laporan kemajuan pkm-p asal-usul kemistisan sinden

26
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM ASAL-USUL KEMISTISAN SINDEN JAWA MELALUI PENDEKATAN HISTORIS DAN PSIKOLOGIS BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN Diusulkan oleh: Mei Handayani 15112080 2012 Dinna Amelia 15112032 2012 Yosua Prawira Gunawan 13613022 2013 Luthfi Irawan Prihatmadi 16914011 2014 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Upload: mei-handayani

Post on 21-Dec-2015

88 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Penelitian mahasiswa ITB

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWAJUDUL PROGRAM

ASAL-USUL KEMISTISAN SINDEN JAWA MELALUI PENDEKATAN

HISTORIS DAN PSIKOLOGIS

BIDANG KEGIATAN:

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Mei Handayani 15112080 2012Dinna Amelia 15112032 2012Yosua Prawira Gunawan 13613022 2013Luthfi Irawan Prihatmadi 16914011 2014

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNGBANDUNG

2014

Page 2: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN PKM-PENELITIAN

1 Judul Kegiatan : Asal-usul Kemistisan Sinden Jawa melalui Pendekatan Historis dan Psikologis

2 Bidang Kegiatan : PKM-P

3 Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap : Mei Handayanib. NIM : 15112080c. Jurusan : Teknik Geodesi dan Geomatikad. Universitas : Institut Teknologi Bandunge. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Adi Kamboja No.3 Perum Bumi

Adipura 1, Gedebage, Bandung, Jawa Barat / 085649566160

f. Alamat email : [email protected]

4 Anggota Pelaksana Kegiatan /Penulis : 3 orang

5 Dosen Pendampinga. Nama Lengkap dan Gelar : Prof. Ir. Indratmo Sukarno, M.Sc, Ph.D.b. NIDN : 0020095702c. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Jalan Base Ball No.2 Arcamanik Endah,

Bandung/081220174506 Biaya Kegiatan Total

a. Dikti : Rp 10.180.000,00b. Sumber lain : Rp 0,00

7 Jangka waktu pelaksanaan : 4 bulan

Bandung, 9 April 2015

Menyetujui,Ketua Jurusan

Dr. Ir. Kosasih Prijatna, M.Sc.19600702 198810 1 001

Ketua Pelaksana Kegiatan

Mei Handayani15112080

ii

Page 3: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

Kepala Lembaga Kemahasiswaan

(Brian Yuliarto, Ph.D ) 197507272006041005

Dosen Pendamping

Prof. Ir. Indratmo Sukarno, M.Sc, Ph.D.19570920 198403 1 001

iii

Page 4: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iv

Ringkasan ......................................................................................................... v

Bab 1 – Pendahuluan .................................................................................... 1

Bab 2 – Tinjauan Pustaka ............................................................................. 1

2.1. Karawitan.......................................................................................

2.2. Sinden.............................................................................................

1

2

2.3. Mistis ……………………………………………………………. 2

Bab 3 – Metode Penelitian .................................................................... ....... 3

3.1. Metode Pendekatan Historis ......................................................... 3

3.2. Metode Pendekatan Psikologis ..................................................... 3

Bab 4 – Hasil yang Dicapai ………............................................................... 3

4.1 Pendekatan Historis ...................................................................... 3

4.2 Pendekatan Psikologis .................................................................. 5

Bab 5 – Rencana Tahapan Selanjutnya ........................................................

Daftar Pustaka ………………………………………………………………

8

9

Lampiran-Lampiran ..................................................................................... 11

Lampiran 1. Penggunaan Dana…………......................................................... 11

Lampiran 2. Bukti-bukti Pendukung Kegiatan................................................. 12

iv

Page 5: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

RINGKASAN

Sinden merupakan suara yang indah untuk menghiasi musik gamelan. Sinden berasal dari kata waranggana yang mana wara berarti suara dan anggono berarti pilihan. Penelitian mengenai sinden didekati dengan dua metode yaitu pendekatan historis dan psikologis. Secara pendekatan historis, fakta membuktikan bahwa secara teori sindenan, tidak ada satu teori pun yang memunculkan adanya unsur mistis. Satu-satunyaunsur mistis dalam sinden terdapat dalam liriknya yang memuja, berserah, dan merintih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Secara budaya, memang ada beberapa ritual melenceng yang dilakukan pesinden. Kesan mistis pada sinden terbukti didukung dengan adanya logika mistis yang dimiliki masyarakat Indonesia serta film horror. Secara psikologi suara, suara akan mempengaruhi emosi seseorang. Namun, berdasarkan penelitian yang didapat, emosi yang ditimbulkan tergantung terhadap persepsi seseorang memandang jenis music yang dipedengarkan. Simpulannya, factor mistis pada sinden terwujud diantaranya karena factor logika mistis dan persepsi yang berkembang di Indonesia.

