laporan pendahuluan gladiol i

42
LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN OKSIGENASI Fisiologi kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang teroksigenasi (darah dengan kadar karbondioksida yang tinggi dan oksigen yang rendah) ke bagian kanan jantung dan ke sirkulasi pulmonal, serta darah yang teroksigenasi (darah dengan oksigen yang tinggi dan karbondioksida yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan jaringan. Sistem jantung menghantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke jaringan dan memindahkan produk sisa dari metabolisme seluler melalui vaskular dan sistem tubuh lain (misalnya respirasi, pencernaan, dan ginjal) (Potter dan Perry, 2010). A. DEFINISI Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tuh karena oksigen diperlukan proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapasan. Di atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbondioksisa (CO2), nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium (Potter dan Perry, 2010). Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan 1

Upload: anita-sukarno

Post on 17-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Keperawatan Gastritis erosif dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi di Ruang Gladiol 1 RSUD Sukoharjo

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANPEMENUHAN OKSIGENASI

Fisiologi kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang teroksigenasi (darah dengan kadar karbondioksida yang tinggi dan oksigen yang rendah) ke bagian kanan jantung dan ke sirkulasi pulmonal, serta darah yang teroksigenasi (darah dengan oksigen yang tinggi dan karbondioksida yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan jaringan. Sistem jantung menghantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke jaringan dan memindahkan produk sisa dari metabolisme seluler melalui vaskular dan sistem tubuh lain (misalnya respirasi, pencernaan, dan ginjal) (Potter dan Perry, 2010).A. DEFINISIOksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tuh karena oksigen diperlukan proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapasan. Di atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbondioksisa (CO2), nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium (Potter dan Perry, 2010).Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Mubarak, 2008).Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut (Potter dan Perry, 2010).

B. ANATOMI dan FISIOLOGI1. Fisiologi KardiovaskularFisiologi kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang teroksigenasi (darah dengan kadar karbondioksida yang tinggi dan oksigen yang rendah) ke bagian kanan jantung dan ke sirkulasi pulmonal, serta darah yang teroksigenasi (darah dengan kadar oksigen yang tinggi dan karbondioksida yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan jaringan. Sistem jantung menghantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke jaringan dan memindahkan produk sisa dari metabolisme selular melalui vaskular dan sistem tubuh lain (misalnya respirasi, pencernaan, dan ginjal) (Potter dan Perry, 2010).a. Struktur dan FungsiVentrikel kanan memompa darah ke sirkulasi pulmonal. Ventrikel kiri memompa darah melalui sirkulasi sistemik. Sistem sirkulasi melakukan pertukaran gas respirasi, nutrisi, serta produk sisa antara darah dan jaringan.Pompa Miokard. Aksi pompa jantung penting dalam penyampaian oksigen. Empat ruang jantung yaitu, dua atrium dan dua ventrikel, terisi darah selama diastolik dan kosong selama sistolik. Penyakit arteri koroner (coronary artery desease [CAD]) dan kardiomiopati (pembesaran jantung) menyebabkan penurunan aksi pompa serta penurunan dalam jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel (volume skuncup/ stroke volume). Perdarahan dan dehidrasi menyebabkan penurunan volume darah yang bersirkulasi dan penurunan volume sekuncup.

