laporan pkl ampir siap 2
TRANSCRIPT
STUDI TENTANG SEBARAN DAN KERAGAMAN JENIS
MAKRO ALGAE DI PERAIRAN PANTAI SERI,
PULAU AMBON
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
NOCH FENDRES PASUMAIN2008-76-080
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PATTIMURA2012
STUDI TENTANG SEBARAN KERAGAMAN JENIS
MAKRO ALGAE DI PERAIRAN PANTAI SERI
PULAU AMBON
Oleh
Noch Fendres Pasumain
Mahasiswa Fakultas Mipa, Jurusan Biologi, Universsitas Pattimura Ambon
RINGKASAN
Studi tentang keragaman jenis dan kepadatan makro algae telah dilaksanakan di perairan pantai Seri, Pulau Ambon pada selama bulan Maret tahun 2012. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sebaran dan keragaman jenis, kepadatan, frekuensi kehadiran dan dominasi makro algae pada setiap stasion PKL. Pengumpulan data dengan metode transek kuadrat (standing crop) dan koleksi.
Hasil kegiatan lapangan pada masing-masing stasion transek terlihat bahwa stasion 1 memiliki keragaman jenis makro alga tertinggi dari stasion transek lainnya yakni 17 jenis dari 12 marga, dengan kepadatan tertinggi terdapat pada stasion 1 oleh Sargassum crispifolium (198.34 gram/²), frekwensi kehadiran tertinggi adalah dari marga marga Acanthophora (49,65%), dan Nilai dominasi tertinggi diduduki oleh jenis Sargassum crispifolium (49.35%). Kondisi habitat turut dibahas dalam laporan ini.
Kata kunci : Sebaran dan Keragaman Jenis, Kepadatan, Frekuensi Kehadiran, Dominasi Makro Algae, Pantai Seri, Pulau Ambon
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perairan pantai Seri terletak pada posisi S : 037,4986° dan E : 128,16643° , secara
oseanografi merupakan daerah pasang surut yang landai dan mempunyai daerah pasang
surut sempit, dimana panjang garis pantainya mencapai kurang lebih 700 m. Dari pantai
kearah tubir (slope) dapat mencapai kurang lebih 100 meter. Dusun Seri secara geografi
berada pada wilayah Pulau Ambon bagian utara dan secara Administrasi pemerintahan
berada pada wilayah Kecamatan Nusaniwe, Kota Madya Ambon.
Profil daerah pasang surut PantaiSeri terdiri dari habitat karang mati, pecahan karang
mati, pasir, sedikit karang hidup dan tumbuhan lamun (seagrass). Kondisi terumbu karang
maupun habitat di perairan pantai cukup memprihatinkan karena sebagian besar telah rusak.
Kondisi habitat yang dijelaskan diatas tentunya dapat mempengaruhi sebaran dan
keragaman jenis maupun kehidupan biota laut, terutama makro alga.
Makro alga termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta). Tumbuhan ini tidak
memiliki akar, batang dan daun sejati. Makroalga dikenal dengan nama ganggang atau
rumput laut (Atmadja, 1996). Ditinjau secara biologi, makro alga merupakan kelompok
tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni.
Terdapat bermacam jenis makroalga yang dikelompokkan dalam alga merah, alga coklat,
dan alga hijau. Pemanfaatan makroalga bagi kehidupan manusia saat ini telah berkembang
pesat. dimana alga dapat dimanfaatkan hampir dalam semua kebutuhan hidup manusia.
Selanjutnya Kadi (2001) mengatakan bahwa makro alga sudah sejak lama dikenal di
Indonesia sebagai bahan makanan tambahan, sayuran dan obat tradisional. Pemanfaatannya
kemudian berkembang untuk kebutuhan bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi
dan kedokteran.Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon,
vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif, yang dapat diperoleh dengan mengomsumsinya atau
digunakan sebagai obat-obatan.Makro alga juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
(additive) pada proses industri plastic, baja, film, tekstil serta kertas (Chapman, 1949;
Okzaki, 1971), dan dalam bidang bioteknologi maupun mikrobiologi (Atmadja et al, 1990).
Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih
relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia.
Kehadiran komunitas makro alga disuatu Perairan memiliki peran yang cukup besar
terhadap kehidupan biota laut sebagai tempat berlindung dan sebagai tempat mencari makan
(Hutomo, 1977; Randal, 1961; John and Pople, 1973). Dikatakan pula oleh Hutomo (1977)
bahwa komunitas rumput laut juga dapat berperan sebagai habitat bagi organisme laut
lainnya, baik yang berukuran besar maupun kecil seperti Ampiphoda, kepiting dan biota laut
lainnya.
