laporan praktikum kimia fisika i perc. viii
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
DETERMINE OF ACIDITY PORUS SUBSTANCES
Disusun Oleh :
K-113-12-001-F
K-113-12-015-F
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Nomor Lab : k-113-12-001-f, k-113-12-015-f
NIM : 1203111788, 1203113505
Kelas / Kelompok : A / VIII
Tanggal Praktikum : 04 Desember 2013
Judul Praktikum : Keasaman Zat Berpori
Pekanbaru, 27 Desember 2013
Praktikan
k-113-12-001-f k-113-12-015-f
NIM. 1203111788 NIM. 1203113505
Menyetujui, Mengetahui,
Koordinator Asisten Praktikum Kimia Fisika I Asisten
(Ade Priyanto,S.Si) (Mhd. Reza Pahlevi)
NIM.1110247272 NIM. 1003121327
DETERMINE OF ACIDITY POROUS SUBSTANCE
ABSTRACT
Tujuan dari percobaan penentuan keasaman zat berpori ini adalah untuk menentukan tingkat
keasaman suatu zat yang memiliki pori berbeda-beda. Adsorbsi ( penyerapan ) adalah suatu
proses pemisahan komponen dari suatu fasa fluida berpindah kepermukaan zat padat.
Adsorbat adalah substansi yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya.
Adsorben adalah suatu media penyerap. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
metode titrasi. Zat berpori yang digunakan pada percobaan ini adalah lempung dan arrang
yang telah dikalsinasi. Pada suasana asam, NaOH yang terpakai untuk arang adalah 5 mL
sedangkan untuk lempung adalah 4 mL. pada suasana basa, HCl yang terpakai untuk arang
adalah 2,5 mL sedangkan untuk lempung adalah 3 mL. berdasarkan hasil percobaan, persen
konsentrasi pada suasana asam untuk arang adalah 0 %, untuk lempung adalah 1,46 %,
sedangkan pada suasana basa untuk arang adalah 3,65 %, untuk lempung adalah 2,92 %.
I. Purpose
1. Menentukan tingkat keasaman suatu zat yang memiliki pori berbeda
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi proses penyerapan dalam adsorpsi
3. Mengetahui cara-cara mengukur keasaman suatu zat
II. Theory
Pada umumnya semua asam mempunyai sifat tertentu. Jumlah ion H+ dalam
air digunakan untuk menentukan derajat keasaman atau kebasaan suatu zat.
Semakin zat tersebut memiliki keasaman tinggi, semakin banyak ion H+ dalam air
(Anggraini, 2012).
Adsorpsi merupakan proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase
fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Biasanya
pertikel-pertikel kecil zat penyerap dan yang umum dilepaskan pada adsorpsi
kimia yang merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap hingga
terjadi proses yang bolak balik (Achmadi, 2012).
Kinetikaadsorpsimenyatakanadanya proses
penyerapansuatuzatolehadsorbendalamfungsiwaktu.
Adsorpsiterjadidalampermukaanzatpadatkarenaadanyadayatarik atom
ataumolekulpadapermukaanzatpadat.Molekul-
molekulpadapermukaanzatpadatatauzatcair, mempunyaigayatarikkearahdalam,
karenatidakadagaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gay-
gayainimenyebabkanzatpadatdanzatcair, mempunyaigayaadsorpsi.
Absorbsiberbedadenganadsorpsi, padaabsorpsizat yang
diserapmasukkedalamadsorbensedangkanpadaadsorpsizat yang
diseraphanyaterdapat di permukaannya (Sukardjo, 1990).
Proses adsorpsi yang terjadipadakimisorpsi,
partikelmelekatpadapermukaandenganmembentukikatankimia
(biasanyaikatankovalen), dancendrungmencaritempat yang
memaksimumkanbilangankoordinasinyadengansubstrat.Peristiwaadsorpsidisebab
kanolehgayatarikmolekul-molekul di permukaanadsorbens. Diamanaadsorben
yang biasadigunakandalampercobaanadalahkarbonaktif, sedangkanzat yang
diserapadalahasamasetat (Keenan, 1999).
