laporan praktikum cbr.pdf

Upload: ferry-wijaya

Post on 14-Oct-2015

146 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

    BAB 6

    CALIFORNIA BEARING RATIO

    Kelompok 5

    Afdol Pramata (1106667822)

    Muhammad Ridwan (1006674313)

    Erlangga Rizki Fauzi (1006754296)

    Rosemaria Maya (1006674401)

    Pra Gogo Hutagol (1006674345)

    Ferry Wijaya (1006674156)

    Tanggal Praktikum : 4 Maret 2012

    Assisten Praktikum : Ahmad Rifqi

    Tanggal Disetujui :

    Nilai :

    Paraf Assisten :

    LABORATORIUM MEKANIKA TANAH

    DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TENIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK 2012

  • I. Tujuan Percobaan

    Mendapatkan nilai CBR pada kepadatan dan kadar air tertentu.

    II. Alat dan Bahan Percobaan

    Compaction Hammer

    Mould

    Sendok pengaduk tanah

    Wadah untuk mencapur tanah dengan air

    Botol penyemprot air

    Pisau baja (straight edge)

    Timbangan

    Oven

    Aluminium can

    Stopwatch

    Beban logam berbentuk lingkaran ( 10 lbs)

    Bak air

    Piringan berlubang dengan dial pengukur swell

    Mesin uji CBR

    III. Dasar Teori

    Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah (dengan kepadatan tertentu

    dan kadar air tertentu) terhadap kekuatan batu pecah bergradasi rapat sebagai standar material

    dengan nilai CBR = 100. Untuk mencari nilai CBR digunakan rumus :

    CBR =test unit load (psi)

    standart unit load (psi) 100%

    Dengan Standart Unit Load pada harga-harga penetrasi :

    Penetrasi Standard Unit Load

    0.1 1000 psi

    0.2 1500 psi

    0.3 1900 psi

    0.4 2300 psi

    0.5 2600 psi

  • Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian dikorelasikan

    dengan grafik Calibration Prooving Ring.

    = ()

    =

    =

    ()

    Dimana : A = luas piston

    P = M . LRC

    M = dial reading

    LRC = faktor kalibrasi

    Berdasakan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dibedakan menjadi :

    1. CBR Lapangan (CBR inplace atau field Inplace)

    Digunakan untuk memperoleh nilai CBR asli di Lapangan sesuai dengan kondisi tanah pada saat

    itu. Umum digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak

    akan dipadatkan lagi. Pemeriksaan ini dilakukan dalam kondisi kadar air tanah tinggi (musim

    penghujan), atau dalam kondisi terbuuk yang mungkin terjadi.

    2. CBR lapangan rendaman (undisturbed soaked CBR)

    Digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di Lapangan pada keadaan jenuh air dan

    tanah mengalami pengembangan (swell) yang maksimum. Hal ini sering digunakan untuk

    menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan

    lagi, terletak pada daerah yang badan jalannya sering terendam air pada musim penghujan dan

    kering pada musim kemarau.

    3. CBR Laboratorium

    Tanah dasar (Subgrade) pada konstuksi jalan baru dapat berupa tanah asli, tanah timbunan atau

    tanah galian yang telah dipadatkan sampai menncapai kepadatan 95% kepadatan maksimum.

    Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah

    memikul beban setelah tanah tersebut dipadatkan. CBR ini disebut CBR laboratoium , karena

    disiapkan di Laboratorium. CBR Laboratorium dibedakan atas 2 macam, yaitu CBR

    Laboratorium rendaman dan BR Laboratorium tanpa rendaman.

  • Komponen CBR

    Nilai CBR sangat bergantung kepada proses pemadatan. Faktor faktor yang mempengaruhi

    kepadatan tanah adalah :

    1. Karekteristik material tanah dasar

    2. Kadar air material tanah dasar

    3. Jenis alat pemadat yang digunakan

    4. Massa (berat) alat pemadat yang tergantung pada lebar roda dan pelat dasarnya

    5. Ketebalan lapisan material yang dipadatkan

    6. Jumlah lintasan alat pemadat yang diperlukan

    IV. Prosedur Percobaan

    1. Persiapan Percobaan

    1. Menyiapkan 1 plastik tanah lolos saringan no 4 ASTM 5 kg

    2. Masing-masing kantong direncanakan kadar air yang diinginkan. Kadar air

    yang digunkan -2% dari kadar air optimum, kadar air optimum, dan +2% dari

    kadar air optimum.

