laporan lbm 1 blok 6
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN
SGD 2 BLOK 6 LBM 1
KELENJAR SALIVA
Anggota Kelompok :
1. Ahmad Fahmi Fahrobi
2. Ahmad Zaida Gresfullah
3. Apriana Nofita Sari
4. Marzuki Akbar
5. Muhammad Adli Hifzudin
6. Rizal Saeful Drajat
7. Kardinah Puspita
8. Tia Lovita Pertiwi
9. Tiara Bistya Astari
10. Tri Anggasari
11. Tyara Mustika Devianti
12. Windy Pretyani
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
2013
i
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 2 BLOK 6 LBM 1
KELENJAR SALIVA
Telah Disetujui oleh :
Semarang, 01 April 2014
Tutor
drg. Aning Susilowati
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan semesta alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan SGD dengan judul ”Kelenjar Saliva”.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing SGD
Fakultas Kedokteran Gigi Unissula serta teman-teman yang turut berperan dalam pembuatan
laporan ini secara langsung maupun tidak langsung. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini dapat memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan
saran yang membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Jazakumullah khairan katsiran wa jazzakumullah ahsanal jaza.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
iii
Semarang, 01 April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Skenario..................................................................................................................... 2
C. Identifikasi Masalah................................................................................................... 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori................................................................................................................. 3
B. Kerangka Konsep.......................................................................................................14
BAB III : Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... v
iv
Ibu Dara datang ke salah satu restaurant yang makanannya terkenal lezat di kota Semarang. Pada saat Ibu Dara masuk ke dalam restaurant tercium bau yang enak pada masakan, terbayang di kepala Ibu Dara betapa lezatnya sehingga air liur di rongga mulut terasa berlebih. Pada saat masakan sudah matang dan siap dihidangkan, air liur semakin berlebih yang menyebabkan beberapa kali harus menelan. Terlebih setelah termakan cabe air liur bertambah dan keringat mengucur.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar saliva atau kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari sel-
sel khusus yang dapat mensekresi saliva. Saliva adalah cairan oral yang kompleks
dan tidak berwarna yang terdiri dari campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar
kecil (mayor dan minor) yang ada pada mukosa oral.
Saliva sendiri memiliki fungsi yaitu melicinkan dan membasahi rongga mulut
sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi dan
melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah
ditelan dan dirasakan, membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan
kuman, mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer, membantu proses
pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah,
berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor
pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva, jumlah sekresi air ludah
dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu
dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah).
Atas dasar pentingnya fungsi saliva tersebut, kelenjar saliva merupakan organ
yang penting dalam sekresi saliva. Apabila terjadi kelainan pada kelenjar saliva, akan
terjadi dampak yang dapat mengurangi fungsi saliva sehingga menyebabkan berbagai
masalah pada rongga mulut.
B. Skenario
Judul : dok, air liur keluar terus
1
C. Identifikasi Masalah
1. Fungsi Saliva
2. Klasifikasi Kelenjar Saliva
3. Komposisi Saliva
4. Mekanisme Sekresi Saliva
5. Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Sekresi Saliva
6. Korelasi Kelenjar Saliva dengan Panca Indra
7. Fungsi Keringat
8. Korelasi Kelenjar Saliva dengan Kelenjar Keringat
9. Gangguan Kelenjar Saliva
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Fungsi Saliva
Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari
campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada
pada mukosa oral.
Saliva merupakan sekresi yang berkaitan dengan mulut, diproduksi oleh tiga
pasang kelenjar saliva utama: kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis, yang
terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus pendek ke
dalam mulut.
Fungsi saliva adalah :
a. Saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva,
yang merupakan suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida;
b. Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel
makanan, sehingga mereka saling menyatu, serta dengan menghasilkan
pelumasan karena adanya mukus, yang kental dan licin;
c. Memiliki efek antibakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim, suatu
enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu, dan kedua
dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber
makanan;
d. Berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil
pengecap;
e. Membantu kita berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. Kita
sulit berbicara apabila mulut kita kering.
f. Saliva berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga
kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus menerus membantu
membilas residu makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing. Penyangga
bikarbonat di saliva menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan
oleh bakteri di mulut, sehingga membantu mencegah karies gigi.
