laporan praktikum paleontologi
TRANSCRIPT
410012123 Teknik Geologi STTNAS
BAB 1
PRINSIP FILOGENI
1.1 UMUM
Filogeni adalah ilmu yang mempelajari hubungan kekerabatan suatu organism
mulai dari tingkat morfologi hingga pada tingkat DNA. Filogeni sangat diperlukan dalam
mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi.
Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari
suatu organism menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendiri
merupakan proses adaptasi dari suatu organism terhadap lingkungannya.
1.2 METODE PENYUSUNAN FILOGENI
Metode analisis dalam penyusunan filogeni ada dua metode yaitu fenetik dan
kladistik. Fenetik umum dipakai diberbagai macam bidang ilmu, namun jarang digunakan
di dalam geologi, karena kurang dapat menjelaskan proses yang terjadi.
1.2.1. Pendekatan Fenetik
Dalam pendekatan fenetik, semua subjek dan factor yang dianalisis punya
kedudukan yang sama. Misalnya rambut dikategorikan sebagai satu criteria ada
dan tidak ada. Sedangkan warna rambut menjadi criteria kedua. Bagi takson yang
tidak ada rambut berarti hanya ada satu criteria.
Dalam penggolongan biologis tidak semua factor bias mempunyai
tingkatan yang sama. Inilah yang menjadikan pendekatan fenetik jarang dipakai
dalam penyusunan filogeni. Misalnya hidung mancung dan hidung pesek tidak
dapat digunakan sebagai penentuan ras dari manusia, karena factor tersebut dapat
muncul dihampir setiap ras manusia.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 1
410012123 Teknik Geologi STTNAS
1.2.2. Pendekatan Kladistik
Pendekatan kladistik timbul atas dasar pemikiran bahwa proses alamiah
akan selalu mengambil jalan yang paling singkat. Kalau demikian, proses alamiah
diperkirakan tidak selalu mengikuti pola yang paling sederhana, tetapi sedikit
lebih rumit. Pendekatan Kladistik dipilih karena :
Paling rasional
Merupakan tolak ukur yang eksak bagi semua peneliti
Selalu dapat diuji
Memberikan informasi paling lengkap
Paling mudah dianalisis
Umumnya mendekati kebenaran
1.2.3. Menyusun Pohon Filogeni
Dalam menyusun suatu pohon filogeni kita menggunakan ciri yang ada
pada suatu organism. Ciri-ciri yang ada pada organism dikelompokkan ke dalam :
Bersifat Plesiomorfik, ciri yang dimiliki nenek moyang ( primitif )
Bersifat Apomorfik, sudah mengalami perubahan
Bersifat Sinapomorfik, berubah sebelum percabangan
Bersifat Autopomorfik, berubah secara autonom.
Ciri yang dibandingkan
Takso
n1 2 3 4 5 6 7
A 0 0 0 0 0 0 0
B 1 0 0 0 0 0 0
C 1 1 0 0 0 0 0
D 1 1 1 1 1 1 0
E 1 1 1 1 1 1 1
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 2
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Tabel 1.1. Hubungan antara lima organism dengan tujuh ciri yang digunakan sebagai pembanding ( 1 =
apomorfik ; 0 = Plesiomorfik )
Dari data table 1.1 dapat kita analisis dengan pendekatan fenetik maupun
kladistik.Untuk menghitung fenetiknya dibandingkan 2 takson seperti A-B, A-C,
A-D, A-E, B-C, B-D, B-E, C-D, C-E dan D-E. Perbandingan itu kita hitung
banyaknya ciri yang sama. Misal : A-B memiliki 6 ciri Plesiomorfik, D-E
memiliki 6 ciri apomorfik yang sama.
Untuk menentukan hubungan kekerabatan secara kladistik, maka tingkat
kesamaan adalah semua ciri yang ada, hasilnya dituangkan dalam table diagonal
di bawah. ( Tabel 1.2 )
Takson A B C D E
A 0 0 0 0
B 6 1 1 1
C 5 6 1,2 1,2
D 1 2 3 1,2,3,4,5,6
E 0 1 2 6
Tabel 1.2. Penghitungan jumlah kesamaan dan jenis kesamaan berdasar ciri Apiomorfik
Dengan menggunakan data dari table diatas kita dapat menyusun suatu
pohon filogeni. Pohon filogeni yang disusun dengan data fenetik kita sebut
dengan fenogram, sedangkan pohon filogenetik yang kita susun dengan cara
kladistik disebut kladogram.
Dalam data fenetik kita melihat ada tiga pasangan kekerabatan yang dekat,
yaitu A-B,B-C dan D-E. Dari data tersebut, D-E dapat kita kelompokkan tanpa
masalah, sedangkan antara A-B-C kita harus memilih mana yang harus terlebih
dahulu dikelompokkan. Melihat bahwa C lebih dekat ke D dan E daripada ke A,
maka B-C kita kelompokkan dulu baru A dikelompokkan terakhir. Hasilnya :
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 3
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Sedangkan jika data tersebut kita susun dengan pendekatan kladistik,
maka urutan penyusunan seperti berikut ini :
Takson D dan E mempunyai kesamaan 6 ciri apiomorfik, sehingga
dikelompokkan lebih dahulu. Kemudian kita mengelompokkan C, karena C
mempunyai 2 ciri yang sama dengan D dan E. Akhirnya kita mengelompokkan B,
karena mempunyai 1 ciri yang sama. Sedangkan A tidak mempunyai kesamaan
dalam cirri apiomorfik sehingga ditempatkan terakhir.
