laporan penelitian edit 3

100
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kanker leher rahim adalah suatu neoplasma yang berawal dari jaringan baru atau neoplasma pada servik. Kanker leher rahim termasuk salah satu penyakit paling mematikan yang menghantui kehidupan perempuan. Angka kejadian kanker leher rahim terus mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab kematian usia reproduktif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia menunjukkan proporsi penyebab kematian karena kanker leher rahim sebagai berikut pada tahun 1976 sebesar 1,3%, pada tahun1980 menjadi 3,4%, pada tahun 1986 meningkat menjadi 4,3 % dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 4,8 % (Prawirodihardjo, 2006). Menurut WHO setiap tahun jumlah penderita kanker leher rahim terus bertambah. Ditemukan kasus baru 1

Upload: pitut-t-puspitasari

Post on 21-Jan-2016

96 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

MNMN

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Penelitian Edit 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kanker leher rahim adalah suatu neoplasma yang berawal dari jaringan

baru atau neoplasma pada servik. Kanker leher rahim termasuk salah satu

penyakit paling mematikan yang menghantui kehidupan perempuan. Angka

kejadian kanker leher rahim terus mengalami peningkatan dan menjadi salah

satu penyebab kematian usia reproduktif. Hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) Indonesia menunjukkan proporsi penyebab kematian karena

kanker leher rahim sebagai berikut pada tahun 1976 sebesar 1,3%, pada

tahun1980 menjadi 3,4%, pada tahun 1986 meningkat menjadi 4,3 % dan

pada tahun 1992 meningkat menjadi 4,8 % (Prawirodihardjo, 2006).

Menurut WHO setiap tahun jumlah penderita kanker leher rahim terus

bertambah. Ditemukan kasus baru kanker leher rahim sekitar 6,25 juta per

tahun. Rata-rata setiap 11 menit ada satu orang perempuan meninggal karena

kanker leher rahim dan setiap 3 menit ada satu penderita baru. Diperkirakan

pula 9 juta orang meninggal setiap tahun akibat kanker leher rahim. Dua

pertiga dari penderita kanker tersebut berada di negara – negara berkembang

termasuk Indonesia (Bustan, 2000).

Menurut Hacker & Moore (2001), di Asia pada tahun 2000 angka

kejadian kanker leher rahim ditemukan 510 / 100.000 wanita, dengan Case

Fatality Rate (CFR) 39,8 %.

1

Page 2: Laporan Penelitian Edit 3

Data Kementrian Kesehatan menunjukkan di Indonesia saat ini ada

200.000 kanker leher rahim setiap tahunnya atau 100 kasus per 100.000

wanita. Data tersebut 70 % kasus yang datang ke Rumah sakit ditemukan

sudah dalam stadium lanjut. Data yang ada di 13 pusat patologi di Indonesia

menunjukkan bahwa 27 % (3.684) adalah kanker leher rahim (Bustan, 2000).

Berdasarkan laporan rumah sakit sentinel (Rawat jalan ) se – Jawa Timur

mulai tahun 2007 sampai dengan 2011 jumlah kasus kanker leher rahim

mengalami peningkatan. Tahun 2007 terdapat 771 kasus, tahun 2008 terdapat

821 kasus, tahun 2009 terdapat 671 kasus, tahun 2010 terdapat 868 kasus, dan

pada tahun 2011 terdapat 901 kasus kanker leher rahim. Selain jumlah kasus

kanker leher rahim yang semakin meningkat, juga terdapat peningkatan

jumlah kematian yang diakibatkan oleh kanker leher rahim yang dimulai

sejak tahun 2008 sampai dengan 2011. Pada tahun 2007 tidak ditemukan

adanya kematian yang diakibatkan oleh kanker leher rahim, tetapi pada tahun

2008 ditemukan 7 kasus kematian, tahun 2009 ditemukan 10 kasus kematian,

tahun 2010 ditemukan 11 kasus kematian, dan pada tahun 2011 ditemukan 29

kasus kematian.

Kanker leher rahim terdiri dari 4 stadium, dimana pada stadium displasia,

masih dapat dilakukan upaya pencegahan, agar tidak terjadi kanker invasif.

Diperlukan upaya – upaya deteksi dini baik melalui pap smear, IVA (inspeksi

visual dengan asam asetat) maupun dengan ginoskop. Metode Inspeksi Visual

Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara

inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat. Metode inspeksi

2

Page 3: Laporan Penelitian Edit 3

visual lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga skrining dapat dilakukan

dengan cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bisa

lebih banyak. Keadaan dimana tenaga profesional masih terbatas, maka

metode dengan memakai asam asetat 4% tampaknya lebih feasible. Karena

bisa dikerjakan oleh tenaga – tenaga para medis (bidan) yang telah terlatih,

hasilnya bisa langsung diberitahukan kepada pasien dan biayanya lebih

murah. Dengan metode ini dilaporkan bahwa dari 100 penderita yang

dinyatakan positif, 98 orang (98%) juga dinyatakan positif dengan

pemeriksaan kolposkopi. Kanker leher rahim disebabkan oleh adanya infeksi

Human Papiloma Virus (HPV). Beberapa faktor lain yang berpengaruh

adalah umur pertama kali melakukan hubungan seksual, aktivitas seksual

yang sering berganti-ganti pasangan, jumlah kehamilan, sosial ekonomi yang

rendah berkaitan dengan pendidikan dan penghasilan yang rendah, serta

kebiasaan merokok (Andrijono, 2007).

Berdasarkan data sekunder tahun 2013 yang diperoleh dengan mencatat

data yang ada di Puskesmas Kepadangan, didapatkan bahwa Desa

Kedondong memiliki angka cakupan IVA positif yang tinggi jika

dibandingkan dengan 9 desa yang ada di Kecamatan Tulangan. Desa

Kedondong memiliki 694 pasangan usia subur yang sudah melakukan

hubungan suami istri. Dari keseluruhan pasangan usia subur tersebut, hanya

42 wanita yang bersedia melakukan pemeriksaan IVA. Dari 42 wanita

tersebut, ditemukan 13 wanita memiliki hasil pemeriksaan IVA positif. 13

wanita yang memiliki hasil pemeriksaan IVA positif, ada 7 wanita yang

3

Page 4: Laporan Penelitian Edit 3

didiagnosis dengan kanker leher rahim. Sampai saat ini belum ada laporan

kasus kematian akibat kanker leher rahim. Tingginya angka kejadian IVA

positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan, membuat peneliti tertarik

untuk menganalisis beberapa faktor resiko terhadap kejadian hasil

pemeriksaan IVA positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan

Kabupaten Sidoarjo.

B. Rumusan masalah

Adakah pengaruh beberapa faktor resiko terhadap kejadian hasil pemeriksaan

IVA positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisis beberapa faktor resiko terhadap kejadian hasil pemeriksaan

IVA positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi usia pertama kali berhubungan suami istri, tingkat

pendidikan, dan tingkat penghasilan dari responden.

b. Menganalisis hubungan usia pertama kali berhubungan suami istri

dengan hasil pemeriksaan IVA positif.

c. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan hasil pemeriksaan

IVA positif.

4

Page 5: Laporan Penelitian Edit 3

d. Menganalisis hubungan tingkat penghasilan dengan hasil pemeriksaan

IVA positif.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi masyarakat

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap resiko CA Cervix yang

tinggi pada usia pertama kali berhubungan suami istri, tingkat

pendidikan, dan tingkat penghasilan di Desa Kedondong Kecamatan

Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

2. Manfaat bagi peneliti

a. Menerapkan ilmu yang telah diberikan selama pendidikan khususnya

dalam bidang penelitian dan menambah pengalaman serta keterampilan

dalam melihat gejala yang ada di masyarakat khususnya yang

berhubungan dengan hasil pemeriksaan IVA.

b. Memberikan pengetahuan tentang hubungan beberapa faktor resiko

terhadap kejadian hasil pemeriksaan IVA positif di Desa Kedondong

Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

3. Manfaat bagi instansi terkait

a. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya pemeriksaan

IVA, sehingga akan meningkatkan kualitas hidup penderita serta

memberi masukan kepada petugas kesehatan tentang pentingnya

penyuluhan yang berhubungan dengan pemeriksaan IVA.

5

Page 6: Laporan Penelitian Edit 3

4. Manfaat bagi pengembangan ilmu

a. Masukkan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan

untuk peneliti selanjutnya terutama yang berhubungan dengan

pemeriksaan IVA.

6

Page 7: Laporan Penelitian Edit 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lesi Prakanker Leher Rahim

Istilah lesi prakanker leher rahim telah di kenal luas di seluruh dunia, lesi

prakanker disebut juga lesi intraepithel servik (Cervical intraepithelial

neoplasia). Keadaan ini merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma

leher rahim. Diawali dengan NIS I (CIN I) karsinoma yang secara klasik

dinyatakan dapat berkembang menjadi NIS II, dan kemudian menjadi NIS III

dan selanjutnya berkembang menjadi karsinoma leher rahim. Konsep regresi

yang spontan serta lesi yang persisten menyatakan bahwa tidak semua lesi

prakanker akan berkembang menjadi lesi invasif, sehingga diakui bahwa

masih cukup banyak faktor yang berpengaruh. Hal ini mengisyaratkan bahwa

perempuan yang memiliki displasia yang rendah dan ringan, tidak selalu

berkembang menjadi kanker leher rahim, karena dapat hilang dan lenyap

dengan sendirinya tergantung pada sistem kekebalan tubuh. Kondisi lesi

prakanker diklasifikasikan menjadi : NIS I adalah displasia ringan, NIS II

adalah displasia moderat dan NIS III adalah displasia parah (Andrijono,

2007).

7

Page 8: Laporan Penelitian Edit 3

Perjalanan lesi prakanker leher rahim sebagai berikut : NIS I, 57 %

regresi, 32 % persisten, 11 % progres ke NIS III, dan 1 % progres ke

karsinoma. NIS II, 43 % regresi, 35 % persisten, 22 % progres ke NIS III dan

5 % progres ke karsinoma. NIS III, 32 % regresi, 56 % persistent, dan lebih

dari 12 % progres ke karsinoma (Andrijono, 2007).