Serabut-serabut miokard memiliki sifat kontraktil yang membuatnya dapat meregang selama pengisian. Pada jantung yang sehat, peregangan ini sebanding dengan kekuatan kontraksi. Selama miokard meregang, kekuatan kontraksi selanjutnya meningkat; ini dikenal dengan hukum Frank-Starling (Starlings) jantung. Pada jantung yang sakit, hukum Starling tidak dapat dipergunakan karena peregangan miokard melebihi batas fisiologi jantung. Respon kontraktil selanjutnya menyebabkan insufisiensi stroke volume, dan darah mulai kembali ke sirkulasi pulmonal (gagal jantung kiri) atau sirkulasi pulmonal (gagal jantung kiri) atau sirkulasi sistemik (gagal jantung kanan).Aliran Darah Miokard. Untuk menjaga aliran darah yang adekuat ke sirkulasi pulmonal dan sistemik, aliran darah miokard harus menyediakan oksigen dan nutrisi yang cukup bagi miokard itu sendiri. Aliran darah yang melalui jantung tidak terarah. Empat katup jantung memastikan aliran darah selanjutnya. Selama diastolik, ventrikel katup atrioventrikular (mitral dan trkuspid) terbuka, dan darah mengalir dari atrium bertekanan tinggi ke dalam ventrikel yang berelaksasi. Ini menghasilkan S1 atau bunyi jantung pertama. Setelah pengisian ventrikel, fase sistolik dimulai.Selama fase sistolik, katup semilunar (aorta dan pulmonalis) terbuka; dan darah mengalir dari ventrikel ke dalam aorta dan arteri pulmonalis. Penutupan katup aorta dan pulmonalis. Penutupan katup aorta dan pulmonalis menampilkan S2, atau bunyi jantung kedua. Beberapa klien dengan penyakit katup mengalami aliran balik atau regurgitasi darah melalui katup yang inkompeten, sehingga mengakibatkan murmur yang dapat Anda dengar pada saat auskultasi.b. Sirkulasi Arteri KoronerSirkulasi arteri koroner merupakan cabang dari sirkulasi sistemik yang menyediakan oksigen dan nutrisi serta memindahkan produk sisa pada miokard. Arteri koroner terisi selama diastolik ventrikel. Arteri koroner kiri dan kanan yang merupakan cabang dari aorta yang tepat berada di belakang katup aorta yang terus terbuka disebut ostium koroner (lubang koroner). Arteri koroner kiri memperdarahi miokard ventrikel kiri yang mengandung lebih banyak otot dan melakukan sebagian besar kerja jantung.Sirkulasi Sistemik. Arteri dan vena sirkulasi sistemik menghantarkan nutrisi dan oksigen serta memindahkan produk sisa dari jaringan. Darah yang teroksigenasi mengalir dari ventrikel kiri melalui aorta dan ke dalam arteri sistemik yang besar. Arteri tersebut bercabang ke dalam arteri-arteri yang lebih kecil, kemudian ke arteriol, dan akhirnya ke pembuluh darah yang lebih kecil, yaitu kapiler. Pada tingkat kapiler terjadi pertukaran gas respirasi, nutrisi, dan produk sisa, serta jaringan teroksigenasi. Produk sisa keluar dari jaringan kapiler melalui venula yang bergabung membentuk vena. Vena-vena tersebut membentuk vena-vena yang lebih besar, yang membawa darah terdeoksigenasi ke bagian kanan jantung, dimana aliran kemudian berbalik ke sirkulasi pulmonal.c. Regulasi Aliran DarahJumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri setiap menit disebut curah jantung (cardiac output). Curah jantung normal adalah 4-6 liter/menit pada individu dewasa yang sehat dengan berat badan 150 pon (68kg) pada keadaan istirahat. Volume darah yang bersirkulasi berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan oksigen dan metabolisme tubuh. Sebagai contoh, saat berolahraga, hamil dan demam, curah jantung meningkat; tetapi sewaktu tidur curah jantung menurun. Berikut ini adalah rumus yang menunjukkan curah jantung: Curah Jantung (CO) = Volume sekuncup (SV) X Frekuensi Jantung (HR)

Index jantung (cardiac index) merupakan ukuran yang lebih tepat dan mempertimbangkan perfusi jaringan dan luas permukaan tubuh klien (body surface area / BSA). Menentukan cardiac index adalah dengan membagi curah jantung dengan BSA, nilai normalnya adalah 2,5-4,0 liter/menit/m.Volume sekuncup (stroke volume) adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri pada setiap kontraksi. Jumlah darah dalam ventrikel kiri pada akhir diastol (preload), tahanan terhadap keluaran ventrikel kiri (afterload), dan kontraktilitas miokard ke semuanya memengaruhi volume.Preload adalah volume akhir diastol. Ventrikel meregang terisi darah. Semakin ventrikel teregang, maka kontraksi semakin besar, dan semakin besar pula volume sekuncupnya (hukum Starling). Pada keadaan klinis, preload dan volume sekuncup berikutnya dimanipulasi dengan mengubah jumlah volume darah yang bersirkulasi. Sebagai contoh ketika terjadi perdarahan, terapi cairan dan pergantian darah meningkat volume yang bersirkulasi, meningkatkan preload dan volume sekuncup berikutnya, serta curah jantung. Jika volume tidak diganti, maka preload dan curah jantung berikutnya menjadi menurun.Afterload adalah tahanan terhadap keluaran ventrikel kiri. Jantung harus bekerja untuk mengatasi tahanan terhadap keluarnya seluruh darah dari ventrikel kiri. Tekanan aorta diastole merupakan ukuran klinis afterload yang baik. Pada hipertensi, afterload dimanipulasi dengan menurunkan tekanan darah sistemik.Kontraktilitas miokard juga memengaruhi volume sekuncup dan curah jantung. Kontraksi yang buruk menurunkan jumlah darah yang dikeluarkan oleh ventrikel. Beberapa obat meningkatkan dorongan kontraksi miokard, seperti: preparat digitalis, epinefrin, dan obat-obatan simpatomimetik (obat yang mirip dengan efek sistem saraf simpatik). Trauma pada otot miokard, seperti infark miokard akut menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard. Miokard pada individu berusia lanjut bersifat lebih kaku, lebih lambat, dan tidak cepat pemulihan kontraktilitasnya.Frekuensi jantung memengaruhi aliran darah karena hubungan antara kecepatan dan waktu pengisian diastol. Dengan frekuensi jantung lebih dari 160 kali per menit, terjadi penurunan waktu pengisian diastol, penurunan strok volume, dan curah jantung. Frekuensi jantung individu berusia lanjut meningkat lebih lambat di bawah tekanan.2. Fisiologi RespirasiPertukaran gas-gas pernapasan terjadi antara lingkungan dan darah. Paru-paru memindahkan oksigen dari atmosfer ke alveoli, dimana oksigen ditukar menjadi karbon dioksida. Alveoli memindahkan oksigen dan karbondioksida ke dan dari darah melalui membran kapiler alveolar. Ada tiga langkah dan proses oksigenasi yaitu: ventilasi, perfusi, dan difusi.

