laporan praktikum otot polos

12
LAPORAN PRAKTIKUM ANA T OMI dan FISIOLOGI MANUSIA KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK Disusun oleh : KELOMPOK 4 (KP ! "# S$l%ia E&a ohan N (""'4)*! +# ,uni Nanda Les-a.i (""'4/0! '# Ru1aidah (""'4/"! 4# Dini Ka.-i&a Pu-.i (""'0"! 0# Adi-$a Maha.di&a (""'4)4! 2# U3i As.i$an-i (""'4/)! UNIERSITAS SURABA, A FAKULT AS FARMASI +"'

Upload: dini-kartika

Post on 09-Oct-2015

406 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

anatomi dan fisiologi manusia

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI dan FISIOLOGI MANUSIA

KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK

Disusun oleh :

KELOMPOK 4 (KP J)

1. Sylvia Eka Johan N

(1130478)

2. Yuni Nanda Lestari

(1130495)

3. Rufaidah

(1130491)

4. Dini Kartika Putri

(1130510)

5. Aditya Mahardika

(1130474)

6. Umi Asriyanti

(1130497)UNIVERSITAS SURABAYA

FAKULTAS FARMASI

2013

DAFTAR ISIPendahuluan

........................... 2

Metode Kerja

..... 5Hasil Praktikum

. 7Pembahasan

. 8 Kesimpulan

. 10Daftar Pustaka

11I . PENDAHULUANOtot Polos

Otot polos adalah jaringan yang dibentuk oleh sel-sel otot dan menyerupai gelondong dimana bagian ujungnya cenderung runcing. Oto polos ini memiliki fibril atau serabut yang cenderung homogeny. Karena itu, jika kita mengamatinya dengan menggunakan mikroskop maka kita akan menjumpai otot tersebut nampak polos tanpa garis-garis atau pola.

Oto polos memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berbentuk gelondong dengan dua ujung yang meruncing dan tepat pada bagian tengah cenderung menggelembung.

2. Inti selnya hanya satu.

3. Durasi kontraksi otot polos antara 3 sampai 180 detik.

4. Polos sebab tidak memiliki garis-garis yang melintang sama seperti yang dijumpai pada otot lurik.

5. Otot polos ini bereaksi di luar kesadaran atau control manusia sebab ia diluar perintah otak. Oleh seba itu, otot polos kadang disebut juga sebagai otot tak sadar.

6. Biasanya dijumpai pada bagian usus, saluran peredaran darah, otot pada saluran kemih, pembuluh darah dan lain-lainnya.

7. Otot polos melakukan kontraksi dengan reflex sebab ia berada di bawah saraf yang otonom.

8. Reaksi otot polos ini lambat jika dibandingkan dengan otot lurik dan tidak mudah lelah meski ia bekerja secara terus menerus.

Secara umum, otot polos memiliki tiga bagian utama yakni:

Membran Plasma

Bagian ini sering pula dikenal dengan nama Sarcolemma atau sarkolema. Ia baru nampak dengan jelas jika menggunakan mikroskop electron. Ia tampak seperti double membrane atau selaput membran ganda yang terdiri dari selaput luar dengan tebal antara 25 sampai 30 angstrom. Sementara itu, selaput lainnya adalah selaput dalam dengan ketebalan 25 sampai 30 angstrom. Sitoplasma

Bagian otot polos yang satu ini juga sering disebut dengan istilah sarkoplasma atau Sarcoplasma dengan sifat yang eosinofilik dan mengandung organoid yang terdiri atas mitokondria yang memagari inti, apparatus golgi, sentriol, serta endoplasma reticulum. Selain organoid, terdapat pula paraplasma misalnya glikogen juga lipofusin.

