laporan praktikum mikrobiologi makanan
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA DAN
ESCHERICIA COLLI PADA MAKANAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. MUHAMMAD IBNU FIRMANSYAH ( 912312906211.002 )
2. FIRTIANI SUSANTI TAUFIQ ( 912312906211.0
3. NURUL FADILAH ( 912312906211.0
4. MARIATI ( 912312906211.0
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNA
PROGRAM STUDY S1 GIZI KENDARI
KENDARI
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan taufik dan
hidayah-Nya, sehingga pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini dapat
dirampungkan. Laporan ini berjudul “Pemeriksaan Bakteri Escerichia colli dan Salmonella
pada Makanan”. Laporan ini penyusun buat berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan
di laboratorim mikrobiologi Avicenna kendari. .
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang
masih perlu diperbaiki, selaras dengan keterbatasan dan kelemahan penyusun. Namun, segala
daya dan upaya maksimal telah penyusun curahkan untuk menyelesaikan laporan ini, namun
hambatan dan kesulitan yang penyusun jumpai dalam proses penyusunan laporan ini tetap
ada. Akan tetapi, berkat bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dan berbagai pihak
terutama ridho Allah. Hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi.
Akhirnya, penyusun mohon kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, semoga segala jerih
payah semua pihak dalam penelitian ini mendapat ridho dari-Nya, dan hasil yang diperoleh
dapat bermanfaat. Amin.
Kendari, September 2014
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................
B. TUJUAN PENELITIAN.......................................................................................
C. MANFAAT PENELITIAN...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
A. BAKTERI VIBRIO...............................................................................................
B. BAKTERI SAMONELLA......................................................................................
C. ALKALI PEPTON................................................................................................15
D. NUTRIENT AGAR..............................................................................................17
E. SIM (Sulfida indole motilitas)...............................................................................18
F. TSIA (Triple Sugar Iron agar).............................................................................19
G. NASI, KETPAT, LONTONG...............................................................................20
BAB III METODOLOGI........................................................................................24
A. PROSEDUR TETAP VIBRIO..............................................................................24
B. PROSEDUR TETAP SALMONELLA...................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................27
A. HASIL...................................................................................................................17
B. PEMBAHASAN...................................................................................................49
BAB V PENUTUP....................................................................................................56
5.1.KESIMPULAN....................................................................................................56
5.2.SARAN................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................58
LAMPIRAN FOTO.................................................................................................59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil
yang hanya kelihatan dengan mikrosop (bahasa Yunani: mikros = kecil, bios =
hidup, logos = kata atau ilmu). Makhluk-makhluk kecil itu disebut mikroorganisme,
mikroba, protista atau jasad renik. Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723) ialah orang
yang pertama kali mengetahui adanya dunia mikroorganisme itu. Dengan mikroskop
ciptaannya ia dapat melihat bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya itu tidak
diduga sama sekali keadaannya.
Mikroskop buatan Leeuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai 300 kali. Dari
air hujan yang menggenang di kubangan-kubangan dan dari air jambangan bunga ia
peroleh beraneka sel hewan bersel satu yang olehnya diberi nama Infusoria atau “Hewan
tuangan”. Antara tahun 1674 sampai 1683 ia terus-menerus mengadakan hubungan
dengan lembaga “Royal Society” di Inggris. Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya
dengan mikroskop itu kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai dengan
gambar-gambar mikroorganisme yang beraneka ragam. Di dalam sejarah mikrobiologi,
Leeuwenhoek dapat dipandang sebagai peletak batu pertamanya. Mikroorganisme
tersebut diantaranya adalah bakteri dan cendawan yang merupakan penghasil bermacam-
macam zat organik dan obat-obatan antibiotik. Di dalam biokimia, mikroorganisme
memegang peranan penting dalam menganalisis sistem enzim dan dalam menganalisis
komposisi suatu bahan makanan. Genetika maju pesat sejak digunakannya
mikroorganisme sebagai makhluk percobaan.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi ultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang
disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan
jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup
baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di
tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya
memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan
darah atau bahan-bahan kompleks lainnya.
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari
mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya
telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri
dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan
satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-
macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat
sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya.
B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu ;
1. untuk mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri eschericia colli pada sampel makanan
2. untuk mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri salmonella pada sampel makanan
C. Manfaat
Adapun manfaat praktikum kali ini yaitu ;
1. Mahasiswa dapat meidentifikasi dan mengisolasi bakteri eschericia colli pada sampel
makanan
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri salmonella pada sampel
makanan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. BAKTERI ESCERICHIA COLLI
1. Klasifikasi, morfologi Escherichia coli
E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk
spora yang merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E.
coli dapat bersifat patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli
Enteropatogenik, E.coli Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli
Enterohemoragik .
Klasifikasi Ilmiah Escherichia coli
Domain : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Eschericha
Spesies : Escherichia coli
Morfologi Escherichia coli
Escherichia coli umumnya merupakan bakteri pathogen yang banyak ditemukan pada
saluran pencernaan manusia sebagai flora normal. Morfologi bakteri ini adalah kuman
berbentuk batang pendek (coccobasil), gram negatif, ukuran 0,4 – 0,7 µm x 1-3 µm,
sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai kapsul.
2. Manfaat , bahaya dan patogenitas E.coli
Manfaat
Bakteri E. Coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungi untuk
menekan pertumbuhan bakteri jahat, dia juga membantu dalam proses pencernaan
termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi utama yang lain
dari E. Coli adalah membantu memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan
sisa makan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi
perdarahan seperti pada luka/mimisan vitamin K bisa membantu menghentikannya,
E .Coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat
oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang
dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini
menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O,
energi, dan mineral. Di dalam lingkungan,bakteri pembusuk ini berfungsi
sebagaipengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna, 1995). E. coli
menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau
berada di luar usus. E. colimenghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa
kasus diare. E. coli berasosiasi dengan entero patogenik menghasilkan enterotoksin
pada sel epitel Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat infeksi
dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain
Bahaya
Dalam jumlah yang berlebihan bakteri E. Coli dapat mengakibatkan diare, dan
bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain dapat menginfeksi. Seperti
pada saluran kencing, jika bakteri E. Coli sampai masuk ke saluran kencing dapat
mengakibatkan infeksi saluran kemih/kencing [ISK], umumnya terjadi pada perilaku
sek yang salah [anal sek] juga resiko tinggi bagi wanita karena posisi anus dan
saluran kencingnya cukup dekat sehingga kemungkinan bakteri menyebrang cukup
besar tepatnya ketika membersihkan anus setelah BAB [Buang Air Besar] untuk itu
arahkan air juga tangan ke arah belakang saat membersihkan anus jangan ke depan
agar tidak mengkontaminasi saluran kencing.