Meningkatnya kebutuhan akan rumput laut ( makroalgae), baik untuk dalam negeri
maupun ekspor keluar negeri maka memacu nelayan/masyarakat pesisir untuk
mengeksploitasinya secara besar-besaran dialam yang dikuatirkan akan terjadi kerusakan
lingkungan, maka dicari pemecahannya.
Bertolak dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan praktek
kerja lapangan dengan judul “Studi Tentang Sebaran dan Keragaman Jenis Makro Alga
(seaweed) di Perairan Pantai Seri, Pulau Ambon”
1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1).Berapa besar keragaman jenis dan kepadatan Makroalga di perairan pantai Seri,
Pulau Ambon
(2).Berapa besar persentase frekuensi kehadiran dan nilai dominasi makro alga di
perairan pantai Seri, Pulau Ambon.
1.3.Tujuan Praktek
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
(1). Untuk mengetahui kepadatan Makroalga yang terdapat di perairan Pantai Seri, Pulau
Ambon.
(2). Untuk mengetahui keragaman Makroalgae yang terdapat di perairan Pantai Seri,
Pulau Ambon.
1.4. Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah:
(1).Sebagai bahan informasi pada masyarakat sekitar tentang Makroalgae sehingga
diperoleh gambaran mengenai pengeksploitasiannya tanpa merusak lingkungan.
(2).Sebagai informasi bagi peneliti dan mahasiswa jurusan Biologi FMIPA-
UNIVERSITAS PATTIMURA Ambon.
(3).Sebagai tambahan pengetahuan dan masukan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Klasifikasi Makro Algae
Menurut Atmadja & Sulistijo (1988: 5), makro algae dapat diklasifikasikan menjadi
3 divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu: Chlorophyta,
Phaeophyta, Rhodophyta.
(a).Divisi Chlorophyta
Makro algae divisi chlorophyta memiliki thalli berbentuk filamen, membran, dan
tabung. Makro algae tersebut umumnya menempel pada substrat di dasar perairan laut karang
mati, fragmen karang, dan pasir. Chlorophyta dapat bersifat uniseluler atau multiseluler
(Gupta 1981: 42; Kadi 1996: 6-7). Chlorophyta memiliki pigmen fotosintetik, berupa klorofil
a dan b, karoten, xantofil, violasantin, dan lutein. Cadangan makanan Chlorophyta berupa
pati, inulin, minyak dan lemak. Dinding sel umumnya mengandung selulosa, hemiselulosa,
dan sporopolenin (Bell & Hemsley 2004: 39).
(b).Divisi Phaeophyta
Makro Algae divisi Phaeophyta memiliki bentuk thalli lembaran, bulat atau
menyerupai batang. Thalli tersebut berwarna coklat, berbentuk filamen bercabang, dan
bentuk seperti lembaran daun (Dawes 1981: 138 & 141). Makro Algae tersebut umumnya
menempel pada substrat dengan holdfast berbentuk cakram. Phaeophyta memiliki pigmen
fotosintetik berupa klorofil a dan c, xantofil, fukosantin, dan diatosantin. Cadangan makanan
phaeophyta berupa laminaran dan mannitol. Dinding sel umumnya mengandung alginic dan
fucinid acid.
(c).Divisi Rhodophyta
Makro Algae divisi Rhodophyta memiliki thalli, berbentuk silindris, pipih, dan
lembaran. Makro Algae tersebut umumya memiliki thalli berwarna merah, ungu, pirang,
coklat, dan hijau (Bold & Wynne 1978: 456; Atmadja 1996: 80). Rhodophyta memiliki
pigmen fotosintetik, berupa klorofil a dan d, fikosianin, fikoeritrin, karoten, dan tetraxantofil.
Cadangan makanan Rhodophyta berupa floridean starch dan galactoside floridoside. Dinding
sel umumnya mengandung polysulphate esters (Gupta 1981: 282; Levinton 2001: 271)
2.2.Morfologi Makro Alga
Alga atau ganggang adalah kelompok thallopyta yang berklorofil. Berdasarkan
ukuran struktur tubuhnya, alga dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu: (1). Makro Algae,
yaitu alga yang mempunyai bentuk dan ukuran tubuh makroskopik; dan (2).Mikro Algae,
yaitu alga yang mempunyai bentuk dan ukuran tubuh mikroskopik. Morfologi makro alga
seperti terlihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Morfologi Makro alga (Afrianto dan Liviawati, 1993).
2.3.Reproduksi Makro Alga
Makro alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus ( uniselular
dan multiselular ), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga
yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel ( Sulisetijono, 2009 )
Menurut Sulisetijono (2009), ada tiga cirri reproduksi seksual pada algae yang dapat
digunakan untuk membedakannya dengan tumbuhan hijau yang lain. Ketiga ciri yang
dimaksud adalah :
1. Pada alga uniselular, sel itu sendiri berfungsi sebagai sel kelamin (gamet).
2. Pada alga multiselular, gametangium (organ penghasil gamet) ada yang berupa sel
tunggal, dan ada pula gamitangium yang tersusun dari banyak sel.