E
D
C
B
A
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 4
410012123 Teknik Geologi STTNAS
BAB 2
PROSES PEMFOSILAN
2.1 PENGERTIAN FOSIL
Fosil adalah sisa atau jejak kehidupan masa lampau yang terawetkan secara alami
di dalam lapisan kerak bumi dan berumur paling muda pada Kala Holosen. Berdasarkan
pada pengertian tersebut, maka sisa peninggalan manusia purba baik berupa tubuhnya
sendiri maupun jejak kebudayaannya termasuk fosil juga.
2.2 JENIS PEMFOSILAN
A. Unaltered Remains
Merupakan fosil yang terawetkan tanpa menalami perubahan secara kimiawi,
meliputi tubuh lunak maupun tubuh keras dan bersifat insitu. Contoh : Fosil
Mammouth dan Rhinoceros di dalam endapan es di Siberia.
Gambar 2.1 Contoh fosil Mammoth
B. Altered Remains
Merupakan jenis pemfosilan dimana unsur-unsur kimia di dalam tubuh organism
telah terubah baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian. Proses tersebut dapat
berupa :
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 6
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Permineralisasi, terisinya pori-pori oleh mineral kalsit, silica, fosfat dan
sebagainya tanpa merubah bentuk struktur cangkang atau tulang.
Replacement, tergantikannya unsur-unsur kimiawi di dalam bagian keras /
rangka oleh mineral lain tanpa merubah bentuk asli dari shell/rangka.
Leaching, terlarutkannya unsur-unsur kimia yang ada sehingga sedikit merubah
bentuk asli dari shell/rangka.
Destilasi, hilangnya unsur nitrogen, oksigen dan hydrogen di dalam
cangkang/shell yang tergantikan oleh lapisan tipis karbon.
Histometabesis, terubahnya unsur-unsur kimia pada fosil tumbuh-tumbuhan.
A B
Gambar 2.2 Contoh fosil Altered remains : A) Histometabesis, B) Fosil Replacement
C. Impression
Merupakan sisa tubuh organism yang tercetak pada lapisan batuan.
Cetakan tersebut dapat berupa:
Internal mold, Cetakan langsung dari bagian dalam cangkang/tubuh organism
Eksternal mold, cetakan langsung dari bagian luar cangkang/tubuh organism.
Internal Cast, cetakan dari mold yang memperlihatkan bagian dalam dari
cangkang/tubuh organism.
Eksternal cast, cetakan dari mold yang memperlihatkan bagian luar dari
cangkang/tubuh organism.
Cetakan daun, merupakan cetakan dari fosil daun.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 7
410012123 Teknik Geologi STTNAS
D. Fosil Jejak
Organisme selama hidupnya melakukan suatu aktifitas. Sisa aktifitas organism ini
dapat terawetkan menadi suatu fosil, berupa :
Coprolite, merupakan kotoran binatang yang terfosilkan.
Trail, jejak ekor binatang
Track, jejak kuku binatang
Foot Print, jejak kaki
Burrows dan Boring, jejak berupa tempat tinggal binatang yang berbentuk
lubang-lubang
A B C
Gambar 2.3 Contoh Fosil Jejak : A) Foot Print, B) Coprolite, C) Burrows
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 8
410012123 Teknik Geologi STTNAS
BAB 3
FILUM COELENTERATA
3.1 UMUM
Coelenterata berasal dari kata Koilos ( cekung ) dan enteron ( dalam ) sehingga
Coelenterata dapat diartikan sebagai binatang yang mempunyai cekungan pada bagian
dalamnya atau disebut juga semacam kantong berlapiskan endoderm. Filum ini meliputi
golongan invertebrate yang berjumlah sangat banyak dengan bentuk-bentuk yang sangat
beragam. Perkembangbiakan bisa dilakukan baik secara sexual maupun asexual. Hidup di
lingkungan aquatic secara sesile ( menambat ) bisa berkoloni maupun soliter.
Dinding tubuh hewan ini terdiri dari 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoglea dan
endoderm. Secara umum kehidupan ini memiliki dua bentuk yang berbeda yaitu, Polyp
dan Medusa. Bentuk Polyp menyerupai tabung dna hidup secara menambat dan memiliki
satu atau lebih lingkaran dari Tentakel. Bentuk Medusa meupakan makhluk yang
berenang dengan bebas, berbentuk seperti payung dan memiliki sejumlah tentakel
sepanjang tepi dari tubuhnya dengan mulut terletak pada bagian tengahnya.
Gambar 3.1 Coelenterata Polyp dan Coelenterata Medusa
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 10
410012123 Teknik Geologi STTNAS
3.2 KLAS HYDROZOA
Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya hewan yang bentuknya seperti ular.
