema paru yang tersebar merata
diseluruh lapangan paru.
Stage-&4; Terdapat syok kardiogenik. ang meliputi tanda-tand sebagai berikut1
5ipotensi (tekanan darah sistolik H7' mm5g$ dan terdapat tanda vasokontriksi
perifer seperti$ oliguria$ sianosis$ dan diaphoresis.
STE#I ini diaali dari suatu proses aterosklerosis yang telah lama
terbentuk. <esi aterosklerosis terutama terjadi pada lapisan paling dalam dari
dinding arteri yaitu lapisan intima. <esi tersebut meliputi fatty streak% !ibrous
pla5ue% dvance (complicated) pla5ue (oedi Soesetyo u"ono;200)+
Proses aterosklerosis telah dimulai pada masa kanak-kanak dari
terbentuknya lapisan3timbunan kaya lemak. <esi ini terdiri dari lapisan makrofag
dan sel otot polos yang mengandung lemak yaitu kolesterol dan kolesterol oleat
yang berarna kekuningan disebut fatty streak . !atty streak mula-mula tampak
pada dinding aorta yang jumlahnya semakin banyak pada usia 4-,4 tahun dan
baru nampak arteri koronaria pada usia ,8 tahun (oedi Soesetyo u"ono;200)+
!ibrous pla5ue merupakan kelanjutan dari fatty streak dimana terjadi
poliferasi sel$ penumpukan lemak lebih lanjut dan terbentuknya jaringan ikat serta
bagian dalam yang terdiri dari %ampuran lemak dan sel debris akibat dari sel
nekrosis. <esi yang semakin matang ini tampak pada usia sekitar )8 tahun (oedi
Soesetyo u"ono;200)+
Se%ara makros lesi ini tampak berarna putih dengan permukaan semakin
meninggi ke dalam lumen arteri. =ila lesi ini semakin berkembang maka diameter
lumen akan semakin sempit dan akan mengganggu aliran darah (oedi Soesetyo
u"ono;200)+
Pada fase ini terjadi poliferasi dari sel otot polos dimana sel ini akan
membentuk fibrous %ap. !ibrous cap ini akan menutup timbunan lemak
ekstraseluler dan sel debris (oedi Soesetyo u"ono;200)+
!ibrous pla5ue mendapat vaskularisasi baik dari lumen maupun dari tunika
media. Pada lesi yg telah lanjut (advance jaringan nekrosis yang merupakan inti
dari lesi semakin membesar dan sering mengalami perkapuran (calcified $ fibrous
%ap menjadi semakin tipis dan pe%ah sehingga lesi ini akan mengalami ulserasi
4
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 5/12
dan perdarahan serta terjadi trombosis yang dapat menyebabkan terjadinya oklusi
aliran darah (oedi Soesetyo u"ono;200)+
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STE#I umumnya terjadi jika
aliran darah koroner menurun se%ara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang
berkembang se%ara lambat biasanya tidak memi%u STE#I karena berkembangnya
banyak kolateral sepanjang aktu. STE#I terjadi jika thrombus arteri koroner
terjadi se%ara %epat pada lokasi injuri vas%ular$ dimana injuri ini di%etuskan oleh
faktor-faktor seperti merokok$ hipertensi dan akumulasi lipid (&drus l"i;200.)+
Pada sebagian kasus$ infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami
fisur$ rupture atau ulserasi dan jika kondisi lo%al atau sistemik memi%u
trombogenesis sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologis menunjukkan plak
koroner %enderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan
inti kaya lipid ( 6ipid ric core. Pada STE#I gambaran patologis klasik terdiri
dari !ibrin ric red trombus$ yang diper%aya menjadi dasar sehingga STE#I
memberikan respon terhadap trombolitk (&drus l"i;200.)+
Selanjutnya$ pada lokasi rupture plak$ berbagai agonis (Kolagen$ +0P$
Epinefrin$ Serotonin memi%u aktivasi trombosit$ yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboksan +) (Dasokontriktor lo%al yang poten.