3. Sporangium (organ penghasil spora) dapat berupa sel tunggal,dan jika tersusun dari
banyak sel, semua penyusun sporangium bersifat fertil.
2.4. Habitat Makro Alga
Makro algae merupakan tumbuhan thalus yang hidup di air, setidak – tidaknya selalu menempati habitat yang lembap atau basah. Penyebaran makro alga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar matahari yang cukup untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesis.Daerah yang cocok bagi kehidupan alga adalah batuan, ataupun karang. Biasanya makro alga sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur atau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk tempatnya melekat. Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang, cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya.
BAB III
TINJAUAN LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1.Sejarah Singkat
Berdasarkan SK Kepala LIPI No. 1011/M/202 tahun 2002 tentang Reorganisasi LIPI
maka status Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut berubah menjadi Unit
Pelaksana Teknis dengan nama UPT. Balai Konservasi Biota Laut (UPT BKBL). Secara
struktural UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI dan tidak lagi membawahi 4 stasiun
penelitian yang ada (Stasiun Penelitian Tual, Stasiun Penelitian Biak, Stasiun Penelitian
Bitung, dan Stasiun Penelitian Lombok).
UPT. Balai Konservasi Biota Laut LIPI Ambon bertugas melaksanakan penelitian
dan konservasi wilayah perairan Maluku dan sekitarnya yang meliputi pelayanan jasa dan
informasi kelautan, kajian tentang ekosistem perairan dan ekosistem laut dalam, wisata laut
(eco-tourism), budidaya biota laut langkah (indanger species) dan jenis biota ekonomis
penting.
Reorganisasi LIPI yang dilakukan telah mengantarkan kita untuk mengubah paradigm
dari yang bersifat melihat kedalam (inward looking) menuju melihat kearah luar (outward
looking). Perubahan-perubahan tersebut sudah selayaknya memerlukan suatu penjabaran
dalam program pengembangan ilmu pengetahuan, serta berbagai aspek penunjang lainnya.
UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon telah menetapkan program kegiatan yang
berorientasi pada geografis Maluku sebagai Provinsi kepulauan, penelitian konservasi biota
langka, kebutuhan data, dan informasi kelautan serta issu-issu kontemporer. Oleh karena itu
maka UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon memerlukan adanya “Rencana
Strategis” sebagai dokumen acuan yang bersifat mengikat dan konsekwen.
3.2.Visi dan Misi
Rumusan visi UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon yang merupakan
panduan untuk menyikapi tantangan masa depan tersebut adalah:
Untuk mencapai visi tersebut, maka perlu ditetapkan misi yang tepat dan lebih
berorientasi pada kondisi geografi dan kondisi setempat:
1. Meningkatkan pelayanan public dalam menyediakan data dan informasi kelautan yang
akurat, tepat waktu, dan tepat guna, serta
2. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian dan konservasi biota laut dalam
menunjang kelangsungan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati laut berbasis
ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan bangsa.
3.3.Tugas
Dalam stuktur organisasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), maka UPT.
Balai Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon berkedudukan dibawah Pusat Penelitian
Oseanografi – LIPI. Sementara dalam struktur pemerintahan UPT. Balai Konservasi Biota
Laut, LIPI Ambon berkedudukan sebagai eselon III-A.
UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon merupakan unsure pelaksana tugas-
tugas penelitian Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI di kawasan timur Indonesia. Dan sesuai
dengan tugas pokok induk organisasinya, maka UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI
Ambon mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
1. Membantu pemerintah dalam pembinaan ilmu dan teknologi (IPTEK) di bidang kelautan
untuk pembangunan.
2. Membantu pemerintah dalam melaksanakan program riset nasional dalam ilmu kelautan
yang mendukung rencana pembangunan nasional.
3. Melakukan eksplorasi sumber-sumber kekayaan laut.
Terwujudnya kemampuan penelitian dan konservasi
biota laut yang tangguh dalam akuisi data dan
penyedian informasi kelautan bagi
4. Memanfaatkan serta mengamankan sumber-sumber kekayaan laut untuk kesejahteraan
bangsa dan Negara.
Dalam mengemban tugas pokok tersebut, UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI
Ambon menyelenggarakan penelitian Oseanologi di perairan kawasan timur Indonesia yang
mencakup penelitian-penelitian oseanografi, biologi, ekologi, dan budidaya. Penelitian akan
meliputi kegiatan-kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyiapan data, dan informasi ilmiah
tentang berbagai aspek oseanografi, biologi, budidaya perairan, dan ekologi perairan
kawasan timur Indonesia.
