laporan pendahuluan halusinasi

22

Click here to load reader

Upload: samuel-ecko

Post on 23-Jun-2015

1.849 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HALUSINASI

Oleh :

Bernanda Andrilyus Pelafu 462007039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2010

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama

Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal

atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau

kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 1998). Halusinasi merupakan

gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak

terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998).

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi

seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari

lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan

perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan

rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak

dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Budi Anna

Keliat, 1999).

Tanda dan Gejala:

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku

dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,

secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti

sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang

dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).

Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:

1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala klinis:

Menyeriangai/tertawa tidak sesuai

Menggerakkan bibir tanpa bicara

Gerakan mata cepat

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

Bicara lambat

Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis: cemas, konsentrasi menurun, ketidakmampuan membedakan nyata

dan tidak nyata

3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis: cenderung mengikuti halusinasi, kesulitan berhubungan dengan orang

lain, perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah, kecemasan berat

(berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis: pasien mengikuti halusinasi, tidak mampu mengendalikan diri, tidak

mamapu mengikuti perintah nyata, beresiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan. (Budi Anna Keliat, 1999).

2. Penyebab

Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain

klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya

keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak

selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih

dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan

kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini

memicu terjadinya halusinasi.

Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :

a. Aspek fisik :

-Makan dan minum kurang

-Tidur kurang atau terganggu

-Penampilan diri kurang

-Keberanian kurang

b. Aspek emosi :

-Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil

-Merasa malu, bersalah

-Mudah panik dan tiba-tiba marah

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

c. Aspek sosial

- Duduk menyendiri

- Selalu tunduk

- Tampak melamun

- Tidak peduli lingkungan

- Menghindar dari orang lain

- Tergantung dari orang lain

d. Aspek intelektual

- Putus asa

- Merasa sendiri, tidak ada sokongan

- Kurang percaya diri

3. Akibat

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga

bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko

mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah

sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh

isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap

lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain

bahkan merusak lingkungan.

Tanda dan gejala: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,

berdebat, sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan,

memukul jika tidak senang.

C. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Isolasi sosial : menarik diri

Harga diri rendah

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

2. Data yang perlu dikaji

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang

kesal atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

- Mata merah, wajah agak merah.

- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri

sendiri/orang lain.

- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Data Subjektif :

- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus

nyata

- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

- Klien merasa makan sesuatu

- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

- Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

- Klien berbicara dan tertawa sendiri

- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

- Disorientasi

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

c. Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih,

Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur,

Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

E. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

2. Isolasi sosial : menarik diri

F. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan

interaksi seanjutnya

Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa

stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara

2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya

a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar

b. Apa yang dikatakan halusinasinya

c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri

tidak mendengarnya.

d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu

e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien

2.4 Diskusikan dengan klien :

a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)

2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,

sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi

( tidur, marah, menyibukkan diri dll).

3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian

3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:

a. Katakan “ saya tidak mau dengar”

b. Menemui orang lain

c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara

sendiri

3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap.

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.

3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi.

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):

a.Gejala halusinasi yang dialami klien

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus

halusinasi

c.Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan

biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama

d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat

bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum

obat

5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya

5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum

obat yang dirasakan

5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan

tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas

tentang topik, tempat dan waktu.

1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,

tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan :

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik

diri atau mau bergaul

2.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

2.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian

tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

3.1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan

orang lain.

a.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

c.Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

a.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang

lain

b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain

c.Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan :

4.1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.

4.2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

- K – P

- K – P – P lain

- K – P – P lain – K lain

- K – Kel/Klp/Masy

4.3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

4.4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

4.5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

4.6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

4.7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Tindakan :

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

5.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang

lain

5.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang

lain

5.3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan

manfaat berhubungan dengan orang lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan :

6.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

- Salam, perkenalan diri

- Jelaskan tujuan

- Buat kontrak

- Eksplorasi perasaan klien

6.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

- Perilaku menarik diri

- Penyebab perilaku menarik diri

- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

6.3. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk

berkomunikasi dengan orang lain

6.4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal

satu kali seminggu

6.5. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC.

Keliat BA. 1999. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta: FIK UI.

Keliat BA. 1999. Proses kesehatan jiwa Edisi 1. Jakarta: EGC.

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang: RSJD Dr. Amino

Gondohutomo.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung: RSJP

Bandung.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

HALUSINASI

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien:

- Klien sering menyendiri di kamar

- Klien sering tertawa dan tersenyum sendiri

- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak

jelas serta melihat setan-setan.

2. Diagnosa keperawatan:

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan Keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi.

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya

dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang

didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi

yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu

mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah

terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:

a) Menghardik halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi

dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk

mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan

halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan

diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti

apa yang ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi:

Menjelaskan cara menghardik halusinasi

Memperagakan cara menghardik

Meminta pasien memperagakan ulang

Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien

b) Bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan

orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi

distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan

yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang

efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan

orang lain.

c) Melakukan aktivitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan

diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal,

pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali

mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa

dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur

dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut:

Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi

halusinasi.

Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

Melatih pasien melakukan aktivitas

Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang

telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi

sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.

Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan

terhadap perilaku pasien yang positif.

d) Menggunakan obat secara teratur

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk

menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan

jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga

akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka

untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien

perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

Jelaskan guna obat

Jelaskan akibat bila putus obat

Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,

benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara

mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi

dengan cara pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:

”Selamat pagi bapak, kenalkan nama saya Bernanda Andrilyus Pelafu, cukup panggil saya

Nanda. Saya Mahasiswa keperawatan Universitas Kristen Satya Wacana yang akan merawat

bapak. Nama bapak siapa? Bapak Senang dipanggil apa?”

”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini?” Mengapa bapak bisa

berada di tempat ini?

”Baiklah, bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi

tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Diruang tamu? Berapa lama? Bagaimana

kalau 30 menit.”

KERJA:

”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada bentuknya? Apa yang suara itu bilang ke

bapak?”

”Apakah suara itu terus-menerus terdengar atau cuma sewaktu-waktu? Kapan yang paling

sering bapak dengar suara itu? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu

terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

”Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara

itu bisa hilang atau masih terdengar? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk

mencegah suara-suara itu muncul?

”Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara itu muncul. Pertama, dengan mengusir suara

tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan

kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan mengusir suara-suara yang

muncul tersebut.”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya

tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Kamu tidak nyata. Begitu

diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan lagi! Nah begitu,

… bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”

TERMINASI:

”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul

lagi, silakan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam

berapa saja latihannya bapak? (Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam

jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan

latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa?Bagaimana kalau

dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya.”

”Baiklah, sampai jumpa.”