Patogenitas
Penyakit yang disebabkan oleh E. Coli yaitu :
1. Infeksi saluran kemih
E. coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih pada kira-kira 90 % wanita
muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing,disuria, hematuria, dan
piuria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
2. Diare
E. Coli yang menyebabkan diare banyak ditemukan di seluruh dunia. E. coli
Diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya, dan setiap kelompok
menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Ada lima kelompok galur E.
coli yang patogen, yaitu :
a) Coli Enteropatogenik (EPEC)
EPEC penyebab penting diare pada bayi,khususnya di negara berkembang. EPEC
sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare pada anak-anak di negara maju. EPEC
melekatpada sel mukosa usus kecil.
b) E. coliEnterotoksigenik (ETEC)
ETEC penyebab yang sering dari“diare wisatawan” dan penyebab diare pada bayi
di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia
menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil.
c) E. coliEnteroinvasif (EIEC)
EIEC menimbulkan penyakit yangsangat mirip dengan shigella s. Penyakit yang
paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan yang
menuju negara tersebut. Galur EIEC bersifat non-laktosa atau melakukan
fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat bergerak.EIEC
menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.
d) E. coli Enterohemoragik (EHEK)
EHEK menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksisnya pada sel Vero,
suatu ginjal dari monyet hijau Afrika.
e) E. Coli Enteroagregatif (EAEC)
EAEC menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang.
3. Pengobatan Infeksi oleh E. coli
E. coli dapat diobati menggunakan sulfonamida, ampisilin, sefalosporin,
kloramfenikol, tetrasiklin dan aminoglikosida.Aminoglikosida kurang baik diserap
oleh gastrointestinal, dan mempunyai efek beracun pada ginjal. Jenis antibiotik
yang paling sering digunakan adalah ampisilin.
Ampisilin adalah asam organik yang terdiri dari satu inti siklik dengan satu
rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam,
sedangkan rantai sampingnya merupakan gugus amino bebas yang mengikat satu
atom H. Ampisilin memiliki spektrum kerja yang luas terhadap bakteri Gram
negatif, misalnya E. coli, H. Influenzae, Salmonella, dan beberapa genus Proteus
Namun ampisilin tidak aktif terhadap Pseudomonas, Klebsiella, dan
Enterococci Ampisilin banyak digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi saluran
pernafasan, saluran cerna dan saluran kemih
4. Resistensi dari bakteri E.coli
E. Coli mati pada pemanasan pada suhu 600C, selama 30menit, tetapi ada juga
yang resisten. Dalam media pada suhu kamar, kuman dapat bertahan selama 1
minggu. Beberapa strain E. Coli dapat bertahan hibup dalam es selama 6 bulan. Dan
peka terhadap desinfektan dan kepekaanya sama dengan streptococcus dan
staphylococcus.Struktur Antigen Mudah berubah menurut perubahan koloni. Ada 3
macam antigen;
A. Antigen –O yang bersifat tahan panas atau terstabil
B. Antigen –H yang bersifat tidak tahan panas atau termolabil dan rusak pada suhu
100 0C.
C. Antigen –K atau envelop antigen
5. Pemeriksaan laboratorium
Media Pemupuk
Spesimen ditanam pada media Escherichia coli broth, dimana media tersebut
meningkatkan Escherichia coli. Setelah Diinkubasi 18 – 24 jam, ditanam pada
media differensial dan selektif
Media Differential dan Selektif
Blood Agar Plate : Koloni sedang, abu – abu, smooth, keeping, haemolytis atau
anhaemolytis
Mac Conkey : Koloni sedang, merah bata atau merah tua, metallic, smooth,
keeping atau sedikit cembung
EMB Agar : Koloni sedang, smooth, keeping kehijau – hijauan, metallic
Endo Agar : Koloni besar, bulat, smooth, mera – merah tua, metallic
Keterangan : (a) Koloni e-coli pada media BAP (b) Koloni pada media EMBA
(c) Koloni pada media Mac Conkey (d) Koloni pada media Endo
Biokimia Reaksi
Media yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah
o Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1% glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa. Ferri
sulfat untuk mendeteksi produksi H2S, protein dan indicator phenol red.
Salmonella bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses
oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali
dengan adanya phenol red maka terbentuk warna merah, Escherichia
coli memfermentasi glukosa, sukrosa dan laktosa yang bersifat asam
sehingga terbentuk warna kuning pada dasar dan lereng dan
menghasilkan gas. (Gani A.2003)
o Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan
menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya
indicator brom thymol blur menyebabkan terjadinya warna biru. Pada
Escherichia coli tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman
media sitrat hasilnya negatif. (Gani A.2003)
o Urea
Bakteri tertentu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia dengan
terbentuknya warna merah karena adanya indicator phenol red,
Escherichia coli pada media urea memberikan hasil negatif karena
Escherichia coli tidak menghidrolisis urea dan tidak membentuk
ammonia. (Gani A.2003)
o Metil Red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa
bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil fermentasi dari glukosa
dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan indicator
metal red. Escherichia coli memproduksi asam kuat sehingga pada
penambahan larutan metal red akan terbentuk warna merah. (Gani
A.2003)
o Voges proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl methyl carbinol dari
fermentasi glukosa yang data diketahui dengan penambahan larutan
voges proskauer, Escherichia coli tidak memproduksi acetyl metal
carbinol sehingga penanaman pada media ini memberikan hasil negatif.