Untuk mewadahi empat ruang lingkup penelitian tersebut, maka UPT. Balai
Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon pada saat ini memiliki delapan kelompok penelitian
yaitu Kelompok Penelitian Vertebrata, Kelompok Penelitian Invertebrata, Kelompok
Penelitian Botani, Kelompok Penelitian Oseanografi Fisika, Kelompok Penelitian Kimia,
Kelompok Penelitian Ekologi, dan Kelompok Penelitian Budidaya Perairan.
3.4.Kebijakan dan Program
3.4.1.Kebijakan
Kebijakan penelitian dan konservasi UPT. Balai Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon
sebagai tindak lanjut dari faktor kunci keberhasilan dapat di jabarkan dalam tiga kebijakan
masing-masing sebagai berikut :
1. Kebijakan Penelitian
a. Penelitian dan konservasi sumber daya hayati laut dan lingkungan.
b. Menyusun manajemen data (data center) sesuai kebutuhan.
2. Kebijakan Sumber Daya Manusia
a. Mengembangkan jumlah dan kualitas SDM.
b. Melembagakan nilai-nilai organisasi.
3. Kebijakan Kelembagaan
a. Tingkatkan kinerja dan daya saing organisasi.
b. Rekonstruksi system manajemen organisasi.
c. Rehabilitasi sarana dan prasarana yang rusak akibat konflik.
d. Mengembangkan sarana pendukung seperti, peralatran penelitian, laboratorium,
koleksi specimen, perpustakaan, dan kapal penelitian.
3.4.2. Program
Program penelitian dan konservasi mengacu pada tugas dan fungsi dari UPT. Balai
Konservasi Biota Laut, LIPI Ambon, program kompetitif LIPI dan program Kedeputian Ilmu
Pengetahuan Kebumian LIPI seta tiga program utama Pusat Penelitian Oseanografi maka
UPT. Balai Konservasi Biota, LIPI Ambon juga mempunyai program utama yang
diantaranya adalah Program Inverntarisasi Sumber Daya Laut dan Monitoring Lingkungan.
Perairan Maluku dan sekitarnya memiliki keragaman biota laut yang tinggi dapat
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Pengetahuan akan potensi biota laut
ekonomis penting, biota laut langka, potensi wisata bahari dan tingkat kerusakan lingkungan
sangat diperlukan. Hal ini sangat penting untuk memberikan masukan bagi pemerintah dalam
menentukan langkah-langkah pengelolaan dan kemungkinan manfaatnya bagi peningkatan
taraf hidup masyarakat. Pemulihan lingkungan laut dan pesisir serta pemulihan benih
(restocking) biota laut langka serta kebijakan pengembangan wisata bahari. Sehubungan
dengan itu program inventarisasi sumber daya laut sangatlah diperlukan untuk. Program ini
dapat dikelompokan dalam tiga kegiatan besar yaitu:
1. Inventarisasi Potensi Sumber Daya Hayati Laut Wilayah Pesisir.
2. Inventarisasi Potensi Wisata Bahari.
3. Inventarisasi Biota Laut Langka (Idanger Spesies)
4. Monitoring lingkungan wilayah pesisir.
BAB III
METODE KERJA
4.1. Waktu dan Tempat pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini telah dilaksanakan di perairan Pantai Seri, Kecamatan Nusaniwe,
Kota Madya Ambon, Propinsi Maluku pada bulan Maret tahun 2012.Peta lokasi PKL terlihat
pada gambar 2.
Gambar 2. Peta perairan pantai Dusun seri
4.2.Alat dan Bahan
4.2.1. Alat PKL
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini dapat dilihat pada
dibawah ini:
Pencil sebagai alat untuk mencatat data-data
Meter roll sebagai tali transek
G.P.S untuk penentuan posisi stasion transek
Kerta water proof untuk mencatat data dilapangan
Pelampung sebagai penampung sampel dan alat-alat
Wadah plastic sebagai penampung sampel di lapangan
Timbangandigital untuk menimbang sampel
Kamera underwater untk memotret kegiatan lapangan maupun di laboratorium termasuk
pemotretan sampel
4.2.2. Bahan PKL
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan, dapat dilihat bawah ini:
Sampel Rumput laut
Formalin 40 % dan diencerkan menjadi 5 % (bahan pengawet sampel)
Tissue dan kain majun untuk membersihkan peralatan dilapangan maupun di
Laboratorium
Buku tulis untuk mencatat data-data
Buku Identifikasi
4.3. Metode penelitian
Pengumpulan data dengan metode koleksi dan transek kuadrat yang dibuat tegak
lurus garis pantai ke arah tubir (slope) dengan selang 100 meter. Pada setiap interval 10
meter dari garis pantai dilakukan sampling biomassa rumput laut pada bingkai besi berukuran
50 x 50 cm2, kemudian hasilnya ditampung dalam kantung plastik, diseleksi dan dipisahkan
menurut jenis dan marga. Semua sampel hasil transek dianalisis di Laboratorium Biologi
LIPI Ambon. Identifikasi dilakukan menurut Taylor (1960), Magruder (1979), Cordero
(1980) dan Dawson (1966).
