laporan kasus marsela

36
LAPORAN KASUS KEJANG PADA DEMAM TIFOID PEMBIMBING dr. DYANI KUSUMOWARDHANI, Sp. A Disusun oleh: MARSELA 406137013 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Upload: marsela

Post on 07-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Marsela

LAPORAN KASUS

KEJANG PADA DEMAM TIFOID

PEMBIMBING

dr. DYANI KUSUMOWARDHANI, Sp. A

Disusun oleh:

MARSELA

406137013

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak

RSPI Prof Dr Sulianti Saroso

Periode 31 Agustus – 7 November 2015

Page 2: Laporan Kasus Marsela

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat

dan kuasa-Nya yang dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul “Kejang pada Demam Tifoid“.

Tugas laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan

Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

periode 31 Agustus – 7 November 2015 di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso serta

agar dapat menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

- dr. Dyani Kusumowardhani, Sp.A, sebagai pembimbing

- dr. Dedet Hidayat, Sp.A

- dr. Desrinawati, Sp.A

- dr. Dewi Murniati, Sp.A

- dr. Ernie Setyawati, Sp.A

- dr. Rismali Agus, Sp.A

- dr. Sri Sulastri, Sp.A

Saya menyadari bahwa tugas laporan kasus ini jauh dari sempurna dan untuk

itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga tugas case ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, atas segala perhatian dan dukungannya, saya ucapkan terima

kasih.

Jakarta, September 2015

Penyusun

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 1

Page 3: Laporan Kasus Marsela

PRESENTASI KASUS

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO

IDENTITAS MAHASISWA

Nama Lengkap : Marsela

NIM : 40617013

Periode : 31 Agustus – 7 November 2015

Pembimbing : dr. Dyani Kusumowardhani, Sp.A

Topik : Kejang pada Demam Tifoid

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Sakira Ramadon

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 6 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jalan Budi Mulia, Jakarta

Pendidikan : TK A

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. Oktavianto

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Karyawan swasta

Pendidikan terakhir : SMA

Alamat : Jalan Budi Mulia, Jakarta

Agama : Islam

Bangsa/ Suku : Jawa

Nama Ibu : Ny. Ratna

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan terakhir : SMA

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 2

Page 4: Laporan Kasus Marsela

Alamat : Jalan Budi Mulia, Jakarta

Agama : Islam

Bangsa/ Suku : Jawa

Hubungan dengan orang tua : anak kandung.

ANAMNESA

Tanggal masuk rumah sakit : 12 September 2015

Tanggal pemeriksaan : 14 September 2015

Diambil dari : Alloanamnesa (Ibu pasien)

Keluhan Utama : Kejang

Keluhan Tambahan : Demam

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang diantar oleh orang tuanya ke IGD RSPI Sulianti Saroso dengan

keluhan kejang 2 jam SMRS. Kejang berlangsung lebih kurang 3 menit, dengan

tangan dan kaki terbujur kaku, mata melirik ke kiri dan kanan. Setelah sadar,

pasien menangis. Tidak berulang dalam 24 jam. Kejang disertai demam (ibu

pasien tdak tahu), ibu pasien mengaku bahwa pasien sudah mengalami demam

sejak 3 hari SMRS. Demam muncul hilang timbul dan dirasakan naik turun,

dengan suhu yang semakin lama semakin tinggi. Demam terutama di sore -

malam hari, dan turun dengan obat penurun panas, namun suhu tubuh naik

kembali beberapa saat kemudian. Batuk (+), dahak (+) namun tidak dapat

dikeluarkan, darah(-). Pilek (-). Mual (-). Muntah (+). Muntah 5x dalam sehari.

Muntah berisi makanan kurang lebih 150cc setiap muntah. Darah (-). Riwayat

kontak dengan pasien TB disangkal ibu pasien. Pasien tidak ada riwayat makan

atau jajan di luar rumah. Pasien tidak pernah keluar kota 1 bulan terakhir. Pasien

tidak ada keluhan mimisan, gusi berdarah. Nafsu makan dan minum pasien

menurun semenjak sakit. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 3

Page 5: Laporan Kasus Marsela

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien belum pernah kejang sebelumnya. Pasien tidak mempunyai riwayat

penyakit jantung, alergi obat dan makanan, asma, dan trauma kepala.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ayah pasien pernah mengalami kejang saat berusia sama seperti pasien.

