laporan oklusi
DESCRIPTION
Laporan Oklusi bab isiTRANSCRIPT
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Dasar Teori
Oklusi berasal dari kata occludere yang mempunyai arti mendekatkan dua permukaan
yang berhadapan sampai kedua pemukaan tersebut saling kontak. Secara teoritis, oklusi
didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung
(tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen
sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan
berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
diketahui bahwa oklusi bukanlah merupakan suatu proses statik yang hanya dapat
diketahui bila seseorang penutup mulut sampai gigi geliginya dalam keadaan kontak.
Tetapi, kita harus pula memahami bahwa selain faktor gigi-geligi masih ada faktor lain
yang ikut terlibat dalam proses tersebut. Beberapa ahli menyatakan bahwa oklusi
dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antara sistem otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskuler sendi temporomadibular dan gigi-geligi (Hamzah, Zahseni;
dkk).
Oklusi antara gigi-gigi rahang atas dan bawah dapat terjadi oleh karena aktifitas otot-otot
kunyah. Semua otot-otot mastikasi atau kunyah berfungsi pada semua pergerakan mandibula,
baik untuk fase kontraksi maupun relaksasi. Adapun otot-otot yang berperan di dalam proses
mastikasi adalah : M. Temporalis (elevator), M. Masseter (elevator), M. Disgastric (ant.Belly)
(depressor), M. Pterygoideus Eksternus (depressor), M Pterygoedeus Internus (elevator), M.
Mylohyoideus (depressor), M. Geniohyoid (depressor).
3
Adanya otot-otot mastikasi tersebut yang di dalam kerjanya yang kompleks akan
menyebabkan timbulnya daya tarikan pada rahang atas maupun bawah, sehingga pada kasus-
kasus trauma yang menyebebkan terjadinya fraktur di daerah sepertiga wajah maupun
mandibula, maka dengan segera akan terjadi tarikan pada fragmen-fragmenyang mengalami
fraktur, sehingga maloklusi dapat terjadi.
Beberapa otot yang dalam kerjanya dapat menimbulkan daya tarikan pada
mandibula dan maksila adalah : M. Maseter, M. Temporalis, M Pterygoideus eksternus, M.
Pterygoideus internus, M. Genioglossus, M. Geneiohyoid, M. Mylohioid dan M. Digastricus.
1.1.1 Konsep Dasar Oklusi
A. Oklusi Seimbang (Balanced Occlusion)
Oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi
baik atau normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam
kedudukan sentrik maupun eksentrik. Konsep ini bertolak dari pembuatan
gigi-tiruan lepasan yang memperhatikan adanya stabilitas. Keadaan ini akan
tercapai bila terdapat keseimbangan kontak gigi pada sisi kiri dan kanan.
Dalam kenyataanya, keadaan ini jarang ditemukan pada gigi-geligi yang asli.
Walaupun demikian fungsi kunyah tetap berlangsung baik.
(1) Oklusi morfologis
4
Oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai
baik-buruknya oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan lawannya
dirahang atas pada saat geligi tersebut berkontak.
(2) Oklusi dinamis
Oklusi dinamik / individual / fungsional (dinamic) / individual / functional
occlusion). Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara
komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar geligi
tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan jaringan ini antara lain
ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi dan sistem
neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila semua struktur tersebut
berada dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik,
maka oklusi tersebut dikatakan normal (Gunadi, Haryanto A; dkk).
1.1.2 Oklusi Gigi Geligi
Klasifikasi berikut berdasarkan pada klasifikasi Edward Angle (1899) walaupun
berbeda dalam beberapa aspek yang penting. Ini adalah klasifikasi dari hubungan
antero-posterior lengkung gigi-gigi atas dan bawah, dan tidak melibatkan hubungan
lateral serta vertikal, gigi berjejal dan malposisi lokal dari gigi-gigi.
1. Kelas 1
Hubungan ideal yang bisa ditolerir. Ini adalah hubungan antero-posterior yang
sedemikian rupa, dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang,
ujung gigi kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal
gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar atas berinterdigitasi dengan cara yang sama
dengan gigi-gigi premolar bawah, dan tonjol antero-bukal dari molar pertama atas
tetap beroklusi dengan alur (groove) bukal dari molar pertama bawah tetap. Jika
insisivus berada pada inklinasi yang tepat, overjet inisisal adalah sebesar 3 mm.