3
(1) Fungsi Fisiologis
Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga
mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam
rongga mulut. Secara umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan pada
permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus-virus dan produk
metabolisme organisme sendiri dan mikro-organisme, pencernaan makanan dan
pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel dan saraf.
a) Perlindungan Permukaan mulut
Saliva memberi perlindungan baik pada mukosa maupun elemen gigi
geligi melalui pengaruh bufer, pembersihan mekanis, demineralisasi dan
remineralisasi, aktivitas anti-bakterial dan agregasi mikro-organisme mulut.
Pengaruh bufer menyebabkan saliva menahan perubahan asam (pH) di dalam
rongga mulut terutama dari makanan yang asam.
Proses pembersihan mekanis terjadi melalui aktivitas berkumur-kumur
menyebabkan mikro-organisme kurang mempunyai kesempatan untuk
berkolonisasi di dalam rongga mulut. Selain itu lapisan protein pada elemen
gigi geligi (acquired pellicle) memberi perlindungan terhadap keausan
permukaan oklusal elemen gigi-geligi oleh kekuatan pengunyahan normal.
Kalsium dan Fosfat memegang peranan penting dalam mekanisme penolakan
terhadap dekalsifikasi email gigi dalam lingkungan asam (demineralisasi),
sedangkan ion-ion ini memungkinkan terjadinya remineralisasi pada
permukaan gigi yang sedikit terkikis.
Di dalam saliva dijumpai berbagai komponen anorganik dan organik
yang mempunyai pengaruh antibakterial dan antiviral. Misalnya, thiosianat,
laktoperoksidase, enzim-enzim lisozim, protein laktoferin dan imunoglobulin.
Agregasi mikro-organisme terjadi karena bakteri tertentu digumpalkan oleh
komponen-komponen saliva seperti imunoglobulin, substansi reaktif
kelompok darah dan musin. Kolonisasi bakteri di dalam rongga mulut akan
terhalang dan selanjutnya dapat diangkut ke lambung.
b) Pengaturan kandungan Air
Sekresi saliva sangat berhubungan dengan pengaturan kandungan air.
Apabila terjadi gejala kekeringan, sekresi saliva yang dihasilkan menjadi
rendah dan timbul rasa dahaga.2 Pembasahan permukaan mulut diperlukan
4
untuk menghindari dari gejala mulut kering atau disebut xerostomia. Gejala
ini timbul akibat produksi saliva yang kurang di dalam rongga mulut.
c) Pengeluaran Virus dan Hasil Pertukaran Zat
Berbagai jenis zat dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui serum
seperti alkoloid tertentu, antibiotika, alkohol, hormon steriod dan virus.
Beberapa dari zat-zat ini dapat diresorpsi di dalam saluran pencernaan
makanan. Diketahui bahwa virus hepatisis B dapat ditemukan di dalam saliva
pasien, sehingga para dokter gigi dan perawat gigi mempunyai risiko lebih
besar terhadap infeksi hepatisis B. Hal yang sama pada prinsipnya juga
berlaku juga untuk virus HIV pada penderita AIDS, meskipun kelihatannya
infeksi melalui saliva jarang ditemukan.
d) Pencernaan Makanan dan Proses Pengecapan
Enzim saliva yang terpenting adalah α-Amilase yang terlibat pada
pencernaan makanan. Zat ini mampu untuk menguraikan makanan yang
mengandung tepung kanji dan glikogen dan dengan demikian melarutkannya
di dalam saliva dan mengangkutnya.5 Di samping itu terdapat juga enzim-
enzim lain yaitu Lipase, Protease, DNAse dan RNAse. Enzim-enzim ini
berperan dalam proses pencernaan makanan. Gustin yang terdapat dalam
saliva berfungsi dalamproses pengecapan makanan. Musin dan air berperan
untuk membentuk makanan menjadi bolus sebelum makanan ditelan.
e) Diferensiasi dan Pertumbuhan Syaraf (NGF) dan Epidermal (EGF)
Faktor pertumbuhan syaraf (Nerve Growth Factor) yang dihasilkan
oleh glandula submandibularis dibutuhkan bagi diferensiasi dan pertumbuhan
sel-sel syaraf adrenergik. Selain itu, glandula submandibularis juga
menghasilkan faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor) yang
berperan pada perkembangan jaringan kulit, epitel dan erupsi elemen gigi-
geligi. Kedua protein saliva tersebut diresorpsi melalui saluran usus lambung,
atau langsung diteruskan pada peredaran darah. Selajutnya sebagai hormon
dapat bekerja pada sel-sel sasaran.
