laporan komponen darah dan sel hb lany

Upload: ferlany-hardiyanti

Post on 02-Mar-2016

191 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN

ANATOMI FISIOLOGI HEWAN

PENENTUAN JUMLAH KOMPONEN DARAH DAN KADAR Hb

NAMA : Ferlany Hardiyanti

NIM : 115090101111009

Asisten PJ : Dinia Rizqi J

Roudlotul Jannah

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Penentuan Jumlah Komponen Darah dan Kadar Hb . Sehubungan dengan itu penulis menghaturkankan terima kasih kepada para asisten yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan mereka dalam menunjang kelancaran dari praktikum ini dan praktikum-praktikum sebelumnya dan praktikan lain ikut serta dalam praktikum Anatomi dan Fisiologi Hewan ini. Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini disusun masih belum sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan pembuatan laporan selanjutnya.

Malang, 7 Desember 2012

Penulis

BAB I

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Analisa Prosedur

Hewan coba yang digunakan pada praktikum ini adalah mencit (Mus musculus ) . Mencit yang digunakan sebanyak 10 ekor, yang terdiri dari 2 mencit sebagai perlakuan kontrol, 2 mencit dengan perlakuan pemberian bayam hijau dengan dosis 0,35 mg/g berat badan, 2 mencit dengan perlakuan pemberian bayam hijau dengan dosis 0,7 mg/g berat badan, 2 mencit dengan perlakuan pemberian bayam merah dengan dosis 0,35 mg/g berat badan, dan 2 mencit dengan perlakuan pemberian bayam merah dengan dosis 0,7 mg/g berat badan. Perlakuan tersebut pada mencit bertujuan untuk melakukan analisis jumlah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit), serta analisis dengan menggunakan metode Sahli pada masing-masing dosis yang dilakukan selama satu minggu pada pagi hari untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pemberian dosis dan tanda-tanda berbeda tiap mencit berfungsi agar dapat membedakan mencit satu dan yang lain

Gambar 1. Mencit (Mus musculus) (Isroi, 2011)

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun bayam yang berwarna hijau dan merah. Bayam digunakan sebagai bahan yang akan diperlakukan terhadap mencit (Mus musculus) karena bayam memiliki kandungan zat besi yang tinggi. Selain itu, bayam juga mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalium, amarantin, rutin, purin, dan vitamin (A, B dan C). Bayam merah berfungsi untuk meningkatkan kerja ginjal, kadar besi serum, haemoglobin, dan hematokrit, sedangkan bayam hijau memiliki kandungan serat, vitamin, beta karotena, berbagai mineral termasuk zat besi dan protein yang sangat tinggi (Sutomo, 2007).

Pertama-tama mencit ditimbang dan diketahui berat badannya , setelah itu dihitung dosis bayam yang diberikan kepada menct dengan rumus :

Dosis = BB tikus (g) x ( (dosis (mg/g) x 1000)

1000 Fe dalam 100gKemudian ditimbang daun bayam sesuai dengan dosis sonde tanpa tulang daun sebab tulang daun dapat menghambat proses penghalusan . Daun bayam digerus dalam mortar dengan pestle sehingga akan didapatkan ekstrak daun bayam yang akann diberikan pada sonde , setelah halus ditambah 0,8 L air dan dihaluskan lagi. Pemberian larutan daun bayam pada mencit dilakukan dengan cara menyonde. Mencit disonde agar larutan bayam langsung masuk ke dalam lambung. Alat sonde adalah berupa suntik yang berukuran kecil dan di ujung jarum diberi karet yang berfungsi agar organ-organ mencit tidak terlukai ketika jarum suntik dimasukkan ke dalam mulut. Penyondean ini dilakukan selama 7 hari dengan tujuan agar zat besi / kandungan daun bayam dapat berpengaruh terhadap jumlah komponen darah .Analisis eritrosit, leukosit, dan metode Sahli dilakukan menggunakan darah dari mencit. Namun metode Sahli tidak dapat digunakan karena ketidaksediaan alat sehingga kadar Hb tidak terukur. Mencit pada salah satu dari perlakuan yaitu 1 mencit pada perlakuan kontrol, 1 mencit pada perlakuan pemberian bayam hijau dengan dosis 0,35 mg/g berat badan, 1 mencit pada perlakuan pemberian bayam hijau dengan dosis 0,7 mg/g berat badan, 1 mencit pada perlakuan pemberian bayam merah dengan dosis 0,35 mg/g berat badan, dan 1 mencit pada perlakuan pemberian bayam merah dengan dosis 0,7 mg/g berat badan. Sebelum dibunuh mencit diambil darahnya pada bagian ekor. Pertama-tama mencit dimasukkan dalam botol jam dengan bagian ekor dikeluarkan dari tutup berlubang-lubang. Sebelum ekor dipotong, harus diurut terlebih dahulu agar peredaran darah pada ekor menjadi lancar . Tetesan darah ditampung pada tabung vacutainer sambil ekor terus diurut. Hal ini bertujuan untuk mengambil darah dari ekor mencit.