    2. Pada saat percobaan

    1. Memadatkan sampel tanah seperti pada percobaan compaction.

    2. Penetrasi sampel pada keadaan unsoaked

  • a. Mold dan tanah ditimbang, kemudian diletakkan pada mesin CBR dan

    diberikan ring di atas permukaan sampel tanah. Piston diletakkan di

    tengah-tengah beban ring sehingga menyentuh permukaan tanah.

    b. Coading dan dial diperiksa dan siet nol.

    c. Penetrasi dilakukan dengan penurunan konstan 0,05/menit

    d. Catat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut L 0,025, 0,05,

    0,075, 0,1, 0,125, 0,15, 0,175, dan 0,2.

    3. Penetrasi sampel pada keadaan soaked

    a. Setelah percobaan pada penetrasi unsoaked, contoh tanah tadi direndam

    96 jam untuk mengetahui kondisi swelling.

    b. Pencatatan swelling dilakukan pada jam pertama dan jam kedua sejak

    mulai dimasukkan di dalam bak air. Selanjutnya dicatat pada jam ke 24,

    48, 72, dan 96 jam.

    c. Setelah 96 jam, mould dan tanah diangkat, kemudian dilakukan

    penetrasi seperti pada percobaan unsoaked namun permukaan

    yang digunakan yang sebaliknya.

    d. Setelah selesai, sampel tanah dikeluarkan dan kemudian diambil

    sebagian di lapisan atas, sebagian di lapisan tengah, dan sebagian

    lagi pada lapisan bawah untuk dihitung kadar airnya.

    V. Pengolahan Data

    1. Persiapan percobaan

    sampel Wx (%) W0 (%) w (Kg) V add (mL)

    I 40,8 33,98 4,826 245,6584565

    II 42,8 37,03 4,79 201,6952492

    III 44,8 33,85 4,348 355,701158

    2. Data & grafik penetrasi tanah dan tegangan

    mould kadar air yang diinginkan (%) kadar air percobaan (%) kadar air soaked

    (%)

    I 40,8 39,28 42,8

    II 42,8 40,232 42,34

    III 44,8 43,198 44,39

  • 1. Unsoaked

    Penetrasi Dial reading Stress (psi)

    I II III I II III

    0 0 0 0 0 0 0

    0,025 5 2,5 2 39,13333333 19,56667 15,65333

    0,05 7,5 5 2,5 58,7 39,13333 19,56667

    0,075 11 7 3 86,09333333 54,78667 23,48

    0,1 13,5 9,5 4 105,66 74,35333 31,30667

    0,125 16,5 11 5 129,14 86,09333 39,13333

    0,15 19 12,5 6 148,7066667 97,83333 46,96

    0,175 21 14 8 164,36 109,5733 62,61333

    0,2 22 15,5 8,5 172,1866667 121,3133 66,52667

    2. Soaked

    Penetrasi Dial reading Stress (psi)

    I II III I II III

    0 0 0 0 0 0 0

    0,025 2 3 2 15,65333333 23,48 15,65333

    0,05 3 4 3 23,48 31,30667 23,48

    0,075 3,5 7 4 27,39333333 54,78667 31,30667

    0,1 4,5 9 5 35,22 70,44 39,13333

    0,125 5 10 5,5 39,13333333 78,26667 43,04667

    0,15 5,5 10,5 6 43,04666667 82,18 46,96

    0,175 6 11,5 6,5 46,96 90,00667 50,87333

    0,2 7 12 6,5 54,78666667 93,92 50,87333

    0

    50

    100

    150

    200

    0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25Pe

    ne

    trat

    ion

    Te

    sist

    em

    ce (

    psi

    )

    Penetration (in)

    Grafik Tegangan Terhadap Penetrasi Mould I

    unsoaked

    soaked

  • Penetrasi 0.1

    Unsoaked mould I : CBR = 105,66

    1000 100% = 10,56%

    Unsoaked mould II : CBR = 74,35

    1000 100% = 7,435%

    Unsoaked mould III : CBR = 31,31

    1000 100% = 3,131%

    Soaked mould I : CBR = 35,22

    1000 100% = 3,522%

    Soaked mould II : CBR = 70,44

    1000 100% = 7,044%

    Soaked mould III : CBR = 39,13

    1000 100% = 3,913%

    Penetrsai 0.2

    Unsoaked mould I : CBR = 172,19

    1500 100% = 11,48%

    Unsoaked mould II : CBR = 121,31

    1500 100% = 8,09%

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

    Pe

    ne

    trat

    ion

    Te

    sist

    em

    ce (

    psi

    )