Selain itu aktivasi trombosit memi%u perubahan konformasi reseptor glikoprotein
IIb3IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya$ reseptor mempunyai afinitas
tinggi terhadap skuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin seperti
fa%tor von Jillebrand (vJA dan fibrinogen$ di mana keduanya adalah molekul
multivalent yang dapat mengikat ) platelet yang berbeda se%ara simultan$
menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi (&drus l"i;200.)+
Pada kondisi yang jarang$ STE#I dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri
koroner yang disebabkan oleh emboli koroner$ abnormalitas kongenital$ spasme
koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik (&drus l"i;200.)+
0iagnosis I#+ dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis
nyeri dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST ) mm pada )
sandapan pre%ordial yang berdampingan atau , mm pada ) sandapan ekstrimitas
(&drus l"i;200.)+
5
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 6/12
Pasien dengan STE#I memerlukan peraatan di ruang peraatan koroner
intensif setidaknya >) jam pada infark tanpa komplikasi. Pada penderita dengan
gangguan hemodinamik$ iskemik yang menetap dan aritmia peraatan diruang
intensif dapat lebih lama. Peraatan umum yang pertama kali dilakukan adalah
Tirah baring total dan dipasang monitor EKG$ tensi$ pulse o6imetri$ untuk
mengetahui se%ara dini penyulit misalnya aritmia$ atrial fibrilasi dan syok serta
diberikan oksigen )-* <P# bila terjadi distress napas dan penurunan saturasi
oksigen ( effrey 7+ dipranoto ;2010)+
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen
arteri H7':. Pada semua pasien dengan STE#I tanpa komplikasi dapat diberikan
oksigen selama & jam pertama (&drus l"i;200.)+#engobati nyeri dada dan sesak sangat penting dilakukan tidak hanya
sebagai pereda gejala saja karena mekanisme timbulnya nyeri dada dan sesak pada
penyakit jantung koroner disebabkan oleh vasokontriksi atau obstruksi dari arteri
koroner sehingga suplai oksigen ke otot jantung berkurang dan kontraktilitas dari
otot jantung menurun$ oksigen ke seluruh tubuh tidak dapat diteruskan sehingga
akan men%etuskan nyeri dada dan sesak pada pasien (Gabriel Steg et al; 2012).
Pemberian IS0 pada pasien bertujuan sebagai berikut1 Se%ara in vivo
nitrat organi% merupakan pro drug yaitu menjadi aktif setelah dimetabolisme dan
mengeluarkan nitrogen monoksida (?$ endotelial derived relaing
factor8 E/0A. =iotransformasi nitrat organi% yang berlangsung intraseluler ini
agaknya dipengaruhi oleh adanya reduktase ekstrasel dan redu%ed tiol (glutation
intrasel. ? akan membentuk kompleks nitrosoheme dengan guanilat siklase dan
menstimulasi enCim ini sehingga kadar %G#P meningkat. Selanjutnya %G#P
akan menyebabkan defosforilasi myosin$ sehingga terjadi relaksasi otot polos.
Efek vasodilatasi pertama ini bersifat non-endotelium-dependent (! 7+Suyatna;2012).
#ekanisme kedua nitrat organik adalah bersifat endotelium dependent $
dimana akibat pemberian obat ini akan dilepaskan prostasiklin (PGI) dari
endothelium yang bersifat vasodilator. Pada keadaan dimana endothelium
mengalami kerusakan seperti aterosklerosis dan iskemia$ efek ini hilang. +tas
dasar kedua hal ini maka nitrat organik dapat menimbulkan vasodilatasi dan
mempunyai efek antiagregasi trombosit (! 7+ Suyatna;2012).
