laporan praktikum laju reaksi dan tetapan laju

14
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU Disusun oleh:  Nama : Edi Siswanto  NIM : H13112071 Prodi : Kimia Anggota kelompok : 1. Alpius Suriadi 2. Gloria Sindora 3. Indri Puspa Ningrum 4. Mai Nurhayati 5. Muhammad Arief 6. Susi Linda Sari 7. Tiara Handayani PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013

Upload: edy-siswanto-mahap

Post on 09-Oct-2015

342 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU "KIMIA FISIKA"

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    KIMIA FISIKA II

    PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

    Disusun oleh:

    Nama : Edi Siswanto

    NIM : H13112071

    Prodi : Kimia

    Anggota kelompok : 1. Alpius Suriadi

    2. Gloria Sindora

    3. Indri Puspa Ningrum

    4. Mai Nurhayati

    5. Muhammad Arief

    6. Susi Linda Sari

    7. Tiara Handayani

    PROGRAM STUDI KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS TANJUNGPURA

    PONTIANAK

    2013

  • ABSTRAK

    Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam

    satu satuan waktu tertentu. Proses penentuan orde reaksi dan harga tetapan laju

    reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida dapat dilakukan dengan metode

    titrasi. Penentuan reaksi seperti ini didasarkan pada jalanya reaksi yang diikuti

    dengan proses penentuan konsentrasi untuk ion OH pada waktu tertentu dengan

    cara mengambil sejumlah tertentu larutan tersebut, kemudian ke dalam larutan

    yang ada mengandung asam berlebih atau dapat di lakukan dengan cara

    mencampurkan larutan NaOH dengan etil asetat lalu larutan yang sudah

    tercampur tersebut dicampurkan lagi dengan asam klorida dan bagian yang

    berlebih dengan HCl akan dititrasi dengan larutan standar NaOH. Harga tetapan

    laju yang dihasilkan dari percobaan ini adalah sebesar 780x.

    Kata kunci : laju reaksi, orde reaksi, tetapan laju

  • BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Mereaksikan suatu zat atau bahan membutuhkan waktu yang cukup lama,

    maka dari itu digunakan suatu metode untuk mempercepat suatu reaksi tersebut.

    Metode yang digunakan bervariasi sesuai dengan keperluan, adapun metode yang

    dimaksud adalah menaikkan suhu, menambah konsentrasi suatu zat, melakukan

    pengadukan dan menambah tekanan. Selain metode-metode tersebut, juga dapat

    digunakan suatu metode lain jika metode-metode suatu reaksi tersebut tidak

    berjalan dengan baik maka harus menambahkan suatu zat yang dapat

    mempercepat suatu reaksi dimana zat tersebut tidak bereaksi dengan zat pada

    reaktan atau dengan kata lain zat tersebut akan dapat mempercepat suatu reaksi

    tanpa ikut bereaksi, zat tersebut dikenal dengan katalis.

    Reaksi kmia yang terjadi tidak semuanya memerlukan waktu yang relatif

    singkat dan untuk mempercepat reaksi tersebut, maka harus mengetahui sifat-sifat

    tentang laju reaksi serta cara-cara untuk mempercepat reaksi tersebut. Pada

    percobaan penentuan orde reaksi dan tetapan laju, maka akan lebih memahami

    tentang laju reaksi. Oleh karena itu, maka praktikum pententuan orde reaksi dan

    tetapan laju sangat penting untuk dipelajari.

    1.2 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menunjukkan bahwa reaksi

    penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah orde reaksi kedua dan

    menentukan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida dengan

    cara titrasi.

    1.3 Prinsip Percobaan

    Proses penentuan orde reaksi dan harga tetapan laju reaksi penyabunan etil

    asetat oleh ion hidroksida dapat dilakukan dengan metode titrasi. Penentuan reaksi

    seperti ini didasarkan pada jalanya reaksi yang diikuti dengan proses penentuan

    konsentrasi ion OH pada waktu tertentu dengan cara mengambil sejumlah

  • tertentu larutan, kemudian ke dalam larutan yang ada mengandung asam berlebih

    atau dapat di lakukan dengan cara mencampurkan larutan NaOH dengan etil asetat

    lalu larutan yang sudah tercampur tersebut dicampurkan lagi dengan asam klorida

    dan bagian yang berlebih dengan HCl akan dititrasi dengan larutan standar NaOH.

    CH3COOO2H2H5+NaOH CH3COOHNa+3H2O.