Mencit dibunuh dengan cara didislokasi pada bagian leher agar darah pada mencit tidak keluar banyak serta organ dalam tubuh mencit tetap fresh , diharapkan mencit tidak sampai mati. Hal ini bertujuan ketika mencit dibedah dan diambil darahnya pada organ jantung akan didapatkan darah yang maksimal. Spluit merupakan alat yang digunakan untuk mengambil darah pada organ jantung. Darah diambil pada bagian jantung karena pada bagian tersebut terjadi pemompaan darah ke seluruh tubuh.

Gambar 2. Tabung Vacutainer (Kotrla, 2009).

K2EDTA merupakan zat anti koagulan yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah Tabung vacutainer merupakan tabung yang mana didalamnya terdapat zat K2 EDTA 5.4 mg yang mana zat ini merupakan zat koagulan, sehingga tabung ini digunakan sebagai tempat menyimpan darah karena mengandung antikoagulan, sehingga darah yang disimpan tidak mengalami aglutinasi. Peletakan tabung vakutainer diletakkan miring, hal ini dilakukan agar darah yang tidak memenuhi seluruh volume tabung, tidak akan menggumpal. Tabung ini memiliki tekanan udara dalam tabung negatif, lebih rendah dari lingkungan normal. Tabung vacutainer tersedia dalam berbagai ukuran dan warna. Salah satunya adalah tabung dengan tutup berwarna ungu, dimana jenis tabung vakutainer tersebut mengandung EDTA dalam bentuk liquid (Kotrla, 2009).

Perhitungan eritrosit dilakukan dengan memasukkan 50 L darah ke dalam cawan petri kemudian ditambah dengan 950 L larutan hayem yang berfungsi untuk mengencerkan sel darah merah dengan faktor pengenceran sebesar 20x. Larutan hayem terbuat dari campuran senyawa natrium sulfat (berair kristal) 5 g, natrium klorida 1 g, merkuri klorida 0,5 g dan air (Zay, 2009). Cawan petri dihomogenasi untuk menghomogenkan larutan hayem dengan sel darah merah. Sel darah merah (eritrosit) dihitung pada ruang hemositometer. Banyak sel dihitung dengan menggunakan rumus :

sel = sel hitung x 5 x fp x 104Menurut Rapidmethod (2009), hemositometer merupakan alat yang digunakan dalam perhitungan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Menurut Madigan, et all, (2003) perhitungan menggunakan haemositometer, Petrof Hauser Bacteria Counter atau alat-alat lain yang sejenis, memiliki dasar perhitungan yaitu menempatkan 1 tetes suspensi bahan pada alat tersebut, ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dengan mikroskop yang pembesarannya tergantung pada besar kecilnya sel. Dengan menentukan jumlah sel rata-rata tiap petak (ruangan) yang telah diketahui volumenya dari alat tersebut, maka dapat ditentukan jumlah sel tiap mililiternya.

Kelemahan dari metode penghitungan mikroskopik secara langsung adalah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil karena ketebalan dari hemositometer yang tidak memungkinkan digunakan lensa obyektif dengan minyak emersi. Begitu juga terkadang sel yang cenderung menggerombol sehingga sulit untuk dapat membedakan antara satu sel dengan sel individu (Rapidmethod, 2009). Haemositometer memiliki 25 kotak kecil, 16 kotak sedang, dan l9 kotak besar, dengan volume yang berbeda-beda. Kotak kecil memiliki volume sebesar 2,5 x 10-9 mL; kotak sedang memiliki volume sebesar 4 x 10-6 mL; dan kotak besar memiliki volume sebesar 10-4 mL. Rumus dapat digunakan untuk ditentukan jumlah sel setiap satu mililiter. Sel darah merah (eritrosit) dihitung pada 5 kotak medium haemositometer, sebagai kotak yang mewaliki perhitungan seluruh sel. Untuk mencari rata-rata jumlah sel darah merah (eritrosit) per millimeter dengan menggunakan hand taily counter. Perhitungan jumlah sel dalam setiap suspensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Madigan, et al. 2003) : sel/ml = sel x Faktor Pengenceran