Tidak ada riwayat asma, flek paru, alergi obat & makanan dalam keluarga.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PEMERIKSAAN PRENATAL

Ibu memeriksakan kehamilan di puskesmas secara teratur kurang lebih

setiap bulannya selama masa kehamilan. Riwayat penyakit, riwayat perdarahan,

riwayat trauma dan riwayat konsumsi obat-obatan serta jamu disangkalnya. Ibu

mengaku hanya mengkonsumsi vitamin yang dianjurkan bidan selama kehamilan.

Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.

RIWAYAT PERSALINAN

Bayi perempuan lahir dari ibu G2P2A0 dengan masa gestasi cukup bulan,

secara section cecaria atas indikasi kala 2 macet.. Bayi lahir langsung menangis

keras dengan berat badan lahir 2600 gram, panjang badan lahir 47 cm.

Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir section cecaria.

RIWAYAT IMUNISASI DASAR

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien telah menjalani imunisasi yang

lengkap sesuai dengan jadwal.

Imunisasi dasar Umur

Hepatitis B 0 0 bulan

BCG, Polio 1 1 bulan

DPT/HB 1, Polio 2 2 bulan

DPT/HB 2, Polio 3 3 bulan

DPT/HB 3, Polio 4 4 bulan

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 4

Page 6: Laporan Kasus Marsela

Campak -

RIWAYAT PERTUMBUHAN

Ibu pasien sering memeriksakan pasien ke posyandu dan mengaku setiap

pemeriksaan, berat badan dan panjang badan pasien selalu bertambah.

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi pertama : 4 bulan

Gangguan perkembangan mental dan emosi (-)

Psikomotor :

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 6-7 bulan

Berdiri sendiri : 8-9 bulan

Berjalan : 12 bulan

Berbicara : mama papa 15 bulan

RIWAYAT MAKAN DAN MINUM

ASI diberikan sampai usia anak 12 bulan serta diberikan tambahan berupa

susu formula sejak 6 bulan hingga saat ini.

Umur

(bulan)

ASI P.A.S.I

(Susu

Formula

SGM)

Buah /

bubur

susu

Nasi tim Makanan

keluarga

0-6 √ -

6-12 √ √

12-18 - √ √

18-24 - √ - √

24-72 - √ - - √

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 5

Page 7: Laporan Kasus Marsela

Jenis makanan Frekuensi

Nasi 3x/hari

Sayur Sering hampir setiap hari

Daging Jarang

Ikan Sering

Telur Sering

Tempe / tahu Jarang (tidak suka)

Susu Setiap hari

Kesan : kuantitas dan kualitas makanan saat ini cukup baik.

RIWAYAT KELUARGA

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayah bernama Tn.

Oktavianto, 30 tahun, dan ibu bernama Ny. Ratna, 26 tahun. Ayah bekerja sebagai

karyawan swasta dengan penghasilan 3 juta perbulan sedangkan ibu bekerja

sebagai ibu rumah tangga.

DATA PERUMAHAN

Pasien tinggal di Budi Mulia bersama kedua orang tua di rumah tingkat

satu yang berukuran 6 m x 5 m, dengan 1 kamar mandi dan 1 kamar tidur. Rumah

cukup ventilasi dan pencahayaan. Keadaan lingkungan rumah padat.

PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan di Bangsal Nusa Indah 1 pada tanggal 14 September 2015 pukul 7.00

WIB

Kesan Umum : Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis

Tanda Vital :

Suhu : 38,5oC

Nadi : 110x/menit, regular, isi cukup

Laju Nafas : 30x/menit, abdomino-thoracal

Kepala : Normochepal, tidak teraba benjolan, tidak ada kelainan di

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 6

Page 8: Laporan Kasus Marsela

kulit kepala, ubun-ubun besar datar

Rambut : hitam, tampak terdistribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : kedudukan bola mata simetris, edema periorbital (-/-),

conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat,

isokor, diameter +/- 3mm, reflex cahaya (+/+)

Hidung : bentuk normal, simetris, sekret (-/-)

Telinga : bentuk dan ukuran normal, liang telinga lapang, secret

(-/-),serumen (-/-), nyeri tekan aurikel (-/-), nyeri tekan

tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)