(Gani A.2003)
o Fermentasi karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri
memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka
terlihat warna kuning karena perubahan pH menjadi asam. Escherichia
coli memfermantsi glukosa menjadi asam dan gas, memfermentasi
laktosa, sukrosa, maltosa dan mannitol dengan atau tanpa gas. Tetapi
ada beberapa spesies Escherichia coli tidak memfermantasi laktosa dan
sukrosa. (Gani A.2003)
6. Sifat- Sifat Biologis
Escherichia coli tidak dapat memproduksi H2S, tetapi dapat membentuk gas
dari glukosa, menghasilkan tes positif terhadap indol, dan memfermentasikan
laktosa. Bakteri ini dapat tumbuh baik pada suhu antara 80 C- 460 C, dengan suhu
optimum dibawah temperature 370 C. Bakteri ini berada dibawah temperature
minimum atau sedikit diatas temperature maksimum tidak segera mati, melainkan
berada dalam keadaan dormancy, disamping itu Escherichia coli dapat tumbuh pada
ph optimum berkisar 7,2-7,6 ( Dwidjoseputro D. 1998; Gani A. 2003)
B. BAKTERI SALMONELLA
1. Sifat Bakteri Salmonella Typhi
Salmonella typhi merupakan salah satu spesies bakteri salmonella yang
berbentuk basil, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich, mudah
tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang mengandung
empedu yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan dapat menyebabkan
penyakit infeksi S. typhi dan mengarah kepengembangan tifus, atau demam enterik.
Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena
invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh
keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual,
muntah dan kematian S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan
tidak ada inang lain.
Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan
kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh
mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci
tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Adapun sifat dari bakteri diatas adalah sabagai berikut :
a) bentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich,
mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang
menganddung empedu.
b) sebagian besar salmonella typhi bersifat patogen pada binatang dan merupakan
sumber infeksi pada manusia, binatang-binatang itu antara lain tikus, unggas,
anjing, dan kucing.
c) dialam bebas salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air , tanah atau
pada bahan makanan. di dalam feses diluar tubuh manusia tahan hidup 1-2
bulan.
2. Struktur antigen
a) Antigen O
Antigen O merupakan somatic yang terletak dilapisan luar tubuh kuman. Struktur
kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemenasan
100oC selama 2-5 jam, alcohol dan asam yang encer.
b) Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di plagella, pibriae atau fili
Salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Antigen ini tidak aktif pada
pemanasan di atas suhu 60oC, dan pemberian alcohol atau asam.
c) Antigen Vi
Antigen Vi terletak dilapisan terluar Salmonella typhi (kapsul) yang melindungi
kuman dari pagositas dengan struktur kimia glikolitid. Akan rusak bila dipanaskan
selama 1 jam pada suhu 60oC, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen
inidigunakan untuk mengetahui adanya karier.
d) Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP Salmonella Typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak
diluar membrane plasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
ingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu proteinnonporin.
3. Faktor Virulensi dan Epidemiologi
Salmonella typhi memiliki kombinasi karakteristik yang menjadikannya
patogen efektif. Spesies ini berisi endotoksin khas dari organisme Gram negatif, serta
antigen Vi yang ini diyakini akan meningkatkan virulensi. Hal ini juga memproduksi
dan mengeluarkannya protein yang dikenal sebagai "invasin" yang memungkinkan
sel-sel non-fagosit untuk mengambil bakteri, di mana ia dapat hidup intrasel. Hal ini
juga mampu menghambat meledak oksidatif leukosit, membuat respons imun bawaan
tidak efektif.
Pertemuan manusia untuk Salmonella typhi dilakukan melalui rute fecal-oral
dari individu yang terinfeksi kepada orang sehat. Kebersihan miskin pasien shedding
organisme dapat menyebabkan infeksi sekunder, serta konsumsi kerang dari badan air
tercemar. Sumber yang paling umum infeksi, bagaimanapun, adalah minum air
tercemar oleh urin dan kotoran individu yang terinfeksi. Ukuran inokulum estimasi
untuk infeksi adalah 100.000 bakteri. Demam Tifoid juga merupakan infeksi
laboratorium kedua yang paling sering dilaporkan.
Masuknya spesies ini bakteri ke dalam tubuh manusia yang paling sering
dicapai dengan konsumsi, dengan pentingnya diketahui transmisi aerosol. Setelah
tertelan, organisme berkembang biak di usus kecil selama periode 1-3 minggu,
sungsang dinding usus, dan menyebar ke sistem organ dan jaringan lain. Pertahanan
tuan rumah bawaan melakukan sedikit untuk mencegah infeksi karena inhibisi lisis
oksidatif dan kemampuan untuk tumbuh intrasel setelah pengambilan.
Transmisi Salmonella typhi hanya terbukti terjadi dengan rute fecal-oral,
sering dari individu asimtomatik. 2-5% dari individu yang terinfeksi sebelumnya
menjadi carrier kronis yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi aktif
gudang organisme layak mampu menginfeksi orang lain. Sebuah contoh yang terkenal
adalah "Tifus" Maria Mallon, yang adalah seorang penangan makanan bertanggung
jawab untuk menginfeksi sedikitnya 78 orang, menewaskan 5. Pembawa ini sangat
menular menimbulkan risiko besar bagi kesehatan masyarakat karena kurangnya
gejala penyakit terkait.
Kerusakan yang disebabkan oleh demam tifoid adalah reversibel dan terbatas
jika pengobatan dimulai pada awal infeksi. Hal ini menyebabkan angka kematian
kurang dari 1% di antara individu-individu diperlakukan yang memiliki strain
antibiotik-rentan Salmonella typhi, membuat hasil dan prognosis untuk pasien yang
positif.
4. Penularan
Adapu cara penularan dari penyakit typhus adalah sebagai berikut:
a) melalalui makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
b) melalui air untuk keperluan rumah tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
c) Melalui daging, telur, susu yang berasal dari hewan sakit yang dimasak kurang
matang.
d) makana dan minuman berhubungan dengan binatang yang mengandung bakteri
salmonella typh, seperti lalat, tikus, kucing dan ayam.
Setelah sembuh dari penyakitnya, penderita akan kebal terhadap typhus, untuk
waktu cukup lama. Interksi ulang (reinfeksi) dapat terjadi, tetapi biasanya gejalanya
sangat ringan. Makanan penderita dapat juga menjadi karier karena bakteri menetap
dan berkembang biak dalam kandung empedunya. Bahan yang berbahaya untuk
penularan adalah feses penderita atau karier.
5. Cara Pemeriksaan Laboratorium
Untuk keakuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan
melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi,
pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
o Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan
di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran
jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat
dan eosinofilia.
o Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap
kuman tifus. Widal positif kalau titer O (1/160) atau lebih dan atau menunjukkan
kenaikan progresif menggunakan metode “Tube Aglutination Test”.
Reaksi Widal
salmonella typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu O antigen (somatik
antigen) H antigen (flagellar antigen) dan Vi antigen (virulensi antigen). pada
reaksi aglutinasinya :
Aglutinasi O berbentuk butir-butir pasir yang tidak hilang bila di kocok.