Kotak x 4. 10-6

Gambar 3. Perhitungan dengan menggunakan Hemositometer (Raphidmethod, 2009)

SHAPE \* MERGEFORMAT

Perhitungan leukosit, pada dasarnya sama dengan perhitungan eritrosit. Perbedaan dari perhitungan leukosit dengan eritrosit adalah larutan pengencer yang digunakan untuk mengencerkan darah, yaitu dengan menggunakan larutan geimsa. Mekanisme pewarnaan geimsa adalah pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria yaituGustav Giemsa. Pewarnaan ini umumnya digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik dan untuk diagnosis histopatologis parasit. Prinsip dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol. Pewarnaan giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit yang ada di dalam darah. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus digunakan untuk identifikasi parasit yang ada di dalam darah (blood-born parasite) (Kortla,2009). Selain menggunakan larutan geimsa juga dapat menggunakan larutan turk . Larutan turk merupakan larutan asam yang penambahannya digunakan untuk melarutkan darah, sehingga leukosit mudah untuk dihitung. Darah yang diambil adalah sebanyak 50 L dan dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditambah dengan 950 L larutan geimsa yang berfungsi untuk mengencerkan sel darah putih (leukosit) dengan faktor pengenceran sebesar 20x. Cawan petri dihomogenasi untuk menghomogenkan larutan geimsa dengan sel darah putih. Sel darah putih (leukosit) dihitung pada hemositometer. Perhitungan sel dilakukan dengan menggunakan hand taily counter.Cara Mengambil darah mencit ada 4 cara, yakni : (Urbanvibes,2009)- Melalui ekornya. : Jika darah yang dibutuhkan sedikit maka dapat diambil melalui ekor mencit atau tikus dengan cara memotong ujung ekor tikus dan perlahan-lahan ekor diurut ke arah ujung ekor agar darah bisa mengalir keluar.

- Melalui Jantung : Ini umumnya dilakukan jika darah yang dibutuhkan banyak dan tikus yang diambil darahnya ini akan sekalian dibedah untuk diambil organnya. Caranya dengan menusukkan syringe langsung ke jantung dan disedot perlahan

-Melalui Leher : Tikus digorok pada bagian lehernya sehingga darah yang terambil bisa maksimal . Namun metode ini sangat jarang digunakan .-Melalui Mata : Darah diambil menggunakan pipa atau tabung kapiler ke matanya

Prosedur mengambil darah dari ekor yang benar : (Epa,2007) Pada Vena Ekor (V. Lateralis ekor)Mencit dan tikus dipegang yang benar (handling)Dimasukkan dalam selongsong yang sesuai ukurannyaKulit dan Vena ventralis di Incisi 0,5 2 cm dari pangkal ekor dengan silet Darah ditampunga) Cara handling

Untuk memegang mencit yang akan diperlakukan (baik pemberian obat maupun pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara yang khusus sehingga mempermudah perlakuannya. Secara alamiah mencit cenderung menggigit bila mendapat sedikit perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari kandang dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit ekornya

Gambar 6. Cara menghandel mencit untuk pemberian perlakuan baik injeksi maupun peroral (Epa,2007)Disamping itu secara komersial telah diproduksi sebuah alat untuk menghandel hewan laboratoium (mencit/tikus) dengan berbagai ukuran, sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil darah atau perlakuan lainnya

Gambar 7. Alat untuk penghandel hewan laboratorium khusus hewan pengerat (rodensia) (Epa,2007)b) Penandaan (identifikasi) hewan laboratorium.