v

Page 6: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

BAB 1 – PENDAHULUAN

Judul proposal PKM Penelitian ini adalah “Asal-usul Kemistisan Sinden Jawa melalui Pendekatan Historis dan Psikologis di Era Globalisasi”. Penelitian ini dibuat pada awalnya karena rasa empati terhadap kelangsungan tradisi persindenan di Indonesia. Sinden Jawa merupakan seni asli lahir dari masyarakat Jawa Indonesia. Banyak paradigma dan persepsi muncul mengenai kemistisan sinden di kalangan masyarakat sehingga seni sinden yang dulunya diumpamakan bidadari berubah mendapatkan kesan menakutkan. Apabila kondisi tersebut berlanjut, maka profesi sinden dapat terancam punah di negeri sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab satu tujuan utama yaitu untuk mengetahui asal-usul pergeseran paradigma masyarakat Indonesia akan eksistensi sinden yang awalnya menyerupai bidadari menjadi seorang pemanggil hal-hal mistis. Luaran yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor penyebab kemistisan sinden baik dari segi konstruksi masa lampau sinden maupun psikologis masyarakat Indonesia akan eksistensi sinden. Selain itu, harapannya melalui faktor-faktor kemistisan sinden dapat menjadi kunci mengeksistensikan keberadaan sinden di dunia seni Indonesia dan menekan paradigma mistis di aspek sosial masyarakat. Harapannya melalui penelitian ini dapat teridentifikasi faktor-faktor penyebab kemistisan sinden. Sebagai upaya pelestarian seni sinden, hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana pendorong untuk untuk menemukan metode yang lebih sistematis maupun inovatif dalam karya-karya sinden baru.

BAB 2 – TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karawitan JawaAlat musik tradisional yang digunakan sebagai pelengkap berbagai kegiatan ritual,

kesenian, dan hiburan oleh masyarakat suku bangsa Jawa sekarang dikenal sebagai gamelan. Pada dasarnya gamelan adalah kumpulan dari sejumlah ricikan atau instrumen musik. Seni memainkan alat-alat tersebut disebut dengan istilah karawitan jawa.

Keberadaan alat musik tradisional di pulau Jawa sudah dibuktikan, meskipun sampai saat ini masih diperhentakkan asal-usulnya, setidak-tidaknya sejak abad ke-7 bahkan lebih tua lagi. Sejumlah pakar sejarah menyatakan bahwa alat musik tradisional Jawa sebagian tidak berasal dari Pulau Jawa, melainkan berasal dari semenanjung Melayu atau lebih jauh berasal dari daratan Cina. Pendapat ini didasarkan pada teori perpindahan bangsa-bangsa.

Adapun jenis-jenis ricikan standar atau instrumen Jawa standar yang harus ada dalam suatu pagelaran adalah bonang barung, bonang penerus, gender, saron, gambang, kenong, kethuk, kempyang, kempul, kendhang, siter, slenthem, gong dan rebab. Dalam hal ini, suara sinden akan mengikuti nada dari gender. Namun apabila gender tidak ada dalam pagelaran tersebut, maka nada yang dijadikan acuan sinden adalah nada slenthem.

Secara umum dalam bahasa Jawa, tangga nada bisa disebut titilaras. Titilaras adalah suatu notasi tulis, huruf, angka, atau lambang yang menunjuk pada rincian tanda-tanda nada menurut suatu tangga nada tertentu. Titilaras dibedakan menjadi dua jenis, yaitu titilaras slendro dan titilaras pelog. Tangga nada slendro terdiri atas nada 1,2,3,5,6 dan titilaras pelog terdiri atas nada 1,2,3,4,5,6,7. Laras slendro akan menghasilkan suasana yang bersifat ringan,

1

Page 7: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

riang, gembira, dan terasa lebih ramai, sedangkan laras pelog akan menghasilkan suasana yang bersifat seram, memberikan kesan gagah, agung, keramat, dan sakral.

