laporan kasus letli

38
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang antara lain: RSUP Dr. Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan sadikin, Bandung 1,9%; RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1% dari 12827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3% dan Holland 0,5 – 0,6%. Umumnya masyarakat mengatakan kehamilan adalah masa dimana seorang wanita mengandung seorang janin. 6

Upload: andini-fitriani

Post on 18-Feb-2016

144 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

letak lintang

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Letli

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam

uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi

yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala

janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Kelainan letak pada

janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan

(distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat

disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta

kelainan jalan lahir.

Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini

dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada

kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi.

Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak

lintang antara lain: RSUP Dr. Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan sadikin,

Bandung 1,9%; RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1% dari

12827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3% dan Holland

0,5 – 0,6%.

Umumnya masyarakat mengatakan kehamilan adalah masa dimana

seorang wanita mengandung seorang janin. Adapun pengertian ilmiah dari

kehamilan adalah masa dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya

yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang

kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel

yang akan tumbuh dan membuat terjadinya proses konsepsi dan fertilisasi

sampai lahirnya janin.

Kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara

memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan Pertama,

membawa resiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin),

Triwulan Kedua, perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa.

6

Page 2: Laporan Kasus Letli

sedangkan Trimulan Ketiga, menandakan awal veabilitas yang berarti janin

dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

Pada kehamilan terdapat perubahan seluruh tubuh wanita, khususnya

pada alat genetalia eksterna dan interna serta pada payudara. Dalam hal ini

hormon somamotropin, estrogen, dan progesteron mempunyai peranan

penting. Perubahan-perubahan yang terjadi tidak hanya secara fisik namun

juga secara psikis. Wanita menjadi rentan dan perlu pengawasan agar

kehamilannya dapat berjalan dengan baik dan normal.

Dengan menganggap semua ibu memiliki resiko tinggi maka dilakukan

pengawasan kehamilan atau yang dikenal dengan ANC (Antenatal Care).

Dengan usaha ini ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas

munurun. Sedapat mungkin wanita tersebut diberi pengertian sedikit tentang

kehamilan serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan

dan nifas.

Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar wanita hamil

sampai akhir kehamilannya sekurang-kurangnya harus semuanya sehat atau

lebih sehat, dan jika ada kelainan harus dideteksi secara dini dan ditangani.

Oleh karena itu tenaga kesehatan, khususnya bidan, harus terampil dan

kompeten dalam memberikan asuhan antenatal pada ibu hamil dan dengan

ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya

diusahakan segera merujuk ke fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang

lebih memadai dan kompeten.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menggambarkan dan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

letak lintang pada Ny.D 34 tahun G2P1A0 hamil 35 – 36 minggu di Puskesmas

Kecamatan Kembangan tahun 2015 sesuai Standar Pelayanan Kebidanan dengan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menggambarkan dan melakukan pengkajian berupa data subjektif

yang didapat dari Ny.D selama kehamilan.

7

Page 3: Laporan Kasus Letli

b. Mampu menggambarkan dan melakukan pengkajian berupa data objektif

Ny.D selama kehamilan.

c. Mampu menegakkan diagnose berdasarkan data subjektif dan data

objektif dalam assesment pada kasus Ny.D selama kehamilan.

d. Menyusun perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi respon ibu

terhadap tindakan dan asuhan yang telah diberikan kepada Ny.D selama

kehamilan.

e. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.

C. MANFAAT

1. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan keterampilan dan dan kemampuan mahasiswa dalam

melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil.

b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam masyarakat.

c. Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanan pada ibu hamil

dengan letak lintang, dan mahasiswa mampu menganalisa keadaan

pada ibu hamil dengan letak lintang.

2. Bagi Institusi

a. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar.

b. Mendapatkan informasi terbaru yang berguna dalam pembelajaran

guna untuk meningkatkan wawasan dan mutu peserta didik.

c. Bekerjasama dalam menangani resiko yang mungkin dapat

membahayakan kehamilan.

3. Bagi Klien

a. Klien mengetahui kondisi kesehatannya maupun janin yang ada

dalam kandungan.

b. Klien memperoleh informasi penting guna meningkatkan

kesejahteraan janin dan kesehatan dirinya serta persiapan dalam

menghadapi persalinan.

c. Klien merasa tenang dalam menjalani kehamilannya.