Adsorpsi (penjerapan) adalah suatu proses pemisahan komponen dari
suatu fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben).
Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap dilepas pada adsorbsi kimia yang
merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yaang diserap himgga tidak
mungkin terjadi proses yang bolak balik. Adsorbat adalah substansi yang terserap
atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah
merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon
(Tim Labor Kimia Fisika, 2013).
Peristiwaadsorpsi yang terjadijikaberadapadapermukaanduafase yang
bersihditambahkankomponenketiga,
makakomponenketigainiakansangatmempengaruhuisifatpermukaan (Atkins,
1990).
Bayangkan suatu bahan padat dengan permukaan yang bersih dan kering.
Jika permukaan ini dialiri suatu fluida-gas, cairan atau larutan. Terdapat suatu
kecendrungan dimana molekul-molekul gas, pelarut, atau zat terlarut akan
berinteraksi dengan permukaan zat padat. Jika bahan padat itu dipisahkan dengan
sangat halus atau sangat berpori atau dengan kata lain, jika permukaannya sangat
luas maka daerah adsorpsi yang terjadi mungkin cukup besar. Sebagai contoh,
jika suatu zat adsorben yang baik seperti misalnya arang yang dibuat secara
khusus dimasukkan kedalam bejana yang berisi gas, penurunan tekanan ketika
permukaan yang menarik molekul-molekul gas akan dapat diukur dengan mudah
(Underwood, 1989).
Adsorbsisecaraumumadalah proses penggumpalansubtansiterlarut (soluble)
yang adadalamlarutan, olehpermukaanzatataubendapenyerap,
dimanaterjadisuatuikatankimiafisikaantarasubtansidenganpenyerapannya.
Adsorbsidapatdikelompokkanmenjadidua, yaitu ;
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan
suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan
adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya
maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi (Fera, 2012).
Ada beberapafaktor yang mempengaruhidayaserapadsorpsi, yaitu :
1. Sifat Serapan
Adsorpsiakanbertambahbesarsesuaidenganbertambahnyaukuranmolekulserap
andaristurktur yang sama, sepertidalamderet homolog.
Adsorbsijugadipengaruhiolehgugusfungsi, posisigugusfungsi, ikatanrangkap,
strukturrantaidarisenyawaserapan.
2. Temperatur/ suhu
Faktor yang mempengaruhi suhu proses adsoprsi adalah viskositas dan
stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-
sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka
perlakuan dilakukan pada titik didihnya.
3. pH (Derajat Keasaman)
Adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan
asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk
mengurangi ionisasi asam organik tersebut.
4. Waktu Singgung
Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang
digunakan (Fera, 2012).
Aplikasi adsorpsi sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari. Misalnya,
pada sistem pengolahan air limbah industri tekstil yang banyak ditujukan untuk
menghilangkan warna dan yang umum digunakan adalah koagulasi-flokulasi.
Alternatif pengganti untuk proses koagulasi-flokulasi adalah proses adsorpsi dengan
menggunakan karbon aktif (Achmadi,2012).
Keragaman sifat-sifat permukaan adsorben komersial ini merupakan suatu
masalah bagi ahli kromatografi. Pada beberapa kasus, hanya dengan mencuci sebuah
adsorben seperti alumma dengan asam atau alkali, kita dapat mengubah perilakunya,
dan temperatur dimana adsorben tersebut dikeringka juga bisa menjadi hal yang
penting (Underwood, 1989).
Adsorben-adsorben yang paling lazim adalah zat padat yang secara kasar
dapat dikarakterisasi sebagai polar. Ini mencakup bahan-bahan anorganik seperti
kalsium dan magnesium karbonat, gel, silika, dan aluminium oksida atau bahan-bahan
organik seperti sukrosa, amilum, dan selulosa. Adsorben seperti itu memperlihatkan
afinitas yang tinggi terhadap zat terlarut polar, teruatam jika pelarut dari zat terlarut
tersebut rendah (Underwood, 1989).