Umumnya hidup soliter atau berkoloni. Soliter berbentuk polip dan yang berkoloni
berbentuk polip dan medusa.
Hydrozoa hidupnya ada yang soliter (terpisah) dan ada yang berkoloni
(berkelompok). Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polip, sedangkan yang
berkoloni dengan bentuk polip dominan dan beberapa jenis membentuk medusa.
Dominan hidup di laut dengan kantong perut tidak terbagi (satu). Mulut
dikelilingi tentakel, tetapi bagian dasarnya tidak memiliki gullet. Keturunannya sebagai
perubahan antara polyp dan medusa. Diameter 2-6 mm. hidup di kedalaman 8000 meter.
Sebagian besar hydrozoa mempunyai tubuh keras yang tersusun oleh zat tanduk atau zat
gampingan (calcareous). Hanya beberapa yang hidup di air tawar, hydrozoa ini tidak
mempunyai rangka karena rangkanya tersusun oleh calcareous. Hydrozoa hidup pada
zaman Kambrium.
3.2.1 Ordo Hydroida
Merupakan hydrozoa dengan bentuk polyp yang berkembang baik hidup
dengan soliter maupun koloni. Walauun begitu ada yng berbentuk medusa.
Bentuk luar dari rangkanya berbentuk dendritik dan berkomposisi zat gampingan.
Fosil tertua dari hydroid berumur kambrium bawah yang ditemukan di
Amerika Utara dan Australia. Tempat tinggalnya adalah laut dangkal.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 11
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 3.2 Ordo Hydroida
3.2.2. Ordo Milleporida
Memiliki bentuk tubuh polyp, kadang sering disebut juga dengan koral.
Dikenal sebagai salah satu pembentuk reef (terumbu). Memiliki rangka
gampingan. Serta tumbuh ke atas secara vertikal. Bentuk polypnya bermacam-
macam dan mempunyai fungsi sendiri, yaitu gastrozoid (polyp pemakan) dan
dactylozoid (polyp pelindung). Hidup di daerah dengan iklim tropis dan berada
dilaut dengan kedalaman smapai 30 m. Tinggi pertumbuhan tidak lebih dari 0,5 m
serta tersusun oleh rangka bersifat gampingan. Diperkirakan muncul pada zaman
trias.
Gambar 3.3 Ordo Milleporida
3.2.3. Ordo Stylasterida
Shrock & Twenhofel (1952) memasukkan ordo ini menjadi satu dengan ordo
Milleporida. Ordo ini merupakan hydrozoa yang hidup berkoloni dengan bentuk
tidak teratur atau menyerupai ranting-ranting pohon. Tubuh tersusun oleh rangka
gampingan yang keras. Masing-masing gastrozoid dihubungkan oleh suatu system
kanal.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 12
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 3.4 Ordo Stylasterida
3.3 KLAS STROMATOPORIDA
Tubuh tersusun oleh rangka bersifat gampingan yang disebut dengan coenosteum.
Struktur dalam sama untuk semua jenis, hanya dari ukuran tubuh yang membedakan.
Hidup berkoloni dihubungkan dengan coenosteum. Terdapat dua tipe koloni,
yaitu:
Hydrozoid, merupakan koloni berbentuk masif, pipih atau spherical dengan
permukaan atasnya berbuku-buku.
Beatricoid, merupakan koloni berbentuk tabung dengan permukaan undulating (tidak
rata) dengan sebuah sumbu tengah yang berbentuk tabung pula.
Hidup dilingkungan marine pada dasar laut yang dangkal. Stromaporida
merupakan kehidupan yang telah punah, diperkirakan hidup pada masa paleozoikum
sampai mesozoikum. Taksonomi dari kelas ini tidak jelas.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 13
410012123 Teknik Geologi STTNAS
3.4 KLAS SCHYPOZOA
Schypozoa merupakan jenis coelenterate dengan bentuk medusa. Hidup secara
soliter dan berenang. Tubuhnya berbentuk payung. Diameter tubuh dapat mencapai lebih
dari 2 meter, dengan tentakel mencapai 40 meter. Hidup pada Kambrium Tengah-Resen.
Fosil dijumpai dalam bentuk cetakan. Golongan ini oleh para ahli dibagi menjadi empat
ordo.
3.4.1 Ordo Stauromedusae
Hidup secara menambat dengan mengunakan mulut yang bertangkai pada
dasar laut, terdapat didaerah laut dingin dekat pantai. Bentuknya menyerupai piala
( goblet-shaped), belum ada fosil yang ditemukan.
Gambar 3.5 Stauromedusae
3.4.2. Ordo Cubomedusae
Bentuk tubuhnya menyerupai bel-kubus, memiliki empat atau lebih tentakel
dengan penyebaran sepanjang laut yang hangat. Fosilnya pertama kali ditemukan
pada batugamping Solenhofen yaitu Medusina quodrata berumur Jura.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 14
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 3.6 Ordo Cubomedusae
3.4.3. Ordo Coronata
Hidup dilaut dalam, fosilnya ditemukan pada batugamping Bavaria yang
berumur Jura. Contoh fosil adalah Comptostroma roddyi.
