laporan praktikum tanaman semusim
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang kedelai merupakan tanaman budidaya yang memiliki nilai protein
paling tinggi. Kini, kedelai menjadi salah satu bahan pokok di dalam proses
produksi pembuatan pangan seperti tempe dan tahu serta sekarang sedang
digalakan pembuatan minuman dari sari kacang kedelai yang memiliki nilai
kalsium dan protein yang tinggi.
Namun, ditengah tingginya permintaan pasar terhadap komoditas pertanian
dari kedelai ini, terdapat keironisan yang sangat, dikarenakan bangsa ini belum
bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri akan kacangkedelai yang berkulaitas.
Sehingga apabila terjadi gejolak harga, para petani dan para produsen bahan
pangan yang berasal dari kacang kedelai mengalami kesulitan dan tidak sedikit
yang gulung tikar.
Dari keadaan seperti demikian, menjadi tugas berat untuk semua akademisi
dan praktisi dalam bidang pertanian. Sehingga dengan adanya praktikum tanaman
semusim ini, diharapkan dapat dipelajari cara – cara budidaya dengan perlakuan
yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal dan dapat dengan tepat
diaplikaskan dimasyarakat umum sehingga menjadi solusi untuk pengembangan
budidaya dan tataniaga tanaman kacang kedelai yang dapat meningkatkan
pendapatan petani sekaligus dapat bersaing dengan kacang kedelai dari lua negeri.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Mata Kuliah Tanaman Semusim mengenai
budidaya kacang kedelai edamame diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh dari berbagai dosis dolomit terhadap
pertumbuhan dan perkembangan serta hasil panen kacang kedelai varietas
edamame.
2. Sebagai pelengkap pengaplikasian teori dari Mata Kuliah Tanaman
Semusim
1
1.3 Hipotesis
1. Pemberian dolomit pada areal pertanaman kedelai memberikan hasil nyata
yang berbeda untuk tiap perlakuan
2. Perlakuan dolomit D4 memberikan hasil yang signifikan didalam hasil
akhir tanaman kacang kedelai
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal – Usul dan Penyebaran
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai
juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,
Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di
Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai
yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-
pulau lainnya.
Dilain sumber disebutkan bahwa budidaya kacang kedelai ini terdapat
dalam sebuah laporan, yang bernama Materi Medica, yang ditulis oleh Shen Nung
pada tahun 2838 SM, kedelai jenis liar, yakni Glycine ururiencis adalah jenis
kedelai yang diperkirakan menurunkan berbagai jenis kedelai yang kita kenal
sekarang ini.
Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius (abad ke –
17). Pada waktu itu, kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk
hijau. Sampai saat ini, di Indonesia kedelai banyak ditanam didataran rendah yang
tidak banyak mengandung air, misalnya dipesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, dan Lampung serta Suatera Selatan
dan Bali.
Menurut para ahli tanaman, kedelai yang sudah disebarluaskan di Indonesia
bukan lagi tanaman asli, melainkan tanaman yang berasal dari daerah Manshukuo
di negeri Cina, kemudian menyebar ke daerah Mansyuria dan Jepang (Asia
Timur). Demikian pula kedelai yang ditanam di benua lain seperti Amerika dan
Afrika pun berasal dari Asia.
3
2.2 Sifat Botani dan morfologi
a. Sifat Botani
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) termasuk dalam famili leguminosae, sub
famili Papilionidae dan genus Glycine, merupakan tanaman semusim yang berupa
semak rendah, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Kedelai berasal dari
Cina dan berkembang ke berbagai negara seperti Amerika, Amerika Latin dan
Asia (Departemen Pertanian, 2005). Menurut USDA dalam ITIS (2000) suku
papilionicae yang tumbuh di dunia mempunya 650 genera dan sekitar 17 000
spesies dimana kerabat dekat tanaman kedelai yang ditanam secara komersial di
dunia diperkirakan adalah kerabat jenis kedelai liar G.soya, G. usuriensis atau
Soja max.
Menurut Soeprapto (1993) tanaman kedelai tumbuh tegak dengan tinggi
antara 30-100 cm, mempunyai tipe pertumbuhan yang dibagi menjadi tiga macam
yaitu tipe determinate, indeterminate dan semi determinate. Tipe determinate
memiliki ciri saat pembungaannya serempak dari bagian atas ke bagian pangkal
dan pertumbuhan berhenti setelah tanaman berbunga. Tipe indeterminate
memiliki cirri saat pembungaan berangsur dari bagian pangkal ke bagian batang
atas dan tanaman tumbuh terus setelah berbunga, sedangkan pada tipe semi
determinate pembungaan berlangsung diantara tipe pertumbuhan determinate dan
indeterminate. (Eprim,Yeheskiel Sah.2006)
b. Morfologi kacang kedelai
1. Tiper Pertumbuhan
Tiper pertumbuhan pada kacang kedelai ada dua, yaitu :
a) Tipe ujung batang melilit (Indeterminate)
Kedelai yang bertipe pertumbuhan semacam ini ujung batangnya
tidak berakhir dengan rangkaian bunga. Jadi ujung batang atau cabang –
cabangnya tumbuh melilit.
4
b) Tiper batang tegak (Determinate)
Kedelai yang bertiper pertumbuhan semacam ini, ujung batangnya
berakhir dengan rangkaian bunga, sedangkan ujung batang atau cabang –
cabangnya tumbuh tanpa melilit, tetapi lurus tegak ke atas.