a. Struktur dan FungsiKondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan fungsi paru dapat mengganggu proses respirasi. Otot-otot pernapasan, rongga pleura, paru-paru, dan alveoli berperan penting dalam ventilasi, perfusi, serta pertukaran gas-gas pernapasan.Gas-gas tersebut berpindah ke dalam dan ke luar dari paru-paru melalui perubahan tekanan. Tekanan intrapleural adalah negatif, atau kurang dari tekanan atmosfer yaitu 760 mmHg di atas permukaan lain. Karena udara mengalir ke dalam paru-paru, tekanan intrapleural menjadi bertambah negatif, mengatur gradien tekanan antara atmosfer dan alveoli. Diafragma dan otot-otot interkostalis eksternal berkontraksi untuk menciptakan suatu tekanan pleural negatif dan meningkatkan bentuk toraks sewaktu inspirasi. Relaksasi diafragma dan kontraksi otot-otot interkostalis internal memungkinkan udara untuk berpindah dari paru-paru.Ventilasi adalah proses perpindahan gas-gas ke dalam dan ke luar paru paru. Ventilasi memerlukan kerjasama antara otot dan elastisitas dari paru-paru serta toraks, begitu juga dengan persarafannya. Otot inspirasi pernapasan utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh nervus frenikus, yang terletak di korda spinalis vertebra servikal keempat. Perfusi berhubungan dengan kemampuan sistem kardiovaskular untuk memompa darah yang teroksigenasi ke jaringan dan mengembalikan darah teroksigenasi ke jaringan dan mengembalikan darah terdeoksigenasi ke paru-paru. Terakhir difusi adalah kemampuan untuk memindahkan gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Ventilasi memerlukan kerja sama antara otot dan elastisitas dari paru-paru serta toraks, begitu juga dengan persarafannya. Otot inspirasi pernapasan utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh nervus frenikus, yang terletak di korda spinalis vertebra servikal keempat. Perfusi berhubungan dengan kemampuan sistem kardiovaskular untuk memompa darah yang teroksigenasi ke paru-paru. Terakhir, difusi adalah kemampuan untuk memindahkan gas-gas pernapasan dari satu area ke area lain. Agar pertukaran gas-gas respirasi dapat terjadi, maka organ-organ, persarafan, dan otot-otot pernapasan harus baik dan diperlukan sistem saraf pusat untuk mengatur siklus pernapasannya.