Infeksi HPV merupakan faktor inisiator dari kanker leher rahim. Integrasi

DNA virus dengan genom sel tubuh merupakan awal dari proses yang

mengarah transformasi. Integrasi DNA virus dimulai pada daerah E1-E2.

Integrasi menyebabkan E2 tidak berfungsi dan menyebabkan rangsangan

terhadap E6 dan E7 yang akan menghambat p53 dan pRB. Hambatan p53 dan

pRB menyebabkan siklus sel tidak terkontrol. Protein E6 akan berikatan

dengan p53, dengan demikian fungsi p53 (Tumor suppressor gene atau

menghentikan siklus sel) akan hilang sehingga pertumbuhan sel tidak

terkontrol. Penghentian siklus sel bertujuan untuk memberi kesempatan

kepada sel untuk memperbaiki kerusakan yang timbul (Andrijono, 2007).

B. Definisi Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim adalah kanker yang tumbuh di dalam leher rahim

(Serviks) yaitu suatu daerah yang terdapat pada organ reproduksi wanita,

yang merupakan pintu masuk kearah rahim (Uterus) dengan vagina

(Prawirodihardjo, 2006).

Diantara berbagai jenis keganasan pada genetalia wanita hanya kanker

leher rahim yang dapat dicegah dengan suatu teknik skrining yang cukup

8

Page 9: Laporan Penelitian Edit 3

efektif, murah dan dapat mendeteksi terhadap keadaan prakanker yang

dikenal dengan nama IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Walaupun

sudah banyak dikenal diantara berbagai jenis keganasan pada genetalia wanita

hanya kanker leher rahim yang dapat dicegah dengan suatu teknik skrining

yang cukup efektif, murah dan dapat mendeteksi terhadap keadaan prakanker

yang dikenal dengan nama IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).

Walaupun sudah banyak dikenal masyarakat, namun belum seluruh wanita

diatas 30 tahun dan sudah menikah melaksanakan pemeriksaan ini secara

rutin. Keterlambatan diagnosa menyebabkan keterlambatan pasien mendapat

pengobatan. Pengobatan kanker leher rahim menurut beberapa penulis belum

memberikan hasil yang memuaskan, terutama di Negara berkembang, pasien

pada umumnya datang dalam keadaan stadium klinis yang telah lanjut. Waktu

yang diperlukan untuk terjadinya lesi prakanker cukup panjang. Periode laten

dari fase pra invasif menjadi invasif memerlukan waktu sekitar 10 tahun.

Kanker leher rahim sering terjadi pada wanita berusia antara 45-50 tahun

dengan puncaknya pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun, dengan usia rata-

rata 52 tahun ( Bustan, 2000).

C. Epidemiologi Kanker Leher Rahim

Berdasarkan laporan, kanker leher rahim ditemukan paling banyak pada

usia setelah 40 tahun dan lesi derajat tinggi pada umumnya dapat dideteksi

sepuluh tahun sebelum terjadi kanker dengan puncak terjadinya displasia

leher rahim pada

9

Page 10: Laporan Penelitian Edit 3

usia 35 tahun (WHO, 1992). Di Indonesia terjadi peningkatan kejadian

kanker dalam jangka waktu 10 tahun. Peringkat kanker sebagai penyebab

kematian naik dari peringkat 12 menjadi peringkat 6. Diperkirakan terdapat

190.000 penderita baru dan 1/5 akan meninggal akibat penyakit kanker.

Namun akibat kanker bisa dikurangi 3-35 % bila dilakukan tindakan

preventif, skrining dan deteksi dini

(Bustan, 2000).

Kawin Muda berpengaruh terhadap kejadian kanker leher rahim. Faktor

risiko usia menikah pada usia dini berhubungan dengan kejadian kanker leher

rahim. Semakin dini seorang perempuan melakukan hubungan seksual

semakin tinggi risiko terjadinya lesi prakanker pada leher rahim, sehingga

dengan demikian semakin besar pula kemungkinan ditemukannya kanker

leher rahim. Hal ini disebabkan pada usia tersebut terjadi perubahan lokasi

sambungan skuamo-kolumner sehingga relatif lebih peka terhadap stimulasi

onkogen (Bustan, 2000).

D. Etiologi Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim disebabkan oleh Human Papiloma Virus atau lebih

dikenal dengan virus HPV. Lebih dari 90% kanker leher rahim jenis

squamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker leher rahim

berhubungan dengan HPV tipe 16. Virus kanker leher rahim bersifat spesifik

dan hanya tumbuh di dalam sel manusia, terutama pada sel-sel lapisan

permukaan atau epitel mulut rahim (Prawirodihardjo, 2006).

10

Page 11: Laporan Penelitian Edit 3

HPV merupakan virus DNA yang berukuran 8000 pasang basa

berbentuk ikosahedral dengan ukuran 55nm, memiliki 72 kapsomer, dan 2

protein kapsid. Karena ukuran virus ini sangat kecil, virus ini bisa menular

melalui mikro lesi atau sel abnormal di vagina. Penularannya dapat terjadi

saat berhubungan seksual (Prawirodihardjo, 2006).

Dalam suatu studi jangka panjang tentang riwayat alamiah infeksi HPV

menunjukkan bahwa infeksi HPV menimbulkan lesi atau bercak yang identik

dengan lesi prakanker. HPV dibagi menurut resiko dalam menimbukan

kanker serviks yaitu:

1. Resiko rendah

Tipe 6,11,42, 43, 44, disebut tipe non-onkogenik. Jika terinfeksi,

hanya menimbulkan lesi jinak, misalnya kutil dan jengger ayam.

2. Resiko tinggi

Tipe 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 59, 68, disebut tipe

onkogenik. Jika terinfeksi dan tidak diketahui atau tidak diobati, bisa

menjadi kanker. HPV resiko tinggi ditemukan hampir di semua kasus

kanker serviks (99%).

Infeksi HPV menyebabkan terjadinya displasia yaitu sel-sel yang sifatnya

mengarah ke sel kanker serta karsinoma in situ, yaitu telah terjadi kanker

tetapi hanya terbatas pada lapisan epitel mulut rahim (lesi prakanker)

(Prawirodihardjo, 2006).

E. Faktor Risiko Kanker Leher Rahim

11

Page 12: Laporan Penelitian Edit 3

Faktor risiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya infeksi virus

HPV dan faktor lain yang memudahkan terjadinya kanker leher rahim atau

meningkatkan risiko menderita kanker leher rahim. Menurut American

Cancer Society faktor-faktor tersebut antara lain : Infeksi Human Papilloma

Virus adalah virus yang tersebar luas menular melalui hubungan seksual.

Faktor risiko lain meliputi : multi partner, aktivitas seks dini (Sebelum usia

18 tahun), berhubungan seks dengan laki-laki yang tidak disunat, IMS lain

(HIV/AIDS, GO), riwayat keluarga kanker leher rahim, umur lebih dari 40

tahun, merokok, status sosial ekonomi rendah, ras, diet yang tidak sehat, dan

anak perempuan dari ibu yang minum obat DES (dietilstilbesterol) saat hamil.

Menurut Andrijono (2007), faktor penyerta kanker leher rahim antara lain

multi paritas, merokok, penyakit hubungan seksual, dan faktor nutrisi

(Prawirorahardjo, 2006).

1. Usia pertama kali kawin atau melakukan hubungan seksual

Umur pertama kali melakukan hubungan seksual merupakan salah satu

faktor yang penting. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan

seksual pertama kali, semakin besar risiko untuk terjadinya kanker leher

rahim. Hubungan seksual pertama dianggap sebagai awal mulanya proses

kanker leher rahim pada wanita (Prawirorahardjo, 2006).

Wanita menikah di bawah usia 16 tahun biasanya 10-12 kali lebih besar

kemungkinan terjadi kanker leher rahim dibandingkan dengan mereka yang

menikah diatas usia 20 tahun. Usia tersebut rahim seorang remaja putri sangat

12

Page 13: Laporan Penelitian Edit 3

sensitif. Serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena

terdapat proses metaplasia yang aktif, yang terjadi dalam zona transformasi

selama periode perkembangan. Metaplasia epitel skuamosa biasanya

merupakan proses fisiologis. Tetapi di bawah pengaruh karsinogen,

perubahan sel dapat terjadi sehingga mengakibatkan suatu zona transformasi

yang patologik. Perubahan yang tidak khas ini menginisiasi suatu proses yang

disebut neoplasma intraepitil serviks (Cervical intraepithelial Neoplasia

(CIN) yang merupakan fase prainvasif dari kanker leher rahim

(Prawirorahardjo, 2006).

2. Berganti-ganti pasangan

Perilaku seksual yang berganti-ganti pasangan atau multi partner

meningkatkan risiko kanker leher rahim meningkat 10 kali lebih besar bila

bermitra seks lebih dari 6. Risiko juga meningkat bila melakukan hubungan

seksual dengan laki-laki yang bermitra seks multi patner atau mengidap

kondiloma akuminata. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual dan

melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 20 tahun lebih berisiko

untuk terjadi kanker leher rahim, karena memperbesar kemungkinan

terinfeksi virus HPV (Andrijono, 2007).

3. Multi paritas

Kanker leher rahim sering dijumpai pada wanita yang sering melahirkan.

Hal ini dapat terjadi karena perlukaan dan trauma akibat proses melahirkan.

13

Page 14: Laporan Penelitian Edit 3

Kategori paritas yang berisiko tinggi belum ada keseragaman. Umumnya para

ahli memberikan batasan antara 3-5 kali melahirkan (Andrijono, 2007).

