laporan kkl 2010 - mari menulis dan...

47
LAPORAN KKL 2010 Sosial Budaya, Geolinguistik Bahasa, dan Folklor Desa Waringinsari Kecamatan Langensari Kota Banjar disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KKL (Kuliah Kerja Lapangan) Dosen Pembimbing Baban Banita, M. Hum. Oleh: Kelompok 3 Kelompok 9 Kelompok 15 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2010

Upload: vothu

Post on 09-Mar-2019

284 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

LAPORAN KKL 2010

Sosial Budaya, Geolinguistik Bahasa, dan Folklor

Desa Waringinsari

Kecamatan Langensari Kota Banjar

disusun

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

KKL (Kuliah Kerja Lapangan)

Dosen Pembimbing

Baban Banita, M. Hum.

Oleh:

Kelompok 3

Kelompok 9

Kelompok 15

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2010

Page 2: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

LAPORAN

KULIAH KERJA LAPANGAN

PENELITIAN SOSIAL BUDAYA, GEOLINGUISTIK BAHASA,

DAN FOLKLOR DESA WARINGINSARI

KOTA BANJAR 29-30 APRIL 2010

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Kuliah Kerja Lapangan

Pada Program S-1 Sastra Indonesia

Dosen Pembimbing

Baban Banita, M. Hum.

Oleh:

Kelompok Desa Waringinsari

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2010

Page 3: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Penelitian Sosial Budaya, Geolinguistik Bahasa, dan Folklor

Desa Waringinsari Kota Banjar 29-30 April 2010

Penyusun : Reza Apriliana 180110070007

Sekar Widyasari 180110070014

Ahmad Rifan 180110090005

Amilya utari 180110090032

Dani Risnandi 180110090050

Reza Gusvitasari Heryantie 180110090052

Gina Kumala 180110070010

Muhamad Rausyan Fikri 180110070034

Intan Noorafni 180110070045

Iswatun Khasanah 180110090001

Dina Mayang Sari 180110090055

Sanju Waladata 180110090035

Ridwan Hanggoro 180110070023

Dewi Arumsari 180110070037

Adri Satya Wiratama 180110090008

Yuyun Anidah 180110090031

Julita Maharani W. 180110090042

Jatinangor, Juni 2010

Mengetahui,

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

Sastra Indonesia,

Tatang Suparman, M. Hum Baban Banita, M. Hum

NIP 1966066.199802.1.001 NIP 1969122.2200312.1.001

Page 4: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Penelitian Sosial Budaya, Geolinguistik Bahasa, dan Folklor

Desa Waringinsari Kota Banjar 29-30 April 2010

Penyusun : Reza Apriliana 180110070007

Sekar Widyasari 180110070014

Ahmad Rifan 180110090005

Amilya utari 180110090032

Dani Risnandi 180110090050

Reza Gusvitasari Heryantie 180110090052

Gina Kumala 180110070010

Muhamad Rausyan Fikri 180110070034

Intan Noorafni 180110070045

Iswatun Khasanah 180110090001

Dina Mayang Sari 180110090055

Sanju Waladata 180110090035

Ridwan Hanggoro 180110070023

Dewi Arumsari 180110070037

Adri Satya Wiratama 180110090008

Yuyun Anidah 180110090031

Julita Maharani W. 180110090042

Jatinangor, Juni 2010

Mengetahui,

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

Sastra Indonesia,

Tatang Suparman, M. Hum Baban Banita, M. Hum

NIP 1966066.199802.1.001 NIP 1969122.220031.21.001

Page 5: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt sudah selayaknya dipanjatkan karena

telah mencurahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat mengerjakan

dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini.

Laporan ini berjudul “Penelitian Sosial Budaya, Geolinguistik Bahasa, dan

Folklor Desa Waringinsari 29-30 April 2010”. Dalam laporan ini penyusun

menguraikan hasil penelitian dalam pelaksanaan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang

diselenggarakan pada tanggal 29-30 April 2010. Tujuan penyusunan laporan ini

selain memenuhi salah satu tugas Kuliah Kerja Lapangan juga untuk menambah

wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai sosial budaya, geolinguistik

bahasa, dan folklor desa tersebut.

Selesainya laporan ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Tatang Suparman, M. Hum., selaku ketua Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra Unpad ;

2. Bapak Baban Banita, M. Hum., selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja

Lapangan yang telah memberikan bimbingannya ;

3. Staf pengajar Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unpad ;

4. Para informan, masyarakat, serta aparat pemerintah Desa Waringinsari

Kecamatan Langensari Kota Banjar yang telah membantu dlam menyediakan

Page 6: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

data-data yang dibutuhkan penyusun untuk penyusunan Laporan Kuliah Kerja

Lapangan ini ; dan

5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan penuh kerendaha hati penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar dapat

melengkapi dan memperbaiki laporan ini.

Sekian dari penyusun, semoga laporan ini berguna bagi penyusun

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jatinangor, Juni 2010

Penyusun

Page 7: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Metode Penelitian 2

1.5 Sumber Data 3

BAB II SOSIAL BUDAYA DESA WARINGINSARI

2.1 Lokasi 4

2.2 Asal Mula Nama Waringinsari 4

2.3 Pola Perkampungan 5

2.4 Penduduk 6

2.5 Situasi Kebahasaan di Desa Waringinsari 7

2.6 Mata Pencaharian Masyarakat Waringinsari 7

2.7 Hasil Bumi Utama Desa Waringinsari 8

2.8 Pendidikan 9

2.9 Tingkat Mobilitas 9

2.10 Kesenian Tradisional 9

2.11 Upacara Pernikahan 10

2.12 Situasi Keagamaan Desa Waringinsari 17

BAB III GEOLINGUISTIK DESA WARINGINSARI

Page 8: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

3.1 Geolinguistik Bahasa 20

3.2 Data Geolinguistik Bahasa di Desa Waringinsari 20

3.3 Analisis Geolinguistik Bahasa Desa Waringinsari 25

BAB IV FOLKLOR DESA WARINGINSARI

4.1 Folklor 29

4.2 Data Hasil Penelitian Folklor Desa Waringinsari 31

4.2.1 Asal Mula Desa Waringinsari 33

4.2.2 Kesenian Tradisional Desa Waringinsari 33

4.3 Analisis Folklor Desa Waringinsari 35

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan 37

5.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN

Page 9: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan salah satu mata kuliah yang ada di

program studi Sastra Indonesia Unpad. KKL pada tahun ini melibatkan mahasiswa

semester 6 dan semester 2 dan diselenggarakan di Kota Banjar, Kecamatan

Langensari. Laporan KKL disusun oleh tiga kelompok yang mendapatkan daerah

penelitian di Desa Waringinsari. Penelitian KKL meliputi tiga hal yaitu sosial

budaya, geolinguistik bahasa, dan folklor. Ketiganya adalah mata kuliah yang

dipelajari di program studi Sastra Indonesia, dan KKL ini merupakan bentuk nyata

dari yang sudah didapat dari mata kuliah-mata kuliah tersebut.

Penelitian sosial budaya menyangkut masalah sosial dan budaya yang ada di

masyarakat desa yang menjadi tempat penelitian. Masalah sosial budaya yang diteliti

tersebut antara lain lokasi, asal mula nama desa, pola perkampungan, penduduk,

situasi kebahasaan, mata pencaharian, hasil bumi utama desa, pendidikan, tingkat

mobilitas, kesenian tradisional, upacara pernikahan, dan situasi keagamaan.

Penelitian geolinguistik bahasa berkenaan dengan bahasa setempat. Desa

Waringinsari merupakan salah satu desa di kecamatan Langensari yang berbatasan

langsung dengan Jawa Tengah dan memiliki masyarakat yang menggunakan dua

bahasa daerah yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa.

Penelitian folklor menyangkut masalah tradisi yang ada di desa yang menjadi

tempat penelitian. Folklor sendiri terbagi manjadi folklor lisan, folklor setengah lisan,

dan folklor bukan lisan.