Beberapa cara penandaan hewan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting bernomor), tatoo pada ekor, melubangi daun telinga dan elektronik transponder. Bila tidak permanen bisa memakai spidol marker atau board-marker.c) Pengambilan darah

Pada umumnya pengambilan darah terlalu banyak pada hewan kecil dapat menyebabkan shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi bila dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat menyebabkan anemia. Pada umumnya pengambilan darah dilakukan sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari total volume darah. Contohnya: Bobot 25g, total volume darah 1,875 ml, maksimum pengambilan darah 0,1875 ml, maka pemberian exsanguination 0,9375 ml.

Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:

- vena lateral dari ekor

sinus orbitalis mata

vena saphena (kaki)

langsung dari jantung.

1.2 Analisa HasilTabel 1. Data Pengamatan Sel Darah

BayamDosis sel

EritrositLeukosit

Kontrol126 x 10615 x 106

Hijau0.35219 x 10616 x 106

Hijau0.35171 x 10620 x 106

Merah0.70238 x 10625 x 106

Merah0.70170 x 1068 x 106

Gambar 8 . Eritrosit M=400x

Gambar 9. Leukosit M=400X

Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa pada mencit yang diberi perlakuan dengan penyondean bayam merah dengan dosis 0.35 mg/gBB, memiliki jumlah eritrosit yang lebih tinggi (238 x 106 ) dibandingkan dengan mencit yang diberi perlakuan dengan penyondean bayam yang lain dan dengan dosis yang berbeda. Pada mencit yang diberi perlakuan dengan penyondean bayam merah dengan dosis 0.35 mg/gBB juga memiliki jumlah leukosit yang lebih tinggi(2.8 x 107) dibandingkan dengan mencit yang diberi perlakuan dengan penyondean bayam yang lain dan dengan dosis yang berbeda. Secara umum, jumlah eritrosit dan leukosit pada mencit yang diberi perlakuan penyondean dengan bayam merah memiliki jumlah yang lebih tingi jika dibandingkan dengan mencit yang diberi perlakuan penyondean dengan aquades maupun bayam hijau pada dosis yang sama. Hal ini dikarenakan kadar zat besi pada bayam merah lebih tinggi daripada kadar besi pada bayam hijau. Hipotesis pemberian bayam dengan kontrol yang dilakukan adalah di mana semakin tinggi kadar bayam yang diberikan, baik bayam hijau maupun bayam merah, maka akan semakin tinggi jumlah eritrosit sel darah mencit. Dilihat dari jumlah leukosit yang banyak pada tikus yang diisonde dengan bayam merah mengindikasikan bayam juga memiliki fungsi memperkuat kekebalan tubuh.Vitamin A, C, E, D, dan B membuat bayam sebagai sayuran yang ideal untuk membantu sistem kekebalan tubuh. Karena, vitamin-vitamin menjaga jumlah sel imun dalam tubuh sehingga cukup untuk member sinyal tubuh jika ada ancaman infeksi dan cepat bereaksi terhadap infeksi.

Zat besi yang diperlukan oleh tubuh adalah di bawah 20 mg/kg, karena pada pengkonsumsian antara 20-60 mg/kg dapat menyebabkan efek yang buruk terhadap tubuh, seperti terganggunya sistem kardiovaskuler, ginjal, syaraf, liver dan organ penting lainnya (Benjamin, 2005).

Berdasarkan pengamatan leukosit terlihat lebih besar daripada eritrosit sedangkan jumlah eritrosit lebih banyak daripada leukosit. Eritrosit berwarna transparan dan terdapat cekungan di tengah sedangkan leukosit bentuk tar beraturan dan bewarna biru. Darah manusia tersusun atas dua komponen utama yaitu (Mader, 2005): Plasma darah yaitu cairan tidak berwarna dalam darah yang berfungsi mengangkut air, mineral, ion dan sari-sari makanan ke seluruh jaringan tubuh.

Sel darah yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Jumlah rata-rata sel darah merah /mm3 pada laki-laki normal adalah 5.200.000, sedangkan pada wanita normal 4.700.000.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/l. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 - 38.000 /l. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/l. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 - 10.0004/1. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/l.Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Ukuran normal pada jumlah sel Leukosit terdiri dari (Mader,2005):

Dewasa : 4.000 - 10.000 sel/mm3

Infant

: 10.000 - 25.000 sel/mm3

1 tahun

: 6.000 - 18.000 sel/mm3

4-7 tahun : 6.000 - 15.000 sel/mm3

8-12 tahun: 4.500 - 13.000 sel/mm3

(a)

(b)

