laporan praktikum iptk

47
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DISUSUN OLEH: KELOMPOK 10 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN 1

Upload: rory-baskara

Post on 02-Oct-2015

242 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ilmu pengelolaan terumbu karang ub

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMILMU DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 10

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014iiiii

LAPORAN PRAKTIKUMILMU DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 10

Marselya Imelda Tanati(115080606111002)Kiki Andreas(135080600111010)Alan Saputra Perdana(135080600111037)Junika Chintia Ayu Putri(135080600111044)Riyan Apriyanto(135080600111052)Masaji Faiz Dani Agus Setiani(135080600111058)Alafi Hidayatum Mufidayanti(135080601111008)Tanti Yusilia Rizky Rustamaji(135080601111038)Rizky Hendi Fachrezy(135080601111079)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menyatakan bahwa telah disetujui Laporan Akhir Praktikum Ilmu Pengelolaan Terumbu KarangOleh : Kelompok 10

Malang, 19 Desember 2014Menyetujui,Koordinator AsistenAsisten Pendamping

(Hardi Bagus Adipamungkas)(Maulana Abdurrahman)NIM. 115080601111003NIM. 125080601111022

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan pertolongan, petunjuk dan tuntunannya sehingga Laporan Praktikum Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang ini dapat selesai tepat waktu.Kami juga sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan Praktikum Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang ini bisa selesai tepat waktu sebagaimana mestinya, yaitu:1. Dosen pengampu mata kuliah Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang Bapak Oktiyas Muzaky Luthfi, S.T.2. Seluruh dosen pembimbing mata kuliah Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang3. Tim asisten praktikum Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang4. Serta semua pihak yang tidak dapat kami uraikan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaikan laporan praktikum Ilmu dan Pengelolaan Terumbu KarangBesar harapan kami bahwa Laporan Praktikum Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan khususnya, dan masyarakat pada umumnya yang ingin memperdalam tentang Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang.Kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, demikian pula Laporan Praktikum Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang dada agar menjadi lebih baik di lain waktu.

Malang, 12 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHANiiiKATA PENGANTARivDAFTAR ISIvDAFTAR GAMBARviiDAFTAR TABELviiiI.PENDAHULUAN11.1.Latar Belakang11.2.Tujuan11.2.1.Lapang11.2.2.Laboratorium21.3.Manfaat21.3.1.Lapang21.3.2.Laboratorium21.4.Waktu dan Tempat31.4.1.Lapang31.4.2.Laboratorium3II.TINJAUAN PUSTAKA42.1.Terumbu Karang42.1.Acropora42.2.Bentuk Life Form Acropora52.3.Aksial Koralit62.4.Radial Koralit7III.METODE83.1.Lapang83.1.1.Alat dan Bahan83.1.2.Skema Kerja93.2.Laboratorium103.2.1.Alat dan Bahan103.2.2.Skema Kerja11IV.PEMBAHASAN134.1.Analisa Prosedur134.1.1.Lapang134.1.2.Laboratorium174.2.Analisa Hasil194.2.1.Lapang194.2.2.Laboratorium20V.PENUTUP235.1. Kesimpulan235.2. Saran24DAFTAR PUSTAKA25LAMPIRAN27

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk pertumbuhan karang Acropora5Gambar 2. Pemotongan Fragmen untuk Mendapatkan Ukuran yang Sesuai13Gambar 3. Fragmen yang Terletak di dalam Keranjang dan Berada di dalam Air13Gambar 4. Pengukuran Fragmen Karang Menggunakan Penggaris14Gambar 5. Pengikatan Kabel Tis pada Roster untuk Menyambungkan Media14Gambar 6. Memberi Tagging Nama Kelompok dan Tanggal15Gambar 7. Mengikat Fragmen Karang Menggunakan Kabel Tis15Gambar 8. Pengangkutan Fragmen Beserta Medianya di Dalam Air16Gambar 9. Meletakkan Karang Transplant di Daerah Aseptor Transplant16Gambar 10. Fragmen Karang yang Telah Mengalami Bleaching17Gambar 11. Pengamatan Aksial Koralit17Gambar 12. Pengamatan Radial Koralit18Gambar 13. Pengamatan Conesteum18Gambar 14. Hasil Transplantasi Karang saat Diletakkan di Daerah Aseptor Transplant19Gambar 15. Bentuk Pertumbuhan Karang Spesies 120

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat-Alat untuk Transplantasi Karang Beserta Fungsinya8Tabel 2. Bahan-Bahan untuk Transplantasi Karang Beserta Fungsinya8Tabel 3. Alat Penelitian/Pengamatan Morfologi Karang di Laboratorium10Tabel 4. Bahan Pengamatan Karang di Laboratorium10

