laporan praktikum seismik intercept time
DESCRIPTION
teknik geofisikaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gelombang seismik adalah getaran yang merambat yang membawa energi
karna adanya gangguan di dalam kerak bumi melalui suatu sumber getar.
Gelombang seismik berdasarkan penjalaranya dibagi menjadi 2 yaitu gelombang
tubuh dan gelombang permukaan. Gelombang tubuh dibagi menjadi 2 yaitu
gelombang P dan gelombang S. Sedangkan gelombang permukaan terdiri dari
gelombang love, dan gelombang rayleigh.
Metode seismik merupakan metode geofisika yang memanfaatkan
penjalaran gelombang untuk mendapatkan sumber daya alam. Metode seismik
terbagi 2, yaitu seismik refraksi dan seismik refleksi. Seismik refleksi merupakan
penjalaran gelombang yang memanfaatkan gelombang-gelombang pantulan yang
berasal dari bidang batas dari 2 lapisan batuan. Sedangkan seismik refraksi adalah
penjalaran gelombang yang memanfaatkan gelombang yang dibiaskan karna
perbedaan dari densitas suatu batuan.
Metode T-X adalah metode yang paling sederhana dan mendasar dengan
hasil yang kasar dalam pengolahan data seismik refraksi. Akan tetapi, apabila
bertemu dengan lapisan yang kompleks, perlu dengan cara yamg lebih akurat lagi.
Metode T-X terbagi menjadi 2, yaitu Intercept Time Method dan Critical Distance
Method.
I.2 Maksud Dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan bisa memahami metoda
T-X, khususnya metoda Intercept Time sehingga mengetahui lapisan tersebut
dalam penginterpretasian. Tujuan praktikum ini supaya dapat menghitung
kedalaman lapisan dan mengetahui lapisan tersebut dengan menggunakan metode
T-X.
1
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Seismik Refraksi
Metode seismik merupakan salah satumetode yang sangat penting dan
banyak dipakai di dalam teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismic
mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam memodelkan struktur
geologi di bawah permukaan bumi. Dalam menentukan struktur geologi, metode
seismik dikategorikan kedalam dua bagian yang besar yaitu seismik bias dangkal
(head wave or refrected seismik) dan seismic refleksi (reflected seismik). Seismik
refraksi efektif digunakan untuk penentuan struktur geologi yang dangkal
sedangkan seismic refleksi untuk struktur geologi yang dalam .
Dasar teknik seismik dapat digambarkan sebagai berikut. Suatu sumber
gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat
elastik maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi
dalam berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian
dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi.
Dipermukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian detektor
(geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber
ledakan (profile line), kemudian dicatat/direkam oleh suatu alat seismogram.
Dengan mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan
sumber ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat
diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya.
Dalam memahami perambatan gelombang seismik di dalam bumi, perlu
mengambil beberapa asumsi untuk memudahkan penjabaran matematis dan
menyederhanakan pengertian fisisnya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain;
Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan
gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Makin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
Panjang gelombang seismik < ketebalan lapisan bumi. Hal ini memungkinkan
setiap lapisan yang memenuhi syarat tersebut akan dapat terdeteksi.
2
Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga
mematuhi hukum-hukum dasar lintasan sinar di atas.
Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan di bawahnya.
Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Bila gelombang elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui
bidang batas perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan
terjadi pemantulan dan pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya adalah
gelombang kompresi (gelombang P) maka terjadi empat gelombang yang berbeda
yaitu, gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS1), gelombang P-
refraksi (PP2), gelombang S-refraksi (PS2). Dari hukum Snellius yang diterapkan
pada kasus tersebut diperoleh :
(II.1)
dimana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2
Gambar II.1 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang
3
II.2 Metode T-X
Metode T-X merupakan salah satu cara yang dianggap paling sederhana
dan hasilnya relatif cukup kasar, kedalaman lapisan diperoleh pada titik-titik
tertentu saja, namun pada sistem perlapisan yang cendrung homogen dan relatif
rata cara ini mampu memberikan hasil yang bisa diandalkan. (dengan kesalahan
relatif kecil). Namun pada saat kondisi yang kompleks diperlukan cara interpretasi
lain yang lebh akurat. Metode ini terdiri dari dua macam, yaitu Intercept Time
Method (ITM) dan Critical Distance Method (CDM).