4. Merokok

Tembakau mengandung bahan karsinogen, baik yang diisap sebagai

rokok atau yang dikunyah. Asap rokok mengandung nikotin. Wanita perokok,

konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di

dalam serum. Efek langsung bahan tersebut pada leher rahim akan

menurunkan status imun lokal, sehingga dapat menjadi ko-karsinogen. Hasil

penelitian, bila merokok 20 batang setiap hari resiko untuk terkena kanker

leher rahim adalah tujuh kali dibanding orang yang tidak merokok. Bila

merokok 40 batang setiap hari risiko untuk terkena kanker leher rahim adalah

14 kali dibanding orang yang tidak merokok. Penelitian menyimpulkan

bahwa semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi risiko

terkena kanker leher rahim (Andrijono, 2007).

5. Sosial ekonomi rendah

Banyaknya penderita kanker leher rahim dari keluarga dengan status

kurang berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan

gizi. Kurangnya konsumsi sayur dan buah-buahan meningkatkan risiko

kanker leher rahim, karena kurangnya pasokan vitamin A, C, E dan beta

carotin yang berfungsi sebagai anti oksidan. Penurunan anti oksidan

mengakibatkan penurunan PH serviks, sehingga menimbulkan neoplasma sel

dan infeksi human papiloma virus (Tara, 2001).

14

Page 15: Laporan Penelitian Edit 3

F. Gejala Klinik Kanker Leher Rahim

Gejala-gejala yang timbul pada karsinoma leher rahim dan merupakan

gejala yang sering di temukan pada karsinoma leher rahim adalah:

1. Masa tanpa gejala, pada masa ini penderita tidak mengeluh dan tidak

merasakan suatu gejala meskipun sebenarnya pasien sudah mengidap

penyakit kanker leher rahim. Hal ini terjadi pada stadium dini

(Prawirodihardjo, 2006).

2. Keputihan, merupakan gejala yang sering di temukan. Getah yang keluar

dari vagina makin lama makin banyak, berbau busuk akibat infeksi dan

nekrosis jaringan (Manuaba, 2001).

3. Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah yang makin

lama makin lebih sering terjadi, misalnya setelah melakukan koitus atau

perdarahan menstruasi lebih banyak, atau bisa juga diluar senggama atau

spontan, biasanya terjadi pada tingkat klinik lanjut stadium II-III (Yatim,

2005).

4. Rasa nyeri, terjadi karena infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

(Prawirodihardjo, 2006).

5. Anemia, sering ditemukan pada stadium lanjut sebagai akibat dari

perdarahan pervaginam dan akibat penyakitnya (Prawirodihardjo, 2006).

6. Gejala yang dapat timbul karena metastasis jauh, misalnya obstruksi total

vesika urinaria, cepat lelah, penurunan berat badan (Mansjoer, 2005).

15

Page 16: Laporan Penelitian Edit 3

G. Inflamasi Leher Rahim

Leher rahim pada wanita yang sudah menikah sering mengalami infeksi,

dengan gejala keputihan. Sebagian proses infeksi dapat sembuh sendiri, dan

kadang-kadang ada hubungan dengan keganasan leher rahim. Penyebab

infeksi leher rahim antara lain : infeksi (protozoa, kuman, jamur dan virus),

mekanis (IUD, tampon, pesarium trauma selama senggama), perubahan

hormonal (pemakaian kontrasepsi pil atau suntik), anatomis (polip), bahan

kimia (cairan pencuci vagina), keganasan (kanker leher rahim). Oleh karena

itu dianjurkan kepada semua wanita yang telah menikah atau wanita dengan

kegiatan seksual aktif, untuk melaksanakan deteksi dini lesi prakanker leher

rahim baik dengan Pap Smear maupun dengan metode IVA (Manuaba, 2001).

H. Infeksi Virus HPV

Virus HPV dikenal sebagai Human Papilloma Virus yang menyerang

pada bagian kulit dan lapisan lembab sepanjang tubuh seperti : selaput di

dalam mulut dan tenggorokan, serviks dan anus. Sejak tahun 1980 banyak

peneliti dalam bidang biologi molekuler telah menunjukkan identitas

karakteristik dari virus HPV dan peranannya sebagai agens onkogenik.

Diperkirakan saat ini jumlah wanita berusia hingga 50 tahun yang terinfeksi

HPV sebanyak 70-80 % (Hacker & Moore, 2001). Ada 150 jenis HPV dan di

masa depan jumlah ini akan bertambah. Ada 20 jenis HPV di samping jenis

HPV 16 dan HPV 18 yang menyebabkan kanker. Jenis yang lain ini

mempengaruhi 30% dari jumlah kasus kanker leher rahim secara global.

16

Page 17: Laporan Penelitian Edit 3

Human Papiloma Virus adalah faktor utama penyebab kanker leher rahim.

Virus ini tidak langsung membentuk kanker leher rahim, melainkan HPV

bereaksi dengan faktor-faktor lainnya sehingga menyebabkan mutasi genetik.

Kegagalan sistem pertahanan dan kekebalan tubuh sehingga terjadilah sel

abnormal yang berkembang menjadi kanker (Prawirodihardjo, 2006).

I. Patogenesis

Kanker leher rahim 95 % terdiri dari karsinoma skoamosa dan sisanya

merupakan adenoma karsinoma dan jenis kanker lain. Hampir semua kanker

leher rahim di dahului derajat pertumbuhan prakarsinoma yaitu displasia dan

karsinoma in-situ. Proses perubahan dimulai didaerah sambungan skuamosa-

kolumner (SSK) dari selaput lendir porsiogan. Perubahan mula-mula ditandai

dengan atipik dengan mitosis aktif, susunan sel teratur meliputi sepertiga

basal lanjut, maka perubahan disebut displasia ringan. Bila perubahan

berlanjut maka perubahan akan melibatkan dua pertiga atau seluruh lapisan

epidermis, dan masing-masing disebut displasia sedang, berat, kanker in-situ

yang sangat potensial menjadi kanker invasif (Prawirodihardjo, 2006).

J. Sitologi Displasia

Secara histologi, spektrum perubahan epitel yang meliputi neoplasia

intra epithelial cervical diklasifikasikan secara kuantitatif berdasarkan jumlah

sel abnormal yang tidak berdiferensiasi yang menempati seluruh ketebalan

epitel serviks. Pada displasia terdapat proliferasi sel-sel basal atipik yang

mempunyai rasio inti sitoplasma yang meningkat. Apabila proliferasi sel-sel

yang abnormal mengenai kurang dari sepertiga bagian bawah tebalnya lapisan

17

Page 18: Laporan Penelitian Edit 3

epitel serviks, lesi disebut displasia ringan (NIS I). Apabila proliferasi sel

abnormal mengenai sepertiga sampai dua pertiga bagian bawah tebalnya

lapisan sel epitel serviks, lesi disebut displasia sedang (NIS II). Apabila

proliferasi sel abnormal mengenai lebih dari duapertiga bagian bawah

tebalnya lapisan sel epitel serviks, lesi disebut displasia berat (NIS III).

Apabila sel-sel abnormal mengenai seluruh tebalnya lapisan epitel serviks

disertai hilangnya polaritas sel-sel yang normal, inti menjadi pleiomorfik,

hiperkromatik dan mitosis meningkat disebut sebagai karsinoma insitu. World

Health Organization (1973), telah mengembangkan sistem klasifikasi sitologi

standar yaitu displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma insitu. Cervical

intraepithelial neoplasia (CIN) atau neoplasma intraepitel serviks (NIS),

mencakup semua lesi prakanker dari epitel serviks uteri (Prawirodihardjo,

2006).

K. Skuamo Kolumner Junction dan Zona Transformasi

Selama masa anak-anak dan perimenarche skuamo kolumner junction

sangat dekat dengan osteum uteri eksterna. Setelah masa pubertas dan selama

masa reproduksi organ wanita berkembang karena pengaruh estrogen. Serviks

menjadi sembab dan membesar serta kanalis endoserviks memanjang. Hal ini

akan mengakibatkan SSK menuju ektoserviks. Karena suasana asam vagina,

epitel kolumner mengalami pergantian oleh epitel skuamosa metaplastik.

Proses metaplasia berawal dari skuamo kolumner junction berjalan menuju

osteum uteri eksterna. Zona transformasi disebut normal bila mengandung

sel-sel skuamosa metaplasia imatur dan atau matur dengan diselingi sel-sel

18

Page 19: Laporan Penelitian Edit 3

epitel kolumner, tanpa tanda-tanda karsinogenik. Zona trasformasi abnormal

atau atipikal bila ditemukan tanda-tanda karsinogenik seperti perubahan

displasia ditemukan pada zona transformasi (Prawirodihardjo, 2006).

L. Penyebaran Kanker Leher Rahim

Berdasarkan biopsi yang dilakukan secara berurutan diketahui bahwa

proses perubahan dari displasia ringan ke karsinoma in situ, sampai karsinom

invasif berjalam lambat, dimana memerlukan waktu sampai beberapa tahun

yaitu 10 sampai 15 tahun (Bustan, 2000).

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju

ke 3 arah : (a) Ke arah forniks dan dinding vagina, (b) Ke arah korpus uteri,

(c) Ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi

septum rectovaginal dan kandung kemih (Bustan, 2000).

Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel

tumor dapat menyebar ke kelenjar iliaka luar dan iliaka dalam (hipogastrika),

menjadi hal yang tidak lazim jika terjadi penyebaran lewat pembuluh darah

(Bustan, 2000).

Karsinoma leher rahim umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Bila

sel tumor sudah terdapat lebih dari 1 mm dari membran basalis, atau sudah

tampak berada dalam pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah

invasif. Tumor mungkin telah menginfiltrasi stroma leher rahim, akan tetapi

secara klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut

sebagai praklinik (Bustan, 2000).

19

Page 20: Laporan Penelitian Edit 3

Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen menuju

kelenjar limfa regional dan secara perkontinuatum (menjalar) menuju fornises

vagina, korpus uteri, rektum, dan kandung kemih yang pada tingkat akhir

dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih (Bustan, 2000).

Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan

perdarahan-perdarahan yang eksisif dan gagal ginjal menahun akibat uremia

oleh karena obstuksi ureter ditempat ureter masuk kedalam kandung kemih

(Prawirodihardjo, 2006).