Gambar 3.7 Ordo Coronata
3.4.4. Ordo Discomedusae
Berbentuk medusa, hidup dengan penyebaran yang sangat luas di laut.
Dikenal dengan ikan ubur-ubur. Contoh Rhizostoma yang hidup sampai sekarang.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 15
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 3.8 Ordo Discomedusae
3.5 KLAS ANTHOZOA
Golongan ini sebagian besar hidup soliter, selebihnya hidup secara berkoloni.
Mempunyai bentuk tubuh seperti bunga (Anthos), dimana pada bagian atas tubuhnya
terdapat mulut yang dikelilingi tentakel-tentakel. Mulutnya dihubungkan sampai
kebagian dalam tubuhnya dengan gullet. Tubuh mempunyai eksoskeleton (Theca). Pada
theca terdapat sekat vertikal (Septa) dan Horisontal (Tabula). Berkembang biak dengan
dua cara, yaitu bertunas (lateral building) atau membelah diri (caicyl building).
3.5.1. Sub-klas Octocorallia
Merupakan golongan yang beciri khas memiliki 8 buah tentakel dan 8
mesentris. Tidak memiliki septa dan koralit-koralit berhubungan satu sama lain
dengan menggunakan saluran-saluran yang berbentuk tabung. Contoh Tubipora
musica ( resen ).
3.5.2. Sub-kelas Zoantharia
Merupakan koral yang hidup berkoloni maupun soliter, dimana cirri khasnya
adalah septanya bersusun dalam enam siklus. Rangkanya selalu memperlihatkan
struktur prismatic menjarum. Subklas dibagi menjadi empat ordo :
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 16
410012123 Teknik Geologi STTNAS
3.5.2.1. Ordo Pterocorallia (sin. Rugosa, Tetracorallia)
Pterocorallia umumnya hidup soliter, walaupun ada yang hidup secara
koloni. Ciri khas golongan ini memiliki septa yang tersusun dalam 4 kuadran.
Ordo ini juga dicirikan dengan melimpahnya tabula. Bentuk ini kadang-kadang
disebut dengan rugosa, sering disebut juga sebagai koral tanduk (horn corals)
dan hidup mulai dari ordovisium bawah serta punah pada zaman perm. Contoh :
Zapherentis.
Gambar 3.9 Ordo Pterocorallia
3.5.2.2. Ordo Tabulata
Golongan ini hidup pada zaman paleozoikum yang telah punah. Bentuk
tubuhnya dicirikan adanya theca yang berbentuk tabung, tabula sangat banyak
dan berkembang sangat baik. Pada dindingnya ditembusi oleh lubang-lubang
halus disebut mural pores. Contoh Favosites ( Ordovisum Bawah – Perm ).
Gambar 3.10 Ordo tabulata
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 17
410012123 Teknik Geologi STTNAS
3.5.2.3. Ordo Heterocorallia
Hidup dari paleozoikum sampai mesozoikum dan telah mengalami
kepunahan. Komposisi gampingan, dapat berbentuk sederhana, bercabang atau
masif. Yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai septa atau tidak berkembang
baik.
3.5.2.4. Ordo Cyclocorallia
Ordo ini dicirikan dengan bentuk septa bersiklus enam. Diantara masing-
masing keenam protosepta tumbuh septa ordo kedua berjumlah enam pula.
Diantara protosepta dan septa ketiga terdapat 12 bua, demikian seterusnya.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 18
410012123 Teknik Geologi STTNAS
BAB 4
FILUM MOLUSKA
4.1. UMUM
Moluska terdiri atas lima klas, yaitu : Amphineura, Schaphopoda, Pelecypoda,
gastropoda, dan Cephalopoda. Dari kelima klas tersebut, hanya amphineura yang
penggunaan dalam stratigrafi masih sedikit dikarenakan fosilnya jarang diketemukan,
untuk itu klas tersebut tidak akan dibahas.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 20
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 4.1 Jenis-jenis filum Moluska
4.2. KLAS PELECYPODA
Nama pelceypoda diambil dari bahasa Yunani pelekys yang berarti kapak kecil,
dan pous berarti kaki, jadi binatang berkaki mirip kapak. Nama lain dari pelecypoda
adalah Lamelillibranchiata ,atau Bivalvia.
4.2.1 Ciri Umum
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 21
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Tersusun oleh dua buah shell yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh
ligamen, yang diperkuat adanya hinge line atau engsel. Secara umum kedua shell
(cangkang) adalah sama besar ( equivalve), dan simetri bilateral. Kedua shell
tersebut melindungi bagian tubuh yang lunak. Fosil yang selama ini ditemukan
lebih banyak ditemukan berupa shellnya saja, tubuh lunaknya jarang ditemukan.
Untuk dapat mengenali atau mengidentifikasi fosil pelecypoda biasanya
menggunakan cirri-ciri yang ada pada shellnya.