1.2 Perumusan Masalah

Desa Waringinsari merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan

Langensari yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Masyarakatnya pun tidak

jauh dari perbedaan bahasa dan sosial yang cukup mencolok. Bahasa Sunda dan

Page 10: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Waringinsari. Rumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana masalah sosial budaya di desa Waringinsari?

2. Bagaimana kondisi kebahasaan dalam hal ini geolinguistik bahasa di desa

Waringinsari?

3. Folklor apa saja yang terdapat di desa Waringinsari?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam pelaksanaan KKL tahun 2010 di desa

Waringninsari ini adalah sebgaia berikut:

1. mengetahui kondisi sosial budaya yang ada di desa Waringinsari, mulai dari

masalah kependudukan, bahasa, serta budaya yang dimiliki oleh masyarakat

desa Waringinsari,

2. mengetahui bagaimana kehidupan dua bahasa yang ada di desa Waringinsari,

bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang hidup berdampingan selama puluhan

tahun,

3. mengetahui folklore apa saja yang terdapat di desa Waringinsari,

4. menguji kemampuan mahasiswa dalam mempraktikan apa yang sudah

didapatkan di bangku kuliah, dan

5. menjadikan hasil penelitian sebagai referensi bermanfaat bagi desa yang

bersangkutan.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam laporan KKL ini adalah metode deskriptif

analitis. Di dalam laporan ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian. Maksudnya

membuat sebuah gambaran tulisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai data,

sifat-sifat, serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, yaitu mencatat langsung

dari informan segala informasi yang ditanyakan, mendata apa saja yang terdapat

Page 11: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

disana, dalam berbagai bentuk. Misalnya mengumpulkan dokumentasi berbentuk

foto.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. membaca referensi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti,

2. pengumpulan data, yakni kegiatan mencari dan mengumpulkan data yang

sesuai dengan masalah yang akan diteliti,

3. pemilihan data, yakni kegiatan memilih data yang nantinya akan dipakai

dalam penelitian ini,

4. pengklasifikasian data, yakni kegiatan mengelompokkan data yang telah

terkumpul untuk memudahkan proses analisis,

5. penganalisian data, yakni kegiatan menelaah data yang telah terkumpul,

dan

6. menyimpulkan hasil penelitian kegiatan yang berisi intisari dari hasil

penelitian.

1.5 Sumber Data

Sumber data uatam dalam penelitina ini adalah iforman yang merupakan

warga asli setempat yang memenuhi syarat dan aparat desa setempat. Data diperoleh

melalui wawancara, data tertulis, dan informasi lainnya. Selain itu sumber data lain

yang digunakan yaitu buku-buku teori yang berkaitan dengan dialektologi dan

folklor.

Page 12: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

BAB II

SOSIAL BUDAYA

DESA WARINGINSARI

2.1 Lokasi

Desa Waringinsari terletak di Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa

Barat. Desa Waringinsari merupakan salah satu lokasi hasil pemekaran dari

Langensari. Desa ini masih terbagi lagi menjadi empat dusun yaitu sebagai berikut:

1. Dusun Sukanagara

2. Dusun Purwodadi

3. Dusun Kadung Waringin

4. Dusun Sukarahayu

2.2 Asal Mula Nama Waringinsari

Sekitar tahun 50-an, pada mulanya hanya ada satu desa yaitu Desa Pataruman.

Pada tahun 1966-1967 desa Pataruman kemudian terbagi menjadi dua desa yaitu

Pataruman dan Langensari. Wilayah ini dahulu merupakan sebuah perkebunan karet.

Ketika itu pemerintahan Belanda runtuh sehingga perkebunan ini menjadi lahan

bebas untuk dimanfaatkan. Karena letaknya yang berada diantara Jawa Barat dan

Jawa Tengah, akhirnya banyak pendatang dari kedua daerah tersebut memutuskan

untuk menetap disana. Barulah kemudian dalam perkembangannya Desa Langensari

mengalami pemekaran yang salah satunya disebabkan karena adanya pemadatan

penduduk sehingga membutuhkan perluasan area, maka lahirlah Desa Waringinsari.

Nama Waringinsari diambil karena pada saat itu di daerah pemekaran dari

Desa Langensari ini terdapat pohon beringin atau waringin besar yang terletak di

tengah sawah. Penambahan kata sari yang berarti rasa dibelakang waringin pun

dimaksudkan sebagai simbol dari desa baru yang diharapkan bisa menebarkan sari

Page 13: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

dari potensi daerah dan masyarakatnya sebesar bahkan melebihi besarnya pohon

waringin tersebut.

2.3 Pola Perkampungan

Di Waringinsari kita bisa melihat deretan rumah-rumah yang cukup

berdekatan. Rumah-rumah tersebut mayoritas bisa dikatakan besar dengan

pekarangan yang juga tidak kalah luasnya dengan bangunan rumah mereka. Mungkin

terkecuali rumah yang bersentuhan langsung dengan jalan utama. Beberapa dari

mereka tidak memiliki pekarangan rumah seluas mereka yang memiliki rumah agak

jauh dari jalan utama walaupun beberapa diantaranya juga tetap memiliki pekarangan

yang luas.

Bisa dikatakan bahwa pembangunan di daerah ini sudah cukup maju. Terlihat

dari jalan utama yang sudah beraspal, dan bentuk bangunan yang cukup modern

bahkan beberapa terkesan sangat mewah. Selain itu akses pendidikan seperti gedung

sekolah pun bisa dijangkau dengan mudah. Buktinya di tempat kami bermalam,

lokasinya persis berhadapan dengan gedung sekolah dasar. Tempat ibadah pun

lengkap, masjid-masjid berdiri kokoh dengan arsitektur masa kini. Begitupun gereja

yang khusus di Waringinsari ini jumlahnya mencapai empat buah. Menariknya di sini

kami pun menemukan bangunan rumah semacam kantor tempat penukaran mata uang

asing. Hal ini berhubungan dengan mata pencaharian penduduk Langensari yang

diantaranya bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Namun, secara garis besar pola perkampungan yang terdapat di Desa

Waringinsari adalah sebagai berikut:

1. Menyebar merata, maksudnya jarak antara rumah yang satu dengan yang lain

tidak terlalu berjauhan tetapi tidak juga terlalu padat.

2. Line village−yaitu penduduk desa menyusun tempat tinggalnya mengikuti

sungai atau jalur jalan dan membentuk suatu deretan perumahan (khusus

rumah-rumah yang letaknya di tepi jalan).

3. Sebagian besar rumah-rumah yang terletak di sisi jalan bentuknya modern

bahkan cenderung mewah.

Page 14: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

4. Segi modern pun terlihat dari bentuk bangunan masjidnya yang besar dan

sudah berarsitektur kekinian.

2.4 Penduduk

1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Waringinsari didominasi oleh

laki-laki. Tetapi, perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan

sesungguhnya hanya terpaut sedikit karena silisih antara jumlah pria dan wanita kecil.

Hal tersebut bisa terlihat dari data berikut:

2. Jumlah penduduk berdasarkan etnik.

Sebagai lokasi yang terletak di antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan

seluruh penduduk yang merupakan pendatang dari kedua daerah tersebut. Di Desa

Waringinsari ini kita bisa menemukan dua etnik yaitu etnik Jawa dan Sunda. Akan

tetapi berdasarkan data di bawah ini bisa dilihat bahwa mayoritas penduduk yang ada

di Waringinsari merupakan penduduk beretnik Jawa.

Page 15: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

3. Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut.

Penduduk Waringinsari mayoritas beragama Islam dan hanya sebagian kecil

saja yang beragama katolik. Berikut data selengkapnya:

Islam Katolik

Jumlah penganut laki-laki 3962 orang 5 orang

Jumlah penganut

perempuan

3882 orang 6 orang

2.5 Situasi Kebahasaan di Desa Waringinsari

Situasi kebahasaan Desa Waringinsari didominasi dengan penggunaan bahasa

Jawa baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam kegiatan kedinasan. Sebagai

daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan keragaman etnik

terutama etnik Sunda dan Jawa, kemudian membuat masyarakat Waringinsari

setidaknya memiliki tiga kemampuan berbahasa, yaitu Jawa, Sunda dan Bahasa

Indonesia. Walaupun pada kenyataannya, kemampuan berbahasa ini tidaklah seratus

persen diikuti dengan kemampuan berbahasa lisan yang baik.

