laporan praktikum calosobruchus
DESCRIPTION
laporan IHTTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN
HUBUNGAN ANTARA POPULASI DENGAN PERKEMBANGAN HAMA
Nama
: Muthia Rinjani Willis
Nim
: 125040201111014
Kelompok: Kamis, 07.30 WIB
Asisten : Ike Chyntia P
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
MALANG
2015BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi Alat 4 buah fial film : sebagai tempat hidup Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) Kain kasa : untuk menutup fial film yang berisi Callosobruchus chinensis Karet gelang : untuk mengikat kain kasa pada fial film.
Label : untuk memberi keterangan pada fial film berdasarkan perlakuan
Bahan Callosobruchus chinensis : untuk bahan praktikum populasi dan komposisi hama
Kacang hijau : sebagai pakan Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) 3.2 Cara Kerja
1.3 Analisis Perlakuan
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) sebagai populasi dan komposisi hama sedangkan kacang hijau sebagai bahan pakan dari C. chinensis. Perlakuan pada praktikum kali ini yaitu dengan memasukkan kacang hijau pada fial film dan C.chinensis dengan membedakan komposisi antara jantan betina, ada beberapa perlakuan yang dilakukan yaitu 1 jantan 1 betina, 1 jantan 2 betina, 1 jantan 3 betina, dan 2 jantan 3 betina yang di masukkan pada fial film yang sudah berisi kacang hijau. Pengamatan di lakukan setiap 2 hari sekali dan pengamatan berhenti sampai ditemukan munculnya imago baru. Perlakuan berbeda itu dilakukan untuk mengetahui hubungan makanan dengan populasi hama. Menutup fial film dengan kasa bertujuan agar populasi hama tidak keluar dan tetap hidup dalam toples karena masih ada sirkulasi udara yang masuk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Tabel pengamatan C. chinensis dengan komposisi 1 jantan 1 betina
Pengamatan ke- Telur Larva Pupa Imago
22/04/201536--2
24/04/201536--2
26/04/201536--2
28/04/201536--2
30/04/201535--3
2/05/201534-13
4/05/201534--3
6/05/201534--4
b. Tabel pengamatan C. chinensis dengan komposisi 1 jantan 2 betina
Pengamatan ke- Telur Larva Pupa Imago
22/04/201551---
24/04/201551---
26/04/201551---
28/04/201550-111
30/04/201539-111
2/05/201539-56
4/05/201539-56
6/05/201539-15
c. Tabel pengamatan C. chinensis dengan komposisi 1 jantan 3 betina
Pengamatan ke- Telur Larva Pupa Imago
22/04/201567--2
24/04/201567--2
26/04/201567--2
28/04/201567--2
30/04/201553-141
2/05/201542-111
4/05/201542-1114
6/05/201542--25
d. Tabel pengamatan C. chinensis dengan komposisi 2 jantan 3 betina
Pengamatan ke- Telur Larva Pupa Imago
22/04/201560---
24/04/201560---
26/04/201560---
28/04/201559--1
30/04/201556-51
2/05/201553-31
4/05/201553-35
6/05/201553--8
NB : untuk larva sebenarnya ada namun karena ukuran terlalu kecil jadi tidak kelihatan dan tidak bisa dihitung juga jumlahnya
4.2Pembahasan
a. Komposisi C. chinensis yang mana yang menunjukkan perkembangan populasi tertinggi dan terendah ?
Dari hasil pengamatan praktikum C. chinensis yang telah dilakukan menunjukakkan perkembangan populasi tertinggi pada komposisi 1 jantan dan 3 betina. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel pengamatan. Perkembangan dihitung dari jumlah telur maupun jumlah imago yang dihasilkan.
Sedangkan pada hasil populasi terendah terdapat pada komposisi 1 jantan dan 1 betina. Pada komposisi 1 jantan dan 1 betina didapatkan hasil jumlah telur lebih sedikit dari perlakuan 1 jantan 2 betina, 1 jantan 3 betina, dan 2 jantan 3 betina, tetapi jumlah imago pada komposisi 1 jantan dan 1 betina menghasilkan hasil pertumbuhan pada setiap pengamatan dibandingkan dengan perlakuan lainnya, data tersebut dapat dilihat pada tabel pengamatan.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat dilihat jumlah imago pertama kali terlihat pada perlakuan 1 jantan 1 betina dan 1 jantan 3 betina yaitu pada hari pertama pengamatan, sedangkan pada perlakuan 1 jantan 2 betina dan 2 jantan 3 betina jumlah imago muncul pada hari keempat pengamatan.
Kartasapoetra (1993) menyatakan bahwa, perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara jenis betina dan jenis jantan dari keturunan penggerek batang adalah dua berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina.
Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, maka lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya. Kecepatan berkembang biak dari sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa yang siap berkembang biak, tergantung dari lamanya siklus hidup serangga. Serangga yang memiliki siklus hidupnya pendek, akan memiliki frekuensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih sering dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki siklus hidup lebih lama (Sunjaya,1970)
Menurut (Sunjaya, 1997) Banyak telur yang dihasilkan oleh seekor kumbang C. chinensis betina selama hidupnya berkisar antara 49-136 butir dengan rata-rata 86,78 + 22,09 butir Sedangkan jumlah telur yang dikeluarkan setiap hari berkisar antara 4 - 43 butir rata-rata 19,25 + 8,58 butir, Banyak telur rata-rata yang dihasilkan oleh seekor kumbang C. chinensis selama hidupnya sebesar 278 butir dalam penelitian ini cukup tinggi. b. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan serangga secara umum?
Secara umum perubahan pertumbuhan serangga dipengaruhi oleh beberap faktor. Sunjaya (1970) yang menyebutkan bahwa secara umum perkembangan serangga sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan seperti suhu dan kelembaban serta dipengaruhi pula oleh kualitas dan kuantitas makanannya karena kualitas makanan terutama sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan, kesuburan, mortalitas, maupun keperidian serangga. Selain itu, Suniahti, et.al. (2005) menjelaskan kemampuan berkembang biak (reproductive potensial) akan menentukan tinggi rendahnya , populasi hama. Apabila ditelusuri lebih lanjut, kemampuan berkembang biak itu bergantung kepada kecepatan berkembang biak (rate of multiplication) dan perbandingan sex ratio serangga hama.Pada praktikum ini, faktor yang mempengaruhi perubahan serangga secara umum adalah perbandingan sex ratio. Perbandingan sex ratio pada 4 perlakuan akan mempengaruhi perubahan jumlah karena adanya perkawinan yang menghasilkan individu serangga baru. Perbandingan serangga jantan dan betina atau lebih dikenal dengan sex ratio sangat penting dalam menentukan cepatnya pertumbuhan pada populasi hama. Menurut Suniahti et al. (2005), mengatakan bahwa sebagian besar serangga mempunyai sex ratio 1 : 1 yang artinya kemungkinan serangga jantan dan serangga betina bertemu melakukan kopulasi akan lebih tinggi sehingga reproduksi serangga tersebut akan tinggi.
c. Ada atau tidak pengaruh perlakuan yang saudara lakukan (perbandingan komposisi jantan dan betina pada jumlah pakan yang sama ? terhadap perkembangan populasi C. chinensis ? Mengapa?
Dari hasil pengamatan praktikum yang telah dilakukan, adanya perlakuan perbandingan komposisi jantan dan betina memberikan hasil yang berbeda terutama pada jumlah telur maupun imago yang dihasilkan. Perbandingan sex akan mempengaruhi dalam menghasilkan individu serangga baru yang dibuktikan dengan banyaknya telur maupun imago. Semakin banyak jumlah individu betina daripada individu jantan akan lebih banyak menghasilkan individu yang baru. BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kesimpulan, bahwa jumlah imago dan telur yang paling banyak dihasilkan pada perlakuan 1 jantan 3 betna. Pada perlakuan dengan menggunakan perbandingan 1 jantan dan 1 betina menghasilkan jumlah telur yang lebih sedikit tetapi jumlah imagonya lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan 2 jantan 3 dan 1 jantan 2 betina. Jumlah imago yang paling sedikit dihasilkan oleh perlakuan dengan menggunakan 2 jantan 3 betina tetapi, jumah telur pada perbandingan 2 jantan dan 3 betina masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan perbandingan 1 jantan 1 betina serta 1 jantan 2 betina.
DAFTAR PUSTAKAKartasapoetra, A. G. 1993. Hama dan Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara. Jakarta
Suniahti, N., Sumeno., Sudarjat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Padjajaran. Bandung.
Sunjaya. 1970. Dasar Ekologi Serangga. Departemen Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang
Dokumentasi Perlakuan C. chinensis
Imago C. chinensis
Telur C. chinensis
Siapkan alat dan bahan
Mengisi 4 buah fial film dengan kacang hijau sebanyak bagian fial film
Masukkan Callosobruchus chinensis dengan komposisi 1 jantan : 1 betina , 1 jantan : 2 betina , 1 jantan : 3 betina , 2 jantan : 3 betina
Tutup dengan kain kasa dan memberi label sesuai perbandingan jantan dengan betina
Lakukan pengamatan setiap 2 hari sekali sampai imago berjumlah tetap