2.2. SindenSecara susunan bahasa, sinden berasal dari kata sendhu-ing yang dapat berubah

menjadi “sendhon”. Kata sendhon artinya nyendu atau tidak berbunyi di semua waktu, jadi hanya memotong di tengah-tengah kalimat. Akan tetapi, dalam praktiknya sinden dapat dimulai juga di tengah-tengah gendhing. Gendhing adalah notasi dasar lagu Jawa.

Adapun orang yang melakukan sinden disebut pesinden bahkan ada juga yang menyebut waranggana. Sebab-sebab mengapa disebut demikian, konon menurut buku Ichtisar Teori Sindhenan, pada malam yang gembira, Batara Guru, raja Gunung Mahendra memerintahkan para bidadari supaya ambedhoyo sehingga bidadari-bidadari tersebut sebagian menari dan menyanyi (yang menyanyi disebut waranggana) diiringi gamelan Lokanata. Loka berarti jagad dan nata berarti raja. Oleh karena itu, waranggana dapat diartikan seorang bidadari yang melagukan sinden mengiringi gamelan Lokanata pada zaman Kaendran.

Akhirnya istilah waranggana makin populer di kalangan seniman Jawa tetapi pada umumnya digunakan sebutan pesinden. Di zaman sekarang, pesinden juga dapat disebut swarawati, namun sinden memiliki makna berbeda dengan ledhek. Ledhek adalah sinden wanita yang bernyanyi sambil menari tayub.

Seorang pesinden juga memiliki etika ketika mengiringi gamelan Jawa. Adapun etika-etika tersebut yaitu berpakaian pantas, mengatur raut muka, bermake-up tidak berlebih-lebihan, duduk bersila, dan bertoleransi.

Secara garis besar, sinden dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sinden bedoyo srimpi dan sinden gendhing. Sinden gending memiliki fungsi mengisi lagu sesuai aturan gending yang dibawakan. Sinden bedoyo srimpi memiliki fungsi sebagai pemulai lagu pada tempat-tempat wangsalan yang tidak terikat kenong dan gatra. Wangsalan adalah kata-kata yang diimbuhkan sinden di sela-sela permainan gamelan. Gatra adalah aturan baris dalam gending Jawa.

2.3. MistisBerdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, mistis merupakan hal-hal yang bersifat

mistik. Secara terminologi, mistik berasal dari Bahasa Yunani, mystikos yang berarti rahasia. Pada sekitar abad ke-5, kata mistik ditujukan untuk suatu corak teologi yang hanya mengindahkan pendekatan yang melampaui akal dan pengalaman manusia. Apabila dihubungkan antara kata seni dan mistik, maka dapat disimpulkan bahwa seni mistis adalah upaya untuk melihat sisi mistik/misteri/rahasia terhadap suatu obyek. Dalam proposal ini, obyek tersebut adalah sinden Jawa.

Yang dimaksud mistik dalam proposal ini tidak ada kaitannya dengan uji makhluk ghoib ataupun penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. Mistis yang dimaksud dalam proposal ini sebagaimana disampaikan oleh H. Clark seorang ahli Psikologi (1969) yaitu pengalaman subyektif kekuatan kosmik atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Pengalaman tersebut bersifat intuitif dan kurang mengandalkan indera atau rasional.

2

Page 8: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

BAB 3 – METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pendekatan Historis Metode ini akan dilakukan dengan sistem komparatif terhadap bahan-bahan tertulis

kuno dan terbaru serta wawancara mengenai sinden serta karawitan. Selain itu, metode ini juga meliputi analisis statistik terhadap trend selera musik masyarakat Indonesia. Sebagai pelengkap data, wawancara langsung akan dilakukan dengan pakar seni sinden dan karawitan serta masyarakat umum Jawa dan non-Jawa.

Adapun urutan langkah-langkah yang akan dilakukan pada metode ini adalah heuristic, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.

3.2. Metode Pendekatan Psikologis Metode pendekatan psikologis akan dilakukan dengan sistem

komparatif/perbandingan daya toleran masyarakat Indonesia terhadap penampilan sinden, baik dari segi wiraga, wirama, dan wirasa atau penampilan raga, irama, dan rasa. Metode ini juga akan meneliti pengaruh nada-nada yang digunakan sinden atau tinggi rendahnya frekuensi suara sinden terhadap psikologis pendengar.