8

Page 4: Laporan Kasus Letli

D. RUANG LINGKUP

Masalah yang dikaji pada laporan kasus ini adalah Asuhan

Kebidanan pada ibu hamil dengan letak oblig/melintang. Praktek klinik

kebidanan II pada Ny.D dengan diagnosa G2P1Ao hamil 35-36 minggu,

dilaksanakan di tempat pelayanan kesehatan yaitu di Puskesmas

Kecamatan Kembangan pada tanggal 13 Oktober 2015, yang ditujukan

untuk ibu hamil dengan cara pemberian Asuhan Antenatal Care (ANC)

untuk mengidentifikasi resiko dan komplikasi-komplikasi yang terjadi

pada ibu hamil, data yang diambil dengan cara data primer yaitu dengan

cara wawancara langsung pada klien / pasien ibu hamil pemeriksaan fisik

dengan cara infeksi, palpasi, auskultasi, dan pemeriksaan laboratorium,

yang mengacu pada format manajemen ibu hamil, dengan

pendokumentasian SOAP.

9

Page 5: Laporan Kasus Letli

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    Definisi

Yaitu keadaan bila sumbu panjang janin hampir tegak lurus sumbu

panjang ibu. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya

adalah letak lintang oblik, yang biasanya terjadi sementara karena kemudian akan

berubah menjadi posisi longitudinal / letak lintang pada persalinan. Di Inggris,

letak lintang oblik ini dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil. Biasanya

bahu berada diatas pintu atas panggul, kepala disalah satu fossa iliaka dan bokong

pada fossa iliaka yang lain.

Letak lintang ialah suatu kehamilan dimana letak janin melintang terhadap

rahim ibu, atau sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu.

Sesungguhnya tidak ada letak lintang sejati, atau letak lintang dimana sumbu

panjang janin dan ibu membentuk sudut 90ᵒ. Biasanya letak anak itu sedikit

miring, dengan bokong atau kepala yang lebih rendah mendekati pintu atas

panggul.

Letak lintang lebih penting artinya dibandingkan presentasi bokong, karena

pada umumnya letak lintang tidak dapat dilahirkan pervaginam sehingga jika

tidak mendapat pertolongan, akan menimbulkan bahaya besar baik terhadap anak

ataupun ibu.

B.     Klasifikasi Letak Lintang

Letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan:

1.      Letak kepala

a.      Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu

b.      Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu

2.      Letak punggung

a.      Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior

b.      Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior

c.       Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior

d.      Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior

10

Page 6: Laporan Kasus Letli

Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%.

Sedangkan di Indonesia sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara

daripada primipara, karena yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir

sama dengan kelainan yang menyebabkan presentasi bokong.

Namun harus dikemukakan satu faktor yang terpenting , yaitu jika ruang

rahim memberi kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin,

jika dinding uterus dan dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada

wanita grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.

C.    Etiologi

Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai

faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor – faktor

tersebut adalah :

a. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus,

plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.

b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah

mati.

c. Gemelli (kehamilan ganda)

d. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum

e. Lumbar skoliosis

f. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.

Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding

uterus dan perut yang lembek.

Penyebab utama :

- Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi

- Janin prematur

- Plasenta previa

- Uterus abnormal

- Cairan amnion berlebih

- Panggul sempit

Wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10x lebih besar

dari nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan

11

Page 7: Laporan Kasus Letli

uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi

menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik /

melintang.

Diagnosa

o Biasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan inspeksi saja.

o Pada inspeksi ditemukan abdomen biasannya melebar dan fundus uteri

membentang hingga sedikit diatas umbilicus

o Bagian bayi tidak ditemukan di fundus dan balotement kepala teraba pada

salah satu fossa iliaka dan bokong di fossa iliaka yang lain

o Pada vaginal touché : teraba dada bayi dikenali dengan adanya rasa

bergerigi dari tulang rusuk. Bila dilatasi semakin besar, scapula dan

klavikula pada sisi thorax yang lain akan dapat dibedakan.

D. Diagnosis

1.      Inspeksi       : Perut membuncit ke samping

2.      Palpasi

 -Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan

 -Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke

dalam pintu atas panggul

   -Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri

3.      Auskultasi    : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.

12

Page 8: Laporan Kasus Letli

4.      Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)

- Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk

menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.

- Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala

terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.

- Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.

- Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban

intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

E.  Mekanisme Persalinan Pada Letak Lintang

Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam

letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati

dan menjadi lembek atau bila panggul luas.

Beberapa cara janin lahir spontan    :

Evolutio Spontanea

a.      Menurut DENMAN

Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala..

13

Page 9: Laporan Kasus Letli

b.      Menurut DOUGLAS

Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong dan akhirnya kepala.

Conduplicatio Corpore

Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul kadang

– kadang oleh karena his, LL berubah spontan mengambil bangun semulka dari

uterus menjadi letak membujur, kepala / bokong namun hal ini jarang sekali

terjadi. Kalau LL dibiarkan maka bahu akan masuk kedapam panggul , turun

makin laama makin dalam kedalam rongga panggul terisi seluruhnya oleh badan

janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini disebut

dengan letak lintang kasep = neglected transverse lie

Adanya LL kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam : bila

tangan dimasukkan kedalam cavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta

dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah letak janin

14

Page 10: Laporan Kasus Letli

Gambar 4. Conduplicatio Corpore 

Bila tidak cepat diberikan pertolongan akan terjadi ruptura uteri dan janin

sebagian atau seluruhnya masuk kedalam rongga perut.

Pada LL biasanya

a.      Ketuban cepat pecahnya

b.      Pembukaan lambat jalannya

c.       Partus jadi lebih lama

d.      Tangan menumbung (20-50%)

e.       Tali pusat menumbung (10%)

F.   Penanganan Pada Letak Lintang

Saat Hamil

Pada saat hamil, pada usia kehamilan 34-36 minggu dapat dianjurkan untuk

dilakukan knee chest position sampai usia kehamilan >36 minggu. Setelah itu ,

jika masih dalam letak lintang, maka dapat dilakukan versi luar jika syarat

memenuhi

Saat Persalinan

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pertolongan persalinan pada letak

lintang, yaitu ketuban dan pembukaan.

Tingkat pertolongan

1.    Jika ketuban belum pecah, dan pembukaan masih kecil (<4cm), dapat dicoba

untuk. 

15

Page 11: Laporan Kasus Letli

Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi luar

pada primi dengan usia kehamilan 34-38 minggu, atau multi pada kehamilan 36-

38 minggu.

Dalam persalinan janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan:

  Versi dan ekstraksi

  Embriotomi (dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal

Syarat versi:

  Diameter pembukaan <4 cm

  Ketuban belum pecah

  Anak hidup

  Dapat lahir pervaginam

  Bagian terendah masih dapat didorong keatas

Kontra indikasi versi:

  Syarat tidak terpenuh

 Keadaan yang membahayakan ibu dan anak : plasenta previa/solution plasenta

hipertensi /preeklamsia cacat rahim

  Gemelli

  Tanda ruptura uteri imminens

  Primi tua

Menurut Eastman dan Greenhill.

-     Bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala

letak lintang, dengan anak hidup.

-   Semua primi gravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea

walaupun tidak ada panggul sempit.

-     Jika pembukaan 5cm Tunggu sampai hampir lengkap ketuban dipecahkan

2.   Namun jika pembukaan sudah besar, versi luar sangat tidak dianjurkan. Dalam hal

ini ketuban harus dijaga jangan sampai pecah dan ibu diminta berbaring miring

dan dilarang mengejan. Ditunggu sampai pembukaan lengkap, setelah lengkap ,

ketuban dipecahkan dan dilakukan versi ekstraksi.Versi yang dilakukan secara

kombinasi, dimana terdapat dua macam tindakan, yaitu versi , dan ekstraksi. Versi

ini dilakukan pada pembukaan lengkap.

Indikasi pada versi ekstraksi:

16

Page 12: Laporan Kasus Letli

  Anak kedua gemelli letak lintang

  Letak kepala dengan prolaps tali pusat

  Presentasi dahi

Kontra indikasi pada versi ekstraksi:

  Ruptur uteri

  Cacat rahim (bekas SC)

Syarat dilakukan versi ekstraksi

  Pembukaan lengkap

  Ketuban belum pecah/ baru pecah

  Janin belum masuk pintu atas panggul

   Dinding rahim harus rileks, karena itu harus dilakukan dalam keadaan narkose

umum.

