laporan praktikum tanaman semusim

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang kedelai merupakan tanaman budidaya yang memiliki nilai protein paling tinggi. Kini, kedelai menjadi salah satu bahan pokok di dalam proses produksi pembuatan pangan seperti tempe dan tahu serta sekarang sedang digalakan pembuatan minuman dari sari kacang kedelai yang memiliki nilai kalsium dan protein yang tinggi. Namun, ditengah tingginya permintaan pasar terhadap komoditas pertanian dari kedelai ini, terdapat keironisan yang sangat, dikarenakan bangsa ini belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri akan kacangkedelai yang berkulaitas. Sehingga apabila terjadi gejolak harga, para petani dan para produsen bahan pangan yang berasal dari kacang kedelai mengalami kesulitan dan tidak sedikit yang gulung tikar. Dari keadaan seperti demikian, menjadi tugas berat untuk semua akademisi dan praktisi dalam bidang pertanian. Sehingga dengan adanya praktikum tanaman semusim ini, diharapkan dapat dipelajari cara – cara budidaya dengan perlakuan yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal dan dapat dengan tepat diaplikaskan dimasyarakat umum sehingga menjadi solusi untuk pengembangan budidaya dan tataniaga tanaman kacang 1

Upload: satriasate

Post on 02-Aug-2015

277 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang kedelai merupakan tanaman budidaya yang memiliki nilai protein

paling tinggi. Kini, kedelai menjadi salah satu bahan pokok di dalam proses

produksi pembuatan pangan seperti tempe dan tahu serta sekarang sedang

digalakan pembuatan minuman dari sari kacang kedelai yang memiliki nilai

kalsium dan protein yang tinggi.

Namun, ditengah tingginya permintaan pasar terhadap komoditas pertanian

dari kedelai ini, terdapat keironisan yang sangat, dikarenakan bangsa ini belum

bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri akan kacangkedelai yang berkulaitas.

Sehingga apabila terjadi gejolak harga, para petani dan para produsen bahan

pangan yang berasal dari kacang kedelai mengalami kesulitan dan tidak sedikit

yang gulung tikar.

Dari keadaan seperti demikian, menjadi tugas berat untuk semua akademisi

dan praktisi dalam bidang pertanian. Sehingga dengan adanya praktikum tanaman

semusim ini, diharapkan dapat dipelajari cara – cara budidaya dengan perlakuan

yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal dan dapat dengan tepat

diaplikaskan dimasyarakat umum sehingga menjadi solusi untuk pengembangan

budidaya dan tataniaga tanaman kacang kedelai yang dapat meningkatkan

pendapatan petani sekaligus dapat bersaing dengan kacang kedelai dari lua negeri.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Mata Kuliah Tanaman Semusim mengenai

budidaya kacang kedelai edamame diantaranya adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh dari berbagai dosis dolomit terhadap

pertumbuhan dan perkembangan serta hasil panen kacang kedelai varietas

edamame.

2. Sebagai pelengkap pengaplikasian teori dari Mata Kuliah Tanaman

Semusim

1

Page 2: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

1.3 Hipotesis

1. Pemberian dolomit pada areal pertanaman kedelai memberikan hasil nyata

yang berbeda untuk tiap perlakuan

2. Perlakuan dolomit D4 memberikan hasil yang signifikan didalam hasil

akhir tanaman kacang kedelai

2

Page 3: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal – Usul dan Penyebaran

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh

manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan

antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai

juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,

Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di

Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai

yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-

pulau lainnya.

Dilain sumber disebutkan bahwa budidaya kacang kedelai ini terdapat

dalam sebuah laporan, yang bernama Materi Medica, yang ditulis oleh Shen Nung

pada tahun 2838 SM, kedelai jenis liar, yakni Glycine ururiencis adalah jenis

kedelai yang diperkirakan menurunkan berbagai jenis kedelai yang kita kenal

sekarang ini.

Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius (abad ke –

17). Pada waktu itu, kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk

hijau. Sampai saat ini, di Indonesia kedelai banyak ditanam didataran rendah yang

tidak banyak mengandung air, misalnya dipesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah,

Jawa Barat, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, dan Lampung serta Suatera Selatan

dan Bali.

