laporan kasus tetanus

16
LAPORAN KASUS TETANUS OLEH: VIMALAN PARTHIPAN 100100314 GAUTHAM SUPPIAH 100100424 SELVAMBIGAI MARIAPPEN 100100204 BANU PERIAH GOPALA KRISHNAN 100100263 GOUTHAMI KATAN 100100260 PEMBIMBING: dr. STEVIYANI DEPARTEMEN NEUROLOGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: gouthamipriyavi

Post on 27-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

front page

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS  tetanus

LAPORAN KASUS

TETANUS

OLEH:

VIMALAN PARTHIPAN 100100314

GAUTHAM SUPPIAH 100100424

SELVAMBIGAI MARIAPPEN 100100204

BANU PERIAH GOPALA KRISHNAN 100100263

GOUTHAMI KATAN 100100260

PEMBIMBING: dr. STEVIYANI

DEPARTEMEN NEUROLOGI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Page 2: LAPORAN KASUS  tetanus

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas

rahmat dan kurnia-Nya, penulisan laporan kasus : Tetanus, dapat diselesaikan. Makalah ini

diajukan untuk melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Departemen Neurologi, Fakultas

Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Meskipun penulisan makalah ini banyak mengalami hambatan, kesulitan dan kendala,

namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan motivasi dari berbagai pihak,

penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Di sini kami mengambil kesempatan untuk

mengucapkan jutaan terima kasih kepada pembimbing kami, dr.Steviyani.

Namun demikian, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kepustakaan dan

waktu, laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini, kritik dan saran dari

berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Medan, 5 Mei 2014

Penulis

Page 3: LAPORAN KASUS  tetanus

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................................iDAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang...........................................................................................11.2. Tujuan........................................................................................................11.3. Manfaat......................................................................................................2

BAB 2 LAPORAN KASUS2.1. Anamnesis..................................................................................................32.2. Pemeriksaan Jasmani.................................................................................42.3. Pemeriksaan Neurologis.............................................................................52.4. Kesimpulan Pemeriksaan.........................................................................112.5. Diagnosa...................................................................................................132.6. Penatalaksanaan.......................................................................................132.7. Rencana Prosedur Diagnostik..................................................................132.8. Follow Up................................................................................................142.9. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................282.10. Jawaban Konsul.....................................................................................32

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Definisi.....................................................................................................333.2. Etiologi.....................................................................................................333.3. Patofisiologi.............................................................................................343.4. Klasifikasi................................................................................................363.5. Manifestasi Klinik....................................................................................383.6. Prosedur Diagnostik.................................................................................393.8. Diagnosis Banding...................................................................................393.9. Penatalaksanaan.......................................................................................413.10.Prognosis.................................................................................................43

BAB 4 DISKUSI KASUS............................................................................................45BAB 5 PERMASALAHAN........................................................................................47BAB 6 KESIMPULAN................................................................................................48BAB 7 SARAN.............................................................................................................49DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................50

Page 4: LAPORAN KASUS  tetanus

BAB 1

PENDAHULUAN

Tetanus dan infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi. Tetanus

neonatorum dan infeksi tali pusat telah menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara

terus menerus di berbagai Negara. Setiap tahunnya 500.000 bayi meninggal karena tetanus

neonatorum dan 460.000 meninggal akibat infeksi bakteri,(Sodikin,2009;3). Di Asia

Tenggara diperkirakan ada 220.000 kematian bayi disebabkan karena perawatan tali pusat

yang kurang bersih, (Ratri Wijaya,2006). Menurut The World Health Report 2008, angka

kematian bayi di Indonesia mencapai 20/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007/2008). Berarti

setiap jam terdapat 10 bayi baru lahir meninggal, setiap hari ada 246 bayi meninggal dan

setiap tahun ada 89.770 bayi baru lahir yang meninggal. Kematian bayi lahir sebesar 79%

terjadi setiap minggu pertama kelahiran terutama pada saat persalinan.