    CH3COOO2H2H5+NaOH+HCl CH3COOH2Na+3H2O+Cl-

    HCl+NaOH NaCl+H2O

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kinetika Kimia dan Laju Reaksi

    Kinetika kimia merupakan bagian dari kimia fisik yang mempelajari

    tenteng kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanismenya. Tujuan utama kinetika

    kimia adalah mengetahui bagaimana laju reaksi bergantung pada konsentrasi

    reaktan. Kecepatan reaksi kimia dapat digolongkan dalam beberapa bagian, yaitu:

    (Sastrohamidjojo, 2001).

    a. Sangat lambat

    b. Lambat

    c. Sangat cepat

    Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam

    satuan-satuan waktu tertentu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju

    berkurangannya konsentrasi suatu pereaksi atau bertambah konsentrasi suatu

    produk. Laju reaksi kimia adalah jumlah mol reaktan persatuan volume yang

    bereaksi dalam satuan waktu tertentu. Persamaan tentang laju reaksi dapat

    dinyatakan sebagai berikut: (Sastrohamidjojo, 2001).

    V=K [A]m

    [B]n

    Keterangan : V = laju reaksi

    K = konstanta laju

    A dan B = konsentrasi

    m dan n = Orde reaksi

    2.2 Tetapan Laju dan Orde

    Tetapan laju didefinisikan sebagai laju reaksi bila konsentrasi dari masing-

    masing jenis adalah salah satunya tergantung pada orde reaksi dari suatu reaksi

    dasar tertentu yang berlangsung. Tetapan laju dapat berubah-ubah, tergantung

  • pada reaksi kimia yang terjadi. Konstanta laju yang tinggi akan membuat laju

    reaksi semakin cepat (Bird, 1991).

    Orde reaksi merupakan pangkat-pangkat dalam suatu persamaan laju

    reaksi kimia. Orde reaksi tergantung reaksi yang berlangsung, bila pangkat tinggi,

    maka laju reaksi semakin tinggi. Orde reaksi dapat mempengaruhi kecepatan

    reaksi, orde reaksi total merupakan jumlah total dari orde-orde reaksi tersebut

    (Bird,1991).

    2.3 Penyabunan Ester

    Ester umumnya dihidrolisis dengan larutan basa, sehingga reaksi tersebut

    disebut penyabunan. Alasan lain disebut penyabunan, karena reaksi tersebut

    digunakan untuk membuat sabun dari lemak. Salah satu bentuk contoh dari

    subtitusi nukleofilik (Soekardjo.2002).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi harga laju reaksi sangat beragam,

    tergantung reaksi yang berlangsung. Faktor-faktor tersebut dapat membuat nilai

    laju reaksi menjadi tinggi atau rendah. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai

    berikut : (Petrucci,1993).

    1. Konsentrasi pereaksi

    2. Suhu

    3. Tekanan

    4. Katalis

    2.4 Analisa Bahan

    2.4.1 Akuades (H2O)

    Akuades merupakan larutan tidak berwarna, titik didih 100 0C, titik leleh

    0,0 0C. Akuades merupakan pelarut yang baik dengan konstanta dielektrik tinggi.

    Temperatur stabil pada titik beku, serta melarutkan banyak elektrolit dan daerah

    kestabilan redoksnya sangat luas (Kusuma, 1983).

    O O

    R C + Na+

    OH-

    R C + R+

    OH

    OR O Na+

  • 2.4.2 Asam Klorida (HCl)

    Asam klorida Merupakan memiliki titik leleh pada -1148oC, titik didih -

    85oC. HCl memiliki berat jenis 7,05 gr/cm

    3 dan berat uap 1,268. HCl termasuk gas

    tak berwarna, berbau tajam dan berbahaya (Daintith, 1994).

    2.4.3 Etil Asetat (CH3COOO2H5)

    Etil asetat memiliki kelarutan dalam air 7,7% berat dalam suhu 20oC. Etil

    asetat memiliki berat molekul 88,1 Kg/mol. Etil asetat memiliki titik didih 77,1oC

    dan titik beku -5oC (Daintith, 1994).

    2.4.4 Indikator Fenolftalein (C20H10O4)

    Indikator PP merupakan indikator yangdiguakan untuk mengikuti reaksi

    asam-basa. Indikator fenolftalein tidak memberikan warna pada kondisi di bawah

    pH= 8 dan berwarna di atas pH= 9,6 (Daintith, 1994).

    2.4.5. Natrium Hidroksida (NaOH)

    NaOH larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. NaOH

    sangat korosif pada tubuh. NaOH 50% pada temperatur tertentu dapat sebagai

    media oksida anodik yang tumbuh pada baja (Daintith, 1994).