I. II. PENDAHULUAN

2.1. Latar BelakangTerumbu karang mempunyai berbagai peranan yang sangat penting dalam tatanan lingkungan kawasan pesisir dan lautan jika ditinjau dari segi biologi, ekologi dan biotanya. Terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat untuk memijah, bertelur dan mencari makan bagi biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Sedangkan secara fisik, terumbu karang berfungsi sebagai pemecah ombak dan melindungi pantai dari gempuran ombak yang besar dan badai. Selain itu, terumbu karang memiliki nilai estetika yang tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai wisata bahari (marine tourism). Indonesia termasuk ke dalam Negara dengan status terumbu karang yang paling terancam. Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat pulih kembali, namun untuk dapat pulih kembali membutuhkan waktu yang cukup lama (Guntur, 2011).Transplantasi karang merupakan salah satu upaya untuk membantu memulihkan terumbu karang di suatu wilayah. Transplantasi karang ialah pemotongan karang hidup untuk ditanam di tempat lain. Transplantasi karang memiliki tujuan untuk meregenerasi terumbu karang yang telah rusak. Selain itu, transplantasi memiliki tujuan untuk membangun daerah terumbu karang yang baru. Hasil pertumbuhan karang melalui transplantasi tidak berbeda dengan karang di terumbu karang alami.

2.2. Tujuan2.2.1. LapangTujuan dari praktikum lapang Ilmu Pengelolaan Terumbu Karang ialah: Mahasiswa dapat mempelajari berbagai macam usaha sebagai upaya konservasi karang Mahasiswa mampu melakukan transplantasi karang dengan benar Mahasiswa mengetahui cara pengambilan sampel dengan baik

2.2.2. LaboratoriumTujuan dari praktikum laboratorium Ilmu Pengelolaan Terumbu Karang ialah: Mahasiswa dapat membedakan antara karang Acropora dan non Acropora Mahasiswa dapat membedakan antara aksial koralit dan radial koralit karang Acropora Mahasiswa dapat mengukur panjang fragmen, diameter polip dan menghitung jumlah radial koralit pada karang Acropora Mahasiswa dapat melakukan penelitian hingga dapat mengetahui taksonomi karang hingga tingkat spesies

2.3. Manfaat2.3.1. LapangManfaat dari praktikum lapang Ilmu Pengelolaan Terumbu Karang ialah: Mahasiswa mengetahui berbagai macam usaha sebagai upaya konservasi karang Mahasiswa mengetahui cara transplantasi karang dengan benar Mahasiswa mengetahui cara pengambilan sampel dengan baik2.3.2. LaboratoriumManfaat dari praktikum laboratorium Ilmu Pengelolaan Terumbu Karang ialah: Mahasiswa mengetahui perbedaan antara karang Acropora dan non Acropora Mahasiswa mengetahui perbedaan antara aksial koralit dan radial koralit karang Acropora Mahasiswa mengetahui cara mengukur panjang fragmen, diameter polip dan menghitung jumlah radial koralit pada karang Acropora Mahasiswa dapat melakukan penelitian hingga dapat mengetahui taksonomi karang hingga tingkat spesies

2.4. Waktu dan Tempat2.4.1. LapangPraktikum lapang Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Desember 2014 pada pukul 10.00 14.00 WIB di Pantai Kondang Merak, Malang, Jawa Timur.2.4.2. LaboratoriumPraktikum laboratorium Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2014 pukul 14.40 16.20 WIB di Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup berbagai jenis organisme laut. Organisme laut yang hidup di terumbu karang ialah pada tingkatan avertebrata. Contoh organisme tersebut ialah moluska dan krustasea. Selain itu ada pula jenis hewan bertulang belakang seperti ikan karang, penyu dan mamalia. Terumbu karang bisa disamakan sebagai hutan tropis di daratan yang dihuni berbagai jenis fauna (Shoedarma, 2005 dalam Muttaqin, 2011).Terumbu karang merupakan struktur di dasar laut yang berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang ialah hewan yang tidak memiliki tulang belakang dan termasuk dalam Filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria. Suatu organism dapat disebut karang (coral) jika mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Sebuah individu karang atau yang biasa disebut dengan polip karang memiliki ukuran yang bervariasi. Karang berukuran kecil biasanya memiliki polip yang kecil, sedangkan yang memiliki polip berukuran besar ialah karang yang soliter (Silvianita, 2003).

2.1. Acropora Genus Acropora memiliki bentuk pertumbuhan (life form) bercabang (branching), tabulate, digitate, dan kadang-kadang berbentuk encrusting atau submassive. Koralit genus ini memiliki dua tipe, yaitu aksial dan radial. Selain itu, tidak terdapat kolumela. Dinding koralit dan koenestum menjadi poros. Pada genus ini tentakel hanya keluar pada malam hari (Syarifuddin, 2011).Karang Acropora memiliki reproduksi secara seksual dan bersifat simultaneous hermaphrodites, yaitu dapat memproduksi ovum dan sperma secara bersamaan. Karang yang memproduksi ovum terlebih dahulu kemudian berganti memproduksi sperma disebut sequential hermaphrodites, salah satu karang yang memiliki sifat ini ialah karang jenis Stylophora pistillata. Spawning (pemijahan) karang Acropora pada umumnya terjadi pada saat bulan purnama. Karang Acropora pada kondisi tertentu dapat bereproduksi secara aseksual, yaitu dengan fragmentasi. Umumnya fragmentasi ini ditemukan pada karang yang memiliki bentuk pertumbuhan bercabang. Karang fragmen merupakan patahan dari koloni karang, akibat adanya gelombang, badai, predasi oleh ikan, atau faktor fisik lainnya (Richmond, 1997 dalam Muttaqin, 2012).