Sebanyak 54% terjadi pada tingkatan keluarga yang sebagian besar disebabkan tidak

memperoleh layanan rujukan dan kurangnya pengetahuan keluarga akan kegawatdaruratan

pada bayi. Rapat kerja kesehatan nasional (Rakerkesnas) berlangsung sejak tanggal 21 – 23

Februari 2011 diikuti seluruh pejabat eselon I dan II di lingkungan Kemkes. Dalam

paparannya berjudul Meningkatkan Good Governance Kesehatan Di Tingkat Provinsi,

Menkes menyampaikan pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2010. Angka kematian

bayi maupun neonatal terus menurun. Angka kematian bayi menurun dari 68 menjadi 34 per

1.000 KH pada periode yang sama. Angka kematian neonatal menurun dari 32 menjadi 19

kematian per 1.000 KH. Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) tahun

2015 adalah 23 per 1.000 KH untuk angka kematian bayi. Hasil penelitian Sri Mutia Batu

Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

menyebutkan bahwa jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2008 berjumlah 65%

kemudian meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini menunjukkan bahwa angka

infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali pusat

diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat, (Iis

Sinsin, 2008).

Page 5: LAPORAN KASUS  tetanus

Di Jawa Tengah penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-28 hari

tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, infeksi tali pusat,

pneumonia, diare), kemudian (14,3%) feeding problem (Ekawati 2007;2).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2010 menunjukkan angka

kematian neonatal usia 0-28 hari sebanyak 249 dan salah satu penyebab kematiannya adalah

karena infeksi tali pusat yaitu terdapat 7 kasus dan salah satunya terjadi di wilayah Kedung

Mundu Kelurahan Sendang Mulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Adapun masalah

ditemukan di Kelurahan Sendang Mulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang, yaitu masih

terdapat ibu yang memandikan dan membersihkan tali pusat bayi hanya 1 kali dalam sehari.

Ada juga ibu yang menjemur pakaian bayi di batu-batu atau di bambu. Pakaian bayi yang

kurang bersih beresiko infeksi bila bersentuhan langsung dengan tali pusat bayi, padahal

teknik perawatan tali pusat dalam Asuhan Persalinan Normal (APN) tidak lagi menggunakan

kasa steril melainkan hanya diikat dengan tali atau benang saja, sehingga kebersihan pakaian

bayi pun perlu diperhatikan.

Berdasarkan Studi pendahuluan pada bulan Maret 2011 di wilayah Kelurahan

Sendang Mulyo, diketahui dari 10 orang ibu yang melahirkan terdapat 5 orang (50%)

mengatakan merawat tali pusatnya dengan kasa steril dan hanya diganti sekali pada saat

mandi, 3 orang(30%) mengatakan merawat tali pusat tanpa kassa steril sesuai anjuran bidan

tetapi tetap dengan kebiasaan menjemur pakaian bayi di tempat yang kurang bersih seperti di

batu-batuan dan bambu, 1 orang (10%) menggunakan kassa dan menggantinya dua kali

sehari, dan hanya 1 orang (10%) yang sesuai anjuran bidan yaitu melakukan perawatan tali

pusat 2 kali sehari, tanpa dibungkus kassa steril serta menjaga kebersihan pakaian bayi.

Salah satu upaya atau cara untuk mengatasi masalah dan mengurangi angka

kematian bayi karena infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum seperti yang disampaikan

Menteri Kesehatan RI, pemerintah menggunakan strategi yang pada dasarnya menekankan

pada penyediaan pelayanan maternal dan neonatal berkualitas yang Cost – Efective yang

tertuang dalam tiga pesan kunci, yaitu :

1. Setiap kehamilan diberikan Toksoid Tetanus yang sangat bermanfaat untuk mencegah

tetanus neonatorum.

Page 6: LAPORAN KASUS  tetanus

2. Hendaknya sterilitas harus diperhatikan benar pada waktu pemotongan tali pusat demikian

pula perawatan tali pusat selanjutnya.