Inti Sel

Berjumlah satu dan memiliki bentk yang lonjong cenderung panjang dengan ujung yang tumpul. Saat bagian otot polos yang satu ini berkontraksi ia akan membentuk gelombang.Sel otot polos berbentuk gelendong mempunyai diameter 2-5 micron dan panjangnya 60-200 micron.Ada dua tipe otot polos :1.Multi unit smooth muscle2.Visceral unit smooth muscle1. Otot olos Multi Unit (Multi Unit Smooth Muscle)Masing-masing serat berdiri sendiri, diinervasi oehsingle nerve endingseperti pada otot skelet (skeletal muscle fiber). Pada permukaan luar dari tiap serat otot ditutup oleh lapisan yang disebutbasement membrane like substance, yang merupakan glukoprotein.Sifat otot ini yang paling penting ialah bahwa kontraksi mereka hampir seluruhnya kaena rangsangan saraf dan sangat sedikit oleh faktor stimulasi darilocal tissue. Pada otot ini tidak terjadi kontraksi yang spontan.Contoh :Ototciliarydari mata.Iris dari mata.Nictating membranyang menutup mata dari beberapa binatang tingkat rendah.Pilo erector muscle: meyebabkan berdirinya rambut.Otot-otot polos dari pembuluh-pembuluh darah besar.

2. Otot Polos Visceral (Visceral Smooth Muscle)Sel-sel otot ini terletah berhimpitan satu sama lain, dimana membran antara sel-sel berdekatan saling berlekatan seluruhnya atau sebagian, oleh karenanya tipe ini disebutunitary smooth muscle.Contoh:- Dinding alat pencernaan makanan- Saluran empedu- Ureter- UterusMembran potensial otot polos besarnya bervariasi, berkisar antara 55 sampai 69 milivolt. Potensial aksi darivisceral smooth muscleada 2 macam yaitu:1.Spike potential2.Action potentialdenganplateauPotensial aksi dapat terjadi dengan beberapa jalan:1.Oleh hormon padasmooth muscle.2.Efek hormon padasmooth muscle.3.Transmitter substancedari serat saraf.4.Terjadi secara spontan dalammuscle fiberitu sendiri.Action potentialsebagian besar terjadi pada smooth muscle itu sendiri tanda adaextrinsic stimulus. Ini biasanya dihubungkan dengan suatu basicslow wave rhythmdarimembrane potential.Slow wave itu sendiri bukan suatuaction potential. Tetapi apabilaslow wavetersebut meningkat mencapai nilai ambang (kira-kira 35 milivolt), suatuaction potentialakan timbul dan meyebar ke seluruh bagian darivisceral smooth muscle, hingga kemudian terjadi kontraksi. Karena ituslow wavessering disebut pula sebagai gelombangpace maker.

II . METODE KERJA1. Tujuan

Mengetahui pengaruh substansi adrenergic dan cholinergic yaitu asetilkolin, adrenalin, pilokarpin, dan sulfat atropine terhadap gambaran kontraksi otot polos visceral secara in vitro.

2. Sarana

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:

1. Kimograf

2. Kertas pencatat

3. Tabung perendam lambung

4. Benang dan penulis

5. Katak yang diambil lambungnya

6. Obat-obat yang akan diselidiki pengaruhnya terhadap oto polos yaitu: adrenalin 0,01%, asetilkoloin 0,5%, sulfat atropine 0,01%, pilokarpin 0,5%, larutan thyrode.

3. Prosedur kerja

1. Siapkan sediaan otot polos lambung katak:

a. Otak katak dirusak terlebih dahulu seperti pada prektikum kepekaan saraf perifer dan otot rangka.

b. Tempatkan katak terlentang di atas papan katak, kemudian fiksir kedua kaki belakangnya dengan menggunakan jarum.

c. Irislah rongga dada dan perut katak tersebut dengan irisan berbentuk huruf Y. kulit yang akan diiris ditarik dengan pinset yang dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memotong kulit katak tersebut dengan menggunakan gunting. Pada saat menggunting jangan sampai memotong organ-organ lain.

d. Setelah perut katak terbuka, perhatikan secara in vivo pergerakan-pergerakan lambung katak tersebut.

e. Bebaskan lambung katak dari organ-organ sekitarnya dengan hati-hati dan jangan sampai terlalu banyak mengadakan tekanan/sentuhan pada lambung tersebut, karena hal ini akan merupakan stress hingga mempengaruhi kontraksi lambung.