2. Akar
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang.
Pada akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium
jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat N bebas dari udara.
3. Batang
Waktu tanaman kacang kedelai masih sangat muda, batang dapat
dibedakan menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas
disebut hypocotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epycotil.
Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau.
4. Daun
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang teridiri dari tiga helai anak
daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningan. Bentuk daun
ada yang ouval, juga ada yang berbentuk segitiga. Warna dan bentuk daun
tergantung kepada varietas.
5. Bunga
Bunga kedelai disebut bunga kupu – kupu dan mempunyai dua mahkota
dan dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda.
Bunga tumbuh dari ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul
ke atas. Pada setiap ketiak daun biasanya terdapat 3 – 15 kuntum bunga,
namun sebagian besar bunga rontok, hanya beberapa yang dapat membentuk
polong.
5
Bunga kedelai mempunyai 10 buah benang sari. Sembilan buah di
antaranya bersatu pada bagian pangkal dan membentuk seludang yang
mengelilingi putik. Sedangkan benang sari yang kesepuluh terpisah pada
bagian pangkalnya dan seolah – olah menjadi penutup seludang. Bila putik
dibelah, di dalamnya terdapat tiga bakal biji.
Penyerbukannya termasuk penyerbukan sendiri dengan tepung sari sendiri
karena pembungaan terjadi sebelum bunga mekar (terbuka). Pada saat terjadi
persilangan (hibridisasi), mahkota daun dan benang sari dibuang (kastrasi),
hanya putiknya saja yang di tinggalkan.
6. Polong dan Biji
Banyaknya polong tergantung pada jenisnya. Ada jenis kedelai yang
menghasilkan banyak polong, ada pula yang sedikit.
Berat masing – masing bijij pun berbeda – beda, ada yang bisa mencapai
berat 50 – 500 gram per 1000 butir biji. Warna biji bun berbeda – beda.
Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji ataupun pada selaput biji,
biasanya kuning atau hijau transparan. Disamping itu, ada pula biji yang
berwarna gelap kecoklatan sampai hitam atau berbintik – bintik.
7. Bulu
Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun dan
polong – polongnya. Lebat atau tidaknya bulu serta kasar atau halusnya bulu
tergantung dari varietas masing – masing. Begitu pula warna bulu berbeda –
beda, ada yang berwarna coklat dan ada pula yang putih kehijauan.
2.3 Syarat Tumbuh
a) Iklim
Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas, ditempat-
tempat terbuka dan bercurah hujan 100 – 400 mm3 per bulan. Oleh
karena itu, kedelai kebanyakan ditanam didaerah yang terletak kurang dari
400 m diatas permukaan laut dan jarang sekali ditanam didaerah yang
6
terletak kurang dari 600 m diatas permukaan laut. Jadi tanaman kedelai
akan tumbuh baik jika ditanam didaerah beriklim kering (Aak, 2002).
Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20 -250C. Suhu 12 –
200C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan
tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan
pemunculan kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada
suhu yang lebih tinggi dari 300C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil
fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998 dalam anonim).
Melihat kondisi iklim dinegara Indonesia, penanamana kacang kedelai
umumnya ditanam pada musim mareng (musim kemarau), yakni setelah
panen padi rendheng (padi musim hujan). Pada saat itu kelembapan taah
mash bisa dipertahankan, karena hujan masih dapat diharapkan turun
beberapa kali.
Banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi aktivitas bakteri
tanah yang dapat menyediakan nitrogen. Namun, ketergantungan ini dapat
diatasi, asalkan selama 30 – 40 hari suhu di dalam tanah dan dipermukaan
tanah pada musim panas berkisar 35 – 390C. Hasil observasi ini
menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, tempratur dan kelembapan
udara terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah
sekitar 60 – 70 %.
b) Tanah
Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan
aerasi tanah cukup baik. Tanah – tanah yang cocok yaitu alluvial, regossol,
grumusol, latosol, dan andosol. Pada tanah podzsolik merah kuning dan
tanah yang banyak mengandung banyak pasir kwarsa pertumbuhan kedelai
kurang baik, kecuali bila ditambah dengan pupuk organik atau kompos
dalam jumlah yang cukup.
Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu sekitar 5,8 – 7.
Namun pada tanah yang pH-nya 4,5 pun masih dapat tumbuh baik dengan
menambahkan kapur 2 4 ton per hektar dapat menaikkan hasil panen.
7
Aerasi tanah (kandungan O2 dan CO2 didalam tanah) sangat
mempengaruhi sistem perakaran suatu tanaman. Oksigen merupakan unsur
yang penting untuk proses-proses metabolisme. Kebutuhan oksigen untuk
setiap jenis tanaman berbeda-beda. Pada kedelai kebutuhan O2 dan
pengambilan nitrogen lebih besar pada fase vegetatif dibandingkan dengan
fase generatif.
Apabila tanaman ditanam pada tempat yang dijenuhi oleh air
(tergenang) maka dalam jangka waktu yang relatif singkat akan
menunjukkan penguningan daun, pertumbuhan terhambat, dan
menyebabkan matinya tanaman. Hal ini disebabkan karena pada kondisi
yang jenuh air, maka kandungan O2 sedikit dan CO2 meningkat. Sehingga
akan menghambat pertumbuhan akar yang selanjutnya berpengaruh pada
proses pengisapan air dan unsur hara (Islami dan Utomo, 1995)
2.4 Manfaat Kedelai
Kedelai banyak mengandung unsur dan zat – zat makanan penting, sperti
tertera dalam tabel di bawah ini.