II.3 Metode Intercept Time
Metode Intercept Time atau Intercept Time Methode (ITM) merupakan
metode yang paling sederhana, hasilnya cukup kasar dan merupakan metode
paling dasar dalam pengolahan data seismik.
Asumsi yang digunakan metode ini adalah:
a. Lapisan homogen (kecepatan lapisa relatif seragam)
b. Bidang batas lapisan rata (tanpa undulasi)
Intercept time artinya waktu penjalaran gelombang seismik dari source ke
geofon secara tegak lurus (zero offset)
Pengolahan data seismik refraksi menggunakan metode ITM terdiri atas
dua macam:
a. Satu lapisan datar (Single Horizontal Layer)
b. Banyak Lapisan Datar (Multi Horizontal Layers)
4
II.3.1Metode Intercept Time Satu Lapis
Gambar II.2 Kurva Travel Time dan penjalaran gelombang pada satu lapisan
Gambar II.2 menjelaskan bahwa titik O (source) dan R (geofon), dan S-M-
P-R merupakan jejak penjalaran gelombang refraksi, maka persamaan waktu total
(Tt) untuk satu lapisan dari sumber menuju geofon yaitu,
Tt= OMV 1
+ MPV 2
+ PRV 1 (II.1)
Dapat disederhanakan menjadi
Tt= X
V 2+ 2 Z cos ic
V 1 (II.2)
Berdasarkan defenisi Intercept Time (ti), maka X=0, maka Tt=ti, sehingga;
Tt= 2Z cos ic
V 1 (II.3)
Maka, ketebalan lapisan pertama (Z1) dapat dicari dengan persamaan,
Z1= 12t 1 v1
cos ic (II.4)
5
Persamaan Intercept Time (ti) sendiri yaitu:
ti= x−x1
x2−x1=
y− y1
y2− y1 (II.5)
Kecepatan lapisan pertama (V1) dan lapisan kedua (V2),
V1= 1
m1dimana m1=
y1− y0
x1−x0 (II.6)
V2= 1
m2dimana m2=
y2− y0
x2−x0 (II.7)
m1 dan m2 merupakan slope/kemiringan tendensi waktu gelombang lansung dan
refraksi. Persamaan (II.6) dan (II.7) hanya berlaku bila surveynya menggunakan
penembakan maju. Dengan kata lain, kecepatan V1 didapat dari slope tendensi
gelombang lansung, sedangkan kecepatan V2 dari slope tendensi gelombang
refraksi pada grafik jarak vs waktu
II.3.2Metode Intercept Time Banyak Lapis
6
Gambar II.3 Ilustrasi penjalaran gelombang seismik dua lapisan datar yang berhubungan
dengan kurva Jarak-WaktuGambar II.3 menjelaskan bahwa titik O=Sumber (source) dan G= geofon,
dan O-M-M”-P”-P’-R’ = jejak penjalaran gelombang refraksi lapisan ke dua,
maka persamaan waktu total (Tt) untuk dua lapisan mulai dari source menuju
geofon yaitu,
Tt= SAV 1
+ ABV 2
+ BCV 3
+ CFV 1 (II.8)
Dapat disederhanakan menjadi:
Tt= XV 3
+2 Z2cos ic 2
V 2+
2Z2 cos ic
V 1(II.9)
Berdasarkan Intercept time (ti), X=0, maka Tt=t12, sehingga :
Tt=t12=2Z2cos ic 2
V 2+
2 Z2 cos ic
V 1(II.10)
Maka, ketebalan lapisan kedua (Z2) dapat dicari dengan persamaan,
Z2V 2( t12−
2Z1cos ic
V 1)
2 cos ic 2
(II.11)
Untuk lapisan yang lebih dari 2 lapisan Waktu total dicari dengan persamaan:
Tt= XV n
+∑i−1
n−1 2 Z1 cos ici
V i(II.12)