M. Stadium Kanker Leher Rahim

Berdasarkan FIGO 1992, (Andrijono, 2007) stadium klinis karsinoma

serviks adalah :

1. Karsinoma pre invasif

Stadium 0 : karsinoma insitu, karsinoma intra-epithelial (selaput basal

utuh).

2. Karsinoma invasif

Stadium 1 : karsinoma terbatas pada serviks.

A : karsinoma mikroinvasif dini, diagnose dengan mikroskopis.

B : invasi stoma minimal.

A2 : lesi secara mikroskopik dapat diukur, dalamnya kurang dari 7 mm.

B : lesi lebih dari IA2.

Stadium 2 : karsinoma keluar dari serviks, mengenai vagina tetapi 1/3

distal masih bebas atau infiltrasi ke parametrium tetapi belum mencapai

dinding panggul.

20

Page 21: Laporan Penelitian Edit 3

IIA : mengenai vagina parametrium masih bebas.

IIB : parametrium sudah terkena.

III : karsinoma mengenai dinding panggul, 1/3 distal vagina.

IIIA : belum mengenai dinding panggul.

IIIB : mencapai dinding panggul atau hidronefrosisi atau ginjal non

fungsi ( kecuali diketahui penyebab lain).

IV : sudah meluas ke luar panggul (true pelvis).

IVA : menyebar ke organ sekitar (buli-buli,rectum).

IVB : menyebar ke organ jauh.

N. Diagnosis Kanker Leher Rahim

Diagnosis kanker adalah usaha untuk mengidentifikasi jenis kanker yang

diderita dengan cara pemeriksaan tertentu (Andrijono, 2007). Pemeriksaan

yang dilakukan pada kanker leher rahim meliputi :

1. Pemeriksaan ginekologi

Dengan melakukan vaginal tauche atau rectal tauche yang berguna

untuk mengetahui keadaan leher rahim serta sangat penting untuk mengetahui

stadium kanker leher rahim (Prawirodihardjo, 2001).

2. Pemeriksaan pap smear

Pemeriksaan pap smear adalah pemeriksaan sitologi epitel porsio dan

leher rahim untuk menentukan tingkat praganas dan ganas pada portio dan

leher rahim serta diagnosa dini karsinoma leher rahim (Prawirodihardjo,

2001).

3. Pemeriksaan kolposkopi

21

Page 22: Laporan Penelitian Edit 3

Kolposkopi adalah mikroskop teropong stereoskopis dengan

pembesaran yang rendah 10-40 X, dengan kolposkopi maka metaplasia

scuomosa infeksi HPV, neoplasma intraepiteliel leher rahim akan terlihat

putih dengan asam asetat atau tanpa corak pembuluh darah. Kelemahanya:

hanya dapat memeriksa daerah terlihat saja yaitu portio, sedangkan kelainan

pada SCJ dan intraepitel tidak bisa dilihat (Prawirodihardjo, 2001).

4. Pemeriksaan biopsi

Pemeriksaan ini dikerjakan dengan mata telanjang pada beberapa

tempat di leher rahim yaitu dengan cara mengambil sebagian / seluruh tumor

dengan menggunakan tang oligator, sampai jaringan lepas dari tempatnya

(Manuaba, 2001).

5. Konisasi

Adalah suatu tindakan operasi untuk mengambil sebagian besar

jaringan leher rahim sehingga berbentuk menyerupai kuretase dengan alat di

ektoleher rahim dan punkankerknya pada kanalis servikalis, kemudian

dilakukan pemotongan maupun pemeriksaan mikroskopis secara serial

sehingga diagnosa lebih tepat. Konisasi di laksanakan bila hasil pap smear

mencurigakan, biasanya dikerjakan pada karsinoma insitu serta untuk

mengatahui apakah sudah ada penembusan sel kanker dibawah membran

basalis (Manuaba, 2001).

6. Diagnosis pasti

Diagnosa pasti dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan

histopatologi (patologi anatomi) (Prawirodihardjo, 2001).

22

Page 23: Laporan Penelitian Edit 3

O. Pencegahan Kanker Leher Rahim

Pencegahan kanker didefinisikan sebagai mengidentifikasikan faktor-

faktor yang menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat

penyebabnya tidak efektif dengan cara-cara apapun. Pencegahan terhadap

terjadinya kanker serviks melalui tiga bagian, yaitu pencegahan primer,

sekunder dan tersier (Budiana, 2009).

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat

dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang

dapat menyebabkan kanker. Masyarakat yang melakukan pencegahan pada

tingkat ini akan bebas dari penderitaan, produktivitas berjalan terus, tidak

memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, rehabilitasi serta

perawatan lebih lanjut. Salah satu bagian dari pencegahan primer adalah

memberikan vaksin Human Papilloma Virus (HPV), pemberian vaksin HPV

akan mengeliminasi infeksi HPV (Budiana, 2009).

2. Pencegahan Sekunder

Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker

serviks. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menemukan kasus-

kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Selain

itu, bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan penyakit pada stadium

awal. Pencegahan sekunder melalui diagnosis dini displasia dengan berbagai

23

Page 24: Laporan Penelitian Edit 3

cara baik klinis maupun laboratorium. Pencegahan sekunder mempunyai

beberapa kelemahan, antara lain:

a. Pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN).

b. Terapi lesi prakanker yang baru terdeteksi pada pencegahan sekunder

sering kali menimbulkan morbiditas terhadap fungsi fertilitas pasien.

c. Pencegahan sekunder akan mengalami hambatan pada sumber daya

manusia dan alat yang kurang.

Pencegahan sekunder dapat dilakukan skrining baik dengan metode IVA

maupun pap smear (Budiana, 2009).

3. Pencegahan Tersier

Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi

penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis

sudah ditegakkan. Terdapat dua pengobatan pada pencegahan tersier yaitu :

a. Pengobatan pada pra kanker.

1) Kauterisasi yaitu membakar serviks secara elektris.

2) Kriosurgeri yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80-180 derajat

celcius dengan menggunakan gas CO2.

3) Konisasi yaitu memotong sebagian dari serviks yang cukup

representatif dengan pisau biasa atau pisau elektris.

4) Operasi (histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi.

Sinar laser yang digunakan dibawah pengawasan kolposkop, radiasi

24

Page 25: Laporan Penelitian Edit 3

dengan pemanasan jarum radium yang dapat digunakan bila penderita

yang sudah tua takut dioperasi.

b. Pengobatan pada kanker invasif

Tindakan pengobatan pada kanker invasif berupa radiasi, operasi

atau gabungan antara operasi dan radiasi (Budiana, 2009).

P. Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan yang pemeriksanya (dokter, bidan,

paramedis) mengamati serviks yang telah diolesi asam asetat / asam cuka 3-

5% secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (Tara,

2001). Sebagai suatu pemeriksaan skrining alternatif. Pemeriksaan IVA

mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan uji yang sudah ada. Kelebihan

yang dimaksud yaitu efektif (tidak jauh berbeda dengan uji diagnostik

standar), lebih mudah dan murah, peralatan yang dibutuhkan lebih sederhana.

Hasilnya segera diperoleh sehingga tidak memerlukan kunjungan ulang,

cakupannya lebih luas, dan pada saat penapisan tidak dibutuhkan tenaga

skrinner untuk memeriksa sediaan sitologi (Budiana, 2009). Pemberian asam

asetat akan mempengaruhi epitel abnormal bahkan juga akan meningkatkan

osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan ektraseluler yang bersifat hipertonik

ini akan menarik cairan dari intraseluler sehingga membran akan kolaps dan

jarak antar sel akan semakin dekat. Sebagai akibatnya jika permukaan sel

mendapat sinar, maka sinar tersebut tidak akan diteruskan ke dalam stroma

tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal akan berwarna

25

Page 26: Laporan Penelitian Edit 3

putih atau disebut juga epitel putih. Jika makin putih dan makin jelas, makin

tinggi derajat kelainan histologiknya (Tara, 2001).

Efek asam asetat akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan

pemberian asam asetat akan didapatkan hasil gambaran serviks yang normal

(merah homogen) atau bercak putih (mencurigai displasia). Pada epitel yang

abnormal (atipik), didapatkan ketebalan yang bertambah dan perubahan

struktur epitel akan menyebabkan cahaya yang dipantulkan tampak opak,

gambaran opak tampil sebagai bercak putih. Hasil pemeriksaan IVA di

kategorikan sebagai berikut :

1. Negatif : licin, merah muda, bentuk porsio normal.

2. Positif : plak putih, epitel acetowhite (bercak putih), indikasi lesi

prakanker leher rahim (Tara, 2001).

Q. Pengobatan Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim dapat disembuhkan, kemungkinan keberhasilan

terapi kanker leher rahim stadium I adalah 85%, stadium II adalah 60%,

stadium III adalah 40%. Pengobatan kanker leher rahim tergantung stadium

penyakit. Pada stadium IB-IIA dapat diobati dengan pembedahan, radiasi

(penyinaran) dan kemoterapi. Sedangkan stadium IIB ke atas diobati dengan

radiasi saja atau kombinasi radiasi dengan kemoterapi (kemoradiasi).

Pembedahan dilakukan dengan mengambil daerah yang terserang kanker,

biasanya uterus beserta leher rahimnya. Bentuk pembedahan antara lain :

26

Page 27: Laporan Penelitian Edit 3

1. Cryosurgery yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan

menghancurkan jaringan abnormal (biasanya untuk stadium pra-kanker

leher rahim).

2. Bedah laser : untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker

leher rahim.

3. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP) : menggunakan arus

listrik yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan yang

abnormal kanker leher rahim.

4. Total histerektomi yaitu pengangkatan seluruh rahim dan serviks.

5. Radikal histerektomi yaitu pengangkatan seluruh rahim dan serviks,

indung telur, tuba falopii maupun kelenjar getah bening di dekatnya

(Prawirodihardjo, 2006).