Gambar 10.(a) Sel-sel darah (Manbit. 2009), dengan (b) Eritrosit (Unomaha, 2009)

Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk, dan ukurannya menyusut menjadi sepertiga ukuran mula-mula (Library, 2009). Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbon dioksida. Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru (Watson, 1997). Sel darah putih jauh lebih besar daripada sel darah merah. Jumlahnya dalam setiap 1 cm kubik darah adalah 4.000 sampai 10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai sistem ketahanan tubuh (Library, 2009) Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil ( 60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Sel darah putih mengandung 5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak. Basofil, yang menyususn 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 sampai 30% kandungan sel darah putih adalah limfosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibodi, suatu protein yang membantu tubuh memerangi penyakit. Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih (Watson, 1997).Banyak varietas bayam, seperti bayam hijau, bayam berduri, bayam hutan serta bayam merah. Masing-masing mempunyai karakteristik dan manfaat yang berbeda bagi tubuh. Selain penampilannya menarik, bayam merah (Amaranthuus sp) juga kaya akan fitonutrien esensial. Bayam, terutama bayam merah, terkenal mengandung zat besi yang tinggi yang berkhasiat menambah darah. Selain itu, bayam juga mengandung vitamin A, B, C, dan K, kalium serta fosfor. Di setiap 100 g bayam mengandung 45 kkal, protein 3.5 g, lemak 0.5 g, karbohidrat 6.5 g, kalsium 267 mg, fosfor 67 mg, besi 3.9 mg, retinol 1827 mcg, thiamine 0.08 dan asam askorbat 60 mg. Tak kalah pentingnya, bayam mengandung betakaroten, lutein, klorofil, asam folat dan mangan. Sedangkan kandungan zat tersebut relatif lebih sedikit pada bayam hijau (Ari dkk., 2008).

Dari segi lemak, kolesterol dalam bayam nol, artinya bayam aman untuk dikonsumsi sebanyak apapun tanpa ada pengaruh kolesterol. Lemak yang terdapat dalam bayam juga termasuk lemak yang jenisnya baik, yaitu lemak tak jenuh. Vitamin dalam bayam sangat penting, misalnya vitamin A yang bagus untuk mata serta mempertahankan daya tahan tubuh, sehingga orang tak mudah terserang penyakit. Vitamin C dan E untuk antioksidan sehingga bagi yang rajin mengkonsumsi bayam, bisa memiliki kulit yang halus. Selain itu, antioksidan juga mampu mencegah radikal bebas. Kemudian fosfor dapat dimanfaatkan untuk pembentukan tulang dan gigi (Cybermed, 2009).

Bayam merah kaya akan zat besi dan dapat digunakan untuk menambah darah. Bayam merah mengandung vitamin A, B, C, dan kalium serta fosfor. Pada setiap 100 g bayam mengandung 45 kkal, protein 3.5 g, lemak 0.5 g, karbohidrat 6.5 g, kalsium 267 mg, fosfor 67 mg, besi 3.9 mg, retinol 1827 mcg, thiamine 0.08 dan asam askorbat 60 mg. Selain itu, bayam merah juga mengandung betakaroten, lutein, klorofil, asam folat dan mangan (Sutomo, 2007)Bayam hijau sebagai salah satu jenis sayuran hijau yang secara luas dikenal kaya akan serat, vitamin, beta karoten, berbagai mineral termasuk zat besi, ternyata juga memiliki kandungan protein yang tinggi pada daun maupun bijinya. Karena kandungan Fe dalam bayam cukup tinggi, ditambah kandungan Vitamin B terutama asam folat, zaman dahulu bayam dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil dan melahirkan. Baik mineral Fe atau asam folat berhubungan dengan produksi darah sehingga saat melahirkan, persediaan dalam tubuh cukup (Sutomo, 2007).

(a)

(b)Gambar 11. (a) bayam hijau dan (b) bayam merah

(Cybermed,2009)Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi asam hematin. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar Prinsip metode Sahli sama dengan metoda kertas lakmus, yaitu membandingkan warna secara visual, tetapi memerlukan peralatan dan pereaksi tertentu. Berbeda dengan metoda sianmethemoglobin, peralatan yang digunakan sangat sederhana, ringan, sehingga memungkinkan dibawa ke lapangan, dan tidak tergantung pada listrik ataupun baterai (Rahma,2007).