6
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 7/12
5ubungan antara pemberian IS0 dengan sesak dan nyeri dada adalah
itrat organik menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai oksigen dengan
%ara mempengaruhi tonus vas%ular. itrat organik menimbulkan vasodilatasi
semua sitem vaskuler. Pada dosis rendah nitrat organik menimbulkan venodilatasi
sehingga terjadi pengumpulan darah pada vena perifer dan dalam splanknikus.
4enous pooling ini menyebabkan berkurangnya aliran balik dara ke dalam
jantung$ sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan ( preload) menurun.
0engan %ara ini maka oksigen miokard akan menurun dan sesak serta nyeri dada
pada pasien dapat diminimalisir (! 7+ Suyatna;2012).
Pemberian +spilet dan "lopidogrel sebagai antiplatelet merupakan tata
laksana dasar pada pasien yang di%urigai STE#I dan efektif pada spe%trumsindroma koroner akut. Inhibisi %epat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan
reduksi kadar tromboksan +) di%apai dengan absorpsi golongan aspirin bukkal
dengan dosis ,&'-2)8 mg pada ruang emergensi. Selanjutnya aspilet dan
%lopidogrel diberikan oral dengan dosis >8-,&) mg (&drus l"i;200.).
+spirin merupakan antiplatelet standar pada STE#I. #anfaat antiplatelet
terutama aspirin pada STE#I dapat dilihat pada ntiplatelet trialists9
:ollaboration. 0ata dari hampir )'.''' pasien dengan infark miokard yang
berasal dari ,8 randomied trial dikumpulkan dan menunjukkan penurunan
relatif laju mortalitas sebesar )>:$ dari ,*$): pada kelompok kontrol
dibandingkan ,'$*: pada pasien yang mendapat antiplatelet. Paa penelitian ISIS-
) pemeberian aspirin menurunkan mortalitas vaskular sebesar )2: dan infark
nonfatal sebesar *7: (&drus l"i;200.).
"lopidogrel harus diberikan segera mungkin pada semua pasien STE#I
yang mengalami P"I. Pada pasien yang dilakukan P"I dianjurkan dosis loading
&'' mg. sedangkan yang tidak menjalani P"I dosis loading 2'' mg dilanjutkandosis pemulihan >8 mg3hari (&drus l"i;200.).
Terapi trombolitik tidak boleh diberikan pada keadaan1 #ereka dengan
kemungkinan keberhasilan ke%il$ misal jika EKG tetap normal$ atau menunjukkan
hanya ada perubahan gelombang T. Pada per%obaan klinis tidak menunjukkan
adanya keuntungan pada pasien dengan depresi ST$ alau resiko pasien ini tinggi
<ontra indikasi terapi trombolitik yakniL Stroke$ ada riayat trauma
mayor3bedah3luka kepala dalam 2 minggu$ perdarahan Gastro Intestinal dalam ,
bulan terakhir$ kelainan darah dan 0isse%ting aneurisma. Sedangkan <ontra
7
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 8/12
indikatif relative yakniL Serangan iskemia transient dalam & bulan terakhir$ terapi
%oumadin3alfarin$ kehamilan$ pun%ture atau kebo%oran yang tidak bisa ditekan
saja$ resusitasi trauma$ hipertensi refrakter (sistolik,4'mm5g dan /iayat
terapi laser retina (7=angan Sargo"o;200$).
Penggunaan terapi antiplatelet dan anti thrombin selama fase aal STE#I
berdasarkan bukti klinis dan laboratoris baha thrombosis mempunyai peran
penting dalam pathogenesis. Tujuan primer pengobatan adalah untuk
memantapkan dan mempertahankan patensi arteri %oroner yang terkait infark.
Tujuan sekunder adalah menurunkan tedensi pasien menjadi thrombosis(&drus
l"i;200.).