5
Kelas 2
Pada hubungan kelas 2, lengkung gigi bawah terletak lebih posterior daripada
lengkung gigi atas dibandingkan pada hubungan kelas 1. Karena itulah, keadaan ini
kadang disebut sebagai “hubungan postnormal”. Ada dua tipe hubungan kelas 2 yang
umum dijumpai, dan karena itu, dikelompokkan menjadi dua divisi.
Kelas 3
Pada hubungan kelas 3, lengkung gigi bawah terletak lebih anterior terhadap
lengkung gigi atas dibandingkan pada hubungan kelas 1. Oleh karena itu, hubungan
ini kadang-kadang disebut juga sebagai “hubungan prenormal”.
Ada dua tipe utama dari hubungan kelas 3. Yang pertama, biasanya disebut
kelas 3 sejati, dimana rahang bawah berpindah dari posisi istirahat ke oklusi kelas 3
pada saat penutupan normal. Pada tipe yang kedua, gigi-gigi insisivus terletak
sedemikian rupa sehingga gerak menutup mandibula menyebabkan insisivus bawah
berkontak dengan insisivus atas sebelum mencapai oklusi sentrik. Oleh karena itu,
mandibula akan bergerak ke depan pada penutupan translokasi, menuju ke posisi
6
interkuspal. Tipe hubungan semacam ini biasanya disebut kelas 3 postural atau kelas
3 dengan pergeseran.
Pada masing-masing tipe hubungan oklusal, malposisi gigi setempat bisa
mempengaruhi hubungan dasar dari kedua lengkung gigi. Jadi, rincian interkuspal
dari gigi-gigi tidak sama dengan klasifikasi keseluruhan dari hubungan lengkung gigi.
Jika banyak gigi yang malposisi, akan sulit bahkan tidak mungkin untuk menentukan
klasifikasi oklusi. Disamping itu, asimetris bisa menyebabkan hubungan pada satu sisi
rahang berbeda dari sisi yang lain. Pada situasi semacam ini, oklusi perlu
dideskripsikan dengan kata-kata, bukan hanya dengan klasifikasi verbal saja.
1.1.3 Oklusi Sentrik
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu
mandibula dalam keadaan sentrik yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral
simetris didalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat
ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama
berkontak. Keadaan ini akan berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun
overhanging restoration.
Oklusi gigi geligi secara normal dapat dikelompokkan menjadai 2 jenis, yaitu:
7
a. Oklusi statik
Merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB)
dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak
berfungsi (statik). Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit
(overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit
(overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang
labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal
antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.
b. Oklusi dinamik
Merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang
melakukan gerakan mandibula ke arah samping (lateral) ataupun kedepan (antero-
posterior). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior
(premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar
pada posisi cusp to fossa. Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral,
kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan
mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi
kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA
dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam
oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada
balancing side.
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi
dengan antagonisnya
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada
saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu
bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB
digerakkan ke anterior
4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB
digerakkan ke lateral.
8
Selain diklasifikasikan di atas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bilateral Balanced Occlusion (Oklusi Seimbang Bilateral).
Oklusi seimbang bilateral merupakan konsep prostodonti yang mengatakan
jumlah maksimal gigi harus berkontak dalam semua posisi mandibula yang
digerakkan. Konsep ini tidak banyak lagi dipakai seperti dulu. Konsep ini berguna
pada pembuatan gigi tiruan penuh, dimana kontak pada sisi non kerja diperlukan
untuk mencegah tipping dari gigi tiruan. Saat konsep ini diaplikasikan pada gigi asli,
dengan tujuan untuk mengurangi tekanan pada gigi individual dengan membagi
tekanan ke sebanyak mungkin gigi, disadari bahwa hal tersebut sangat sulit diraih.
Selain itu, hasil dari berkontaknya gigi geligi pada setiap pergerakan mandibula juga
membuat gigi geligi mengalami permakaian berlebih yang menyebabkan aus.
2. Unilateral Balanced Occlusion (Oklusi Seimbang Unilateral).
Konsep ini disebut juga dengan group function. Konsep ini dikemukakan oleh
Schuyler, dkk. Mereka menyimpulkan bahwa keseimbangan antar rahang itu tidak
diprlukan pada gigi asli, dan akan lebih baik untuk menghilangkan semua kontak pada
sisi non kerja. Karenanya, oklusi seimbang unilateral ini menyatakan gigi geligi pada
sisi kerja akan berkontak pada saat mandibula digerakkan, sedangkan gigi geligi pada
sisi non kerja tidak berkontak. Group function pada sisi kerja mendistribusikan
tekanan oklusal. Tidak adanya kontak pada sisi non kerja mencegah gigi-gigi tersebut
terkena tekanan destruktif, dan mencegah gigi tersebut aus.
