laporan pkl fajar

Upload: siti-khalifah

Post on 10-Feb-2018

305 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    1/72

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Industri farmasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

    mendukung terwujudnya pembangunan nasional, terutama di bidang kesehatan,

    karena industri farmasi merupakan salah satu sarana penunjang upaya

    peningkatan derajat kesehatan nasional melalui pengadaan dan penyediaan produk

    obat yang dihasilkan.

    Masalah kesehatan dapat diatasi salah satunya dengan mengkonsumsi obat,

    selain sebagai bahan yang dapat meredakan, menghilangkan, mendiagnosa dan

    mencegah gangguan kesehatan serta menjaga kesehatan tubuh, obat juga

    merupakan racun bagi tubuh jika digunakan tidak pada dosisnya atau

    kegunaannya. Oleh karena itu, obat memiliki prosedur dan proses pembuatan

    tersendiri agar aman untuk dikonsumsi dan dapat memberikan efek terapi yang

    diinginkan. Begitu pentingnya karena menyangkut nyawa manusia, Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia, WHO dan negara-negara diseluruh dunia pun

    membuat berbagai acuan , standar dan persyaratan mengenai obat, salah satunya

    mengenai pembuatan obat.

    CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) merupakan salah satu persyaratan

    dan pedoman dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam hal

    pembuatan obat yang harus dipatuhi setiap industri farmasi. Produk-produk obat

    yang dihasilkan oleh industri farmasi tersebut harus memiliki mutu dan kualitas

    yang tinggi. Dengan produk obat yang bermutu dan berkualitas tinggi yang

    1

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    2/72

    dihasilkan oleh suatu industri farmasi maka akan memungkinkan industri farmasi

    tersebut untuk bersaing dengan industri farmasi lainnya dan akan mendapatkan

    kepercayaan dari masyarakat luas sehingga dapat mendukung peningkatan derajat

    kesehatan. Oleh karena itu dalam setiap pelaksanaan aktivitas produksinya

    industri farmasi wajib menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),

    sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah

    ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunannya.

    Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan dan

    perkembangan industri farmasi menghasilkan banyak obat baru yang beredar

    dipasaran. Seiring perkembangan teknologi farmasi, obat-obat tersebut terus

    berkembang menjadi suatu sediaan yang dapat membantu manusia mengurangi

    atau mengatasi masalah kesehatan dengan berbagai keunggulan dan kemudahan

    yang dimilikinya.

    Industri farmasi sebagai produsen obat mempunyai peranan yang besar

    terhadap kemajuan tersebut. Dibalik semua itu, proses pembuatan dan

    pengawasan mutu adalah yang terpenting. Pembuatan dan pengawasan mutu

    menentukan kualitas obat yang dihasilkan dan semua itu kembali lagi kepada

    CPOB sebagai persyaratan dan pedoman dari pemerintah Indonesia.

    Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II sebagai institusi pendidikan farmasi yangmendidik, melatih dan mempersiapkan ahli madya farmasi harus mampu

    memberikan ilmu pengetahuan sebagai aspek teoritis yang memadai. Hal ini

    dimaksudkan agar ahli madya farmasi tersebut dapat menerapkan ilmunya dengan

    baik sehingga siap terjun dan mampu bersaing dalam dunia kerja di bidang

    2

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    3/72

    industri farmasi. Agar dapat menghasilkan tenaga farmasi yang berkualitas, aspek

    teoritis yang telah didapat selama perkuliahan harus didukung oleh aspek praktek.

    Sehubungan dengan hal itu Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

    menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan (PKL), salah satunya di PT. Supra

    Ferbindo Farma yang telah menerapkan CPOB merupakan salah satu industri

    farmasi yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

    derajat kesehatan nasional.

    3

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    4/72

    1.1 Tujuan PKL

    Tujuan dilaksanakannya PKL ini adalah :

    1. Memperoleh dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai ruang

    lingkup kegiatan industri farmasi.

    2. Mengaplikasikan teori teori yang didapat selama perkuliahan sehingga

    memahami peran ahli madya farmasi dalam bidang industri farmasi.

    3. Mengetahui dan memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik di

    lapangan.

    4. Mengetahui cara pembuatan obat, alat-alat yang digunakan dalam pembuatan

    obat dan menganalisa obat dengan baik, serta penyimpanan barang farmasi.

    1.2 Tempat dan Waktu PKL

    PKL dilaksanakan di PT. Supra Ferbindo Farma yang berlokasi di East Jakarta

    Industrial Park Plot 8 J Lemah Abang, Cikarang ,Bekasi 17550 pada tanggal 1

    Mei 29 Mei 2009.

    4

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    5/72

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Industri Farmasi

    Industri Farmasi atau obat merupakan campuran yang kompleks dan terdiri

    dari orang-orang yang saling bergantung dalam profesi, perdagangan, perusahaan

    dan organisasi. Masing-masing terikat pada aktivitas penyediaan kebutuhan obat

    secara rasional.

    Dalam pengertian luas, industri farmasi meliputi semua orang yang terlibat

    atau yang dibutuhkan, mulai dari obat itu dimimpikan oleh seorang ahli sampai

    waktu dipakai oleh si pasien (Ansel,1989).

    Dalam pengertian sempit, industri farmasi sering diartikan dengan riset obat-

    obatan dan perusahaan-perusahaan atau pabrik farmasi yang menyediakan obat

    untuk diracik atau dalam bentuk obat siap pakai bagi para ahli farmasi

    (Ansel,1989).

    Beberapa perusahaan mengkhususkan diri pada pembuatan obat-obat paten

    atau obat-obat yang dijual bebas dan diiklankan secara langsung kepada umum,

    yang lainnya mengkhususkan diri pada pembuatan obat golongan tidak bebas

    untuk diberikan melalui resep dokter atau langsung, tetapi cukup dipromosikankepada tenaga-tenaga dalam bidang pengolahan dan kesehatan saja, tidak kepada

    umum.

    Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 245/Menkes/SK/V/1990,

    industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

    obat jadi adalah suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang telah

    5

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    6/72

    melalui seluruh tahap pembuatan. Obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan-

    bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi

    atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,

    penyembuhan dan pemulihan.

    2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)

    Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek produksi

    dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat

    senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan

    tujuan penggunaannya.

    CPOB adalah bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat

    dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang

    sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan

    spesifikasi produk.

    2.2.1 Dasar Penerapan CPOB

    1. SK. DIRJEN. POM. No. 05411/A/SK/XII/89 Tentang Penerapan CPOB pada

    Indutri Farmasi.

    2. Tahun 2002 terbit ASEA GMP atau current GMP (CPOB terkini), yangberlaku hingga sekarang.

    6

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    7/72

    2.2.2 Aspek-aspek CPOB

    A. Personalia

    Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

    sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh

    sebab itu indutri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

    terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai untuk

    melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab

    masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB

    dan memperoleh pelatihan bahan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi

    mengenai yang berkaitan dengan pekerjaan.

    Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga

    bagian produksi, manajemen mutu/pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang

    berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-

    masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai

    yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.

    Kepala bagian produksi, Kepala bagian Pengawasan Mutu, dan Kepala bagian

    Pemastian Mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi,

    memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai

    dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehinggamemungkinkan untuk melaksanakan tugas secara professional.

    Kepala bagian produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab

    penuh dalam produksi obat. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi

    kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu. Kepala bagian

    7

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    8/72

    Pemastian Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk

    melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu

    Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang

    karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau

    laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan

    bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.

    B. Bangunan dan Fasilitas

    Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,

    konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

    dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

    desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya

    pencemaran silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan

    perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu

    atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

    1. Area Penimbangan

    Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara

    penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang di desain

    khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari areapenyimpanan atau area produksi

    2. Area Produksi

    Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya

    pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-containedhendaklah disediakan

    8

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    9/72

    untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitasi

    tinggi.

    Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk:

    a. Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan

    antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan

    menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan.

    b. Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan

    c. Memungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif.

    Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan dimana

    terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk

    ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan

    terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksaan pembersihan

    yang mudah dan efektif.

    Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,

    permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien

    apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area

    pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.

    3. Area Penyimpanan

    Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untukmenyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti

    bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,

    produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak,

    produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.

    9

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    10/72

    Apabila kondisi penyimpanan khusus (mis: suhu, kelembaban) dibutuhkan,

    kondisi tersebut hendaklah disiapkan dikendalikan, dipantau dan dicatat apabila

    diperlukan.

    Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan

    dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.

    4. Area Pengawasan Mutu

    Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area

    pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope hendaklah dipisahkan satu

    dengan yang lain.

    Laboratorium ini hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.

    Luas ruangan hendaklah memadai untuk mencegah campur baurdan pencemaran

    silang. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai

    untuk sampel, baku pembanding, pelarut, pereaksi dan catatan.

    Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan

    instrument terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan

    gangguan lain atau bila perlu untuk mengisolasi instrument.

    5. Sarana Pendukung

    Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan

    laboratorium pengawasan mutu.Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet

    hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak

    boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang

    ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun

    letaknya terpisah.

    10

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    11/72

    Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah

    dari area produksi.

    C. Peralatan

    Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

    yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

    tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan

    untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.

    1. Desain dan Konstruksi

    Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan

    hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak

    tepat. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.

    Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta

    disimpan dalam keadaan bersih dan kering.

    2. Pemasangan dan Penempatan

    Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk

    menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-

    baur produk. Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas

    yang jelas. Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dariarea produksi dan pengawasan mutu, atau setidaknya, diberi penandaan yang

    jelas.

    3. Perawatan

    Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau

    pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

    11

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    12/72

    Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan risiko terhadap

    mutu produk. Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan

    dipatuhi.

    Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suau peralatan utama hendaklah dicatat

    dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan

    nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk

    peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam

    catatan bets.

    D. Sanitasi dan Higiene

    Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan

    perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat

    merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah

    dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan

    terpadu.

    1. Higiene Perorangan

    Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian

    pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Tiap personil yang

    mengidap penyakit atau luka terbuka yang dapat merugikan mutu produkhendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang

    diproses dan obat jadi sampai dia sembuh kembali.

    Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan

    bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan

    bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk.