  • BAB III METODOLOGI

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk,

    botol semprot, buld, buret, erlenmeyer, klem buret, labu ukur, penagas air, pipet

    volume, statif, stofwacth dan termometer.

    3.1.2 Bahan

    Bahanbahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, asam

    klorida, etil asetat, indikator pp dan natrium hidroksida.

    3.2 Prosedur kerja

    Pertama akan disediakan dua erlenmeyer untuk masing-masing larutan etil asetat dan NaOH, kemudian disamakan suhunya 35

    oC. Setelah sama suhunya,

    dicampurkan kedua larutan etil asetat dan NaOH tersebut, lalu biarkan selama

    waktu tertentu (0 menit, 20 menit dan 40 menit). Kemudian pepet sebanyak 10 ml,

    lalu ditambahkan larutan HCl sebanyak 20 ml dan tambahkan indikator pp, baru

    titrasi campuran tersebut dengan larutan standar NaOH hingga mencapai

    perubahan warna merah muda, catat volume larutan NaOH yang digunakan dalam

    proses titrasi tersebut.

    3.3 Rangkaian Alat

    Gambar 3.4.1 Menyamakan Suhu Gambar 3.4.2 Titrasi

  • BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil pengamatan

    4.1.1 Standarisasi NaOH

    No Vol. NaOH titrasi Vol. HCl Warna Hasil

    1 3,6 ml 5 ml Pink

    2 3,6 ml 5 ml Pink

    4.1.2 Penentuan Tetapan Laju

    No Etil Asetat NaOH HCl Suhu Waktu NaOH Titrasi

    1 10 ml 20 ml 20 ml 35 oC 0 Menit 21, 4 ml

    2 10 ml 20 ml 20 ml 35 oC

    3 10 ml 20 ml 20 ml 35 oC 20 Menit 9,3 ml

    4 10 ml 20 ml 20 ml 35 oC

    5 10 ml 20 ml 20 ml 35 oC 40 Menit 10 ml

    4.2 Pembahasan

    Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk

    persatuan waktu, hal itu beartinya terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau

    pertambahan konsentrasi produk tiap satuan waktu tertentu. Orde reaksi

    merupakan pangkat-pangkat dalam suatu persamaan laju reaksi kimia. Orde reaksi

    tergantung reaksi yang berlangsung, bila pangkat tinggi, maka laju reaksi semakin

    tinggi. Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila konsentrasi dari masing

    masing jenis adalah satu. Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    adapun faktor-faktor tersebut yaitu penambahan katalis, pengaruh suhu, luas

    permukaan dan konsentrasi zat (Bird, 1991; Satrohamidjojo, 2001).

    Berdasarkan teoritis, menyatakan bahwa laju reaksi dan konstanta laju

    reaksi berbanding lurus. Dengan demikian, konstanta laju reaksi semakin kecil

    apabila suatu reaksi akan berlangsung lambat. Pada percobaan ini larutan NaOH

  • harus distandarisasi karena larutan NaOH merupakan standar sekunder yang

    memiliki sifat hidroskopis atau mudah berubah konsntrasinya karena bereaksi

    dengan udara bebas.

    Langkah pertama yang akan dilakukan dalam percobaan ini adalah

    menyediakan dua labu erlenmeyer untuk tempat masing-masing larutan etil asetat

    dan NaOH, kemudian akan disamakan suhu pada setiap tabung berisi larutan

    tersebut pada suhu 35oC guna untuk mempermudah reaksinya berlangsung saat

    percampuran. Setelah sama suhunya, dicampurkan kedua larutan etil asetat dan

    NaOH tersebut, lalu biarkan selama waktu tertentu (0 menit, 20 menit dan 40

    menit). Setiap waktu tersebut akan mulai dihitung pada saat setelah selesai

    menyamakan suhunya agar perhitungan dapat lebih akurat.

    CH3COOO2H5 + NaOH CH3COONa + 3H2O3

    Terjadinya persamaan suhu antara larutan NaOH dan etil asetat tersebut,

    lalu dihitung waktunya dengan stopwacth sesuai dengan waktu yang diinginkan

    untuk mengetahui waktu yang digunakan larutan tersebut untuk bereaksi. Setelah

    mencapai waktu yang diinginkan, kemudian pepet campuran antara larutan NaOh

    dengan etil asetat tersebut sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan

    larutan HCl sebanyak 20 ml dengan tambahkan larutan indikator pp untuk

    mempermudah dalam menentukan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi dalam

    titrasi karena indikator PP dapat memberikan warna pada pH di atas 9,6.