3. Mutually Protected Occlusion (Oklusi Perlindungan Bersama).
Konsep ini disebut juga dengan canine protected. Konsep ini dikemukakan oleh
D’Amico, dkk. Mereka melihat pada banyak mulut dengan status periodontal yang
sehat dan pemakaian minimal dari gigi geligi, gigi tersusun sehingga saat mandibula
digerakkan ke lateral, gigi anterior akan menahan gigi posterior untuk berkontak baik
pada sisi kerja maupun pada sisi non kerja. Berdasarkan konsep oklusi ini, gigi
anterior memikul beban semua tekanan dan gigi posterios tidak beroklusi.
Dinamakan perlindungan bersama karena saat mandibula digerakkan ke lateral, gigi
anterior melindungi gigi posterior, dan saat posisi intercuspal gigi posterior
melindungi gigi anterior. Susunan oklusi ini yang paling diterima karena mudah
pembuatan dan toleransi pasien yang baik.
9
Walau bagaimanapun, merekonstruksi mulut dengan konsep oklusi perlindungan
bersama, dibutuhkan jaringan periodontal yang sehat. Pada kasus dengan status
periodontal tidak sehat ataupun kasus dengan kaninus yang hilang, lebih baik
direkonstruksi dengan konsep oklusi seimbang unilateral. Tambahan dukungan pada
gigi posterior di sisi kerja akan mendistribusikan tekanan yang mungkin tidak bisa
ditahan oleh gigi anterior.
1.1.4 Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
Relasi Sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang
menunjukan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari oklusi sentris
atau kondili terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih memungkinkan
adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaan
ICP atau dapat dikatakan bahwa ICP berada pada posisi RCP.
1.1.4.1 Jarak Inter-Oklusal
Jarak antara oklusal premolar RA dan RB dalam keadaan istirahat,
rileks dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini otot-otot pengunyahan dalam
keadaan istirahat, hal ini menunjukan otot-otot kelompok elevator dan depresor
tonus dan kontraksinya dalam keadaan seimbang, dan kondili dalam keadaan
netral atau tidak tegang. Posisi ini dianggap konstan untuk tiap individu.
INCLUDEPICTURE
"http://www.glidewelldental.com/images/dentist/inclusive/volume1-4/articles/speech/
images/Figure9.jpg" \* MERGEFORMATINET
Gambar 2.2 Posterior Speaking Space
10
BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi Geligi
RELASI GIGI NOMOR GIGI
RAHANG ATAS 27 26 25 24 14 15 16 17
RAHANG BAWAH 37 36 35 34 44 45 46 47
2.1.1 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
2.1.2 Pemeriksaan Relasi Sentrik
RELASI MANDIBULA TERHADAP MAKSILA Overjet (mm)
OKLUSI SENTRIK 3
RELASI SENTRIK 6
2.1.3 Pemeriksaan Physiological Rest Position
RELASI MANDIBULA TERHADAP MAKSILA Overjet (mm)
OKLUSI SENTRIK 3
RELASI SENTRIK 6
2.1.4 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
RELASI GIGI
ANTERIOR
JARAK (mm)
OVERJET 3
OVERBITE 4
Cusp to marginal ridge 14 15 24 25
44 45 34 35
Cusp to fossa 17 27
47 37
11
2.2 Pemeriksaan Hubungan Mandibula Terhadap Maksil
2.2.1 PEMERIKSAAN OKLUSI DINAMIK
Tipe Oklusi Dinamik orang coba
Bilatelar Balanced Occlusion
Unilateral Balanced Occlusion
MutuallyProtected Occlusion
Tidak dapat didefinisikam
*) Beri tanda √ pada kotak yang tersedia
2.2.2 PEMERIKSAAN OKLUSI IDEAL
No INDIKATOR Ya Tidak
1 Saat melakukan oklusi sentris,apakah hubungan kedua ahang stabil √
2 Saat melakukan oklusi sentrik, apakah mengaalami hambatan √
3 Saat melakukan pergerakan relasi sentris ke oklusi sentris apakah
mengalami hambatan
√
4 Saat melakukan pergerakan mandibula ke anterior apakah mengalami
hambatan
√
5 Apakah ada kontak prematur pada saat Intercuspal Contact Position
(ICP)
√
6 Apakah ada kontak premature pada saat Retruded Contact Position
(RCP)
√
7 Apakah ada kontak prematur pada saat Protrusif Contact Position
(PCP)
√
Jika ada kontak prematur, catat pada tabel berikut :
No Relasi
Kontak
Gigi yang mengalami kontak prematur
1 ICP 11 21
12
41 31
2 RCP 14 15 16 17 24 25 26 27
44 45 46 47 34 35 36 37
3 PCP 11 21
41 31
2.2.3 PEMERIKSAN GERAKAN MANDIBULA
NO KEGIATAN HASIL PENGAMATAN
1 Gerakan mandibula membuka-menutup mulut Simetris
2 Gerakan mandibula ke arah antero-posterior Condyle lebih menonjol pada
bagian kanan
3 Pemeriksaan gerakan mandibula ke arah lateral Ketika orang cobamenggerakan
mandibula ke kiri, maka bagian
yang menonjol adalah condyle
sebelah kiri, begitu sebaliknya
4 Koordinasi gerakan mandibula Simetris
5 Gerakan mandibula : Tetap
a. Saat menunduk Tetap
b. Saat menengadah Tetap
c. Saat tidur miring samping Tetap
d. Saat duduk istirahat Tetap
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi – geligi
3.1.1 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam
keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris
atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara
gigi pada saat pertama berkontak.