Mulut : bibir kering (+) , mukosa merah muda, lidah kotor (-),

faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 hiperemis

Leher : simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-)

Thorax : dinding thorax normal dan simetris

Cor :

o Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak

o Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCLS

o Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :

o Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris kanan-kiri saat

inspirasi dan ekspirasi, retraksi dinding dada (-)

o Auskultasi : suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, ronkhi

(-/-), wheezing (-/-)

Abdomen :

o Inspeksi : datar

o Auskultasi : bising usus (+) normal

o Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen

o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor baik, hepar dan lien tidak

teraba membesar

Kulit : turgor kembali cepat

Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan

Anorektal : tidak ada kelainan

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 7

Page 9: Laporan Kasus Marsela

Extremitas : akral hangat + + , oedem (-), deformitas (-),

+ +

sianosis (-) , ikterik (-), CRT<2”

Pemeriksaan neurologis:

Rangsang meningeal

Kaku kuduk : (-)

Brudzinski I dan II : (-)

Kerniq : (-)

Laseque : (-)

Reflek fisiologis

Biceps : +/+ normal

Triceps: +/+ normal

Patella : +/+ normal

Tumit : +/+ normal

Reflek patologis: (-)

Data Antropometri :

Anak perempuan usia : 6 tahun

Berat badan : 16 kg

Panjang badan : 103 cm

IMT : 15,09 kg/m2

Status gizi : gizi baik

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 8

Page 10: Laporan Kasus Marsela

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 9

Page 11: Laporan Kasus Marsela

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 10

Page 12: Laporan Kasus Marsela

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin tanggal 12 September 2015 saat di IGD

Hematologi Nilai Nilai normal

Leukosit 8,1 5,0 – 14,5 ribu/uL

Eritrosit 5,02 3,80 – 5,80 juta/uL

Hb 11,9 10,8 – 15,6 g/dL

Ht 36 33 – 45 %

Trombosit 251 184 – 488 ribu/uL

MCV 71 72 – 88 fL

MCH 24 22– 34 pq

MCHC 33 32 – 36 g/dL

Glukosa sewaktu 95 74-106 mg/dl

Hitung Jenis

Basophil 0 0-1 %

Eosinophil 0 1-5 %

Batang 2 3-6 %

Segmen 70 25-60 %

Limfosit 25 25-50 %

Monosit 3 1-6 %

LED 64 0-20 mm

Kimia lain

Natrium darah 131 135-147 mmol/L

Kalium darah 4,44 3,50-5,0 mmol/L

Chloride 93 95-105 mmol/L

A : Kejang Epilepsi ???

KDS dan ISPA

P : IVFD RL 15 TPM

Ceftriaxon IV 2x500mg

Paracetamol syr PO 3x 2 Cth

Stesolid 10 mg supp

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 11

Page 13: Laporan Kasus Marsela

RIWAYAT RAWAT INAP

Perawatan hari

ke -S O A P

3

Demam (+) hari ke 6 ,

kejang (-) , mual (-),

muntah (-), batuk (+) ,

dahak (+), darah (-). Pilek

(-). BAK 1X dari malam

sampai pagi ini. BAB (-)

dari kemarin. Nafsu

makan dan minum masih

menurun

KU : TSS

Kesadaran : CM

T : 37.1 ˚C

N : 122x/menit

RR : 28x/menit

BB : 16 kg

Status gizi : baik

Mulut : bibir

kering (+)

Observasi

kejang

demam

IVFD KAEN

3B 20 tpm

Cefixime syp 2

x 1 cth

Paracetamol

syp 3 x 1,5 cth

Diazepam 3 x 3

mg (pulv)

Ambroxol 3 x

½ cth

Diet Lunak

4

Demam (+) hari ke 7,

kejang (-) , mual (-),

muntah (-), batuk (+) ,

dahak (+), darah (-). Pilek

(-). BAK 4X dari malam

sampai pagi ini. BAB (-)

hari ke 2. Pusing (+).