    CH3COOO2H5 + NaOH + 2HCl CH3COONa + 4H2O + 2Cl-

    Setelah larutan ditambahkan dan indikator diteteskan, baru mulai lakukan

    titrasi untuk campuran tersebut dengan larutan standar NaOH hingga mencapai

    perubahan warna merah muda. Terjadinya perubahan warna tersebut karena

    larutan yang dititrasi sudah mencapai titik ekuivalen dan titik akhir ttirasi.

    Berdasrkan praktisnya, titik ekuivalen dan titik akhir titrasi akan terjadi

    bersamaan waktu, kemudian dicatat volume larutan NaOH yang digunakan dalam

    proses titrasi tersebut.

  • Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, bahwa hasil yang diperoleh

    volume titrasi untuk larutan NaOH berbanding terbalik terhadap suhu. Perubahan

    yang terjadi menunjukkan bahwa semakin lama waktu pendinginan, maka volume

    titrasi untuk larutan NaOH semakin sedikit. Pada waktu 0 menit, NaOH yang

    digunakan sebanyak 21,4 ml, untuk waktu 20 menit, NaOH yang digunakan

    sebanyak 9,3 ml dan untuk waktu 40 menit, NaOH yang digunakan sebanyak 10

    ml. Hal tersebut berbanding lurus dengan konsep laju reaksi, yang menyatakan

    bahwa semakin rendah suhu makan reaksi kimia akan semakin lambat terjadi

    kareana semakin lama larutan dibiarkan, maka suhu akan semakin menurun.

    Besarnya nilai konsentrasi dari larutan natrium hidroksida pada waktu 0

    menit didinginkan adalah sebesar 1,4 x 10-2

    M dan molnya sebesar 0,428 mmol,

    konsentrasi dari larutan natrium hidroksida pada waktu 20 menit didinginkan

    adalah sebesar 6,2 x 10-3

    M dan molnya sebesar 0,186 mmol dan konsentrasi dari

    larutan natrium hidroksida pada waktu 40 menit didinginkan adalah sebesar 6,6 x

    10-3

    M dan molnya sebesar 0,428 mmol. Sedangkan untuk nilai A sebesar 1200, B

    sebesar 780x dan R sebesar 88,6 %. Berdasarkan grafik yang dihasilkan dari

    percobaan menunjukkan bahwa orde reaksi yang terjadi pada penyabunan etil

    asetat oleh ion hidroksida merupakan orde kedua dan harga konstanta reaksi

    dalam percobaan ini adalah sebesar 780x.

  • BAB V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka disimpulkan

    bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida merupakan orde reaksi

    kedua dan harga konsnta laju (B) yang dihasilkan dari grafik adalah sebesar 780x.

    5.2 Saran

    Setelah melakukan percobaan maka disarankan untuk praktikum

    selanjutnya adalah agar menggunakan juga variasi suhu untuk melihat pengaruh

    suhu terhadap laju reaksi dalam percobaan dan melihat hasil dari proses titrasi

    yang dilakukan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bird, S. 1991. Laju Reaksi dan Tetapan Laju. Erlangga. Jakarta.

    Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.

    Kusuma, 1983. Pengetahuan Bahan-Bahan. Erlangga. Jakarta.

    Petrucci, 1993. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta.

    Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Fisika. Renika Cipta. Jakarta.

    Soekardjo. 2002. Kimia Dasar. UGM- Press. Yogyakarta.

  • Jawaban Pertanyaan

    1. Kenyataan yang menyatakan bahwa reaksi penyabunan etil asetat merupakan

    reaksi orde kedua adalah reaksi suatu etil asetat terhadap basa NaOH merupakan

    hukum laju keseluruhan reaksi merupakan penjumlahan orde semua komponen,

    V= k [A] [B]

    2. Satuan hantaran molar adalah M dan hantaran jenis adalah gr/mol

    3. Akibat yang terjadi bila titrasi dari HCl tidak segera dilakukan adalah larutan

    tersebut akan menghentikan reaksi saja, namun terjadi penurunan suhu bila akan

    dilakukan titrasi dalam waktu lama setelah penambahan HCl

    4. Cara menentukan Orde reaksi dari suatu reaksi kimia adalah tergantung reaksi

    yang terjadi, melihat pengaruh reaktan terhadap produk dan melalui penjumlahan

    komponen orde setiap reaksi yang terjadi

    5. Energi pengaktifan dapat ditentukan secara percobaan langsung dengan cara

    menambahkan senyawa tertentu yang dapat menghasilkan energi tertentu