Pemeberian 5eparin berat molekul rendah (<oveno6 dapat diberikan
sebagai ganti heparin konvensional$ oleh karena pemberiannya lebih mudah dan
tidak diperlukan monitoring aPTT yang ketat. Pada penderita dengan penyakit
jantung koroner$ kadar <0< harus diturunkan sampai H,'' mg3d<$ untuk
mengurangi risiko kejadian kardiovaskuler yang fatal. Selain menurunkan kadar
<0< golongan Statin (<itor%om juga mempunyai efek lain disebut efek
pleotropic yaitu1 stabilisasi plak atheroma$ regresi inti lipid pada atheroma$ anti
agregasi platelet$ antioksidan dan antiinflamasi. Semua jenis statin dapat
digunakan pada pasien jantung koroner terutama STE#I ( effrey 7+ dipranoto ;
2010)+
5eparin tidak memperbaiki lisis bekuan se%ara %epat tetapi patensi koroner
yang dievaluasi dalam beberapa jam atau hari setelah pemberian trombolisis
terlihat lebih baik dengan intravena heparin. Tidak ada perbedaan yang terlihat
apakah heparin dan streptokinase diberikan se%ara subkutan atau intravena.
Pemberian heparin yang diperpanjang tidak terlihat dapat men%egah reoklusi
setelah terbukti se%ara angiografi terjadi trombolisis koroner$ atau sebelum
pemberian %oumadin. Infus heparin setelah terapi t-P+ dapat dihentikan setelah
)*-)4 jam. ?bsevasi ketat dari terapi heparin adalah evaluasi PTT dihubungkan
dengan resiko terjadinya perdarahan serebral. Pada per%obaan ISIS-)$ pemberian
heparin subkutan (,).8''; tidak mempengaruhi mortalitas alau dikombinasi
dengan aspirin$ streptokinase$ alteplase$ atau anistreplase (7=angan
Sargo"o;200$).
8
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 9/12
Pada pasien ini teradapat komplikasi dari iskemik myokard yakni
terjadinya atrial fibrilasi. +trial fibrilasi sustained atau fluter atrial pada pasien
dengan gangguan hemodinamik atau ongoing iskemia harus diterapi dengan ,
atau lebih %ara berikut1 pertama$ kardioversi sinkronisasi dengan sho%k )'' F
untuk fibrilasi atrial dan 8' F untuk fluter atrial$ didahului dengan anestesi umum
singkat atau sedasi jika memungkinkan. Kedua$ fibrilasi yang tak berespon
terhadap kardioversi elektrik atau berulang setelah periode ritme sinus$ dianjurkan
penggunaan terapi antiaritmia yang ditujukan untuk penurunan respon ventrikel.
Satu atau lebih obat farmakologi sebagai berikut1 +miodaron ID$ 0igoksin ID
untuk pengendalian laju respon ventrikel (rate control terutama untuk pasien
dengan disfungsi ventrikel kiri berat dan gagal jantung. Ketiga$ Aibrilasi atrial
sustained dan fluter atrial pada pasien ongoing iskemia tetapi tanpa gangguan
hemodinamik diberikan terapi dengan satu atau lebih obat berikut1 penyekat beta
lebih disukai$ ke%uali ada kontraindikasi$ 0iltiaCem atau verapamil ID$
Kardioversi sinkronisasi dengan sho%k )'' F untuk fibrilasi atrial dan 8' F untuk
fluter$ didahului dengan anestesi umum singkat atau sedasi jika memungkinkan.
Keempat$ fibrilasi atrial atau fluter sustained tanpa gangguan hemodinamik atau
iskemia$ diindikasikan rate control . Pasien dengan fibrilasi atrial atau fluter
sustained harus diberikan antikoagulan (&drus l"i;200.).