Menurut informasi yang kami dapatkan, masyarakat Desa Waringinsari

setidaknya menguasai minimal dua bahasa, Jawa-Indonesia atau Sunda-Indonesia.

Tetapi keragaman etnik yang ada di desa ini membuat mereka bisa memahami dan

Page 16: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

menangkap maksud semua bahasa yang hidup di sekitar mereka meskipun beberapa

di antaranya tidak bisa mengungkapkannya secara lisan. Uniknya di tengah mayoritas

etnik Jawa di desa ini, mata pelajaran muatan lokal (mulok) tingkat Sekolah Dasar

(SD) di daerah ini justru Bahasa Sunda sedangkan Bahasa Jawa hanya dipelajari

sedikit di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena secara geografis daerah

ini masih berada di wilayah Jawa Barat.

2.6 Mata Pencaharian Masyarakat Waringinsari

Menurut Pakuwu atau kepala desa Waringinsari, mayoritas penduduk desa

bekerja sebagai petani. Selebihnya ada yang berdagang, menjadi buruh dan pegawai

negeri. Berikut ini data selengkapnya:

2.7 Hasil Bumi Utama Desa Waringinsari

Sebagai daerah dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai

petani, sudah dipastikan di desa ini kita bisa melihat banyak hamparan sawah. Tetapi,

jika diperhatikan di sekitar daerah Waringinsari ini tumbuh banyak pohon kelapa

jenis kelapa hijau atau hibrida. Maka selain bertani di sawah, penduduk sekitar pun

bertani kelapa yang kemudian diolah menjadi gula merah yang mereka sebut sebagai

gula kapa atau gula kelapa.

Page 17: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

Gula merah pada akhirnya menjadi komoditi hasil bumi yang cukup besar

dihasilkan di Waringinsari. Di sini, membuat gula merupakan industri rumahan atau

home industri yang cukup banyak dilakoni penduduknya. Setiap hari mereka

menghasilkan sekitar 3-4 kg gula kelapa yang kemudian dijual ke penampung desa.

Bahkan menurut kapala desa setempat, Waringinsari merupakan penghasil gula

kelapa paling banyak dibandingkan dengan desa lain di Langensari.

Desa Waringinsari masih memproduksi peralatan rumah tangga tradisional

seperti nyiru (tampah), aseupan, dudukuy, dll. untuk didistribusikan ke daerah lain.

2.8 Pendidikan

Mayoritas penduduk Waringinsari sudah mengecap pendidikan yang cukup

bahkan lebih, dengan salah satunya sudah bisa menempuh pendidikan hingga s2.

Setiap tahap pendidikan pun sudah memiliki fasilitas seperti gedung sekolah yang

cukup banyak tersebar dan aksesnya tidak sulit seperti desa-desa pada umumnya.

Berdasarkan data pendidikan di bawah ini pun kita bisa mengatakan bahwa

masyarakat Waringinsari sangat peduli akan pendidikan.

Page 18: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

2.9 Tingkat Mobilitas

Mobilitas penduduk Waringinsari sangat tinggi. Bahkan kepala desa setempat

mengatakan bahwa ia keluar masuk desa hampir setiap hari. Selain itu mobilitas pun

terlihat dari para pemudanya yang sebagian besar lebih memilih untuk bekerja di luar

desa atau pergi ke kota lalu menghabiskan hidup disana dan hanya sesekali saja

pulang kembali ke Waringinsari saat libur panjang atau adanya hari besar keagamaan.

2.10 Kesenian Tradisional

Mengamati Desa Waringinsari sebagai daerah campur etnik, besar harapan

kami untuk menemukan hasil budaya baru yang lahir dari pencampuran etnik Jawa

dan Sunda disini. Namun, ternyata hal itu tidak kami temukan. Bentuk kesenian khas

di daerah ini merupakan kesenian khas dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kesenian

khas Jawa Barat di Desa Waringinsari misalnya:

1. Kuda Lumping yang jumlahnya hingga tiga rombongan.

2. Kesenian Degung yang biasa dimainkan pada saat hajatan pernikahan.

Sedangkan kesenian khas Desa Waringinsari yang berasal dari Jawa Tengah

diantaranya adalah kesenian Gendingan.

Berhubungan dengan sisi tradisional, desa Waringinsari masih memproduksi

peralatan rumah tangga tradisional seperti nyiru (tampah), aseupan, dudukuy, dll.

untuk didistribusikan dan dijual ke daerah lain. Hal ini memerlihatkan bahwa

keterampilan dalam membuat peralatan rumah tangga tradisional masih

dibudidayakan dengan baik. Penyebutan istilah untuk peralatan-peralatan tersebut

seperti nyiru untuk tampah, aseupan, dan dudukuy pun memerlihatkan kekhasan dari

Jawa Barat. Contoh-contoh yang kami temukan tersebut menunjukkan bahwa budaya

yang hidup di desa Waringinsari merupakan budaya yang terbawa dari Jawa Barat

dan Jawa Tengah oleh penduduknya yang merupakan pendatang dari kedua daerah

tersebut sebagai akibat dari letak geografis Langensari yang merupakan perbatasan.

Page 19: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

Dari pengamatan mengenai budaya di Waringinsari tersebut, kami pun

mendapatkan gambaran keadaan sosial wilayah ini yang sangat terbuka. Hubungan

antarwarga yang notabene beragam bisa terjalin dengan baik, tentram, aman, dan

damai. Terlihat dari bentuk kesenian yang walaupun tetap memiliki dan membawa

ciri khas daerahnya masing-masing tetapi tidak menimbulkan konflik antar etnik.

2.11 Upacara Pernikahan

Seperti halnya bentuk kesenian tradisionalnya, bentuk-bentuk perayaan seperti

hajatan pernikahan di Waringinsari pun kasusnya tidak jauh berbeda. Bentuk

perayaan berupa adaptasi dari adat yang ada di Jawa Barat atau adat dari Jawa

Tengah. Sehingga upacara pernikahan di Waringinsari bersifat variatif tergantung

kesepakatan dan keinginan masing-masing warga yang mengadakan hajatan tersebut.

Entah itu menggunakan adat Sunda ataupun adat Jawa. Bahkan beberapa diantaranya

juga ada yang mengadakan pernikahan hanya dengan tata cara Islam tanpa perayaan

adat. Selain itu, dalam penentuan “waktu baik” untuk mengadakan hajat sudah tidak

lagi menggunakan perhitungan Jawa ataupun perhitungan-perhitungan kuno lainnya.

Adapun secara rinci prosesi pernikahan adat Sunda dan adat Jawa tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Tata upacara pernikahan adat Jawa

Penduduk Waringinsari bisa memilih adat pernikahan yang ingin mereka

gunakan diantaranya adalah adat Jawa dengan prosesi sebagai berikut:

1. Babak I (Tahap Pembicaraan), yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang

akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan

pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok

dina).

2. Babak II (Tahap Kesaksian), babak ini merupakan peneguhan pembicaaan

yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh

di kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui acara-acara sebagai berikut :

Page 20: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

1. Srah-srahan, yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk

melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan

simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan makna khusus, berupa

cincin, seperangkat busana putri, makanan tradisional, buah-buahan, daun

sirih dan uang.

2. Peningsetan, lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua

kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.

3. Asok tukon, hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang

untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.

4. Gethok dina, menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi.

Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang

yang ahli dalam perhitungan Jawa.

3. Babak III (Tahap Siaga), Pada tahap ini, yang akan punya hajat

mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk membentuk panitia guna

melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan

sesudah hajatan.