Menurut para ahli tanaman, kedelai yang sudah disebarluaskan di Indonesia

bukan lagi tanaman asli, melainkan tanaman yang berasal dari daerah Manshukuo

di negeri Cina, kemudian menyebar ke daerah Mansyuria dan Jepang (Asia

Timur). Demikian pula kedelai yang ditanam di benua lain seperti Amerika dan

Afrika pun berasal dari Asia.

3

Page 4: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

2.2 Sifat Botani dan morfologi

a. Sifat Botani

Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) termasuk dalam famili leguminosae, sub

famili Papilionidae dan genus Glycine, merupakan tanaman semusim yang berupa

semak rendah, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Kedelai berasal dari

Cina dan berkembang ke berbagai negara seperti Amerika, Amerika Latin dan

Asia (Departemen Pertanian, 2005). Menurut USDA dalam ITIS (2000) suku

papilionicae yang tumbuh di dunia mempunya 650 genera dan sekitar 17 000

spesies dimana kerabat dekat tanaman kedelai yang ditanam secara komersial di

dunia diperkirakan adalah kerabat jenis kedelai liar G.soya, G. usuriensis atau

Soja max.

Menurut Soeprapto (1993) tanaman kedelai tumbuh tegak dengan tinggi

antara 30-100 cm, mempunyai tipe pertumbuhan yang dibagi menjadi tiga macam

yaitu tipe determinate, indeterminate dan semi determinate. Tipe determinate

memiliki ciri saat pembungaannya serempak dari bagian atas ke bagian pangkal

dan pertumbuhan berhenti setelah tanaman berbunga. Tipe indeterminate

memiliki cirri saat pembungaan berangsur dari bagian pangkal ke bagian batang

atas dan tanaman tumbuh terus setelah berbunga, sedangkan pada tipe semi

determinate pembungaan berlangsung diantara tipe pertumbuhan determinate dan

indeterminate. (Eprim,Yeheskiel Sah.2006)

b. Morfologi kacang kedelai

1. Tiper Pertumbuhan

Tiper pertumbuhan pada kacang kedelai ada dua, yaitu :

a) Tipe ujung batang melilit (Indeterminate)

Kedelai yang bertipe pertumbuhan semacam ini ujung batangnya

tidak berakhir dengan rangkaian bunga. Jadi ujung batang atau cabang –

cabangnya tumbuh melilit.

4

Page 5: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

b) Tiper batang tegak (Determinate)

Kedelai yang bertiper pertumbuhan semacam ini, ujung batangnya

berakhir dengan rangkaian bunga, sedangkan ujung batang atau cabang –

cabangnya tumbuh tanpa melilit, tetapi lurus tegak ke atas.

2. Akar

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar

tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang.

Pada akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium

jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat N bebas dari udara.

3. Batang

Waktu tanaman kacang kedelai masih sangat muda, batang dapat

dibedakan menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas

disebut hypocotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epycotil.

Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau.

4. Daun

Daun kedelai merupakan daun majemuk yang teridiri dari tiga helai anak

daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningan. Bentuk daun

ada yang ouval, juga ada yang berbentuk segitiga. Warna dan bentuk daun

tergantung kepada varietas.

5. Bunga

Bunga kedelai disebut bunga kupu – kupu dan mempunyai dua mahkota

dan dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda.

Bunga tumbuh dari ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul

ke atas. Pada setiap ketiak daun biasanya terdapat 3 – 15 kuntum bunga,

namun sebagian besar bunga rontok, hanya beberapa yang dapat membentuk

polong.

5

Page 6: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

Bunga kedelai mempunyai 10 buah benang sari. Sembilan buah di

antaranya bersatu pada bagian pangkal dan membentuk seludang yang

mengelilingi putik. Sedangkan benang sari yang kesepuluh terpisah pada

bagian pangkalnya dan seolah – olah menjadi penutup seludang. Bila putik

dibelah, di dalamnya terdapat tiga bakal biji.

Penyerbukannya termasuk penyerbukan sendiri dengan tepung sari sendiri

karena pembungaan terjadi sebelum bunga mekar (terbuka). Pada saat terjadi

persilangan (hibridisasi), mahkota daun dan benang sari dibuang (kastrasi),

hanya putiknya saja yang di tinggalkan.