Terdapat tiga modlitas dalam meningkatkan akses ke sarana yang memiliki
P"I yaitu dengan diagnosis yang tepat selama pre-ospitalied ambulatory% Triage
pasien yang tepat sebelum menuju sarana P"I dan mengetahui rumah sakit yang
memiliki sarana P"I tersebut apakah tersedia tenaga yang ahli dalam melakukan
P"I tersbut (ames *+ Tceng;200.)+
Strategi invasive umumnya lebih disukai jika1 laboratorium P"I yang
mampu melakuka backup surgical 'edical contact-to-balloon atau door-
tobaloon time H7' menit (door-to-balloon > door-to-needle time ? 1 =am)$ risiko
tinggi STE#I (syok kardiogenik$ Klas Killip lebih atau sama dengan 2$
Kontraindikasi fibrinolysis$ termasuk meningkatnya risiko perdarahan dan
perdarahan intra%ranial$ presentasi terlambat (onset gejala 2 jam yang lalu dan
diagnosis STE#I tidak yakin (&drus l"i;200.).
Intervensi koroner perkutan atau @ercutaneous :oronary &ntervention
(@:&) biasanya angioplasty dan3atau stenting tanpa didahului fibrinolysis disebut
9
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 10/12
P"I primer. P"I ini efektif dalam mengembalikan perfusi pada STE#I jika
dilakukan dalam beberapa jam pertama infark miokard akut. P"I primer lebih
efektif dari fibrinolysis dalam membuka arteri koroner yang tersumbat dan
dikaitkan dengan outcome klinis jangka pendek dan jangka panjang yang lebih
baik. 0ibandingkan trombolisi$ P"I primer lebih dipilih jika terdapat syok
kardiogenik (terutama pasien H>8 tahun$ risiko perdarahan meningkat$ atau gejala
sudah ada sekurang-kurangnya ) atau 2 jam jika bekuan darah lebih matur dan
kurang mudah han%ur dengan obat fibrinolysis. amun demikian P"I lebih mahal
dalam hal personil dan fasilitas$ dan aplikasinya terbatas berdasarkan tersedianya
sarana$ hanya di beberapa /umah Sakit (&drus l"i;200.).
+ngiografi menggunakan @-ray khusus yang memperlihatkan isi dari
arteri. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah ada plak yang menyumbat
arteri dan seberapa berat sumbatan tersebut (4alentine !uster et al;2010).
"oronary angioplasty atau yang biasa disebut Per%utaneous "oronary Intervention
(P"I$ Per%utaneous Transluminal "oronary +ngioplasty (PT"+$ ataupun =allon
angioplasty. +ngioplasty mungkin digunakan sebagai prosedur peren%anaan bagi
seseorang yang menderita angina atau terapi %epat jika gejala tidak stabil. +pabila
punya angiogram koroner hal ini dapat dihindari kalau terapi sudah sesuai.
+ngioplasti koroner adalah juga ditujukan untuk terapi emergensi selama
serangan jantung. Selama angioplasti$ balon ke%il yang dimasukan untuk menekan
jaringan lemak yang menyempitkan arteri sehingga akan melebar kembali. Ini
akan membuat aliran darah menjadi lebih lan%er (!irman 7oni et al; 2010).
D. Kesi"pulan
Kebanyakan pasien dengan STE#I tidak perhatian dengan gejala nyeri
dada yang mun%ul pada dirinya sehingga biasanya rata-rata terlambat ) jam dari
mulainya onset gejala sampai pasien masuk rumah sakit dan diberi terapi
trombolitik. Seperti pada pasien dalam laporan kasus ini terdapat keterlambatan
salama ) jam dari onset mun%ulnya gejala sampai pasien masuk rumah sakit dan
diberi terapi. Pada rumah sakit dimana pasien berada tidak tersedia fasilitas untuk
dilakukan P"I$ maka pasien ini diren%anakan akan dirujuk ke /umah Sakit yang
memiliki fasilitas P"I. ;ntuk sementara pasien diberikan terapi antiplatelet$ anti
10
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 11/12
nyeri$ anti aritmia dan anti kolesterol untuk menurunkan progresifitas dari infark
miokard yang terjadi. Setelah diraat pasien dirujuk ke fasilitas dengan P"I$
disana pasien dilakukan angiografi untuk menentukan lokasi terjadinya obstruksi
dari plak aterosklerosis atau pun thrombus. 0ari hasil pemeriksaan tersebut
didapatkan beberapa lokasi yang terjadi sumbatan yaitu pada arteri koroner kanan
beserta %abangnya dan arteri koroner kiri beserta %abangnya$ serta dinding yang
terkena adalah bagian anterior$ inferior dan posterior. 0alam menangani kasus
yang kompleks ini maka sarana P"I ini sangat diperlukan agar tidak terjadi
kondisi yang lebih buruk lagi. Sehingga dalam kasus ini tindakan P"I merupakan
pilihan superior dalam mereperfusi pasien tersebut.