1. Sedhahan, yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.

2. Kumbakarnan, pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :

3. Jenggolan atau Jonggolan, saatnya calon pengantin sekalian melapor ke

KUA (tempat domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut

tandhakan atau tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil

akan ada hajatan mantu, dengan cara ijab.

4. Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara), tahap ini bertujuan untuk

menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada beberapa acara

dalam tahap ini, yaitu :

1. Pasang tratag dan tarub, pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan

pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu

dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri

kahs tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-

Page 21: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih),

nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.

2. Kembar mayang, barang-barang untuk kembar mayang adalah : Batang

pisang, Bambu aur untuk penusuk (sujen), Janur kuning, ± 4 pelepah, Daun-

daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa,

daun girang dan daun andong, Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan

sama besarnya, Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih, Kelapa muda

dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya

dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak

tumpah.

3. Pasang tuwuhan (pasren) tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju

tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan, Janur,

Daun kluwih, Daun beringin dan ranting-rantingnya, Daun dadap serep,

Seuntai padi (pari sewuli), Cengkir gadhing, Setundhun gedang raja suluhan

(setandan pisang raja) dll

4. Siraman, Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu

air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang

terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Tahapan upacara siraman adalah

sebagai berikut :

5. Adol dhawet, upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah

ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para

tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung

harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak tamu dan

rezeki yang datang.

6. Midodareni, midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam

melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di

rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk

memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan

sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap

Page 22: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari

kata widodareni (bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat

keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan,

kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi

Kumaratih dan Dewa Kumajaya.

5. Babak V (Tahap Puncak Acara)

1. Ijab qobul

2. Upacara panggih, adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai

berikut :

a. Liron kembar mayang, Saling tukar kembar mayang antar pengantin,

bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama

mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.

b. Gantal, daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling

dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga

semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.

c. Ngidak endhog, Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah

sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra, Mencuci dengan air

bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih

dari segala perbuatan yang kotor.

e. Minum air degan, Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci,

air mani (manikem).

f. Di-kepyok dengan bunga warna-warni Mengandung harapan mudah-

mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-

galanya dan bahagia lahir batin.

g. Masuk ke pasangan, Bermakna pengantin yang telah menjadi

pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.

h. Sindur, Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau

pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan

Page 23: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

hidup dengan semangat berani karena benar.Setelah melalui tahap

panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana

dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :

i. Timbangan, Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan

pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki

pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri

berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.

j. Kacar-kucur, Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada

pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya.

Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi

nafkah kepada keluarganya.

k. Dulangan, Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini

mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol

seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu

nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng

yang bermakna :

3. Sungkeman

Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa

restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah,

menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri

diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.

2. Tata upacara pernikahan adat Sunda

Adat Sunda juga merupakan salah satu pilihan adat pernikahan yang bisa

dilakoni oleh penduduk Waringinsari yang ingin merayakan pesta pernikahannya.

Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat

dilihat berikut ini.

1. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang

berminat mempersunting seorang gadis.

Page 24: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

2. Lamaran, dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat.

Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun

atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai

pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa,

bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.

3. Tunangan, dilakukan „patuker beubeur tameuh‟, yaitu penyerahan ikat

pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.

4. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa

uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.

5. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka

seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)

a. Dipimpin pengeuyeuk.

b. Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan

doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui

lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten,

pangradinan dan sebagainya.

c. Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk

d. Disawer beras, agar hidup sejahtera.

e. Dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih

sayang dan giat bekerja.

f. Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah

tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.

g. Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin

pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat

menyesuaikan diri.

h. Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon

pengantin pria).

6. Membuat lungkun, dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung

menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang

Page 25: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh

bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.

7. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba

mencari rejeki dan disayang keluarga.

8. Upacara Prosesi Pernikahan

a. Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita

b. Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan

pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian

diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk

menuju pelaminan.

c. Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di

tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari

kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi

dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih

murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan

menandatangani surat nikah.

d. Sungkeman,

e. Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.

f. Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran,

pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua

pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi

taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.

g. Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan

lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas

harupat dipatahkan pengantin pria.

h. Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai

pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin

wanita.

Page 26: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

i. Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab

dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah

kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju

pelaminan.

2.12 Situasi Keagamaan Desa Waringinsari

Agama yang hidup di Waringinsari adalah Islam dan Katolik. Namun,

mayoritas agama yang dianut penduduk Desa Waringinsari adalah Islam yaitu

sebanyak 7844 orang, sedangkan penganut Katolik hanya ada 11 orang.

Islam sebagai mayoritas agama yang dianut, membuat keberadaan masjid

besar hingga mushola-mushola sederhana yang cukup banyak sangatlah wajar. Tetapi

ketika melihat data jumlah jamaah umat katolik yang cukup sedikit, uniknya di Desa

Waringinsari ini terdapat empat buah gereja yang salah satunya bahkan berdekatan

dengan masjid, tepatnya saling berhadapan. Secara keseluruhan penduduk Langensari

memang memeluk agama kristen baik protestan maupun katolik. Sehingga selain

jemaat dari warga Waringinsari banyak jemaat kristen dari desa lain di Langensari

yang beribadah di gereja-gereja yang ada di Waringinsari.

Di Desa Waringinsari ini perhatian kami tertuju pada keberadaan masjid dan

gereja yang saling berhadapan. Bukti perbedaan agama yang dianut ini ternyata

memiliki latar belakang sejarah yang menarik untuk ditelisik. Menurut salah seorang

informan yang merupakan tokoh di masjid yang langsung berhadapan dengan gereja

tersebut (GKJ Waringinsari) menjelaskan bahwa pada mulanya hampir seluruh warga

Waringinsari menganut agama Islam dan tercatat hanya tiga keluarga saja yang

menganut agama kristen. Namun pada tahun1950-an, terjadi krisis di mana banyak

petugas yang ditugaskan untuk mencari dan menambah jemaah. Pada saat itu pemuka

agama Islam di daerah tersebut kebetulan berdomisili di daerah yang cukup jauh dari

masjid asuhannya yaitu di sebelah Utara desa. Ini menyebabkan kekosongan

kepemimpinan Islam di wilayah tersebut sehingga beberapa diantara masyarakat

Page 27: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

sekitar memilih untuk menganut agama Kristen. Sejalan dengan itu, penganut kristen

pun semakin bertambah. Hingga kini mereka saling mengerti dan menghormati

kegiatan peribadatan yang sering dilakukan di masjid. Hal ini terjadi karena pada

dasarnya sejarah mencatat mereka dahulu mayoritas menganut agama Islam sehingga

secara sadar mereka mengerti dan memahami kebutuhan ibadah umat Islam.

Di luar dari sejarah yang menyebabkan perbedaan agama yang dianut

tersebut, hal yang paling penting dengan keberadaan masjid dan gereja yang saling

berhadapan ini adalah kerukunan antarumatnya. Masing-masing saling menghargai

akidah yang mereka yakini “Agamaku agamaku, agamamu agamamu” sehingga

setiap kegiatan rutin keagamaan masing-masing tidak menimbulkan konflik.

Misalnya saja ketika para jemaah umat Katolik akan merayakan Hari Raya Paskah di

gereja yang secara kebetulan jatuh pada hari Jum‟at ketika umat Islam pun pada hari

yang sama juga harus melaksanakan shalat jum‟at di masjid. Maka pada saat itu,

dengan besar hati pihak gereja akan menunda acaranya hingga shalat jum‟at selesai.

Karena mereka mengerti bahwa kegiatan shalat jum‟at adalah ibadah umat Islam

yang memang rutin dilaksanakan di masjid yang berdiri kokoh di depan gereja

mereka tersebut.