Nafsu makan dan minum

membaik

KU : TSR

Kesadaran : CM

T : 38,5 ˚ C

N : 110x/menit

RR : 30x/menit

BB : 16 kg

Status gizi : baik

Mulut : bibir

kering (-)

Mantoux (-)

Observasi

kejang

demam

IVFD KAEN

3B 20 tpm

Cefixime syp 2

x 1 cth (jika

IgM Salmonella

(+) ganti

ceftriakson 1 x

1,5 g IV)

Paracetamol

syp 3 x 1,5 cth

Diazepam 3 x 3

mg (pulv) (bila

suhu > 38˚C)

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 12

Page 14: Laporan Kasus Marsela

Ambroxol 3 x

½ cth

Ranitidin 2 x 15

mg

Rencana UL,

FL, IgM

Salmonella

Diet lunak

5

Demam (-) . batuk (+)

membaik. Pilek (-). BAK

normal. BAB (-) hari ke

3. Perut kembung (+)

Nafsu makan dan minum

baik

KU : TSR

Kesadaran : CM

T : 36,8 ˚ C

N : 128x/menit

RR : 25x/menit

BB : 16 kg

Status gizi : baik

Mantoux (-)

IgM Salmonella

(+)

Tifoid Fever IVFD KAEN

3B 20 tpm

Ceftriakson 1 x

1,5 g IV (hari

ke 2)

Paracetamol

syp 3 x 1,5 cth

Diazepam 3 x 3

mg (pulv) (bila

suhu > 38˚C)

Ambroxol 3 x

½ cth

Ranitidin 2 x 15

mg

Diet lunak

6

Batuk (+). Dahak (-).

Pilek (-). BAB (+). Padat

(+). Kuning kecokelatan,

darah (-), lendir (-). Perut

kembung (-)

KU : TSR

Kesadaran : CM

T : 36,1 ˚ C

N : 110x/menit

RR : 27x/menit

BB : 16 kg

Tifoid Fever IVFD KAEN

3B 20 tpm

Ceftriakson 1 x

1,5 g IV (hari

ke 3)

Paracetamol

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 13

Page 15: Laporan Kasus Marsela

Status gizi : baik

Mantoux (-)

IgM Salmonella

(+)

syp 3 x 1,5 cth

Ambroxol 3 x

½ cth

Diet lunak

7 Sudah tidak ada keluhan

KU : TSR

Kesadaran : CM

T : 36,1 ˚ C

N : 110x/menit

RR : 24x/menit

Tifoid Fever IVFD KAEN

3B 20 tpm

Ceftriakson 1 x

1,5 g IV (hari

ke 4)

Diet lunak

8Sudah tidak ada keluhan

Rencana pulang

KU : TSR

Kesadaran : CM

T : 36,1 ˚ C

N : 110x/menit

RR : 24x/menit

Tifoid Fever IVFD KAEN

3B 20 tpm

Ceftriakson 1 x

1,5 g IV (hari

ke5)

Diet lunak

Pemeriksaan penunjang tanggal 15 September 2015

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 14

Page 16: Laporan Kasus Marsela

IMUNOSERO LAIN Hasil Nilai normal

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 15

Page 17: Laporan Kasus Marsela

Salmonella typhi IgM (+) Positif Negatif

Salmonella typhi IgG TAP Negatif

PARASITOLOGI

MAKROSKOPIS

Warna Coklat --

Konsistensi Lunak --

Lendir - --

Darah - --

MIKROSKOPIS

Sisa pencernaan - --

Lemak - --

Karbohidrat - --

Serat-serat - --

Leukosit - 0-2 / LPB

Eritrosit - 0-2 / LPB

Parasit - Negatif

Telur cacing - Negatif

jamur - Negatif

URINALISA

Berat jenis 1,010 1,015-1,025

pH 8,5 4.8-7,4

Leukosit esterase - Negatif

Nitrit - Negatif

Albumin - Negatif

Glukosa - Negatif

Keton - Negatif

Urobilinogen - <=1

Bilirubin - Negatif

darah - Negatif

SEDIMEN MIKROSKOPIS

Eritrosit - < 3

Leukosit - Negatif

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 16

Page 18: Laporan Kasus Marsela

Silinder - 0-1

Epitel - Negatif

Bakteri - Negatif

Kristal - Negatif

MAKROSKOPIS

Warna Kuning --

Kejernihan Jernih --

Lain-lain - --

FOTO THORAX PA

Kesan : curiga TB

RESUME

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 17

Page 19: Laporan Kasus Marsela

Telah diperiksa seorang anak perempuan dengan usia 6 tahun. Datang

dengan keluhan kejang 2 jam SMRS. Kejang berlangsung kurang lebih 3 menit

dengan tangan dan kaki terbujur kaku, mata melirik ke kiri dan kanan. Setelah

sadar, pasien menangis. Tidak berulang dalam 24 jam. Kejang disertai demam

(ibu pasien tidak tahu). Demam sejak 3 hari SMRS. Demam muncul hilang timbul

dan dirasakan naik turun, dengan suhu yang semakin lama semakin tinggi.