2. Ikatkan bagian pylorus lambung katak sedistal mungkin dan bagian cardia seproximal mungkin dengan benang, kemudian potonglah bagian pylorus desebelah distal dari ikatan, dan potonglah bagian cardinal disebelah proximal dari ikatan.

3. Angkatlah dengan segera potongan lambung tersebut dan masukkan dalam larutan thyrode dalam lambung perendam supaya tabung lambung tersebut tidak sampai rusak.

4. Sebelum lambung tersebut dimasukkan dalam tabung perendam, larutan thyrode tersebut dialiri dengan oksigen dengan kecepatan optimal ( jangan terlalu besar atau kecil)

5. Ikatlah ujung kardia pada kait dalam tabung perendam, sedang ujung pylorus dihubungkan dengan benang pada penulis, hingga percobaan pencatatan gerakan-gerakan lambung bias dimulai.

6. Catatlah gerakan lambung yang normal sebanyak kira-kira 10 kali kontraksi sambil memperhatikan frekuensi, amplitude serta tonusnya setiap akan mengawali pengamatan terhadap pengaruh suatu obat/bahan. Setelah itu mulailah menyelidiki pengaruh beberapa obat-obatan terhadap kontraksi otot polos lambung.

7. Teteskan 3 tetes adrenalin ke dalam tabung perendam lambung dan catatlah pada kimograf pengaruh obat tersebut terhadap kontraksi lambung. Apabila pengaruhnya kurang nyata, teteskan lagi setiap kali 3 tetes, hingga terlihat jelas efeknya.

8. Setelah mempelajari pengaruh suatu macam obat, cucilah lambung katak tersebut dengan jalan mengganti cairan dalam tabung perendam dengan cairan thyrode yang baru ( cuci sampai 2 kali )

9. Kerjakan hal tersebut diatas dengan obat-obat: asetilkolin, sulfat atropine dan pilokarpin.

*catatan : a. Pada penggunaan larutan adrenalin harap diperhatikan agar larutan tersebut selalu dalam keadaan fresh (belum lebih dari 24 jam). b. Sebelum diberi setiap macam obat dan sesudah dicuci harus direkam dulu kontraksi normal preparat lambung tersebut sebagai control.

III . HASIL PRAKTIKUMJenis ObatFrekuensi

(kontraksi per menit)Amplitude

(millimeter)Tonus

(naik/tetap/turun)

Normal 2,56,3

Asetilkolin

Control : --

Percobaan : --

AdrenalinControl : 27,5

Percobaan : 0,52Turun

Pilokarpin

Control : 34,3

Percobaan : 2,57,67Tidak bisa ditentukan

Sulfas AtropinConrol : 2,510

Percobaan : 24turun

IV . PEMBAHASANPada keadaan normal :Dalam keadaan normal, di mana lambung katak direndam di dalam larutan thyrode, gambaran kontraksinya menunjukkan tonus yang tetap. Pada pencatatan grafik kontraksi, tampak garis lurus-lengkung-lurus-lengkung yang cukup teratur dan tetap dalam jangka waktu yang cukup lama. Tinggi tonus (amplitudo) antara satu lengkung dan lengkung yang lain rata-rata sama panjang, meski tidak benar-benar tepat sama panjang. Ini menunjukkan adanya sifat plasticity. Dan panjang amplitudo yang didapatkan sekitar 6,3 mm. Frekuensi normal yang diperoleh adalah 2,5 kontaksi per menit. Keadaan normal ini diciptakan dengan tanpa memberi rangsangan dari luar (belum diberi rangsangan dari substansi adrenergik maupun cholinergik).

Pemberian Adrenalin :

Dengan pemberian adrenalin, proyeksi kontraksi otot polos lambung katak menunjukkan garis mendatar yang semakin lama semakin menurun meski dengan kemiringan yang tidak begitu tajam. Hal ini menunjukkan bahwa tonusnya dalah turun. Dalam percobaan, diperoleh panjang amplitudo dalam keadaan kontrol adalah 7,5 mm, dan dalam keadaan percobaan 2 mm. Sedangkan frekuensi yang diperoleh dalam keadaan kontrol 2 konraksi per menit, dan dalam keadaan percobaan 0,5 kontraksi per menit.