3.  Jika ketuban sudah pecah, dan pembukaan belum lengkap, maka seksio sesarea

adalah jalan terbaik. Meskipun pada literatur lama mengatakan dapat ditunggu

sampai lengkap dan dilakukan versi ekstraksi, namun mungkin hal ini tidak

relevan lagi pada masa sekarang. 

4.  Jika pembukaan sudah lengkap, maka perlu diketahui apakah sudah terjadi letak

lintang kasep atau belum.

5.   Jika sudah terjadi letak lintang kasep, cara mengetahuinya adalah dengan

mencoba mendorong bagian terbawah janin, jika tidak dapat didorong lagi, maka

dapat ditegakkan diagnosis letak lintang kasep. Penatalaksanaanya adalah dengan

melihat anak hidup atau sudah mati.

6.  Jika anak masih hidup, maka segera dilakukan seksio sesarea. Namun jika anak

mati, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan embriotomi.

7. Jika belum terjadi letak lintang kasep, maka dapat dicoba untuk dilakukan versi

ekstraksi.

G.    Dampak Persalinan Lintang

Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak

di tangani dengan benar, dapat terjadi robekan rahim, dan akibatnya:

Bahaya bagi ibu

a.       Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat

b.      Infeksi

17

Page 13: Laporan Kasus Letli

c.       Ibu syok dan dapat mati

Bahaya bagi janin

d.       Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).

H.    Asuhan Kebidanan pada ibu dengan kehamilan Letak lintang

a. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisinya saat ini.

b. Menjelaskan kepada ibu tentang posisi janin ibu yang kemungkinannya janin

ibu letaknya melintang berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

c. Memberi contoh dan menganjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau

posisi lutut dada, setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5 menit, untuk

mengembalikan posisi bayinya menjadi presentasi kepala.

d. Menjelaskan kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang bisa

ditimbulkan dari kelainan letak lintang.

e. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG (pada dokter ahli

kebidanan yang telah ditunjuk oleh bidan) untuk memastikan letak janin dan

mengetahui penyebab dari letak lintang.

f. Merujuk ibu ke dr tersebut untuk penanganan selanjutnya.

g. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang dua minggu lagi atau jika ada

keluhan.

18

Page 14: Laporan Kasus Letli

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL

PADA NY.”D”, USIA 34 TAHUN, G2P1 A0, UK 35-36 MINGGU

DI PUSKESMAS KECAMATAN KEMBANGAN

Tanggal masuk : 13 Oktober 2015 Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Poli KIA No. Register : 669/15

I. PENGKAJIAN DATA

Tanggal : 13 Oktober 2015 Pukul : 09.00 WIB

1. Identitas

Nama Pasien : Ny. “D” Nama Suami : Tn. “B”

Umur : 34 tahun Umur : 37 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/ bangsa: Jawa/Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Komp. Minagapura RT 17 RW 01 Joglo

DATA SUBJEKTIF (S)

Ibu mengatakan saat ini tidak mempunyai keluhan. Ibu mengatakan saat

ini merupakan kunjungan yang keenam pada kehamilan ini di puskesmas

kecamatan Kembangan. Riwayat kehamilan saat ini merupakan kehamilan kedua

dan belum pernah mengalami keguguran sebelumnya, dan pergerakan janin saat

kehamilan ini adalah aktif. Riwayat menstruasi (HPHT) tanggal 6 Februari 2015,

lamanya haid 7 hari dengan siklus haid 28 hari (teratur), tafsiran persalinan pada

tanggal 13 November 2015. Ibu mengatakan anak pertamanya lahir tahun 2012

secara spontan, ditolong oleh bidan di puskesmas dengan jenis kelamin

perempuan dan berat badan lahir 2950gr. Ibu mengatakan sudah melakukan suntik

TT pada saat SD, kehamilan sebelumnya dan pada kehamilan saat ini. Ibu

mengatakan sebelumnya pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik. Riwayat

19

Page 15: Laporan Kasus Letli

kesehatan atau penyakit dahulu/sekarang/keturunan/keluarga, ibu mengatakan

bahwa ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, paru – paru, ginjal, hepatitis,

hipertensi, asma, diabetes millitus, dan tuberkulosis.