    Penetration (in)

    Grafik Tegangan Terhadap Penetrasi Mould II

    unsoaked

    soaked

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25Pe

    ne

    trat

    ion

    Te

    sist

    em

    ce (

    psi

    )

    Penetration (in)

    Grafik Tegangan Terhadap Penetrasi Mould III

    unsoaked

    soaked

  • Unsoaked mould III : CBR = 66,53

    1500 100% = 4,435%

    Soaked mould I : CBR = 54,79

    1500 100% = 3,653%

    Soaked mould II : CBR = 93,92

    1500 100% = 6,261%

    Soaked mould I : CBR = 50,87

    1500 100% = 3,391%

    3. Swelling

    t (hour) dial reading swell (%)

    I II III I II III

    0,5 12 3 0,5 0,263896 0,065045 0,011031

    1 15 3 1 0,32987 0,065045 0,022062

    2 21 3,5 2 0,461818 0,075886 0,044124

    24 29 7 2 0,637749 0,151771 0,044124

    48 30,5 8 2 0,670736 0,173453 0,044124

    72 30,5 9 2 0,670736 0,195134 0,044124

    96 32 9 3 0,703723 0,195134 0,066186

    VI. Analisis

    a. Analisis Percobaan

    Pada percobaan ini diharapkan praktikan dapat mencari nilai CBR pada kepadatan

    dan kadar air tertentu. Pada saat sebelum memulai percobaan, praktikan harus menyiapkan

    tanah dengan kadar air -2% dari kadar air optimum, kadar air optimum, dan +2% dari

    kadar air optimum.

    Kemudian saat percobaan dimulai, praktikan memadatkan sampel tanah seperti pada

    percobaan compaction. Kemudian melakukan penetrasi sampel pada keadaan unsoaked

    dengan cara mold dan tanah ditimbang, kemudian diletakkan pada mesin CBR dan

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0,8

    0 20 40 60 80 100 120

    nila

    i sw

    ell

    (%)

    waktu ( jam )

    Grafik waktu terhadap nilai swell

    40,80%

    42,80%

    44,80%

  • diberikan ring di atas permukaan sampel tanah. Piston diletakkan di tengah-tengah beban

    ring sehingga menyentuh permukaan tanah. Kemudian Coading dan dial diperiksa dan

    diset nol. Setelah itu penetrasi dilakukan dengan penurunan konstan 0,05/menit dan catat

    pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut L 0,025, 0,05, 0,075, 0,1, 0,125,

    0,15, 0,175, dan 0,2.

    Untuk penetrasi sampel pada keadaan soaked. Pertama-tama tanah setelah percobaan

    pada penetrasi unsoaked direndam 96 jam untuk mengetahui kondisi swelling.

    Pencatatan swelling dilakukan pada jam pertama dan jam kedua sejak mulai dimasukkan di

    dalam bak air. Selanjutnya dicatat pada jam ke 24, 48, 72, dan 96 jam. Setelah 96 jam,

    mould dan tanah diangkat, kemudian dilakukan penetrasi seperti pada percobaan

    unsoaked namun permukaan yang digunakan yang sebaliknya. Setelah selesai,

    sampel tanah dikeluarkan dan kemudian diambil sebagian di lapisan atas, sebagian di

    lapisan tengah, dan sebagian lagi pada lapisan bawah untuk dihitung kadar airnya.

    b. Analisis Hasil

    Saat sebelum memulai percobaan tanah yang ada diatur hingga mencapai kadar air

    tertentu dengan menggunakan rumus :

    V = W W01 + W0

    Dimana : Wx = kadar air yang diinginkan

    W0 = kadar air mula-mula

    w = berat tanah

    Kemudian untuk mencari tegangan setelah menguji tanah dengan mesin uji CBR

    digunakan rumus :

    =

    =

    ()

    Dimana : A = luas piston = 3 inch2

    M = dial reading

    LRC = faktor kalibrasi = 23,48

    Untuk mencari nilai CBR digunakan rumus :

  • CBR =test unit load (psi)

    standart unit load (psi) 100%

    Dengan standart unit load

    Penetrasi Standard Unit Load

    0.1 1000 psi

    0.2 1500 psi

    0.3 1900 psi

    0.4 2300 psi

    0.5 2600 psi

    Untuk menghitung nilai dari swelling sampel tanah digunakan rumus :

    Swell = dial 96jam 2,54 0,001

    tinggi mould 100%

    c. Analisis Kesalahan

    Kesalahan yang mungkin terjadi dalam praktikum kali ini antara lain :

    - Kesalahan Sistematik

    Kesalahan ini disebabkan karena alat yang digunakan untuk praktikum seperti dial yang

    digunakan terlalu sensitif sehingga mempengaruhi hasil praktikum.