Laut
Plot 50 cm²
Meteran
Garis pantai
Tr. I Tr.II Tr.III
Darat
Gambar 1. Letak setiap transek pada lokasi penelitian
4.4. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui sebaran makro algae pada suatu areal (lokasi penelitian/
transek), maka analisa data dilakukan mengikuti Indeks Morisita (ELLIOT, 1977) :
S[x(x – 1) (Sx)² - Sx
Ið = n ---------------------- = n ------------------
Sx(Sx - 1) (Sx)²- Sx
Dimana :
Sx = Total sampel
n = Unit sampel
Apabila nilai Ið = 1 maka penyebarannya acak
Apabila nilai Ið < 1 maka penyebarannya ragam
Apabila nilai Ið > 1 maka penyebarannya berkelompok
Untuk mengetahui nilai dominasi makro alga (Dm), Kepadatan total (Kt) dan
Frekwensi kehadiran (Fk) dengan menggunakan formula Saito et al (1976) dan Misra
(1986) adalah sebagai berikut : Dm = v Kt x Fk
Dimana : Dm = Nilai dominasi setiap jenis makro algae
Kt=Nilai kepadatantotal (Gr
m2 )=Berat basahsetiap jenisBerat seluruh jenis
Fk=frekuensi kehadiran (% )=FK setiap jenis¿ tal plot
X 100 %
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Keadaan Umum Lokasi PKL
Kegiatan PKL ini telah dilaksanakan di pesisir pantai Dusun Seri, KIecamatan Nusaniwe,
Pulau Ambon yang terletak pada posisi S : 037,4986° dan E : 128,16643°. Penentuan posisi
stasion PKL dengan menggunakan GPS. Perairan pantai Seri secara oseanografi merupakan
daerah pasang surut yang landai dan mempunyai daerah pasang surut sempit, dimana panjang
garis pantainya mencapai kurang lebih 700. Dari pantai kearah tubir (slope) dapat mencapai
kurang lebih 100 meter. Dusun Seri secara geografi berada pada wilayah Pulau Ambon
bagian utara dan secara Administrasi pemerintahan berada pada wilayah Kecamatan
Nusaniwe, Kota Madya Ambon.
Profil daerah pasang surut terdiri dari habitat karang mati, pecahan karang mati,
pasir, sedikit karang hidup dan tumbuhan lamun (seagrass). Kondisi terumbu karang
maupun habitat di perairan pantai cukup memprihatinkan karena sebagian besar telah rusak.
Oleh karena itu perlu mendapat perhatian masyarakat maupun pemerintah setempat untuk
mencegahnya.
Kondisi habitat yang dijelaskan diatas tentunya dapat mempengaruhi sebaran dan
keragaman jenis maupun kehidupan biota laut, terutama makro alga. Hal ini terbukti dari
hasil perolehan jenis makro alga yang relative sangat rendah.
5.2. Sebaran dan Keragaman Jenis
Dari hasil identifikasi jenis terlihat bahwa stasion transek I memiliki jumlah jenis
tertinggi yang diduduki oleh makro alga merah (8 jenis), kemudian diikuti makro algae hijau
(Chlorophyceae) sebanyak 6 jenis, sedangkan makro algae coklat (Phaeophyceae) sebanyak
5 jenis. Perbandingan antara Rhodhophyceae, Chlorophyceae dan Phaeophyceae antara lain
sebagai berikut : 8 : 6 : 5. Dari hasil PKL ini terlihat bahwa keragaman jenis makro algae
merah (Rhodophyceae) lebih tinggi dari makro alga hijau (Chlorophyceae) dan coklat
(Phaeophyceae), disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis - jenis makro algae yang terdapat di peraira Pantai Seri (Tr.1, Tr.2, Tr.3), Pulau Ambon tahun 2012
No. Fillun/JenisSTASION TRANSEK
Stasion I Stasion II Stasion IIIA. RHODOPHYCEAE 6 5 31 Acanthophora specivera x x o2 Gracilaria crassa x o o3 Gracilaria lichenoides o x o4 Gracilaria salicornia x o x5 Gracilaria eucheumoides x o o6 Actinotrichia fragilis o x x7 Jania arborescens x x o8 Galaxaura subfruticolosa x x xB. PHAEOPHYCEAE 5 3 51 Sargassum crispifolium x o x2 Turbinaria Ornata x o x3 Padina australis xx x x4 Padina crassa x x x5 Dyctiota patens x x xC. CHLOROPHYCEAE 6 4 51 Caulerpa sertularoides x o x2 C. serrulata x x x3 Halimeda opuntia xx o x4 H. macroloba x x x5 Neumeris annulata x x x6 Dictyosphaeria cavernosa x x o
Jumlah Jenis 17 12 13Jumlah Marga 12 11 10
Keterangan : xx ) = banyak/dominan x) = ada 0) = tidak ada.