Bahkan pemuka agama Islam setempat yang kami wawancarai mengaku

bahwa setiap pihak gereja mengadakan acara besar seperti merayakan Natal, mereka

membagi “berkat natal” berupa makanan tidak terbatas pada penganut Katolik saja

tetapi merata pada semua penduduk sekitar gereja. Begitupun sebaliknya, dalam

setiap kegiatan besar keagamaan Islam seperti Idul Adha pihak masjid tidak

berkeberatan jika ada penganut Katolik yang ikut serta membantu dalam acara kurban

yang mereka adakan. Dengan kata lain, hubungan antara dua agama berbeda dalam

satu lingkungan yang dianut masing-masing pengikutnya ini tidak memengaruhi

hubungan sosial mereka sehari-hari. Karena mereka tetap bersatu sebagai warga

masyarakat yang sama. Maka untuk setiap hal yang berhubungan dengan kegiatan

sosial ataupun kegiatan bermasyarakat lain seperti hajatan, mereka tetap menjalin

hubungan yang harmonis dengan saling mengundang satu sama lain.

Page 28: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

Bukti-bukti di atas memerlihatkan bahwa mereka masih menerapkan sistem

musyawarah yang telah diaplikasikan dengan cukup baik. Begitupun juga dengan hal

yang berhubungan dengan keagamaan, setiap kegiatan yang akan dilaksanakan di

gereja ataupun di masjid akan diinformasikan terlebih dahulu kepada masing-masing

pihak agar tidak terjadi bentrok acara di kedua tempat ibadah tersebut.

Berhubungan dengan keagamaan, di Waringinsari kita bisa menemukan

kebiasaan bertahlil bersama yang biasa disebut tahlilan. Kegiatan ini diadakan di

tempat dan waktu yang disesuaikan berdasarkan kesepakatan warga yang akan

melaksanakan. Begitupun untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Mereka

juga masih melakukan tahlilan yang khusus untuk itu biasanya dilakukan berdasarkan

tahap-tahap, seperti 3 harinya, 7 harinya, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun (mendak)

bahkan hingga 1000 hari kematian.

Page 29: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

BAB III

GEOLINGUISTIK

DESA WARINGINSARI

3.1 Geolinguistik Bahasa

Lokabasa atau geografi dialek adalah cabang dialektologi yang mengkaji

hubungan yang ada dalam ragam-ragam bahasa, bertumpu pada satuan ruang atau

tempat terwujudnya ragam-ragam itu (Dubois dkk., kys. :230). Lokabasa mengkaji

hal-hal yang berhubungan dengan pemakaian anasir bahasa yang diteliti pada saat

penelitian dilakukan (Jaberg kys.: 13) shingga dapat dibuktikan. Istilah lain untuk

ilmu itu adalah linguistic geografis atau geolinguistik.

Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, penelitian lokabasa harus

didasarkan pada dua hal yaitu a. pengamatan yang seksama dan setara terhadap

daerah yang diteliti, dan b. bahannya harus dapat dibandingkan dengan sesamanya

dan keterangan yang bertalian dengan kenyataan-kenyataannya dikumpulkan dengan

aturan dan cara yang sama pula (Meillet kys.:79-81)

3.2 Data Geolinguistik Bahasa di Desa Waringinsari

Penelitian geolinguistik bahasa ini dilakukan di Desa Waringinsari Kecamatan

Langensari Kota Banjar pada tanggal 29 dan 30 April pada kegiatan KKL Sastra

Indonesia 2010.

Desa Waringinsari seperti umumnya desa-desa di kecamatan Langensari,

adalah desa yang menggunakan dua bahasa daerah yaitu bahasa Sunda dan bahasa

Jawa. Sasaran dari penelitian geolinguistik di desa ini adalah kedua bahasa tersebut.

Pemupu dalam hal ini kelompok yang melakukan penelitian, menggunakan daftar

tanyaan

yang sudah disiapkan sebagai alat untuk melakukan penelitian. Daftar tanyaan berupa

gloss yang berjumlah lebih dari lima puluh kata tersebut akan ditanyakan pada

informan di desa Waringinsari, baik informan penutur bahasa Sunda maupun penutur

bahasa Jawa. Berikut uraian data hasil penelitian geolinguistik di desa Waringinsari.

Page 30: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

Data hasil penelitian geolinguistik bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Desa

Waringinsari Kecamatan Langensari Kota Banjar, 29-30 April 2010.

Informan 1

Nama : Enah

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD (sekolah dasar)

Pekerjaan :