Sedangkan untuk 3 lapisan datar, kedalaman Z1,Z2, dan Z3dapat dicari dengan:
Z1= t 12V 1
2cos(sin−1 V 1
V 2) + 1
2 (II.13)
7
Z2= ti 3−( cos(sin−1 V 1
V 3 )
cos(sin−1 V 1V 2
))2 cos (sin−1 V 2
V 3)
(II.14)
Z3= ti 4−( cos (sin−1 V 1
V 4 )
cos(sin−1 V 1V 2
) )−( 2Z2 cos(sin−1 V 2V 3 )
V 2)
2 cos (sin−1 V 2
V 4)
V 3
(II.15)
II.3.3 Metode Intercept Time Lapisan Miring
Bila reflektor mempunyai dip, maka:
a. Kecepatan pada kurva T-X bukan kecepatan sebenarnya (true velocity),
melainkan kecepatan semu (apparent velocity)
b. Membutuhkan dua jenis penembakan: Forward dan Reverse Shoot
c. Intercept time pada kedua penembakan berbeda, maka ketebalan refraktor
juga berbeda
Apparent Velocity ialah kecepatan yang merambat di sepanjang bentangan geofon
8
Gambar II.4 Skema perambatan gelombang pada lapisan miring dan hubungannya dengan kurva T-X pada lapisan miring menggunakan forward dan reverse shoot.
Metode sebelumnya hanya menggunakan forward shooting, sedangkan
untuk aplikasi lapisan miring menggunakan forward shooting dan reverse
shooting. Pada gambar 4, titik A = sumber dan B= geofon (forward
shooting),sedangkan titik B= sumber dan A= geofon (reverse shooting). Sumber
energi di titik A menghasilkan gelombang refraksi down-going (raypath A-M-P-
B) , dan sumber energi di titik B menghasilkan gelombang refraksi up-going (ray
path B-P-M-A).
Waktu rambat ABCD (Tt) pada lapisan miring sebagai berikut:
Tt= X cosαV 2
+( Za+Zb ) cosθc
V 1(II.16)
Sedangkan waktu rambat Down-Dip dan Up-Dip:
Down-Dip Up-Dip
Td=X sin(θc+α )
V 1+
2Za cosθc
V 1= X
V d+ ta (II.17)
Tu= X sin(θc−α )
V 1+
2 Za cosθc
V 1= X
V d+t a (II.18)
Besar sudut kemiringan lapisan (α ¿ dan sudut kemiringan (θc), dapat dicari
dengan:
α= 12 [sin−1( V 1
V d )−sin−1( V 1
V 2 )] (II.19)
9
θc=12 [sin−1( V 1
V d)+sin−1(V 1
V 2 )] (II.20)
Vd dan Vu merupakan kecepatan semu, didapat dengan:
Vd = V 1
sin(θc+α ) dan Vu = V 1
sin (θc−α ) (II.21)
Dimana, V1>Vd dan V1<Vu
Sedangkan persamaan Intercept Time pada lapisan miring (X=0) antara lain:
Td=ttd=2 Zd cosθc
V 1 (II.22)
Tu=ttu=2Zucosθc
V 1 (II.23)
Sehingga, kedalaman di bawah sumber A (Za) dan sumber B (Zb) dapat dicari
menggunakan persamaan:
Za= 2t d V 1
2cos θ dan Zb=
2 tu V 1
2cos θ(II.24)
Berbeda dengan cara-cara sebelumnya, dengan mempertimbangkan adanya
kecepatan semu (Vapp), maka kecepatan V1 danV2 dapat dicari dengan persamaan,
V1= V 1up+V 1 down
2(II.25)
10
V2= V 2up+V 2 down
2(II.26)
dimana,
V1up=x1−x0
y1− y0dan V1down=
x1−x0
y1− y0(II.27)
Serta
V2up=x1−x1
y1− y1dan V2down=
x1−x1
y1− y1(II.28)
Persamaan (II.23) dan (II.24) berlaku untuk semua metode yang surveynya
menggunakan kombinasi penembakan maju dan mundur (forward dan reverse
shooting).