Unsur zat – zat
makanan
Kedelai
putih (%)
Kedelai
hitam (%)
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Mineral
13,75
41,00
15,80
14,85
5,25
14,05
40,40
19,30
14,10
5,25
Selain bijinya dimanfaatkan sebagai makanan bagi manusia, bagian daun dan
batangnya dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Lahan yang telah ditanami
dengan kedelai dapat menambah kandungan nitrogen di dalam tanah.
Selain itu, kedelai masih bisa dimanfaatkan dalam bentuk tepung, yang
dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri pangan. Diantaranya :
8
1. Dalam industri makanan tepung protein berbentuk tepung dimanfaatkan
untuk :
a. Susu
b. Kue
c. Vetsin, dll
2. Industri non pangan tepung protein kedelai dimanfaatkan sebagai
a. Kertas
b. Cat air
c. Tinta cetak, dll
3. Minyak kedelai dimanfaatkan sebagai penghasil gliserida dan lecithin
nabati
2.5 Sistematika / Tipe – Tipe Kacang Kedelai
Glycine dari Papilionaceae yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara
meliputi kira – kira 40 spesies. Pada umumnya tumbuh menjalar atau memanjat
dengan sulur – sulurnya. Kedelai sebagai tanaman budidaya tertua mempunyai
bentuk tanaman bermacam – macam sesuai dengan perbedaan morfologis. Di
samping itu, faktor penyebaran geografisnya pun berpengaruh sehingga kedelai
dapat dibagi menjadi empat tipe, diantarany :
a. Tipe Mansyuria
Tipe mansyuria merupakan kelompok terbesar dengan beberapa perbedaan
sifat, kualitas, dan kuantitas yang dapat dibanggakan, misalnya polong cepat
tua dan merata, berbuah banyak, biji mengkilat dan tidak berbintik – bintik.
b. Tipe Jepang
Bentuk fisik tanaman tipe ini besar. Daun, polong dan bijinya pun besar.
Warna daun hijau muda kebiru – biruan. Biji berwarna kuning, berat tiap
1000 butir biji 450 – 500 gram. Masa vegetatif sangat panjang.
Kandungan lemak dalam biji kedelai tipe ini paling tinggi dibanding tipe –
tipe lain. Letak biji sangat tinggi, sehingga mudah dipungut dengan
menggunakan mesin.
9
c. Tipe India
Tipe ini termasuk tanaman tropis, mempunyai bentuk yang khas, daunnya
kecil – kecil, batang tipis dan bijinya kecil – kecil. Berat tiap 1000 butir biji
hanya 50 gram.
Tipe india sangat baik untuk pakan ternak, sebab lebih banyak mengandung
protein daripada lemak.
d. Tipe Cina
Tipe Cina hampir serupa dengan tipe india, yakni berdaun kecil, berbatang
lunak dan baik sekali untuk makanan ternak (sebagai hijauan) karena
mengandung kadar protein tinggi.
2.6 Gulma, Hama dan Penyakit serta Pengendaliannya pada Kedelai
2.6.1 Gulma dan pengendalianya
Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dihendaki serta
dapat mnimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hasil panen. Ragam dan
pertumbuhan gulma di setiap lahan dipengaruhi oleh keadaan, milieu dan
perlakuan lahan.
Gulma yang biasa tumbuh pada lahan pertanaman kedelai terdiri atas lebih
dari 56 macam, meliputi jenis rerumputan, teki-tekian, dan jenis gulma berdaun
lebar. Pada lahan dengan indeks pertanaman 300% atau tidak mengalami masa
istirahat lama, ragam dan jumlah gulma relatif sedikit.
Sebaliknya, pada lahan yang mengalami masa istirahat lama (bero), ragam
dan jumlah gulma relatif banyak. Beberapa jenis gulma yang dominan pada
pertanaman kedelai antara lain adalah Amaranthus sp. (bayam), Digitaria ciliaris
(rumput jampang), Echinochloa colonum (rumput jejagoan), Eragrotis enioloides
(rumput bebekan), Cyperus kyllingia (rumput teki), Cyperus iria (rumput jeking
kunyit), Portulaka sp. (krokot), Ageratum conyzoides (wedusan), Molluge
penaphylla (daun mutiara), dan Mimosa pudica (puteri malu) .
Gulma tersebut dapt dikandalikan dengan melakukan penyianga baik
dengan tangan secara langsung atau menggunakan alat mekanis lainnya serta
dengan pengaplikasian herbisida sistemik.
10
2.6.2 Hama dan pengendaliannya
Hama yang biasa menyerang lahan pertanaman kedelai diantaranya :
a) Aphis spp
Kutu bertubuh kecil. Cara berkembang biak dan merusak :
- Larva yang dilahirkan oleh induknya dibalik daun, melalui
pengembangbiakan patogenik.
- Dalam waktu satu minggu larva yang telah menjadi kutu dewasa dan mulai
beroperasi di balik daun atau kuncup tunas.
- Hama ini mulai menyerang pada awal pertumbuhan kedelai, juga pada masa
pembentukan bunga dan polong.