    12

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    13/72

    Personil hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana mencuci

    tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu

    perlu dipasang poster yang sesuai.

    Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan

    makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan

    di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium, area gudang dan

    area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.

    2. Sanitasi Bangunan dan Fasilitas

    Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi

    yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya mudah diakses dari area

    pembuatan. Ada prosedur tertulis yang meunjukkan penanggung jawab untuk

    sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode,

    peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan sarana

    dan bangunan.

    3. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan

    Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan.

    Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan sedapat

    mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk.

    E. Produksi

    Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.

    Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan

    kesesuaiannya dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana

    perlu diberi penandaan dengan data yang sesuai. Bahan yang diterima dan produk

    13

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    14/72

    jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima

    atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi.

    Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin

    produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau

    penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, dan nomor bets.

    1. Bahan Awal

    Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan

    memenuhi spesifikasi yang relevan. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap

    bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan nama yang

    dinyatakan dalam spesifikasi.

    Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi

    umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya

    kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari

    pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan metode yang telah disetujui

    oleh Kepala bagian Pengawasan Mutu.

    Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label

    hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:

    a. Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan

    b. Nomor bets/control yang diberikan pada saat penerimaan bahanc. Status bahan (mis: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak)

    d. Tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.

    Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang menyolok,

    ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.

    14

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    15/72

    2. Sitem Penomoran Bets/Lot

    Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot

    dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk

    ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi.

    Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log.

    Catatan tersebut hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk

    dan ukuran bets/lot yang bersangkutan.

    3. Penimbangan dan Penyerahan

    Cara penanganan, penimbangan, perhitungan dan penyerahan bahan awal,

    bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam

    prosedur tertulis.

    Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah

    diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi

    sebelum dikirim ke bagian produksi.

    Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan untuk tiap bets hendaklah disimpan

    dalam satu kelompok dan diberi penandaan yang jelas.

    4. Pengembalian

    Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang

    dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benardan direkonsiliasi.

    5. Pengolahan

    Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan

    atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya

    campur baur atau pencemaran silang.

    15

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    16/72

    Dalam semua tahap pengolahan perhatian utama hendaklah diberikan kepada

    masalah pencemaran silang.

    Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang

    tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan.

    6. Bahan dan Produk Kering

    Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang dengan letak lubang

    pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau

    proses lain. Sistem penyaringan udara yang efektif atau sistem lain yang sesuai

    hendaklah dipasang untuk menyaring debu. Pemakaian alat penghisap debu pada

    pembuatan tablet dan kapsul sangat dianjurkan.

    7. Bahan Pengemas

    Pengadaan , penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan

    pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama

    seperti terhadap bahan awal.

    8. Pengawasan selama Proses

    Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis

    yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus

    dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai

    metode yang telah disetujui oleh Kepala bagian Pemastian Mutu dan hasilnyadicatat.

    Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel

    pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk.

    16

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    17/72

    9. Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan dan Dikembalikan

    Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan

    disimpan terpisah di area terlarang. Pengolahan ulang produk yang ditolak

    hendaklah merupakan suatu kekecualian. Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu

    produk akhirnya tidak terpengaruh, bila spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya

    dikerjakan sesuai dengan prosedur.

    Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan

    indusri pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi

    label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa ragu mutunya

    masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi oleh Kepala bagian Pemastian

    Mutu.

    10. Karantina dan Penyerahan Produk Jadi

    Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum

    penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan.

    Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian yang

    memuaskan dari paling tidak hal sebagai berikut:

    a. Produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan

    pengemasan.

    b. Sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yangmencukupi untuk pengujian di masa mendatang

    c. Pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil

    pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu.

    d. Rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima.

    17

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    18/72

    e. Produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera

    pada dokumen penyerahan barang.

    F. Manajemen Mutu

    Manajemen mutu bertanggung jawab agar pembuatan obat sesuai dengan

    tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

    dokumentasi izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang

    membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.

    1. Pemastian Mutu

    Sistem pemastian mutu yang benar dan tepat bagi industri farmasi hendaklah

    memastikan bahwa:

    a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memperhatikan

    persyaratan CPOB dan cara berlaboratorium yang baik.

    b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB

    diterapkan.

    c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan

    d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pasokan dan penggunaan bahan awal

    dan pengemas yang benar.

    e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-selama-proseslain serta validasi yang diperlukan dilakukan.

    f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses, pengemasan

    dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan

    untuk distribusi.

    18

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    19/72

    g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum Kepala bagian Manajemen Mutu

    menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan

    persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan

    dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk.

    2. Pengawasan Mutu

    Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan

    pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian serta dengan organisasi,

    dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang

    diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan

    tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok

    sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.

    3. Pengkajian Mutu Produk

    Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua

    obat terdaftar, termasuk produk ekspor dengan tujuan untuk membuktikan

    konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan

    obat jadi, untuk melihat trend dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan

    untuk produk dan proses.

    G. Pengawasan Mutu

    Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk

    memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang

    sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

    Bagian pengawasan mutu hendaklah mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

    a. Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan dan spesifikasi.

    19

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    20/72

    b. Menyiapkan prosedur tertulis yang rinci untuk melakukan seluruh

    pemeriksaan, pengujian dan analisis.

    c. Menyusun program dan prosedur pengambilan sampel secara tertulis.

    d. Memastikan pemberian label yang benar pada wadah bahan dan produk.

    e. Menyimpan sampel pertinggal untuk rujukan di masa mendatang.

    f. Meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk antara, produk ruahan

    atau produk jadi.

    g. Melakukan evaluasi stabilitas semua produk jadi secara berkelanjutan dan

    bahan awal jika diperlukan, serta menetapkan kondisi penyimpanan bahan dan

    produk berdasarkan data stabilitasnya.

    h. Menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi berdasarkan data

    stabilitasnya serta kondisi penyimpanannya.

    i. Berperan atau membantu pelaksanaan program validasi.

    j. Menyiapkan baku pembanding sekunder sesuai dengan prosedur pengujian

    yang berlaku dan menyimpan baku pembanding tersebut pada kondisi yang

    tepat.

    k. Menyimpan catatan analisis dari hasil pengujian semua sampel yang diambil.

    l. Melakukan evaluasi produk jadi kembalian dan menetapkan apakah produk

    tersebut dapat diluluskan atau diolah ulang atau harus dimusnahkan.m. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama dengan bagian lain dari

    perusahaan.

    n. Memberikan rekomendasi kegiatan pembuatan obat berdasarkan kontrak

    setelah melakukan penerima kontrak yang bersangkutan untuk membuat

    produk yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan perusahaan.

    20

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    21/72

    1. Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik

    a. Laboratorium pengujian hendaklah didesain, dilengkapi peralatan dan

    memiliki ruang yang memadai sehingga dapat melaksanakan semua kegiatan

    terkait.

    b. Laboratorium hendaklah terpisah secara fisik dari ruang produksi.

    c. Tiap personil hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman

    seperti respirator atau masker, kaca mata pelindung dan sarung tangan tahan

    asam atau basa sesuai tugas yang dilaksanakan.

    d. Peralatan dan instrument laboratorium hendaklah sesuai dengan prosedur

    pengujian yang dilakukan.

    e. Penerimaan atau pembuatan pereaksi dan media perbenihan hendaklah dicatat.

    f. Semua kegiatan pengujian hendaklah dilakukan sesuai metode yang telah

    disetujui pada saat pemberian izin edar.

    2. Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel merupakan kegiatan penting di mana hanya sebagian

    kecil saja dari satu bets yang diambil. Keabsahan kesimpulan secara keseluruhan

    tidak dapat didasarkan pada pengujian yang dilakukan terhadap sampel yang tidak

    mewakili satu bets.

    H. Inspeksi Diri dan Audit Mutu

    Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi

    dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.

    1. Aspek untuk Inspeksi Diri

    a. Personalia

    21

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    22/72

    b. Bangunan termasuk fasilitas untuk personil

    c. Perawatan bangunan dan peralatan

    d. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi

    e. Peralatan

    f. Pengolahan dan pengawasan-selama-proses

    g. Pengawasan mutu

    h. Dokumentasi

    i. Sanitasi dan higiene

    j. Program validasi dan re-validasi

    k. Kalibrasi alat atau sistem pengukuran

    l. Prosedur penarikan kembali obat jadi

    m. Penanganan keluhan

    n. Pengawasan label

    o. Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.

    2. Tim Inspeksi Diri

    Manajemen hendaklah membentuk tim paling sedikit 3 anggota yang

    berpengalaman dapat berasal dari dalam atau luar perusahaan.

    3. Cakupan dan Frekuensi Inspeksi Diri

    Inspeksi diri dilakukan per bagian sesuai kebutuhan dan secara menyeluruhminimal 1 kali dalam setahun.

    4. Laporan Inspeksi Diri

    Laporan hendaklah mencakup:

    a. Hasil inspeksi diri.

    b. Evaluasi serta kesimpulan.

    22

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    23/72

    c. Saran tindakan perbaikan.

    5. Tindak Lanjut

    Manajemen hendaklah mengevaluasi laporan inspeksi diri dan tindakan

    perbaikan.

    I. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan

    Produk Kembalian

    Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi

    kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.

    Untuk menangani semua kasus yang mendesak, disusun suatu sistem, bila perlu

    mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari

    peredaran secara cepat dan efektif.

    Produk kembalian adalah obat yang telah beredar, yang kemudian

    dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa

    atau alasan lain, misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan

    keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

    J. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dandokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

    Sistem dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari setiap

    bets atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta

    penelusuran terhadap bets atau lots produk yang bersangkutan, dan juga

    23

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    24/72

    digunakan pola dalam pemantauan dan pengendalian, misalnya kondisi

    lingkungan, perlengkapan dan personalia.

    24

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    25/72

    BAB II1

    GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL

    3.1 Sejarah Singkat PT. Supra Ferbindo Farma

    PT. Supra Ferbindo Farma merupakan salah satu industri farmasi yang secara

    umum memproduksi obat bebas yang disebut OTC (Over The Counter) yang

    artinya produk tersebut dapat dibeli secara bebas di pasar tanpa resep dokter.