Adapun untuk metode pendekatan psikologis akan dilakukan melalui langkah-langkah pengumpulan data, verifikasi, interpretasi, dan simpulan.

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI

4.1 Pendekatan Historis

Penelitian asal-usul sinden melalui pendekatan historis telah mencapai lebih dari 85% dari capaian yang diinginkan. Adapun tahapan yang sudah dilakukan untuk metode pendekatan ini antara lain heuristik baik melalui telaah pustaka maupun wawancara dengan penikmat seni, pelaku seni, dan ahli seni. Verifikasi dilakukan dengan membandingkan keontetikan sumber maupun dengan menelusuri jejak narasumber yang diwawancarai. Interpretasi dilakukan dengan diskusi baik dengan kelompok maupun ke ahli seni. Historiografi dilakukan dengan menyusun data-data yang telah terverifikasi sesuai dengan tingkatan waktu sehingga terbentuk kisah perkembangan sinden dan tren musik Indonesia secara sistematis namun belum hingga ke bentuk bagan.

4.1.1 Perkembangan Sinden sebagai Instrumen KarawitanSinden merupakan suara yang indah untuk menghiasi musik gamelan. Sinden berasal

dari kata waranggana yang mana wara berarti suara dan anggono berarti pilihan. Tidak semua wanita bisa menjadi sinden namun hanya mereka wanita pilihan yang bisa menghubungkan ketepatan alunan dengan nada yang dihasilkan oleh gamelan dan peralatan kerawitan lainnya.

Berdasarkan sumber-sumber yang didapat, banyak versi mengenai kapan dan bagaimana munculnya seni karawitan Jawa. Berdasarkan Serat Kandha Karawitan Jawa karya Bram Palgunadi, karawitan Jawa setidaknya-tidaknya muncul sejak abad ke-tujuh bahkan mungkin lebih tua lagi. Berdasarkan keterangan dari berbagai pakar seni karawitan dari ISI Surakarta, karawitan Jawa muncul sejak adanya orang Jawa di tanah Nusantara. Menurut Suraji, dosen Program Studi Karawitan ISI Surakarta, menyatakan bahwa karawitan

3

Page 9: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, dan vokal yang indah didengar.

Sinden merupakan instrument dalam karawitan Jawa. Sinden bukanlah sentral dalam gamelan, begitu pula gamelan bukan pengiring sindhen. Sinden merupakan instrument yang membangun suatu karakter atau suasana gamelan. Peran sindhen yang merupakan instrumen dari kerawitan yaitu melantunkan tembang-tambang jawa. Munculnya paradigma bahwa sinden merupakan vocal dalam karawitan yaitu sejak lahirnya jenis music campursari. Istilah campursari di dunia musik nasional mengacu pada campuran beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Istilah campursari dikenal pada awal tahun 1970-an ketika RRI Stasiun Surabaya memperkenalkan acara baru, yaitu lagu-lagu yang diiringi musik paduan alat musik berskala nada pentatonis dan diatonis.

Sinden bernyanyi dalam tatanan aturan nada slendro dan pelog. Tidak hanya keindahan suara, sinden juga memiliki aturan keindahan busana dan perilaku. Saat sindhen pentas, sindhen memakai sanggul, berpakaian kebaya panjang, menggunakani jarik, dan tentunya menutup aurat. Cara dudukpun juga rapi, sopan dan tidak melakukan interaksi dengan penonton apalagi tertawa terbahak-bahak.

Namun perlu diketahui, karawitan dapat dipentaskan baik saat pagi, siang, maupun larut malam. Hal tersebut menuntut seorang pesinden, yang merupakan seorang wanita, juga harus siap bekerja hingga larut malam. Tak jarang sinden juga harus mengiringi wayang hingga dini hari. Sebagai sosok wanita Jawa yang pada umumnya pemalu dan dipingit di keluarga, jam kerja tersebut membuat pesinden harus siap memiliki berbagai berita miring di masyarakat.

Secara teori, lirik sinden memang mengandung kesan mistis. Namun bukan mistis dalam bidang perdukunan maupun perkuntilanakan. Kemistisan dalam lirik sinden terkait dengan arti liriknya yang sering memuja, berserah, dan mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam praktiknya, ritual perdukunan di kalangan sinden memang ada, dilakukan untuk menambah laris, sebagai contoh adalah ritual sinden saat 1 Muharam di Gunung Batu, Magetan, Jawa Timur, namun, sudah jarang ditemui. Berdasarkan keterangan dari berbagai sinden yang didapat, justru semakin tinggi tingkat kesindenannya, semakin tinggi tingkat kedekatan sinden tersebut terhadap pencipta-Nya.