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Tabel Pengolahan Data
III.1.1 Metode Intercept Time Satu Lapis
Tabel III.1 Metode Intercept Time Satu Lapis
Satu Lapisanoffset (m) time (ms) z (m)
0 0 -8,9105 10,2 -8,910
10 19,43 -8,91015 28,1 -8,91020 37,2 -8,91025 45,9 -8,91030 46,21 -8,91035 49,5 -8,91040 52,1 -8,91045 56,9 -8,91050 58,3 -8,91055 59,9 -8,91060 62,1 -8,91065 64,5 -8,910
12
70 68,34 -8,91075 72,3 -8,91080 74,6 -8,91085 80,43 -8,91090 82,1 -8,91095 86,2 -8,910100 89,2 -8,910105 93,8 -8,910
Ti (ms) v1 (m/s) v2 (m/s) Ic (degree) cos Ic (degree) z (m)
30,93 544,66231 1670,1461 19,03323502 0,945329567 8,910334
III.I.2 Metode Intercept Time Banyak Lapis
Tabel III.2 Metode Intercept Time Banyak Lapis
Banyak LapisanOffset(M) Time (ms) Z 1 Z 2 Z 3
0 0 -4,19344 -16,1164 -37,04863 3,2 -4,19344 -16,1164 -37,04866 8,9 -4,19344 -16,1164 -37,04869 13,2 -4,19344 -16,1164 -37,0486
12 21 -4,19344 -16,1164 -37,048615 23,4 -4,19344 -16,1164 -37,048618 29,4 -4,19344 -16,1164 -37,048621 31,2 -4,19344 -16,1164 -37,048624 33,7 -4,19344 -16,1164 -37,048627 34,5 -4,19344 -16,1164 -37,048630 40,2 -4,19344 -16,1164 -37,048633 42,1 -4,19344 -16,1164 -37,048636 45 -4,19344 -16,1164 -37,048639 45,4 -4,19344 -16,1164 -37,048642 46,8 -4,19344 -16,1164 -37,048645 49,8 -4,19344 -16,1164 -37,048648 52 -4,19344 -16,1164 -37,048651 52,8 -4,19344 -16,1164 -37,048654 53 -4,19344 -16,1164 -37,048657 54 -4,19344 -16,1164 -37,048660 56,2 -4,19344 -16,1164 -37,0486
13
63 56,4 -4,19344 -16,1164 -37,0486
Ti1 (ms) Ti2 (ms) Ti3(ms)
11,6111 20,66 37,361
cos ic1 (degree) cos ic2 (degree) cos ic3 (degress)0,84761468 0,739572482 0,864369535
III.I.3 Metode Intercept Time Lapisan Miring
Tabel III.3 Metode Intercept Time Lapisan Miring
LAPISAN MIRING 9
Offset (m)Forward
(ms)Reverse
(ms) Z0 0 85,6 -8,723065 11,2 83,9 -9,461110 25,4 82,4 -10,199215 34,9 79,8 -10,937220 42,7 76,4 -11,675225 43,8 72,87 -12,413330 46,5 71,4 -13,151335 49,6 69,36 -13,889440 50,72 65,7 -14,627445 52,6 63,2 -15,365550 54,7 59,68 -16,103555 56,8 57,31 -16,841660 58,7 55,6 -17,579665 60 53,9 -18,317770 62,6 51,8 -19,055775 64,9 49,7 -19,793880 66,8 47,83 -20,531885 68,45 38,3 -21,269890 71,9 29,78 -22,007995 73,6 18,9 -22,7459100 76,7 8,7 -23,484
14
v1 (ms) v2 (ms) v3 (ms) v4 (ms)612,244898 1153,846154 1714,285714 3409,091
ic1 (degree) ic2 (degree) ic3 (degree)32,04683109 42,30498971 30,18920776
Z1 (m) Z2 (m) Z3 (m)4,193436536 16,11637163 37,04861964
105 79,8 0 -24,9601
TiD (ms) TiU (ms) V1d (m/s) V2d (m/s) V1u (m/s) V2u (m/s)
33,597 86,147468,384074
92291,10512
1522,684507
62118,08313
5
Rata2V1 (m/s) V2 (m/s) Ic (degree) Teta (degree) Zd (m) Zu (m)
495,53429132204,59412
8 25,57852709 0,986744974 8,723058489 24,9600787
15
16
17
18
III.3 Hasil Pengolahan Data
III.3.1 Metode Intercept Time Satu Lapis
Gambar III.1 Gambar Kurva T-X Satu Lapisan
19
Gambar III.2 Profil Bawah Permukaan
III.3.2 Metode Intercept Time Banyak Lapis
Gambar III.3 Gambar Kurva T-X Banyak Lapisan
20
Gambar III.4 Profil Bawah Permukaan
III.3.3 Metode Intercept Time Lapisan Miring
Gambar III.5 Gambar Kurva T-X Lapisan Miring
21
Gambar III.6 Profil Bawah Permukaan Lapisan Miring
III.3.4 Profil Kedalaman Satu Lapisan
Gambar III.6 Profil Bawah Permukaan Satu Lapisan
22