(2) Fungsi Non-Fisiologi
Saliva dapat berperan sebagai anti-kabut (anti-fog). Penyelam skuba selalu
melapisi kaca mata menyelam mereka dengan selapis tipis saliva untuk menghidari
kabut. Selain itu saliva juga berperan efektif sebagai agen pembersih untuk
5
memelihara lukisan. Cotton swab yang dilapisi saliva disapukan pada lukisan untuk
membuang kotoran yang melekat pada lukisan tersebut.
2. Klasifikasi Kelenjar Saliva
Berdasarkan ukurannya, kelenjar saliva dibedakan menjadi dua jenis:
a. Kelenjar Saliva Mayor
Kelenjar saliva mayor terdiri dari :
1. Kelenjar parotis
Merupakan kelenjar saliva terbesar yang letaknya pada permukaan otot
masseter yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior
telinga. Kelenjar parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva
yang sebagian besar merupakan cairan serus.
Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulum oris pada lipatan antara
mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh
jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase
lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama
disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.
2. Kelenjar submandibula
Merupakan kelenjar terbesar kedua setelah kelenjar parotis. Letaknya di
bagian medial sudut bawah mandibula. Kelenjar submandibula menghasilkan
air liur terbanyak yaitu 60- 65% dari volume total saliva di rongga mulut, yang
merupakan campuran cairan serus dan mukus, namun didominasi oleh cairan
serus.
Kelenjar ini memiliki saluran keluar (duktur ekstretorius) yaitu duktus
Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, di
belakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini terdiri dari
jaringan ikat yang padat.
3. Kelenjar sublingual
Kelenjar yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian
anterior. Merupakan kelenjar saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan
10% dari volume total saliva di rongga mulut dimana sekresinya didominasi
oleh cairan mukus.
6
Kelenjar sublingualis mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke
dalam rongga mulut. Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini
terletak berdekatan dengan papilla dari duktus kelenjar submandibular.
b. Kelenjar Saliva Minor
Kebanyakan kelejar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak
di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari
pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan
lokasinya atau nama pakar yang menemukannya.
1. Kelenjar Labial terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus
seromukus.
2. Kelenjar Bukal terdapat pada mukosa pipi dengan asinus-asinus seromukus.
3. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula Lingualis Anterior) terletak pada bagian
bawah ujung lidah
4. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = Albuminous Gland) dan Kelenjar
Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut
juga glandula lingualis posterior.
3. Komposisi Saliva
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar
saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar
tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan
utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%.
Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium,
Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat.
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase,
maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino,
lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
a. Komponen Anorganik
Dari kation-kation, Sodium (Na+ ) dan Kalium (K+ ) mempunyai konsentrasi
tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara pembuangan, Na+
menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam serum dan K+
jauh lebih tinggi.
7
Ion Khlorida merupakan unsur penting untuk aktifitas enzimatik α-amilase.
Kadar Kalsium dan Fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email
dan berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar
Fluorida di dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air
minum dan makanan. Rodanida dan Thiosianat(CNS- ) adalah penting sebagai agen
antibakterial yang bekerja dengan sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion
bufer terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas bufer.
b. Komponen Organik
Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang
secara kuantitatif penting adalah α-Amilase, protein kaya prolin, musin dan
imunoglobulin. Berikut adalah fungsi protein-protein dalam saliva:
1. α-Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat
yang kecil. Juga karena pengaruh α-Amilase, polisakarida mudah dicernakan.
2. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam sistem
penolakan bakterial.
3. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor
pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses pembekuan
darah.
4. Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN
(hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri dan
pertumbuhannya.
5. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi
penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi.
6. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air
disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua
permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan.
Musin juga untuk membentuk makanan menjadi bolus.
4. Mekanisme Sekresi Saliva
Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada tingkat
perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan
0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan
kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya disekresi oleh kelenjar
sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut.
8
Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya
rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung
saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting untuk
menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu.
Selain sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi saliva dapat
ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda:
(1) Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi
(2) Refleks saliva didapat, atau terkondisi.
Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau
reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan.
Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf
aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva
kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk
meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi mendorong sekresi saliva
walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan
yang terdapat di mulut.
Jalur saraf parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva terutama dikontrol
oleh sinyal saraf parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan
inferior batang otak. Obyek-obyek lain dalam mulut dapat menggerakkan refleks
saliva dengan menstimulasi reseptor yang dipantau oleh nervus trigeminal (V) atau
inervasi pada lidah dipantau oleh nervus kranial VII, IX, atau X. Stimulasi
parasimpatis akan mempercepat sekresi pada semua kelenjar saliva, sehingga
menghasilkan produksi saliva dalam jumlah banyak.
9
Kontrol Sekresi Saliva
5. Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Sekresi Saliva
Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap hari. Beberapa
faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva melalui cara-
cara berikut:
a. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen karet.
b. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit dan
pedas.
c. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun
parasimpatis. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.
d. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa
yang dapat menstimulasi sekresi saliva.
6. Korelasi antara Rasa dengan Sekresi Saliva dan Keringat
Permukaan belakang lidah yang terlihat pada seseorang membuka mulut ditutupi
oleh selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan (papilla). Pada papilla ini
terdapat alat pengecap (taste-bud) untuk mengenal rasa manis, asin, asam (diujung
10
depan), dan pahit (di pangkal lidah). Disamping itu, lidah juga mempunyai ujung-
ujung saraf perasa yang dapat menangkap sensasi panas dan dingin. Rasa pedas tidak
termasuk salah satu bentuk sensasi pengecapan, tetapi suatu rasa panas yang termasuk
sensasi umum. Pengecapan diurus oleh saraf otak ke-7 dan sensasi umum oleh saraf
otak ke-5.
Banyak sedikitnya sekresi saliva dipengaruhi oleh rangsangan (stimulus) yang
diterima. Cabai memiliki sensasi pedas karena adanya zat kimia bernama capsaicin.
Capsaicin inilah yang akan berikatan dengan reseptor pada permukaan lidah dan
menyebabkan iritasi lidah berupa panas yang merupakan sensasi umum, kemudian
mengirimkan sinyal kepada hipotalamus untuk meningkatkan metabolisme dan
aktivasi kelenjar saliva serta kelenjar keringat. Kelenjar saliva memproduksi saliva
lebih banyak untuk menetralkan panas pada permukaan lidah serta kelenjar keringat
memproduksi keringat lebih banyak untuk menetralkan suhu tubuh.
7. Fungsi Keringat
Keringat adalah air yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat pada kulit manusia.
Kandungan utama dalam keringat adalah sodium klorida (bahan utama garam dapur)
selain bahan lain (yang mengeluarkan aroma) seperti 2-metilfenol (o-kresol) dan 4-
metilfenol (p-kresol).
Pada manusia, keringat dikeluarkan untuk mengatur suhu tubuh. Penguapan
keringat dari permukaan kulit memiliki efek pendinginan karena panas laten
penguapan air yang mengambil panas dari kulit. Oleh karena itu, pada cuaca panas,
atau ketika otot memanas karena bekerja keras, keringat dihasilkan. Keringat
meningkat dalam keadaan gugup dan mual, serta menurun dalam keadaan demam.
8. Gangguan Kelenjar Saliva
1. Xerostomia
Banyak pasien mengeluh mulutnya kering Walaupun kelenjar saliva mereka
berfungsi dengan normal. Xerostomia sejati dapat disebabkan oleh penyakit
11
kelenjar saliva primer atau manifestasi sekunder dari suatu kelainan sistemik atau
terapi obat. Penyakit kelenjar saliva primer meliputi sindrom Sjorgen, kerusakan
pascaradiasi atau anomali pertumbuhan. Penyebab sistemik sekunder dari
xerostomia meliputi kegelisahan kronis, dehiderasi atau terapi obat.
2. Sialorrhea
Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan menetesnya air
liur atau sekresi saliva yang berlebihan.
3. Ranula
Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major
yang membesar atau terputus atau terjadinya rupture dari saluran kelenjar
terhalangnya aliran liur yang sublingual (duktus Bartholin) atau kelenjar
submandibuler (duktus Wharton), sehingga melalui rupture ini air liur keluar
menempati jaringan disekitar saluran tersebut. Selain terhalangnya aliranliur,
ranula bisa juga terjadi karena trauma dan peradangan. Ranulamirip dengan
mukokel tetapi ukurannya lebih besar.