Kerja Pernapasan. Kerja pernapasan (work of breathing/WOB) merupakan usaha yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengontraksikan paru-paru. Pada individu yang sehat, pernapasan bersifat sederhana dan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Jumlah energi yang diperlukan untuk pernapasan tergantung pada kecepatan dan kedalaman pernapasan, kemudahan paru-paru untuk mengembang (penuh), dan ketahanan saluran pernapasan.Inspirasi adalah suatu proses aktif yang distimulasi oleh reseptor kimia dalam aorta. Ekspirasi adalah proses pasif yang tergantung pada elastisitas pengembangan yang dimiliki oleh paru-paru, membutuhkan sedikit atau tidak sama sekali kerja otot. Surfaktan adalah produk kimia dalam paru-paru untuk mempertahankan tegangan permukaan dari alveoli dan menjaganya agar tidak kolaps. Klien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) lanjut kehilangan elastisitas pengembangan paru-paru dan toraks. Akibatnya, kerja pernapasan klien menjadi meningkat. Selain itu, klien dengan penyakit pulmonal tertentu mengalami penurunan produksi surfaktan dan terkadang mengakibatkan atelektasis.Otot-otot pernapasan tambahan dapat meningkatkan volume paru selama inspirasi. Klien dengan PPOK, terutama emfisema, biasanya menggunakan otot-otot tersebut untuk meningkatkan volume paru. Penggunaan otot-otot pernapasan dalam waktu lama tidak akan meningkatkan ventilasi yang efektif dan justru dapat menyebabkan kelelahan. Selama pengkajian, lakukan observasi elevasi klavikula klien selama inspirasi dapat menunjukkan kelelahan ventilasi, berkurangnya udara, atau penurunan pengembangan paru.Pengembangan adalah kemampuan paru untuk menggelembung atau meluas sebagai respons untuk meningkatkan tekanan intraalveolar. Pengembangan berkurang pada penyakit seperti edema paru, fibrosis pleura dan jaringan insterstisial, serta kelainan kongenital atau kelainan struktur akibat trauma seperti kifosis atau fraktur tulang iga.Ketahanan saluran pernapasan adalah perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli dalam hubungannya dengan kecepatan aliran gas yang dihirup. Obstruksi saluran pernapasan, asma, dan edema trakea meningkatkan ketahanan saluran pernapasan. Jika ketahanan meningkat, jumlah udara yang beredar melalui saluran pernapasan akan menurun.Penurunan pengembangan paru, peningkatan ketahanan saluran pernapasan, dan ekspirasi aktif dengan menggunakan otot-otot pernapasan, dan ekspirasi aktif dengn menggunakan otot-otot pernapsan tambahan meningkatkan kerja pernapasan tambahan meningkatkan kerja pernapsan, menyebabkan peningkatan energi yang dikeluarkan. Tubuh akan meningkatkan laju metabolismenya dan membutuhkan oksigen. Eliminasi karbondioksida juga meningkat. Rangkaian ini merupakan siklus berbahaya bagi klien dengan gangguan ventilasi, menyebabkan perburukan lebih lanjut pada status respirasi dan kemampuan oksigenasi yang adekuat. Volume Paru. Spirometri mengukur volume udara yang masuk atau keluar paru-paru. Contohnya, volume tidal adalah jumlah udara yang dikeluarkan pada pernapasan normal dan diasumsikan sama dengan jumlah udara yang dihirup setiap bernapas. Variasi pada volume tidal dan volume paru lainnya dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, olah raga, obesitas, atau kondisi obstruksi atau restriksi paru-paru.Sirkulasi Pulmonal. Fungsi primer sirkulasi pulmonal adalah memindahkan darah ke dan dari membran kapiler alveolar pada pertukaran gas. Sirkulasi pulmonal merupakan tempat bagi darah sehingga paru dapat meningkatkan jumlah darahnya tanpa meningkatkan tekanan pada arteri atau vena pulmonal. Sirkulasi pulmonal juga berperan sebagai suatu penyaring, yaitu memindahkan trombus kecil sebelum mereka mencapai organ vital.Sirkulasi pulmonal berawal dari arteri pulmonal, yang menerima darah yang miskin oksigen dicampur darah vena dari ventrikel kanan. Darah mengalir dari sistem ini tergantung pada kemampuan pompa ventrikel kanan. Aliran terus mengalir dari arteri pulmonal melalui arteriola-arteriola pulmonal ke kapiler-kapiler pulmonal, dimana darah kemudian bersentuhan dengan membran kapiler alveolar dan terjadi pertukaran gas-gas respirasi. Darah yang kaya oksigen kemudian bersirkulasi melalui vena dan venula pulmonal, hingga kemudian kembali ke atrium kiri.Tekanan dan tahanan dalam sistem sirkulasi pulmonal lebih rendah dari tekanan dan tahanan dalam sistem sirkulasi sistemik. Dinding pembuluh darah pulmonal lebih tipis dan mengandung lebih sedikit otot polos. Paru menerima curah jantung total dari ventrikel kanan, kecuali pada kasus hipoksia alveolar atau cor-pulmonale, serta tidak mengalirkan darah secara langsung dari satu daerah ke daerah lain. b. Pertukaran Gas RespirasiDifusi adalah suatu proses pertukaran gas-gas respirasi dalam alveoli dan kapiler-kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru ke