Pada bagian dalam shell biasanya terdapat bekas dari otot-otot tubuh lunak
yang disebut dengan muscle scar, dapat tersusun oleh satu atau dua, dan
dihubungkan dengan palial line. Sebagian besar dari pelecypoda mempunyai
palial sinus, yang merupakan lekukan yang dibentuk oleh adanya siphon yang
besar. Dengan mengetahui arah lekukan, kita dapat mengetahui bagian posterior
dan anterior dari shell tersebut. Keberadaan dari muscle scar juga berguna dalam
klasifikasi, seperti isomyaria (dua sama besar), anisomyaria (satu atau tidak sam
besar).
Selain menggunakan ligament, untuk memperkuat kedua shell pada saat
menutup, maka terdapat hinge line dan juga beberapa gigi. Struktur dan gigi dari
hinge line bervariasi, seperti taxodonta (bergigi banyak), cardinal teeth dan
lateral teeth. Bentuk hinge line dapat berupa curve (melengkung) ataupun lurus.
Pada bagian luar cangkang (shell) biasanya terdapat berbagai macam
arsitektur. arsitektur ini biasanya sangat khas pada genus-genus tertentu. Bagian
shell yang tembuh pertama kali disebut dengan beak disusul dengan umbo.
Permuakaan shell biasanya diamati adanya growin line (garis tumbuh), spine
(bertanduk), dan rip.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 22
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 4.2 Contoh dari Klas Pelecypoda
4.2.2. Klasifikasi
4.2.2.1. SubKlas Paleotaxodonta
Merupakan pelecypoda dengan hinge line berupa taxodont yang sederhana
(ctenodont). Hidup sebagai infaunal dan eifaunal. Contoh genus : Nucula
danYoldia.
Gambar 4.3 Contoh genus Nuculana
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 23
410012123 Teknik Geologi STTNAS
4.2.2.2. Subklas Cryptodonta
Cryptodonta dicirikan dengan hinge line yang tidak bergigi, dengan
ukuran kecil dan tipis. Hidup pada Paleozoikum. Contoh genus
Cryptodonta.
A B
Gambar 4.4 Contoh genus dari Cryptodonta, A) Cardiola B) Buchiola
4.2.2.3. Subklas Pteriomorphia
Masuk dalam subklas ini antara lain adalah ordo Achoida, Pterioida,
Ostreoida Mitiolida. Cara hidupnya bervariasi, ada yang hidup di
permukaan substart, dan ada yang membuat lobang sampai substart yang
keras.
A. Ordo Arcoida, dicirikan dengan gigi pada engsel yang berjumlah banyak
( taksodonta ). Termasuk dalam ordo adalah Glycymerdidae dan Arcidae.
Contoh genus Glycymeris dan Arca.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 24
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 4.5 Contoh ordo Arcoida, Glycymeris Sp., Arca ( Barbatia ) bistrigata.
B. Ordo Pterioida, shell agak pipih, inequivalve dan asimetri. Muscle scar
muncul satu atau dua tidak sama besar ( Anisomyaria ). Masuk dalam ordo
ini antara lain : Pteria, Malleus dan Pinna ( Swennen, dkk,2001 )
Gambar 4.6 Contoh genus Pteria, Pteria margaritifera
C. Ordo Ostreoida, bentuk shell tidak beraturan, bias equivalve dan
inequivalve. Muscle scar muncul satu berada di tengah shell. Masuk dalam
ordo ini antara lain : Gryphaea, Pecten dan Ostrea.
Gambar 4.7 Contoh Ordo Ostreoida, Ostrea chlensis
4.2.2.4. Subklas Heterodonta
Subklas ini dicirikan dengan engsel ( hinge line ) tersusun oleh gigi
berstruktur heterodonta. Hiidupnya berenang bebas. Terbagi dalam dua
ordo, yaitu : Veneroida dan Myoida.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 25
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 4.8 Contoh genus Veneroida
4.2.2.5. Subklas Anomalodesmata
Merupakan kelompok kecil memiliki dua muscle scar sama besar
( Isomyaria ), tetapi tidak ada gigi engsel. Masuk dalam kelompok ini
anntara lain : Gonoiomya dan Pleuromya.
Gambar 4.9 Contoh genus Pleuromya, Pleuromya tenuistriata
4.3 KLAS GASTROPODA
Gastropoda dapat kita jumpai pada lingkungan darat, air tawar, air payau sampai
dengan laut. Klas ini merupakan yang terbesar di dalam filum moluska, hidup sejak
zaman Kambrium sampai sekarang. Secara umum gastropoda mempunyai satu shell,
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 26
410012123 Teknik Geologi STTNAS
beberapa diantaranya memiliki bentuk-bentuk arsitektural yang bagus serta warna-warna
yang indah. Bentuk shellnya sendiri berupa pilinan terputar meninggi.
Bagian awal yang terbentuk dari shell disebut Apex, terdapat pada akhir posterior.
Protoconch merupakan bentuk embrional dari shell, dapat digunakan untuk membedakan
beberapa genus atau spesies dari family-family tertentu. Bentuk lengkap shell dari
gasropoda berupa satu shell yang terpilin memanjang di dalam satu garis sumbu.