Agama : Islam

Kampung : Sukanegara

Dusun : Sukanegara

Desa : Waringinsari

Kecamatan : Langensari

Kabupaten : Banjar

Informan 2

Nama : Pariati

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SR

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Kampung : Sukanegara

Dusun : Sukanegara

Desa : Waringinsari

Kecamatan : Langensari

Kabupaten : Banjar

No Glos Ibu Enah Ibu Pariati

Sunda Jawa Sunda Jawa

1 Kakek* /aki/ /Kaki/mbah

kakung/

/Kaki/mbah

kakung/

2 nenek /Nini/ /Mbah uti/ - /Mbah putri/

3 Ayah* Apa /Romo/bapak/ - /Bapa/romo/

4 Ibu*# /Biyung/ /Biyung/ - /Biyung/

5 Paman tua /Uwa/ /Pakdé/ - /Pakdé/

6 Paman muda /Mamang/ /Lélék/ - /Paklé/

7 Bibi tua /Uwa/ /Budé/ - /Bu‟dé/

8 Bibi muda - /Bulé/ - /Bu‟lé/

9 Laki-laki - - - /Jalér/lanang/

Page 31: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

10 Perempuan - - - /Stri/wadon/

11 Kakak laki-laki /Aa/ /Kakang/mas/ - /Mas/

12 Kakak perempuan /Cәcә/tétéh/ /Yayuk/mbak/ - /Yayuk/

13 Adik laki-laki /Adé/dédé/ /Adi‟/ - /Adik/

14 Adik perempuan /Adé/dédé/ /Adi‟/ - /Adik/

15 Anak /Putra/ /Putra né/ - /Putra/

16 Keponakan tua /Alo/ /Alo/ - /Rәlunan/

17 Keponakan muda /Alo/ /Alo/ - /Ponakan/

18 Cucu /Incu/putu/ /Putu/ - /Putu/

19 Suami /Pamәgәt/ /Bojo/ - /Bojo/

20 Istri# /Istri/ /Bojo/ - /Bojo/

Page 32: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

21 Mertua /Mitoha/ /Mәrtua/ - /Mәrtua/

22 Menantu /Minantu/ /Mantu/ - /Mantu/

23 Besan /Bésan/ /Bésan/ - /Bésan/

24 Ipar /Ipar/ /Ipé/ - /Ipé/

25 Panggilan untuk

anak

-

26 Laki-laki* /Asep/ /Tole‟/ - /Tole‟/

27 Panggilan untuk

anak

-

28 Perempuan* /Neng/ /Ndu‟/ - /Ndo‟/

29 Tiri# /Téré/ -

30 Nama# /Nami/ /Njenengan/ - /Jenengan/

31 Pegawai desa /Padamel désa/ - - /Pamong désa/

32 Pesuruh di desa* /Ngabantosan

staf désa/

- - /Pesuruh désa/

33 Kepala desa /Kuwu/ - - /Pak lurah/

34 Kepala kampung* /Kepala dusun/ /Pak

golongan/

- /Pak golongan/

35 Juru tulis /Pak ulis/ - - /Juru tulis/

36 Penghulu /Panghulu/ - - /Penghulu/

37 Peronda /Ngaronda/ /Ronda/ -

38 Dukun beranak /Paraji/ - - /Dukun bayi/

39 Dukun sunat /Mantri sunat/ - - /Mantri sunat/

40 Arisan* /Arisan/ - - /Arisan/

41 Selamatan

(kenduri)*

/Riungan/ /Kendurén/ - /Slametan/kendurén/

42 Kerja bakti /Kerja

bakti/gotong

royong/

/Kerigan/ - /Kerigan/

Page 33: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

43 Kepala# /Sirah/ /Sira/ - /Sirah/

44 Otak# /Otak/ /Otak/ - /Otak/

45 Kening /Taar/ /Batok/ - /Batuk/

46 Mata# /Panon/ /Moto/ - /Mata/

47 Bulu mata /Bulu mata/ /Bulu mata/ - /Idep/

48 Air mata# /Cai panon/ /Banyu mata/ - /Banyu mata/

49 Hidung /Pangambung/ /Cungur/ - /Cungur/

50 Mulut# /Cangkem/ - - /Cangkem/

51 Air ludah# /Ciduh/ /Iduh/ - /Idu/

52 Dahak# /Reuhak/ /Riak/ - /Riak/

53 Bibir /Lambé/ - - /Lambé/

54 Gigi /Waos/ /Untu/ - /Untu/

55 Geraham /Caréham/ /Baham/ - /Baam/

56 Lidah /Ilat/ /Ilat/ - /Ilat/

57 Telinga /Kuping/ /Kuping/ - /Kuping/

58 Leher /Beuheung/ /Gulu/ - /Gulu/

59 Pundak /Taktak/ /Pundak/ - /Pundak/

60 Belikat - /Kәmpongan/ - /Kәmpongan/

61 Jari tangan /Ramo/ - - /Jentik/

62 Ibu jari /Jәmpol/ - - /Jәmpol/

63 Telunjuk /Curuk/ - - /Telunjuk/

64 Jari tengah /Jajangkung/ - - /Jari tengah/

65 Jari manis /Jari manis/ - - /Lentik manis/

66 Kelingking /Jentik/ - - /Lentik/

67 Tangan /Panangan/ /Tangan/ - /Tangan/

68 Telapak tangan /Dampal

panangan/

/Telapak

tangan/

- /Telapak tangan/

Page 34: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

69 kuku /Kuku/ /Kuku/ - /Kuku/

70 Kaki /Sampean/ - /Sampean/

71 Paha /Pingping/ /Pupu/ - /Pupu/

72 Lutut# /Tuur/ /dengkul/ - /Dengkul/

73 Betis /Bitis/ /Kempol/ - /Kempol/

74 Tulang kering /Balong kering/ - -

75 Mata kaki /mumuncangan/ - - /Geger/

76 Telapak kaki /Dampal

sampean/

/Dampal

sikil/

- /Telapak sampean/

77 Tulang - /Balong/ - /Balung/

78 Rambut /Rambut/buuk/ - /Rambut/

79 Alis /Halis/ /alis/ - /Alis/

80 Darah# /Geutih/ /getih/ - /Getih/

81 Sumsum# /Sumsum/ /sumsum/ - /Sumsum/

82 Jantung /jantung/ /jantung/ - /Jantung/

83 Hati# /hate/ /ati/ - /ati/

3.3 Analisis Geolinguistik Bahasa Desa Waringinsari

Ibu Enah merupakan penduduk berbahasa Sunda yang tinggal di kabupaten Banjar. Ibu

Enah merupakan penutur bahasa Sunda yang juga bisa berbahasa Jawa. Ibu Pariati merupakan

penduduk asli dan seorang penutur bahasa Jawa, mengerti bahasa Sunda tetapi tidak bisa

mengucapkannya.

Dari 83 daftar tanyaan yang diajukan kepada kedua informan ada 18 kata yang sama

antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa.

Kedelapan belas kata itu sebagai berikut:

No. Gloss Bahasa Sunda Bahasa Jawa

1 Ibu /Biyung/ /Biyung/

2 Anak /putra/ /Putra/

Page 35: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

3 Cucu /putu/ /Putu/

4 Besan /besan/ /Besan/

5 Dukun Sunat /Mantri sunat/ /Mantri sunat/

6 Arisan /arisan/ /Arisan/

7 Kepala /sirah/ /Sirah/

8 Otak /otak/ /Otak/

9 Mulut /cangkem/ /Cangkem/

10 Bibir /lambe/ /Lambe/

11 Lidah /ilat/ /Ilat/

12 Telinga /kuping/ /Kuping/

13 Ibu jari /jempol/ /Jempol/

14 Kuku /kuku/ /Kuku/

15 Kaki /sampean/ /Sampean/

16 Sumsum /sumsum/ /Sumsum/

17 Jantung /jantung/ /Jantung/

18 Darah /geutih/ /getih/

Kedelapan belas kata pada table di atas memang sama namanya baik dalam bahasa Sunda

maupun bahasa Jawa, hal dasar yang menjadi pembeda dari kata-kata yang sama tersebut adalah

pengucapannya. Kedua penutur, Ibu Enah dan Ibu Pariati memiliki cara pengucapan yang

berbeda untuk kata-kata yang sama tersebut.

Tabel tersebut juga menunujukkan adanya pencampuran antara bahasa Sunda dengan

bahasa Jawa di desa Waringinsari. Ibu Enah yang merupakan penutur bahasa Sunda,

mengucapkan kata “ibu” baik dalam bahasa Sunda maupun Jawa dengan kata “biyung”. Ibu

Pariati yang merupakan penutur bahasa Jawa juga mengucapkan kata “ibu” dengan biyung.

Desa Waringinsari merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah dan

sebagian besar penduduknya menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil wawancara dengan kedua informan adalah

sebagai berikut,

Page 36: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

1. terjadi pencampuran bahasa, baik dari Jawa ke Sunda maupun sebaliknya,

2. bahasa yang digunakan merupakan bahasa Jawa kasar dan Sunda kasar,

3. terkadang terjadi kebingungan antar penutur ketika melakukan interaksi, ketika seorang

penutur Sunda berbicara menggunakan bahasa Sunda dan lawan bicaranya menggunakan

bahasa Jawa, penutur Sunda tersebut tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh

penutur Jawa,

4. untuk penutur Jawa, hampir setiap kata diakhiri dengan huruf “e” seperti inyonge, banyu

matae, dan lain-lain,

5. ada kata-kata yang sama antara bahasa Sunda dan Jawa yang berbeda hanya pelafalannya

saja.

Desa Waringinsari memiliki beberapa keunikan dalam bahasa. Misalnya, dalam

keseharian banyak masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa, tetapi muatan local yang

diberikan di sekolah adalah bahasa Sunda. Muatan lokal bahasa Sunda ini diberikan karena

Banjar masih termasuk wilayah Jawa Barat. Seorang guru kelas satu di SDN Waringinsari I

mengatakan bahwa dirinya cukup mengalami kesulitan saat mengajarkan bahasa Sunda karena

kebanyakan siswa di sekolah tersebut menggunakan bahasa Jawa. Ketika mengajarkan bahasa

Sunda, ada tiga proses yang harus dilalui. Yaitu pertama bahasa Sunda tersebut diartikan ke

dalam bahasa Jawa terlebih dahulu, kemudian ke dalam bahasa Indonesia, baru ke bahasa Sunda,

setelah itu dikembalikan ke bahasa Jawa. Berikut perputaran bahasa yang terjadi ketika

mengajarkan bahasa Sunda pada para siswa.

a. bahasa Sunda (yang merupakan muatan lokal di sekolah),

b. bahasa Jawa (bahasa dominant yang digunakan warga desa Waringinsari), dan

c. bahasa Indonesia (bahasa nasional dan bahasa pengantar di sekolah).

Bahasa

Indonesia

Bahasa

Jawa

Bahasa

Sunda

Page 37: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

Walaupun demikian, SDN I Waringinsari memiliki seorang siswa bernama Rahmat yang

dalam kesehariannya berbahasa Jawa, tetapi Rahmat merupakan salah satu murid yang cukup

pandai dalam bahasa Sunda sehingga menjadi peserta lomba membaca dongeng dan menjadi

juara III dalam lomba tersebut. Lomba baca dongeng tersebut tidak hanya sekadar membaca

dongeng, tetapi melakukan gerakan dan tiruan gaya tokoh yang diceritakan dalam dongeng

tersebut beserta atributnya.

Rahmat membawakan dongeng yang ciptaan guru SDnya sendiri, dongeng itu berjudul

“Sate Ngalawan Beuleum Peda”. Rahmat yang sehari-hari menggunakan bahasa Jawa untuk

berkomunikasi dengan teman-temannya, mampu membawakan dongeng dalam bahasa Sunda.