Demam terutama di sore - malam hari, dan turun dengan obat penurun panas,

namun suhu tubuh naik kembali beberapa saat kemudian. Batuk (+), dahak (+)

namun tidak dapat dikeluarkan . Muntah (+). Muntah 5x dalam sehari. Muntah

berisi makanan kurang lebih 150cc setiap muntah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang;

kesadaran compos mentis; tanda-tanda vital suhu 38,5oC, nadi 110x/menit, laju

nafas : 30x/menit l mulut: bibir kering(+). Status gizi: gizi baik.

Pada pemeriksaan penunjang tanggal 12 September 2015 ditemukan MCV 71 ,

LED 64, Natrium darah 131, Chloride 93. Pada tanggal 15 September 2015

Salmonella typhi IgM (+) Positif. Foto thorax PA kesan curiga TB.

Diagnosa Utama Kejang e.c demam tifoid. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa berupa tirah baring, asupan makanan dan minuman yang

adekuat (Diet makanan lunak), jika demam dikompres. Medikamentosa berupa

IVFD KAEN 3B 20 tpm, Ceftriakson 1 x 1,5 g IV, Paracetamol syp 3 x 1,5 cth,

Diazepam 3 x 3 mg (pulv) (bila suhu > 38˚C), Ambroxol 3 x ½ cth, Ranitidin 2 x

15 mg.

Prognosis Ad vitam ad bonam, Ad funtionam ad bonam, Ad sanationam

dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 18

Page 20: Laporan Kasus Marsela

Berdasarkan kepustakaan definisi kejang demam adalah bangkitan kejang

yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan

oleh suatu proses ekstrakranium.1 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur

6 bulan-5tahun.1 Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun

mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi

SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.1 Epilepsi adalah

gangguan kronik otak dengan ciri-ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam

serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel

saraf.2 Pada pasien ini kejang terjadi pertama kali pada usia 6 tahun, didahului

oleh demam selama 3 hari sebelum kejang. Namun pada pemeriksaan neurologis

tidak didaptkan kelainan. Pada perawatan hari ke 5 hasil laboratorium

menunjukan IgM Salmonella (+) yang menandakan infeksi yang menyebabkan

demam karena infeksi salmonella (tifoid). Maka pada pasien dapat disingkarkan

adanya kemungkinan infeksi SSP dan bangkitan epilepsy.

Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15

menit, bersifat umum (tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal), serta tidak

berulang dalam 24 jam.1 Sedangkan menurut Fukuyama Kejang Demam

Sederhana (KDS) adalah pada keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy,

sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun, serangan KD

yang pertama terjadi antara usia 6 bulan - 6 tahun, lamanya kejang berlangsung

tidak lebih dari 20menit, kejang tidak bersifat fokal, tidak didapatkan gangguan

atau abnormalitas pasca kejang, sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas 

neurologist atau abnormalitas perkembangan, kejang tidak berulang dalam waktu

singkat dan KD yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut diatas digolongkan

sebagai KD jenis kompleks.3 Pada pasien ini usianya 6 tahun, kejang pertama,

tidak ada riwayat epilepsy dan kelainan neurologis sebelum kejang, kejang

berlangsung kurang lebih 3 menit dengan tangan dan kaki terbujur kaku, mata

melirik ke kiri dan kanan. Setelah sadar, pasien menangis. Tidak berulang dalam

24 jam. Maka pada kasus ini dapat dikategorikan Kejang Demam Sederhana.