2.2. Bentuk Life Form Acropora Menurut English et al. (1994) dalam Syarifuddin (2011), bentuk pertumbuhan Acropora adalah sebagai berikut: Acropora bentuk cabang (Branching Acropora): Bentuk bercabang seperti ranting pohon. Acropora meja (Tabulate Acropora): Bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar. Acropora merayap (Encrusting Acropora): Bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora yang belum sempurna. Acropora submasif (Submassive Acropora): Percabangan bentuk gada/lempeng dan kokoh. Acropora berjari (Digitate Acropora): Bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan. Gambar pertumbuhan karang Acropora dapat dilhat seperti pada gambar berikut:

Gambar 1. Bentuk pertumbuhan karang AcroporaJenis karang keras atau hard coral bisa dikelompokkan menjadi dua jenis yakni karang Acropora dan karang Non Acropora. Pada karang jenis Acropora terdapat 5 jenis bentuk pertumbuhan. Pertama adalah berbentuk cabang atau Acropora bercabang (Acropora Branching) yang memiliki bentuk bercabang seperti pohon, contoh jenis Acropora bercabang adalah Acropora palmata dan Acropora formosa. Bentuk pertumbuhan kedua adalah Acropora meja (Acropora Tabulate/ABT) yang berbentuk bercabang dengan arah mendatar, rata seperti meja, contohnya adalah Acropora hyacinthus. Acropora yang ketiga berbentuk merayap (Acropora Encrusting/ACE), bentuknya merayap dan biasanya terjadi pada Acropora yang belum sempurna, contoh Acropora palifera dan Acropora cuneata. Bentuk keempat adalah Acropora submasif (Acropora submassive/ACS) yang memiliki percabangan bentuk gada/lempeng dan kokoh contoh acropora submasif adalah Acropora palifera. Bentuk yang kelima dan terakhir adalah Acropora berjari (Acropora Digitate/ACD), bentuk percabangannya rapat dengan cabang-cabang seperti jari-jari tangan, contohnya dapat dilihat pada Acropora humilis, Acropora digitofera dan Acropora gemmifera (Rahmat et al., 2001).

2.3. Aksial Koralit Menurut English et al., 1994 dalam Syarifudin 2011, karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, gelombang dan arus, ketersediaan bahan makanan, sedimen, sub areal exposure dan faktor genetik. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang batu terbagi atas karang Acropora dan non Acropora. Perbedaan Acropora dengan non Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropopaa grupra memiliki bagian yang disebut axial corallite dan radial corallite, sedangkan non Acropora hanya memiliki radial corallite.Pada grup branching karang memiliki aksial koralit. Namun ada juga karang branching yang tidak memiliki aksial koralit. Koralit adalah satuan tempat hidup individu hewan karang yang berbentuk seperti mangkuk. Aksial koralit artinya koralit yang berada pada ujung-ujung utama percabangan. Pada umumnya ukuran aksial koralit lebih besar dari koralit lainnya (Rimayanti, 2014).Menurut Wallace & Wolstenholme (1998); Suharsono (2008) dalam Fachrurrozie (2012), karang Acropora sp. memiliki koloni dengan bentuk percabangan yang bervariasi. Salah satu dari bentuk percabangannya adalah arboresen. Marga Acropora memiliki axial coralit dan radial koralit. Radial koralit dapat berbentuk tabung dengan bukaan dimidiate dan sebagian tenggelam. Umumnya meiliki koloni berwarna coklat dan hijau muda. Sedangkan aksial koralit berada pada ujung utama percabangan yang biasanya aksial koralit ini berukuran lebih besar daripada radial koralit.

2.4. Radial Koralit Secara umum, bentuk pertumbuhan karang (life form) dibagi menjadi dua, yaituAcroporadannon-Acropora. Perbedaan yang terdapat diantara keduanya adalah padaAcroporamemiliki struktur yang disebut aksial koralit dan radial koralit. Aksial koralit adalah titik tumbuh yang terletak pada ujung cabang yang dimiliki oleh karang. Warna aksial koralit akan cenderung lebih pucat daripada warna karang itu sendiri. Sedangkan radial koralit merupakan titik tumbuh yang terletak pada sisi-sisi karang (Syarifuddin, 2011).Marga Acropora mempunyai bentuk percabangan sangat bervariasi dari karimboba, aboresen, kapitosa dan lain-lain. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai aksial koralit dan radialkoralit. Bentuk koralit juga bervariasi dari bentuk tubular, harifon dan tenggelam. Acropora formosa mempunyai bentuk percabangan aborsen dengan percabangan rampaisampai gemuk. Radial koralit membentuk tabung dengan bukan membulat atau oval tersusun merata dan rapat. Warna koloni kecoklatan dengan unjung cenderung memutih. Terbesar diseluruh perairan Indonesia (Wells, 1995 dalam Suharsono, 1996).

