laporan pendahuluan dan konsep keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan pernafasa

25
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN ( TBC) OLEH: MUH. LATTIIFUR ROOFI,II AKADEMI KEPERAWATAN PERINTAH KABUPATEN PONOROGO 2009 I. Definisi Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah karena sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke - 0 -

Upload: ony

Post on 02-Jul-2015

632 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP

KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN

GANGGUAN PERNAFASAN ( TBC)

OLEH:

MUH. LATTIIFUR ROOFI,II

AKADEMI KEPERAWATAN PERINTAH

KABUPATEN PONOROGO

2009

- 0 -

Page 2: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

I. Definisi

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

bagian bawah karena sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru

melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus

primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu manifestasi yang

diakibatkannya. Darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran

pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti

sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan luka dengan

cepat terjadi.

Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan

persalinan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang disertai sesak

napas dan hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem

pernapasan, karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke

atas serta sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu

menjadi lebih parah. TBC paru merupakan salah satu penyakit yang memerlukan

perhatian yang lebih terutama pada seorang wanita yang sedang hamil, karena penyakit

ini dapat dijumpai dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Karena penyakit paru-paru

yang dalam keadaan aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang-orang

disekelilingnya.

II. Etiologi

Sebagaimana telah diketahui, TBC paru disebabkan oleh basil TB

(Mycobacterium tuberculosis humanis).

M. tuberculosis termasuk familie Mycobacteriaceae yang mempunyai berbagai genus,

satu di antaranya adalah Mycobacterium, yang salah satu speciesnya adalah M.

tuberculosis.

M. tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis

(kemungkinan infeksi type bovinus saat ini diabaikan, setelah higiene peternakan

makin ditingkatkan).

Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan

oleh Robert Koch untuk mewarnai secara khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut

pula Basil Tahan Asam (BTA).

Karena sebetulnya Mycobacterium pada umumnya tahan asam, secara teoritis BTA

belum tentu identik dengan basil TB. Tetapi karena dalam keadaan normal penyakit

paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain (y.i. M. atipik) jarang sekali

ditemukan, dalam praktek BTA dianggap identik dengan basil TB. Di negara dengan

prevalensi AIDS/infeksi HIV yang tinggi, penyakit paru yang disebabkan M. atipic

- 1 -

Page 3: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

(=Mycobacteriosis) makin sering ditemukan, sehingga dalam kondisi seperti ini, perlu

sekali diwaspadai bahwa BTA belum tentu harus identik dengan basil TB. Malahan

mungkin saja BTA belum tentu harus identik dengan basil TB, mungkin saja BTA

yang ditemukan adalah M. atipic yang menjadi penyebab Mycobacteriosis.

Kalau untuk bakteri-bakteri lain hanya diperlukan beberapa menit sampai 20 menit

untuk mitosis, basil TB memerlukan waktu 12 sampai 24 jam. Hal ini memungkinkan

pemberian obat secara intermiten (2 – 3 hari sekali).

Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja

akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultraviolet.

Basil TB juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TB

yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu 1000

C. basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alkohol 70%, atau

lisol 5%.

III.Anatomi dan fisiologi

System pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, sampai

dengan alveoli dan paru-paru. (lihat gambar anatomi saluran pernafasan dibawah ini)

Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama, mempunyai dua

lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu

dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung. Hidung dapat menghangatkan udara

pernafasan oleh mukosa.

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan

makanan, faring terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut

sebelah depan ruas tulang leher. faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang

sejajar dengan koana yaitu nasofaring, bagian tengah dengan istimus fausium disebut

orofaring, dan dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring.

Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang

9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan

mukosa. trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan

bronkus kiri.

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan

dan kiri, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang

bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung-ujungnya terdapat

gelembung paru atau gelembung alveoli.

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus

dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya

menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah

- 2 -

Page 4: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis

yang berasal dari atrium kiri. Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai

5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah

udara pasang surut. sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di

capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat

menampung sebanyak kuranglebih 5 liter.

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang

mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi karena

adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut

terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Ventilasi pulmoner.

Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses

aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong

dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma

berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi

dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong

keluar.

2. Difusi Gas.

Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari

area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui

membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas

permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta

perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang

berperan penting yaitu alveoli dan darah.

