laporan kasus varicella
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
![Page 1: Laporan Kasus Varicella](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082405/55cf9c4d550346d033a959d0/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB III
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis yang dilakukan pasien mengeluh adanya bula yang terdapat
pada seluruh anggota gerak atas dan bawah, wajah, dan seluruh tubuh, keluhan mulai
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu . Awalnya terdapat vesikel di punggung kiri disertai
demam, pasien memeriksakan demam tersebut, saat pengobatan vesikel semakin banyak dan
memenuhi tubuh,wajah, dan anggota gerak atas dan bawah. Dari anamnesis tidak didapatkan
keterangan bahwa pasien mengkonsumsi obat sebelumnya, tetapi pasien saat sebelum timbul
kelainan kulit didahului demam yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan pada pemeriksaan fisik
ditemukan bula generalisata pada wajah, dada dan perut serta pungung. Disamping itu
penyakit ini juga menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas, serta
dari telinga pasien juga terdapat vesikel berisi pus purulen, sehingga penulis lebih mengarah
ke diagnosis infeksi varicella.
Diagnosis serupa juga dijelaskan dalam kepustakaan yang menyebutkan bahwa
gejala awal penyakit berupa adanya gejala prodormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi,
kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu
beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear
drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses
ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga timbul gambaran polimorfi. 2
Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka
dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian
atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional.
Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal. Komplikasi yang bisa muncul dapat berupa
ensefalitis , pneumonia , glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis,
arteritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).1,2 Varicella memberikan gambaran
klinis yang lebih parah pada pasien dengan infeksi progresif HIV. Varicella ditandai oleh lesi
hemoragik progresif, Keterlibatan visceral selain kulit dan mukosa, serta infeksi yang
berlangsung lebih dari 8 hari. Penyebaran lesi lebih luas, telapak tangan dan kaki dapat
terpengaruh. lesi kulit menjadi lebih besar (sampai ukuran bula), lebih monomorph, lebih
dalam, rentan terhadap nekrotik, verrucous, hiperkeratotik, atau hemoragik. lesi awal
![Page 2: Laporan Kasus Varicella](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082405/55cf9c4d550346d033a959d0/html5/thumbnails/2.jpg)
cenderung lebih monomorph (vesicobullous) dan berlangsung untuk jangka waktu lama (>
2minggu) daripada individu immunecompeten.6
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah tzanck test dengan cara
membuat sediaan apus yang diwarnai dengan giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar bula
dan akan didapatkan sel datia berinti banyak.1 pada pemeriksaan darah rutin didapatkan
leukosit 3,5 x 103/µL , platelet 39 x 103/µL dan pemeriksaan radiologi yang ditemukan adalah
TB paru aktif. Diagnosis banding dari varicella adalah salah satunya sindrom steven johnson
karena terdapat gejala yang hampir mirip berupa adanya kelainan kulit berupa eritem, vesikel
dan bula yang kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu juga dapat
didapatkan purpura, juga didapatkan kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada
mukosa mulut (100%), kemudian kelainan disusul kelainan pada lubang alat genital (50%),
sedangkan di lubang hidung dan anus jarang. Kelainan mata , merupakan 80% diantara
semua kasus yang tersering adalah konjungtivitis kataralis. Tetapi dipilihnya varicella sebagai
diagnosa lebih dikarenakan adanya tzanck test positif pada pemeriksaan laboratorium. Fixed
drug eruption tipe bulosa juga dianggap sebagai diagnosa banding. Kelainan ini umumnya
berupa eritem dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong dan biasanya numular dan ditemukan
diseluruh tubuh. Penyakit ini disebabkan khusus obat atau bahan kimia, sedangkan pada
pasien ini riwayat mengkonsumsi obat disangkal.2
Terapi yang diberikan berupa asiklovir 5x800 mg yang dberikan peroral, sedangkan
untuk kulit diberikan salep gentamycin untuk lecet, untuk krusta dapat dilakukan kompres
dengan NaCl. Selain itu pasien juga mendapatkan terapi injeksi cefotaxim untuk mencegah
infeksi sekunder.1 Menurut kepustakaan pengobatan bersifat asimtomatik dengan antipiretik
dan analgesic, untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedative. Local diberikan
bedak yang ditambah dengan zat anti gatal(mentol, kamfora) untuk mencegah pecahnya
vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi sekunder dapat
diberikan antibiotika berupa salep dan oral. Dapat pula diberikan obat antivirus. V.Z.I.G
(varicella zoster immunoglobuline) dapat mencegah atau meringankan varicella.1 Sedangkan
terapi bagi pasien dengan imunokompromise ringan –sedang dapat diberikan asiklovir oral
dosis tinggi 5x800 mg selama 7 hari atau dengan valasiklovir oral 1000 mg selama 7 hari dan
atau famsiklovir 500 mg selama 7 hari. Pada pasien dengan imunokompromise yang berat
asiklovir IV atau interferon ɑ -2a rekombinan untuk mencegah penyebaran dari herpes zoster
sangat di indikasikan.5
Prognosis pada pasien ini adalah ad sanam dubia ad bonam, ad vitam dubia ad
bonam, ad kosmetikam dubia ad bonam.
![Page 3: Laporan Kasus Varicella](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082405/55cf9c4d550346d033a959d0/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB IV
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan pasien ini menderita penyakit varicella dengan konjungtivitis,
otitis media akut dan TB paru sesuai dengan gejala dan pemeriksaan fisik yang didapatkan
pada pasien berupa bula generalisata, pustul dan krusta di wajah, pustul di liang telinga,
ekskoriasi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah Tzanck test dan ditemukan giant
sel positif pada setiap kerokan dasar bula pada seluruh tubuh.Pada pemeriksaan radiologi
ditemukan TB paru aktif. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian acyclovir
yang diberikan peroral, sedangkan untuk krusta dapat dilakukan kompres dengan NaCl,
pemberian antibiotik juga diberikan pada pasien ini untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder, juga diberikan tetes mata untuk mengobati konjungtivitis nya. Kemudian karena
pasien terdapat penyakit TB paru maka pengobatan TB juga diberikan sesuai rekomendasi
dari dokter spesialis penyakit dalam. Prognosis pada pasien ini adalah ad sanam dubia ad
bonam, ad vitam dubia ad bonam, ad kosmetikam dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Handoko, ronny. 2005 dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia penyunting:Djuanda, Adhi.,Hamzah Mochtar.,Aisah Siti .Jakarta : FKUI
[2] Siregar, R.S . 2004. Atlas bewarna saripati penyakit kulit . Jakarta: EGC
![Page 4: Laporan Kasus Varicella](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082405/55cf9c4d550346d033a959d0/html5/thumbnails/4.jpg)
[3] Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 2005
[4] Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
[5] Wolff,Klaus., Johnson Richard Allen. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas &Synopsis of
Clinical Dermatology Sixth Edition. Newyork: McGrawHill.
[6] Yuniati, Lisa. 2012. Infection of Varicella Zoster Virus In HIV Patient. Department of Dermatovenereology Medical Faculty of Hasanuddin University / Wahidin Sudiro husodo Hospital Makassar. IJDV Vol.1 No.2 2012