IV. METODE

3.1. Lapang3.1.1. Alat dan BahanBerikut ini merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapang Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang materi transplantasi karang:NOALATFUNGSI

1Alat TulisUntuk mencatat proses transplantasi karang

2Alat Selam DasarUntuk alat bantu pergerakan, pengelihatan dan pernapasan di dalam air selama pengambilan fragmen karang

3AkrilikUntuk mencatat proses transplantasi dalam air

4PenggarisUntuk mengukur ukuran fragmen

5KameraUntuk mendokumentasikan proses transplantasi

6KeranjangUntuk tempat pengumpulan fragmen karang

7Tang PotongUntuk memotong fragmen karang

Tabel 1. Alat-Alat untuk Transplantasi Karang Beserta FungsinyaBerikut ini merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum lapang Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang materi transplantasi karang:NOBAHANFUNGSI

1Fragmen KarangUntuk bahan utama dalam proses transplantasi terumbu karang

2Kabel TisUntuk mengikat fragmen karang ke roster dan plastik label

3RosterUntuk media transplantasi karang

4Plastik LabelUntuk memberi nama kelompok

Tabel 2. Bahan-Bahan untuk Transplantasi Karang Beserta Fungsinya

3.1.2. Skema KerjaBerikut ini merupakan skema kerja praktikum lapang Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang materi transplantasi karang:

Mengangkut karang beserta medianya di dalam airMeletakkan karang transplant di daerah aseptor transplantTransplantasi KarangMenyiapkan alat dan bahanMengikatkan kabel tis pada roster untuk memenyambungkan mediaMemberi label sesuai identitas kelompok dan tanggal pelaksanaan transplantasi pada salah satu ujung roster dan diikat menggunakan kabel tisMengikatkan fragmen karang dengan menggunakan kabel tisMemotong fragmen untuk mendapat ukuran yang sesuaiMeletakkan fragmen yang telah dipotong di dalam keranjangMengukur ukuran fragmenHasil

3.2. Laboratorium3.2.1. Alat dan BahanBerikut ini merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum laboratorium Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang materi identifikasi karang:NOALATFUNGSI

1Loop/Kaca PembesarPengamatan polip, aksial koralit dan radial koralit

2Penggaris Plastik/kaliperSebagai alat pengukuran

3Buku CatatanSebagai alat untuk mencatat

4Buku Panduan PraktikumSebagai alat referensi

5Kamera DigitalDokumentasi

6MikroskopPengamatan polip, aksial koralit dan radial koralit

7Peralatan GambarDokumentasi dan untuk menggambar bagian - bagian karang acropora

8Sarung tangan karet (Latex)Untuk melindungi tangan

9Kain hitamUntuk background foto koralit

10Cawan PetriTempat Karang

Tabel 3. Alat Penelitian/Pengamatan Morfologi Karang di Laboratorium Berikut ini merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum laboratorium Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang materi identifikasi karang:NOBAHANFUNGSI

1Karang matiPengamatan polip

Tabel 4. Bahan Pengamatan Karang di Laboratorium

3.2.2. Skema KerjaBerikut ini merupakan skema kerja praktikum laboratorium Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang materi identifikasi karang:

Menyamakan/menentukan kelompok Identifikasi KarangMenyiapkan alat dan bahanMengamati bentuk axial koralit mediaMengamati bentuk radial koralitMelihat/mengamati pola Coenosteum karangMelihat/mengamati life form karangMelihat/mengamati karang dari perbedaan axial koralit dan radial koralitkeranjangMenghitung dan menggambar axial koralit dan radial koralitHasil

Pengamatan Aksial KoralitMenyiapkan alat dan bahanMengamati bagian aksial koralit dan mendokumentasikannyaMemotong bagian aksial koralit karangMeletakkan aksial koralit di kaca preparat dalam keadaan tidak tertutupMelihat dengan perbesaran 4x10 pada mikroskopHasil

Pengamatan ConesteumMenyiapkan alat dan bahanMengamati bagian conesteum dan mendokumentasikannyaMemotong bagian conesteum karangMeletakkan radial koralit di kaca preparat dalam keadaan tidak tertutupMelihat dengan perbesaran 4x10 pada mikroskopHasilPengamatan Radial KoralitMenyiapkan alat dan bahanMengamati bagian radial koralit dan mendokumentasikannyaMemotong bagian radial koralit karangMeletakkan radial koralit di kaca preparat dalam keadaan tidak tertutupMelihat dengan perbesaran 4x10 pada mikroskopHasilMengambil fragmen dan meletakkannya di atas mejaMenghitung panjang fragmen yang diamatiMendokumentasikan dengan foto

V. PEMBAHASAN

4.1. Analisa Prosedur4.1.1. Lapang

Gambar 2. Pemotongan Fragmen untuk Mendapatkan Ukuran yang SesuaiPengambilan fragmen karang dengan ukuran yang sesuai. Syarat-syarat untuk pengambilan bibit fragmen karang adalah pengambilan karang maksimal 10% dari koloni induknya dan tidak terlalu pendek atau terlalu panjang. Jika terlalu pendek maka laju pertumbuhan fragmen akan lambat dan jika terlau panjang maka akan terjadi eksploitasi karang induk.