Hal ini membuktikan bahwa warga desa Waringinsari memang hampir rata-rata (walau tidak

semua) bisa menggunakan kedua bahasa daerah, walau memang bahasa yang dominan

digunakan adalah bahasa Jawa seperti yang didapat dari data sosial budaya desa Waringinsari.

Page 38: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

BAB IV

FOLKLOR

DESA WARINGINSARI

4.1 Folklor

Kata folklor merupakan pengindonesian dari bahasa Inggris folklore. Kata tersebut

merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar yaitu FOLK dan LORE. Folk

bersinonim dengan kolektif, yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang

sama, serta memiliki kesadaran dan kepribadian sebagai suatu kesatuan masyarakat. Lore adalah

tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara turun temurun secara lisan

atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat

(mnemonic device).

Jadi, folklor secara keseluruhan dapat didefinisikan sebagai kebudayaan kolektif yang

tersebar dan diwariskan secara turun-temurun di antara kolektif macam apa saja, misalnya

melalui bentuk lisan dan gerak isyarat. Ada beberapa hal yang menjadi ciri pengenal utama

folklor yang menjadi pembeda antara folklor dengan kebudayaan lain. Ciri pengenal utama itu

adalah sebagai berikut:

1. penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu diwariskan

melalui tuturan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi berikutnya,

2. folklor bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau

standar,

3. folklor ada dalam berbagai versi yang berbeda, tetapi tetap saja maksud dan isinya

sama,

4. folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya tidak diketahui,

5. folklor bersifat pralogis karena mempunyai logika sendiri dan tidak sama dengan

logika yang berlaku secara umum,i

6. folklor menjadi milik bersama karena penciptanya sudah tidak ada dan setiap

kolektif merasa memilikinya, dan

Page 39: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

7. folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali terlihat kasar

dan terlalu spontan.

Jan Harold Brunvand, seorang ahli Folklor Amerika Serikat sebagai Folklor ke dalam

tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu Folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.

Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau

makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kebudayaan) pada masa lampau dan dianggap

benar-benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya. Upacara Adat adalah upacara

tradisional yang dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun temurun untuk menghormati

roh nenek moyang / leluhurnya.

Upacara adat secara umum terdiri dari :

1. Upacara terhadap roh nenek moyang / roh leluhur.

2. Upacara yang berhubungan dengan hidup manusia, seperti : upacara sebelum kelahiran,

upacara kelahiran, dan upacara perkawinan.

3. Upacara yang berhubungan dengan kematian, seperti : upacara 7 hari, upacara 40 hari,

dan lain-lain.

4. Upacara yang berhubungan dengan alam semesta, seperti : upacara meminta hujan,

upacara panen, nyandran, dan lain-lain.

Lagu adalah lagu-lagu yng berasal dari berbagai daerah ditanah air. Indonesia sebagai

negara majemuk terdiri dari berbagai beribu-ribu pulau, adat istiadat, dan kebudayaan yang

berbeda termasuk lagu-lagu daerah. Menurut Profesor Kuncoro Ningrat, lagu-lagu daerah

termasuk bentuk kesenian dan unsur budaya universal dari suatu bangsa.

Penelitian folkor dilakukan di desa Waringinsari yang merupakan salah satu desa yang

berada di kecamatan Langensari.Data folklor yang dicari diantaranya mata pencaharian, mitos,

upacara adat, acara tahunan, permainan, makanan khas, lagu-lagu, dan lain sebagainya.

Page 40: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

4.2 Data Hasil Penelitian Folkor Desa Waringinsari

Dalam penelitian ini, maslah yang akan dibahas dibatasi pada penulisan dan pendataan

folklor atau kebudayaan dan lain sebagainya yang terdapat pada Desa Waringinsari. Rumusan

masalah yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Kesenian dan Permainan

2. Nama Kesenian dan Permainan

3. Lokasi

4. Nama informan

5. Sejarah :

Waktu Pendirian

Pendiri

Motif Pendirian

Kondisi Pada Zaman Sekarang

6. Peralatan

Nama Alat

Fungsi Alat

Bahan Pembuatan

Bentuk Peralatan

Cara Menggunakan

7. Arena/Tempat

Sifat Arena

Luas Arena

Page 41: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

8. Pemain

Jumlah

Umur

Jenis Kelamin

Syarat

9. Penonton

Syarat Penonton

10. Ritual

Nama Ritual

Alasan dilakukan

Waktu melakukan

Tempat melakukan

11. Pertunjukan atau permainan

Sifat

Durasi

Cerita/Narasi

Suasana Pertunjukan

12. Informasi lain

Nara Sumber : Bapak Tirto Wiharjo

Bapak Slamet

4.2.1 Asal Mula Desa Waringinsari

Asal mula Desa Waringin Sari adalah pemekaran dusun Langensari, adanya pohon

beringin yang tumbuh besar di sekitarnya. Banyaknya bantuan dari pemerintah untuk

penambahan infrastruktur dan pembangunan, contohnya bantuan dari walikota Banjar yang

meningkatkan beberapa aspek peningkatan IPM, dan pembuatan padat karya yang besarnya rata-

Page 42: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

rata 1,6 milyar rupiah perdesa. Desa ini dinamakan Waringinsari sebagai tambahan kebersamaan

antar desa di Langensari. Tiap desa dinamai tambahan „sari‟ pada pemakaian nama. Awal desa

Waringinsari hanya ada 15 kk dan rata-rata keadaan rumah masih terbuat dari alang-alang dan

banyak sekali tanah kosong. Menurut sesepuh dulu, desa ini diambil dari nama gedung waringin

karena disana terdapat gedung sari dan pohon beringin. Kades (kepala desa) pertama di desa ini

adalah Pak Wagino, orang penting kedua adalah Kyai Sanusi (ia membangun masjid-masjid dan

menyebarkan ajaran agama islam), ketiga adalah Hadi Subroto. Ketiga orang tersebut sudah

tinggal di desa Waringinsari dari semenjak kecil, sehingga mereka mengetahui segala seluk

beluk tentang desa tersebut.

4.2.2 Kesenian Tradisional Desa Waringinsari

1. Kuda Lumping

Kesenian yang ada di desa ini yang dari dulu sampai sekarang masih sangat terkenal yaitu

kuda lumping. Kuda lumping dahulu muncul dan pertunjukan tidak memungut biaya apa pun.

Namun seiring berkembangnya zaman dan dibutuhkannya alat-alat penunjang pertunjukan

seperti kostum, alat permainan, dan upah para pemain maka kuda lumping sudah diberlakukan

pemungutan biaya apabila akan diundang untuk mengisi acara pertunjukan. Ketua kesenian kuda

lumping ini adalah : Sitarahayu, Sutijo, Satiman, Tibran, dan Simon. Kuda lumping ditampilkan

hanya pada acara-acara khusus yang dipesan si pembuat acara. Pemain kuda lumping tidak

dibatasi oleh umur, siapa pun bisa mengikutinya. Biasanya jumlahnya 20 orang dan yang

memainkan gamelan 15 orang. Persyaratan sebelum dimulainya pertunjukan kuda lumping ialah

:

1. penyediaan sesajen (buah kelapa, pisang, dan sebagainya),

2. dimulai dari jam 1 siang sampai 4 sore ( 2jam untuk tarian, 2 jam untuk acara

kerasukan). Sedangkan kalau malam sampai jam 10,

3. tempat min. 8-10 meter (lebih luas lebih baik)

4. dandan (pemakaian kostum), dan

5. mulai pertunjukan ( mulai manari, setelah agak siang mulai kerasukan).

Alasan mengapa harus ada sesajen agar berkesinambungan dengan ritual yang ada.