- Kedelai yang terserang hama ini menjadi layu, pertumbuhannya terhambat,
karena hama ini menghisap cairan tanaman
- Hama ini menularkan virus SMV (Soybean Mosaic Virus)
Pengendalian
- Pemberantasan hama ini bisa dengan cara mekanis, yakni dengan
membuang bagian tanaman yang terserang oleh hama tersebut,
kemudian membakarnya agar tidak menulari tanaman yang lain.
- Secara alami dengan menggunakan musuh alami, predator hama tersebut
diantaranya kumbang buas Coccinella. Sebagai parasit digunakan
cendawan Empusa frenensii, untuk kutu Coccus varidis.
- Dengan kimiawi dilakukan dengan pengaplikasian insektisida
b) Melano agromyza phaseoli
Cara hama ini berkembangbiak dan menyerang tanaman :
- Mula – mula lalat bertelur pada bagian leher akar tanaman
- Larva kemudian masuk kedalam batang dan memakan isi batang. Larva
tersebut panjangnya 4 mm, sedangkan panjang kepompongnya 2 mm.
- Larva yang telah menjadi lalat akan bertelur.
Pengandalian dilakukan dengan cara :
- Waktu tanam diusahakan pada saat kondisi tanah masih dalam keadaan
lembap
- Pemberantasan dengan menggunakan pestisida dan insektisida
11
c) Phaedonia inclusa (Kumbang Daun Tembukur)
Kumbang ini bertubuh kecil, berwarna hitam dan bagian tepi tubuhnya bergaris
kuning. Kumbang ini berkembangbiak dengan bertelur pada permukaan daun.
Baik larva maupun kumbangnya memakan daun, sehingga daun berlubang
kecil – kecil bahkan daun bisa sampai tinggal kerangka. Selain merusak daun,
bisa juga merusak bunga dan pucuk tanaman, serta polong muda, bahkan
seluruh tanaman muda maupun tua.
Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida.
d) Epilachana soyae (Cantalan)
Kumbang yang berwarna merah ini memakan daun., dan merusak bunga.
Pengendalian dilakukan dengan penggunaan insektisida.
e) Etiela zinchenella
Ulat ini berasal dari kupu – kupu yang bertelur di bawah daun buah. Seteleh
menetas, ulat berusaha masuk ke dalam buah dan tinggal di dalamnya sampai
besar serta memakan buah yang masih muda.
Gejala yang timbul : pada buah terdapat lubang kecil, semua biji habis di
makan ulat tersebut dan yang ada hanya sisa dari kotoran.
Pemberantasan dilakukan dengan penggunaan insektisida.
2.6.3 Penyakit
Ada beberapa penyakit utama yang dominan pada tanaman kedelai, yaitu
karat daun (Phakopsora pachyrhizi), hawar batang (Sclerotium rolsii) dan Virus.
Penyakit karat daun dapat dikendalikan dengan fungisida mancozeb.
Untuk penyakit hawar, perawatan benih dengan fungisida mankozeb (Dithane M
45). Untuk penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dilakukan dengan upaya
pencegahan dengan rotasi tanaman, pembakaran tanaman inang, pemberantasan
serangga vektor, penggunaan benih sehat dan prmbuangan tanaman sakit.
12
2.7 Kebutuhan Hara
2.7.1 Pola: Padi-Padi-Kedelai
Tanaman kedelai yang ditanam langsung setelah padi bisa mendapatkan
manfaat dari residu hara dari pemupukan padi. Oleh karenanya, kedelai yang
ditanam setelah padi memerlukan lebih sedikit pupuk dibandingkan ditanam
setelah palawija lainnya. Rekomendasi pemupukan serta pengelolaan tanah yang
diperlukan ditampilkan pada Tabel 1.
Pupuk N praktis tidak diperlukan pada lahan sawah berpotensi tinggi,
sedangkan pada sawah berpotensi sedang dan rendah diperlukan 25 kg urea/ha
sebagai pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N
dari udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan proses tersebut terjadi
dengan baik, diperlukan inokulasi Rhizobium dengan dosis 200 g untuk 40 kg
benih. Produk inokulum yang baik adalah inokulum yang juga mengandung
bakteri pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N
udara. Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan
50% kebutuhan pupuk P dan K. Inokulan Rhizobium juga ada yang berbentuk
granul yang diaplikasikan dengan cara ditugal dekat benih dengan dosis 200
kg/ha.
Pupuk P diberikan dalam bentuk pupuk tunggal SP-36 diberikan dengan
dosis 0 – 50 kg/ha. Sedangkan pada sawah berpotensi sedang dan rendah masing-
masing dianjurkan 50 – 100 kg/ha dan 100 – 150 kg/ha. Bila menggunakan
inokulan bakteri pelarut P, dosis pemupukan P bisa ditekan sampai batas minimal
yaitu 0 kg untuk sawah berpotensi tinggi, 50 kg SP-36 untuk sawah berpotensi
sedang dan 100 kg SP-36 untuk sawah berpotensi rendah. Bila tidak
menggunakan inokulum tersebut, tanaman perlu pupuk SP-36 dengan dosis
tertinggi agar polong yang terbentuk bisa mengisi dengan sempurna.