Perkembangan shell di bawah apex disebut dengan Whorls. Batas antara whorls disebut
dengan Suture. Apabila whorls berkembang sampai akhir, maka sekumpulan whorls
disebut dengan spire. Pada putaran akhir akan dijumpai adanya lobang yang kita sebut
dengan operculum. Lobang yang berada pada sumbu perputaran whorls disebut dengan
umbilicus.
Beberapa shell memiliki arah perputaran sinistral (mengkiri/berlawanan arah
jarum jam) atau dextral (mengkanan/searah jarum jam). Perputaran bisa disebut tinggi
atau terputar rendah, rendah jika sudut perputaran lebih besar besar dari 30o dan tinggi
jika sudut yang dibentuk kurang dari 30o. Pada kamar terakhir biasanya akan
memperlihatkan adanya siphonal canal.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 27
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 4.10 Klasifikasi Klas Gastropoda
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 28
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 4.11 Klas Gastropoda beserta bagian-bagian struktur tubunya.
4.3.1 Klasifikasi
Untuk dapat membagi klasifikasi dalam Gastropoda, digunakan ciri-ciri yang
berkembang pada shellnya. Walaupun demikian hal tersebut masih cukup sulit untuk
dilakukan, mengingat dasar klasifikasinya adalah tubuh lunaknya. Gastropoda dibagi
menjadi 4 subklas, yaitu :
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 29
410012123 Teknik Geologi STTNAS
4.3.1.1 Subklas Orthogastropoda
Merupakan subklas terbesar dalam gastropoda. Terdiri atas tiga superordo,
yaitu : Vestigastropoda, Caenogastropoda, dan Heterobranchia.
Gambar 4.12 Contoh genus dari Subklas Orthogasrtopoda, Turritella
4.3.1.2 Subklas Opistobranchia
Dicirikan dengan bentuk shell massif dan mempunyai operculum.
Gastropoda ini hidup di laut dalam. Mempunyai empat ordo:
Cephalispidea, Saclogossa, Anaspidea, Notaspidea, dan Nudibranchia.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 30
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Gambar 4.13 Contoh ordo Cepahlispidea
4.3.1.3 Subklas Pulmonata
Merupakan Gastropoda yang sebagian besar hidup di darat. Hanya
terdapat dua ordo, yaitu : Basiomathopora dan Stylommatophora.
Gambar 4. 14 Contoh dari Subklas Pulmonata
4.4. KLAS SCAPHOPODA
Scaphopoda merupakan moluska dengan tubuh re;atif sederhana. Mempunyai
kaki yang berfungsi untuk menggali. Hidup pada lingkungan dengan sedimentasi yang
halus.
Tubuhnya dikelilingi oleh shell tunggal yang berbentuk menyerupai tanduk. Pada
kedua ujung shellnya berlobang, Pada shellnya biasanya terdapat hiasan rib memanjang
dari depan sampai belakang yang disebut dengan striae.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 31
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Klasifikasinya didasarkan atas bentuk shellnya dan hiasan pada shellnya.
Terdapat dua ordo, yaitu: Dentaliida dan Gadilida (Swennen, dkk, 2001).
Gambar 4. 15 Contoh ordo dentaliida
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 32
410012123 Teknik Geologi STTNAS
BAB 5
FILUM ARTHROPODA
5.1. CIRI UMUM
Nama Arthropoda diambil dari bahasa Yunani yaitu arthron = ruas dan
pous/podos = kaki. Muncul sejak zaman prakambrium sampai sekarang.
Bentuk pada umumnya memanjang, simetri bilateral, tersusun oleh tubuh yang
beruas-ruas. Ruas-ruas tubuh tersebut terbagi atas : kepala (cephalon), dada (thorax),
perut (abdomen), terkadang ada yang memiliki ekor (pygidium). Sebagian besar dari
ruas-ruas tersebut ada yang memanjang disebut dengan appendages yang berfungsi untuk
berjalan, menangkap, antenna, berenang dan sebagainya.
Bagian tubuhnya biasanya dilindungi oleh rangka luar yang tersusun dari bahan
khitinokalsium karbonat. Ukuran tubuhnya dari 0,25 mm sampai 340 cm. Pada kelompok
tertentu ada bagian-bagian tubuh yang menyatu seperti cephalotorax (kepala-dada).
5.2. KLASIFIKASI
Penentuan klasifikasi didasarkan atas : 1) sifat ruas tubuhnya, 2) struktur dan
jumlah kaki, 3) sifat dan posisi alat pernapasan. Berdasarkan pembagian tersebut
dikelompokkan menjadi :
a. Klas Crustacea
b. Klas Arachnoidea
c. Klas Trilobita
d. Klas Chilopoda
e. Klas Diplopoda
f. Klas Symphyla
g. Klas Insecta
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 34
410012123 Teknik Geologi STTNAS
5.2.1. KLAS CRUSTACEA
Merupakan kelompok kepiting, udang dan balanus. Bentuk tubuh dari
crustacean dicirikan dengan adanya bagian tubuh yang keras tersusun oleh zat
chitin, calcareous chitinous atau calcareous exoskeleton.