Aglutinassi H berbentuk butir-butir yang holang bila dikocok
Aglutinsi Vi berbentuk awan.
Reaksi widal adalah suatu reaksi serum(sero-tes)untuk mengetahui ada tidaknya
antibody terhadap salmonella tyhpi, dengan jalan mereaksikan serum seseorang
dengan antigen O, H, dan Vi dari laboratorium. Bila terjadi aglutinasi, dikatakan
reaksi widal posotif yang berarti serum orang tersebut mempunyai antybody
terhadap salmonella tyhpi, baik setelah vaksinasi, setelah sembuh dari
penyakit thypus ataupun sedang menderita thypus. Reaksi widal negatif artinya
tidak memiliki antybody terhadap salmonella thypi.
Reaksi widal dipakai untuk menegakkan diagnosa penyakit thypus abdominalis.
peninggian titer aglutinin O menunjukkan adanya infeksi yang aktif, peninggian
titer aglutinin H menunjukkan disebabakan vaksinasi, peninggian titer aglutini Vi
menunjukkan karier.
o Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan
ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam darah waktu minggu pertama dan
kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.
Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan
faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah
benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).
Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit
lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari,
dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain
seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria,
TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).
6. Pengobatan dan Pencegahan
Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Kadang
makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Jika
terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis
bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami
perforasi.
Anti biotika yang sering digunakan:
Kloramfenikol : Dosis : 4 x 500mg/hari . Diberikan sampai dengan 7 hari bebas
panas.
Tiamfenikol: Dosis ; 4×500 mg.
Kotrimoksazol : Dosis : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol 400
mg dan 80 mg trimetoprim) diberikan selama 2 minggu.Ampisilin dan
amoksisilin : dosis : 50-150 mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.
Sefalosporin generasi ketiga : dosis 3-4 gram dalam dektrosa 100 cc diberikan
selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3 hingga 5 hari.
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%. Vaksin ini
hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella
typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium
dan para pelancong).
Adapun untuk mencegahnya adalah melakukan hal-hal berikut:
a. Menyediakan tempat pembuangan yang sehat dan higienis.
b. Mencuci tangan sebelum mengkonsumsi jajanan.
c. Menghindari jajan di tempat yang kurang terjamis kebersihan dan kesehatannya.
d. Menjaga agar sumber air yang digunakan tidak terkontaminasi oleh bakteri
thypus.
e. Jangan menggunakan air yang sudah tercemar. Masak air hingga 100˚C.
f. Melakukan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan/jajanan.
g. Melakukan vaksinasi untuk memberi kekebalan tubuh yang kuat.
h. Mencari informasi mengenai bahaya penyakit thypus. Jika memahami tentang
penyakit ini, maka pelajar akan lebih mudah untuk menjaga diri dan
lingkungannya agar selalu bersih dan sehat.
i. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman. Pengawasan diperlukan agar tidak
lengah terhadap kuman yang dibawa. Sebab, jika lengan, sewaktu-waktu
penyakitnya akan kambuh.
j. Daya tahan tubuh ditingkatkan lagi.
k. Jangan banyak jajan di luar rumah.
l. Mengkonsumsi makanan yang masih panas sehingga kebersihannya terjamin.
C. MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA
Mikroorganisme harus dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrien yang berperan
penting untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Susunan bahan nutrien, baik
bahan alami maupun sintetik/buatan, yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bakteri. Media berfungsi untuk menumbuhkan bakteri, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah bakteri,
dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis
untuk menghindari kontaminasi pada media. Macam nutrien yang digunakan tergantung
dari macam bakteri yang dibiakkan.
Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang tepat secara sintetis sebagai pengganti
keadaan alam, maka diperlukan persyaratan tertentu agar bakteri dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dalam media. Persyaratan tersebut yaitu:
a) Media harus mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan bakteri.
b) Media harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang
sesuai dengan kebutuhan bakteri.
c) Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang dimaksud
tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.
1. Bentuk media
Bentuk media ditentukan oleh ada tidaknya penambahan zat pemadatan, seperti agar-
agar, gelatin dan sebagainya. Ada tiga bentuk media, yaitu:
a) Media padat,
Dimana pada media digunakan bahan pemadat, misalnya agar-agar. Jumlah tepung
agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis mikroba yang dibiakkan. Bila
mikroba memerlukan kadar air tinggi maka jumlah tepung agar harus rendah/sedikit,
tetapi bila kadar air harus rendah makan penambahan tepung agar harus lebih
banyak. Media padat umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dn akadang-
kadang mikroalgae. Media ini terdiri dari tiga macam bentuk, yaitu:
Bentuk lempeng, media dibekukan di dalam cawan pertri.
Bentuk miring, media dibekukan dalam keadaan miring di dalam tabung reaksi.
Bentuk tegak, media dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung.
b) Media cair,
Yaitu bila ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat. Umumnya dipergunakan
untuk pembiakan mikroalgae, kadang-kadang bakteri dan ragi.
c) Media semi padat atau semi cair,
Yaitu bila penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang. Umumnya diperlukan
untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup
anaerobik atau fakultatif, atau untuk pemeriksaan pergerakkan bakteri.
2. Susunan Media
Sesuai dengan fungsi fisiologi dan masing-masing komponen yang terdapat di
dalam media, maka susunan media mempunyai kesamaan isi, yaitu:
a) Kandungan air
b) Kandungan nitrogen, baik berasal dari protein, asam amino, dan senyawa lain yang
mengandung nitrogen. Sebagian besar digunakan untuk sintesis protein dan asam-
asam nukleat.
c) Kandungan karbon berasal dari karbohidrat, lemak, dan senyawa-senyawa lain yang.
Diperlukan sebagai sumber energi bagi reaksi-reaksi sintesis dalam pertumbuhan,
pemeliharaan keseimbangan cairan, bergerak dan sebagainya.
d) Kandungan garam-garam anorganik, baik unsur makro maupun mikro, seperti fosfat,
potasium, sodium, besi, mangan, magnesium, dan sulfat
e) Kandungan vitamin dan asam-asam amino sebagai unsur tambahan bagi
pertumbuhan dan sintesis metabolik esensial.
3. Jenis Media
Berdasarkan persyaratan mengenai susunan media bagi pertumbuhan bakteri, maka
media dapat berupa:
a) Media alami,
Yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, touge, daging,
umbi-umbian dan sebagainya, pada saat ini media alami yang banyak digunakan
adalah dalam bentuk kultur jaringan. Contoh media alami yang paling banyak
digunakan adalah penggunaan telur untuk pertumbuhan dan perkembanganbiakan
virus.
b) Media Sintetik Atau Buatan
Yaitu media yang disusun oleh senyawa-senyawa kimia baik organik maupun
anorganik.