R. Vaksinasi Kanker Leher Rahim

Vaksinasi dilakukan dengan memasukkan serum antibody virus HPV ke

dalam tubuh. Pada vaksin kanker leher rahim, yang dimasukkan adalah

bagian dari virus HPV, yaitu kulit/cangkangnya yang telah dipurifikasi dan

dilarutkan dalam cairan tertentu sehingga bisa merangsang tubuh untuk

memproduksi antibody tubuh terhadap HPV. Tingginya tingkat serum

antibody ini berkolerasi dengan tingkat paparan (daerah) yang terinfeksi

sehingga membuat antibody bekerja menetralisir virus dan mencegah virus

masuk ke dalam sel (Budiana, 2009).

27

Page 28: Laporan Penelitian Edit 3

Ada 2 macam vaksin HPV yang telah dipasarkan yaitu:

1. Vaksin HPV Bivalent

2. Vaksin HPV Quadrivalent

Vaksin tersebut ditujukan terutama terhadap HPV tipe 16 dan 18, dan

juga tipe 6 dan 11. Vaksinasi dilakukan 3x dengan jadwal pemberian sebagai

berikut:

1. Bivalent: 0,1,6 bulan, misalnya vaksin ke-1 bulan Januari, vaksin ke-

2 buan Februari, dan vaksin ke-3 bulan Juni.

2. Quadrivalent: 0,2,6 bulan, misalnya vaksin ke 1 bulan Januari,

vaksin ke-2 bulan Maret, dan vaksin ke-3 bulan Juni.

Pedoman pemberian vaksin:

1. Diperlukan informasi dan persetujuan yang bersangkutan.

2. Vaksin diberikan pada wanita umur 11-55 tahun.

3. Pada usia 26-55 tahun dapat diberikan setelah hasil tes Pap negative

dan IVA negative.

4. Vaksinasi pria masih kontroversi, perlu kajian cost effectiveness.

5. Pemeriksaan identifikasi DNA (Hibrid capture) tidak diharuskan

sebelum vaksinasi.

6. Perempuan dengan riwayat terinfeksi HPV atau lesi prakanker dapat

diberikan meskipun setelah lesi prakanker disembuhkan dan tes

ulang HPV negative.

7. Tidak disarankan diberikan pada perempuan hamil dan menyusui.

28

Page 29: Laporan Penelitian Edit 3

8. Efek samping minimal dan paling sering adalah nyeri di tempat

suntikan (Budiana, 2009).

S. Pasangan Usia Subur

Pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15-49 tahun

atau pasangan suami-istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau

istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (Manuaba,

2001).

29

Page 30: Laporan Penelitian Edit 3

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Gambar III.1. Kerangka Konsep Penelitian.

Keterangan

: Diteliti

: Tidak diteliti

30

Usia pertama kali berhubungan suami istri

Tingkat pendidikan

Tingkat penghasilan

Hasil pemeriksaan IVA positif

Berganti – ganti pasangan

Multi paritas

Merokok

Page 31: Laporan Penelitian Edit 3

Penjelasan kerangka konsep

Kanker leher rahim adalah kanker yang tumbuh di dalam leher rahim

(serviks) yaitu suatu daerah yang terdapat pada organ reproduksi wanita

(Prawirodihardjo, 2006). Kanker leher rahim dapat dideteksi dengan pemeriksaan

IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) . Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan

dengan mengamati serviks yang telah diolesi asam asetat / asam cuka 3-5% secara

inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (Tara, 2001). Hasil

pemeriksaan IVA di kategorikan sebagai berikut :

1. Negatif : licin, merah muda, bentuk porsio normal.

2. Positif : plak putih, epitel acetowhite (bercak putih), indikasi lesi

prakanker leher rahim (Tara, 2001).

Hasil pemeriksaan IVA positif dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia

pertama kali berhubungan suami istri, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan,

berganti – ganti pasangan, multi paritas, dan merokok. Faktor yang kami teliti

yaitu usia pertama kali berhubungan suami istri, tingkat pendidikan, dan tingkat

penghasilan yang ada didalam kotak dengan dinding yang tidak terputus – putus,

sedangkan faktor yang tidak kami teliti dikarenakan keterbatasan waktu ada

didalam kotak dengan dinding terputus – putus.

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara usia pertama kali berhubungan suami istri dengan

hasil pemeriksaan IVA positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan

Kabupaten Sidoarjo.

31

Page 32: Laporan Penelitian Edit 3

2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan hasil pemeriksaan IVA

positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

3. Ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan hasil pemeriksaan IVA

positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

32

Page 33: Laporan Penelitian Edit 3

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian obeservasional case control

study yang dilakukan dengan pengamatan kelompok kasus dan kelompok

kontrol secara retrospektif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten

Sidoarjo, dilaksanakan pada tanggal 9 September 2013 sampai dengan 9

Oktober 2013.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subyek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu (Sudarso, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua pasangan usia subur (wanita) yang sudah melakukan hubungan

suami istri sebanyak 694 wanita.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari subyek penelitian yang dipilih

dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili

(representatif) (Sudarso, 2007). Dari keseluruhan populasi tersebut, hanya

42 wanita yang bersedia melakukan pemeriksaan IVA. Dari 42 wanita

33

Page 34: Laporan Penelitian Edit 3

tersebut ada 2 wanita yang loss control (tidak mengembalikan kuesioner).

Sehingga sampel yang diambil sebanyak 40 wanita. Karena jenis

penelitian ini adalah case control study, maka dari 40 wanita sebagai

sampel terbagi menjadi 13 wanita kelompok case dan 27 wanita kelompok

control.

D. Variabel

Secara umum variabel adalah operasionalisasi dari suatu konsep. Variabel

adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai yang berarti

menunjukkan variasi (Sudarso, 2007).

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia pertama kali berhubungan

suami istri, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan.

2. Variable terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan IVA positif.

E. Definisi Operasional

Tabel IV.1. Definisi Operasional.

No VariabelDefinisi

Operasional

Cara

PengukuranKatergori Skala

1 Usia

Usia responden saat penelitian dilakukan

Jawaban responden pada saat wawancara

Rasio Rasio

2 Pendidikan Pendidikan Jawaban a.Rendah (SMP Nominal

34

Page 35: Laporan Penelitian Edit 3

formal terakhir yang diikuti oleh responden

responden pada saat wawancara

kebawah)b.Tinggi (SMA keatas)

3 Pekerjaan

Sumber penghasilan bagi keluarga responden

Jawaban responden pada saat wawancara

Ya / Tidak Nominal

4 Penghasilan

Pendapatan yang diterima oleh keluarga responden

Jawaban responden pada saat wawancara

a.Rendah (< Rp. 1.750.000)b.Tinggi (≥ Rp. 1.750.000)

Nominal

5

Usia pertama kali

berhubungan suami istri

Usia responden saat pertama kali berhubungan sexual

Jawaban responden pada saat wawancara

a.Usia < 20 tahunb.Usia ≥ 20 tahun

Nominal

6 IVA

Pemeriksaan dengan mengamati serviks yang telah diolesi asam asetat secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung.

Studi dokumen dengan mencatat data yang ada di puskesmas kepadangan

Positif / Negatif Nominal

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer diperoleh dari wawancara.

2. Data sekunder diperoleh dari Studi dokumen dengan catatan lapangan data

yang ada di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

35

Page 36: Laporan Penelitian Edit 3

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data yang dilakukan dapat dibagi dalam beberapa tahapan

sebagai berikut :

a. Editing

Melakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan

keseragaman data sehingga menjamin validitas data.

b. Coding

Pemberian nomer code pada jawaban yang bersifat kategori.

c. Data entry

Memasukkan data ke dalam computer.

d. Tabulating

Pengelompokan data dalam bentuk tabel sesuai bentuk variabel

yang akan dianalisis.

e. Describing

Menggambarkan dan menerangkan data.

f. Analysis

Menghitung Odds Ratio.

36

Page 37: Laporan Penelitian Edit 3

2. Analisis data

Analisis data dihitung dengan menggunakan rumus Odds Ratio, untuk

menganalisis beberapa faktor resiko terhadap kejadian hasil pemeriksaan IVA

positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

37

Page 38: Laporan Penelitian Edit 3

BAB V

HASIL DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Kedondong adalah suatu desa yang secara geografis terletak di

wilayah Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Merupakan dataran

rendah dengan jalan yang sebagian besar sudah beraspal. Hubungan antar

daerah dapat terjangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Selain itu, sudah terdapat jaringan komunikasi (televisi, radio, telepon)

dimana sebagaian besar masyarakat desa sudah memanfaatkannya.

Data umum desa / kelurahan:

Identitas.

Nama desa / kelurahan : Kedondong

Kode desa : -

Kecamatan : Tulangan

Kabupaten : Sidoarjo

Propinsi : JawaTimur

Luas wilayah.

1) Luas desa / kelurahan : 121.190 Ha

2) Batas wilayah :

a) Sebelah utara : Ds. Durung Bedug Kec. Candi Kab.

Sidoarjo

38

Page 39: Laporan Penelitian Edit 3

b) Sebelah selatan : Ds. Gang – gang Panjang Kec.

Tanggulangin Kab. Sidoarjo

c) Sebelah barat : Ds.Sudimoro Kec. Tulangan Kab. Sidoarjo

d) Sebelah timur : Ds.Karang Tanjung Kec. Candi Kab.

Sidoarjo

Kondisi geografi.

1) Ketinggian tanah dari permukaan laut : -

2) Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran rendah

3) Suhu rata-rata : -

Pemerintahan desa / kelurahan.

1) Jumlah RT : 15

2) Jumlah RW : 4

3) Jumlah perangkat desa / kel : 11 orang

4) Jumlah dusun : 1 / Kedondong

Data demografi.

1) Jumlah penduduk menurut jenis kelamin.

a) Laki-laki : 1714 orang

b) Perempuan : 1701 orang

Jumlah : 3415 orang

2) Jumlah penduduk usia.

a) Usia 00 – 03 tahun : 345 orang

b) Usia 04 – 06 tahun : 356 orang

39

Page 40: Laporan Penelitian Edit 3

c) Usia 07 – 12 tahun : 830 orang

d) Usia 13 – 15 tahun : 491 orang

e) Usia 16 – 18 tahun : 538 orang

f) Usia 19 tahun keatas : 855 orang

3) Jumlah kepala keluarga (KK) : -

4) Jumlah WUS : 981 orang

5) Jumlah PUS : 694 orang

Data pekerjaan.