III.3.5 ProfilKedalamanBanyak Lapis
Gambar III.5ProfilBawahPermukaanBanyakLapisan
23
III.3.6 ProfilKedalamanLapisan Miring
Gambar III.6 Profil Bawah Permukaan Lapisan Miring
24
III.4 Pembahasan
III.4.1 Metode Intercept Time Satu Lapis
Metode Intercept time yang digunakan pada lapisan satu lapis diambil pada
jarak 30 meter dengan waktu yang diperlukan 81,2 ms. Dari data tersebut didapat nilai
Intercept Time (ti) yaitu 55,476 ms. Perhitungan dilakukan menggunakan software
Microsoft Excel, dari data yang diperoleh hitungan terlebih dahulu kecepatan pertama
(V1) dan diperoleh hasil sebesar 544,66231 m/s dan menurut tabel kecepatan (Jakosky)
lapisan ini merupakan gravel, rubble atau sand, kemudian menghitung kecepatan
kedua (V2) diperoleh hasil sebesar 1670,1462 m/s merupakan jenis lapisan batupasir,
dan perhitungan untuk memperoleh nilai sudut Ic atau sudut kritis sebesar 19,033º.
Kemudia dari hasil perhitungan-perhitungan tersebut diolah dengan rumus yang telah
ditentukan maka digunakan untuk memporoleh kedalaman lapisan (Z) pada satu
lapisan yaitu sebesar 8,91 meter.
III.4.2 Metode Intercept time Banyak Lapis
Pada perhitungan data banyak lapis lalu dibuat grafik maka dapat terbentuk 1
gelombang langsung yang terlihat pada grafik dan terjadi di awal gelombang yang
terbentuk dan 3 gelombang refraksi. Dari gelombang refraksi yang pertama tersebut
25
diperoleh nilai Intercept Time sebesar 11,61 ms. Titik gelombang refraksi diperoleh
nilai Intercept Time 20,66 ms yang kedua pada terbentuk pada jarak 36 m dengan
waktu pembentukan 45 ms selanjutnya titik gelombang refraksi yang ketiga dengan
Intercept Time 37,36 ms terdapat pada jarak 48 m dengan waktu 52 ms. Setelah
didapatka nilai dari titik gelombang langsung dan refraksi maka dapat diolah dengan
software Microsoft Excel untuk memperoleh nilai V1 atau kecepatan rambat
gelombang yang pertama yaitu pada gelomang langsung dan didapati nilai sebesar
612,244898 m/s merupakan jenis lapisan berupa sand, lalu menghitung kecepatan
kecepatan pada gelombang direfraksikan pertama kali V2 dan diperoleh nilai
kecepatan sebesar 1153,846154 m/s yang merupakan jenis lapisan berupa clay ,
selanjutnya mencari kecepatan gelombang pada saat direfraksi yang ketiga V3 dan
diperoleh nilai sebesar 1714,285714 m/s yang berupa jenis lapisan batupasir,
kemudian menghitung gelombang pada saat direfraksikan yang keempat V4 dan
diperoleh kecepetan sebesar 3409,09m/s dan merupakan jenis lapisan batuan berupa
shale. Data-data perhitungan yang telah diperoleh dari awal hingga mendapatkan
kecepatan gelombang langsung dan tiga gelombang refraksi maka data tersebut diolah
kembali guna mendapatkan didapatkan nilai sudut kritis yang tidak boleh dari 45o
yaitu sudut kritis yang pertama Ic1 dengan sudut sebesar 32,04º , kemudian sudut
kritis kedua IC2 42,30º dan sudut kritis yang ketiga IC3 sebesar 30,18º. Setelah
didapat nilai sudut kritis dilanjutkan menghitung kedalaman lapisan dari masing
masing lapisan dari perhitungan kecepatam gelombang, intercept time dan sudut kritis
nya. Untuk lapisan yang pertama (Z1) diperoleh kedalaaman sebesar 4,193 meter,
untuk lapisan yang kedua Z2 diroleh kedalaman lapisan 16,11 meter , dan yang
terakhir kedalaman lapisan ketiga Z3 sebesar 37,04m.