Contoh media sintetik bagi pertumbuhan bakteri Clostridium:
K2HPO4 0,5 gram
KH2PO4 0,5 gram
MgSO4 0,1 gram
NaCl 0,1 gram
CaCO3 secukupnya
c) Media Semi Sintetik
Yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan-bahan
sintetik.
Misalnya: Kaldu nutrisi untuk pertumbuhan bakteri:
Pepton 10 gram
Ekstrak daging 10 gram
NaCl 5 gram
Aquades 1 liter
4. Sifat Media
Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan
mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain seperti isolasi, seleksi dan diferensiasi
biakan yang didapat. Artinya penggunaan beberapa jenis zat tertentu yang
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perrkembangbiakkan mikroba,
banyak juga dilakukan dan digunakan. Sehingga masing-masing media mempunyai
sifat (spesifikasi) tersendiri sesuai dengan maksudnya. Berdasarkan sifat-sifatnya,
media dibedakan menjadi:
a) Media dasar/ umum
Yaitu media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum diperlukan
oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk
membuat media pembiakan lain.
b) Media Diperkaya
Media ini dibuat dari media dasar dengan penambahan bahan-bahan lain umtuk
mempersubur pertumbuhan mikroba tertentu, yang pada media dasar tidak dapat
tumbuh dengan baik. Untuk itu dibutuhkan beberapa penambahan nutrisi pengaya
kedalam media dasar yang dapat menyokong pertumbuhan mikroba, misalnya dengan
menambahkan darah, serum atau ekstrak hati.
c) Media diferensial
Media ini digunakan untuk membedakan bentuk dan karakter koloni mikroba yang
tumbuh. Beberapa mikroba dapat tumbuh di dalam media ini, tetapi hanya beberapa
jenis saja yang mempunyai penampilan pertumbuhan yang khas. Media ini berfungsi
untuk isolasi dan identifikasi bakteri.
d) Media Selekti
Media ini digunakan untuk menyeleksi pertumbuhan mikroba yang diperlukan dari
campuran mikroba-mikroba lain yang terdapat dalam bahan yang akan diperiksa.
dengan penambahan zat-zat tertentu mikroba yang dicari dapat dipisahkan dengan
mudah. Media ini sangat berguna untuk identifikasi. Contohnya, SS-agar (agar
Salmonella-Shigella) yang digunakan untuk mengisolasi bakteri jenis Salmonella dan
Shigella.
e) Media Uji
Media ini digunakan untuk pengujian senyawa atau benda tertentu dengan bantuan
mikroba. Misalnya, media penguji vitamin, antibiotika, residu pestisida, residu
deterjen dan lain-lain. Media ini disamping tersusun oleh senyawa dasar untuk
kepentingan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, juga sejumlah senyawa
tertentu yang akan diuji.
f) Media Enumerasi
Media ini digunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu biakan. Media ini
dapat berbentuk media dasar, media selektif, media diferensial maupun media uji.
5. Penyiapan Media
Media alami, misalnya susu skim, tidak menimbulkan masalah di dalam
penyiapannya sebagai media; hanya semata-mata dituang kedalam wadah-wadah yang
sesuai seperti tabung reaksi atau labu dan disterilkan sebelum digunakan. Media
dalam bentuk kaldu nutrien atau yang mengandung agar disiapkan dengan cara
melarutkan masing-masing bahan yang dibutuhkan atau lebih mudah lagi dengan cara
menambahkan air pada suatu air pada produk komersial berbentuk medium bubuk
yang sudah mengandung semua nutrien yang dibutuhkan. Pada praktisnya semua
media tersebut secara komersial dalam bentuk bubuk, dan juga dalam bentuk siap
pakai di dalam cawan-cawan petri, tabung atau botol.
Penyiapan media bakteriologis selain media alamiah mengikuti langkah-langkah
berikut:
a) Setiap komponen atau medium terdehidrasi yang lengkap dilarutkan dalam air
suling dengan volume yang sesuai.
b) pH (derajat keasaman dan kebasaan) medium fluida ditentukan dan disesuaikan
(dengan penambahan larutan basa atau asam) dengan nilai optimum bagi
pertumbuhan bakteri yang akan dikultivasi. pH ditentukan dengan menggunakan
indikator pH.
c) Medium tersebut dituang kedalam wadah yang sesuai seperti tabung, labu, atau
botol dan ditutup dengan sumbat kapas atau tutup plastik atau logam sebelum
disterilisasi.
d) Medium itu disterilkan, biasanya dengan menggunakan autoklaf; proses ini
menggunakan panas dibawah tekanan uap.
6. Kondisi fisik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan suatu kombinasi
nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai, seperti;
a) Suhu
b) Atmosfer gas
c) Keasaman atau kebasaan (pH)
7. Pilihan Media Dan Kondisi Inkubasi
Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam mikrobiologi:
- Lactose Broth
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform
dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment
broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri
pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk
memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat
difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas
adalah presumptive test untuk koliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi
0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.
- EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan
berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S.
aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa
menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan
metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika
media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P.
Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun
media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut
adalah E.coli. Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan
untuk menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam
tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator
memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang
tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang
lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri
coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN
(most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut
dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1
ml contoh air.
- Nutrient Agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana
yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media
yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air,
sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel
pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Untuk
komposisi nutrien agar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air
desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan
disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan
wadah sesuai yang dibutuhkan.
- Nutrient Broth
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair.
Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai
berikut:
a) Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades.
b) Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama.
c) Atur pH sampai 7,0.
d) Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml.
5.Sterilisasi dengan autoklaf.
- MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape
(1960) untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus
dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium,
dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan
bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak sangat selektif,
sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri
lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung:
a. Protein dari kasein 10 g/L
b. Ekstrak daging 8,0 g/L
c. Ekstrak ragi 4,0 g/L
d. D (+) glukosa 20 g/L
e. Magnesium sulfat 0,2 g/L
f. Agar-agar 14 g/L
g. Dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L
h. Tween 80 1,0 g/L
i. Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L
j. Natrium asetat 5 g/L
k. Mangan sulfat 0,04 g/L
MRSB merupakan media yang serupa dengan MRSA yang berbentuk cair/broth.