1) Karyawan :

a) Pegawai negeri sipil : 20 orang

b) ABRI : 14 orang

c) Swasta : -

2) Wiraswasta / pedagang : -

3) Petani : 150 orang

4) Pertukangan : 8 orang

5) Buruh tani : 225 orang

6) Pensiunan : 7 orang

7) Nelayan : -

8) Pemulung : -

9) Jasa : 2 orang

Data sarana pendidikan.

1) Kelompok bermain : -

40

Page 41: Laporan Penelitian Edit 3

2) TK : - / 2 unit

3) Sekolah dasar : 5 / - unit

4) SMP : - unit

5) SMA : - unit

6) Akademi : - unit

7) Institut / sekolah tinggi / universitas : -

B. Karakteristik Responden.

1. Jumlah hasil pemeriksaan IVA positif pada responden.

Berdasarkan data sekunder pada 40 responden yang terdiri dari kelompok

kasus dan kelompok kontrol diketahui distribusi jumlah dan persentase

responden dengan hasil pemeriksaan IVA positif di Desa Kedondong

Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut:

Tabel V.1. Jumlah Hasil Pemeriksaan IVA Positif dan Negatif pada Responden.

KriteriaJumlah Responden

(Orang)Persentase

Kasus

(IVA Positif)13 32 %

Kontrol

(IVA Negatif)27 68 %

Jumlah 40 100 %

Sumber : Data sekunder 2013.Gambar V.1. Jumlah Hasil Pemeriksaan IVA Positif dan Negatif pada Responden.

41

Page 42: Laporan Penelitian Edit 3

Berdasarkan data sekunder, jumlah responden dengan IVA positif

sebanyak 13 orang (32 %) dan jumlah responden dengan IVA negatif

sebanyak 27 orang (68 %).

2. Kategori usia pertama kali berhubungan suami istri pada

responden.

Berdasarkan hasil survei, dapat diketahui distribusi jumlah dan

persentase kategori usia pertama kali berhubungan suami istri pada

responden di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo

adalah sebagai berikut:

Tabel V.2. Kategori Usia Pertama Kali Berhubungan Suami Istri di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Kategori UsiaIVA Positif IVA Negatif Jumlah

Orang % Orang % Orang %

< 20 tahun 7 70 3 30 10 100

≥ 20 tahun 6 20 24 80 30 100

Sumber : Hasil survei 2013.

42

13 Orang32%

27 Orang68%

Jumlah Responden

(IVA Positif)

(IVA Negatif)

Page 43: Laporan Penelitian Edit 3

Gambar V.2. Kategori Usia Pertama Kali Berhubungan Suami Istri di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan hasil survei pada 40 responden, diketahui distribusi

responden yang memiliki kategori usia < 20 tahun sebanyak 70 % yang

memiliki hasil pemeriksaan IVA positif dan responden yang memiliki

kategori usia ≥ 20 tahun sebanyak 20 % yang memiliki hasil pemeriksaan

IVA positif.

3. Tingkat pendidikan pada responden.

Berdasarkan hasil survei, dapat diketahui distribusi jumlah dan

persentase tingkat pendidikan responden di Desa Kedondong Kecamatan

Tulangan Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut:

Tabel V.3. Tingkat Pendidikan di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Tingkat PendidikanIVA Positif IVA Negatif Jumlah

Orang % Orang % Orang %

Rendah 10 37 17 63 27 100

Tinggi 3 23 10 77 13 100

Sumber : Hasil survei 2013.

43

< 20 tahun ≥ 20 tahun05

1015202530

7 Orang 6 Orang3 Orang

24 Orang

Kategori usia pertama kali berhubungan suami istri

IVA Positif IVA Negatif

Page 44: Laporan Penelitian Edit 3

Pendidikan Rendah Pendidikan Tinggi0

5

10

15

20

10 Orang

3 Orang

17 Orang

10 Orang

Tingkat pendidikan

IVA Positif IVA Negatif

Gambar V.3. Tingkat Pendidikan di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan hasil survei pada 40 responden, diketahui distribusi

responden yang berpendidikan rendah sebanyak 37 % yang memiliki

hasil pemeriksaan IVA positif dan responden yang berpendidikan tinggi

sebanyak 23 % yang memiliki hasil pemeriksaan IVA positif.

4. Tingkat penghasilan pada responden.

Berdasarakan hasil survei, dapat diketahui distribusi jumlah dan

persentase tingkat penghasilan responden di Desa Kedondong Kecamatan

Tulangan Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut:

Tabel V.4. Tingkat Penghasilan di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Tingkat PenghasilanIVA Positif IVA Negatif Jumlah

Orang % Orang % Orang %

Rendah 12 39 19 61 31 100

Tinggi 1 11 8 89 9 100

Sumber : Hasil survei 2013.

44

Page 45: Laporan Penelitian Edit 3

Penghasilan Rendah Penghasilan Tinggi02468

101214161820

12 Orang

1 Orang

19 Orang

8 Orang

Tingkat Penghasilan

IVA Positif IVA Negatif

Gambar V.4. Tingkat Penghasilan di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan hasil survei pada 40 responden, diketahui distribusi

responden yang berpenghasilan rendah sebanyak 39 % yang memiliki

hasil pemeriksaan IVA positif dan responden yang berpenghasilan tinggi

sebanyak 11 % yang memiliki hasil pemeriksaan IVA positif.

5. Status pekerjaan responden.

Berdasarkan hasil survei, dapat diketahui distribusi jumlah dan

persentase status pekerjaan responden adalah sebagai berikut:

Tabel V.5. Status Pekerjaan Responden di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Status PekerjaanIVA Positif IVA Negatif Jumlah

Orang % Orang % Orang %

Bekerja 8 42 11 58 19 100

Tidak Bekerja 5 24 16 76 21 100

Sumber : Hasil survei 2013.

Gambar V.5. Status Pekerjaan Responden di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

45

Page 46: Laporan Penelitian Edit 3

Berdasarkan hasil survei pada 40 responden, diketahui distribusi

responden yang bekerja sebanyak 42 % yang memiliki hasil pemeriksaan

IVA positif dan responden yang tidak bekerja sebanyak 24 % yang

memiliki hasil pemeriksaan IVA positif.

6. Jenis pekerjaan responden.

Berdasarkan hasil survei, dapat diketahui distribusi jumlah dan

persentase jenis pekerjaan responden adalah sebagai berikut:

Tabel V.6. Jenis Pekerjaan Responden di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Jenis PekerjaanIVA Positif IVA Negatif

Jumlah

Responden

Orang % Orang % Orang

PNS 0 0 0 0 0

Petani 1 2,5 0 0 1

Pedagang 3 7,5 7 17,5 10

Ibu Rumah Tangga 5 12,5 14 35 19

Lainnya 4 10 6 15 10

Jumlah 13 27 40

Sumber : Hasil survei 2013.

46

Bekerja Tidak Bekerja02468

1012141618

8 Orang

5 Orang

11 Orang

16 Orang

Status Pekerjaan

IVA Positif IVA Negatif

Page 47: Laporan Penelitian Edit 3

PNS

Pedagang

Lainnya

0 2 4 6 8 10 12 14 16

1 Orang

3 Orang

5Orang

4 Orang

7 Orang

14 Orang

6 Orang

Jenis pekerjaan responden

IVA Negatif IVA Positif

Gambar V.6. Jenis Pekerjaan Responden di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan hasil survei pada 40 responden, diketahui distribusi

responden yang memiliki hasil pemeriksaan IVA positif tertinggi adalah

responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 12,5

%.

C. Analisis Data.

1. Hubungan antara usia pertama kali berhubungan suami istri dengan

hasil pemeriksaan IVA positif.

Tabel V.7. Hubungan antara Usia Pertama Kali Berhubungan Suami Istri dengan Hasil Pemeriksaan IVA Positif.

Sumber : Hasil survei 2013.

47

Faktor ResikoKasus

(IVA Positif)

Kontrol

(IVA Negatif)Jumlah

Usia < 20 tahun 7 3 10

Usia ≥ 20 tahun 6 24 30

Jumlah 13 27 40

Page 48: Laporan Penelitian Edit 3

Keterangan :

a = Hasil pemeriksaan IVA positif pada responden dengan usia < 20

tahun = 7 orang.

b = Hasil pemeriksaan IVA negatif pada responden dengan usia < 20

tahun = 3 orang.

c = Hasil pemeriksaan IVA positif pada responden dengan usia ≥ 20

tahun = 6 orang.

d = Hasil pemeriksaan IVA negatif pada responden dengan usia ≥ 20

tahun = 24 orang.

¿=a/ (a+b ) :b/ (a+b)c /( c+d ):d /(c+d )

¿=a/bc /d

¿=adbc

¿=7 .243.6

=16818

=9,333

Tabel V.7 menunjukkan hubungan antara usia pertama kali berhubungan

suami istri dengan hasil pemeriksaan IVA positif dan hasil pemeriksaan

IVA negatif. Dari hasil pengukuran odds ratio untuk menganalisis

hubungan usia pertama kali berhubungan suami istri dengan hasil

pemeriksaan IVA positif didapatkan nilai 9,333 yang berarti usia pertama

48

Page 49: Laporan Penelitian Edit 3

kali berhubungan suami istri merupakan faktor resiko terhadap kejadian

hasil pemeriksaan IVA positif.

2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan hasil pemeriksaan IVA

positif.

Tabel V.8. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Hasil Pemeriksaan IVA Positif.

Sumber : Hasil survei 2013.

Keterangan :

a = Hasil pemeriksaan IVA positif pada responden dengan tingkat

pendidikan rendah = 10 orang.

b = Hasil pemeriksaan IVA negatif pada responden dengan tingkat

pendidikan rendah = 17 orang.