    PT. Supra Ferbindo Farma berdiri tahun 1987, berlokasi di Jl. Daan Mogot

    KM 12 Jakarta Barat. Manajemen PT. Supra Ferbindo Farma berada di bawah

    OMETRACO GROUP. Seiring dengan perkembangan perusahaan, pada tahun

    1995 PT. Supra Ferbindo Farma berpindah lokasi ke EJIP plot 8J Cikarang

    Bekasi. Pada bulan Mei 1997 terjadi peralihan manajemen dari OMETRACO

    GROUP menjadi THE TEMPO GROUP. Bergabungnya PT. Supra Ferbindo

    Farma ke dalam unit Business The Tempo, menjadikan produk PT. Supra

    Ferbindo Farma semakin berkembang dan bervariasi. Produk-produk PT. Supra

    Ferbindo Farma secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian :

    1. Produksolid(padat) yang berupa tablet dan kaplet, dipasarkan di dalam negeri

    contoh Contrexin, Bodrexin, Oskadon, Oskadon SP, Vitamin C IPI, Vitamin B

    IPI dan Vitamin B Complex, Oskadryl, dll.2. Semisolid(tidak padat dan bukan cair) berupa berupa salep kulit.

    3. Liquid(cair) berupa minuman berenergi.

    Selain memproduksi produk sendiri (Vitamin vitamin IPI, Oskadon,

    Oskadon SP, Contrexyn, dan lain lain), PT. Supra Ferbindo Farma juga

    25

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    26/72

    memproduksi produk produk PT. Tempo Scan Pacific seperti Hemaviton

    Energy Drinkdan Bodrexin.

    3.2 Visi dan Misi PT. Supra Ferbindo Farma

    PT. Supra Ferbindo Farma didirikan dengan visi dan misi sebagai perusahaan

    yang memproduksi obat obatan untuk kebutuhan seluruh kalangan masyarakat

    dan berperan dalam menunjang pembangunan di Indonesia terutama di sektor

    kesehatan dengan memproduksi obat obatan dengan harga terjangkau bermutu

    tinggi dan mudah diperoleh bagi masyarakat luas.

    3.3 Struktur Organisasi PT. Supra Ferbindo Farma

    PT. Supra Ferbindo Farma dalam menjalankan perusahaannya dipimpin oleh

    seorang direktur General Manager (GM) Manufacturingdan membawahi Plant

    Managerdan Quality Assurance (QA) Corporate Manager. Untuk lebih jelasnya,

    struktur organisasi PT. Supra Ferbindo Farma dapat digambarkan sebagai

    berikut :

    26

    PGAManager

    ProductionManager

    General Manufacturing

    QA. Corp ManagerPlant Manager

    QC.Manager

    Technic EngineerManager

    PPICManager

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    27/72

    3.4 Pengawasan Mutu

    Pengawasan mutu adalah bagian essensialdari CPOB yang dimaksudkan agar

    obat yang diproduksi memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan

    penggunaannya. Pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisis yang dilakukan

    di laboratorium termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan

    awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.

    Pengawasan mutu juga meliputi program uji stabilitas, pemantauan

    lingkungan kerja, uji validasi, program penyimpanan contoh, penyusunan dan

    penyimpanan spesifikasi yang berlaku dan tiap bahan dan metode termasuk

    metode pengujiannya dan penanganan keluhan dan laporan.

    Wewenang dari pengawasan mutu adalah memberikan keputusan akhir

    meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku atau produk obat ataupun hal lain

    yang mempengaruhi obat.

    3.5 Gambaran Umum Tata Ruang

    Gambaran umum tata ruang PT. Supra Ferbindo Farma terbagi atas 5 bagian :

    bagian kantor atau administrasi, bagian pengawasan mutu, bagian proses

    produksi, bagian gudang dan bagian teknik mesin. Empat ruang pertama menyatu

    dalam satu gedung, sedangkan bagian teknik mesin terpisah dari gedung utama.Daerah utama dibedakan menjadi 2 menurut segi kepentingan kegiatan

    produksi obat dan merupakan syarat dari CPOB, yaitu grey area dan black area.

    Grey area merupakan daerah yang tidak bebas dimasuki dan terdapat peraturan

    tertentu akan memasukinya, seperti memakai masker, pelindung kepala, jas yang

    menyelimuti pakaian luar, dan sepatu khusus untuk daerah grey. Bagian yang

    27

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    28/72

    termasuk daerah ini adalah bagian yang berhubungan langsung dengan proses

    produksi seperti ruang campur basah, ruang masak, ruang cetak dan kemas primer

    (strip). Black area tidak seketatgrey area dan orang orang yang berkepentingan

    dapat keluar masuk tanpa harus berganti seragam. Laboratorium, gudang bahan

    baku, ruang kemas sekunder, dan kantor termasuk dalam black area. Di dalam

    black area masih menggunakan baju dan sepatu khusus, sedangkan pada area

    kantor peraturan tersebut tidak berlaku.

    3.6 Peraturan Kerja

    Sistem kerja di PT Supra Ferbindo Farma adalah sistem shift. Shiftpertama

    waktu kerjanya adalah dari jam 07.00 15.30 WIB, shift dua dari jam 15.00

    23.30 WIB dan shift tiga dari jam 23.00 07.30 WIB. Jadwal kerjanya adalah

    selama lima hari yaitu Senin Jumat, terkecuali yang lembur. Semua pekerja

    memakai seragam khusus pada bagian masing masing dan berbeda seragam

    antaragrey dan black area.

    28

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    29/72

    BAB IV

    KEGIATAN PKL

    PT. Supra Ferbindo Farma merupakan salah satu industri farmasi di Indonesia

    yang telah menerapkan CPOB dan PT. Supra Ferbindo Farma ini mempunyai

    beberapa departemen antara lain, Departemen Pengawasan Mutu, Departemen

    Produksi, dan Departemen Gudang. Masing masing departemen mempunyai

    tugas dan tanggung jawab tertentu yang sesuai dengan prosedur dan ketetapan

    yang berlaku.

    4.1 Departemen Pengawasan Mutu

    Pengawasan Mutu meliputi semua fungsi analis yang dilakukan di

    Laboratorium termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan

    bahan dari bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi.

    Pengawasan Mutu memberikan keputusan terakhir dalam kelulusan suatu bahan,

    dari bahan awal hingga produk jadi.

    Pengawasan Mutu adalah semua pengawasan yang dilakukan selama proses

    berlangsung dengan tujuan menjamin kualitas produk yang dihasilkan sesuai

    dengan spesifikasi yang berlaku, misalnya identifikasi, kemurnian, pemerian,kelarutan, dan karakteristik lain. Pengawasan Mutu adalah bagian yang esensial

    dari CPOB agar suatu obat yang diproduksi memenuhi persyaratan mutu sesuai

    tujuan penggunaan, berkaitan dengan pemastian spesifikasi untuk identitas kadar,

    kemurnian, mutu dan keamanannya.

    29

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    30/72

    Tujuan dari pengawasan mutu adalah memberi jaminan khasiat dan keamanan

    pada pasien atas obat yang akan dikonsumsi sekaligus sebagai koreksi atas hasil

    kerja unit unit yang berhubungan dengan hasil produksi. Pengawasan Mutu

    meliputi uji stabilitas, pemantauan lingkungan kerja, uji validasi, program

    penyimpanan contoh, penyusunan serta penyimpanan spesifikasi setiap bahan dan

    produk termasuk metode pengujian, penanganan keluhan dan laporan

    wewenangnya memberikan keputusan akhir meluluskan atau menolak mutu bahan

    baku atau produk ruahan atau produk obat maupun hal yang mempengaruhi obat.

    Struktur Organisasi Departemen Pengawasan Mutu di PT Supra Ferbindo

    Farma adalah dipimpin oleh satu orang Apoteker sebagai Manager QA (Quality-

    Assurance) dan satu orang Manager QC (Quality Control) dimana

    bertanggungjawab langsung kepada General Menufacturing. Manager

    Pengawasan Mutu membawahi lima orang supervisor yang masing masing

    memegang satu antara supervisor IPC, administrasi, mikrobiologi, analis, dan

    supervisor bahan baku dan kemasan yang masing masing juga membawahi

    analis dan inspector. Para analis dan inspector berada di bawah tanggungjawab

    supervisor yang langsung dilapangan untuk mengontrol kualitas suatu produk.

    Kegiatan Pengawasan Mutu antara lain :

    A. Pre Process Control(PPC)

    Kegiatannya berupa pengambilan sampel bahan baku dan bahan kemas.

    Jumlah pengambilan sampel berdasarkan atas n + 1 dan sampel diambil secara

    random. Pertama dimulai dari Laporan Penerimaan Barang (LPB) dari gudang

    dengan adanya nama barang, kode barang, tanggal penerimaan, no batch, tanggal

    datang,supplier, status (cito, dsb) dan jumlahnya. Pihak Pengawasan Mutu akan

    30

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    31/72

    menganalisa dan memberikan laporan kelulusan dari bahan tersebut. Laporannya

    jika sampel dinyatakan lulus maka akan diberi label hijau lulus uji (release)

    produk dan jika sampel dinyatakan tidak lulus maka akan diberi label merah

    (reject), kemudian laporan tersebut di berikan kepada departemen PPIC

    (Production Planning Inventory Control) atau Tempo Nagadi Trading.

    Pada PPC analisa yang dilakukan antara lain :

    1) Analisa bahan baku (raw material)

    Merupakan analisa terhadap bahan baku obat yang akan diolah meliputi

    identifikasi, susut pengeringan, kemurnian, viskositas, pH, pemerian, rotasi optik,

    kadar, kelarutan dan lain lain.

    2) Analisa bahan kemas (packaging material)

    Merupakan pemeriksaan terhadap bahan kemas meliputi printing, warna,

    penampilan, ketebalan, gambar, no batch, no registrasi, kebocoran, kekendoran,

    tinggi kemasan, lebar, diameter panjang dan lain lain.