13
Tabel 1. Rekomendasi pemupukan dan pengelolaan tanaman kedelai pada tipe
penggunaan lahan sawah dengan pola tanam padi-padi-kedelai
No
.Masukan
Potensi Lahan
Tinggi Sedang Rendah
1 Urea O 25 25
2 SP-36 0 - 50 50-100 100-150
3 KCl 0 - 50 50-75 75-100
4 Inokulum Rhizobium 200 g 200 g 200 g
5 Kapur*) - - -
6 Bahan Organik Mulsa jerami Mulsa Jerami 5 t Mulsa Jerami 5 t
7 Pengolahan Tanah TOT
8 Pengelolaan Air Saluran drainase berjarak 5 m dan keliling
*)Keterangan : kapur diperlukan jika sawahnya adalah sawah rawa dan sawah
bukaan baru.
Pupuk K diberikan dalam bentuk pupuk tunggal KCl diberikan dengan
dosis 0 – 50 kg/ha pada sawah berpotensi tinggi. Sedangkan sawah berpotensi
sedang diperlukan 50 – 75 kg/ha, dan sawah berpotensi rendah diperlukan 75 –
100 kg KCl/ha. Bila inokulan pelarut K digunakan, tanaman kedelai pada sawah
berpotensi tinggi tidak perlu pupuk K sama sekali. Sedangkan pada sawah
berpotensi sedang dan tinggi masih diperlukan dengan dosis minimal (Tabel 1).
2.7.2. Pola: Padi-Palawija-Kedelai
Tanaman kedelai yang ditanam setelah setelah tanaman palawija lainnya,
akan memerlukan pupuk lebih banyak dibandingkan ditanam setelah padi.
Rekomendasi pemupukan serta pengelolaan tanah yang diperlukan ditampilkan
pada Tabel 2.
Pupuk N praktis tidak diperlukan pada sawah berpotensi tinggi, tetapi pada
sawah berpotensi sedang dan rendah masih diperlukan 25 kg urea/ha sebagai
starter pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N dari
udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan proses tersebut terjadi dengan
14
baik, diperlukan inokulasi Rhizobium dengan dosis 200 g untuk 40 kg benih.
Produk inokulum yang baik adalah inokulum yang juga mengandung bakteri
pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N udara.
Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan 50%
kebutuhan pupuk P dan K.
Tabel 2. Rekomendasi dosis pemupukan dan pengelolaan tanaman kedelai pada
tipe penggunaan lahan sawah dengan pola padi-palawija-kedelai
No
.Masukan
Potensi Lahan
Tinggi Sedang Rendah
1 Urea O 25 25
2 SP-36 50 - 75 100 - 150 150 -200
3 KCl 25 - 50 50 -75 75 -100
4 Inokulum Rhizobium 200 g 200 g 200 g
5 Kapur*) - - -
6 Bahan Organik Mulsa jerami
5 t
Mulsa Jerami 5 t Mulsa Jerami 5 t
7 Pengolahan Tanah TOT
8 Pengelolaan Air Saluran drainase berjarak 5 m dan keliling
*)Keterangan : kapur diperlukan jika sawahnya adalah sawah rawa dan sawah
bukaan baru.
2.7.3 Tegalan
Tegalan adalah tipe penggunaan lahan kering yang umum ditanami dengan
tanaman semusim. Tipe penggunaan lahan ini terdapat pada berbagai jenis
klasifikasi tanah, tapi yang paling banyak adalah Inceptisols, Ultisols, Oxisols dan
Alfisols. Oleh karenanya potensi lahan ini untuk budidaya kedelai bisa
digolongkan menjadi potensi tinggi, potensi sedang dan potensi rendah.
Lahan tegalan di Indonesia bagian barat yang memiliki curah hujan tinggi,
tanahnya bereaksi masam karena kation basa-basa tercuci secara intensif.
Seringkali komplek jerapan didominasi oleh kation masam yang beracun seperti
15
Al dan Fe yang memiliki kemampuan menjerap unsur hara, khususnya P, sangat
tinggi.
Akibatnya, walaupun kadang-kadang tanah ini mengandung P total yang
tinggi, ketersediaanya untuk tanaman tetap rendah. Pada kondisi seperti ini
diperlukan pemberian bakteri pelarut P untuk meningkatkan efisiensi pemupukan
P. Senyawa P yang semula terfiksasi dalam bentuk Al-P dan Fe-P akan
dilepaskan oleh adanya senyawa organik hasil metabolisme bakteri.
Rekomendasi pemupukan pada lahan kering tegalan dapat ditetapkan
berdasarkan hasil uji cepat dengan PUTK (perangkat uji tanah kering) atau
berdasarkan sifat tanah secara empiris. Rekomendasi pemupukan dan pengelolaan
tanaman kedelai di lahan tegalan untuk perencanaan tingkat kabupaten
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekomendasi dosis pemupukan dan pengelolaan tanaman kedelai
pada tipe penggunaan lahan tegalan.
No
.Masukan
Potensi Lahan
Tinggi Sedang Rendah
1 Urea 25 25 25
2 SP-36 100 150 250
3 KCl 50 100 150
4 Inokulum Rhizobium 200 g 200 g 200 g
5 Kapur*) 500 1000 2000
6 Bahan Organik 2 t pupuk
kandang
2 t pupuk
kandang
5 t pupuk
kandang
7 Pengolahan Tanah Minimum - sempurna
8 Pengelolaan Air Saluran drainase atau guludan searah lereng
2.7.4 Lahan Alang-alang
Lahan alang-alang adalah tipe tutupan lahan kering yang didominasi oleh
rumput alang-alang (Imperata sp.). Lahan alang-alang adalah salah satu ciri dari
kondisi lahan yang telah mengalami degradasi dan merosotnya status kesuburan
tanah. Sebagian besar lahan alang-alang memiliki potensi rendah sampai sedang.