- Trypticase Soy Broth (TSB)
TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan
penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk
isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan
mayoritas bakteri patogen. Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai
yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya
menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dekstrosa adalah
sumber energi dan natrium klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik.
Dikalium fosfat ditambahkan sebagai buffer untuk mempertahankan pH.
- Plate Count Agar (PCA)
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas
permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic
hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L
kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121°C). Media PCA ini
baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya
mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam
amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai
vitamin B kompleks.
- Potato Dextrose Agar (PDA)
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang.
Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau
produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup
yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang
telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk
melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.
Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir
5,6+0,2.
- VRBA (Violet Red Bile Agar)
VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri Enterobactericeae.
Agar VRBA mengandung violet kristal yang bersifat basa, sedangkan sel mikroba
bersifat asam. Bila kondisi terlalu basa maka sel akan mati. Dengan VRBA dapat
dihitung jumlah bakteri E.coli. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat
VRBA adalah yeast ekstrak, pepton, NaCl, empedu, glukosa, neutral red, kristal
violet, agar). Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan 1 liter air yang
telah didestilasi. Panaskan hingga mendidih sampai larut sempurna. Dinginkan
hingga 50-60°C. Pindahkan dalam tabung sesuai kebutuhan, pH akhir adalah 7,4.
Campuran garam bile dan kristal violet menghambat bakteri gram positif. Yeast
ekstrak menyediakan vitamin B-kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri.
Laktosa merupakan sumber karbohidrat. Neutral red sebagai indikator pH. Agar
merupakan agen pemadat.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum MIKROBIOLOGI MAKANAN ini dilaksanakan pada hari rabu sampai jumat
, 03 smapai 05 – bulan Agustus - 2014 pukul .16.00 – 17.00 WITA. Bertempat di
Laboratorium IBNU ZUHR ruangan praktikum MIKROBIOLOGI, di kampus STIK
AVICENNA Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat
Cawan petri
Tabung reaksi
Lampu spiritus
Media
Pipet
Pinset
Pengukur waktu (timer )
Inkubator
Bahan
Tissue
NaCl
Media Broth ( pepton alkalis )
Media EMBA
Media SSA
Larutan Gelatin violet
Larutan Lugol
Larutan Alkohol 95 %
Larutan Fuchsin
C. Prosedur Kerja
A. PROSEDUR TETAP :
PEMERIKSAAN BAKTERI ESCHERICIA COLLI PADA MAKANAN
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan :
Cawan petri
Tabung reaksi
Lampu spiritus
Media
Pipet
Pinset
Pengukur waktu (timer )
Tissue
Inkubator
2. Hari Pertama :
Bahan padat ditambah NaCl kemudian dihomogenkan dengan stomacher
(230 rpm 30 detik)
Tanam di media broth, penyubur, pepton alkalis
Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C⁰
3. Hari kedua
Setelah diinkubasi:
Lihat pertumbuhan bakteri dimedia penyubur
Pepton alkalis : Eschericia colli (“tersangka” : keruh)
Jika warna media keruh dilanjutkan penanaman pada media EMBA
Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C
4. Hari ketiga :
Amati morfologi koloni media EMBA dengan menggunakan mikroslop
Cocokkan dengan ciri-ciri bakteri eschericia colli.
B. PROSEDUR TETAP :
PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA PADA MAKANAN
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan :
Cawan petri
Tabung reaksi
Lampu spiritus
Media
Pipet
Pinset
Pengukur waktu (timer )
Tissue
Inkubator
2. Hari Pertama :
Bahan padat ditambah NaCl kemudian dihomogenkan dengan stomacher
(230 rpm 30 detik)
Tanam di media broth, penyubur, pepton alkalis
Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C⁰
3. Hari kedua
Setelah diinkubasi :
Lihat pertumbuhan bakteri dimedia penyubur Selenit : Salmonella (“tersangka” :
keruh orange)
Jika warna media keruh (orange) dilanjutkan penanaman pada media SSA
Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C
4. Hari ketiga :
Amati morfologi koloni pada SSA dengan menggunakan mikroskop
Mencocokkan dengan ciri-ciri bakteri salmonella.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
1) Pemeriksaan Pada Bakteri Escerichia Colli
Identifikasi Bakteri Escerichia Colli pada sampel makanan.
Adapun Media yang dgunakan untuk tempat perkembangan bakteri Escerichia colli
yaitu Media EMBA.
Adapu sampel makanan yang kami amati yaitu :
TAHU ISI
MIE PANGSIT HIJAU
a) Pada sampel makanan TAHU ISI
Pada Hari Pertama
Sampel makanan dilakukan UJI PENDUGA dengan menggunakan media broth,
penyubur Alkali Pepton dan dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
menggunakan alat INKUBATOR sebagai langkah awal untuk mengetahui
pertumbuhan mikroba.
Pada Hari Kedua
Dilakukan UJI PENEGASAN yng mana setelah sampel TAHU ISI yang dimasukkan
ke dalam kedalam incubator selama 24 jam pada suhu 37oC kemudian dilakukan
pengamatan dan hasilnya KERUH maka dapat diduga bahwa sampel TAHU ISI
kemungkinan “tersangka” mengandung Mikroba.
Pada uji peegasan ini sampel TAHU ISI setelah diinkubasi selama 24 jam dengan
suhu 370C pada alat incubator keduan sampel kembali dipindahkan ke media EMBA
untuk dapat mengidentifikasi bakteri Escerichia colli dan kembali dimasukkan ke
dalam incubator selama 24 jam pada suhu yang sama.
Pada Hari Ketiga
Setelah sampel TAHU ISI dimasukkan kedalam media EMBA dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37oC maka selanjutnya akan didapatkan gambaran bukti
pertumbuhan bakteri escerichia colli pada media EMBA.
Seletah itu media EMBA yang positif mengadung bakteri Escerichia colli di ambil
menggunkan OSE dan dipindahkan ke aca preparat.
Setelah itu dilakukan pewarnaan gram dengan cara menetesi larutan Gelatin Violet,
larutan Lugol, Alkohol 95 %, dan Larutan Fuchsin masing-masing secara berurutan
tetai sebelumnya masing-masing larutan tersebut didiamkan selama 20-30 detik dan
dicuci dengan air sebelum beralih kelarutan yang lainn
Setelah di diamkan selama 45 menit dan semua sampel telah dicuci dan di
keringkan menggunakan air mengalir, selanjutnya sampel diamati dialam
mikroskop.
b) Pada sampel makanan MIE PANGSIT HIJAU
GAMBAR SAMPEL MIE PANGSIT HIJAU
Pada Hari Pertama
Sampel makanan berupa MIE PANGSIT HIJAU dilakukan UJI PENDUGA dengan
menggunakan media broth, penyubur Alkali Pepton dan dilakukan inkubasi selama
24 jam pada suhu 370C menggunakan alat INKUBATOR sebagai langkah awal untuk
mengetahui pertumbuhan mikroba.