4.1.2 Perkembangan Sinden dari Trend Musik IndonesiaSeperti yang sudah dijelaskan di atas, dalam seni musik kerawitan terdapat beberapa

instrumen pendukung yang salah satunya adalah sindhen. Dalam perkembangannya di masyarakat, sindhen juga sering disebut sebagai tledek. Tledhek itu berarti meledek atau menggoda. Menggoda di sini memiliki arti menggoda dengan estetika dan keindahan suara. Segala sesuatu yang berhubungan dengan sindhen mulai dari tata busana, suara, interaksi dengan orang lain, dan perikalu sinden semua serba indah.

Tren sindhen sejak masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia tercatat bagus. Lirik-lirik yang dilantunkan oleh sinden secara keseluruhan berupa pesan, pitutur, kritik, maupun cerita. Lagu-lagu sinden juga memiliki kesustraan yang sangat tinggi di Jawa. Sehingga banyak masyarakat yang ikut andil dalam budaya ini, baik yang berperan langsung

4

Page 10: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

maupun sebagai penikmat saja. Sayangnya antusias masyarakat untuk melestarikan dan menerapkan nilai ataupun pesan-pesan yang disampaikan melalui lirik sindhen mulai pudhar. Hal ini terjadi sejak masuknya bangsa barat ke Indonesia. Masuknya bangsa barat atau biasa disebut masa kolonialisme di Indonesia ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan musik di Indonesia. Para pendatang ini juga memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka seperti biola, cello (selo), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi (do re mi fa sol la si do) dalam berbagai karya lagu. Pada saat inilah cikal bakal terbentuknya musik modern di Indonesia.

Dewasa ini perkembangan musik di Indonesia semakin meningkat. Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi atau biasa disebut zaman globalisasi, media elektronik semakin mudah masuk ke Negara-negara berkembang. Salah satunya negara Indonesia. Pada era ini masuk pula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik negeri India yang banyak diperkenalkan melalui film-filmnya. Dari perkembangan ini, terjadilah pergeseran penikmat musik yang dulunya sebagai penikmat musik gamelan (musik dalam negeri) beralih menjadi penikmat aliran musik modern yang dibawa oleh bangsa barat. Bahkan peminat sindhen di era ini menjadi sangat sedikit.

Seiring dengan perkembangan zaman ini, sepertinya masyarakat kita mulai lupa dengan budayanya sendiri, khususnya sindhen. Sejak musik modern berkembang di Indonesia, mulai timbul berbagai paradigma negatif mengenai keeksisan sindhen. Pada pandangan masyarakat, sindhen sering kali dikaitkan dengan hal-hal yang mistis dan hal-hal kurang baik yang biasa dihubungkan dengan wanita penghibur. Tak jarang hal ini yang menyebabkan para pelaku sinden ragu untuk melanjutkan profesi tersebut. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan selama ini, kami memiliki hipotesis bahwa paradigma sindhen itu mistis mulai ada sejak digunakannya tembang jawa yang berjudul Lingsir Wengi sebagi lagu pemanggil makhluk halus pada film Kuntilanak tahun 2006 yang diperankan oleh Julie Estelle.

Realita yang ada di masyarakat mengenai paradigma sindhen semakin mengarah ke hal-hal yang bersifat negatif. Hal ini dikarenakan jarang sekali masyrakat yang mau untuk memaknai dan mempelajari budaya tersebut. Padahal sindhen merupakan budaya asli Indonesia dan hanya ada di Indonesia. Hakikat sindhen yang memberikan pesan moral, nilai-nilai kehidupan, serta keindahan suara mulai tidak diindahkan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mulai lupa dengan budaya atau kepribadian mereka sendiri. Ini merupakan masalah yang serius jika bangsa ini tidak ingin kehilangan budayanya sendiri. Ini juga masalah yang mendesak jika bangsa ini tidak ingin kehilangan kepribadiannya sendiri. Maka dari itu sudah selayaknya kita mempertahankan dan melestarikan norma-norma budaya khusunya dalam sinden sehingga totalitas bersinden akan tercermin yang mewujudkan keagungan dan keluhuran budaya di Indonesia.