Gambar 5.1 Klas Crustacea
Appendagesnya termodifikasi menjadi beberapa bentuk dengan fungsi
yang berlainan. Bagian pertama disebut dengan antennules masing-masing
tersusun oleh dua whiplike (seperti cambuk). Bagian yang kedua disebut
antennae, memanjang berupa whiplike. Baik, antennules maupun antennae
berfungsi sebagai alat sensor. Bagian ketiga tersusun oleh gigi-gigi yang kuat
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 35
410012123 Teknik Geologi STTNAS
disebut dengan mandibles. Bagian keempat juga tersusun oleh gigi yang kuat
berfungsi untuk menghancurkan makanan yang disebut maxillae. Semua bagian
ini terdapat di kepala (cephalo).
Pada bagian thorax (dada) terdapat 8 segmen. Bagian pertama tersusun
oleh 3 segmen yang disebut dengan maxilipeds, yang berfungsi untuk
menghancurkan makanan. Kemudian 5 bagian berikutnya disebut dengan
walking legs, berfungsi untuk berjalan. Salah satu dari walking legs dilengkapi
dengan sapit atau claws yang disebut dengan chela. Bagian dada dan kepala
biasanya menjadi satu disebut dengan cephalo-thorax.
Pada bagian abdomen biasanya disusun oleh 4-6 ruas yang tidak
dilengkapi appendages. Pada ujung dari abdomen terdapat ruas yang berfungsi
sebagai ekor.
Klas Crustacea dikelompokkan menjadi 5 subklas, yaitu : a) Subklas
Branchiopoda, b) Subklas Ostracoda, c) Subklas Copepoda, d) Subklas Cirripedia
dan e) Subklas Malacostraca. Dua subklas yang cukup penting di dalam stratigrafi
adalah :
5.2.1.1. Subklas Ostracoda
Berukuran kecil, berbentuk lensa, tersusun oleh dua cangkang,
pembagian ruas tubuhnya tidak jelas. Dalam pengamatan biasanya di gunakan
mikroskop karena ukuran tubuhnya berkisar 1-20 mm.
5.2.1.2. Subklas Cirripedia
Dikenal sebagai barnacle, hidup menambat pada usia dewasa, pada usia
muda berupa larva. Tubuh tersusun oleh cangkang atau lempeng antara 4-10
buah. Contoh genus adalah Balamus yang membentuk batugamping berumur
pliosen atas, seperti yang ditemukan di miri.
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 36
410012123 Teknik Geologi STTNAS
5.2.2. KLAS ARACHNOIDEA
Merupakan kelompok laba-laba, kutu, kalajengking. Terdiri atas 3 ordo,
yaitu : Ordo Xiphosura, Ordo Eurypterida, Ordo Aglaspida. Arachnoidea dapat
dijumpai hidup di laut sampai darat. Tubuhnya terdiri dari cephalothorax dan
abdomen. Alat geraknya (walking legs) terdapat pada cephalotorax.
5.2.2.1. Ordo Xiphosura
Arachnoidea yang hidup di laut berukuran besar. Dikenal juga dengan
sebutan kepiting sepatukuda (horseshoe crab). Xiphosura diperkirakan sudah
muncul sejak masa paleozoikum dan surut pada mesozoikum. Saat ini yang masih
hidup tinggal genus Limulus.
Gambar 5.2 Contoh genus Limulus berumur resen
5.2.2.2 Ordo Eurypterida
Tubuh ditutupi lapisan kitin. Tubuh terbagi atas tiga bagian, yaitu :
prosoma, mesosoma dan metasoma.
Prosoma disusun oleh 6 ruas yang pertama ditutupi oleh perisai
(carapace) berfungsi seperti kepala. Pada bagian dorsal, carapace tersusun oleh
sepasang mata (ocellus) dan dua mata lateral berbentuk bulan sabit. Pada bagian
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 37
410012123 Teknik Geologi STTNAS
ventral terlihat 6 pasang appendages yaitu : yang ke 1 berupa chelicerae, 2-4
digunakan untuk berjalan, yang ke 5 digunakan untuk keseimbangan dank e 6
untuk berenang.
Pada perut (abdomen) terdiri dari 13 ruas dan tidak mempunyai
appendages. Ruas ke 7-12 adalah mesosoma, ruas ke 13-18 ditambah ekor
(telson) disebut metasoma. Bentuk tubuh meruncing ke arah telson.
Gambar 5.3 Contoh genus Eurypterus
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 38
410012123 Teknik Geologi STTNAS
BAB 6
FILUM ECHINODERMATA
6.1 CIRI UMUM
Bentuk fisik Echinodermata berupa pentagonal, yang masing-masing sudutnya
dibentuk oleh lengan-lengan ambulakral. Echinodermata merupakan organism dengan
system tubuhnya dilengkapi oleh alur-alur ntuk sirkulasi air ( water-vascular system ).
Pada yang hidup dengan cara menambat biasanya dilengkapi dengan batang penambat
( stalk ). Ada beberapa yang dilengkapi duri.