Metode lain yang digunakan dalam penentuan kadar hemoglobin adalah dengan beberapa metode, antara lain: metode oksihemoglobin, atau metode sianmethemoglobin. Metode yang dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik adalah oksihemoglobin, dan sianmethemoglobin, dimana keduanya merupakan cara spektrofotometrik. Metode oksihemoglobin hanya mengukur semua hemoglobin yang dapat diubah menjadi oksihemoglobin, sedang karboksihemoglobin dan senyawa hemoglobin yang lain tidak terukur. Metode oksihemoglobin merupakan metode yang paling sederhana dan tercepat dalam fotometri, namun keterandalan tidak dipengaruhi oleh kenaikan bilirubin plasma, sehingga kerugian dari metode ini adalah tidak stabilnya standar oksihemoglobin. Metode sianmethemoglobin memiliki prinsip kerja dimana ferrosianida akan mengubah besi pada Hb dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin (Elert, G.H. 2006).

Gambar 12. Alat-Alat dalam Metode Sahli (Cybermed,2009)Cara perhitungan hemoglobin dilakukan dengan cara mengambil larutan HCl 0,1 N. Kemudian dimasukkan ke tabung haemometer sampai angka 2 gram/%. Haemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin. Alat ini akan mengindikasi kadar hemoglobin. Volume larutan di tabung tengah ketika warnanya sama akan mengindikasi kadar hemoglobin. Selanjutnya darah yang mengandung antikoagulan dihisap dengan pipet sahli sampai tanda 20 mm dan dimasukkan dalam Haemocytometer dengan cara ditiup (harus menyentuh dasar tabung agar tidak terjadi gelembung). Kemudian dicampur dengan diaduk dengan spatula. Kemudian diinkubasi selama 10 menit. Larutan darah yang ditambah HCL diinkubasi agar terbentuk asam hemafin. Langkah selanjutnya adalah mengencerkan dengan akuades sambil diaduk dan dibandingkan dengan warna standar. Lalu ditarik garis lurus pada meniskus larutan dan dibaca skalanya. Hasil akhirnya adalah didapatkan nilai hemoglobin (Murbawani,2004).Tabel 2 .Data biologik normal mencit 2-6 bulan (Evelyn,2009)

- Konsumsi pakan per hari

- Konsumsi air minum per hari

- Diet protein

- Ekskresi urine per hari

- lama hidup

- Bobot badan dewasa

Jantan

Betina

- Bobot lahir

- Dewasa kelamin (jantan=betina)

- Siklus estrus (menstruasi)

- Umur sapih

- Mulai makan pakan kering

- Rasio kawin

- Jumlah kromosom

- Suhu rektal

- Laju respirasi

- Denyut jantung

- Pengambilan darah maksimum

- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt)

- Kadar hemoglobin(Hb)

- Pack Cell Volume (PCV)

- Jumlah sel darah putih (Leucocyte)5 g (umur 8 minggu)

6,7 ml (umur 8 minggu)

20-25%

0,5-1 ml

1,5 tahun

25-40 g

20-40 g

1-1,5 g

28-49 hari

4-5 hari (polyestrus)

21 hari

10 hari

1 jantan 3 betina

40

37,5oC

163 x/mn

310 840 x/mn

7,7 ml/Kg

8,7 10,5 X 106 / l

13,4 g/dl

44%

8,4 X 103 /l

Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001). Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merah.. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah . Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (Evelyn, 2009).Tabel 3 . Batas Kadar Hemoglobin tiap umur (Evelyn,2009)

Pada perempuan normal jumlah hemoglobin didalam darahnya adalah 12 16 gr/dl, pada pria normal jumlah hemoglobin didalam darahnya adalah 14 18 gr/dl, pada anak laki laki dan perempuan normal jumlah hemoglobin didalam darahnya adalah 10 16 gr/dl, dan pada bayi laki laki dan perempuan yang baru lahir jumlah hemoglobin didalam darahnya adalah 12 24 gr/dl. Penurunan jumlah hemoglobin terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang). Peningkatan jumlah hemoglobin terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit (Chernecky and Berger, 2008).BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah menghitung kadar komponen darah baik eritrosit dan leukosit pada tubuh mencit (Mus musculus) memiliki tujuan agar mahasiswa mengetahui komponen darah dan faktor yang berpengaruh terhadap darah . Sebelumnya mencit diberikan perlakuan dengan disonde menggunakan ekstrak bayam merah dan bayam hijau. Pemberian ekstrak bayam ini dilakukan selama 1 minggu. Hasil yang didapatkan dari perlakuan bayam hijau dan merah, jumlah eritrosit mencit tertinggi adalah pada perlakuan pemberian bayam merah 0.35 mg/gBb dan terendah adalah pada mencit yang diberi aquades atau perlakuan kontrol. Sedangkan jumlah leukosit mencit pada perlakuan bayam hijau dan merah dari yang tertinggi adalah pada perlakuan pemberian bayam merah 0.35 mg/gBb dan terendah adalah pada mencit yang diberi bayam merah 0.7 mg/gBb .2.2 Saran