Pada pemeriksaan oklusi sentrik ini orang coba dalam posisi duduk dengan tenang,
dengan posisi bidang oklusi sejajar lantai. Kemudian orang coba diinstruksikan untuk
membuka mulut dilanjutkan menutupkan mulut sampai gigi pada kedua rahang saling
menyentuh. Orang coba diinstruksikan untuk mempertahankan posisi tersebut. Pada keadaan
ini perlu diperhatikan posisi maksimal dari gigi geligi pada wakrtu mandibula dalam
keadaaan sentrik
3.1.2 Pemeriksaan Relasi Sentrik
Pada percobaan relasi sentrik orang coba dalam posisi duduk dengan bidang oklusal
sejajar dengan lantai. Selanjutnya orang coba instruksikan untuk membuka kemudian
menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang bersentuhan berulang sebanyak 3 kali.
Kemudian mengukur jarak horizontal insisisal RA terhadap bidang labial insisif RB
menggunakan ujung jangka yang selanjutnya diukur dengan penggaris. Selanjutnya orang
coba diinstruksikan untuk menggerakan mandibula ke belakang dengan cara orang coba
diminta untuk menggerakan RB ke posisi paling posterior untuk mendapat relasi sentrik,
instruksikan untuk mempertahankan posisi ini. Selanjutnya catat jarak horizontal insisal
incisive RA terhadap bidang labial incisive RB menggunakan ujung jangka yang selanjutnya
diukur dengan penggaris. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan jarak gigit saat oklusi
sentris adalah 3 mm. Sedangkan jarak gigit saat relasi sentris adalah 6 mm.
3.1.3 Pemeriksaan Physiological Rest Position
14
Pada pemeriksaan physiological rest position orang coba duduk dengan tenang.
Kemudian orang coba diinstrusikan untuk membuka mulut dilanjutkan menutup mulut
sampai kedua gigi rahang menyentuh. Selanjutnya orang coba melakukan posisi istirahat dan
mandibula dalam keadaan rileks dan posisi tegak lurus, dalam posisi non oklusal mandibula
yaitu posisi physiological rest position, selanjutnya perhatikan otot-otot harus dalam keadaan
istirahat. Usahakan untuk membuka kedua bibir orang coba tanpa menimbulkan gerakan pada
rahangnya. Kemudian mulai mengukur jarak oklusal sebagai free way space. Selisih antara
dimensi vertical saat gigi geligi beroklusi dan saat mandibula istirahat disebut freeway space.
Range freeway space normal adalah berkisar 2-4 mm. Dimensi vertical fisiologis adalah jarak
vertical antara 2 titik pada maksila mandibula yang telah ditentukan saat kepala dalam posisi
tegak, otot – otot rahang dalam keadaan istirahat, dan kondilus dalam posisi netral. Gunanya
adalah untuk menentukan jarak vertical antara permukaan gigi geligi yang beroklusi pada
galangan gigit oklusal atau puncak sisa prosesus alveolaris (residual ridge).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan jenis kelamin perempuan
didapatkan hasil pengukuran freeway space sebesar 2 mm. Hal ini dikatakan normal karena
freeway space normal adalah berkisar 2-4 mm.
Gambar 3.1.3 Freeway space
.