    B. In Process Control(IPC)

    Merupakan proses pengujian dari penimbangan dan pencmpuran bahan baku

    (mixing), pencetakan tablet (pengujian fisik). Tujuan IPC untuk mengendalikan

    obat agar obat memiliki identitas kualitas dan kemurnian sesuai betch record.Contoh pengujian IPC

    Pengujian Contrexyn

    Bobot rata rata/ keseragaman bobot ( syarat : 693 707 mg )

    a. Timbang tiap 15 menit ( sejumlah 10 tablet )

    b. Hitung bobot rata rata

    31

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    32/72

    c. Variasi bobot yang diperbolehkan per tablet 693 707 mg

    Kekerasan (syarat : 6 16) Kp

    a. Diukur tiap 30 menit (sejumlah 5 tablet)

    b. Hitung rata ratanya

    c. Dilakukan dengan alatHardness TestermerekSchleuniger

    Batas tebal (syarat : 4,8 5,2) mm

    a. Diukur tiap 30 menit (sejumlah 5 teblet)

    b. Hitung rata ratanya

    c. Dilakukan dengan jangka sorong merekMitutoyo

    Kerapuhan (syarat : < 1 %)

    a. Diukur minimal 3 kali (100 kali putaran pada 6 tablet)

    b. Dilakukan dengan alatFriabilitatormerekErweka

    Waktu Hancur (syarat : 5 menit)

    a. Diukur minimal 3 kali ( sejumlah 6 tablet )

    b. Dilakukan dengan alatDesintegration Testermerek SOTAX DT 3

    C. Post Process Control

    Post Process Control merupakan analisa di laboratorium pengawasan mutu

    untuk produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Tahap pertama membuat

    permohonan sampling lalu pengambilan contoh kemudian menganalisa. Produk

    antara dan ruahan di analisa dengan penetapan kadar zat aktif, apabila memenuhi

    syarat maka diberi label hijau (release), jika tidak memenuhi syarat diberi label

    merah (reject).

    32

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    33/72

    Contoh analisa produk antara dan ruahan

    1. Penetapan kadar pada Oskadon SP

    Paracetamol

    Metode : Spektrofotometri

    Larutan standar :

    Timbang seksama 70 mg working standar paracetamol ke dalam labu 100

    ml, encerkan dengan air hingga 100 ml, pipet 2,0 ml kemudian encerkan dengan

    air hingga 100 ml.

    Larutan uji :

    Timbang dan serbukkan 20 tablet, timbang seksama 0,2 kali BT ke dalam

    labu 100 ml, tambahkan air 50 ml, sonikasi selama 15 menit, dinginkan dalam

    suhu kamar, tambahkan air lagi hingga 100 ml, saring dengan kertas saring biasa,

    pipet 2,0 ml encerkan dengan air hingga 100 ml.

    Ukur serapan 1 cm larutam uji dalam larutan standar pada panjang gelombang 243

    nm.

    Perhitungan :

    Au x Bst x Bt x 100 x 100 x Kst (%)

    Ast x Bu x 350 x L x 2

    Keterangan :

    Au : Absorban uji (mg/ml) L: Kandungan Paracetamol pada Etiket (mg)

    Ast : Absorban standar (mg/ml)

    Bst : Berat srandar yang ditimbang (mg)

    Bu : Berat uji yang ditimbang (mg)

    Kst : Kadar working standar yang ditimbang (%)

    33

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    34/72

    Syarat :

    Tiap tablet oskadon SP mengandung paracetamol 90,0 110,0 %

    Ibuprofen

    Metode : Titrasi Alkalimetri NaOH 0,1 N

    Prosedur : Timbang dan serbukkan 20 tablet, timbang seksama 0,5 kali BT

    serbuk de dalam Erlenmeyer 100 ml kemudian tambahkan 50 ml alcohol netral,

    sonikasi 10 menit, dinginkan suhu kamar, tambahkan indikator Bromthymol Blue

    (BTB) dengan titik akhit berwarna biru.

    Perhitungan :

    Vu x N x Kst x 20,63

    0,1 x Bu x 200 (L)

    Keterangan :

    Vu : Volume larutan NaOH 0,1 N ( ml )

    N : Normalitas larutan NaOH

    Kst : Kadar standar ibuprofen yang digunakan ( % )

    L : Kandungan Ibuprofen dalam Etiket (mg)

    Syarat : mengandung ibuprofen 90,0 110,0 %

    2. Penetapan kadar pada Bodrexin

    Asetosal

    Metode : Alkalimetri

    Prosedur : Timbang 1200 mg sample masukkan ke dalam labu ukur 100 ml,

    tambahkan alkohol 96 % bagian, sonikasi selama 10 menit, kemudian

    tambahkan alkohol 96 % ad 100 ml, saring dan kemudian pipet larutan yang telah

    34

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    35/72

    disaring sebanyak 25 ml, masukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml, tambahkan 3

    tetes indikator PP. titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga warna merah jambu.

    Syarat : kadar yang diperoleh 90 % - 110 %.

    Perhitungan :

    V x N x 18,02 x BT x 100 x 100 %

    N baku x BZ x 25 x 1200

    Keterangan :

    N : Normalitas NaOH 0,1 N

    BT : Bobot tablet (mg)

    BZ : Berat zat aktif (mg)

    V : Volume titrasi (ml)

    FSA ( Free Salisilat Acid)

    Metode : Spektrofotometri

    Prosedur : Timbang 1200 mg sample masukkan ke dalam labu ukur 100 ml,

    tambahkan alkohol 96 % bagian, sonikasi selama 10 menit, kemudian

    tambahkan alkohol 96 % ad 100 ml, saring dan kemudian pipet larutan yang telah

    disaring sebanyak 5 ml, masukkan dalam labu ukur 25 ml, tambahkan 5 ml

    Fe(NO3)3 1 % dalam HNO3 1 %, tambahkan air ad 25 ml, ukur larutan pada

    serapan 1 cm dengan panjang gelombang 525 nm dengan blanko air.

    Syarat : kadar < 0,3 %

    Perhitungan :

    Absorban x 1,25 x 6,25 x 100 %

    500 %

    35

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    36/72

    3. Penetapan kadar pada Vitamin C

    Vitamin C

    Metode : Iodimetri

    Prosedur : Timbang dan serbukkan 20 tablet, timbang seksama 2 x BT,

    larutkan dalam 75 ml air, tambahkan beberapa tetes Indikator Amylum, titrasi

    dengan Iodium 0,1 N hingga warna larutan berubah menjadi biru terang.

    Perhitungan :

    Vx N x 8,805x BT x 100 %

    Bu x 50 x 0,1

    Keterangan :

    V : Volume Iodium 0,1 N (ml)

    BT : Berat rata rata tablet (mg)

    Bu : Berat sample yang ditimbang (mg)

    N : Normalitas larutan Iodium (N)

    4. Penetapan kadar pada Contrex

    Paracetamol

    Metode : Spektrofotometri

    Reagent : HCl 6 N, NaNO2 10 % dalam air, Amonium Sulfonat 15 % dalam

    air, dan NaOH 10 % dalam air.

    Larutan standar :

    Timbang 50 mg paracetamol Working standar masukkan dalam labu ukur

    100 ml, tambahkan 50 ml air kemudian sonikasi selama 10 menit, dinginkan pada

    suhu kamar, encerkan dengan air ad 100 ml, saring dan hasilnya pipet 5 ml ke

    36

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    37/72

    dalam labu ukur 100 ml, simpan labu dalam tangas es selama 5 menit, kemudian

    secara berurutan tambahkan 5 ml HCl 6 N, 5 ml NaNO2 10 %, kemudian diamkan

    selama 5 menit di dalam tangas es, tambahkan 5 ml Amonium Sulfonat 15 %,

    diamkan dalam tangas es 15 menit, tambahkan 15 ml NaOH 10 %, diamkan

    kembali dalam tangas es 15 menit, kemudian keluarkan aduk, encerkan dengan air

    ad 100 ml.

    Larutan sampel :

    Timbang dan serbukkan 20 tabet, timbang serbuk 0,1 x rata rata kedalam

    labu ukur 100 ml, tambahkan 50 ml air, soonikasi 10 menit, dinginkan dalam suhu

    kamar, encerkan dengan air ad 100 ml, saring dengan kertas asring biasa, pipet 5

    ml kedalam labu ukur 100 ml, simpan dalam tangas es selama 5 menit, kemudian

    secara berurutan tambahkan 5 ml HCl 6 N, 5 ml NaNO2 10 %, kemudian diamkan

    selama 5 menit di dalam tangas es, tambahkan 5 ml Amonium Sulfonat 15 %,

    diamkan dalam tangas es 15 menit, tambahkan 15 ml NaOH 10 %, diamkan

    kembali dalam tangas es 15 menit, kemudian keluarkan aduk, encerkan dengan air

    ad 100 ml.

    Ukur pada serapan 1 cm dengan panjang gelombang 430 nm.

    Syarat : kadar 90,0 % - 110,0 %

    Pseudoephedrin dan CTM ( Chlorpheniramini Maleat)

    Metode : HPLC

    Larutan sampel :

    Masukkan 1 tablet kedalam labu ukur 25 ml, tambahkan 10 ml HCl 0,01

    N, sonikasi selama 5 menit, kemudian tambahkan air 5 ml lalu sonikasi selama 10

    menit, dinginkan dalam suhu kamar, encerkan dengan pelarut ad 25 ml, saring

    37

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    38/72

    dengan kertas saring biasa kemudian filtrat disaring dengan kertas saring

    membran.

    Prosedur : Suntikkan masing masing 20 l larutan sampel dan standar (masing

    masing dua kali), catat respon area peak Pseudoephedrin dan CTM

    (Chlorpheniramini Maleat) dari kromatogram larutan sampel dan standar.

    Syarat : kadar 90,0 % - 110,0 %

    Perhitungan :

    Rsp x Cst x 25 x Kst (%)

    Rst x L

    Keterangan :

    Rsp : Respon larutan sampel

    Rst : Respon larutan standar

    Cst : Konsentrasi Larutan Standar (mg/ml) Kst : Kadar larutan standar (%)

    L : Kandungan dalam contrex untuk PDP : 30 mg dan CTM : 2 mg

    PENETAPAN KADAR VITAMIN B2 PADA VITAMIN B-KOMPLEX

    Metode : Spektrofotometri

    Pelarut : Larutan dapar pH 4,0. campurkan 50 ml larutan Potassium

    Hydrogenpthalate 0,2 M (40,846 g C8H5KO4 dalam 1000 ml air) dengan 0,4 ml

    larutan NaOH 0,2 N, encerkan dengan air ad 200 ml, ukur pH larutan.