Gambar 3. Fragmen yang Terletak di dalam Keranjang dan Berada di dalam AirFragmen diletakkan didalam keranjang dan dilakukan didalam air. Peletakkan fragmen karang dikeranjang dan dilakukan didalam air yaitu untuk memudahkan pengangkutan dan dilakukan didalam air untuk menjaga karang dari kenaikan suhu atau perbedaan suhu antara air laut dengan udara. Jika karang mengalami kenaikan suhu maka akan mengganggu simbion karang yaitu zooxanthella.

Gambar 4. Pengukuran Fragmen Karang Menggunakan PenggarisPengukuran fragmen karang dengan penggaris. Pengukuran fragmen karang sebelum proses transplantasi yaitu untuk mempermudah melihat laju pertumbuhan karang saat dilakukan peninjauan kembali. Dan dengan pengukuran dapat dilihat mana fragmen karang yang diperkirakan dapat memiliki laju pertumbuhan tinggi dan juga dapat bertahan hidup dan membentuk koloni terumbu karang baru.

Gambar 5. Pengikatan Kabel Tis pada Roster untuk Menyambungkan MediaIkatkan kabel tis pada roster untuk menyambungkan media. Tujuan dari perlakuan pengikatan kabel tis ke roster adalah untuk mengikat media yaitu fragmen karang, fragmen karang perlu diikat untuk mengurangi resiko hilangnya fragmen saat transplantasi dan pemilihan kabel tis untuk pengikat adalah karena kabel tis selain mudah didapat juga kabel tis tidak mudah bereaksi atau terurai oleh air laut.

Gambar 6. Memberi Tagging Nama Kelompok dan TanggalBeri tagging sesuai dengan nama kelompok dan tanggal. Tujuan pemberian nama kelompok dan tanggal pada roster adalah untuk mempermudah mengidentifikasi pertumbuhan fragmen karang dimulai dari tanggal karang tersebut ditransplant. Jika tidak jelas kapan karang tersebut ditransplant maka akan menyulitkan untuk proses pengamatan laju pertumbuhan fragmen karang.

Gambar 7. Mengikat Fragmen Karang Menggunakan Kabel TisMengikat fragmen karang dengan menggunakan kabel tis. Tujuan pengikatan fragmen karang menggunakan kabel tis adalah untuk mengurangi resiko lepasnya fragmen dari medianya yaitu roster. Karena jika tidak di ikat maka dikawatirkan fragmen akan hilang terkena arus atau gelombang dan tingkat kematian karang fragmen akan semakin besar presentasinya.

Gambar 8. Pengangkutan Fragmen Beserta Medianya di Dalam AirLakukan pengangkutan fragmen berserta medianya didalam air . Pengangkutan fragmen karang didalam air adalah untuk mengurangi resiko matinya fragmen karang karena perbedaan suhu antara air laut dengan udara bebas. Karena jika fragmen terpapar matahari secara langsung yang menyebabkan naiknya suhu maka akan mengganggu zooxanthellae yang bersimbiosis dengan karang. Jika zooxanthellae meninggalkan jaringan lunak karang maka terumbu karang akan mengalami bleaching, akan tetapi jika suhu kembali normal dalam waktu yang relative singkat maka zooxanthella akan kembali kedalam karang.

Gambar 9. Meletakkan Karang Transplant di Daerah Aseptor TransplantLetakan karang transplant pada daerah aseptor transplant. Tujuan pelatakkan transplant pada daerah aseptor transplant adalah untuk mempermudah mengingat tempat yang dijadikan tempat transplant dan mempermudah dalam peninjauan dan pemeliharaan. Tempat untuk penempatan transplant harus mendukung pertumbuhan karang yaitu memiliki suhu,kadar salinitas sampai pH yang tepat dan juga terbebas dari tumpukan sedimentasi. Karena sedimentasi dapat membunuh terumbu karang.