darah, sedangkan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli dan dikeluarkan. Pada tingkat jaringan, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, sedangkan karbon dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan.Difusi gas-gas respirasi terjadi di membran kapiler alveolar. Ketebalan membran memengaruhi kecepatan difusi. Peningkatan ketebalan membran menghambat difusi karena gas membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melintasi membran. Klien dengan edema paru, infiltrasi paru, atau efusi pulmonal memiliki membran yang tebal; sehingga menyebabkan difusi yang lambat, pertukaran gas respirasi yang lambat, serta penurunan suplai oksigen ke jaringan. Penyakit kronis (misalnya emfisema), penyakit akut ( misalnya pneumotoraks), dan proses bedah (misalnya lobektomi) sering mengganggu daerah permukaan membran kapiler alveolar.Transport oksigen. Sistem transportasi oksigen terdiri atas paru dan sistem kardiovaskular. Penyampaian tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, serta kapasitas kandungan oksigen. Tiga hal yang memengaruhi kapasitas darah untuk membawa oksigen adalah jumlah oksigen terlarut dalam plasma, jumlah hemoglobin, dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen.Hemoglobin yang merupakan suatu pembawa oksigen dan karbondioksida, mentransportasikan lebih banyak oksigen (sekitar 97%). Molekul hemoglobin berikatan dengan oksigen membentuk oksihemoglobin. Bentuk oksihemoglobin bersifat sangat reversibel, sehingga oksigen dan hemoglobin dapat memisahkan diri, dimana oksigen bebas kemudian masuk ke jaringan.Transpor Karbon Dioksida. Karbondioksida berdifusi ke dalam sel darah merah dan secara cepat dihidrasi menjadi asam karbonat (H2CO3). Asam karbonat kemudian memisahkan diri menjadi ion (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-). Hemoglobin menahan ion hidrogen, dan HCO3- berdifusi ke dalam plasma. Beberapa karbon dioksida dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino, membentuk kompleks karbamino. Reaksi ini terjadi dengan cepat. Penurunan hemoglobin (deoksihemoglobin) berikatan dengan karbondioksida, dan darah vena mentransportasikan sebagian besar karbon dioksida.c. Regulasi RespirasiRegulasi respirasi penting untuk menjamin kecukupan masukan oksigen dan eliminasi karbon dioksida untuk memenuhi kebutuhan tubuh (misalnya sewaktu olahraga, infeksi, atau kehamilan). Persarafan dan regulator kimia mengatur proses respirasi. Regulasi persarafan termasuk sistem saraf pusat yang mengatur kecepatan, kedalaman dan irama pernapasan. Regulasi kimia termasuk pengaruh irama pernapasan. Regulasi kimia termasuk pengaruh kimia seperti ion karbondioksida dan hidrogen pada kecepatan dan kedalaman pernapasan.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI OKSIGENASIFaktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen menurut Potter dan Perry,2010 yaitu:1. Faktor FisiologisBerbagai kondisi yang memengaruhi fungsi kardiopulmonal secara langsung memengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Klasifikasi umum penyait jantung termasuk gangguan dalam konduksi, kelainan fungsi katup, hipoksia miokard, kondisi kardimiopati, dan hipoksia jaringan perifer. Kelainan respirasi termasuk hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia.Proses fisiologis lain yang memengaruhi kapasitas kandungan oksigen darah, seperti: anemia; peningkatan kebutuhan metabolisme tubuh, seperti kehamilan atau demam dan infeksi; serta kelainan yang memengaruhi pergerakan dinding dada atau sistem saraf pusat. 2. Perkembangan Pada lansia, sistem pernapasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan kalsifikasi katup jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga. Sistem arteri membentuk plak aterosklerosis. Osteoporosis menyebabkan perubahan ukuran dan bentuk toraks.Trakea dan brokus besar menjadi membesar karena kalsifikasi jalan napas. Alveoli juga membesar sehingga mengurangi daerah permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas. Jumlah silia yang berfungsi mengalami penurunan, menyebabkan penurunan efektifitas mekanisme batuk, menempatkan individu berusia lanjut pada risiko tinggi untuk terkena infeksi pernapasan.3. Gaya HidupModifikasi gaya hidup merupakan hal yang sulit bagi individu karena mereka sering harus mengubah kebiasaan yang menyenangkan, seperti merokok atau makan makanan tertentu. Lakukan modifikasi faktor risiko penting termasuk berhenti merokok, menurunkan berat badan, diet rendah kolesterol, dan rendah garam, mengobati hipertensi, serta olahraga s4. LingkunganLingkungan juga memengaruhi oksigenasi. Insiden penyakit paru lebih tinggi pada daerah berkabut dan daerah urban dibandingkan daerah rural. Selain itu, tempat kerja klien terkadang meningkatkan risiko penyakit paru. Polutan di lingkungan kerja meliputi asbes, bedak, debu, serta serat yang beterbangan.