3. Transportasi Gas

Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari

jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel

darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk

oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3% yang ditransportasikan ke dalam

cairan plasma dan sel.

IV. Patofisiologi

Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat

yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit.

Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan

droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya.

- 3 -

Page 5: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan

dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak

dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin

kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang

kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak

di paru-paru.

Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul

yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau

pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan

menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh

yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi

sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang

alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka

hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan.Berkembangnya leukosit pada hari hari

pertama ini di gantikan oleh makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami

konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat

menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga

makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian

bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut

membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus

ghon dan bergabungnya serangan Kelenjar getah bening regional dan lesi primer

dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat

diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.

Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan

cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Pada proses ini akan dapat terulang

kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga

tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat

meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat

menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan rongga

bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran

penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi

berkapsul yang tidak lepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu

lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan

aktif.

Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan

trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk

- 4 -

Page 6: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam. Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan

oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas.

V. Penanganan

1) Dalam kehamilan :

Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita

hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal.

Untuk diagnosis pasti dan pengobatan selalu bekerjasama dengan ahli paru-paru.

Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya di rawat di

rumah sakit; dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk

menjamin istirahat dan makan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan

teratur.

Obat-obatan : INH, PAS, rifadin, dan streptomisin.

TBC paru tidak merupakan indikasi untuk abortus buatan dan terminasi

kehamilan.

2) Dalam persalinan :

Bila proses tenang, persalinan akan berjalan seperti biasa dan tidak perlu tindakan

apa-apa.

Bila proses aktif, kala I dan II diusahakan seringan mungkin. Pada kala I, ibu

hamil di beri obat-obatan penenang dan analgetika dosis rendah. Kala II

diperpendek dengan ekstraksi vakum/forseps.

Bila ada indikasi obstetrik untuk seksio caesaria, hal ini dilakukan bekerjasama

dengan ahli anestesi untuk memperoleh anestesi mana yang terbaik.

3) Dalam masa nifas :

Usahakan jangan terjadi perdarahan yang banyak; diberi uterus tonika dan

koagulansia.

Usahakan mencegah terjadinya infeksi tambahan dengan memberikan antibiotika

yang cukup.

Bila ada anemia sebaiknya diberikan transfusi darah, agar daya tahan ibu lebih

kuat terhadap infeksi sekunder.

Ibu dianjurkan supaya segera memakai kontrasepsi atau bila jumlah anak sudah

cukup, segera dilakukan tubektomi.

4) Perawatan bayi

Biasanya bayi akan ditulari ibunya setelah kelahiran, dan TBC bawaan (konenital)

sangat jarang.

Bila ibu dalam proses TBC aktif secepatnya, bayi diberikan BCG.

Bayi segera dipisahkan dari ibunya selama 6-8 minggu.

- 5 -

Page 7: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

Bila uji Mantoux sudah positif pada bayi, barulah bayi dapat ditemukan lagi

dengan ibunya.

Menyusukan bayi, pada proses aktif, dilarang karena kontak langsung dari mulut

ibu dan bayi.

Dapat diberikan anti TBC profilaksis pada bayi yaitu INH 25 mg/kg berat

badan/hari.

5) TBC paru dan alat reproduksi :

TBC paru dapat bersamaan dengan TBC alat genitalia.

Wiknjosastro (1995) menemukan pada 15 wanita penderita TBC-genitalis; 40%

sarang primernya terdapat di paru-paru.

TBC-genitalis dapat menyebabkan :

Infertilitas (kemandulan)

Bila terjadi kehamilan, hasil konsepsi sering berakhir dengan abortus, Kehamilan

Ektopik Terganggu (KET), dan partus prematurus.

TBC-genitalis yang sudah tenang dan pulih, dapat kambuh lagi setelah abortus

dan persalinan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan

yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (H. Lismidar, 1990).

A. Pengkajian

1) Pengumpulan data

· Identitas klien

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat

tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan

satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah

punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain (Hendrawan Nodesul,

1996)

· Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di

rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,

nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari

pengobatan.

· Riwayat penyakit dahulu

- 6 -

Page 8: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang

mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta

tuberkulosis paru yang kembali aktif.

· Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita

penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.

· Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi

kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya

riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (Hendrawan Nodesul,

1996).

· Pola fungsi kesehatan

a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak-

desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah

yang sumpek (Hendrawan Nodesul, 1996)

b). Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan

menurun (Marilyn. E. Doenges, 1999).

c). Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi

maupun defekasi

d). Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu

aktivitas (Marilyn. E. Doegoes, 1999).

e). Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru

mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat (Marilyn. E.

Doenges, 1999).

f). Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit

menular (Marilyn. E. Doenges, 1999).

g). Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan

pendengaran) tidak ada gangguan.

h). Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa

kawatir klien tentang penyakitnya (Marilyn. E. Doenges, 1999).

- 7 -

Page 9: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

i). Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah

karena kelemahan dan nyeri dada.

j). Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan

stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan

(Hendrawan Nodesul, 1996).

k). Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya

aktifitas ibadah klien.

2) Pemeriksaan fisik

Berdasarkan sistem-sistem tubuh :

a). Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.

b). Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :

- Inspeksi : Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas

yang tertinggal, suara napas melemah.

- Palpasi : Fremitus suara meningkat

- Perkusi: Suara ketok redup.

- Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan

yang nyaring.

c). Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan.

d). Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras (Soeparman,

1998).

e). Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun (Soeparman, 1998).

f). Sistem muskuloskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari-

hari yang kurang meyenangkan

g). Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456

h). Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

3) Pemeriksaan penunjang

a). Pemeriksaan Radiologi

- 8 -

Page 10: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

b). Pemeriksaan laboratorium

· Darah

Adanya kurang darah, ada sel-sel darah putih yang meningkatkan serta laju

endap darah meningkat terjadi pada proses aktif (Alsogaff, 1995).

· Sputum

Ditemukan adanya Basil Tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat

pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari

(Soeparman dkk, 1998. Barbara. T. Long, 1996)

· Test Tuberkulosis

Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah

mengalami infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang

diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein Derivative (PPD)

yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 – 26, dengan cara

mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001

mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika

diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 – 9 mm dianggap meragukan dan

harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama 48 – 72 jam tuberkulosis

disuntikkan (Soeparman, 1998. Barbara. T. Long, 1996).

B. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah

klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu makan

menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri.

C. Diagnosa Keperawatan

1). Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan

kurangnya upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999).

2). Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keletihan,

anorerksia atau dispnea (Marilyn. E. Doenges, 1999).

3). Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang resiko potongan (Marilyn E. Doenges, 1999).

4). Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah.

5). Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental,

kelemahan dan upaya untuk batuk (Marilyn. E. Doenges, 1999).

6). Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan

permukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar – kapiler (Marilyn. E.

Doenges, 1999).

- 9 -

Page 11: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

7). Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan nyeri

dada (Lynda, J. Carpenito, 1998).

D. Intervensi

1) Ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan dengan sekresi

mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.

Tujuan : Pola nafas efektif

Kriteria hasil :

o Klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif

o Frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16-20 kali/menit)

o Dispneu berkurang

Rencana tindakan dan rasional

a). Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan:

catat setiap perubahan

R: Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret

b). Kaji kualitas sputum : warna, bau, knsistensi

R: Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan

selanjutnya

c). Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam

R: Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas

d). Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi

R: Membantu mengembangkan secara maksimal

e). Bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam

sampai 4 jam

R: Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret keluar

f). Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan

R: Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret

dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial

2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan

anoreksia, keletihan atau dispnea.

Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda

malnutrisi

Kriteria hasil

- Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat

- Berat badan stabil dalam batas yang normal

Rencana tindakan dan rasional

- 10 -

Page 12: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

a). Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral,

riwayat mual/muntah atau diare

R: Berguna dalam mendefenisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan

indervensi yang tepat

b). Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak

Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan/kekuatan khusus.

c). Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet

R: Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik

d). Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

R: Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan

respirasi yang merangsang pusat muntah

e). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat

R: Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/ legaster

f). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet

R: Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk

kebutuhan metabolik dan diet

3) Potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang resiko patogen.

Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti

yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.

Kriteria hasil : klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang

ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.