Pada Hari Kedua
Setelah sampel MIE PANGSIT HIJAU yang dimasukkan ke dalam media
alkali pepton dan diinkubasi kedalam incubator selama 24 jam pada suhu 37oC
kemudian dilakukan pengamatan dan hasilnya airnya agak jernih. Maka dapat
diduga bahwa sampel nasi kemungkinan “tersangka” TIDAK mengandung
Mikroba. Tpi ini hanya dugaan sementara saja.
Setelah Uji pendugaan dilakukan, maka selanjutnya dilakukan Uji Penguat
apakah sampel nasi ini benar mengandung Bakteri Salmonella dengan
menggunakan Media EMBA. Dan kembali di inkubasi didalam alat incubator
selama 24 jam pada suhu 370C.
Hari Ketiga
Setelah sampel MIE PANGSIT HIJAU dimasukkan kedalam Media EMBA dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC, dan hasil yang di dapatkan bahwa sampel
MIE PANGSIT HIJAU tidak terkontaminasi oleh bakteri Escerichia colli. Hal ini
didukung pada media EMBA yang bersih dari bakteri Escerichia colli.
2) Pemeriksaan Pada Bakteri Salmonella
Identifikasi Bakteri Salmonella pada sampel makanan.
Adapun Media yang dgunakan untuk tempat perkembangan bakteri Salmonella yaitu
Media SSA
Adapu sampel makanan yang kami amati yaitu :
TAHU ISI
MIE PANGSIT HIJAU
a) Pada sampel makanan TAHU ISI
Pada Hari Pertama
Sampel makanan dilakukan UJI PENDUGA dengan menggunakan media broth,
penyubur Alkali Pepton dan dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
menggunakan alat INKUBATOR sebagai langkah awal untuk mengetahui
pertumbuhan mikroba.
Pada Hari Kedua
Setelah sampel TAHU ISI yang dimasukkan ke dalam media alkali pepton dan
diinkubasi kedalam incubator selama 24 jam pada suhu 37oC kemudian dilakukan
pengamatan dan hasilnya KERUH maka dapat diduga bahwa sampel nasi
kemungkinan “tersangka” mengandung Mikroba.
Setelah Uji pendugaan dilakukan, maka selanjutnya dilakukan Uji Penguat apakah
sampel nasi ini benar mengandung Bakteri Salmonella dengan menggunakan media
SSA. Dan kembali di inkubasi didalam alat incubator selama 24 jam pada suhu
370C.
Pada Hari Ketiga
Setelah sampel TAHU ISI dimasukkan kedalam media SSA dan diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37oC maka selanjutnya akan didapatkan gambaran bukti
pertumbuhan bakteri Salmoella pada media SSA.
Seletah itu media SSA yang positif mengadung bakteri Salmonella di ambil
menggunkan OSE dan dipindahkan ke aca preparat.
Setelah itu dilakukan pewarnaan gram dengan cara menetesi larutan Gelatin Violet,
larutan Lugol, Alkohol 95 %, dan Larutan Fuchsin masing-masing secara berurutan
tetai sebelumnya masing-masing larutan tersebut didiamkan selama 20-30 detik dan
dicuci dengan air sebelum beralih kelarutan yang lainnya
Setelah di diamkan selama 45 menit dan semua sampel telah dicuci dan di
keringkan menggunakan air mengalir, selanjutnya sampel diamati dialam
mikroskop.
b) Pada sampel makanan MIE PANGSIT HIJAU
GAMBAR SAMPEL MIE PANGSIT HIJAU
Pada Hari Pertama
Sampel makanan berupa MIE PANGSIT HIJAU dilakukan UJI PENDUGA dengan
menggunakan media broth, penyubur Alkali Pepton dan dilakukan inkubasi selama
24 jam pada suhu 370C menggunakan alat INKUBATOR sebagai langkah awal untuk
mengetahui pertumbuhan mikroba
Pada Hari Kedua
Setelah sampel MIE PANGSIT HIJAU yang dimasukkan ke dalam media alkali
pepton dan diinkubasi kedalam incubator selama 24 jam pada suhu 37oC kemudian
dilakukan pengamatan dan hasilnya KERUH maka dapat diduga bahwa sampel nasi
kemungkinan “tersangka” mengandung Mikroba.
Setelah Uji pendugaan dilakukan, maka selanjutnya dilakukan Uji Penguat apakah
sampel nasi ini benar mengandung Bakteri Salmonella dengan menggunakan media
SSA. Dan kembali di inkubasi didalam alat incubator selama 24 jam pada suhu
370C.
Pada Hari Ketiga
Setelah sampel MIE PANGSIT HIJAU dimasukkan kedalam media SSA dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC, , dan hasil yang di dapatkan bahwa sampel
MIE PANGSIT HIJAU tidak terkontaminasi oleh bakteri Salmonella Hal ini
didukung pada media SSA yang bersih dari bakteri Salmonella.
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan suatu pengamatan untuk memeriksa sampel
makanan dari kontaminasi bakteri Escerichia Colli dan Bakteri Salmonella.
Adapun media yang kami gunakan untuk mengidentifikasi bakteri Escerichia Colli yaitu
Media EMBA ( Eosin methylene Blue Agar) media ini berisi sukrosa dan laktosa, jika
organisme fermentasi sukrosa dan laktosa, Ph didalam dan disekitar koloni di bawah Ph
5, menyebabkan pembentukan kompleks metilen biru eosiate yang memiliki keilau
metalik. Pada saat yang sama, koloni-koloni berwarna gelap. Sukrosa dan laktosa- koloni-
negative berwarna ungu. Kehadiran eosin kuning dan biru metilen dalam medium
menghambat bakteri gram.
Sedangkan untuk mengidentifikasi bakteri Salmonella menggunakan media SSA
( Salmonella Shigella Agar ).
Sedangkan sampel yang kami gunakan terdiri dari dua jenis sampel yaitu tahu isi dan mie
pangsit hijau.