49

Faktor ResikoKasus

(IVA Positif)

Kontrol

(IVA Negatif)Jumlah

Pendidikan rendah 10 17 27

Pendidikan tinggi 3 10 13

Jumlah 13 27 40

Page 50: Laporan Penelitian Edit 3

c = Hasil pemeriksaan IVA positif pada responden dengan tingkat

pendidikan tinggi = 3 orang.

d = Hasil pemeriksaan IVA negatif pada responden dengan tingkat

pendidikan tinggi = 10 orang.

¿=a/ (a+b ) :b/ (a+b)c /( c+d ):d /(c+d )

¿=a/bc /d

¿=adbc

¿=10 . 1017 . 3

=10051

=1,960

Tabel V.8 menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan hasil

pemeriksaan IVA positif dan hasil pemeriksaan IVA negatif. Dari hasil

pengukuran odds ratio untuk menganalisis hubungan tingkat pendidikan

dengan hasil pemeriksaan IVA positif didapatkan nilai 1,960 yang berarti

tingkat pendidikan merupakan faktor resiko terhadap kejadian hasil

pemeriksaan IVA positif.

3. Hubungan antara tingkat penghasilan dengan hasil pemeriksaan IVA

positif.

Tabel V.9. Hubungan antara Tingkat Penghasilan dengan Hasil Pemeriksaan IVA Positif.

50

Faktor ResikoKasus

(IVA Positif)

Kontrol

(IVA Negatif)Jumlah

Penghasilan rendah 12 19 31

Penghasilan tinggi 1 8 9

Jumlah 13 27 40

Page 51: Laporan Penelitian Edit 3

Sumber : Hasil survei 2013.

Keterangan :

a = Hasil pemeriksaan IVA positif pada responden dengan tingkat

penghasilan rendah = 12 orang.

b = Hasil pemeriksaan IVA negatif pada responden dengan tingkat

peghasilan rendah = 19 orang.

c = Hasil pemeriksaan IVA positif pada responden dengan tingkat

penghasilan tinggi = 1 orang.

d = Hasil pemeriksaan IVA negatif pada responden dengan tingkat

penghasilan tinggi = 8 orang.

¿=a/ (a+b ) :b/ (a+b)c /( c+d ):d /(c+d )

¿=a/bc /d

¿=adbc

51

Page 52: Laporan Penelitian Edit 3

¿=12 . 819 . 1

=9619

=5,052

Tabel V.9 menunjukkan hubungan antara tingkat penghasilan dengan hasil

pemeriksaan IVA positif dan hasil pemeriksaan IVA negatif. Dari hasil

pengukuran odds ratio untuk menganalisis hubungan tingkat penghasilan

dengan hasil pemeriksaan IVA positif didapatkan nilai 5,052 yang berarti

tingkat penghasilan merupakan faktor resiko terhadap kejadian hasil

pemeriksaan IVA positif.

52

Page 53: Laporan Penelitian Edit 3

BAB VI

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pengaruh Usia Pertama Kali Berhubungan Suami Istri terhadap

Kejadian Hasil Pemeriksaan IVA Positif di Desa Kedondong Kecamatan

Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan tabel V.7, hasil uji statistik dengan mencari odds ratio

didapatkan nilai OR = 9,333 atau OR = > 1, ini artinya usia pertama kali

berhubungan suami istri pertama kali dibawah 20 tahun memiliki resiko

9,333 kali lebih besar untuk mendapatkan hasil pemeriksaan IVA positif

dibandingkan dengan yang berhubungan suami istri pertama kali diatas 20

tahun.

Berdasarkan tabel V.2, responden yang memiliki kategori usia < 20 tahun

sebanyak 70 % yang memiliki hasil pemeriksaan IVA positif dan responden

yang memiliki kategori usia ≥ 20 tahun sebanyak 20 % yang memiliki hasil

pemeriksaan IVA positif.

53

Page 54: Laporan Penelitian Edit 3

Hal ini sesuai dengan teori yang ada, Nikah usia muda

menurut Rotkin, Chistoperson Parker, Barron dan Richart jelas

berpengaruh. Rotkin menghubungkan terjadinya karsinoma

serviks dengan usia saat seorang wanita mulai aktif

berhubungan seksual, dikatakan pula olehnya karsinoma

serviks cenderung timbul bila saat mulai aktif berhubungan

seksual pada saat usia kurang dari 20 tahun. Lebih dijelaskan

bahwa umur antara 15 – 20 tahun merupakan periode yang

rentan. Pada periode laten antara coitus pertama dan

terjadinya kanker serviks kurang lebih dari 30 tahun. Periode

rentan ini berhubungan dengan kiatnya proses metaplasia

pada usia pubertas, sehingga bila ada yang mengganggu

proses metaplasia tersebut misalnya infeksi akan

memudahkan beralihnya proses menjadi displasia yang lebih

berpotensi untuk terjadinya keganasan. Christoperson dan

parker menemukan perbedaan statistik yang bermakna

antara wanita yang menikah usia 15 - 19 tahun dibandingkan

wanita yang menikah usia 20 – 24 tahun, pada golongan

pertama cenderung untuk terkena kanker serviks. Barron dan

Richat pada penelitian mengambil sampel 7.000 wanita di

Barbara Hindia Barat, cenderung menduga epitel serviks

wanita remaja sangat rentan terhadap bahan-bahan

karsinogenik yang ditularkan melalui hubungan seksual

54

Page 55: Laporan Penelitian Edit 3

dibanding epitel serviks wanita dewasa. Laporan dari

berbagai pusat di Indonesia juga memperlihatkan hasil yang

serupa dengan hasil penelitian di luar negeri. Marwi di

Yogyakarta menemukan 63,1% penderita karsinoma serviks

menikah pada usia 15 – 19 tahun, hasil yang serupa juga

dilaporkan oleh Sutomo di Semarang (Tara, 2001).

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan di atas dapat dilakukan

dengan cara memberikan penyuluhan tentang bahaya berhubungan suami istri

pada usia < 20 tahun, memberikan informasi, motivasi kepada

masyarakat untuk memelihara kesehatan reproduksi, tidak

menikah atau melakukan hubungan suami istri pada usia

muda(kurang dari 20 tahun) ataupun perilaku seks yang

sehat.

B. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kejadian Hasil Pemeriksaan

IVA Positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten

Sidoarjo.

Berdasarkan tabel V.8, hasil uji statistik dengan mencari odds ratio

didapatkan nilai OR = 1,960 atau OR = > 1, ini artinya pendidikan rendah

memiliki resiko 1,960 kali lebih tinggi mendapatkan hasil pemeriksaan IVA

positif dibandingkan dengan responden yang memiliki pendidikan tinggi.

Berdasarkan tabel V.3, responden yang berpendidikan rendah sebanyak 37 %

yang memiliki hasil pemeriksaan IVA positif dan responden yang

55

Page 56: Laporan Penelitian Edit 3

berpendidikan tinggi sebanyak 23 % yang memiliki hasil pemeriksaan IVA

positif.

Hal ini sesuai dengan teori yang ada, dimana pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan formal

adalah segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang

diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik yang bersifat umum,

maupun yang bersifat khusus. Pendidikan in formal adalah pendidikan dan

pelatihan yang terdapat di luar lingkungan sekolah, dalam bentuk yang tidak

terorganisasi. Dalam arti formal pendidikan adalah suatu proses penyampaian

bahan atau materi pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku.

Sedangkan tugas pendidikan disini adalah memberikan atau peningkatan

pengetahuan dan pengertian, menimbulkan sikap positif serta memberikan /

meningkatkan keterampilan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek

yang bersangkutan sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang.

Salah satu jenis pendidikan diantaranya adalah pendidikan formal yaitu

pendidikan yang diperoleh dilingkungan sekolah seperti SD, SMP, SMA,

perguruan tinggi dan lain-lain. Pendidikan formal berfungsi untuk

mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan yang bersifat khusus.

Pendidikan formal di dapatkan dari sekolah, pendidikan informal didapatkan

diluar sekolah misalnya dalam keluarga atau masyarakat (Tara, 2001).

Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan

56

Page 57: Laporan Penelitian Edit 3

dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas. Semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap

informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan

semakin tinggi. Pendidikan yang rendah menyebabkan

seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan yang

ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin

terjadi. Walaupun ada sarana yang baik belum tentu mereka

tahu menggunakannya. Perilaku hidup sehat sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk. Tingkat

pendidikan yang masih rendah merupakan salah satu sebab

rendahnya pemahaman masyarakat terhadap informasi

kesehatan serta pembentukkan perilaku sehat. Tingkat

pengetahuan yang tinggi pada seseorang akan

menjadikannya lebih kritis dalam menghadapi berbagai

masalah. Sehingga pada wanita yang mempunyai tingkat

pendidikan yang baik akan membangkitkan partisipasinya

dalam memelihara dan merawat kesehatannya. Wanita yang

berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan

kesehatan diri dan keluarganya. Selain itu peningkatan

pendidikan formal wanita akan mendewasakan usia

perkawinan. Hal ini membuat rentang usia subur yang dijalani

dalam ikatan perkawinan semakin pendek. Tingkat

pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kemungkinan bagi

57

Page 58: Laporan Penelitian Edit 3

wanita untuk tidak menikah sama sekali selama hidupnya.

Hal ini terjadi terutama karena tingkat pendidikan yang tinggi

mampu membuka kesempatan yang lebih luas bagi wanita

untuk bekerja, berorganisasi, dan mengembangkan kariernya

di luar rumah. Persoalan jender yang tidak begitu nampak, lebih rumit dan

tetap ada, mungkin lebih sulit diatasi dan terus melanda Indonesia. Persoalan

yang lebih pelik ini menjadi penghalang bagi Indonesia untuk menerapkan

kesetaraan jender dalam bidang pendidikan. Kendala yang dimaksud adalah

pernikahan dini menjadi salah satu persoalan penting yang ditemui di daerah -

daerah tertentu di Indonesia (contohnya Indramayu, Jawa Barat) karena akan

membuat anak perempuan tidak bisa mengenyam pendidikan, konsep jender

tidak dikaitkan dan disesuaikan dengan kepercayaan dan tradisi sosial -

budaya serta agama di Indonesia sehingga masalah jender selama ini menjadi

sesuatu yang sulit dipahami masyarakat (Sajogyo, 1994).