 Menurut Gerber dan Berliner pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan,

dan dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab demam,

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 19

Page 21: Laporan Kasus Marsela

seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level III, rekomendasi

D).4 Sedangkan menurut AAP pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk

menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya

meningitis bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %. Pada bayi kecil sering manifestasi

meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan

pada:5

1. Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan dilakukan

2. Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan

3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin Bila yakin bukan meningitis secara klinis

tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada

pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan ( level II-2,

rekomendasi E).5

Pada pasien ini pemeriksaan yang dilakukan antara lain darah rutin, gula

darah, urin lengkap, feses lengkap, IgM Salmonella, foto thorax AP. Maka dari itu

pada pasien ini tidak dilakukan pungsi lumbal karena usia pasien lebih dari 18

bulan dan pemeriksaan neurologis yang tidak didapatkan kelainan.

Sedangkan untuk penatalaksanaan kejang demam menurut Krudsen

Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk

menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis

diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1 - 2

mg/menit atau dalam waktu 3 - 5 menit, dengan dosis maksimal 20mg.Obat yang

praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal

(level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rectal adalah 0,5 - 0,75

mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10

kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan

dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas

usia 3 tahun.6

Antipiretik

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 20

Page 22: Laporan Kasus Marsela

Paracetamol 10-15mg/kgBB/kali dapat diberikan 3-4x sehari bila demam

atau ibuproven 5-10mg/kgBB/kali, 3-4kali sehari.

Anti kejang

Diazepam rektal 0,5mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam oral

0,3mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh ≥38°C.1

Pasien mendapatkan IVFD KAEN 3B 20 tpm, Paracetamol syp 3 x 1,5

cth, Diazepam 3 x 3 mg (pulv) (bila suhu > 38˚C). Berarti pemberian obat pada

pasien ini sesuai dengan terapi pada kejang demam.

Indikasi rawat apabila kejang demam kompleks, hiperpireksia, usia

dibawah 6 bulan, kejang demam pertama kali, terdapat kelainan neurologis.6

Pasien mengalami kejang demam yang pertama kali. Selain itu, intake makan dan

minum pasien sulit. Maka pasien diindikasikan untuk dirawat.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam

tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap

tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi

pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam

tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir

semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19

tahun.7 Demam tifoid merupakan masalah kesehatan di negara berkembang.

Diperkirakan angka kejadian 900/100.000/tahun di Asia. Indonesia merupakan

salah satu negara endemis tifoid dengan 91% kasusnya terjadi pada anak usia 3-19

tahun.6, 8, 9 Pasien saat ini berusia 6 tahun dan tinggal di Indonesia yang merupakan

daerah endemik tifoid. Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, bakteri

gram negatif. Penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui minuman /

makanan yang tercemar oleh kuman.6, 8, 9 Pasien tidak ada riwayat jajan di luar dan

semua makanan dan minuman di olah di rumah oleh ibu pasien dan tidak ada

keluarga yang menderita keluhan serupa seperti pasien. Demam tifoid

dipertimbangkan jika demam lebih dari 7 hari. Demam tifoid merupakan demam

step–ladder–temperature–chart yang ditandai dengan demam timbul insidius,

kemudian naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir

minggu pertama, setelah itu demam akan bertahan tinggi dan pada minggu ke-4

demam turun perlahan secara lisis. Pada pasien dengan demam tifoid, banyak

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 21

Page 23: Laporan Kasus Marsela

dilaporkan bahwa demam lebih tinggi saat sore dan malam hari, dibandingkan

dengan pagi harinya.6,8,9 Ibu pasien mengaku bahwa pasien sudah mengalami

demam sejak 3 hari SMRS. Demam muncul hilang timbul dan dirasakan naik

turun, dengan suhu yang semakin lama semakin tinggi. Demam terutama di sore -

malam hari, dan turun dengan obat penurun panas, namun suhu tubuh naik

kembali beberapa saat kemudian. Maka pasien menunjukan pola demam yang

sesuai dengan demam tifoid. Berdasarkan beberapa kepustakaan dikatakan

walupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, secara garis besar gejala-

gejala yang timbul dapat dikelompokkan :8,10,11

Demam satu minggu atau lebih.