III.4.3 Metode Intercept time untuk Lapisan Miring
Metode Intercept time untuk lapisan miring diperoleh data lalu diolah mengunakan
software Microsoft Excel dilanjutkan dengan perhitungan manual untuk keakurasian
maka diperoleh hasil kecepatan pertama V1up diperoleh nilai kecepatan 522,6845076
m/s yang merupakan lapisan yang terbentuk dari sand, gravel atau rubble dan untuk
perhitungan kecepatan kedua V2up diperoleh kecepatan sebesar 2118,083m/s yang
merupakan jenis lapisan berupa batupasir. Kemudian menghitung nilai kecepatan
26
pertama down atau V1 down diperoleh nilai kecepatan sebesar 468,3840 m/s, nilai
kecepatan kedua down atau V2 down diperoleh kecepatan sebesar 2291,105 m/s.
Setelah menghitung nilai kecepatan up dan down pada lapisan miring maka dapat
diperoleh nilai Ketebalan up atau Zup dan ketebalan down atau Zdown. sebesar 24,96
meter dan 8,723 meter.
27
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari data yang telah diolah dan pembahasan yang telah dipaparkan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Metode Intercept Time pada satu lapis diperoleh V1 544,66231 m/s yang
merupakan lapisan dengan jenis batuan gravel, rubble atau sand, ,kecepatan
kedua V2 diperoleh hasil sebesar 1670,1462 m/s merupakan lapisan dengan
batuan batupasir, dan kedalaman lapisan (Z) pada satu lapisan yaitu sebesar
8,91 meter.
V1 didapati nilai sebesar 612,244898 m/s merupakan lapisan yang berupa
sand atau pasir, V2 dan diperoleh nilai kecepatan sebesar 1153,846154 m/s
dan merupakan jenis lapisan yang berupa clay, ketiga V3 diperoleh nilai
sebesar 1714,285714 m/s merupakan lapisan batupasir, V4 dan diperoleh
kecepetan sebesar 3409,09m/s pada lapisan ini mempunyai jenis lapisan
berupa shale. Untuk lapisan yang pertama (Z1) diperoleh kedalaaman sebesar
28
4,193 meter, untuk lapisan yang kedua (Z2) diperoleh kedalaman lapisan
16,11 meter , dan yang terakhir kedalaman lapisan ketiga (Z3) sebesar 37,04
meter.
Metode Intercept Time pada lapisan miring V1up diperoleh nilai kecepatan
522,6845076 m/s yang merupakan lapisan berjenis sand, gravel atau rubble,
V2up diperoleh kecepatan sebesar 2118,083m/s dan merupakan lapisan
batuan berjenis batu pasir. V1 down sebesar 468,3840 m/s, V2 down
diperoleh kecepatan sebesar 2291,105 m/s. Ketebalan Zup dan ketebalan
Zdown. sebesar 24,96 meter dan 8,723 meter.
IV.2 Saran
........................................................................................................................
....................................................................................................................................
29