    Larutan standar : Timbang seksama 25 mg Riboflavin working standar tambahkan

    pelarut ad 250,0 ml sonikasi 15 menit panaskan dalam WB 80 C selama 20 menit

    (sampai larut sempurna). Dinginkan, encerkan 10,0 ml larutan dengan pelarut ad

    50,0 ml saring melalui kertas saring whatman 41. Filtrat disaring lagi melalui

    membran filter 0,45 Um.

    38

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    39/72

    Larutan sampel : Masukkan tablet ke dalam labu ukur 100,0 ml tambahkan 95 ml

    pelarut sonikasi sampai tablet hancur, dinginkan. Tambahkan pelarut ad 100,0 ml

    kocok. Panaskan dalam WB 80 C 20 menit, dinginkan. Saring melalui kertas

    saring whatman 41, filtrat disaring lagi melalui kertas saring membran filter 0,45

    Um.

    Ukur serapan larutan standar dan sampel terhadap blanko pelarut pada panjang

    gelombang max 446 2 nm.

    Perhitungan :

    Asp x Cst x 100 x BT x 100 %

    Ast x 2 x BU

    Keterangan :

    Asp : Serapan larutan sampel (mg/ml) BT : Berat rata rata tablet (mg)

    Ast : Serapan larutan standar (mg/ml) BU : Berat sampel yang ditimbang (mg)

    Cst : Konsentrasi larutan standar ( mg/ml ).

    Ada pula pengujian kadar dengan metode lain yaitu uji disolusi.

    Uji disolusi dilakukan untuk melihat jumlah zat yang berkhasiat pada sediaan

    padat yang larut dalam waktu tertentu dan kondisi baku (suhu, kecepatan,

    pengadukan dan komposisi media tertentu).

    Contoh uji disolusi

    1. Uji disolusi Bodrexin

    Media : Buffer Asetat pH 0,05 M : 500 ml

    39

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    40/72

    Pembuatan media : Timbang 2,99 mg Natrium Asetat trihidrat, tambahkan

    1,66 ml asam asetat glacial dan encerkan hingga 1000,0 ml dengan air. Atur

    pH larutan pada 4,50 0,05.

    Alat : apparatus 1 (keranjang), 50 rpm, basket

    Waktu : 30 menit

    Pembanding : Timbang seksama 40 mg aspirin working standar, larutkan

    dalam 5 ml etanol 96 %, encerkan dengan medium disolusi hingga 100,0 ml,

    pipet 20,0 ml larutan dan encerkan dengan medium disolusi hingga 50,0 ml.

    Disolusikan sampai sesuai dengan kondisi diatas.

    Saring melalui saringan membran.

    Ukur serapan 1 cm larutan pada panjang gelombang 265 2 nm.

    Perhitungan :

    Asp x Bst x 500 x Kst

    Ast x 250 x 80

    Keterangan :

    Asp : Absorban aspirin larutan sampel (mg/ml)

    Ast : Absorban aspirin larutan standar (mg/ml)

    Bst : Berat penimbangan standar (mg)

    Kst : Kadar working standar yang digunakan (%)

    Syarat : selama 30 menit tidak kurang dari 80% (Q) aspirin terlarut.

    2. Uji disolusi Oskadon Tablet

    Medium : air 900 ml

    40

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    41/72

    Waktu : 60 menit

    Alat : apparatus 2, paddle 100 rpm

    Suhu : 37 C 0,5 C

    Prosedur : Disolusikan sampel sesuai kondisi, kemudian pipet larutan disolusi

    sebanyak saru sedot, tetapkan zat terlarut pada HPLC.

    Larutan standar : Timbang seksama 280,0 mg PCT dan 19,5 mg Coffein

    working standar kedalam labu ukur 100,0 ml, tambahkan air ad 100,0 ml

    kemudian pipet larutan 10,0 ml ke dalam labu ukur 50,0 ml, encerkan dengan

    medium (air) ad 50 ml, ukur pada HPLC.

    Kadar Paracetamol/ Caffein yang larut :

    Ru x Cs x 900 x Kst ( % )

    Rs x L

    Keterangan :

    Ru : Respon larutan uji (diperoleh dari HPLC)

    Rs : Respon larutan standar (diperoleh dari HPLC)

    Kst : Kadar paracetamol/ caffein standar yang digunakan (%)

    Cs : Konsentrasi larutan standar paracetamol/ caffein (mg/ml)

    L : Kandungan yang tertera pada label etiket (Paracetamol 500 mg dan caffein

    35 mg)

    Syarat : tidak kurang dari 75 % (Q) Paracetamol / Caffein terlarut

    selama 60 menit.

    Cs Paracetamol = 280 mg x 10 ml = 0,56 mg/ml

    41

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    42/72

    100 ml 50 ml

    Cs Caffein = 19,5 mg x 10 ml = 0,039 mg/ml

    100 ml 50 ml

    3. Uji disolusi Oskadon SP

    Media : Dapar fosfat pH 7,2 : 900 ml

    Pembuatan media : Larutkan 6,805 g KH2PO4 dalam air atur pH larutan

    dengan menambahkan NaOH 0,2 N sebanyak 173,5 ml, encerkan dengan airhingga 1000 ml.

    Alat : apparatus 1 (basket) 150 rpm

    Waktu : 30 menit

    Suhu : 37 C

    Pembanding : Timbang seksama 38,89 mg PCT dan 22,2 mg Ibuprofenworking standar, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan

    larutan medium hingga 100 ml.

    Prosedur : Disolusikan sampel sesuai kondisi, kemudian pipet larutan

    disolusi, tetapkan zat terlarut pada HPLC.

    Kadar Ibuprofen / PCT yang larut :

    Rsp x Cst x 900 x 100 %

    Rst x L

    Keterangan :

    Rsp : Respon larutan sampel

    Rst :Respon larutan standar

    42

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    43/72

    Cst : Konsentrasi larutan standar (mg/ml)

    L : Kandungan paracetamol (350 mg) dan ibuprofen (200 mg)

    Syarat : dalam 30 menit yang terlarut

    Paracetamol = 80 % antara 85 110 %

    Ibuprofen = 70 % antara 75 110 %

    Cst paracetamol = 38,89 mg = 0,3889 mg/ml

    100 ml

    Cst ibuprofen = 22,2 mg = 0,222 mg/ml

    100 ml

    4. Uji disolusi Contrex

    Medium : air 900 ml

    Alat : apparatus 2 (paddle), 50 rpm

    Waktu : 45 menit

    Metode : Spektrofotometri

    Prosedur : Disolusikan sesuai kondisi. Ukur melalui spektrofotometri.

    Larutan sampel : Pipet 5,0 ml filtrat hasil disolusi ke labu ukur 100 ml dan

    simpan labu ke dalam tangas es kemudian tambahkan secara berturut turut

    5,0 ml HCl 6 N, 5,0 ml NaNO2 10 %, kemudian diamkan selama 5 menit di

    dalam tangas es, tambahkan 5,0 ml Amonium Sulfonat 15 %, diamkan dalam

    tangas es 15 menit, tambahkan 15,0 ml NaOH 10 %, diamkan kembali dalam

    tangas es 15 menit, kemudian keluarkan aduk, encerkan dengan air ad 100 ml.

    43

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    44/72

    Larutan standar : Timbang seksama 55,6 mg paracetamol working standar ke

    labu ukur 100 ml tambahkan 50 ml air, sonikasi 10 menit dinginkan hingga

    suhu kamar, encerkan dengan air hingga 100 ml. Pipet 5,0 ml ke labu ukur

    100 ml dan simpan labu ke dalam tangas es, kemudian tambahkan secara

    berturut turut 5,0 ml HCl 6 N, 5,0 ml NaNO2 10 %, kemudian diamkan

    selama 5 menit di dalam tangas es, tambahkan 5,0 ml Amonium Sulfonat 15

    %, diamkan dalam tangas es 15 menit, tambahkan 15,0 ml NaOH 10 %,

    diamkan kembali dalam tangas es 15 menit, kemudian keluarkan, aduk,

    encerkan dengan air ad 100 ml.

    Tentukan serapan larutan sampel dan larutan standar pada panjang gelombang

    430 nm

    Perhitungan :

    Asp x Cst x 900 x 100 x Kst (%)

    Ast x 5 x L

    Keterangan :

    Asp : Serapan pada larutan sampel

    Ast : Serapan pada larutan standar

    Cst : Konsentrasi pada larutan standar (mg/ml)

    Kst : Kadar yang tertera pada standar (%)

    L : Kandungan paracetamol seperti yang tertera pada label (500 mg)

    Syarat : Q 45 menit paracetamol 75 % (80 110 %)

    5. Uji disolusi Vitamin B1

    Medium : air 900 ml

    44

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    45/72

    Alat : apparatus 2 ( paddle ), 50 rpm

    Waktu : 45 menit

    Suhu : 37 C

    Larutan standar : Timbang seksama 27,78 mg working standar Vitamin B1,

    larutkan dalam 100 ml air, pipet 2 ml larutan masukkan ke dalam labu ukur

    100 ml tambahkan 18 ml air, encerkan dengan HCl 1 N hingga 100 ml, ukur

    serapan 1 cm larutan uji dan standar pada panjang gelombang 247 nm.

    Prosedur : Disolusikan sesuai kondisi. Setelah waktu yang ditentukan, pipet 5

    ml medium disolusi kedalam labu ukur 25 ml kemudian encerkan dengan HCl

    1 N hingga 25 ml. Ukur melalui spektrofotometri.

    Perhitungan :

    Au x Cst x 900 x 25 x Kst (%)

    As x 25 x 5

    Keterangan :

    Au : Serapan larutan uji

    As : Serapan larutan standar

    Cst : Konsentrasi larutan standar (mg/ml)

    Kst : Kadar vitamin B1 standar (%)

    Syarat : dalam waktu 45 menit terlarut tidak kurang dari 75 % (Q)

    Cst = 27,78 mg x 2 ml = 0,00555 mg/ml

    100 ml 100 ml

    Selain kegiatan pengujian produk, ruang lingkup pengawasan mutu dapat juga

    berupa :

    45

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    46/72

    1. Validasi

    Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai

    bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau

    mekanisme yang digunakan dalam proses produksi dan pengawasan senantiasa

    mencapai hasil yang diinginkan.