6. Polong dan Biji

Banyaknya polong tergantung pada jenisnya. Ada jenis kedelai yang

menghasilkan banyak polong, ada pula yang sedikit.

Berat masing – masing bijij pun berbeda – beda, ada yang bisa mencapai

berat 50 – 500 gram per 1000 butir biji. Warna biji bun berbeda – beda.

Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji ataupun pada selaput biji,

biasanya kuning atau hijau transparan. Disamping itu, ada pula biji yang

berwarna gelap kecoklatan sampai hitam atau berbintik – bintik.

7. Bulu

Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun dan

polong – polongnya. Lebat atau tidaknya bulu serta kasar atau halusnya bulu

tergantung dari varietas masing – masing. Begitu pula warna bulu berbeda –

beda, ada yang berwarna coklat dan ada pula yang putih kehijauan.

2.3 Syarat Tumbuh

a) Iklim

Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas, ditempat-

tempat terbuka dan bercurah hujan 100 – 400 mm3 per bulan. Oleh

karena itu, kedelai kebanyakan ditanam didaerah yang terletak kurang dari

400 m diatas permukaan laut dan jarang sekali ditanam didaerah yang

6

Page 7: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

terletak kurang dari 600 m diatas permukaan laut. Jadi tanaman kedelai

akan tumbuh baik jika ditanam didaerah beriklim kering (Aak, 2002).

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20 -250C. Suhu 12 –

200C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan

tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan

pemunculan kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada

suhu yang lebih tinggi dari 300C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil

fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998 dalam anonim).

Melihat kondisi iklim dinegara Indonesia, penanamana kacang kedelai

umumnya ditanam pada musim mareng (musim kemarau), yakni setelah

panen padi rendheng (padi musim hujan). Pada saat itu kelembapan taah

mash bisa dipertahankan, karena hujan masih dapat diharapkan turun

beberapa kali.

Banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi aktivitas bakteri

tanah yang dapat menyediakan nitrogen. Namun, ketergantungan ini dapat

diatasi, asalkan selama 30 – 40 hari suhu di dalam tanah dan dipermukaan

tanah pada musim panas berkisar 35 – 390C. Hasil observasi ini

menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, tempratur dan kelembapan

udara terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah

sekitar 60 – 70 %.

b) Tanah

Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan

aerasi tanah cukup baik. Tanah – tanah yang cocok yaitu alluvial, regossol,

grumusol, latosol, dan andosol. Pada tanah podzsolik merah kuning dan

tanah yang banyak mengandung banyak pasir kwarsa pertumbuhan kedelai

kurang baik, kecuali bila ditambah dengan pupuk organik atau kompos

dalam jumlah yang cukup.

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu sekitar 5,8 – 7.

Namun pada tanah yang pH-nya 4,5 pun masih dapat tumbuh baik dengan

menambahkan kapur 2 4 ton per hektar dapat menaikkan hasil panen.

7

Page 8: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

Aerasi tanah (kandungan O2 dan CO2 didalam tanah) sangat

mempengaruhi sistem perakaran suatu tanaman. Oksigen merupakan unsur

yang penting untuk proses-proses metabolisme. Kebutuhan oksigen untuk

setiap jenis tanaman berbeda-beda. Pada kedelai kebutuhan O2 dan

pengambilan nitrogen lebih besar pada fase vegetatif dibandingkan dengan

fase generatif.

Apabila tanaman ditanam pada tempat yang dijenuhi oleh air

(tergenang) maka dalam jangka waktu yang relatif singkat akan

menunjukkan penguningan daun, pertumbuhan terhambat, dan

menyebabkan matinya tanaman. Hal ini disebabkan karena pada kondisi

yang jenuh air, maka kandungan O2 sedikit dan CO2 meningkat. Sehingga

akan menghambat pertumbuhan akar yang selanjutnya berpengaruh pada

proses pengisapan air dan unsur hara (Islami dan Utomo, 1995)

2.4 Manfaat Kedelai

Kedelai banyak mengandung unsur dan zat – zat makanan penting, sperti

tertera dalam tabel di bawah ini.