Aktivitas sehari – hari, kebutuhan nutrisi pola makan 3 kali sehari, jenis

makanan yang dikonsumsi berupa menu seimbang terdiri dari nasi, sayuran, lauk -

pauk, tidak ada jenis makanan yang tidak disukai dan tidak ada alergi pada jenis

makanan, serta perubahan porsi makannya sedikit tapi sering. Pola eliminasi

selama kehamilan yaitu BAB ±2 kali sehari, konsistensi setengah padat, BAK ±6

kali sehari, warna jernih.Pola istirahat selama kehamilan, ibu tidur malam sekitar

±6 jam, sedangkan tidur siang ±2 jam, keluhan yang di rasakan tidak ada.

Kebiasaan hidup sehari – hari ibu tidak mengkonsumsi obat – obatan/jamu, ibu

tidak alergi pada obat, tidak merokok, tidak minuman beralkohol dan tidak

menggunakan NAPZA. Aktivitas sehari – hari ibu adalah sebagai ibu rumah

tangga.Hubungan seksual selama kehamilan satu kali dalam seminggu dan tidak

ada keluhan yang dirasakan. Personal hygine mandi 3 kali sehari, ganti pakaian

dalam dan luar 3 kali sehari.

DATA OBYEKTIF (O)

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV

Tekanan darah : 100/70 mmhg

Denyut nadi : 82 x /mnt

Pernafasan : 20 x/mnt

Suhu : 36,6 º C

Pemeriksaan Antropometri

BB sebelumnya : 48 kg

BB sekarang : 57 kg

Tinggi badan : 155,5 cm

LILA : 25 cm

Cara berjalan : Tegap

20

Page 16: Laporan Kasus Letli

Postur tubuh : Normal

2.Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Kepala : Kulit bersih, rambut hitam, penyebaran

merata, rambut tidak rontok, tidak ada

ketombe, ikal.

Muka : bersih, segar, agak pucat, tidak ada kloasma.

Mata : Simetris, Konjungtivaagak pucat, sklera putih

tidak ikterus, reflek pupil baik.

Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak

ada perdarahan.

Mulut : Bibir tidak pucat, bersih, tidak ada karies gigi,

gusi tidak berdarah, bibir segar, tidak

sariawan.

Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada

perdarahan.

Dada : pernafasan teratur, tidak sesak nafas, tidak ada

pigeon ches maupun funnel ches.

Mammae : Simetris, puting menonjol, tampak

hiperpigmentasi areola dan papila mammae.

Abdomen : Bersih, tidak ada luka bekas operasi, terdapat

linea nigra, striae lifidae dan striae albican,

pembesaran perut sesuai usia kehamilan.

Ekstremitas : Simetris, tidak ada sindaktili maupun

polidaktili, Tidak ada odema, tidak tampak

varises, gerakan bebas.

b. Palpasi

Kepala : Tidak ada benjolan abnormal

Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis.

21

Page 17: Laporan Kasus Letli

Axila : Tidak ada tumor disekitar ketiak, ketiak kiri

dan kanan tidak ada pembesaran kelenjar

limfe dan nyeri tekan.

Mammae : Tidak ada benjolan abnormal pada kedua

payudara, kolostrum sudah keluar.

Abdomen :

- Leopold I : Fundus teraba kosong.

- Leopold II: Pada bagian perut kanan ibu teraba bulat,

dan lunak (bokong). Pada bagian perut kiri ibu

teraba bulat, keras, dan melenting (kepala).

- Leopold III : Bagian terendah janin teraba kosong.

- Leopold IV : -

- TFU : 32 cm

TBJ : (32-11) x 155 = 3255 gram

c. Perkusi

Reflek patella + / +

d. Auskultasi

Dada : Tidak ada wheezing dan ronchi.

DJJ :141 x/menit (punctum maximum 2 jari dibawah

umbilikus sebelah kiri)

Pemeriksaan Laboratorium

- Hb : 11,7 gr %

- Albumin urine : (negatif)

- Reduksi urine : (negatif)

ANALISA (A)

G2P1A0 35-36 minggu dengan posisi oblique. Janin tunggal, hidup, intrauterin

presentasi punggung.