3.1.4 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Pada percobaan oklusi sentrik orang coba dalam posisi duduk dengan bidang oklusal
sejajar dengan lantai. Selanjutnya orang coba instruksikan untuk membuka kemudian
menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang bersentuhan. Selanjutnya meletakkan
articulating paper pada permukaan oklusal gigi posterior, instryksikan orang coba menutup
mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh,lakukan 3-5 kali
15
Pada percobaan ini, kami menggunakan orang coba dengan jenis kelamin sama yaitu
perempuan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terlihat posisi oklusi cusp to
marginal ridge pada sisi kanan untuk orang coba adalah gigi P1 dan P2, sedang pada sisi kiri
hanya gigi P1 dan P2 juga. Untuk posisi cusp to fossa pada sisi kanan adalah M2, sedang sisi
kiri juga M2
Selanjutnya dilakukan percobaan ini pengukuran overjet dan overbite. Overjet atau
jarak gigit adalah jarak horizontal antara incisal gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi
incisivus pertama RB. Sedangkan Overbite atau tinggi gigit adalah jarak vertical antara
incisal edge RB sampai incisal edge RA. Overbite dan overjet normal yaitu sekitar 2 – 4 mm.
Berdasarkan percobaan didapatkan overjet pada orang coba dikatakan normal karena berjarak
3 mm. Sedangkan untuk overbite dikatakan normal juga karena berjarak 4 mm.
Gambar 3.1.4 Overbite dan overjet
3.2 Pemeriksaan Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
3.2.1 Pemeriksaan Oklusi Dinamik
Pada praktikum oklusi dinamik didapatkan hasil bahwa orang coba masuk dalam
klasifikasi muttualy protected occlusion. Hal ini dapat terjadi karena pemakaian minimal dari
gigi geligi, gigi tersusun sehingga saat mandibula digerakkan ke lateral, gigi anterior akan
menahan gigi posterior untuk berkontak baik pada sisi kerja maupun pada sisi non kerja.
Berdasarkan konsep oklusi ini, gigi anterior memikul beban semua tekanan dan gigi posterios
tidak beroklusi.
Dinamakan perlindungan bersama karena saat mandibula digerakkan ke lateral, gigi
anterior melindungi gigi posterior, dan saat posisi intercuspal gigi posterior melindungi gigi
anterior. 16
3.2.2 Pemeriksaan Oklusi Ideal
Oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central
bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan
didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.
Pada percobaan ini, kami mengamati ketika orang coba melakukan oklusi sentris,
pergerakan relasi sentris ke oklusi sentris, pergerakan mandibula ke anterior dan ke segala
arah, ketika orang coba melakukan ICP,RCP dan PCP.
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil untuk oklusi
sentrik, relasi sentris ke oklusi sentris dan pergerakan mandibula ke anterior pada orang
coba semuanya normal. Untuk gerakan oklusi ICP, gigi geligi yang mengalami kontak
prematur pada gigi I central pada baagian kanan dan kiri . Pada gerakan oklusi RCP, gigi
geligi yang mengalami kontak prematur pada P1,P2,M1 dan M2 sebelah kiri dan kanan.
Sedangkan pada gerakan oklusi PCP, gigi geligi yang mengalami kontak prematur pada I
central kanan dan kiri
3.3.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula
Pada praktikum pemeriksaan gerakan mandibula dilakukan oleh orang coba dengan
jenis kelamin perempuan. Pada saat melakukan gerak membuka menutup mulut didapatkan
hasil bahwa gerakan yang dilakukan daalam posisi simetris. Selanjutnya pada gerakan
mandibula ke arah antero-posterior condyl bagian kanan lebih menonjol daripada sisi kiri.
Kemudian untuk gerakan mandibula ke arah lateral diperoleh hasil bahwa ketika orang coba
menggerakan mandibula ke kiri maka bagian yang lebih menonjol adalah condyle sebelah
kiri, berlaku pada gerakan sebaliknya. Untuk gerakan koordinasi mandibula didapatkan
gerakan yang simetris pada orang coba
Pada saat mandibula melakukan gerakan menunduk, menengadah, tidur terlentang,
tidur miring kiri dan duduk istirahat diperoleh hasil yang tetap.
17
BAB IV
KESIMPULAN
1. Oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara
langsung dalam suatu hubungan-hubungan biologis yang dinamis antara semua
komponen sistem stomatognasi terhadapa permukaan gigi-geligi yang berkontok
dalam keadaan berfungsi
2. Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara komponen-
komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar geligi. Komponen-
komponen tersebut antara lain geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula.
3. Oklusi dikatakan normal jika:
a) Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan
minimal overbite dan overjet
b) Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal molar 1
mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di embrasure antara
molar 1 dan 2 mandibula dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis
dengan kepala dan wajah.
18