4.2 Pendekatan Psikologis

4.2.1 Psikologi SuaraKenikmatan dalam musik mengacu kepada emosi estetikanya tentang penilaian

terhadap sifat akustik dan penyusun musik formal (ritme, harmoni, scale, tempo, dsb). Jadi, kenikmatan dalam musik sangat tergantung kepada faktor individual yang terdiri dari 3 hal.

5

Page 11: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

Pertama, keakraban dengan musik yang ia dengarkan, misalnya pada lagu-lagu yang ia telah kenal dan sukai otomatis akan membuat orang tersebut menikmati musik tersebut. Kedua, kepribadian dari orang tersebut, orang yang mempunyai kepribadian lemah lembut cenderung untuk menyukai musik bertempo lambat dan nada-nada minor. Para ahli saraf membuktikan bahwa ada keterkaitan antara karakter seorang individu dengan kesukaannya pada suatu musik yang biasa dikelompokkan dalam genre-genre musik. Sehingga ada hubungan timbal balik antara kepribadian seseorang dengan seleranya dalam musik. Ketiga, suasana hatinya pada saat itu. Contohnya ketika sedang berada dalam tekanan, beberapa orang tersebut cenderung untuk mendengarkan musik yang pelan untuk mendapatkan ketenangan, sendangkan beberapa lainnya memilih untuk mendengarkan musik keras sebagai wujud pemberontakan.

Dari pembahasan diatas, peneliti mempunyai hipotesa bahwa kemistisan sinden tidak berasal dari nada-nada yang dimainkan oleh sinden ataupun dari musiknya. Hal tersebut didapatkan dengan mengacu kepada penelitian Joseph LeDoux, dokumen-dokumen hubungan antara suara dan emosi, dan sumber-sumber lainnya. Jika dilihat dari sisi psikologi suara, penyebab kemistisan sinden yang ada pada masyarakat bukan karena sinden memiliki atau memainkan nada-nada yang mempunyai kekuatan untuk memberikan rasa mistis kepada individu tersebut tetapi akibat adanya faktor luar.

Faktor luar yang dimaksud adalah faktor yang tidak berkaitan dengan suara yang dihasilkan tetapi memengaruhi presepsi seseorang terhadap sinden. Sehingga, kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian psikologi suara adalah kemistisan sinden datang saat alunan-alunan suara yang dikeluarkan oleh pesinden dan musik yang mengiringinya disertai dengan sesuatu yang lain yang dapat memberikan inputan kepada indera manusia untuk memberikan presepsi mistis tersebut.

Contohnya, musik sinden yang dilaksanakan saat pagelaran-pagelaran sinden yang berjalan seperti biasa tidak akan membuat presepsi negatif kepada individu. Berbeda dengan kondisi tersebut, musik sinden yang dimainkan pada film-film horror akan menimbulkan presepsi negatif (mistis) karena pada saat musik tersebut dimainkan, ditunjukkan gambar-gambar menyeramkan yang memberikan emosi ancaman kepada individut tersebut. Semua hal tersebut dipengaruhi oleh impresi awal setiap individu mengenai sinden lalu keberjalanannya.

5.2.2 Psikologi SosialKesan mistis yang terdapat pada diri sinden pada hakikatnya merupakan sebuah

persepsi. Persepsi ini ditularkan dari suatu individu kedalam kelompoknya di masyarakat, lalu menyebar pula ke kelompok lainnya melalui berbagai media yang menjadi wahana interaksi. Persepsi sendiri merupakan proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif (Robbins, 2006). Pendapat lain mengatakan bahwa persepsi merupakan proses menyadari adanya sesuatu hal dan memberikan suatu tanggapan (Roucek,1987:22). Sehingga dapat disimpulakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dialami oleh individu dalam menerima rangsangan melalui indera, mengolah rangsangan tersebut di otak kemudian memberikan makna serta respon terhadap rangsangan tersebut.