16
Rekomendasi pemupukan dan pengelolaan lahan untuk tanaman kedelai pada
lahan alang-alang ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 3. Rekomendasi dosis pemupukan dan pengelolaan tanaman kedelai
pada tipe penggunaan lahan alang-alang.
No
.Masukan
Potensi Lahan
Tinggi Sedang Rendah
1 Urea 25 25 25
2 SP-36 100 200 300
3 KCl 50 100 150
4 Inokulum Rhizobium 200 g 200 g 200 g
5 Kapur*) 500 1000 2000
6 Bahan Organik 2 t pupuk
kandang
2 t pupuk
kandang
5 t pupuk
kandang
7 Pengolahan Tanah Sempurna
8 Pengelolaan Air Rorak, mulsa vertikal, teras gulud memotong lereng
3. Dolomit
Dolomit, salah satu variasi batu gamping, merupakan bahan baku penting yang
digunakan industry gelas dan kaca lembaran, industry keramik dan porselin,
industry refraktori, pupuk, dan pertanian. Dalam industry hilir pemakai, dolomite
dapat digunakan, baik secara langsung dalam bentuk dikalsinasi terlebih dahulu,
maupun dalam bentuk kimia dolomite.
Potensi dolomite di Indonesia cukup besar dan terbesar mulai dari propinsi di
Aceh hingga ke Papua dengan spesifikasi yang berbeda, sedangkan dolomit
dengan kualitas baik sampai saat ini baru diketahui terdapat didaerah Sedayu dan
Tuban, Jawa Timur.
Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara
teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau
30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3,
CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit
17
di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-
sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral
dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi.
Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan
lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal,
berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat
mudah menyerap air serta mudah dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam
perdagangan mineral industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium, Mg
(kimia), mineral dolomit (mineralogi) dan unsur kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg). Kandungan unsur magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut.
Misalnya, batugamping mengandung ± 10 % MgCO3 disebut batugamping
dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit
Dolomite banyak dimanfaatkan baik dalam pertanian, bahan bangunan ataupun
dalam industry. Dolomite banyak dimanfaatkan sebagai komoditi pada :
Industry refraktori
Dalam tungku pemanas atau pencair
Dalam pupuk digunakan unsur Mg untuk meningkatkan pH tanah
Dalam industri cat sebagai pengisi
Industri kaca, plastik, kertas
Bahan pembuat semen, sorel, sea water magnesia
Industri alkali
Pembersih air
Industri ban
Ply wood
Industri obat-obatan dan kosmetik
Campuran makanan ternak
Industri keramik
Bahan penggosok (abrassive)
Dari sekian banyak pemanfaatannya, pemanfaatan dolomite dapat dikelompokkan
menjadi 3 yakni:
1) Pemanfaatan dolomite secara langsung
18
2) Pemanfaatan dolomite yang telah dikalsinasi
3) Pemanfaatan kimia dolomite
Fungsi Dolomit : menetralisir pH tanah, memperbaiki struktur tanah dan sangat
ideal untuk tanah gambut
Spesifikasi
MgO 18 - 22%CaO 30,9 %
Al2O3 + Fe2O3 0,67 %Kadar air 1,26 %
Silika sebagai SiO2 0,62 %
19
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Perkebunan Jurusan
Agroteknologi Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Universitas Djuanda,
yang dimulai dari tanggal 28 September 2011 sampai dengan 29 Desember 2011
dengan menggunakan waktu praktikum yang telah dijadwalkan yaitu setiap hari
Rabu dari mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 09.00 WIB.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya benih kacang
kedelai edamame, pupuk dolomit sebanyak 360 gr, pupuk N sebanyak 90 gr,
pupuk P sebanyak 360 gr, pupuk K sebanyak 180 gr.
3.2.2 Alat
Alat – alat yang digunakan didalam praktikum mata kuliah Tanaman
Semusim ini diantaranya cangkul, garpu pertanian, gembor, penggaris, alat tulis,
dan timbangan.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dimulai pada minggu pertama, tanggal 5 Oktober 2011.
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara
digarpu dan dicangkul dibentuk bedengan dengan lebar 125 cm dan panjang 3
meter dibentuk menjadi dua bedengan.
Menambahkan pupuk kandang dengan tujuan untuk dapat memperbaiki
kondisi biologi tanah, dan dapat memberikan makanan bagi mikroorganisme
tanah yang kelak akan bersimbiosis dengan tanaman kacang kedelai. Pada
minggu kedua, tanggal 12 Oktober 2011 diberikan kapur dolomit sebanyak 360
20
gr. Dolomit berfungsi untuk : menetralisir PH tanah, memperbaiki struktur
tanah dan sangat ideal untuk tanah gambut.
3.3.2 Penanaman
Penanaman dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2011 dengan jarak
tanam yang digunakan berukuran 20 cm x 20 cm.
3.3.3 Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2011 dengan jumlah
tanaman yang tidak tumbuh sebanyak tujuh tanaman, kondisi biji yang
berkecambah busuk didalam tanah.
3.3.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan di mulai pada tanggal 19 Oktober sampai pada tanggal 28
Desember 2011 dengan melakukan pencabutan gulma yang ada disekitar tanaman
dan melakukan pendangiran agar perakaran kedelai dapat tumbuh dengan baik.