3. Penyuluhan mengenai perawatan tali pusat yang benar pada masyarakat.

Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan ketiga pesan kunci tersebut dan

pencapaiannya, target yang telah ditetapkan untuk Angka Kematian Bayi pada tahun 2010

adalah 16/1000 kelahiran hidup (DepKes RI,2009).

1.1. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melaporkan kasus tetanus yang

ditemukan di lapangan dan membandingkannya dengan landasan teori yang sesuai.

Penyusunan makalah ini sekaligus dilakukan untuk memenuhi persyaratan kegiatan Program

Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

1.2. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis, pada umumnya,

maupun pembaca, pada khususnya, untuk mengintegarasikan teori yang ada dengan aplikasi

kasus yang ditemui di lapangan.

Page 7: LAPORAN KASUS  tetanus

BAB 5

PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah benar?

Menurut penulis diagnosa pada kasus ini sudah benar. Berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan jasmani, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang lain

didapati pasien datang dengan keluhan tidak bisa membuka mulut yang berlangsung

Page 8: LAPORAN KASUS  tetanus

perlahan-lahan, semakin lama semakin sulit untuk membuka mulut dan os mengaku

terjatuh sebelum masuk ke rumah sakit dan luka robek pada pelipis kiri. Diagnosis

tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat, berupa gejala

klinik yaitu  kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus (sardonic smile) dan

adanya luka yang mendahuluinya. Pada pasien ini dijumpai trismus (+) , risus

sardonicus (+) dan mengalami luka robek pada pelipis kiri.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah benar?

Penatalaksanaan awal bagi pasien ini adalah terapi antibiotika. Ini hanya bertujuan

membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya.

Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazole diberikan terutama bila penderita alergi

penisilin. Pada pasien ini telah diberikan IVFD Metronidazole dan Eritromisin.

3. Bagaimana prognosis pasien pada kasus ini?

Prognosis pasien ini baik, sebab setelah pemberian obat dan dirawat inap, keadaan

pasien semakin membaik. Saat ini pasien compos mentis meskipun kelemahan

tungkai atas sebalah kanan masih ada, namun sudah lebih baik dari sebelumnya.

Page 9: LAPORAN KASUS  tetanus

BAB 6

KESIMPULAN

Pada kasus ini seorang laki-laki berusia 37 tahun didiagnosa dengan tetanus

berdasarkan anamnesa, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan neurologis, serta pemeriksaan

penunjang lainnya. Dari hasil anamnesa didapati bahwa os mengalami trismus yang

berlangsung perlahan. Sebelum masuk rumah sakit, os pernah terjatuh dan luka robek pada

pelipis kiri. Riwayat kejang, sakit kepala dan demam disangkal. Pada pemeriksaan fisik tidak

dijumpai kaku pada perut dan leher.

Selama dirawat, terapi baik suportif maupun kuratif yang telah diterima os meliputi

IVFD R Sol 20gtt/i, injeksi metronidazole 500mg/8 jam, injeksi Diazepam 1 ampul diberikan

jika kejang, injeksi Ceftriaxon 2 gr/ 12 jam, B Complex 3 x 1 table, dan Eritromisin

3x500mg.

Page 10: LAPORAN KASUS  tetanus

BAB 7

SARAN

Saran yang perlu diberikan pada pasien ini adalah :

Praktisi kesehatan menjelaskan kepada keluarga penderita mengenai gejala-gejala, pilihan

pengobatan, lamanya masa pengobatan, estimasi durasi rawat inap dan masa

penyembuhan, serta efek samping yang mungkin timbul dari pilihan pengobatannya serta

komplikasi yang mungkin terjadi akibat penyakit yang diderita oleh pasien.

Keluarga pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang teratur dan taat

terhadap anjuran dokter dalam hal pengobatan.

Masyarakat perlu diberi penyuluhan tentang tetanus supaya dapat memiliki pemahaman yang

lebih baik tentang tetanus dan lebih waspada terhadap penyakit ini.

Page 11: LAPORAN KASUS  tetanus

There are no sources in the current document.

There are no sources in the current document.