PENATALAKSANAAN (P)

Tanggal : 13 Oktober 2015 Pukul : 09.30 WIB

1) Membina hubungan baik dengan cara :

22

Page 18: Laporan Kasus Letli

a. Mempersilahkan pasien masuk, menjawab salam, dan

mempersilahkan duduk.

b. Memberi senyum, sapa, menciptakan suasana santai,

bersahabat, dan sabardalam mengahapi pasien.

c. Menjaga privasi pasien

d. Mendengarkan keluhan dan perkataan klien dengan penuh

perhatian.

2) Menjelaskan pada ibu tujuan pemeriksaan kehamilan agar kehamilan

berakhir dengan :

a. Keadaan bayi yang sehat fisik maupun mental

b. Ibu dalam keadaan selamat tanpa mengalami penyakit yang

berarti

3) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa umur

kehamilannya 35-36 minggu, dengan letak lintang, keadaan ibu dan

janin baik.

4) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG (pada dokter

ahli kebidanan yang telah ditunjuk oleh bidan) untuk memastikan

letak janin dan mengetahui penyebab dari letak lintang.

5) Menjelaskan kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang

bisa ditimbulkan dari kelainan letak lintang.

6) Menganjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau posisi lutut dada,

setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5 menit, untuk

mengembalikan posisi bayinya menjadi presentasi kepala.

7) Memberikan tablet Fe yang diminum 1x/hari untuk mencegah

anemia pada ibu, sebaiknya diminum pada malam hari untuk

menghindari mual.

8) Menginformasikan tanda bahaya dalam kehamilan TM III

-Perdarahan pervaginam

Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah

keluarnya cairan yang berwarna seperti darah, jumlah banyak, dan

disertai dengan rasa nyeri, perdarahan ini bisa berarti abortus. Pada

kehamilan lanjut adalah keluar darah yang banyak tapi kadang-

23

Page 19: Laporan Kasus Letli

kadang dan tidak selalu disertai rasa nyeri. Perdarahan ini bisa

berarti kelainan pada plasenta.

-Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang hebat pada kehamilan adalah gejala dari pre-

eklamsi.

-Gangguan penglihatan

Penglihatan kabur, cepat lelah, dan nafsu makan menurun dapat

mengarah ke anemia.

-Bengkak pada muka dan tangan dapat mengarah ke pre-eklamsi.

-Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah mengancam

keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap, dan tidak

hilang setelah istirahat.

-Janin kurang bergerak seperti biasanya

Janin harusnya bergerak paling sedikit 10 kali dalam sehari. Tidak

adanya gerakan bukan selalu pertanda buruk. Bisa saja janin saat itu

tengah tertidur nyaman dalam rahim ibu (sleeping baby)

9) Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan meliputi :

- Keluarnya lendir bercampur darah

Selama kehamilan bayi anda tersumbat dalam rahim oleh mucus

(gumpalan lendir yang lengket pada leher rahim). Saat persalinan

dimulai dan cervix mulai membuka, gumpalan mucus tadi terhalau.

Pada saat bersamaan, membran yang mengelilingi bayi anda dan

cairan amniotik agak memisah dari dinding rahim. Penampakan

dari darah dan mucus yang keluar tampak bagai cairan lengket

berwarna merah muda ini merupakan tanda anda segera akan

menjalani proses persalinan.

- Pecahnya ketuban

Cairan yang menyembur atau merembes dari vagina menandakan

lapisan kantong ketuban yang menyelimuti dan melindungi bayi

anda telah pecah. Hal ini dapat terjadi beberapa jam sebelum atau

24

Page 20: Laporan Kasus Letli

pada saat proses persalinan. Sebagian besar persalinan terjadi tidak

lebih dari 24 jam setelahnya.

- Kontraksi yang teratur, meningkat, dan bertambah sakit bila untuk

beraktivitas.

Mulanya, kontraksi tersasa seperti sakit pada punggung bawah,

yang berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut. Beberapa

menggambarkannya mirip dengan mulas saat haid. Saat mulas

bergerak kebagian perut dengan tangan dapat anda rasakan bagian

perut tersebut mengeras. Kejangnya mirip kontraksi Braxton Hicks

(kontraksi palsu), namur terasa teratur, semakin seiring dengan

kemajuan proses persalinan. Rahim tersusun oleh otot-otot

longitudinal involuntary, yaitu otot-otot yang tak dapat anda

kontrol sesuka hati. Selama proses melahirkan, otot-otot tersebut

semakin menebal dan memendek seiring dengan setiap kontraksi,

dan saat itu juga otot-otot itu berangsur-angsur berhenti menipis,

atau menghapus cervix. Proses ini berlanjut hingga pembukaan

cervix menjadi penuh, ukuran lebarnya antara 8-10 cm. Dewasa ini

besarnya bukaan tidak lagi diukur dengan jari. Lima jari berarti

bukaan penuh.