3.3.5 Pemupukan
Pemupukan hanya dilakukan satu kali, yakni pada saat tanaman ditanam
pada tanggal 19 Okteber 2011.
3.3.6 Pemanenan
Panen dilakukan pada usia tanaman 9 minggu setelah tanam, yakni pada
tanggal 28 Desember 2011.
3.3.7 Peubah yang diamati
Dalam praktikum ini, peubah yang diamati diantaranya :
a. Tinggi tanaman sampel
b. Jumlah daun tanaman sampel
c. Jumlah bunga tanaman sampel
d. Jumlah polong yang terbentuk
21
e. Berat brangkasan tanaman sampel
f. Jumlah polong dari setiap tanaman sampel
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Perlakuan D4
Pengukuran 3 MST
NOTAN. SAMP
EL
TINGGI TANAM
AN
JUMLAH
DAUN
JUMLAH
BUNGA
JUMLAH
POLONG
1 1 11,4 2 - -2 2 17,5 2 - -3 3 14 2 - -4 4 14 2 - -5 5 14 2 - -6 6 12,9 2 - -7 7 12 2 - -8 8 12,5 2 - -9 9 11,5 2 - -10 10 10 2 - -
RATA -RATA 12,98 2
Pengukuran 4 MST
NOTAN. SAMP
EL
TINGGI TANAM
AN
JUMLAH
DAUN
JUMLAH
BUNGA
JUMLAH
POLONG
1 1 16,8 32 2 23,5 43 3 20 44 4 19 35 5 16,5 46 6 19 37 7 16 38 8 19 39 9 16 310 10 14 3
RATA -RATA 17,98 3,3
23
Pengukuran 5 MST
NOTAN. SAMP
EL
TINGGI TANAM
AN
JUMLAH
DAUN
JUMLAH
BUNGA
JUMLAH
POLONG
1 1 21 42 2 26 53 3 27,6 64 4 27 45 5 23 56 6 23,5 47 7 22,8 58 8 28,3 79 9 15 310 10 18 5
RATA -RATA 23,22 4,8
Pengukuran 6 MST
NOTAN. SAMP
EL
TINGGI TANAM
AN
JUMLAH
DAUN
JUMLAH
BUNGA
JUMLAH
POLONG
1 1 27 6 162 2 34 10 143 3 35 16 294 4 37 10 265 5 30 12 236 6 27 13 287 7 28,7 11 138 8 30 11 209 9 14 14 1610 10 22 14 30
RATA -RATA 28,47 11,7 21,5
Pengukuran 7 MST
NOTAN. SAMP
EL
TINGGI TANAM
AN
JUMLAH
DAUN
JUMLAH
BUNGA
JUMLAH
POLONG
1 1 30 16 16 13
24
2 2 39 19 14 113 3 41,5 19 29 284 4 39 14 26 165 5 33 12 23 186 6 30 14 28 197 7 34 16 13 118 8 31 12 20 159 9 16 14 16 510 10 24 17 30 14
RATA -RATA 31,75 15,3 21,5 15
Pengukuran 8MST
NOTAN. SAMP
EL
TINGGI TANAM
AN
JUMLAH
DAUN
JUMLAH
BUNGA
JUMLAH
POLONG
1 1 30 16 16 262 2 39 19 14 293 3 41,5 19 29 224 4 39 14 26 205 5 33 12 23 176 6 30 14 28 267 7 34 16 13 168 8 31 12 20 199 9 16 14 16 1810 10 24 17 30 11
RATA -RATA 31,75 15,3 21,5 20,4
Rata – rata total pengamatan dari fase vegetatif sampai prapanen pada
tanaman sampel
MSTTinggi
Tanamanjumlah daun
jumlah Bunga
jumlah Polong
3 12,98 24 17,98 3,35 23,22 4,86 28,47 11,7 21,57 31,75 15,3 21,5 158 31,75 15,3 21,5 20,4
rata-rata 24,35833 8,733333 21,5 17,7
25
b. Hasil Pengamatan panen
no.jumlah polong
berat polong perberat
berangkasantanaman sample
petak
1 28 40 gr A 40 gr2 45 60 gr 280 gr 60 gr3 47 50 gr 70 gr4 38 70 gr 100 gr5 15 20 gr 70 gr6 31 40 gr B 30 gr7 21 30 gr 180 gr 40 gr8 21 30 gr 50 gr9 22 30 gr 30 gr
10 14 19 gr 20 grrata-rata 28,2 38,9 gr 460 gr 51 gr
Total panen keseluruhan dengan tanaman non sampel
Petakan A = 1,6 kg
Petakan B = 1,25 kg
c. Hasil total perlakuan
1. Pertumbuhan Vegetatif
Perlak
uan
Fase Vegetatif
Tinggi Tanaman(MST) Jumlah Daun (MST) Jml
Cab
ang
Jml
Bu
nga
Jml
Polon
g
2 3 4 5 2 3 4 5
D 0 16,81 26,07 30,22 3,5 6,5 9 9,5 14,3D 1D 2 17,87 23,7 31,05 4 5 6,5 8 14,1D 3 14,7 20,52 24,05 30,81 3,3 4 4,1 7,05 2,9 18,4 18,2
26
D 415,14 20,77
26,973 30,5 2,63 4,77 6,53 11,2 3,3
15,05 20,8
D 5 16,13
20,35 27,473
27,7 2,5 3,5 6,33 7,5 3 21 20,33
27
2. Fase Generatif
Perlak
uan
Fase Generatif (panen)
Berat Brangkasan (gr)
Jml Polong/Tan
aman
Bobot Polong/ Tanaman
Rata2 Jml Biji polong
Bobot Polong/petak
(gr)
D 0 81,5 13,5 42 2D 1D 2 98,5 22,65 44,8 2D 3 43,3 13,3 26,05 2D 4 122 22 49,2 2 230D 5 64 20,5 43,33 2 6,45
4.2 Pembahasan
Pemberian dolomit (CaMg(CO3)2) sebagai kapur pertanian yang berfungsi
didalam menaikkan pH tanah, memperbaiki struktur tanah, dan sifat kimia tanah
memberikan hasil nyata terhadap hasil akhir dari tanaman kacang kedelai.