D. PATOFISIOLOGI/PATHWAYOKSIGENASI

NutrisiFaktor PerilakuUsiaPenyakit

LansiaMerokokObesitas

Cth: AsmaCth: Anemia

Penurunan Ekspansi DadaPenurunan Tonus Pembuluh DarahNikotin MeningkatBronkospasmePenurunan Hb

Peningkatan Produksi Sekret

Vasokontriksi Pembuluh Darah PeriferPeningkatan Frekuensi PernapasanPenurunan Pengikatan O2

Aliran Darah Terhambat

Penyumbatan Jalan Napas

TakipneaGangguan Pertukaran Gas

Aliran Darah Perifer Terhambat

Penurunan Oksigenasi PeriferPola Napas Tidak Efeksi

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Penurunan Oksigenasi Perifer

Gangguan Perifer Perfusi

(Potter dan Perry, 2010)

E. NILAI NILAI NORMAL

PENGARUH PERKEMBANGAN PADA PERNAPASAN BAYI DAN DEWASA

KeteranganBayiDewasa

Frekuensi pernapasan (RR)

Pola Napas

Bunyi Napas

Bentuk Dada30 60 x / menit

Pernapasan perutKedalaman dan frekuensi tidak teraturKerasTerdengar kasar pada akhir

Bundar16-20 X / menit

Pernapasan dada teratur

Bersih

Elips

(Mubarak,2008)

VOLUME DAN KAPASITAS PARU PARU

Volume paru-paruKapasitas paru-paru

Volume tidal 500-600 mlVolume residu 1200-1500 mlVolume inspirasi cadangan 3500-4300 mlVolume ekspirasi cadangan 1200-1500 mlKapasitas total 5500-6000 mlKapasitas Vital 4500-4800 mlKapasitas inspirasi 3600 mlKapasitas Fungsional Residu 2500 ml

(Tarwoto dan Wartonah,2011)

F. PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA FUNGSI PERNAPASAN1. Perubahan pada Fungsi PernapasanPola napas mengacu pada frekuensi, volume, irama, dan usaha pernapsan. Pola napas yang normal (eupnea) ditandai dengan pernapasan yang tenang, berirama, dan tanda usaha. Perubahan pola napas yang umum terjadi adalah (Mubarak, 2008) :a. Takipnea: frekuensi pernapasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi demam, asidosis metabolik, nyeri, dan pada kasus hiperkapnia atau hipoksemia.b. Bradipnea: frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya ini terlihat pada orang yang baru menggunakan obat-obat seperti morfin pada kasus asidosis metabolik, atau peningkatan TIK.c. Apnea: henti napasd. Hiperventilasi: peningkatan jumlah udara yang memasuki paru. Kondisi ini terjadi saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolik untuk pembuangan CO2. Biasanya, hiperventilasi disebabkan oleh asidosis, infeksi dan kecemasan. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan alkalosis akibat pengeluaran CO2 yang berlebihan.e. Hipoventilasi: penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik untuk penyaluran O2 dan pembuangan CO2. Biasanya ini disebabkan oleh penyakit otot pernapasan, obat-obatan, anastesia.f. Pernapasan kusmaul : salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolik. Pernapasan ini merupakan upaya tubuh untuk mengompensasi asidosis dengan mengeluarkan karbondioksida melalui pernapasan yang cepat dan dalam.g. Orthopnea: ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau berdiri.h. Dispnea: kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.

2. HipoksiaHipoksia adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh (sel) tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau pengikatan O2 pada tingkat sel. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, kecemasan, pusing, penurunan tingkat kesadaran, penurunan konsentrasi, kelemahan, peningkatan tanda-tanda vital, disritmia, pucat, sianosis, clubbing, dan dispnea. Penyebabnya antara lain penurunan Hb dan kapasitas angkut O2 dalam darah, penurunan konsentrasi O2 inspirasi, ketidakmampuan sel mengikat o2, penurunan difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, dan penurunan perfusi jaringan.3. Obstruksi Jalan NapasObstruksi jalan napas, baik total ataupun sebagian, dapat terjadi di seluruh tempat di sepanjang jalan napas atas atau bawah. Obstruksi jalan napas atas (hidung, faring, laring) dapat disebabkan oleh benda asing seperti makanan, akumulasi sekret, atau oleh lidah yang menyumbat orofaring pada orang yang tidak sadar. Sedangkan obstruksi jalan napas bawah meliputi sumbatan total atau sebagian pada jalan napas bronkus dan paru.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi, dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain (Mubarak, 2008): 1. Penilaian ventilasi dan oksigenasi: uji fungsi paru , pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap, dan lain-lain.2. Tes struktur sistem pernapasan : sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.3. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan: kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis.

H. PENATALAKSANAA KOLABORATIFWaktu yang dihabiskan dengan klien pada setiap tempat bersifat terbatas. Selanjutnya adalah dengan anggota keluarga, teman sejawat, dan spesialis lainnya untukj mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan. Beberapa klien perlu memperbaiki olahraga dan toleransi aktivitasnya; untuk klien lainnya, pelayanan lanjutan mereka melibatkan partisipasi program rehabilitasi kardiopulmonal berbasis komunitas. Sisanya, beberapa klien memerlukan terapi fisik di rumah (Potter dan Perry, 2010).Kolaborasi dengan ahli fisioterapi, ahli gizi, dan perawat berbasis komunitas penting bagi klien dengan gagal jantung kongestif atau kondisi paru kronis. Para profesional tersebut bekerja sama dengan klien dan menggunakan sumber daya dalam masyarakat untuk membantu klien dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesejahteraan tertinggi yang mungkin. Selain itu, para tenaga profesional itu membantu mengidentifikasi sumber daya komunitas dan sistem pendukung baik untuk klien dan keluarga dalam mencegah dan menangani gejala yang terkait dengan penyakit kardiopulmonal(Potter dan Perry, 2010).