Dalam melaksanakan praktikum, hendaknya praktikan memperhatikan juga cara menyonde yang benar agar tidak terjadi kematian pada mencit yang disonde.DAFTAR PUSTAKA

Ari, A, I G. A. 2008. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas Kerja. Patria Untag. Surabaya

Arisman. 2002. Kadar Hemoglobin Berbagai Umur. http://roycollections.co.cc/index.php?option=com. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Benyamin J., 2005. Toxic Plants Dangerous to Humans and Animals. Lavoisier Publishing, Inc., Secaucus, NJ (ISBN 1-898298-62-9)Cybermed. 2010. Zat besi. http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed /detail.aspx?x=Hembing&y=cybermed|0|0|8|50. Diakses tanggal 10 Desember 2012.Chernecky CC & Berger BJ. 2008. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th edition. Saunders-Elsevier. New York

Elert, G.H. 2006. Human Anatomy and Physiology, Fifth Edition. Addison Wesley and Longman. San Francisco.

Epa,2007. Recent Progress on Analytical Techniques for Mycotoxins in Feedstuffs. J. Anim. Sci. 70:3950-3963.

Evelyn,2009. Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Ganong, W. 1995. Fisiologi Kedokteran. Penerbit buku kedokteran. Jakarta

Isroi. 2011. Metode Penghitungan Komponen Darah. http://www.isroi.com. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012.

Kotrla, T. 2009. Vacutainer Blood Collection System. http.//www. CollegeandUniversity.net. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012.Library. 2009. Cell Division. http://library.thinkquest.org/C0115080/images/celldivision.gif. Tanggal akses 10 Desember 2012.

Mader, S. S. 2005. Understanding Human Anatomy and Physiology. Fifth Edition. Mc Graw-Hill. New York.

Madigan, T. M., M. M. John, and J. Parker. 2003. International Edition Brock Biology of Microorgamism, 10th edition. Pearson Education,Inc. New York.

Medical. 2009. Blood Function And Composition. http://www.virtualmedicalcentre.com/anatomy.asp?sid=30&title=Blood-Function-and-Composition#C1. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Medicine. 2010. Kalsium Oksalat. http://www.medterms.com/script /main/art.asp? articlekey=4116. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Murbawani, 2004. Anemia Defisiensi Besi, Kekurangan Zat Besi. http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/2/ /ragam02.htm. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Rahma. 2007. Kenali Zat Anti Gizi (5) Asam Oksalat. http://www.gizi.net. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Rapidmethods. 2002. Haemocytometer. http://www.rapidmethods. Diakses tanggal 10 Desember 2012.Sutomo, B. 2007. Bayam Merah, Perkuat Lever dan Cegah Anemia. http://nutrions.com/food/2007/0704/ bayam- merah-perkuat-lever-cegah-anemia/. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Unomaha. 2009. Blood. www.unomaha.edu/hpa//blood/html. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Urbanvibes.biz. Alat Hand Tailly Counter. http://www.alattulisku.com/ product.php?id_product=250. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Wijayakusuma, H. 2009. Deficiencies Ferrum with Natural Materialses (Defesiensi Zat Besi dengan Bahan-bahan). http://www.roycollections.co.cc/index.php?. Diakses tanggal 10 Desember 2012 2012.

Watson, Roger. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

Zay, 2009. Metode Komponen Darah. www.ruf.rice.edu. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012.

Gambar 4. Bidang pandang hemositometer (Epa, 2007)

Gambar 5. Alat Hand tailly counter (Urbanvibes.biz, 2009)

Eritrosit

Leukosit