Kemungkinan banyaknya responden berpendidikan rendah karena faktor

ekonomi atau akses untuk mendapatkan pendidikan sulit, untuk mengatasi hal

tersebut diatas perlu dilakukan kerjasama lintas sektotal.

C. Pengaruh Tingkat Penghasilan terhadap Kejadian Hasil Pemeriksaan

IVA Positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten

Sidoarjo.

Berdasarkan tabel V.9, hasil uji statistik dengan mencari odds ratio

didapatkan nilai OR = 5,052 atau OR = > 1, ini artinya penghasilan rendah

58

Page 59: Laporan Penelitian Edit 3

memiliki resiko 5,052 kali lebih tinggi mendapatkan hasil pemeriksaan IVA

positif dibandingkan responden yang berpenghasilan tinggi.

Berdasarkan tabel V.4, responden yang berpenghasilan rendah sebanyak 39 %

yang memiliki hasil pemeriksaan IVA positif dan responden yang

berpenghasilan tinggi sebanyak 11 % yang memiliki hasil pemeriksaan IVA

positif.

Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Banyaknya penderita kanker leher rahim

dari keluarga dengan status kurang berkaitan dengan kemampuan keluarga

dalam memenuhi kebutuhan gizi. Kurangnya konsumsi sayur dan buah -

buahan meningkatkan risiko kanker leher rahim, karena kurangnya pasokan

vitamin A, C, E dan beta carotin yang berfungsi sebagai anti oksidan.

Penurunan anti oksidan mengakibatkan penurunan PH serviks, sehingga

menimbulkan neoplasma sel dan infeksi human papiloma virus (Tara, 2001).

Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga.

Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatannya

untuk makanan. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang

menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang cukup

(Sajogyo, 1994).

Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari besarnya pendapatan atau

pengeluaran keluarga, baik pangan maupun non pangan dalam satu tahun

terakhir. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata - rata penghasilan yang

diperoleh seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung pada

jenis pekerjaan kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. Jika

59

Page 60: Laporan Penelitian Edit 3

pendapatan masih rendah maka kebutuhan pangan cenderung lebih dominan

daripada kebutuhan non pangan. Sebaliknya, jika pendapatan meningkat

maka pengeluaran non pangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan

kebutuhan pokok makanan sudah terpenuhi (Husaini, 2000).

Hal ini sesuai dengan hukum Engel yang menyatakan bahwa semakin tinggi

pendapatan maka persentase pendapatan yang dikeluarkan untuk pangan

semakin kecil. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang paling

menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.

Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara pendapatan dan

keadaan status gizi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli terhadap

makanan menjadi rendah dan konsumsi pangan keluarga akan berkurang.

Kondisi ini akhirnya akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi keluarga

(Suhardjo, 2003).

Kebutuhan gizi yang baikdapat dilakukan dengan cara menanam sayur di

ladang, padi di sawah, beternak yang hasilnya bisa untuk dijual atau

dikonsumsi sendiri, membuka kios yang menjual kebutuhan pokok rumah

tangga, dan lain-lain.

BABVII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

60

Page 61: Laporan Penelitian Edit 3

1. Ada pengaruh usia pertama kali berhubungan suami istri dengan hasil

pemeriksaan IVA positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan

Kabupaten Sidoarjo dengan hasil usia pertama kali berhubungan suami

istri pertama kali dibawah 20 tahun memiliki resiko 9,333 kali lebih

besar untuk mendapatkan hasil pemeriksaan IVA positif dibandingkan

dengan yang berhubungan suami istri pertama kali diatas 20 tahun.

2. Ada pengaruh tingkat pendidikan dengan hasil pemeriksaan IVA positif

di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dengan

hasil pendidikan rendah memiliki resiko 1,960 kali lebih tinggi

mendapatkan hasil pemeriksaan IVA positif dibandingkan dengan

responden yang memiliki pendidikan tinggi.

3. Ada pengaruh tingkat penghasilan dengan hasil pemeriksaan IVA positif

di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dengan

hasil penghasilan rendah memiliki resiko 5,052 kali lebih tinggi

mendapatkan hasil pemeriksaan IVA positif dibandingkan responden

yang berpenghasilan tinggi.

D. Saran

1. Untuk mengatasi permasalahan usia berhubungan suami istri yang terjadi

pada usia < 20 tahun dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan

tentang bahaya berhubungan suami istri pada usia < 20 tahun

memberikan informasi, motivasi kepada masyarakat

untuk memelihara kesehatan reproduksi, tidak menikah

atau melakukan hubungan suami istri pada usia

61

Page 62: Laporan Penelitian Edit 3

muda(kurang dari 20 tahun) ataupun perilaku seks yang

sehat.

2. Peningkatan sosialisasi undang – undang perkawinan

dimana syarat menikah untuk wanita adalah usia 20

tahun, sedangkan untuk laki – laki adalah usia 25 tahun.

3. Perlu dilakukan kerjasama lintas sektotal untuk mengatasi rendahnya

sosial ekonomi dan akses pendidikan sehingga masyarakat mendapatkan

pendidikan setinggi – tingginya.

4. Peningkatan sosialisasi undang – undang pendidikan sekolah minimal

sampai kelas XII.

5. Untuk mengatasi permasalahan tingkat penghasilan yang kurang dapat

dilakukan dengan cara menanam sayur di ladang, padi di sawah, beternak

yang hasilnya bisa untuk dijual atau dikonsumsi sendiri, membuka kios

yang menjual kebutuhan pokok rumah tangga, dan lain-lain.

6. Membuka lapangan pekerjaan baru untuk meningkatkan penghasilan

warga setempat.

7. Melakukan pemeriksaan IVA sedini mungkin dikarenakan biayanya

murah.

DAFTAR PUSTAKA

62

Page 63: Laporan Penelitian Edit 3

Andrijono. (2007). Kanker Serviks. Jakarta : Divisi Onkologi Departemen Obstetri

dan Gynecologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) .(2007). Survai Kesehatan Reproduksi Remaja. 2007:

Jakarta.

Budiana.(2009). Single Visite Approach Sebagai Upaya Pencegahan Kanker

Serviks. Denpasar : Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Gynecologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar.

Bustan, M.(2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Hacker & Moore.(2001). Essential of Obstetri and Gynaecology alih bahasa Edi

Nugroho. Jakarta: J. George Hypopcrates.

Husaini, YK, dkk.(2000). Perubahan Pola Konsumsi Pangan Keluarga pada

Sebelum dan Sewaktu Krisis Ekonomi. Penelitian Gizi dan Makanan.

Mansjoer.(2005). Gangguan Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Manuaba.(2001). Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Prawirodihardjo, P.(2006). Oncology Ginekolog. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Sajogyo.(1994). Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudarso.(2007). Membuat Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan. Surabaya: Dua

Tujuh.

63

Page 64: Laporan Penelitian Edit 3

Suhardjo.(2003). Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak Cetakan ke 10.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tara, E.(2001). Kanker Pada Wanita. Jakarta : Ladang Pustaka dan Intimedia.

Yatim.(2005). Menopause dan Andropause. Jakarta: YBPSP.

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

FAKULTAS KEDOKTERAN

64

Page 65: Laporan Penelitian Edit 3

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

“BEBERAPA FAKTOR RESIKO TERHADAP KEJADIAN HASIL PEMERIKSAAN IVA POSITIF DI DESA KEDONDONG KECAMATAN

TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO”

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

( Informed Concent )

Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat

penelitian yang berjudul “Beberapa faktor resiko terhadap kejadian hasil

pemeriksaan IVA positif di Desa Kedondong Kecamatan Tulangan Kabupaten

Sidoarjo”, saya mengerti bahwa saya diminta untuk mengisi kuesiner dan

menjawab pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat social

budaya di Desa kami. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membawa

resiko.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan dirahasiakan.

Informasi mengenai identitas saya tidak akan di tulis pada penelitian dan akan

tersimpan secara terpisah di tempat yang aman.

Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai

responden atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sangsi atau

kehilangan semua hak saya. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya

65

Page 66: Laporan Penelitian Edit 3

mengenai penelitian ini atau mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan

telah dijawab dengan memuaskan. Secara sukarela saya sadar dan bersedia

berperan dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan menjadi

responden.

Sidoarjo, September 2013

Responden

(……………………..)

Lampiran 2 : Kuesioner

FAKULTAS KEDOKTERAN

66

Page 67: Laporan Penelitian Edit 3

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

“BEBERAPA FAKTOR RESIKO TERHADAP KEJADIAN HASIL PEMERIKSAAN IVA POSITIF DI DESA KEDONDONG KECAMATAN

TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO”

KUISIONER PENELITIAN

Petunjuk pengisian :

- Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan pilihan jawaban.

- Pilihlah jawaban yang menurut anda benar sesuai dengan apa yang anda

ketahui.

- Jawablah dengan melingkari pilihan yang tersedia.

Identitas r esponden:

Nama :.....................................................................................................

Umur :.....................................................................................................

Alamat :.....................................................................................................

(Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda benar)

1. Apa pendidikan terakhir anda ?

67

Page 68: Laporan Penelitian Edit 3

a. SMP kebawah

b. SMA keatas

2. Apakah anda bekerja ?

a. Iya

b. Tidak

3. Jika anda bekerja, apa pekerjaan anda ?

a. PNS

b. Petani

c. Pedagang

d. Ibu rumah tangga

e. Lainnya ........................................( sebutkan )

4. Berapa penghasilan anda setiap bulan ?

a. < Rp. 1.750.000,-

b. ≥ Rp. 1.750.000,-

5. Usia berapa anda menikah ?

a. < 20 tahun

b. ≥ 20 tahun

6. Apakah sebelum menikah anda pernah berhubungan suami istri ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

7. Jika anda pernah berhubungan suami istri sebelum menikah, berapa usia

anda saat pertama kali berhubungan suami istri ?

a. < 20 tahun

b. ≥ 20 tahun

TERIMA KASIH

68