Komposisi makro algae pada masing-masing stasion transek terlihat bahwa stasion
transek I memiliki komposisi jenis yang lebih besar dari stasion transek lainnya yakni 17
jenis dari 12 marga yang terdiri dari 8 jenis makro alga merah, 5 jenis makro algae coklat,
dan hijau 6 jenis makro algae hijau (Table 1).Pada diatas terlihat bahwa perbedaan musim
dan habitat pada setiap stasion transek sangat berpengaruh terhadap sebaran jenis maupun
komposisi jenis makro alga.
5.3. Kepadatan
Hasil penghitungan data dari transek menunjukan bahwa kepadatan rumput laut
dimasing-masing stasion transek sangat bervariasi, kepadatan tertinggi adalah jenis
Acanthophora dari Rhodophyceae, yakni 195,65 % diikuti oleh jenis Sargassum dari
Phaeophyceae, yakni 149, 56%. Kepadatan tertinggi ke-3 adalah dari jenis Caulerpa dari
Chlorophyceae, yakni 152,64 %. Ke tiga jenis ini ditemukan sangat padat pada stasion
transek ke-1. (Tabel 2)
Tabel 2.Kepadatan makro alga (gram/m2) pada setiap stasion transek di perairan pantai Seri, Pulau Ambon tahun 2012
No. Fillun/JenisSTASION TRANSEK
Stasion I (gr/m²)
Stasion II(gr/m²)
Stasion III(gr/m²)
A. RHODOPHYCEAE1 Acanthophora specivera 178.65 165.46 108.652 Gracilaria crassa 165.48 144.35 182.543 Gracilaria lichenoides 150.25 129.55 155.264 Gracilaria salicornia 161.42 113.46 106.285 Gracilaria eucheumoides 126.25 110.45 115.286 Actinotrichia fragilis 95.76 84.26 68.367 Jania arborescens 63,48 42,56 50,348 Galaxaura subfruticolosa 41.22 32,50 34,65B. PHAEOPHYCEAE1 Sargassum crispifolium 198.34 167.36 179.452 Turbinaria Ornata 163.58 126.54 154.303 Padina australis 121.45 96.54 79,464 Padina crassa 114.36 78.45 108.355 Dictyopteris acrostichoides 56.40 42,65 48,36C. CHLOROPHYCEAE1 Caulerpa sertularoides 87.86 68.54 76.502 C. serrulata 75.84 64,56 70.253 Halimeda opuntia 117.45 76.54 72,454 H. macroloba 65.38 46.62 73.545 Neumeris annulata 42,26 37,45 54,356 Dictyosphaeria cavernosa 34.25 28,64 30,65
Keterangan : xx ) = banyak/dominan x) = ada 0) = tidak ada.
5.4. Frekuensi Kehadiran
Kehadiran dan pertumbuhan makro algae disuatu tempat bervariasi dan sangat
tergantung dari habitat, musim dan kondisi perairan yang memadai. Menurut frekwensi
kehadiran makro algae pada setiap stasiuon transek terlihat bahwa kelompok makro algae
merah (Rhodophyceae) menempati nilai tertinggi yakni dari marga Acanthophora
(49,65%), kemudian diikuti oleh makro algae coklat (Phaeophyceae) yakni dari jenis
Sargassum (38,65 %), dan disusul oleh makro algae hijau (Chlorophyceae) yakni dari
marga Caulerpa (32.45%) , ketiganya dominan muncul pada stasion transek ke-1.
disajikan pada table 3.
Tabel 3.Nilai frekuensi makro alga yang terdapat pada setiap stasion transek di perairan pantai Seri,Pulau Ambon tahun 2012
No. Fillun/JenisSTASION TRANSEK
Stasion I Stasion II Stasion IIIA. RHODOPHYCEAE1 Acanthophora specivera 39.45 34.50 42.562 Gracilaria crassa 46.52 33.80 44.653 Gracilaria lichenoides 39.46 49.45 52.454 Gracilaria salicornia 49.75 35.85 37.465 Gracilaria eucheumoides 35.50 28,45 36.546 Actinotrichia fragilis 24.76 16.72 15,207 Jania arborescens 22,38 25,38 26,388 Galaxaura subfruticolosa 34,56 26,45 33,62B. PHAEOPHYCEAE1 Sargassum crispifolium 54.35 43.46 50.652 Turbinaria Ornata 48.54 32,45 16.283 Padina australis 37.46 41.35 39.464 Padina crassa 36.85 29.45 32.545 Dyctiota patens 16.46 9.84 13,45C. CHLOROPHYCEAE1 Caulerpa sertularoides 38.45 21.46 32.642 C. serrulata 32.35 18.46 28.273 Halimeda opuntia 37,85 34.35 36.894 H. macroloba 25.64 16.65 28.955 Neumeris annulata 13,46 11,35 16,406 Dictyosphaeria cavernosa 11,26 13,22 18,56
5.5.Nilai Dominasi
Hasil analisis menunjukan bahwa nilai dominasi rumput laut tertinggi masih
dipegang oleh Jenis Achanthopora, yakni 98,64 % , diikuti Sargassum, yakni 78,64 %, dan
Caulerpa yakni 94,35 %. Nilai dominasi tertinggi dari ketiga jenis ini masih ditemukan pada
stasion transek ke-4. (Tabel 4).