    2. Kalibrasi

    Kalibrasi yang disertai dengan sertifikat dilakukan pada alat digital seperti

    High Performance Liquid Chromatography (HPLC), High Performance Thin

    Liquid Chromatography (HPTLC), spektrofotometri UV-VIS dan lain lain.

    Kalibrasi dilakukan baik secara external maupun internal dimana dibuat program

    serta jadwal kalibrasi tahunan.

    3. Penanganan obat kembali berupa pemeriksaan produk yang dikembalikan

    karena terdapat kerusakan, daluwarsa, dan keluhan. Pemeriksaan yang dilakukan

    diawali dengan pemberian identitas yang jelas dan dilanjutkan dengan

    pemeriksaan fisik untuk melihat apakah perlu dilakukan pengujian secara

    menyeluruh pada semua obat kembalian.

    4. Penanganan contoh pertinggal berupa penyimpanan dan pemeriksaan secara

    berkala dari bahan baku dan obat jadi. Pemeriksaan yang dilakukan berupa

    pemeriksaan fisik dan stabilitas, dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

    Laboratorium Pengujian

    Perangkat penting dalam pengawasan mutu adalah bangunan dan peralatan

    yang ada dalam laboratorium pengawasan mutu. Bangunan pengawasan mutu

    terdiri dari beberapa ruang pengujian :

    46

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    47/72

    1. Ruang Instrumen

    Peralatan yang berada di ruangan instrumen terdiri dari ruang uji fisik I dan II.

    Alat alat yang ada di ruang uji fisik I seperti timbangan analitik AG 285 dan

    204, Penetrometer, Spektrofotometer, Karl Fisher dan lemari es. Dan alat yang

    ada di ruang uji fisik II adalah HPLC, HPTLC, FT IR, oven, lampu UV dan

    lemari asam. Aktivitas pengujian berupa pemeriksaan kadar dan identifikasi bahan

    baku dan produk ruahan.

    2. Ruang Uji Mikrobiologi

    Ruang uji mikrobiologi terbagi dalam 2 ruangan, ruang pertama untuk

    preparasi mikrobiologi, yaitu tempat memasak media dan sterilisasi alat dan

    media, sedangkan ruang yang kedua untuk ruang uji mikrobiologi. Alat dan bahan

    yang di ruang mikrobioligi antara lain cawan petri, media agar, dan alat yang

    menggunakan sistem laminar air flow untuk melakukan pengujian. Aktifitas yang

    dilakukan yaitu pengujian total plate count, jumlah jamur, uji E. Coli,

    Pseudomonas, Coliform, dan pengujian bakteri tergantung jenis bahan yang

    diperiksa.

    3. Ruang Uji Kimia

    Ruangan dalam terdiri dari timbangan analitik AG 285 dan 204, penetrometer,

    spektrofotometri, karl fisher, lemari es. Ruangan luar terdiri dari lemari asam,destilator untuk HPLC, magnetic stirer, buret, penangas air, pemanas, lemari

    penyimpanan zat zat kimia,shaker ultrasound, lemari / rak untuk penyimpanan

    alat alat gelas, tempat pencucian alat, tempat pencuci mata,shower, rak rak

    untuk reagen. Aktivitas yang dilakukan antara lain pemeriksaan kadar,

    identifikasi, pemeriksaan secara fisika-kimia.

    47

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    48/72

    4. Ruang Uji Farmasi

    Peralatan terdiri dari timbangan scaltex dan sartoforius, alat uji waktu hancur

    tablet (disintegrator), alat uji disolusi, oven, moisture analyzer, stamp, volumeter,

    friabilator, melting point, mikroskop. Aktivitas yang dilakukan antara lain

    penimbangan, sterilisasi, uji fisikokimia bahan baku, disolusi tablet, pemeriksaan

    bahan kemas.

    5. Ruang Contoh Pertinggal danBatch Record

    Aktivitas yang berlangsung adalah pendataan mengenai produk produk

    pertinggal dan pemeriksaan kelengkapan batch record serta penyimpanan arsip

    arsip batch record.

    6. Ruang Kepala Pengawasan Mutu dan Pemastian mutu

    Aktivitas yang berlangsung adalah pemeriksaan secara menyeluruh kegiatan

    pengawasan mutu dan faktor faktor pendukung dalam proses jaminan mutu.

    7. Ruang Administrasi

    Aktivitas yang berlangsung adalah pemeriksaan hasil pengujian pendataan

    kegiatan dan penyimpanan dokumentasi pengawasan mutu.

    4.2 Departemen Produksi

    Kegiatan produksi didasarkan pada hasil rapat bulanan yang dilakukan olehkepala pabrik beserta seluruh manajer (manajer produksi, manajer PPIC, manajer

    Marketing). Rapat ini menghasilkan ROFO yang merupakan estimasi kebutuhan

    bahan baku dan bahan kemas selama 6 bulan kedepan. Dari ROFO ini kemudian

    lahir PODO (Purchase Order Delivery Order) yaitu estimasi kebutuhan bahan

    48

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    49/72

    baku dan bahan kemas selama 3 bulan sesuai permintaan banyaknya batch dari

    bagian penjualan (marketing).

    Jumlah produk yang akan diproduksi disusun berdasarkan tingakt kebutuhan

    yang kemudian terbang dalam KPJ (Kebutuhan Produk Jadi). KPJ diterjemahkan

    ke dalam RKH (Rencana Kerja Harian) sebagai pedoman kerja bagi petugas

    pertimbangan bahan baku dan granulasi. Adapun tahapan proses produksi sebagai

    berikut :

    4.2.1 Penimbangan

    Petugas penimbangan membuat bon permintaan bahan baku ke bagian

    gudang. Barang harus sudah diserahkan sehari sebelum penimbangan. Bahan

    baku ditimbang berdasarkan jumlah teoritis dari suatu lot produksi berdasarkan

    batch record. Satu batch produk terdiri dari beberapa lot (satu batch oskadon

    terdiri dari 3 lot, satu batch bodrexin terdiri dari 2 lot). Setelah penimbangan

    selesai, hasil penimbangan tersebut akan diperiks oleh petugas QC ( PPIC ) untuk

    mengetahui kebenaran bahan yang ditimbang sesuai dengan yang tertera pada

    batch record agar tidak terjadi kesalahan penimbangan. Bahan bahan yang

    sudah diperiksa dan dinyatakan release kemudian diberi labelpassedyang artinya

    siap untuk diolah.

    Apabila terdapat sisa bahan baku dari penimbangan barang akan dikembalikanke gudang dengan menyerahkan form pengembalian bahan baku dari bagian

    produksi ke gudang.

    4.2.2 Proses Granulasi

    Tahap awal dari proses granulasi adalah pencampuran awal (powder mixing)

    dan pembuatan bahan pengikat (pasta / binder). Kemudian dilakukan campur

    49

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    50/72

    basah antarapowder mixingdengan bahan pengikat. Campuran basah yang sudah

    homogen kemudian dikeringkan.

    Proses pengeringan ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu :

    1. Pengeringan Pertama

    Setelah pengeringan, granul diayak dan ditimbang untuk mengetahui apakah

    bobot granul sesuai dengan yang tertera pada batch recorddan untuk mengetahui

    waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan kedua.

    2. Pengeringan Kedua

    Granul yang sudah dikeringkan dicek nilai RH (Relative Humidity) dan

    ditimbang untuk memastikan bahwa bobot granul sesuai dengan yang tertera pada

    batch record.

    Tahap selanjutnya adalah proses campur kering (lubrikasi). Pada tahap ini

    dilakukan pencampuran bahan bahan tambahan (granul) dan zat aktif. Setelah

    selesai, serbuk campur kering (lubrikasi) ditampung dalam wadah (drum) untuk

    kemudian disampling dengan metode pengambilan sampling n + 1. Sampel

    diambil pada drum yang telah ditentukan dengan menggunakan Tip sampler

    (untuk mendapatkan lubrikasi pada bagian atas, tengah dan bawah drum). Sampel

    diperiksa oleh Quality Control. Selama menunggu hasil pemeriksaan, drum

    lubrikasi diberikan label kuning dan dikarantina pada ruang karantina. Setelahdinyatakan released, label kuning diganti label hijau (Passed) oleh petugas QC

    dan lubrikasi siap untuk dicetak.

    Apabila hasil analisa tidak memenuhi syarat (kadar zat aktif di luar range yang

    - ditentukan), maka akan dilakukan perundingan yang melibatkan foreman

    granulasi, section manager produksi, manager QC dan bagian riset pusat (Tempo -

    50

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    51/72

    Riset). Perundingan ini dimaksudkan untuk mempelajari dan mencari cara untuk

    mengatasi penyimpangan yang terjadi dan memberikan keputusan apakah

    lubrikasi tersebut boleh di reworkedatau rejected.

    4.2.3 Pencetakan Tablet

    Proses pencetakan tablet meliputi beberapa tahap yaitu :

    Pengisian granul dari hopper ke dalam dies yang dilakukan di dalam feeder

    dengan pembagian sejumlah granul berdasarkan volume yang ditetapkan dalam

    betch record.

    1. Pengempaan dengan pre compress untuk membentuk tablet awal dan

    mengeluarkan udara yang ada pada granul. Punch atas dan bawah diberi tekanan

    dari compression rollatas dan bawah. Setelah itu keduapunch ditahan posisinya.

    2. Tahap final compress yaitu proses yang terjadi sama dengan tahap pre

    compress. Dengan jumlah tekanan yang diberikan masing masing roll compress

    berbeda. Punch atas akan naik, dan punch bawah mendorong tablet yang ada

    dalam dies.

    Tablet yang dihasilkan, dibersihkan menggunakan alat deduster untuk

    membebaskan tablet dari debu. Pada tahap akhir pencetakan petugas QC akan

    melakukan analisa secara menyeluruh terhadap hasil cetak tablet denganmenyertakan form pengawasan pencetakan tablet pada batch record. Kualitas

    tablet dikontrol sesuai dengan persyaratan pada batch recordmeliputi kekerasan,

    ketebalan, diameter tablet, bobot, friabilitas disintegrasi, disolusi dan kadar zat

    aktif dalam tablet.