Adrenalin adalah salah satu golongan epinefrin sehingga menurut teori bersifat :

- Menurunkan frekuensi potensial spike dan otot menjadi lebih rileks.

- Meningkatkan potensial membran.

- Bekerja identik dengan rangsangan simpatis.

- Efek adrenalin berlawanan dengan asetilkolin.

Adrenalin bersifat simpatis yang mengakibatkan relaksasi pada otot polos visceral dimana pemberian adrenalin mengakibatkan potensial membran meningkat sehingga permeabilitas terhadap ion turun sehingga otot lebih rileks. Dalam percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yang sesuai dengan teori.

Pemberian Pilokarpin :Pemberian pilokarpin mengakibatkan frekuensi menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi pada keadaan kontrol, dan amplitudo juga lebih tinggi dari pada amplitudo pada keadaan kontrol. Tonus yang dihasilkan adalah tonus naik tapi, dalam percobaan yang kami lakukan tidak sesuai teori. Dalam percobaan kami menghasilkan tonus tidak bisa ditentukan karena kemungkinan adanya pergeseran pada kimograf yang tidak disengaja. Dalam percobaan, diperoleh panjang amplitudo dalam keadaan kontrol adalah 4,3 mm, dan dalam keadaan percobaan 7,67 mm. Sedangkan frekuensi yang diperoleh dalam keadaan kontrol 3 konraksi per menit, dan dalam keadaan percobaan 2,5 kontraksi per menit.

Pilokarpin menaikkan tonus otot polos karena :

- Menurunkan potensial membran.

- Frekuensi potensial spike meningkat.

- Ritme kontraksi dan tonus meningkat.

- Pilokarpin identik dengan rangsangan parasimpatis.

- Pilokarpin memiliki fungsi sama dengan asetilkolin, tapi bekerja lebih lama daripada asetilkolin, karena tak begitu cepat dirusak oleh enzim achethylcholinnesrterase.

Obat ini dapat menimbulkan efek parasimpatik yang khusus dan bekerja langsung pada reseptor cholinergic tipe muskarinik.

Pemberian Sulfas Atropin :Dari hasil percobaan terakhir ini, didapatkan panjang amplitudo yang lebih kecil dari pada amplitudo pada kondisi kontrol. Frekuensinya lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi kondisi kontrol. Tonus yang dihasilkan adalah tonus turun. Dalam percobaan, diperoleh panjang amplitudo dalam keadaan kontrol adalah 10 mm, dan dalam keadaan percobaan 4 mm. Sedangkan frekuensi yang diperoleh dalam keadaan kontrol 2,5 konraksi per menit, dan dalam keadaan percobaan 2 kontraksi per menit.

Sulfas Atropin menurunkan kontraksi otot polos sebab :

- Memperbesar potensial membran

- Menurunkan frekuensi potensial spike.

- Otot menjadi rileks.

- Bersifat identik dengan rangsangan simpatik.

Sulfas atropin merupakan obat yang dapat menurunkan kontraksi otot polos. Sulfas atropin termasuk acethylcholine competitive inhibitor substance / obat anti muskarinik. Cara kerjanya menghambat kerja asetilkolin pada organ efektor cholinergic tipe muskarinik.

V . KESIMPULAN Penambahan obat adrenalin menyebabkan tonus menjadi turun.

Penambahan obat pilokarpin menyebabkan tonus menjadi naik, tapi dalam percobaan kami menghasilkan tonus tidak bisa ditentukan karena terjadi kesalahan.

Penambahan obat sulfas atropin menyebabkan tonus menjadi turun.

Satu frekuensi yaitu terdiri dari 1 bukit, dan 1 lembah. Amplitude diperoleh dari panjang dari bukit atau lembah yg terbentuk dari kontraksi otot polos lambung tersebut.lalu diubahnya ke millimeter

VI . DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 17.AGC: Jakarta

kelas biologiku.blogspot e-learning.gunadarma.ac.id/bab5_anatomi_sistem_saraf_perifer.pdf sloane, ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula, 2003, jakarta;EGC Guyton , John E hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Rumpis, Agus Sunarko. 2008. Fisiologi Latihan. FIK UNY, Jogjakarta