Kebanyakanzatpengadsorpsiadalahadsorben.Bahan-bahan yang berpori,
danadsorpsiberlangsungterutamapadadinding-dindingpori (Achmadi, 2012)
Proses adsorpsidapatdigambarkansebagai proses
dimanamolekulmeninggalkanlarutandanmenempelpadapermukaanzatadsorbenakibatki
miadanfisika. Ahlipengolahan air membagiadsorpsimenjaditigalangkah, yaitu :
Makrotransport : perpindahan zat pencemar, disebut juga adsorbat (zat yang
diadsorpsi), di dalam air menuju permukaan adsorban.
Mikrotransport : perpindahan adsorbat menuju pori-pori di dalam adsorban.
Sorpsi : pelekatan zat adsorbat ke dinding pori-pori atau jaringan pembuluh
kapiler mikroskopis (Achmadi,2012).
Kekuataninteraksiadsorbatdenganadsorbendipengaruhiolehsifatdariadsorbatma
upunadsorbennya.Gejala yang umumdipakaiuntukmeramalkankomponenmana yang
diadsorpsilebihkuatadalahkepolaranadsorbendenganadsorbatnya.Apabilaadsorbennya
bersifat polar, makakomponen yang bersifat polar
akanterikatlebihkuatdibandingkandengankomponen yang kurang polar (Fera, 2012).
Pemakaiankarbonaktifdalamtangkiaerasilumpuraktifmenghasilkanefisiensipen
golahan yang lebihbaikdanbiaya yang lebihekonomisdibandingkan proses koagulasi-
flokulasidan proses adsorpsidengakarbonaktif (Achmadi, 2012).
III. Equipments and Materials
a. Equipments used
1. Burette 50 ml : 1 pieces
2. Erlenmeyer Flask 50 ml : 2 pieces
3. Beaker Glass 50 ml : 5 pieces
4. Stand and Clamp : 1 set
5. Dropper : 2 pieces
6. Spatula : 1 piece
7. Funnel : 1 piece
8. Bottle Spray : 1 piece
9. Measuring Cylinder 5 ml : 1 piece
10. Measuring Cilinder 25 ml : 1 piece
11. Erlenmeyer Flask 100 ml : 2 pieces
b. Materials Used
1. Hydrochloric Acid (HCl) 0,1 N
2. Sodium Hydroxide (NaOH) 0,1 N
3. Phenolphtalein
4. Methyl Red
5. Aquadest
6. Clay
7. Charcoal
8. Filter Paper
9. Aluminium Foil
IV. Scheme Work
Four beaker glass were prepared.
Two beaker glass was added by 0,5 grams clay and two other glass was added by
0,5 grams charcoal.
HCl 0,1 N 10 ml was added to charcoal and clay NaOH 0,1 N 10 ml was added to
charcoal and clay was waited about 10 minutes.
Then it was filtered with filter paper and each filtrate put into beaker glass.
Each filtred was taken about 5 ml and put into the erlenmeyer flask.
Filtrate of clay and charcoal acidic were added to the phenolphtalein indicator
then titrated with NaOH.
Filtrate of clay and charcoal base were added to the methyl red indicator then
titrated with HCl.
Volume of NaOH HCl that used were recorded.
V. Data and Result Observation
a. Suasana Asam
HCl V HCl V NaOH
Lempung 5 ml 4 ml
Arang 5ml 3,8 ml
b. Suasana Basa
NaOH V NaOH V HCl
Lempung 5 ml 4 ml
Arang 5 ml 3,5 ml
VI. Calculate
1. Konsentrasi
a. Asam ( arang )
V HCl . N HCl = V NaOH . N NaOH
5 mL . N HCl = 5 mL . 0,1 N
N HCl = 0,5 N / 5
N HCl = 0,1 N
b. Asam ( lempung )
V HCl . N HCl = V NaOH . N NaOH
5 mL . N HCl = 4 mL . 0,1 N
N HCl = 0,4 N / 5
N HCl = 0,08 N
c. Basa ( arang )
V HCl . N HCl = V NaOH . N NaOH
2,5 mL . 0,1 N = 5 mL . N NaOH
N NaOH = 0,25 N / 5
N NaOH = 0,05 N
d. Basa ( lempung )
V HCl . N HCl = V NaOH . N NaOH
3 mL . 0,1 N = 5 mL . N NaOH
N NaOH = 0,3 N / 5
N NaOH = 0,06 N
2. Konsentrasi Total
a. Asam ( arang )
Ctotal = Cawal - Cakhir
= 0,1 N – 0,1 N
= 0 N
b. Asam ( lempung )
Ctotal = Cawal - Cakhir
= 0,1 N – 0,08 N
= 0,02 N
c. Basa ( arang )
Ctotal = Cawal - Cakhir
= 0,1 N – 0,05 N
= 0,05 N
d. Basa ( lempung )
Ctotal = Cawal - Cakhir
= 0,1 N – 0,06 N
= 0, 09 N
3. % Konsentrasi
a. Asam ( arang )
%=C total .Vawal .MrMassa
x100 %
%=0N .0,01L .36,5g /mol0,5g
x 100 %
%= 00,15
x 100 %
%=0 %
b. Asam ( lempung )
%=C total .Vawal .MrMassa
x100 %
%=0,02N .0,01 L.36,5 g /mol0,5g
x 100 %
%=0,00730,5
x 100 %
%=1,46 %
c. Basa ( arang )
%=C total .Vawal .MrMassa
x100 %
%=0,05N .0,01L .36,5g /mol0,5g
x 100 %
%=0,018250,5
x 100 %
%=3,65 %
d. Basa ( lempung )
%=C total .Vawal .MrMassa
x100 %
%=0,04N .0,01L .36,5 g/mol0,5g
x100 %
%=0,01460,5
x100 %
%=2,92 %
VII. Chemical Reaction
1. HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
2. SiO4 . AlO2(s) + 4 HCl(aq) [Al(SiCl4)]3+(aq) + 2H2O(l) + 4O2(g)
3. SiO4 . AlO6(s) + 4NaOH(aq) [ Al(SiOH)4]3+(aq) + 2Na2O(aq) + 4O2(g)
4. –C-C-C-C + H+ Cl- -C-C-C-C-Cl + H+
5. –C-C-C-C + Na+ OH- -C-C-C-C-OH + Na+
VIII. Discussion
Penentuan keasaman zat berpori ini bertujuan untuk menentukan tingkat keasaman
suatu zat yang memiliki pori berbeda-beda. Pada percobaan ini dilakukan perendaman atau
penambahan pada arang dan lempung yang berbeda bertujuan untuk memberikan suasana
atau kondisi pada arang dan lempung sehingga pada percobaan ini ada lempung dan arang
suasana asam dan juga arang dan lempung dalam suasana basa, yang bertujuan untuk
membandingkan daya penyerapan arang dan lempung pada suasana asam dan basa. Setelah
ditambahkan HCl maupun NaOH, arang adan lempung dikocok untuk melarutkan arang
maupun lempung dengan HCl maupun NaOH.
Pendiaman campuran dilakukan selama 10 menit untuk menyerap zat-zat pengotor
yang terdapat pada HCl maupun NaOH oleh arang dan juga lempung. Penyaringan dilakukan
untuk memisahkan HCl maupun NaOH dengan arang dan lempung. Filtrat HCl maupun
NaOH diambil, pada filtrate HCl ditambahkan Fenolftalein karena Fenolftalein merupakan
indicator basa yang apabila ditambahkan kedalam asam akan membentuk larutan yang tidak
berwarna dan juga karena filtrate HCl tersebut dititrasi dengan basa, yaitu NaOH, agar mudah
mengamati perubahan warnanya pada saat tercapai titik ekivalen atau titik akhir titrasinya.
Sedangkan pada filtrate NaOH ditambahkan kedalam basa akan membentuk larutan berwarna
kuning dan juga karena filtrate NaOH tersebut dititrasi dengan asam, yaitu HCl agar mudah
mengamati perubahan warnanya saat mencapai titik akhir titrasinya. Dari percobaan yang
dilakukan, didapatkanlah data percobaan pada suasana asam, volume NaOH yang terpakai,
yang menggunakan arang sebagai adsorbennya adalah 5 mL, sedangkan yang menggunakan
lempung sebagai adsorbennya adalah 4 mL. Data percobaan pada suasana basa, volume HCl
yang terpakai yang menggunakan arang sebagai adsorbennya adalah 2,5 mL, sedangkan yang
menggunakan lempung sebagai adsorbennya adalah 3 mL. berdasarkan perhitungan persen
konsentrasi pada suasana asam yang adsorbennya arang diperoleh persen konsentrasinya 0%
sedangkan yang adsorbenmya lempung persen konsentrasinya 1,46 %. Hal ini berarti
lempung lebih bagus daripada arang digunakan sebagai adsorben, berdasarkan besarnya
persen konsentrasi. Sedangkan persen konsentrasi pada suasana basa yang adsorbennya
arang, persen konsentrasinya adalah 3,65 % sedangkan yang adsorbennya lempung, persen
konsentrasinya adalah 2,92 %. Berdasarkan persen konsentrasinya, adsorben yang bagus
digunakan adalah arang. Pada percobaan ini yang digunakan sebagai adsorbat adalah HCl dan
NaOH sedangkan adsorbennya adalah arang dan lempung. Berdasarkan teori, adsorben yang
bagus adalah lempung, tapi pada percobaan yang dilakukan dari hasil yang diperoleh pada
suasana basa besar yang besar pada adsorben arang. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan
pada saat melakukan titrasi.
IX. Question and Answer
1. Jelaskan karakterisasi lempung secara lengkap!
Jawab:
Lempung adalah hidrat alumina silika dan beberapa diantaranya mengandung alkali dan alkali tanah sebagai kompone penting. Lempung mempunyai sifat liat dan kristain. Atom-atomnya tersusun pada pola geometris tertentu. Partikel lempung berukuran 0,002 mm dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron lempung yang dipakai sebagai penyerap dan penapis molekul memerlukan proses dehidrasi terlebih dahulu untuk mencapai keadaan bebas air sehingga terbentuk pori-pori lempung. Tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai berikut :a. Tanah sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian.b. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basa lemah dan basa kuat menyatu antara tanah yang satu dengan tanah yang lain.c. Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.d. Merupakan bahan baku [embuatan tembakau dan kerajinan tangan lainnya dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu diatas 100c.
2. Sebutkan dan jelaskan faktor yang mempengaruhi proses penyerapn absorpsi!
Jawab :
a. Luas PermukaanSemakin luas permukaan adsorbsi, maka semakin banyak zat yang teradsorpsi.
b. Jenis Adsorbat1. Peningkatan polaristabilitas adsorbat akan meningkat kemampuan adsorpsi
molekul yang mempunyai polaristabilitas yang tinggi (polar).2. Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan
adsorpsi.3. Adsorbat dengan rantai bercabang biasanya lebih mudah diadsorpsi
dibandingkan rantai yang lurus.c. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi, semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul.d. Struktur Molekul Adsorbat
Hidroksil dan amino mengurangi kemampuan penyisihan sedangkan nitrogen meningkatkan penyisihan.
e. TemperaturPemanasan yang terlalu tinggi dapat merusak absorban, sehingga kemampuan penyerapan menurun.
f. pHpH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada absorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsoprsi.
g. Kecepatan PengadukanBila pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat, tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak sehinga proses adsorpsi kurabg optimal.
h. Waktu KontakPenentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.
3. Apa yang dimaksud dengan proses titrasi, titran, titrat, titik akhir titrasi dan indikator!
Jawab :
a. Proses titrasi adalah metode analisa kimia kuantitatif untuk menentukan konsentrasi suatu larutan / reaktan.
b. Titran adalah suatu larutan yang mengandung reagensia dan konsentrasi yang telah diketahui dan biasanya larutan yang berada dalam buret.
c. Titrat adalah zat yang telah dititrasi dan ingin diketahui konsentrasinya biasanya larutan yang berada dalam erlenmeyer.
d. Titik akhir titrasi adalah titik saat insikator menunjukkan gejala yang menandai bahwa titk ekivalen telah tercapai.
e. Indikator adalah senyawa organik yang dapat mempertahankan warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam maupun basa.
4. Sebutkan dan jelaskan cara-cara mengukur keasaman suatu larutann!Jawab :
a. Kertas lakmusPengukuran dengan kertas lakmus hanya bersifat pendekatan karea tidak bisa mengetahui nilai pH sebenarnya dan kertas lakmus hanya digunakan satu kali saja. Jika suatu larutan mengubah kertas lakmus menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika suatu larutan mengubah kertas lakmus menjadi merah, berarti larutan tersebut bersifat asam.
b. pH meterpH meter terdiri dari elektroda pengukur pH yang bekerja dengan adanya arus listrik. Pengukuran dengan pH meter lebih akurat dari pada dengan kertas lakmus, karena pH larutan dapat terukur dengan nilai tertentu. Selain itu, pH meter dapat digunakan berulang-ulang.
c. Indikator asam-basaZat kimia mempunyai warna berbeda dalam larutan asam dan larutan basa. Contoh pada phenolphtalein jika dalam suasana asam maka warna yang dihasilkan bening, dan dalam suasana basa akan berwarna merah muda.
d. Indikator alamIndikator yang berasal dari alam, seperti bunga sepatu dan lain-lain.
e. Indikator universal
Indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan pH suatu larutan dengan warna yang telah tertera pada kotak indikator.
X. Conclution
1. Tingkat keasaman arang dan lempung berdasarkan hasil percobaan labih bersifat
asam atau asam kuat lempung daripada arang karena persen konsentrasinya lebih
besar, konsentrasi berbanding terbalik dengan pH.
2. Berdasakan pengertian adsorpsi, adsorbat, dan adsorban pada percobaan ini
dilakukan proses pemisahan komponen lain yang bercampur dengan HCl maupun
NaOH atau zat pengotor tapi yang diamati hanya pada permukaan campuran, media
penyerapnya adalah arang dan lempung.
3. Lempung merupakan mineral yang berarti banyak terdapat dialam, lempung
tersusun dari tetrahedral Si-O dan octahedral Al-O.
4. Cara menentukan keasaman pada lempung dan juga arang adalah dengan
menggunakan indicator phenolftalein.
5. Berdasarkan hasil percobaan, persen konsentrasi arang pada suasana asam adalah
0% sedangkan persentase konsentrasi lempung adalah 1,46%. Pada suasana basa
persen konsentrasi arang adalah 3,65% sedangkan persen konsentrasi lempung 2,92
%.
XI.Reference
Achmadi. 2012. Jurnal Kimia Fisika Penentuan Entalpi Adsorpsi. http://achmadi.wordpress.com/2012/04/28/jurnal-kimia-fisika-penentuan-adsorpsi/. Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Anggraini. 2012. Penentuan Skala Keasaman dan Kabasaan. http://Anggraini.www.rumus-fisika.com/2012/09/penentuan-skala-keasaman-dan-kebasaan.html. Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Fera. 2012. Adsorpsi. http://ferrapramadewi.wordpress.com/2012/adsorpsi/author/ferrazukhrufia/page/2/. Diakses tanggal 1 Desember.
Keenan. 1999. Kimia untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.
Sukardjo. 1990. Kimia Koordinasi. PT. Rineka Cipata, Jakarta.
Tim Labor Kimia Fisika. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 1. Fmipa-UR, Pekanbaru.
Underwood. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.