    Adapun permasalahan yang terjadi pada pencetakan tablet adalah :

    51

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    52/72

    1. Ketidakseragaman bobot tablet dikarenakan punch yang sudah aus sejalan

    dengan frekuensi pemakaian ataufeederyang tidak berfungsi dengan baik.

    2. Ketidakseragaman kekerasan karena daya mesin yang dinamis dan perbedaan

    kecepatan yang digunakan.

    3. Sticking karena pengeringan granul kurang sempurna sehingga masih ada

    granul yang melekat pada dies.

    4. Cappingyang terjadi karena kadar air pada granul terlalu rendah.

    5. Crackingyang terjadi karena kadar air pada granul terlalu tinggi.

    Untuk menghasilkan tablet yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan,

    hasil cetak tablet diperiksa setiap interval 15 menit. Pemeriksaan ini bertujuan

    untuk mengetahui apakah mesin bekerja dengan kecepatan dan tekanan

    compression roll yang sama atau tidak selama proses produksi sehingga

    mempengaruhi hasil cetak tablet.

    4.2.4 Pengemasan

    Kegiatan pengemasan dilakukan terhadap produk ruahan yang telah

    dinyatakan release oleh petugas QC. Kegiatan pengemasan meliputi :

    1. Pengemasan primer

    Pengemasan primer adalah pengemasan yang dilakukan terhadap produk

    ruahan dimana bahan pengemas yang digunakan masih kontak langsung dengan

    produk ruahan tersebut. Pengemasan primer terdiri dari :

    a) Strip packingdengan bahan pengemas berupa alumunium strip.

    b) Blistering dengan bahan pengemas berupa Poly Vinyl Chlorida (PVC) dan

    Hard Tempared Paper(HTP).

    52

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    53/72

    c) Pot fillingdengan bahan pengemas berupa pot plastik dan tutupnya.

    d) Tube fillingdengan bahan pengemas berupa tube alumunium.

    Kegiatan pengemasan primer disesuaikan dengan jenis produk ruahan yang

    sudah selesai dicetak dan dinyatakan release oleh petugas QC. Operator mesin

    strip akan meminta form permintaan kontrol dan diserahkan kepada petugas IPC

    (In Process Control) grey area. Petugas IPC grey area akan memeriksa jalur

    kesiapan pengemasan primer antara lain kondisi temperatur dan RH ruangan,

    kebersihan mesin dengan maksud untuk mencegah kontaminasi silang dengan

    produk ruahan lain dan memeriksa kesesuaian produk dan nomorbatch yang akan

    dikemas.

    Strip packing baru dapat dijalankan setelah semuanya sesuai dengan

    persyaratan yang ditentukan. Petugas IPC akan memeriksa hasil strip packing

    setiap selang waktu tertentu. Pemeriksaan ini meliputi kebocoranstrip packing,

    ukuran strip, nomorbatch dan tanggal kadaluarsa produk yang tertera pada strip

    packing.

    Faktor yang berperan dalam pengemasan strip packingadalah temperatur dan

    tekanan pada kedua sealing roll agar alumunium foil dapat saling menempel

    dengan kuat. Kecepatan pemotongan hasil strip packing juga mempengaruhi

    kualitas dan ukuran panjang hasilstrip packing.

    Hasil proses pengemasan primer disortir lagi oleh petugas sortir di ruang

    pengemasan sekunder (black area). Hasil sortiran yang baik ditampung pada

    wadah plastik dan ditempatkan di atas palet sesuai dengan jenis dan nomor batch

    untuk kemudian diproses pada pengemasan sekunder

    2. Pengemasan sekunder

    53

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    54/72

    Pengemasan sekunder adalah proses pengemasan yang dilakukan terhadap

    produk yang telah melalui pengemasan primer. Pada pengemasan ini, bahan

    kemas tidak kontak langsung dengan produk ruahan.

    Tahapan dalam proses pengemasan sekunder :

    a) Pra penandaan bahan kemas

    Operator akan mengisi batch coding controlsesuai dengan penandaan produk

    yang akan dijalankan. Batch coding control diserahkan ke supervisor

    pengemasan untuk diperiksa kebenarannya. Kemudian diserahkan ke bagian IPC

    untuk mendapat persetujuan. Proses pra penandaan dapat dilakukan dengan dua

    cara yaitu emboss dan menggunakan tinta.

    Bahan kemas berupa folding box atau label yang sudah melalui tahap

    penandaan ditempatkan dalam wadah plastik sesuai dengan jenis dan nomor

    batchnya dan dipisahkan secara jelas antara satu batch dengan batch lainnya.

    b) Catch covering

    Produk yang sudah dalam kemasan alumunium strip hasil sortir akan dikemas

    dalam bentukcatch cover masing masing berisi 4 tablet.

    Operator mesin catch covermengisi form permintaan kontrol penandaan dan

    diserahkan ke petugas IPC pengemasan sekunder untuk beserta contoh hasil mesin

    catch cover untuk diperiksa kebenaran dan kesesuaian penandaan pada catch

    cover. Petugas IPC juga memeriksa kesiapan jalur pengemasan untuk mencegah

    kontaminasi silang baik kontaminasi antar batch maupun antar produk. Apabila

    semua penerapan dinyatakan release, proses catch coveringdapat dijalankan.

    Pada proses catch covering,strip packingdimasukkan dalam lembaran kertas

    catch coverlalu ditaruh dalam wadahfeeder catch cover. Kemudian catch cover

    54

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    55/72

    dimasukkan ke dalam lajur mesin catch cover oleh operator. Kedua sisi catch

    cover dapat menempel pada alumunium foil karena adanya pemanasan dan

    tekanan. Penandaan nomorbatch dan expired date dilakukan dengan cara emboss

    pada mesin catch cover.

    c) Folding box

    Catch cover yang telah diemboss, dipotong sesuai dengan ukuran yang

    ditetapkan dan hasilnya ditempatkan pada conveyoruntuk dikemas dan disusun ke

    dalam folding box.

    Produk jadi tertentu (filling, tube, tablet hasilstrip packinguntuk Bodrexin )

    tidak menggunakan catch covermelainkan langsung dikemas dalam folding box

    secara manual disertai demgan leafletyang sesuai. Setiapfolding box yang sudah

    terisi dengan catch cover atau strips packing ditimbang satu per satu untuk

    memastikan bahwa jumlah catch cover dalam folding box sesuai dengan label

    yang tertera pada kemasan. Folding box dalam jumlah tertentu dimasukkan ke

    dalam karton atau kemasan tersier atau dalam kemasan plastik (srink wrap) dan

    diberi nomorbatch dan tanggal expire date, kemudian ditimbang. Penimbangan

    ini dimaksudkan untuk memeriksa kesesuaian jumlah folding box dalam kemasan

    karton. Setelah ditimbang dan dinyatakan sesuai, petugas memberikan cap atau

    stempel yang berisi hasil penimbangan serta paraf dan disaksikan oleh QC.Produk yang telah selesai dikemas, dikarantina menunggu persetujuan QC

    dengan penandaan label kuning karantina. Apabila produk tersebut telah

    dinyatakan release, label kuning diganti label hijau PASSED. Produk tersebut

    diserahkan ke bagian gudang obat jadi oleh petugas administrasi disertai dengan

    penyerahan obat jadi. Produk siap untuk didistribusikan.

    55

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    56/72

    4.3 Departemen Gudang

    Gudang merupakan suatu bagian dari kegiatan produksi yang berfungsi untuk

    menyimpan stok material umumnya dalam jumlah banyak, penerimaan dan

    pendistribusian barang ke unit produksi yang membutuhkan, selain itu gudang

    dapat berfungsi sebagai tempat untuk menerima dan menyimpan barang yang baru

    datang darisupplier.

    Bagian gudang dipimpin oleh seorang manager PPIC yang membawahi

    seorang supervisor yang disebut warehouse supervisor. Bagian gudang bertugas

    memberikan pelayanan penerimaan dan pengeluaran barang dari gudang baik

    bahan baku ataupun bahan kemas. Pelayanan penerimaan barang dilakukan

    berdasarkan purchase order yang diterbitkan oleh bagian pembelian. Bagian

    gudang juga menerima barang sisa atau rusak dari bagian produksi ataupun

    pengemas berdasarkan bon pengembalian bahan baku dan bahan kemas.

    Sedangkan pelayanan pengeluaran dari gudang berdasarkan surat permintaan dari

    bagian yang membutuhkan untuk melayani pesanan tersebut, petugas gudang

    terlebih dahulu melihat kartu dan buku stok untuk mengetahui persediaan barang.

    Barang barang yang perlu ditimbang terlebih dahulu ditimbang diruang

    penimbangan oleh petugas dispensing.

    Pada saat penerimaan barang, petugas akan mencocokkan dengan surat

    pemesanan. Setelah cocok, dilakukan pemeriksaan fisik, bila semua persyaratan

    terpenuhi petugas membuat laporan pemasukan barang (LPB). Bahan baku dan

    bahan kemas tersebut diberi label karantina barang dan di tempatkan di ruang

    karantina. Pada saat barang dikarantina maka petugas membuat surat permintaan

    56

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    57/72

    analisis ke bagian QC. Setelah medapatkan hasil memenuhi syarat maka petugas

    mengganti dengan label hijau (passed) tanda kelulusan, kemudian disimpan pada

    tempat tertentu yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pembuat obat. Jika

    barang tidak memenuhi syarat maka petugas mengganti dengan label merah

    (reject) tanda ditolak, kemudian dimusnahkan atau di kembalikan kepada

    supplier.

    Setiap minggu akan membuat laporan stock bahan baku dan bahan kemas.

    Pada akhir bulan dilakukanstock opname oleh bagianfinance.

    Gudang memiliki beberapa ruang antara lain :

    1. Ruangan untuk menyimpan bahan baku atau bahan kemas yang tahan pada

    suhu kamar ( < 30 C )

    2. Ruangan untuk menyimpan bahan baku dan bahan kemas yang tidak tahan

    udara panas disimpan pada ruangan dingin dengan suhu 16 C 25 C

    misalnya vitamin, pelarut, spon, psikotropik dan lain lain.