Bila letaknya didasar mulut, jenis ranula ini disebut ranula superfisialis. Bila
kista menerobos dibawah otot milohiodeusdan menimbulkan pembengkakan
submandibular, ranula jenisini disebut ranula Dissecting atau Plunging.
4. Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya
disebabkan oleh batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar. Proses
inflamasi yang melibatkan kelenjar ludah disebabkan oleh banyak faktor etiologi.
Proses ini dapat bersifat akut dan dapat menyebabkan pembentukan abses terutama
sebagai akibat infeksi bakteri. Keterlibatannya dapat bersifat unilateral atau
bilateral seperti pada infeksi virus. Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik
merupakan akibat dari obstruksi duktus karena sialolithiasis atau radiasi eksternal
atau mungkin spesifik,yang disebabkan dari berbagai agen menular dan gangguan
imunologi.
5. Mukokel
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan
oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di
sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Mucocele
dapat terjadi pada bagian mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele
12
terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur ke dalam mulut
melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi ujung
duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering tergigit secara tidak
sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan
menyebabkan pembengkakan (mucocele). Mucocele juga dapat terjadi jika
kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki banyak kelenjar ludah dalam mulut yang
menghasilkan ludah. Ludah tesebut mengandung air, biopsy, dan enzim. Ludah
dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui saluran kecil yang disebut duct
(pembuluh).
Terkadang salah satu saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada
titik yang terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada
umumnya mucocele didapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga
ditemukan di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut.
Akan tetapi jarang didapati di atas lidah. Pembengkakan dapat juga terjadi jika
saluran ludah (duct) tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari
campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada
pada mukosa oral.
Fungsi saliva antara lain untuk pencernaan, proses menelan, efek antibakteri,
pelarut dan merangsang papila llidah, higiene mulut dan gigi.
Saliva merupakan sekresi yang berkaitan dengan mulut, diproduksi oleh tiga
pasang kelenjar saliva utama: kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis, yang
terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus pendek
ke dalam mulut.
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar
saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar
tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan
utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%.
Faktor produksi saliva antara lain faktor mekanis, faktor kimiawi, faktor
neuronal, dan rangsangan rasa sakit.
Gangguan yang sering terjadi pada kelenjar saliva diantaranya sialorrhea,
sialadentis, mukokel, xerostomia, ranula, dan lain-lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Benign diseases of the salivary glands, Section V, Salivary Glands, Fidelia Yuan-Shin
Butt, Current Diagnosis and Treatment, Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2nd
Edition. Anil K.L, Lange Mc Graw-Hill. 2008. New York.
Pindborg, J.J.. 2009. Altas Penyakit Mukosa Mulut. Tangerang: Binarupa Aksara.
Syafriadi,Mei. 2008. Patologic Mulut Tumor Neoplastik dan NonNeoplastik Rongga.
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20503/3/Chapter%2011.pdf
Devlin T.M. : Texbook of Biochemistry with Clinical correlation. Third Ed. John
Wiley & Son Pub. Singapore. 1992. pp 351, 1077 – 1081
Lehninger A.L., Nelson D.L and Cox M.M : Principles of Biochemistry. Second Ed.
Worth Publ. Inc. New York. 1993. pp 298, 598-599
Murry R.M., Granner D.K., Mayes P.A. and Rodwell V.W.: Harper's Biochemistry.
Twenty-sixthth Edition. Appleton & Lance. Englewood Cliffs. New Jersey. USA. 2003. pp
122 – 129, 136 – 172.
Robert G.P dkk : Harrison's Principles of Internal Medicine. Tenth Ed. International
Student Edition. McGrawHill Book Copm. Tokyo. 1985 pp 1873
Rypier's Medical Licensure Examination. 13th Ed. J.P. Lippincott Comp. Phil. 1981.
pp 245 - 261.
Marks, Dawn B dkk. Biokimia Kedokteran Dasar. 1996. Jakarta: EGC
Sumardjo, Damin. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC
Wibowo, S. Daniel. Anatomi Tubuh Manusia. Grasindo
v