    - Kesalahan Praktikan

    Kesalahan ini terjadi murni dari kesalahan praktikan antara lain seperti dalam membaca

    dial reading alat yang digunakan tidak dalam posisi yang seharusnya sehingga

    mengganggu pembacaan. Selanjutnya kesalahan paralaks juga dapat terjadi pada saat

    penentuan diameter, ketinggian ataupun pembacaan dial reading karena posisi mata tidak

    tegak lurus dengan penggaris.

    - Kesalahan bahan

    Kesalahan ini dapat terjadi karena sampel tanah yang digunakan masih mengandung

    kerikil-kerikil sehingga hasil dari uji CBR ini kurang maksimal.

    d. Analisis Geotek

    Tanah dasar adalah permukaan tanah asli, permukaan galian, atau permukaan

    timbunan yang merupakan dasar untuk peletakan bagian bagian perkerasan yang lainnya.

    Kekuatan dan keawetan dari konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat dan

    daya dukung tanah dasar. Sehingga tanah dasar ini menentukan tebal tipisnya lapisan tanah

    di atasnya. Untuk menentukan kekuatan tanah dasar biasanya dipakai cara CBR

  • (CALIFORNIA BEARING RATIO). Sistem klasifikasi yang umum dipakai pada jalan

    raya adalah UNIFIED dan AASHO system, sedang untuk lapangan terbang digunakan

    FAA system.

    Nilai CBR juga penting dalam pembuatan pondasi. Meningkatkan Nilai CBR Pada

    Lapisan Pondasi (Subbase Course dan Base Course) dan Lapisan Pondasi Bawah (Subbase

    Course). Lapisan pondasi (subbase course dan base course) adalah lapisan yang terletak

    dibawah lapisan permukaan. Karena terletak dibawah permukaan perkerasan, maka lapisan

    pondasi menerima pembebanan yang berat dan paling menderita akibat muatan. Oleh

    karena itu, material didalam lapisan pondasi harus berkualitas sangat tinggi dan konstruksi

    harus dilakukan dengan cermat. Untuk meningkatkan nilai CBR pada lapisan subbase

    course dan base course dapat menggunakan material yang lebih baik. Harga CBR dari

    lapisan pondasi sangat bergantung dari jenis material yang dipakai. Pemilihan matreial

    yang digunakan haruslah benar-benar sesuai dengan rencana akan jalan itu sendiri. Jika

    CBR dari material yang ada ternyata rendah, maka material tersebut haruslah diganti

    dengan material yang mempunyai nilai CBR lebih tinggi.

    VII. Kesimpulan

    - Nilai CBR pada sampel tanah didapatkan :

    Penetrasi 0.1

    Unsoaked mould I (39,39%) =10,56%

    Unsoaked mould II (40,23%) =7,44%

    Unsoaked mould III (43,2%) = 3,13%

    Soaked mould I (39,39%) = 3,52%

    Soaked mould II (40,23%) = 7,04%

    Soaked mould III(43,12%) = 3,91%

    Penetrsai 0.2

    Unsoaked mould I (39,39%)) =11,48%

    Unsoaked mould II (40,23%) = 8,09%

    Unsoaked mould III (43,12%) = 4,44%

    Soaked mould I (39,39%) = 3,65%

    Soaked mould II (40,23%) = 6,26%

    Soaked mould I (43,12%) = 3,39%

    - Nilai CBR dapat digunakan untuk pembuatan pondasi ataupun dalam konstruksi

    perkerasan jalan.

    VIII. Daftar Pustaka

    Irawan,Dadi. CBR (California Bearing Ratio). http://karpetilmusipil.blogspot.com/2010/01/cbr-

    california-bearing-ratio.html. 9 Maret 2012.

    Budi, Arief. Meningkatkan Nilai CBR Pada Lapisan Pondasi (Subbase Course dan Base Course) dan

    Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course). http://civilgalerie.blogspot.com/. 10 Maret 2012.

    Buku Pedoman Praktikum Mekanika Tanah FT UI

  • IX. Lampiran