    3. Ruangan karantina untuk bahan baku dan bahan kemas.

    4. Ruang barang barang reject.

    5. Office gudang (administrasi dan sekretariatan).

    Prosedur Pengambilan Contoh Bahan Baku

    1. Pemeriksaan Dokumen : Periksa kesesuaian data data Goods Receipt

    Slip (GR) perihal nama pemasok, sertifikat analisis dari pabrik CoA dengan

    data GR dan CoA sebelumnya.

    2. Pemeriksaan Kesesuaian Quantity dengan Goods Receipt

    57

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    58/72

    3. Pemeriksaan secara visual terhadap kemasan bahan baku, perihal nama,

    keadaan kemasan, nama bahan baku, nama pabrik pembuat, nomor batch,

    tanggal daluarsa, tanggal pembuatan (jika ada).

    4. Prosedur Pengambilan Contoh

    a. Jumlah wadah yang diambil contohnya n + 1 (n = jumlah wadah yang -

    diterima ).

    b. Pengambilan contoh berdasarkan sifat bahan untuk mencegah terjadinya

    kontaminasi dan memudahkan pembersihan alat pada pengambilan contoh.

    c. Pengambilan contoh khusus untuk bahan psikotropika dicatat di dalam

    form pengambilan sampel dan disaksikan oleh PPIC dan QC serta

    didokumentasikan.

    d. Untuk pemeriksaan yang perlu pemeriksaan mikrobiologi :

    Gunakan botol, tutup botol, batang pengaduk, pipet yang telah

    disterilkan pada suhu 108 C selama 90 menit.

    Dilakukan di ruangan khusus (aliran udaranya terpantau)

    e. Untuk pemeriksaan yang tidak perlu pemeriksaan mikrobiologi

    Menggunakan botol, tutup botol, thief sampler, sendok sekop yang

    bersih dan kering.

    f. Tempel label CONTOH sebanyak jumlah wadah yang akan diabil

    contoh.

    g. Pengambilan contoh :

    Zat padat / serbuk : ambil contoh dengan thief sampler pada posisi

    diagonal.

    58

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    59/72

    Zat cair : ambil contoh dengan alat pengambil sehingga ujung alat

    pengambil contoh sehingga ujung alat pengambil contoh yang kurang 10

    cm dari dasar wadah.

    Semisolid : ambil contoh dengan alat pengambil sehingga ujung alat

    pengambil contoh sehingga ujung alat pengambil contoh yang kurang 10

    cm dari dasar wadah.

    h. Wadah yang telah diambil untuk contoh ditempel label Contoh Wadah

    Ini telah dibuka untuk pengambilan contoh.

    Prosedur Pengambilan Contoh Bahan Kemas

    1. Penerimaan dimana bagian PPIC menyerahkan permintaan

    Goods Receipt Slip, kemudian petugas sampling melihat quantity stock di stock

    overview (MMBE) apakah quantity sesuai dengan Goods Receipt Slip, setelah

    quantity stock sesuai maka petugas sampling membuat inspections results.

    Petugas menyusun berdasarkan kebutuhannya (yang telah diberi tanda

    cito/urgent), tanggal sesuai dengan prinsip FIFO (First In First Out).

    2. Pemeriksaan secara visual terhadap bahan kemas

    bandingkan dengan Inspection Result dengan label asli dan periksa keadaan

    kemasan.

    3. Bahan kemas disampling sejumlah n + 1 dari jumlah box /

    roll yang datang.

    4. Bahan kemas yang diperiksa :

    No. Nama Kemasan Jenis Pemeriksaan Waktu

    Sampling

    Jumlah yang

    dibawa ke Lab.1 Alufoil printed Arah gulungan (untuk yang ada

    eyemark), dan kerapihan

    Masing

    masing sampel

    59

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    60/72

    gulungan, blobor, cetakan meleset,

    tidak jelas goresan dan jenis noda

    lain, kotor, warna.

    @ 50 cm.

    2 Alufoil

    unprinted, PVC

    Goresan dan jenis noda lain, kotor,

    kerapihan gulungan, warna.

    Masing

    masing sampel

    @ 50 cm.3 Botol, pipet Ada gelembung udara dalam gelas,

    kotor, gumpil, pecah, warna.

    20 pcs

    4 Catch cover,

    label, sampul,

    sachet, hanger

    Cetakan meleset, tidak jelas

    goresan dan jenis noda lain,

    blobor, kotor, warna.

    20 pcs

    5 Foam Kotor, warna, bau 10 x 10 cm6 Folding box,

    innerbox

    Cetakan meleset, tidak jelas

    goresan dan jenis noda lain,

    blobor, kotor, warna, locking

    system dari flap tidak berfungsidengan baik, posisi lem tidak

    benar.

    20 pcs

    7 Leaflet Cetakan meleset, kotor, teks tidak

    ada, warna.

    20 pcs

    8 Outerbox Flap lem lepas, lekukan tidak ada,

    permukaan tidak rata, potongan

    tidak rapi, teks dan ukuran p x l x t

    1 pcs

    9 Partitions, layer

    single face

    Kerapihan potongan 20 pcs

    10 PP CAPS Cetakan meleset, tidak jelas

    goresan dan jenis noda lain,

    blobor, kotor, warna.

    20 pcs

    11 Sendok plastik Beripis warna 20 pcs

    12 Shrink Wrap Kotor, permukaan tidak rata, Sejumlah

    60

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    61/72

    potongan tidak sama, warna sampling13 Tube Cetakan meleset, tidak jelas

    goresan dan jenis noda lain,

    blobor, kotor, warna.

    20 pcs

    MASTER LABEL FOR NORMAL INSPECTION (SINGEL SAMPLING)

    (MIL STD 105D)

    AQL 1% AQL 4%Lot/batch size Sp. size Ac Re Lot/batch size Sp. size Ac Re2 150

    151 500

    501 1200

    1201 3200

    3201 10000

    10001 35000

    35001 150000

    150001 500000

    500000 - over

    13

    50

    80

    125

    200

    315

    500

    800

    1250

    0

    1

    2

    3

    5

    7

    10

    14

    21

    1

    2

    3

    4

    6

    8

    11

    15

    22

    2 25

    26 90

    91 150

    151 280

    281 500

    501 1200

    1201 3200

    3201 10000

    10001 - over

    3

    13

    20

    32

    50

    80

    125

    200

    315

    0

    1

    2

    3

    5

    7

    10

    14

    21

    1

    2

    3

    4

    6

    8

    11

    15

    22

    Ac : acceptante number

    Re : rejection number

    Catatan : - untuk kemasan primer menggunakan AQL 1 %

    - untuk kemasan sekunder menggunakan AQL 4 %

    Kegiatan yang dilakukan selama PKL

    Kegiatan yang dilakukan selama PKL di PT. Supra Ferbindo Farma

    Departemen Pengawasan Mutu meliputi 4 kegiatan antara lain : analisa bahan

    baku, analisa rutin, preparasi mikrobiologi dan uji disolusi.

    61

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    62/72

    1. Analisa Bahan Baku

    Yaitu memeriksa sampel bahan baku yang berupa cairan, cairan kental dan

    serbuk. Bahan baku yang diperiksa diantaranya :

    No. Sampel Pemeriksaan Syarat Hasil

    1. Asam Salisilat Pemerian

    Identifikasi

    Kadar Air

    Klorida

    Kadar

    Berbentuk jarum berwarna putih

    a. Larutan zat dalam etanol +

    Fecl3 terjadi warna ungu yang stabil.

    b. Larutan dalam air terjadi reaksi

    asam kuat (gunakan kertas pH).

    pH 1

    NMT 0,5 %

    NMT 0,014 %. Hasil didapatkan

    antara sampel dan standar

    berwarna bening.

    99,5 % - 101,0 % terhadap zat

    yang telah dikeringkan

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    2. Citric Acid

    Monohydrate

    Pemerian

    Kelarutan

    Identifikasi

    Asam Oksalat

    Sulfat

    Kadar air

    Kristal / serbuk kristalin, tidak

    berwarna / berwarna / berwarna

    putih, rasa asam

    Sangat mudah larut dalam air,

    mudah larut alkohol ( 96%)

    a. Terbentuk endapan

    berwarna putih

    b. Larutan bersifat asam

    Kekeruhan sampel tidak lebih

    intensif dari larutan standar.

    Larutkan 1,0 g sampel dalam 15

    ml air, gunakan 15 ml larutan

    standar sulfat 10 ppm

    7,5% - 9,0%

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    8,44% (MS)

    62

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    63/72

    Kadar 99,5 101,0% 100,73% (MS)3. Vitamin B 12

    (Sianokobalamin)

    Pemerian

    Kelarutan

    Identifikasi

    Pseudosianokobalamin

    Kadar Air

    Penetapan Kadar

    Hablur atau amorf merah tua atau

    serbuk hablur merah. Bentuk

    anhidrat, sangat higroskopis, jika

    terpapar di udara menyerap air

    kurang lebih 12 %.

    Agak sukar larut dalam air, larut

    dalam etanol, tidak larut dalam

    aseton, kloroform dan eter.

    a. Spektrum memberikan 3

    puncak maksimum pada 278

    kurang lebih 1 nm, 361 kurang

    lebih 1 dan 550 kurang lebih 2

    nm. Perbandingan serapan pada

    panjang gelombang 361 nm

    terhadap 550 nm adalah 3,15

    3,40 dan perbandingan serapan

    pada 361 nm terhadap 278 nm

    adalah 1,70 1,90

    b. Noda larutan sampel sesuai

    dengan noda larutan standar

    dalam hal posisi, warna dan

    ukuran

    Lapisan atas tidak berwarna atau

    tidak lebih tua dari campuran

    0,15 ml kalium permanganat

    dalam 250 ml air

    Tidak lebih dari 12,0 %

    96,0 102,0 % dihitung terhadap

    zat kering

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    Sesuai ( MS )

    98,87 % dan

    99,58 %

    Sesuai ( MS )

    63

  • 7/22/2019 Laporan Pkl Fajar

    64/72

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    Avicel pH 101

    Dextrometorphane

    Hbr

    Asam Benzoat

    Cremophor

    Air Ejip Pra Filter

    dan Ex Filter

    Pemerian

    Identifikasi

    Susut Pengeringan

    pH

    Pemerian