Gangguan saluran pencernaan

Gangguan kesadaran

Konstipasi pada demam tifoid dapat terjadi karena, di dalam plague peyeri

makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia jaringan (S. typhii intra

makrofag menginduksi reaksi hipersensitifitas tipe lambat, hyperplasia jaringan

dan nekrosis organ). Akibat hyperplasia jaringan di usus menyebabkan

penyempitan lumen usus yang mengganggu pergerakan makanan. 10, 11 Pada pasien

ini di dapatkan demam 3 hari, terdapat gangguan pencernaan di saat masa

perawatan berupa konstipasi selama 3 hari (pada perawatan hari ke 3) yang

berlangsung selama 3 hari (perawatan hari ke 5) dna kemudian normal kembali

pada perawatan hari ke 6.tidak di dapatkan penurunan kesadaran pada pasien.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan yang meningkat. Kondisi

anak tampak jelas sakit dan lemah. Setelah minggu kedua, gejala/ tanda klinis

menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan

limpa, perut kembung mungkin disertai ganguan kesadaran dari yang ringan

sampai berat, Rose spot. 8, 10, 11 Pada pasien ditemukan tampak sakit dan lemah

sedangkan tanda dan gejala klinis yang lain tidak ditemukan sampai akhir masa

perawatan.

Untuk menegakkan diagnosa demam tifoid, gold standar pemeriksaan

adalah ditemukannya S.typhi dari kultur (darah, sum sum tulang, urin, feses).

Darah tepi : leukopenia, eosinophilia, trombositopenia, anemia

Serologi :

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 22

Page 24: Laporan Kasus Marsela

-IgM Salmonella (+)

-Tes Widal (+) bila titer O aglutinin ≥ 1/200 atau pada titer sepasang

terjadi kenaikan 4 kali. 8,10,11 Pemeriksaan yang bermakna pada pasien adalah hasil

Serologi IgM Salmonella (+).

Tatalaksana pada demam tifoid berupa DOC 1st line : kloramfenikol 50-

100mg/kg/hari dibagi 4 dosis PO / IV selama 10-14 hari. DOC 2nd line :

amoksisilin 100mg/kg/hari dibagi 4 dosis PO selama 10 hari atau kotrimoksazol

6mg/kg/hari PO selama 10 hari Jika klinis tidak ada perbaikan seftriakson

80mg/kg/hari dibagi 1-2 dosis, IM/IV, selama 5 hari atau sefiksim 10mg/kg/hari

dibagi 2 dosis selama 10 hari.8,10,11 Pada pasien di berikan Ceftriaxon IV 2x500mg

sampai hari ke-5 (15 September – 19 September 2015).

KESIMPULAN

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 23

Page 25: Laporan Kasus Marsela

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5tahun. Kejang demam

dapat dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.

Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.

Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi dengan manifestasi klinis berupa demam,

gangguan pencernaan, dan dapat pula mengakibatkan gangguan kesadaran. Pada

pasien ini terjadi demam yang semakin hari semakin tinggi, dirasakan lebih tinggi

saat sore menjelang malam hari dan turun menjelang pagi hari. pasien juga

mengalami gangguan pencernaan yang berupa diare.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 24

Page 26: Laporan Kasus Marsela

DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta : Badan

Penerbit IDAI. 2006.

2. Syeban Zakiah, Markam S, Harahap Tagor. Epilepsi. Dalam: Markam

Soemarmo,penyunting. Penuntun Neurologi. Edisi-1. Tangerang: Binarupa

Akasara; 2009: h. 100-102.

3. Lumbantobing,S.M: Kejang Demam. Balai Penerbit FKUI,Jakarta,2007 

4. Gerber dan Berliner. The child with a simple febrile seizure. Appropriate

diagnostic evaluation. Arch Dis Child 1981;135:431-3 AAP,

The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile

seizures. Pediatr 1996;97:769-95

5. AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple

febrile seizures. Pediatr 1996;97:769-95 Baumer JH. Evidence based

guideline for post-seizure management in childrenpresenting acutely to

secondary care. Arch Dis Child 2004; 89:278-280.

6. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2009.

7. Rezeki, Sri. Demam tifoid. 2008. Diunduh dari

http://medicastore.com/artikel/238/Demam_Tifoid_pada_Anak_Apa_yang

_Perlu_Diketahui.html. 22 Januari 2012

8. Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Demam Tifoid.

Dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Ke-2.Jakarta: Badan

Penerbit IDAI. 2010; hal.338-46.

9. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta:

WHO Indonesia. 2009.

10. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; edisi bahasa

Indonesia: A Samik Wahab; Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ed.15. Jakarta:

EGC ; 2000.

11. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam

Pediatrics Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Jakarta : 2003. h. 2-20.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus- 7 November 2015 25