laporan kunjungan ke unwim
TRANSCRIPT
![Page 1: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/1.jpg)
Laporan kunjungan pengamatan tanaman kakao, teh. Kopi, klapa sawit dan
karet di universitas winayamukhti
Tujuan:
Untuk mengetahui proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan pada
tanaman perkebunan yaitu kakao, teh. Kopi, klapa sawit dan karet.
Tempat:
kunjungan di UNWIM (universitas winayamukhti)
A. Buah Kakao (Theobroma cacao)
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang
berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan
yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial)
berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian,
dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk
menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang
produktif.
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh
langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter
maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga
muncul dari satu titik tunas.
![Page 2: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/2.jpg)
Bunga kakao tumbuh dari batang.
Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge)
Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki
sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian,
beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan
menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar
dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun
buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-
ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah
biasanya berwarna kuning.
Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian
dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah
pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang
cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari
lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.
Penghasil kakao
Delapan negara penghasil kakao terbesar adalah (data tahun panen 2005)
1. Pantai Gading (38%)
2. Ghana (19%)
3. Indonesia (13%, sebagian besar kakao curah)
4. Nigeria (5%)
5. Brasil (5%)
![Page 3: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/3.jpg)
6. Kamerun (5%)
7. Ekuador (4%)
8. Malaysia (1%)
Negara-negara lain menghasilkan 9% sisanya.
Jenis-jenis komoditi
Buah dari tiga hibrida kakao yang berbeda seri "Djatiroenggo" (DR).
Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakan menjadi dua
kelompok besar: kakao mulia ("edel cacao") dan kakao curah ("bulk cacao").
Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di
Jawa, misal di kabupaten Jember yang dikelola oleh PTPN (Perusahaan
Perkebunan Negara). Varietas penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang
dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan dikenal dari namanya yang berawalan
"DR" (misalnya DR-38). Singkatan ini diambil dari singkatan nama perkebunan
tempat dilakukannya seleksi (Djati Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah).
Varietas kakao mulia berpenyerbukan sendiri dan berasal dari tipe Criollo.
Buah kakao Criollo.
![Page 4: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/4.jpg)
Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao
curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas
kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa
yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya.
B. Kelapa sawit (Elaeis)
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak
masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak
kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai
timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
Pemerian botani
African Oil Palm (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar
serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna
hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip
dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
![Page 5: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/5.jpg)
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12
tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril
sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih
unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah
sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang
pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)
dan bakal akar (radikula).
![Page 6: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/6.jpg)
Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan
baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di
ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu
daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah
sawit.
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan
E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species
kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki
produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah.
banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species
yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai
dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang,
yang terdiri dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-
besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak
memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan
minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan
![Page 7: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/7.jpg)
Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-
masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap
fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai
90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
C. Kopi
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan
ekstraksi biji tanaman kopi.[2]
Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan,
karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.[3] Kata
qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa
Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda.[rujukan?]
Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata
kopi yang dikenal saat ini.[3]
Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan
robusta.[4]
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan
berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar
3000 tahun (1000 SM) yang lalu.[5] Kopi kemudian terus berkembang hingga saat
ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh
berbagai kalangan masyarakat.[rujukan?] Indonesia sendiri telah mampu
memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.[6] Di samping rasa dan
aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit
kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).
Jenis-jenis biji kopi
![Page 8: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/8.jpg)
Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2
jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea
robusta).[4] Masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikannya masing-masing
dan pasarnya sendiri.[rujukan?]
Biji kopi arbika, jenis kopi dengan cita rasa terbaik.
Biji kopi arabika
Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik.[4]
Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini.[rujukan?] Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai
belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan
Indonesia.[13] Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau
subtropis.[13] Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan
laut.[rujukan?] Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya
baik.[rujukan?] Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 oC. Biji kopi yang dihasilkan
berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.[13]
![Page 9: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/9.jpg)
Biji kopi robusta, jenis kopi kelas 2.
Biji kopi robusta
Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898.[13] Kopi
robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit,
sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak.[rujukan?]
Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas daripada kopi arabika
yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu.[4] Kopi robusta dapat
ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permuakaan laut.[rujukan?] Selain itu,
kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit.[rujukan?] Hal ini
menjadikan kopi robusta lebih murah.[rujukan?] Kopi robusta banyak ditumbuhkan di
Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.[13]
Biji kopi luwak hasil fermentasi alami di perut hewan luwak.
Kopi luwak
Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika
dan robusta.[rujukan?] Biasanya disetiap daerah penghasil kopi memiliki keunikannya
masing-masing dan menjadikannya sebagai suatu subvarietas.[rujukan?] Salah satu
jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia.[14]
Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia.[13] Proses
terbentuknya dan rasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga
![Page 10: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/10.jpg)
jual kopi jenis ini.[rujukan?] Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika.[rujukan?] Biji kopi ini kemudian dimakan oleh luwak atau sejenis musang.[4] Akan
tetapi, tidak semua bagian biji kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini. [14] Bagian
dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya.[rujukan?] Karena telah
bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak, biji kopi ini telah mengalami
fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perutnya yang memberikan cita
rasa tambahan yang unik.[14]
D. Teh
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat
dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan
dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman
teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah,
rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip,
camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh
herbal.
Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan
kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum
terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.
Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati
atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia [1].
Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh
di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara
penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.
Pengolahan teh dan pengelompokan
Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia
sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan
![Page 11: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/11.jpg)
setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap,
karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya
berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun
menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun
sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan
ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang
sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh
ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang
sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung
unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi
dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk
menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah
lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih
mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara
perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.
Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah
dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses
oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan
menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng
di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk
lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil
(teh yang disebut gun powder).
![Page 12: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/12.jpg)
E. Karet
Untuk tumbuhan penghasil karet, lihat artikel para.
Lateks karet tengah disadap.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa
jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional
adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan
lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet,
seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah
perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa
Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan
karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha),
sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet
industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam
industri perkaretan
Biokimia
Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari
5000 hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan
![Page 13: Laporan Kunjungan Ke UNWIM](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081719/557211d0497959fc0b8f8844/html5/thumbnails/13.jpg)
pertama bersifat trans dan selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks
pohon penghasilnya. Pada suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu
rendah ia akan mengkristal. Dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang,
searah dengan sumbu panjangnya. Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan
mengembang ini. Inilah al asan mengapa karet bersifat elastik.
Biosintesis
Lateks dibentuk pada permukaan benda-benda kecil (disebut "badan
karet") berbentuk bulat berukuran 5 nm sampai 5 μm yang banyak terdapat pada
sitosol sel-sel pembuluh lateks (modifikasi dari floem). Sebagai substratnya
adalah isopentenil difosfat (IPD) yang dihasilkan sel-sel pembuluh lateks. Dengan
bantuan katalisis dari prenil transferase, pemanjangan terjadi pada permukaan
badan karet yang membawa suatu polipeptida berukuran 14 kDa yang disebut
rubber elongation factor (REF). Sebagai bahan pembuatan starter, diperlukan
pula 3,3—dimetilalil difosfat sebagai substrat kedua. Suatu enzim isomerase
diperlukan untuk tugas ini.
Pemanenan
Lateks diperoleh dengan melukai kulit batangnya sehingga keluar cairan
kental yang kemudian ditampung. Cairan ini keluar akibat tekanan turgor dalam
sel yang terbebaskan akibat pelukaan. Aliran berhenti apabila semua isi sel telah
"habis" dan luka tertutup oleh lateks yang membeku, teknik pemanenan yaitu
dengan menggores bagian batang dari atas kiri sampai kebagian bawah sebelah
kanan, dengan menggunakan alat penyadap karet.