Tahap awal dilatasi dari 1-4 cm berlangsung paling lama. Kontraksi

perlahan dan muncul setiap 15-20 menit, lalu berangsur menguat

dan semakin sering sehingga menjadi setiap tiga hingga lima menit,

yang membuat anda merasa tak nyaman. Bila air ketuban anda

belum pecah, lebih baik mendatangi rumah sakit begitu kontraksi

terasa setiap 10 menit. Begitu dilatasi servix mencapai 4 hingga 5

cm, kontraksi akan terasa semakin cepat hingga seperti muncul

bergelombang. Untuk mengatasinya ambillah nafas pendek-pendek

namun cepat, dan waktu untuk menarik nafas diantaranya akan

terasa sangat singkat. Bisa dikatakan inilah masa terberat

melahirkan, yang bisa membuat anda ingin memperoleh obat

penghilang nyeri.

25

Page 21: Laporan Kasus Letli

10) Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan persalinan di RS dengan

pertolongan dokter, demi keselamatan ibu dan bayi karena letak bayi

lintang.

11) Menganjurkan ibu untuk kembali lagi 1 minggu atau bila ada

keluhan, untuk mengetahui kemajuan kehamilan.

BAB IV

PEMBAHASAN

A.Pengkajian Data Subjektif

Pada pengkajian data subjektif ibu hamil didapatkan dengan melakukan

anamnesa atau wawancara. Dalam pemeriksaan ini penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dengan yang ada. Sesuai dengan yang diutarakan pada

teori, pengkajian data subjektif diperoleh dari anamnensa dan wawancara secara

langsung kepada pasien. Hasil pengkajian data subjektif pada Ny. D usia 34

tahun, mengatakan ini kehamilannya yang ke-2 dan belum pernah keguguran

sebelumnya. Pada proses anamnesa tersebut pun didapatkan ibu tidak memiliki

riwayat penyakit kronis, tidak sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu atau

jamu-jamuan dan tidak memiliki riwayat operasi sc sebelumnya. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa kehamilan Ny. D bukan merupakan

kehamilan dengan resiko tinggi.

B. Pengkajian Data Objektif

Dari hasil pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik pada Ny. D tidak

ditemukan sesuatu yang dianggap tidak normal. Jika diliat dari pemeriksaan

secara inspeksi pada bagian abdomen terlihat perut membesar ke samping. Pada

palpasi abdomen didapatkan pada pemeriksaan leopold di bagian fundus teraba

kosong, bagian kanan teraba kepala dan bagian terendah janin kosong. Pada

pemeriksaan dengan auskultasi ditemukan denyut jantung janin berada pada

setinggi pusat sebelah kanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut

menunjukkan bahwa di kehamilan trimester III pada Ny. D posisi

oblique/melintang pada usia kehamilan 35-36 minggu.

C. Analisa

26

Page 22: Laporan Kasus Letli

Berdasarkan data subjektif yang dikaji langsung oleh penulis mengenai

pengakuan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu bahwa ini adalah

kehamilan yang kedua, pernah melahirkan satu kali dan tidak pernah mengalami

keguguran, serta usia kehamilan yang dirasakan oleh Ny.D adalah 35-36 minggu

yang sesuai HPHT pada tanggal 6 Februari 2015, yang mana dapat ditentukan

pula taksiran persalinan dengan menggunakan rumus Neagle (HPHT  hari +7,

bulan -3, tahun +1) yaitu pada tanggal 13 November 2015. Disamping itu penulis

juga melakukan palpasi dan mengukur TFU yang tidak sesuai dengan kehamilan

normal karena pada hasil leopold di bagian fundus dan bagian terendah janin

teraba kosong serta ditegakkan dengan diangnosa pada hasil USG. Demikian

berdasarkan data subjektif dan objektif diatas maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa Ny.D G2P1A0 hamil 34 – 35 minggu dengan letak oblique,

janin tunggal hidup intra uterin presentasi punggung.