Tabel 4.Nilai dominasi makro algae (gram/m2 ) pada setiap stasion transek di perairan pantai Seri, Pulau Ambon tahun 2012
No. Fillun/JenisSTASION TRANSEK
Stasion I Stasion II Stasion IIIA. RHODOPHYCEAE1 Acanthophora specivera 35.64 30.46 28.542 Gracilaria crassa 38.42 28.35 32.563 Gracilaria lichenoides 30.35 26.54 22.454 Gracilaria salicornia 31.45 23.38 26.525 Gracilaria eucheumoides 28.36 31.20 15.646 Actinotrichia fragilis 15.65 10.26 18.327 Jania arborescens 13,60 12,52 11,328 Galaxaura subfruticolosa 11.22 8,43 6,65B. PHAEOPHYCEAE1 Sargassum crispifolium 49.35 37.56 42.342 Turbinaria Ornata 43.58 42.96 35.293 Padina australis 42.45 21.56 37,464 Padina crassa 44.65 34.25 38.545 Dyctiota patens 10.34 13,46 8,65C. CHLOROPHYCEAE1 Caulerpa sertularoides 37.86 32.26 36.542 C. serrulata 43.68 24,56 27.263 Halimeda opuntia 38.74 33.26 29,564 H. macroloba 26.38 21.28 23.545 Neumeris annulata 14,64 7,72 9,356 Dictyosphaeria cavernosa 11.25 6,20 4,36
Perbedaaan kepadatan, frekuensi kehadiran dan nilai dominasi makro algae, karena
ada perbedaan habitat dan faktor musim. Disamping karena penggunaan bahan pestisida dan
bahan peledak oleh nelayan dalam penangkapan ikan menyebabkan rendahnya kepadatan
dan nilai dominasi makro algae. Pada stasion 3 memiliki struktur substrat yang bervariasi
yakni berupa karang mati, pecahan karang mati, karang hidup, pasir dan sedikit lumpur
dengan vegetasi berupa tumbuhan lamun (seagrass). Sedangkan struktur substrat di keempat
perairan lain umumnya berupa karang mati, pecahan karang mati, pasir bercampur Lumpur
dan tidak terdapat tumbuhan lamun. Disamping itu lebih banyak mendapat tekanan yang
berlebihan dari masyarakat, menyebabkan rendahnya keragaman jenis, kepadatan dan
dominsai makro algae.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diberikan beberapa kesimpulan yang
antara lain sebagai berikut :
(1).Jumlah jenis makro alga yang diperoleh di perairan pantai Seri,Pulau Ambon pada
tanggal bulan Maret 2012 adalah sebanyak 20 jenis dari 14 marga . Jenis-jenis
tersebut terdiri dari divisi Cholorophyta (8 jenis), Phaeophyta (6 jenis), dan
Rhodophyta (6 jenis).
(2).Kepadatan total makro alga tertinggi terdapat pada stasion 1 oleh Sargassum
crisphifolium (198.34 grm/m²). Demikian juga frekuensi kehadirannya yaitu 54.35
dan diikuti oleh Turbinaria ornata masing-masing adalah 163.58 grm/m² dan
48.54%.
(3).Nilai dominasi makro alga tertinggi juga dapat distasion 3 oleh makro alga coklat
yakni oleh Sargassum crispilfolium (49.35%), dan diikuti oleh Turbinaria ornata
(43.58%).
6.2. Saran
(1).Diperlukan suatu kajian yeng teliti untuk mengetahui pengaruh parameter fisika,
kimia, habitat dan musim terhadap kelimpahan makro alga di perairan pantai Seri
dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, W.S. Sulistijo dan H. Mubarak, 1990. Potensi Pemanfaatan dan Prospek Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Badan Pengembangan Ekspor Nasional. Dep. Perdagangan dan Koperasi, Jakarta 13 hal.
Chapman, V.J. and D.J Chapman, 1980. Seaweeds and Their Uses. Third Edition, New York. London.