6.2 KLASIFIKASI
Penentuan klasifikasi didasarkan atas sifat hidupnya menambat ( Pelmatozoa )
atau berenang bebas ( Eleutherozoa ). Berdasarkan hal tersebut terbagi atas 5 subfilum :
1. Homalozoa ( carpoids/pelmatozoa )
2. Blastozoa ( cystoids, blastoids/pelmatozoa )
3. Crinozoa ( lili laut/pelmatozoa )
4. Asteozoa ( bintang laut/eleutherozoa )
5. Echinozoa ( landak laut/eleutherozoa )
Dari kelima subfilum tersebut kita bahas dua subfilum yaitu blastozoa dan Echinozoa.
6.2.1 Subfilum Blastozoa
Merupakan kelompok yang hidup dengan cara menambat ( pelmatozoa ).
Semuanya menempel dengan brachioles ( lengan yang pendek ). Muncul pada
masa Paleozoikum. Terdiri dari 4 klas yaitu : Eocrinoidea, Parablastoidea,
Blastoidea dan Cyastoidae.
Klas Blastoidea
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 40
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Memiliki bentuk tubuh pentagonal simetri dengan cara hidup
menambat menggunakan stalk. Tubuh disusun oleh 13 lempeng yang terbagi
atas 5 lempeng sebagai amburakal, 5 sebagai intraamburakal dan 3 pada basal.
Contoh genus : Timoroblastus, Schizoblastus dan Pentremites. Pada
Timoroblastus dicirikan dengan theca berbentuk bintang, ditemukan di Pulau
Timor yang berumur Perm.
Schizoblastus, theca berbentuk agak bulat dengan amburakal sedikit
lebih panjang sari thecanya. Pada setiap amburakal terdapat hydrospires.
Muncul pada Perm – Karbon Bawah di Pulau Timor.
Gambar 6.1 Contoh jenis-jenis Klas Blastoidae
6.2.2 Subfilum Echinozoa
Echinozoa dicirikan dengan bentuk tubuh dari silindris sampai bulat yang
simetri. Hidup dengan cara berjalan. Terdapat enam klas, yaitu : Helicoplacoidea,
Ophiocystoidea, Cyclocystoidea, Edrioasteroidea, Holothuroidea dan
Echinoidea. Hanya klas Echinoidea saja yang kita bahas.
Klas Echinoidea
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 41
410012123 Teknik Geologi STTNAS
Bentuk tubhnya dicirikan dengan adanya duri serta bentuknya yang
bulat. Shelnya ( corona ) tersusun oleh lempeng-lempeng kalsit. Posisi mulut
dan anus saling bersebrangan. Pada bagian apical ( atas ) tersusun oleh 10
lempeng, terdiri dari 5 lempeng besar ( genital plates ) dan 5 lempeng kecil
( ocular plates ). Dari ocular plates kemudian berkembang menjadi amburakal
sedangkan genital plates berkembang menjadi interamburakal. Pada lempeng
amburakal dapat dikenali jenis strukturnya.
Klas Echinoidea terbagi dalam delapan ordo. Salah satu ordo yang
masih dijumpai sampai sekarang adalah Cidaroida. Klasifikasi didasarkan
atas:
1. Jumlah kolom pada intraamburakal
2. Jumlah lempeng yang ada pada amburakal
3. Pola struktur lempeng amburakal
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 42
410012123 Teknik Geologi STTNAS
BAB 7
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
1. Filogeni adalah ilmu yang mempelajari hubungan kekerabatan suatu
organism mulai dari tingkat morfologi hingga pada tingkat DNA.
Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan
penyusuna taksonomi.
2. Fosil adalah sisa atau jejak kehidupan masa lampau yang terawetkan
secara alami di dalam lapisan kerak bumi dan berumur paling muda
pada Kala Holosen.
3. Coelenterata dapat diartikan sebagai binatang yang mempunyai
cekungan pada bagian dalamnya atau disebut juga semacam kantong
berlapiskan endoderm.
4. Moluka berasal dari kata Latin yang berarti “soft nut” atau “soft body”,
yaitu tubuh binatang lunak di dalam cangkangnya.
5. Nama Arthropoda diambil dari bahasa Yunani yaitu arthron = ruas dan
pous/podos = kaki. Muncul sejak zaman prakambrium sampai
sekarang.
6. Echinodermata berasal dari kata “echinos” yang artinya duri dan
“derma”, berarti kulit, jadi golongan binatang yang kulitnya
berduri.
7.2 KRITIK DAN SARAN
1. Hati-hati dalam menggunakan sempel yanga ada, jangan
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 44
410012123 Teknik Geologi STTNAS
sampai patah atupun rusak.
2. Catat setiap kenampakan yang ada pada fossil.
DAFTAR PUSTAKA
Pandita, H. Panduan Prkatikum Paleontologi Umum. Jurusan Teknik Geologi.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional., Yogyakarta.
Syarifin., Paleontoligi Invertebrata. Jurusan Teknik Geologi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjajaran., Bandung .
Laporan resmi praktikum paleontologi Page 45