Rencana tindakan dan rasional

a). Identifikasi orang lain yang berisiko. Contoh anggota rumah, sahabat

R: Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah

penyebaran infeksi

b). Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari

meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat

R: Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi

c). Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi

pernafasan

R: Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang

stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular

d). Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis

R: Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup

dan menghindari insiden eksaserbasi

- 11 -

Page 13: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

e). Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

R: Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi

pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi

dapat berlanjut sampai 3 bulan

f). Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal

R: Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk

menurunkan penyebaran infeksi

4) Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kuranganya impormasi

tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya

Kriteria hasil : klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai

perawatan diri.

Rencana tindakan dan rasional

a) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan,

lingkungan, media yang terbaik bagi klien

R: Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada

tahapan individu

b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis,

nyeri dada, demam, kesulitan bernafas

R: Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek

obat yang memerlukan evaluasi lanjut

c) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan

pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain

R: Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah

penghentian obat sesuai perbaikan kondisi klien

d) Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah

R: Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi

dan meningkatkan kerjasama dalam program

e) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab

pertanyaan secara nyata

R: Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi /

peningkatan ansietas

f) Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan

contoh jadwal obat

R: Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah

besar informasi. Pengulangan penguatkan belajar

g) Evaluasi kerja pada pengecoran logam/tambang gunung, semburan pasir

- 12 -

Page 14: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

R: Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis,

yang dapat secara nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan

5) Ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan sekret kental, kelemahan

dan upaya untuk batuk.

Tujuan : jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan

- Klien dapat mempertahankan jalan nafas

- Pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit)

Rencana tindakan :

a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman

penggunaan otot aksesori

R: Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronki, mengi

menunjukkan akumulasi sekret atau ketidakmampuan untuk membersihkan

jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan

peningkatan kerja penafasan

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif

R: Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental

diakbatkan oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan

evaluasi lanjut

c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan

latihan untuk nafas dalam

R: Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya

pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan

napas bebas untuk dilakukan

d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea

R: Mencegah obstruksi/aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak

mampu mengeluaran sekret

e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi

R: Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret

membuatnya mudah dilakukan

f) Lembabkan udara respirasi

R: Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret

g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan

kortikosteroid

- 13 -

Page 15: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

R: Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran

kemen percabangan trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas

dengan hipoksemia

6) Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan

permukaan efektif paru dan kerusakan membran alveolar – kapiler.

Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal

Kreteria hasil :

o Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea

o Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan

o Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA

dalam rentang normal

Rencana tindakan dan rasional

a. Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya

pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada

R: TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia

sampai inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea

berat sampai distress pernapasan

b. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna

kulit, termasuk membran mukosa

R: Akumulasi sekret, pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ

vital dan jarigan

c. Tujukkan/dorong bernapas bibir selama ekshalasi

R: Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu

menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas

pendek

d. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri

sesuai keperluan

R: Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan

dapat menurunkan beratnya gejala

e. Awasi segi GDA / nadi oksimetri

R: Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan

PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi

f. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

R: Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap

penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru

- 14 -

Page 16: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

7) Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan dengan sesak napas dan

nyeri dada.

Tujuan : Kebutuhan tidur terpenuhi

Kriteria hasil :

o memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur

o Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat

o Tanda-tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada

Rencana tindakan dan rasional

a) Kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit

R: Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita

b) Observasi efek abot-obatan yang dapat di derita klien

R: Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid

temasuk perubahan mood dan uisomnia

c) Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita

R: Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita

d) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur

R: Memudahkan klien untuk bisa tidur

e) Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman

R: Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk

tidur

- 15 -

Page 17: Laporan Pendahuluan Dan Konsep Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan Pernafasa

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin, M., 1999. “Ilmu Penyakit Paru”. Surabaya . Airlangga Univerciti Press

2. Carpenito, L.J., 1999. “Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan”. Ed. 2

Jakarta : EGC

3. (2000). “Diagnosa Keperawatan”. Ed. 8. Jakarta : EGC

4. Doengoes, (1999). “Perencanaan Asuhan Keperawatan”. Jakarta : EGC

5. Danusastro, Halim. 2000. “Buku Saku Ilmu Penyakit Paru”. Hipokrates : Jakarta.

6. Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi”.

EGC : Jakarta.

7. Mansjoer, Arif., et all. (1999). “Kapita Selekta Kedokteran”. Fakultas Kedokteran

UI : Media Aescullapius

8. http://ilmukeperawatan4u.blogspot.com/2009/06/askep-ibu-hamil-dengan-

tbc.html

- 16 -