Daftar Pustaka
+dipranolo$ Feffrey 0. et Suryaan$ I Gde /urus. )','. @enyakit atung <oroner
dalam @edoman 7iagnosis dan Terapi. S#A Ilmu Penyakit Fantung dan
Pembuluh 0arah AK-;+I/ 1 Surabaya. (5alaman ,''-,,'.
+li$ Idrus et al. )''7. &nfark 'iokard kut 7engan *levasi ST dalam uku =ar
&lmu @enyakit 7alam edisi 4 =ilid && . Fakarta 1 EG". (5alaman ,>*,-,>8*
+ntman$ Elliot #. et al.)',*. ::8/ Guidelines for te 'anagement of
@atients Ait ST-*levation 'yocardial &nfarction+ ;S+1 +5+.
=ae$ #yung 5an et al. )',2. *tiologies and @redictors of ST-Segment elevation
'yocardial &nfarction. Korea 1 Korean "ir%ulation Fournal.
0oni$ Airman )','. Furnal Kardiologi Indonesia vol. 2,$ o. ) #ei-+gustus )','.
(hal ,,)-,,>
11
7/21/2019 Laporan Kasus IMA ST Elevasi Poteroinferior
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-ima-st-elevasi-poteroinferior 12/12
Auster$ Dalentin et =ridget =. Kelly. )','. :ritical :allenge to cieve Global
/ealt+ ;S+ 1 Promoting "ardiovas%ular 5ealth in the 0eveloping Jorld1
Aield$ Fohn #. et al. )''7. cute :oronary Syndrome dalam Te Tet ook Bf
*mergency :ardiovascular :are and :@#. "hina1 +ptara In%.
Foeono$ =oedi Soesetyo. )''2. @enyakit antung <oroner dalam &lmu @enyakit
antung+ +irlangga ;niversity Press1Surabaya. (5alaman ,),-,2*.
ieminen$ #arkku S. et al. )''8. *ecutive Summary of te Guidelines Bn Te
7iagnosis nd Treatment of cute /eart !ailure+ ;nited Kingdom1
European 5eart Fournal. (5alaman 24>-247.
Sargoo$ 0janggan. )''4. 'anagement of cute :oronary Syndrome. #alang1
;niversitas =raijaya #alang. (5alaman 4-7.
Steg$ Gabriel et al. )',). *S: Guidelines !or Te 'anagement Bf cute
'yocardial &nfarction &n @atients @resenting Ait ST-Segment *levation+
Europe 1 European 5eart Fournal.
Suyatna$ A. 0. et al. )',). Bbat ntiangina dalam !armakologi dan Terapi edisi 3
cetakan ulang+ Fakarta 1 EG" (5alaman 2&)-2&8.
T%heng$ Fames E. et al. )''7. @rimary ngioplasty in cute 'yocardial
&nfarction+ ;S+1 0uke ;niversity #edi%al "enters (halaman >>->4.
Tsigkas$ Grigorios et al. )',,. successfully Trombolysed cute &nferior
'yocardial &nfarction 7ue To Type ortic 7issection Aiy 6etal
:onse5uencesC Te &mportance Bf *arly :ardiac *cocardiograpy dalam
ournal Bf :ardiotoracic Surgery+ ;S+1 Fournal ?f "ardiothora%i%Surgery.
12