Karena sesajen dapat mendatangkan roh halus. Bila pada zaman dulu orang yang kesurupan pada

permainan kuda lumping ini akan memakan beling,sekarang tidak lagi, karena sudah mulai

Page 43: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

memerhatikan kesehatan para pemainnya. Jadi beling bisa digantikan dengan makanan lain yang

tidak berbahaya bagi kesehatan si pemain yang kesurupan tersebut. Mitos yang ada dalam

permainan ini ialah apabila orang yang menonton itu pernah menjadi pemain kuda lumping, dan

orang yang sedang kesurupan itu menyenggol penonton tersebut maka secara otomatis yang

tersenggol akan langsung ikut kesurupan. Cara meminta keselamatan dalam acara kuda lumping

ini ialah mengucap salam pada roh-roh yang membantu acara dan menyiapkan syarat-syarat

permainan seperti sesajen. Syarat pemain kuda lumping hanya adanya niat yang kuat dan

kemampuan yang dituntut untuk kuat fisik serta mental pada pemain. Suasana pada saat

pertunjukan kuda lumping ini awalnya ketika tarian dimulai penonton akan merasa senang, lalu

pada tahap kedua ketika dimulai acara kesurupan penonton menjadi ketakutan dan khawatir

namun tetap merasa senang karena pertunjukan ini sudah dikenal sebagai hiburan semata jadi

tidak akan ada yang membahayakan karena sudah dipersiapkan sedemikian rupa.

2. Macopat

Kesenian kedua yang unik di desa ini adalah Macopat, tradisi mengunjungi ibu-ibu yang

sedang mengandung atau melahirkan anak. Biasanya dilakukan beramai-ramai dengan berjalan

kaki menuju rumah ibu tersebut sambil menyanyi tanpa alunan musik. Jadi hanya sebuah

lantunan yang dinyanyikan pelan dengan mengandung doa-doa dan terdapat pepatah yang

menggunakan pelafalan bahasa Jawa. Tujuan kesenian ini adalah agar anak yang dilahirkan

menjadi anak yang shaleh dan pintar. Lalu kemudian ada acara syukuran hamil Mapoti (4

bulanan), Mitoni (7 bulanan) dan Marhaban (1 minggu setelah lahir) ada tradisi bubur merah dan

bubur putih.

Banyak kesenian-kesenian unik yang ada dalam desa ini, antara lain Kenduren, yaitu

upacara kebudayaan yang dilakukan oleh warga desa dengan maksud mengucapkan syukur

apabila musim panas datang. Ada juga variasi gamelan dengan musik unik dan tarian yang

memakan waktu dua jam dengan pengiring sinden dan lalu keluar tarian dengan penyanyi

kepang yang di sesuaikan dan dibuat dengan gaya yang unik. Ibu-ibu sekarang juga sering

mengadakan acara Hanro atau Janeng semacam shalawatan yang dilakukan dengan hati ikhlas.

3. Mitos

Dalam desa ini juga kami temukan beberapa mitos-mitos yaitu salah satunya kita harus

menjaga tata krama dan harus sopan apabila kita berada di sungai Citanduy. Karena sungai ini

merupakan tempat yang dianggap mistis oleh warga sekitar. Di sana dilarang berbicara sompral

Page 44: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

(tidak sopan), dilarang berenang di sungai (konon katanya tidak akan bisa bertemu dan kembali

lagi), di sekitar sungai apabila menemukan sebuah tikar dan tikar tersebut diambil maka orang

tersebut akan tergulung tikar itu. Menurut mitos apabila ingin mengambil air di sungai dilarang

menggunakan kudil atau panci konon buaya yang ada disana akan mengamuk.

Mata pencaharian di desa Waringinsari ialah, karena rata-rata sebagian besar pemuda-

pemuda desa menjadi pengangguran maka mreka menjadi penyadap gula, mereka setiap hari

memanjat pohon untuk mengambil gula. Namun selain itu banyak juga yang menjadi petani dan

peternak.

4.3 Analisis Folklor Desa Waringinsari

Desa Waringinsari memang identik dengan folkor yang masih begitu kental. Wilayahnya yang

berbatasan langsung dengan Jawa Tengah membuatnya menjadi desa yang memiliki penduduk

yang dominan berbahasa Jawa. Tetapi hal itu tidak menjadi penghalang untuk hidup rukun dan

saling berdampingan. Ditambah lagi dengan kesenian tradisional yang masih ada sampai

sekarang seperti kesenian Kuda Lumping dan Macopat. Seperti dijelaskan pada pembahasan

mengenai kuda lumping, para warga merasa senang dengan adanya kesenian kuda lumping

karena kuda lumping merupakan salah satu sarana hiburan yang menyenangkan sekaligus

menegangkan. Ketika kegiatan kesenian kuda lumping berlangsung, secara otomatis warga

banyak berkumpul di satu tempat untuk menyaksikan pertunjukkan tersebut. Hal tersebut

menjadi salah satu ajang silaturahmi juga yang membuat warga Waringinsari saling mengenal

dan meningkatkan rasa kekeluargaan di antara mereka.

Kegiatan macopat pun tidak kalah bermanfaat dari kuda lumping. Macopat menjadi salah

satu lambang toleransi dan kerukunan yang ada dan tumbuh dalam kehidupan warga

Waringinsari. Tradisi macopat ini menggambarkan bagaimana karakteristik dari warga

Waringinsari. Mereka bershalawat dan mengunjungi ibu-ibu hamil serta mendoakan agar anak

yang sedang dikandung menjadi anak yang shaleh. Tradisi macopat menjadi salah satu tradisi

yang membuat warga Waringinsari menjadi warga yang sangat rukun dan saling pengertian.

Page 45: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian KKL yang diselenggarakan pada tanggal 29-30 April 2010 ini terdiri atas

penelitian sosial budaya, geolinguistik bahasa, dan folklor dari desa Waringinsari. Ketiga

penelitian tersebut berisi beberapa poin penting di antaranya sebagai berikut:

1. kehidupan sosial masyarakat Waringinsari sangatlah rukun walau ada perbedaan bahasa

daerah yang digunakan oleh mereka,

2. desa Waringinsari merupakan desa yang paling banyak memiliki gereja, yaitu lima buah

gereja, empat di antaranya lokasinya berdekatan dengan mesjid. Tetapi, walau demikian,

tidak pernah terjadi perseteruan di antara para penganut masing-masing agama tersebut,

3. penutur bahasa Sunda dan penutur bahasa Jawa hidup berdampingan dan tidak

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi walau banyak di antaranya yang

berkomunikasi dengan bahasa masing-masing, dan

4. Kuda lumping merupakan salah satu kesenian tradisional yang sangat digemari dan sudah

diwariskan secara turun temurun di dalam kehidupan masyarakat Waringinsari dan

merupakan sarana hiburan yang dinantikan oleh masyarakatnya.

5.2 Saran

Penyusunan laporan KKL ini didasarkan pada hasil penelitian pada bidang sosial budaya,

geolinguistik bahasa, dan folklor di desa Waringinsari yang diselenggarakan pada tanggal 29-30

April 2010. Penyusun menuliskan apa yang menjadi hasil penelitian melalui proses wawancara

dan mengemukakan analisis penyusun atas hasil penelitian yang diperoleh.

Desa Waringinsari merupakan desa yang ideal untuk dijadikan tempat penelitian terutama

dalam bidang kebahasaan dan folklor. Penyusun berharap desa Waringinsari tetap menjadi desa

yang penuh dengan kerukunan dan tetap menjaga warisan tradisi yang saat ini masih ada dan

bertahan di tengah budaya populer semakin menjadi. Desa Waringinsari tentunya harus bisa

terus menjaga kerukunan dan budaya setempat sehingga bisa menjadi desa yang bisa menjadi

contoh baik bagi desa-desa lainnya maupun daerah-daerah lain di luar kota kecamatan

Langensari.

Page 46: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

Walau demikian, laporan ini tentu tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu

saran yang membangun sangatlah penyusun harapkan untuk lebih baik lagi dalam penyusunan

laporan sejenis yang kelak akan dilakukan oleh penyusun.

Page 47: LAPORAN KKL 2010 - Mari menulis dan berbagiblogs.unpad.ac.id/kklsastraindonesiaunpad/files/2010/12/KKL... · dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. ... mengharapkan

DAFTAR PUSTAKA

Rohaedi, Ayat. 2003. Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional.

Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.