4.1.2. Laboratorium

Gambar 10. Fragmen Karang yang Telah Mengalami BleachingMetode pengawetan karang dilakukan dengan cara disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Menyiapkan juga fragmen karang. Dibilas dengan air kran yang mengalir agar biar bersih dari muccus/lendir dan tidak tercamput. Menyiapkan ember sebagai tempat fragmen karang dan dimasukkan fragmen karang ke dalam ember. Menuang klorin ke dalam ember sebanyak 75% untuk membuat karang bleaching. Mendiamkan selama 3 hari lalu dibilas dengan air kran. Menuangkan lagi klorin ke dalam ember sebanyak 75% dan diamkan selama 3 hari. Dibilas dengan air kran dan dituangkan klorin sebanyak 75% dan diamkan selama 3 hari. Lalu dibilas dan diangin-anginkan selama 2 hari agar bagian dalam dan luar karang kering secara merata, kemudian diamati di mikroskop.

Gambar 11. Pengamatan Aksial KoralitMetode pengamatan aksial koralit. Memotong bagian aksial koralit yang terletak diujung percabangan yang berwarna pucat karena disebabkan alga simbion belum berpindah ke jaringan tissue yang baru. Meletakkan di kaca preparat dalam keadaan tidak ditutup. Lalu dilihat dengan perbesaran 4x10 agar terlihat jelas. Mengamati aksial koralit dan didokumentasikan dengan foto.

Gambar 12. Pengamatan Radial KoralitMetode pengamatan radial koralit. Menyiapkan fragmen dan letakkan di meja. Menghitung panjang radial dan mengamati. Mendokumentasikan dengan foto. Memotong bagian radial koralit yang mengelilingi aksial koralit. Meletakkan di kaca preparat dalam keadaan tidak ditutup. Lalu dilihat dengan perbesaran 4x10 agar terlihat jelas. Mengamati radial koralit dan didokumentasikan dengan foto.

Gambar 13. Pengamatan ConesteumMetode pengamatan conesteum. Memotong bagian conesteum. Meletakkan dikaca preparat dalam keadaan tidak ditutup. Lalu dilihat dengan perbesaran 4x10 agar terlihat jelas. Mengamati radial conesteum dan didokumentasikan dengan foto.

4.2. Analisa Hasil4.2.1. Lapang

Gambar 14. Hasil Transplantasi Karang saat Diletakkan di Daerah Aseptor TransplantBerdasarkan hasil praktikum lapang ilmu pengelolaan teumbu karang, diperoleh hasil fragmen karang yang dijadikan bahan untuk transplantasi berjumlah dua buah. Ukuran dari kedua fragmen tersebut masing-masing adalah 6 cm dan 4,5 cm. Penentuan ukuran fragmen karang yang dijadikan sebagai bahan untuk transplantasi ini harus diperhatikan. Hal tersebut karena tidak semua ukuran fragmen dapat dijadikan bahan untuk transplant karang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Jipriandi et al. (2013) yang menyatakan bahwa ukuran fragmen memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mutlak tinggi karang hasil transplant. Selain ukuran dari fragmen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi hasil transplant, ada juga faktor lain yang mempengaruhi, yaitu faktor umur dan bentuk dari fragmen itu sendiri. koloni karang yang muda cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada koloni yang lebih tua, koloni karang yang besar dan bercabang cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada karang masif.Pada prinsipnya transplantasi dilakukan dengan memotong cabang karang dari karang hidup dan menanamnya kembali. Namun pada aplikasinya dialam tidaklah sesederhana itu. Dalam proses transplantasi karang, terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses transplantasi karang. Salah satu faktor yang penting adalah ukuran dari fragmen karang yang akan ditransplant. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prameliasari et al. (2012), yang menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dari reproduksi karang buatan dengan transplantasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah ukuran fragmen, tipe substrat tempat fragmen diletakkan, dan jenis karang. Dari beberapa faktor tersebut, yang perlu diperhatikan adalah faktor ukuran fragmen, karena tidak semua ukuran fragmen yang ditransplant akan memberikan hasil yang baik. Semakin panjang ukuran fragmen maka akan semakin cepat laju pertumbuhannya. Begitu pula sebaliknya, semakin pendek ukuran fragmen, maka pertumbuhannya juga akan semakin lambat. Namun, dalam pengambilan fragmen karang juga harus diperhatikan, karena pengambilan fragmen yang terlalu panjang akan menyebabkan eksploitasi berlebihan pada koloni karang induk.