Pada hari pertama kami melakukan pengamatan berupa Uji Penduga dimana sampel
berupa tahu isi dan mie pangsit hijau masing-masing ditambahkan dengan larutan alkali
pepton yang berfungsi sebagai media menyuburkan bakteri sealnjutnya dimasukkan
kedalam alat incubator untuk menginkubasi bakteri agar dapat berkembangbiak dan bisa
diisolasi, dimana suhu yang digunakan yaitu 370C selama 24 jam.
Selanjutnya pada hari kedua dilakukan Uji Penegasan dimana kedua sampel yang
telah di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C yang telah di tambahkan dengan larutan
alkali pepton terlihat bahwa pada sampel tahu isi mendapatkan hasil keruh ini bisa
memungkinkan terdapat pertumbuhan bakteri didalam sampel pertama. Dan pada sampel
yang kedua berupa mie pangsit hijau terlihat hasil larutan yang agak jernih, hal ini bisa
memungkinkkan bahwa tidak ada perkembangan mikroba didalam sampel kedua ini. Dan
untuk menguatkan dugaan pertama ini kedua sampel di masukkan kedalam media EMBA
untuk mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri Escerichia colli dan media SSA untuk
mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri Salmonella pada masing-masing sampel. Dan
setelah itu kedua media yang telah berisi sampel makanan masing-masing kembali
iinkubasi kedalam incubator dengan suhu 370C dalam waktu 24 jam.
Selanjutnya pada hari ketiga atau hari terakhir pengamatan dilakuka Uji penguat,
kedua sampel pengamatan kembali dikeluarkan dari alat incubator dan terlihat bahwa
pada sampel tahu isi mengandung bakteri Escerichia colli pada media EMBA dan bakteri
Salmonella pada media SSA. Sedangakan pada sampel mie pangsit hijau tidak ditemukan
bakteri pada kedua media, ini menandakan bahwa khusus pada sampel mie pangsit hijau
negative mengandung mikroba jenis bakteri Escerichia colli dan Salmonella.
Selanjutnya pada sampel tahu isi yang positif mengandung mikroba dilakukan mengujian
lebih lanjut utuk mengisolasi bakteri Escerichia colli dan Salmonella. Sampel yang
masing-masing berada pda media EMBA dan SSA di isolasi menngunakan ose di lakukan
pewarnaan gram dengan menggunakan larutan gelatin vioet, larutanlugol, larutan alcohol
95 %, larutan fuchsin. Dimna masing-masing ditetesi larutan dan di diamkan selama 20-
30 detik serta dibilas menggunakan air yang mengalir sebelum beralih kelarutan yang
lain. Setelah itu didiamkan selama 45 menit, setelah kering dilakukan pengamatan
terhadap sampel menggunakan mikroskop yang sebelumnya ditetesi menggunakan
minyak imersi untuk memperjelas objek pengamatan yang diamati.
Pada pengamatan menggunakan mikroskop untuk sampel tahu isi yang menggunakan
media EMBA terlihat bakteri Escerichia Colli berbentuk basil ( batang ) dan hidup
berkoloni serta termasuk dalam bakteri gram negative dan begitu pula pada sampel tahu
isi yang menggunakan media SSA terlihat bakteri Salmonella berbentuk basil ( batang )
dan hidup berkoloni serta termasuk dalam bakteri gram.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan bakteri Escerichis colli dan salmonella pada
sampel makanan tahu isi dan mie pangsit hijau dengan 3 pengujian diantaranya Uji
Penduga menggunakan alkali pepton dan Uji Penguat menggunakan media EMBA
( Eosin methylene Blue Agar untuk bakteri Escerichia colli ) dan media SSA (Salmonella
Shigella Agar Plate untuk bakteri salmonella) serta Uji penegas yaitu berupa pengamatan
langsung menggunakan mikroskop dan penentuan pewarnaan gram. Maka didaptkan hasil
bahwa pada sampel mie pangsit hijau tidak ditemukan bakteri Escerichia colli dan
Salmonella sedangakan pada sampel tahu isi terdapat atau mengandung bakteri Escerichia
colli dan Salmonella.
Selanjutnya pada sampel yang positif mengandung mikroba tersebut dilakukan uji
pewarnaan gram dan pengamatan di mikroskop. Pada uji pewarnaan gram terlihat bahwa
bakteri Escerichia colli dan Salmonella termasuk dalam bakteri gram negative. Dan
setelah diamati kedalam mikroskop bakteri Escerichia colli dan Salmonella memiliki ciri
berbentuk Basil ( batang ) hidup berkoloni, dan termasuk dalam bakteri gram negatir.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami trik pada laporn ini yaitu, hendaknya sebelum memulai
suatu praktikum terlebih dahulu kita memanjatkan doa kepada Allah swt. Agat apa yang
kita praktikan di laboratorium bias menjadi manfaat dan berkah untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Hermanto, Bambang.2011.Metode The king BIOLOGI SMA ala Tentor.Jakarta:Wahyumedia.
Hatta,M.2010.Mikrobiologi Keperawatan.Makassar
Alang,Hasria.Adriani.2013.Bahan Ajar dan Penuntun Praktikum
MIKROBIOLOGI.Makassar.
Zulkarnaim.2008.Bahan Ajar MIKROBIOLOGI.Makassar
http://iputh-biozone.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-mikrobiologi_06.html
http://zhabioedu.blogspot.com/2011/07/laporan-praktikum-mikrobiologi-media.html
http://naairabwkhs.blogspot.com/2013/01/laporan-akhir-praktikum-mikrobiologi.html
http://yazura08.blogspot.com/2012/03/laporan-inokulasi-bakteri.html
http://disachem.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-mikrobiologi-uji.html
http://miandrimclaren.blogspot.com/2011/12/laporan-bioteknologi-pengenalan-alat.html
Atlas,R.M.1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition.CRC Press: Amerika
Curtis, Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology 5th edition. Worth Publisher Inc. New York
Indra.2008.Media Pertumbuhan. http://ekmonsaurus.com/data/media.PDF. Diakses pada tanggal 8
April 2010
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor. http://anekaplanta.wordpress.com/2008 /03/02/teknik-
penyimpanan-dan-pemeliharaan-mikroba/. Diakses pada tanggal 8 April 2010
Madigan, M.T.2003.Brock Biology Of Microorganism. Pearson Education, Inc: Amerika
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr.2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan
Company. Waterville.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New
York.
Rachdie. 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. http://rachdie
.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/.Diakses pada
tanggal 8 April 2010