Adapun persepsi terbentuk ada seseorang dikarenakan oleh 2 hal , yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berhubungan dengan objek yang menjadi perhatian, sedangkan faktor internal berkaitan dengan individu itu sendiri.

a. Faktor eksternal

6

7

Page 12: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

1. Kontras 2. Perubahan intensitas 3. Pengulangan 4. Sesuatu yang baru 5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak.

b. Faktor internal1. Pengalaman atau pengetahuan 2. Harapan / ekspektasi 3. Kebutuhan 4. Motivasi5. Emosi6. BudayaTerkait kemistisan sinden, individu menerima rangsangan yang berkenaan dengan

sinden dalam suatu hal yang diinterpretasikan mistis oleh otak, sehingga persepsi yang dihasilkan terkait sinden menjadi punya kesan mistis. Setelah persepsi tersebut terbentuk, individu akan menyebarkan persepsi yang dihasilkannya kepada individu lain pada kelompok di lingkungannya melalui berbagai media dan metode interaksi. Individu-individu dalam kelompok di lingkungan tersebut tentunya memiliki persepsi masing-masing. Dalam hal ini, persepsi yang memiliki kekuatan lebih untuk mempengaruhi individu lain adalah persepsi yang dominan. Dominansi persepsi dari lingkungan akan mempengaruhi hasil interpretasi pada individu. Jika lingkungan dominan memiliki persepsi mistis tentang sinden, maka persepsi tentang sinden yang akan terbentuk pada individu di lingkungan tersebut pun akan cenderung mistis.

Akan tetapi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak hanya faktor dominansi saja yang mempengaruhi pembentukan persepsi. Terdapat faktor seperti pengetahuan dan pengalaman serta budaya, juga pengulangan. Perbedaan pengetahuan dan pengalaman pada individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda walaupun dominansi persepsi yang ada pada lingkungan sama. Seperti halnya seorang ahli seni yang mengetahui sejarah dan seluk beluk sinden, tentunya akan memiliki persepsi yang berbeda tentang sinden dibandingkan dengan orang awam yang belum pernah mengenal sinden atau hanya sekedar tahu. Budaya juga sangat mempengaruhi. Masyarakat yang di lingkungannya sudah mengenal sinden atau sering terdapat pagelaran yang melibatkan sinden, tentu memiliki persepsi yang berbeda tentang sinden dengan masyakakat yang memiliki budaya berbeda. Selain itu, pengulangan dapat pula mempengaruhi persepsi. Seseorang yang telah berkali-kali menyaksikan penampilan sinden akan memiliki persepsi berbeda dengan orang yang baru pertama kali menyaksikan, dan perbedaan tampilan sinden yang didapat oleh tiap individu pun mempengaruhi proses pembentukan persepsi. Berdasarkan faktor-faktor yang ada, peneliti dapat membuat hipotesis bahwa 4 faktor yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan faktor yang dominan dalam membentuk persepsi mistis tentang sinden di masyarakat.

Page 13: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

BAB 5. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

5.1 Pendekatan Historis

5.1.1 Menghubungkan dengan pendekatan psikologisMengkaitkan penelitian unsur sejarah dengan perkembangan psikologi masyarakat

Indonesia.

5.1.2 Menambah data faktaMemastikan kembali bahwa hasil penelitian sesuai dengan seharusnya baik dengan

survey lapangan maupun menambah telaah pustaka.

5.2 Pendekatan Psikologis

5.2.1 Survey LapanganAdapun kesan mistis yang melekat pada diri sinden, tentunya tidak datang dengan

sendirinya. Seharusnya ada faktor utama yang menyebabkan persepsi tersebut muncul. Sejauh ini, penliti telah melakukan pengumpulan data dengan metode studi literatur. Namun, untuk dapat mengetahui penyebab munculnya persepsi mistis pada sinden di masyarakat, khususnya di lingkungan kampus ITB , selanjutnya akan dilakukan pembagian kuisioner kepada mahasiswa ITB untuk mengetahui hal-hal apa saja yang membuat sinden memiliki kesan mistis dan media yang mengenalkan mereka kepada sinden serta bentuk dan waktu pengenalannya. Pembagian dan pengisian kuisioner ini akan dilakukan dengan rentang 1 minggu terhitung dari tanggal 13-19 April 2015.

8

Page 14: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

DAFTAR PUSTAKA

B.A., Sulaiman Gitosaprodjo, IctisarTeori Sindhenan.Malang: Keluarga Karawitan Studio RRI Malang. 1971.

Palgunadi, Bram. Serat Kandha Karawitan Jawi. Bandung: Penerbit ITB. 2002.

Malaka, Tan. 2014. MADILOG Materialistik, Dialektika, dan Logika.Yogyakarta : Penerbit NARASI

Santa, Iwan Aji. 2009. Metode Pendekatan Psikologi. Tugas Akhir Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Pereira, dkk. November 2011. Music and Emotion in the Brain. Jurnal Artikel: San Francisco.