JENIS TERAPI OKSIGENTerapiFIO2 yang disampaikanKeuntunganKerugian

Kanula nasal1 liter/menit: 24%2 liter/menit: 28%3 liter/menit: 32%4 liter/menit: 36%5 liter/menit: 40%6 liter/menit: 44% Aman dan sederhana Mudah ditoleransi Menyampaikan konsentrasi rendah saat memperbolehkan klien untuk makan, berbicara dan minum Tidak dapat digunakan untuk obstruksi nasal Pengeringan pada membran mukosa Menyebabkan iritasi da kerusakan kulit Pola pernapasan klien akan mempengaruhi FIO2 nyata

Masker Wajah yang Sederhana5-6 liter/menit: 40%6-7 liter/menit: 50%7-8 liter/menit: 60%>8 liter/menit: 60%Membantu dalam menyediakan oksigen yang dihumidifikasi Tingkat FIO2 yang tinggi untuk mencegahmenghirup kembali CO2 Klien menghirup udara ruangan melalui lubang dalam masker

Masker Venturi4 liter/menit:24-28%8 liter/menit: 35-40%12 liter/menit: 50-60%Mengontrol jumlah O2 tertentu, menaikkan persentase FIO2 dari 24-60%, tidak mengeringkan membran mukosaPanas dan terbatas, meningkatkan tingkat kelembaban yang mengiritasi kulit

(Potter dan Perry, 2010)I. ASUHAN KEPERAWATANPengkajian 1. Riwayat keperawatana. Masalah pernapasan yang pernah dialami1) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan2) Pernah mengalami batuk dengan sputum3) Pernah mengalami nyeri dada4) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atasb. Riwayat penyakit pernapasan1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB, dan lain-lain?2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian?3) Riwayat kardiovaskulerPernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah4) Gaya hidupMerokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok2. Pemeriksaan fisika. Mata1) Konjungtiva pucat (karena anemia)2) Konjungtiva sianosisi (karena hipoksemia)3) Konjungtiva terdapat pethechial (karena emboli lemak atau endokarditis)b. Kulit1) Sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya aliran darah perifer)2) Sianosis secara umum (hiposeksemia)3) Penurunan turgor (dehidrasi)4) Edema5) Edema periorbitalc. Jari dan kuku1) SianosisClubbing finger2) Mulut dan bibirMembran mukosa sianosisBernapas dengan mengerutkan mulut 3) HidungPernapasan dengan cuping hidung4) Vena leherAdanya distensi/bendungan5) Dada Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernapasan). Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan Fremitus taktil, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan) Suara napas normal (vesikuler, bronkovesikuler, bronkial Suara napas tidak normal (crackles/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)6) Pola pernapasan Pernapasan normal (eupnea) Pernapasan cepat (takipnea) Pernapasan lambat (bradipnea)3. Pemeriksaan penunjanga. Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung1) EKG2) Execise stress test3) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah Echocardiography Ketetersasi jantung Angiografi 4) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi Tes fungsi paru-paru dengan spirometri Tes astrup Oksimetri Pemeriksaan darah lengkap5) Melihat struktur sistem pernapasan Foto toraks (X-ray) Bronkoskopi CT Scan paru6) Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernapasan Kultur apus tenggorok Sitologi Spesimen sputum (BTA)Diagnosa keperawatan dan intervensi1. Tidak efektifnya cara pemberian saluran napasDefinisi: kondisi di mana pasien tidak mampu membersihkan sekret/slem sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan dengan tujuan mempertahankan saluran pernapasan.Kemungkinan berhubungan dengan:a. Menurunnya energi dan kelelahanb. Infeksi trakeobronkialc. Gangguan kognitif dan persepsid. Traumae. Bedah toraksKemungkinan data yang ditemukan:a. Suara napas tidak normalb. Perubahan jumlah pernapasanc. Batukd. Sianosise. Demamf. Kesulitan bernapas (dispnea)Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:a. Sindrom gagal nafas akut,cystic fibrosisb. Pneumonia injuri dada c. Ksnker paru, gangguan neuromuskulard. Penyakit obstruksi pernafasan kronis Tujuan yang diharapkan a. Saluran pernafasan klien menjadi bersihb. Pasien dapat mengeluarkan sekretc. Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal

INTERVENSIRASIONAL

1. Sediakan suction dalam kondisi baik2. Peralatan dalam keadaan siap

3. Monitor jumlah,bunyi napas,agd,efek pengobatan bronkhodilator2. Indikasi dasar kepatenan/ gangguan saluran pernapasan

4. Pertahankan intake cairan 3.000 ml/hari jika tidak ada kontra indikasi3. Membantu mengencerkan sekret

5. Terapi inhalasi dan latihan pernafasan dalam dan batuk efektif 4. Mengeluarkan sekret

6. Bantu higine oral setiap 4 jam 5. Memberikan rasa nyaman

7. Mobilisasi pasien setiap 2 jam 6. Mempertahankan sirkulasi

8. Berikan pendidikan kesehatan (efek merokok,alkohol,menghindari alergen,latihan bernafas)7. Mencegah komplikasi paru-paru

2. Tidak efektifnya pola pernafasan Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola inhalasi dan ekshalasi karena adanya fungsi paru

Kemungkinan berhubungan dengan: a. Obstruksi trakhealb. Perdarahan aktifc. Menurunnya ekspansi parud. Depresi pusat pernafasane. Infeksi paruf. Kelemahan otot pernahasanKemungkinan data yang ditemukan a. Perubahan irama pernafasan dan jumlah pernafasan b. Dispneac. Penggunaan otot tambahan pernafasand. Suara pernafasan tidak normal e. Batuk disertai dahakf. Menurunnya kapasistas vitalg. Kecemasan Kemungkinan data yang ditemukan a. Penyakit kanker,infeksi pad dada b. Penggunaan obat dan keracunan alkoholc. Trauma dadad. myasthenia gravis,Guilliam Barre SyndromeTujuan yang diharapkana. Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernafasan yang efektifb. Data objektif menunjukan pola pernafasan yang efektifc. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas

INTERVENSIRASIONAL

1. Berikan oksigen sesuai program1. mempertahankan oksigen arteri

2. Monitor jumlah pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD2. mengetahui status pernafasan

3. Laksanakan program pengobatan3. meningkatkan pernafasan

4. Posisi pasien fowler4. meningkatkan pengembangan paru

5. Bantu dalam terapi inhalasi5. membantu mengeluarkan sekret

6. Alat-alat amergency disiapkan dalam kondisi baik6. kemungkinan terjadi kesulitan bernafas yang akut

7. Pendidikan kesehatan: Perubahan gaya hidup Menghindari alergen Teknik bernafas Teknik relaksasi7. perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang

3. Menurunnya perfusi jaringan tubuhDefinisi: Kondisi dimana tidak adekuatnya pasokan oksigen akibat menurun nya nutrisi nutrisi dan oksigen pada tingkat seluler.

Kemungkinan berhubungan dengan:a. Vasokontriksib. Hipovolemiac. trombosit venad. menurun nya aliran darahe. edemaf. perdarahang. imobilisasiKemungkinan yang ditemukan a. edema b. pulsasi perifer kecilc. pengisian kapiler (capillary refill) lambatd. perubahan warena kulite. penyembuhan luka lamaf. sianosisKondisi klinis kemungkinan terjadi padaa. gagal jantungb. infark miokardc. peradangan pada jantungd. hipertensie. syokf. penyakit obstruksi pernafasan kronisTujuan yang diharapkan a. menurunnya infusiensi jantungb. suara pernafasan dalam keadaan normalTujuan yang diharapkana.Menurunnya insufiensi jantungb.Suara pernafasan dalam keadaan normal

INTERVENSIRASIONAL

1.Monitor denyut jantung danm irama 1.mengetahui kelainan jantung

2.Monitor tanda vital, bunyi jantung,CVP,edema,tingkat kesadaran2.Data dasar untuk mengetahui perkembangan pasien

3.kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD,elektrolit,darah lengkap3.mengetahui keadaan umum pasien lebih kooperatif

4.Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan4.mengurangi kecemasan dan lebih kooperatif

5..berikan oksigen sesuai kebutuhan5. meningkatkan perfusi

6.ukur intake dan outputcairan 6. mengetahui kelebihan

7.lakukan perawatan kulit,seperti pemberian losin7.menghindari gangguan intregitas kulit

8.Hindari terjadinya valsava manuver seperti mengedan,menahan nafas dan batuk9. Mempertahankan pasokam oksigen

9.Batasan pengunjung9 . mengurangi stres dan energi bicara

10.berikan pendidikan kesehan Proses terapi Perubahan gaya hidup Teknik relaksasi Program latihan Diet Efek obat10.meningkatkan pengetahuan dan mencegah terjadinya kembuh dan komplikasi

DAFTAR PUSTAKAPotter dan Perry. 2010. Fundamentals of Nursing. Jakarta: Salemba Medika.Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta Salemba Medika.Mubarak, Wahid Ikbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGCNANDA.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NIC NOC. Jakarta: Medication Publishing.Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC2