laporan praktikum komputer epidemiologi

6
LAPORAN PRATIKUM V A. Nama praktikum : “Melakukan Analisis dengan Uji T tidak berpasangan” B. Tujuan praktikum : - Mahasiswa mampu melakukan Analisis Data dengan Uji T tidak berpasangan. - Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil uji T tidak berpasangan. C. Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS 17 1. Melakukan Normalitas Data dan Transformasi Data Untuk melakukan analisis dengan uji T test tidak berpasangan maka langkah awal yang harus dialkukan adalah normalitas data. Karena data harus terdistribusi secara normal untuk melakukan uji parametric T Test. Tabel 1 Hasil Normalitas Data Pada Variabel Energi dan Protein Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statis tic df Sig. Statis tic df Sig. energ i .046 77 .200 * .990 77 .810 prote in .348 77 .000 .234 77 .000 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true 1

Upload: aik-prasetio

Post on 19-Feb-2016

246 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

komputer epidemiologi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan praktikum komputer epidemiologi

LAPORAN PRATIKUM V

A. Nama praktikum : “Melakukan Analisis dengan Uji T tidak

berpasangan”

B. Tujuan praktikum : - Mahasiswa mampu melakukan Analisis Data

dengan Uji T tidak berpasangan.

- Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil

uji T tidak berpasangan.

C. Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS 17

1. Melakukan Normalitas Data dan Transformasi Data

Untuk melakukan analisis dengan uji T test tidak berpasangan maka

langkah awal yang harus dialkukan adalah normalitas data. Karena data harus

terdistribusi secara normal untuk melakukan uji parametric T Test.

Tabel 1 Hasil Normalitas Data Pada Variabel Energi dan Protein

Tests of NormalityKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.energi .046 77 .200* .990 77 .810protein .348 77 .000 .234 77 .000a. Lilliefors Significance Correction*. This is a lower bound of the true significance.

Karena < 50 sampel, maka yang dilihat pada bagian Shapiro-wilk. Dan

didapatkan energy dengan nilai P 0,810 > 0,05 yang berati data terdistribusi

normal dan dapat dilanjutkan ke uji T tidak Berpasangan. Dan pada protein

dengan nilai P 0,000<0,05 yang berarti data tidak terdistribusi normal dan pada

protein dilakukan transformasi data, hasilnya yaitu :

1

Page 2: laporan praktikum komputer epidemiologi

Tabel 2 Hasil Transformasi data pada protein

Tests of NormalityKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.trans_protein .116 77 .012 .794 77 .000a. Lilliefors Significance Correction

Pada trans_protein didapatkan nilai P 0,000<0,05 yang berarti data tetap

tidak terdistribusi normal dan untuk data protein tidak dapat dilakukan uji T tidak

berpasangan. Pada protein dilakukan uji non parametric yaitu Man Whitney.

2. Analisis Uji T tidak berpasangan

Analisis uji T tidak berpasangan dilakukan untuk mencari perbedaan rerata

asupan energy dan protein pada anak sekolah dengan school feeding dan non

school feeding. Syarat yang harus dipenuhi yaitu data harus terdistribusi normal.

Setelah dilakukan normalitas data didapatkan hasil pada energy dengan nilai P

0,810 > 0,05 yang berati data terdistribusi normal dan dapat dilanjutkan ke uji T

tidak Berpasangan didapatkan hasil :

Tabel 3Hasil Analisis Uji T tidak berpasangan pada Energi

Group Statistics

JenisSekolah N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Energi school non feeding 38 1569.7724 355.44416 57.66066

school feeding 39 1285.0769 348.65830 55.83001

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality t-test for Equality of Means

2

Page 3: laporan praktikum komputer epidemiologi

of Variances

95% Confidence Interval of

the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

energi Equal variances

assumed

.140 .709 -3.548 75 .001 -284.69801 80.24041 -444.54510 -124.85092

Equal variances not

assumed

-3.547 74.844 .001 -284.69801 80.26075 -444.59108 -124.80494

Interpretasinya :

a. Menguji varians, lihat uji levene test, nilai sig : 0,709. Karena nilai p > 0,05,

maka disimpulkan varians kedua kelompok tidak sama. Dan untuk uji dua

kelompok tidak berpasangan kesamaan varians tidak menjadi mutlak.

b. Karena varian tidak sama, maka untuk melihat uji t memakai yang equal

varians not assumed. Dan angka signifikansi pada baris kedua adalah 0,001.

c. Nilai IK 95% adalah -444,59108 sampai dengan -124.80494 tidak mencakup

angka 1 yang artinya secara statistik bermakna.

d. Karena nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan ‘’terdapat perbedaan

rerata asupan energi pada anak yang sekolah dengan school feeding dan non

school feeding.’’

3. Analisis Uji Man Whitney

Setelah dilakukan uji normalitas data dan transformasi data, tetap

didapatkan nilai protein P 0,000 <0,05 yang berarti data tidak terdistribusi normal

dan dapat dilakukan uji non parametric yaitu Man Whitney.

Ranks

nama N Mean RankSum of Ranks

protein school feeding 39 28.36 1106.00non school feeding

38 49.92 1897.00

Total 77

Test Statisticsa

3

Page 4: laporan praktikum komputer epidemiologi

proteinMann-Whitney U 326.000

Wilcoxon W 1106.000

Z -4.228

Asymp. Sig. (2-tailed)

.000

a. Grouping Variable: nama

Setelah dilakukan uji Man whitney, bandingkan nilai p dengan alpha. Dan nilai

sig test 0,00 < 0,005 maka dapat diartikan bermakna secara statistik yang berarti

ada ‘’perbedaan rerata asupan protein pada anak yang sekolah dengan school

feeding dan non school feeding.’’

D. KESIMPULAN

Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada data kategori dengan SPSS 17

dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Untuk uji t tidak berpasangan Nilai IK 95% adalah -444,59108 sampai

dengan -124.80494 tidak mencakup angka 1 yang artinya secara statistik

bermakna. Dan nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan ‘’terdapat

perbedaan rerata asupan energi pada anak yang sekolah dengan school

feeding dan non school feeding.’’

2. Untuk uji Man whitney, bandingkan nilai p dengan alpha. Dan nilai sig test

0,00 < 0,005 maka dapat diartikan bermakna secara statistik yang berarti ada

‘’perbedaan rerata asupan protein pada anak yang sekolah dengan school

feeding dan non school feeding.’’

4