D.Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan oleh penulis kepada Ny.D salah satunya adalah

dengan melakukan pemeriksaan  palpasi guna meyakinkan letak bayi dalam

kandungannya dan menganjurkan kepada ibu untuk melakukan USG untuk

memastikan diagnosa penyebab letak janinnya melintang. Selain itu penulis

memberikan konseling pada ibu seperti tanda bahaya kehamilan, persiapan

persalinan dan tanda – tanda persalinan. Ny. D dianjurkan untuk melakukan

kneechest atau posisi lutut dada, setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5

menit, dengan harapan dapat mengembalikan letak janinnya menjadi presentasi

kepala dan merujuk melakukan persalinan di rumah sakit dengan dokter. Karena

persalinan tidak dapat dilakukan secara pervaginam dikarenakan banyak

komplikasi yang akan ditimbulkan pada ibu dan janin karena kelainan letak

lintang.

27

Page 23: Laporan Kasus Letli

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari kesimpulan data kegiatan yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan :

1. Pada pengkajian data subjektif Ny. D sudah sesuai dengan teori

pendokumentasian SOAP dengan langkah melakukan anamnesa dan

dengan melihat riwayat persalinan ibu melalui data pada buku KIA.

Pada tahap ini dapat diselesaikan dengan baik karena ibu kooperatif

dengan bidan dan mahasiswi terbukti dengan ibu menjawab

pertanyaan-pertanyaan dengan baik.

2. Pada pengkajian data objektif Ny. D sudah sesuai dengan teori

pendokumentasian SOAP dengan langkah melaukakn pemeriksaan

tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik. Pada tahap ini dapat

diselesaikan dengan baik dan dalam hasil pengkajian data objektif

ditemukakn adanya masalah pada palpasi dan pengukuran TFU

sehingga kehamilan Ny. D dikatakan patologis.

3. Intepretasi data telah dilakukakn mengacu pada teori-teori yang ada

oleh karena itu, maka diagnosa ibu adalah Ny. D G2P1A0 hamil 35-

36 minggu janin hidup, tunggal, intrauterine dengan letak lintang.

Dengan diagnosa tersebut dapat dikatakan kehamilan Ny. D patologis

namun ibu dalam keadaan baik dan sehat.

4. Perencanaan yang dilakukan bidan sudah sesuai dengan standar

asuhan kebidanan yang ada pada kebutuhan ibu yang sesuai dengan

teori.

28

Page 24: Laporan Kasus Letli

B. SARAN

1. Bagi Puskesmas

Pelayanan yang telah diberikan pada klien sudah cukup baik, hendaknya agar

terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan deteksi dini,

komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kepada klien.

2. Bagi mahasiswa

a. Sebagai seorang mahasiswa sudah seharusnya meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya dengan banyak membaca dan sering berlatih. Sehingga bukan

hanya pandai dalam hal teknis tetapi juga dalam hal non teknis.

b. Dalam studi kasus ini adalah gambaran bagaimana peran bidan dalam

memberikan asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

Hendaknya akan dapat diaplikasikan pada masyarakat dengan baik.

29

Page 25: Laporan Kasus Letli

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.1994.Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga.Jakarta:Pusdiknakes

Kusmiyati Y.2010 Asuhan Kehamilan Ed.2.Yogyakarta:Fitrimaya

Mansjoer, Arief dkk. 1999.Kapita Selekta Kedokteran.Media Askulpius UI:Jakarta

Manuaba.1998.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC

Manuaba.2010.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan edisi 2. Jakarta:EGC

Mochtar,R. 1998.Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Prawiroharjo,S. 2002. Ilmu Kebidanan, Jakarta: EGC

Sastrawinata,S.1983.Obstetri Fisiologi.Bandung: UNPAD Bandung

Varney,Hellen dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4.vol I. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Hanifa.1999. Ilmu Kebidanan Edisi 3 cetakan ke 5. Jakarta: YBPSP

S. A. Goelam. arts. Imu Kebidanan. Balai Pustaka Djakarta. 1958

Obstetri Patologi. (1984). Bandung: Bag. Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD

Bandung.

Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri :

Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta.

Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar – dasar

Obsteri & Ginekologi. Hipokrates. Jakarta

30