4.2.2. Laboratorium

Gambar 15. Bentuk Pertumbuhan Karang Spesies 1Berdasarkan hasil pengamatan pada karang spesies 1, dapat diketahui jika karang tersebut memiliki bentuk pertumbuhan atau lifeform tabulate. Lifeform tabulate merupakan salah satu bentuk pertumbuhan dari karang dimana karang tumbuh melebar kesamping menyerupai meja. Selain itu, pada lifeform ini juga dapat ditemui adanya banyak cabang. Spesies ini melebar pada bagian atasnya dan ditopang dengan batang yang berpusat dibagian bawah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Syarifuddin (2011), yang menyatakan bahwa acropora meja atau yang dikenal juga dengan sebutan tabulate acropora memiliki bentuk yang menyerupai meja. Bentuk percabangan dari karang ini ke arah mendatar dan percabangannya rata. Pada bagian bawah, karang ini ditopang oleh batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi. Batang tersebut ada yang membentuk sudut, namun ada pula yang datar. Karena bentuknya itulah karang ini dikenal sebagai karang meja.Berdasarkan hasil identifikasi pula, dapat diketahui bahwa pada karang spesies 1 ini memiliki beberapa jenis radial koralit. Pada spesies 1 ini terdapat 3 jenis radial koralit, yaitu sub immersed, nariform, dan appresed. Jumlah dari masing-masing jenis radial koralit tersebut secara berturut-turut adalah 39, 50, dan 12. Selain terdapat radial koralit, berdasarkan hasil identifikasi juga diketahui bahwa karang spesies 1 juga memiliki aksial koralit. Jadi, dari hasil identifikasi terhadap karang spesies 1 ini, dapat disimpulkan bahwa karang tersebut termasuk karang Acropora. Hal itu diketahui dari adanya aksial dan radial koralit pada karang tersebut. Keberadaan aksial dan radial koralit adalah salah satu ciri khas dari karang Acropora. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Kurniawan (2011), yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara karang Acropora dan Non-Acropora. Perbedaan antara keduanya terletak pada struktur skeletonnya. Pada karang Acropora, pada skeletonnya terdapat bagian yang disebut dengan axial dan radial koralit, sedangkan pada karang Non-Acropora hal tersebut tidak dijumpai. Pada karang Non-Acropora hanya dapat ditemukan adanya radial koralit, sedangkan aksial koralitnya tidak ada. Perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mempermudah dalam identifikasi jenis suatu karang.Sedangkan hasil pengamatan pada septa spesies 1, diketahui bahwa spesies tersebut memiliki satu siklus septa, yaitu R1. Hal tersebut diketahui dari adanya dua septa yang ukurannya panjang yang hampir menyatu. Selain itu, pada spesies tersebut terdapat pula enam septa yang ukurannya lebih pendek. Keberadaan septa ini dapat dijadikan cara untuk mengidentifikasi jenis dari suatu karang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Prasetia (2013), yang menyatakan bahwa pada karang terdapat bagian yang keluar dari dasar. Bagian tersebut berada didalam suatu mangkok kecil atau disebut juga dengan koralit. Bagian karang yang terdapat didalam karang tersebut dikenal dengan nama septa. Septa memiliki pola yang berbeda-beda antar spesies. Perbedaan dari septa inilah yang biasanya digunakan sebagai dasar dalam penentuan spesies suatu karang, karena dapat mempermudah proses identifikasi jenis suatu karang.Berdasarkan identifikasi konesteum yang terdapat pada karang spesies 1, didapatkan hasil bahwa karang spesies 1 tersebut memiliki 2 jenis konesteum, yaitu costate dan meandroid. Costate berupa bentuk lempeng yang bersusun sejajar secara teratur. Sedangkan meandroid memiliki bentuk percabangan yang tidak teratur. Keberadaan konesteum pada karang selain menghubungkan antar polip, dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi jenis suatu karang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Fachrurrozie (2012), yang menyatakan bahwa konesteum merupakan jaringan yang menghubungkan antara polip yang satu dengan polip yang lain. Keberadaan konesteum ini dapat digunakan untuk membedakan dan mengidentifikasi suatu jenis karang. Hal tersebut dilakukan dengan cara melihat jarak koralit pada suatu karang dari konesteumnya. Dari situ dapat dilihat adanya perbedaan letak koralit dari konesteum pada masing-masing karang. Misalnya saja pada karang bercabang, dimana koralit terletak sedikit lebih menonjol keluar dengan tinggi tonjolan berkisar antara 1 2 mm dari konesteum. Sedangkan pada karang berjari, koralitnya rata dengan konesteum.Berdasarkan hasil identifikasi terhadap karang spesies 1, maka dapat disimpulkan bahwa spesies tersebuat adalah spesies Acropora hyacinthus, karena lifeform pada karang tersebut adalah tabulate dan kerapatan dari cabangnya tidak terlalu rapat, serta warna dari karang tersebut, yaitu coklat tua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Musriadi (2014), yaitu Acropora hyacinthus yang umumya dijumpai di Indonesia. Biasanya tumbuh pada daerah tubir yang sering mendominasi suatu lokasi tertentu terutama pada perairan jernih dan bersih dengan ombak yang relatif tidak besar. Spesies karang ini memilikii koloni berbentuk meja lebar yang dapat mencapai ukuran empat meter, karang ini memiliki cabang vertikal relatif kecil dengan axial koralit kecil tetapi masih dapat dibedakan dari radial koralit yang berbentuk mangkok.

VI. PENUTUP

5.1. KesimpulanKesimpulan dari praktikum Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang ialah: Karang merupakan hewan yang tidak mempunyai tulang belakang yang termasuk Coelenterata (hewan berongga) dalam ordo Scleractinia Terumbu merupakan endapan kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang Karang terumbu merupakan hewan yang mensekresi kalsium karbonat dan merupakan pembangun utama struktur terumbu Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang komunitasnya didominasi oleh berbagai jenis hewan karang Bentuk pertumbuhan karang dibagi menjadi dua, yaitu Acropora dan Non-Acropora. Acropora memiliki axial koralit dan radial koralit dan Non-Acropora yang hanya memiliki radial koralit saja Bentuk pertumbuhan koloni karang yaitu arborescent, hispidose, digitate, corymbose, caespitose, tabulate dan encrusting Bentuk pertumbuhan karang Acropora yaitu branching, tabulate, encrusting, submassive dan digitate Aksial koralit merupakan titik tumbuh pada karang yang letaknya di ujung karang, memiliki warna yang lebih cerah dan ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan radial koralit Radial koralit merupakan titik percabangan pada karang yang letaknya berada di sekeliling axial koralit, memiliki warna yang cenderung gelap dan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan axial koralit Transplantasi merupakan pencangkokan atau penanaman karang hidup untuk ditanam di tempat lain Dalam pengambilan fragmen karang untuk transplantasi tidak boleh terlalu pendek maupun terlalu panjang. Sebab, jika terlalu pendek pertumbuhannya akan lambat dan jika terlalu panjang dapat mengeksploitasi karang Berdasarkan hasil identifikasi terhadap karang spesies 1, maka dapat disimpulkan bahwa spesies tersebuat adalah spesies Acropora hyacinthus, karena lifeform pada karang tersebut adalah tabulate dan kerapatan dari cabangnya tidak terlalu rapat, serta warna dari karang tersebut, yaitu coklat tua.

5.2. SaranUntuk praktikum Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang di lapang sebaiknya menjalankan praktikum materi transplantasi karang dengan semaksimal mungkin. Jikalau cuaca atau kondisi perairan sedang tidak mendukung, setidaknya melakukan simulasi yang lebih maksimal lagi dibandingkan praktikum sebelumnya dan asisten lebih memperhatikan praktikannya dalam melakukan simulasi transplantasi karang agar. Sedangkan untuk praktikum laboratorium materi identifikasi sebaiknya memang dilaksanakan di laboratorium agar seluruh praktikan dapat mengetahui cara mengidentifikasi karang dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Fachrurrozie, Achmad. 2012. Pengaruh Perbedaan Intensitas Cahaya terhadap Kelimpahan Zooxanthella pada Karang Branching dan Digitate di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Jakarta: Universitas IndonesiaGuntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Bogor: Ghalia IndonesiaKurniawan, Dedy. 2011. Studi Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Goniopora stokesii (Blainville, 1830) Menggunakan Teknologi Biorock. Makassar: Universitas HasanuddinJipriandi, dkk. 2013. Pertumbuhan Karang Acropora formosa dengan Teknik Transplantasi pada Ukuran Fragmen yang Berbeda. Riau: Universitas Maritim Raja Ali HajiMusriadi. 2014. Akumulasi Logam Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) pada Karang Acropora formosa dan Acropora hyacinthus di Pulau Samalona, Barranglompo dan Bonebatang, Kota Makassar. Makassar: Universitas HasanuddinMuttaqin, Aisyah Fitri. 2012. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Transplantasi Jenis Acropora humilis di Perairan Pulau Kelapa, kepulauan Seribu, Jakarta. Bogor: Institut Pertanian BogorMuttaqin, Aisyah Fitri dkk. 2011. Coral Bleaching Ancaman Terbesar Ekosistem Terumbu Karang Saat Ini: Analisis Penyebab dan Upaya Pemantauan. Jakarta. Bogor: Institut Pertanian BogorPrameliasari, Rr. Tiwi Ajeng dkk. 2012. Pengaruh Perbedaan Ukuran Fragmen dan Metode Transplantasi Terhadap Pertumbuhan Karang Pocillopora damicornis di Teluk Awur, Jepara. Journal Of Marine Research, Vol. 1, No. 1, Hal. 159-168Prasetia, I Nyoman Dodik. 2013. Kajian Jenis dan Kelimpahan Rekrutmen Karang di Pesisir Desa Kalibukbuk, Singaraja, Bali. Jurnal Bumi Lestari, Vol. 13, No. 1, Hal. 69-78Rahmat, M.I. dkk. 2001. Manual Lifeform 5.1. Jakarta: Coral Reef Information and Training Center (CRITC) & Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP)Rimayanti, Ratih. 2014. Mewawancarai Terumbu Karang. Jakarta: IntisariSyarifuddin, Amirah Aryani. 2011. Studi Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Acropora formosa (Veron & Terrence, 1979) Menggunakan Teknologi Biorock di Pulau Barrang Lompo, Kota Makassar. Makassar: Universitas HasanuddinSilvianita, Timotius. 2003. Biologi Terumbu Karang 1. http://terangi.or.id. Diakses pada 14 Desember 2014 pukul 19.00 WIB

LAMPIRAN1