Lesiuk, Teresa, dkk. April-Juni 2009. Personality, Mood and Music Listening of Computer Information Systems. Jurnal Artikel : United States.

Fox, Donna Brink. September 2000. Music and the baby's brain: Early experiences. Jurnal artikel. National Association for Music Education

Wilcox, Ella. Februari 2000. Music, Brain Research, and Better Behaviour. Jurnal artikel : Praken Publication, Inc.

Paulus, dr. Anam Ong Sp.S, dkk. Critical Function. Slide Presentasi. RSHS FKUP.

http://www.amplifon.co.uk/resources/impact-of-sound-on-the-brain/ 7-4-2015 pukul 13.00 WIB

https://blog.bufferapp.com/music-and-the-brain 7-4-2015 pukul 14.00 WIB

http://www.livescience.com/28642-music-inspires-universal-brain-response.html 8-4-2015 pukul 14.30 WIB

psychology.about.com, 29 Maret 2015 pukul 19.30 WIB

repository.usu.ac.id, 29 Maret 2015 pukul 20.17 WIB

Annonymous. 2010. Sejarah dan perkembangan Musik Indonesia. http://phinxgranger4jc.blogspot.com/2010/05/sejarah-dan-perkembangan-musik.html diakses tanggal 30 September 2015 pukul 13.40 WIB.

9

Page 15: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

Annonymous. 2013. Sruti Respati dan Musim Sinden Naik Daun. http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/03/130303_sruti_musik diakses tanggal 2 April 2015 pukul 09.50 WIB.

Pryanto, Yoga Tri. 2014. Lima Lagu yang dianggap paling seram dan berbau mistis. http://www.merdeka.com/artis/5-lagu-yang-dianggap-paling-seram-dan-berbau-mistis/lingsir-wengi.html diakses tanggal 2 April 2014 pukul 10.20 WIB.

10

Page 16: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

LAMPIRAN

Penggunaan dana

Rincian Pengeluaran Dana PKM

No Tanggal Jenis Pengeuaran Jumlah (Rupiah)Februari

1 1/2/2015 Konsumsi 45.500,002 1/2/2015 Upah Pemateri (Febby Rossa) 750.000,003 3/2/2015 Fotokopi Dokumen 15.000,004 19/2/2015 Fotokopi Dokumen 6.900,005 13/2/2015 Masuk tol 8.000,006 13/2/2015 Bensin 15.000,007 14/2/2015 Bensin 100.000,008 15/2/2015 Bensin 100.000,009 15/2/2015 Bensin 170.000,0010 15/2/2015 pah Pemateri (Bram Palgunadi) 1.000.000,0011 22/2/2015 Konsumsi Air saat diskusi 5.500,00

Maret12 3/3/2015 Materai (administrasi) 21.000,0013 14/3/2015 Tiket Bdg-Madiun 107.500,0014 16/3/2015 Tiket Madiun-Bdg 492.500,0015 18/3/2015 Oleh-oleh Pemateri 92.500,0016 19/3/2015 Transport bus 75.000,0017 19/3/2015 Konsumsi 12.000,0018 19/3/2015 Upah Pemateri (Suprapti) 750.000,0019 20/3/2015 Sovenir+Konsumsi Pemateri 41.500,0020 20/3/2015 Sovenir+Konsumsi Pemateri 101.000,0021 20/3/2015 Transport bensin 10.000,0022 20/3/2015 Transport bensin 15.000,0023 20/3/2015 Transport bensin 20.000,0024 20/3/2015 Konsumsi 18.500,0025 20/3/2015 Upah Pemateri (Suraji) 1.000.000,0026 21/3/2015 Sovenir+Konsumsi Pemateri 36.000,0027 21/3/2015 Konsumsi Diskusi 57.500,0028 21/3/2015 Upah Pemateri (Edy) 1.000.000,00

April29 1/4/2015 Materai (administrasi) 14.000,00

Total Pengeluaran 6.079.900,00

Bukti-bukti pendukung kegiatan

11

Page 17: Laporan Kemajuan PKM-P Asal-usul Kemistisan Sinden

(a) (b)

(b) (d)

Gambar 1. Foto wawancara narasumber (a) Suprapti (b) Suraji (c) Edy (d) Febby Rossa

12