Pengaplikasian dolomit pernah dilakukan pada lahan gambut yang ditanami
dengan tanaman rami, ternyata setelah pengaplikasian dolomit dan pemberian
pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman serta
dapat memperbaiki sifat kimia tanah, struktur tanah dan meningkatkan
ketersediaan P dalam tanah (Sastrosupadi,2003).
Disinyalir, pemberian dolomit kedalam tanah pertanian juga dapat
meningkatkan kandungan magnesium (Mg) dan kalium (K) dalam tanah.
Magnesium ini memegan peranan penting didalam transportasi fosfat (P) dalam
tanaman (Lingga,2001). Apabila dosis pemberian pupuk NPK tidak tepat, akan
mengakibatkan pada tanah menjadi masam dan ketersediaan unsur hara P dalam
tanah tidak tersedia.
Unsur hara fosfor (P) didalam tanaman berperan didalam perangsangan
pertumbuhan akar, khusunya akar benih dan tanaman muda. Selain hal tersebut,
fosfor (P) berperan didalam pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu
28
asimilasi dan respirasi tanaman, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan
buah (Lingga, 2001). Pengaruh P dalam produksi tanaman dapat merupakan
tingginya produksi tanaman ataupun bahan kering, perbaikan kualitas hasil dan
mempercepat masa pematangan (Nyakpa at al, 1988).
Unsur hara K berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium
pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak
mudah gugur. Juga kalium ini berperan dalam menghadapi penyakit dan
kekeringan (Lingga, 2001).
Dari hasil oleh data secara keseluruhan diperoleh data dengan perlakukan D4
memberikan hasil akhir yang tinggi dalam pertumbuhan dan perkembanan
tanaman kedelai.
- Kendala yang dihadapi
Kendala yang dihadapi didalam praktikum penanaman kacang kedelai
varietas edamame ini adalah banyaknya serangan hama tikus yang menyerang
pada lima minggu setelah tanam (MST) sehingga data yang diperoleh merupakan
sisa dari serangan hama tikus.
29
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemberian dolomit sebanyak 360 gram untuk luasan lahan 3 m x 3 m
memberikan hasil yang maksimal dalam pertumbuhan vegetatif dan generatifnya.
Karena dengan pemberian kapur dolomit dapat memperbaiki sifat kimia tanah,
menaikkan pH tanah sehingga dapat menyediakan ketersediaan unsur hara mikro
untuk kebutuhan tanaman sehingga metebolisme tanaman tidak terganggu dari
pengaruh kelebihan unsur hara mikro.
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi petani khususnya
2. Diperlukan alat pencatat data yang sama bagi semua praktikan agar tidak
ada kesulitan didalam mengolah data secara keseluruhan.
30
Daftar pustaka
Irwan , Aep Wawan . 2006. BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max
(L.) Merill). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas pertanian
universitas Padjadjaran. Jatinangor. Bandung
Eprim, Yeheskiel Sah. 2006. Skripsi : Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine
max (l.) merr.) Terhadap Kompetisi Gulma Pada Beberapa Jarak
Tanam Di Lahan Alang-Alang (imperata cylindrica (l.)beauv.).
Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor
Tim AAK. 1989. Kedelai. Kanisius. Jakarta
Aksi aksara kanisius. 2002. Kedelai. Kanisius. Jakarta
Williams, C.N at al.1991. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Anonim. Universitas Sumatera Selatan
Hudzaifah, Abu. 2008. Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit Pada Kedelai. http://abumutsanna.wordpress.com/2008/09/23
Nazar, Amrizal at al.2008. Teknologi Budidaya Kedelai. Balai Besar Pengkajian
Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Rekomendasi pemupukan tanaman kedelai pada Berbagai tipe
penggunaan lahan
http://mitrausahamandiri.webnode.com/products/dolomit/ di unggah 11 okt 2011,pkl 20.30
Sastrosupadi, Adji dkk. 2003. Respon Rami Terhadap Dosis Dan Aplikasi Pupuk
Mikro Dan Dolomit Di Lahan Gambut Kalimantan Tengah. Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Jurnal Littri vol 9. No 4,
Desember 2003
Aziz ,T. Azwar. 2008. Kajian Pengembangan Teknologi Pembuatan Pupuk
Kiserit di Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara
31
Hardjowigeno, Sarwono. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Akademika Pressinda.
Jakarta
Nyakpa, at al. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung
Lingga, Pinus dkk. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi revisi. Penebar
Swadaya. Depok
32