Codero, P.A.J, 1980. Taxonomy and distribution of Philiphine useful seaweed. National Research Council of the Philipines. Bictun, Tagig, Metro Manila Philipines :73 pp.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. John Willey % Sons, New York
Elliott, J. M., 1977. Statistical Analisis of Samples of Benthic Invertebrate. Freshwater Biological Association Scientific Publication. No. 25 Second Edition. 157 p.
Kadi, A. 2001. Rumput Laut Di Beberapa Perairan Pantai Indonesia. Jurnal Oseana, 4 :25-36.
Misra. R.1986. Ecological Workbook.Food and IBM Publish.Co. New Dehli :24 pp.
Saito, Y.H., Zasaki and K.Watanabe, 1976. Succesion of algae communities on the vertical substratum faces of break water in Japan. Phycologia, Vol. 15 (1) : 93 – 100.
Soegiarto, S, Sulistijo dan W.S. Atmadja, 1977. Perutumbuhan Algae laut Eucheuma spinosum pada berbagai kedalaman Oceanologi di Indonesia. Puslitbang Oseanologi –LIPI Jakarta.
Sulistijo, 1985. Budidaya Rumput Laut. Lembaga Oseanologi Nasional LIPI, Jakatra
Taylor, W.R., “Merumput Rumput Laut” Majalah Aqua. Fakultas Perikanan Universitas Brahwijaya, Malang.
LAMPIRAN 1.
Jenis-jenis makro alga yang di peroleh pada setiap stasion transek di perairan pantai Seri, Pulau Ambon
A.Kelompok Alga Merah (Rhodophyceae)
Nama Lokasi:
Acanthophora specivera Stasion 1 & 2 (Pantai Seri,Pulau Ambon)
Nama Lokasi:
Gracilaria crassa Stasion 1 & 3 (Pantai Seri,Pulau Ambon)
Nama : Lokasi:
Gracilaria lichenoides Stasion 2 & 3 (Pantai Seri,Pulau Ambon)
Nama: Lokasi:
Gracilaria salicornia Stasion 1 & 3 (Pantai Seri,Pulau Ambon)
A.Kelompok Alga Merah (Lanjutan)
Nama Lokasi:
Galaxaura subfruticulosa Stasion 1 & 2 (Pantai Seri,Pulau Ambon)
Nama Lokasi:
Jania arborescens Stasion 1 & 3 (Pantai Seri,Pulau Ambon)
Nama : Lokasi:
Actinotrichia fragilis Stasion 2 & 3 (Pantai Seri,Pulau Ambon)
Nama: Lokasi:
Gracilaria eucheumoides Stasion 1 & 3 (Pantai Seri,Pulau Ambon)
B.Kelompok Makro algae Coklat (Phaeophyceae)
Nama : Lokasi:
Sargassum crispifolium Stasion 1 & 3 (Pantai Seri pulau Ambon)
Nama : Lokasi:
Turbinaria ornata Stasion 1, 2 & 3(Pantai seri pulau Ambon)
Nama : Lokasi:
Padina australis Stasion 1,2&3 (Pantai Seri, Pulau Ambon)
B.Kelompok Makro alga Coklat (Lanjutan)
Nama : Lokasi:
Padina crassa Stasion 1,2 &3(Pantai seri pulau Ambon)
Nama Gambar : Lokasi:
Dictyopteris acrosticoides Stasion 1 & 3 (pantai Seri, Pulau Ambon)
C. Kelompok Makro hijau (Chlorophyceae)
Nama Gambar:Lokasi:
Caulerpa sertularoides Stasion 1& 2 ( (Pantai Seri,Pulau Ambon)
Nama Gambar: Lokasi:
Caulerpa serullata Stasion 1 & 3 (Pantai Seri, Pulau Ambon)
Nama Gambar : Lokasi:
Halimeda opuntia Stasion 1,2&3 (Pantai Seri, Pulau Ambon)
Nama Gambar : Lokasi:
Halimeda macroloba Stasion 1 &3(Pantai Seri, Pulau Ambon)
C.Kelompok makro alga hijau (Lanjutan)
Nama Gambar : Lokasi:
Neumeris annulata Stasion 2 & 3(Pantai Seri, Pulau Ambon)
Nama : Lokasi:
Dyctyospheria cavernosa Stasion 2 & 3 (Pantai seri pulau Ambon)
LAMPIRAN 2.
Kegiatan lapangan Praktek kerja lapangan di Pantai Desa Seri, kecamatan Nusaniwe Pulau Ambon.
Lokasi Pantai Desa Seri (2)Lokasi Pantai Desa Seri
Pengumpulan Spesies pada Transek Penentuan lokasi dengan G.P.S
LAMPIRAN 3.
Kegiatan Identifikasi Jenis Spesies di Laboratorium LIPI, Ambon.
Pengambilan data Pengukuran sampel
Pengambilan sampel Penimbangan sampel
Pemisahan sampel Pemisahan Sampel (2)
Pengidentifikasian jenis