Unsur zat – zat

makanan

Kedelai

putih (%)

Kedelai

hitam (%)

Air

Protein

Lemak

Karbohidrat

Mineral

13,75

41,00

15,80

14,85

5,25

14,05

40,40

19,30

14,10

5,25

Selain bijinya dimanfaatkan sebagai makanan bagi manusia, bagian daun dan

batangnya dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Lahan yang telah ditanami

dengan kedelai dapat menambah kandungan nitrogen di dalam tanah.

Selain itu, kedelai masih bisa dimanfaatkan dalam bentuk tepung, yang

dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri pangan. Diantaranya :

8

Page 9: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

1. Dalam industri makanan tepung protein berbentuk tepung dimanfaatkan

untuk :

a. Susu

b. Kue

c. Vetsin, dll

2. Industri non pangan tepung protein kedelai dimanfaatkan sebagai

a. Kertas

b. Cat air

c. Tinta cetak, dll

3. Minyak kedelai dimanfaatkan sebagai penghasil gliserida dan lecithin

nabati

2.5 Sistematika / Tipe – Tipe Kacang Kedelai

Glycine dari Papilionaceae yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara

meliputi kira – kira 40 spesies. Pada umumnya tumbuh menjalar atau memanjat

dengan sulur – sulurnya. Kedelai sebagai tanaman budidaya tertua mempunyai

bentuk tanaman bermacam – macam sesuai dengan perbedaan morfologis. Di

samping itu, faktor penyebaran geografisnya pun berpengaruh sehingga kedelai

dapat dibagi menjadi empat tipe, diantarany :

a. Tipe Mansyuria

Tipe mansyuria merupakan kelompok terbesar dengan beberapa perbedaan

sifat, kualitas, dan kuantitas yang dapat dibanggakan, misalnya polong cepat

tua dan merata, berbuah banyak, biji mengkilat dan tidak berbintik – bintik.

b. Tipe Jepang

Bentuk fisik tanaman tipe ini besar. Daun, polong dan bijinya pun besar.

Warna daun hijau muda kebiru – biruan. Biji berwarna kuning, berat tiap

1000 butir biji 450 – 500 gram. Masa vegetatif sangat panjang.

Kandungan lemak dalam biji kedelai tipe ini paling tinggi dibanding tipe –

tipe lain. Letak biji sangat tinggi, sehingga mudah dipungut dengan

menggunakan mesin.

9

Page 10: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

c. Tipe India

Tipe ini termasuk tanaman tropis, mempunyai bentuk yang khas, daunnya

kecil – kecil, batang tipis dan bijinya kecil – kecil. Berat tiap 1000 butir biji

hanya 50 gram.

Tipe india sangat baik untuk pakan ternak, sebab lebih banyak mengandung

protein daripada lemak.

d. Tipe Cina

Tipe Cina hampir serupa dengan tipe india, yakni berdaun kecil, berbatang

lunak dan baik sekali untuk makanan ternak (sebagai hijauan) karena

mengandung kadar protein tinggi.

2.6 Gulma, Hama dan Penyakit serta Pengendaliannya pada Kedelai

2.6.1 Gulma dan pengendalianya

Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dihendaki serta

dapat mnimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hasil panen. Ragam dan

pertumbuhan gulma di setiap lahan dipengaruhi oleh keadaan, milieu dan

perlakuan lahan.

Gulma yang biasa tumbuh pada lahan pertanaman kedelai terdiri atas lebih

dari 56 macam, meliputi jenis rerumputan, teki-tekian, dan jenis gulma berdaun

lebar. Pada lahan dengan indeks pertanaman 300% atau tidak mengalami masa

istirahat lama, ragam dan jumlah gulma relatif sedikit.

Sebaliknya, pada lahan yang mengalami masa istirahat lama (bero), ragam

dan jumlah gulma relatif banyak. Beberapa jenis gulma yang dominan pada

pertanaman kedelai antara lain adalah Amaranthus sp. (bayam), Digitaria ciliaris

(rumput jampang), Echinochloa colonum (rumput jejagoan), Eragrotis enioloides

(rumput bebekan), Cyperus kyllingia (rumput teki), Cyperus iria (rumput jeking

kunyit), Portulaka sp. (krokot), Ageratum conyzoides (wedusan), Molluge

penaphylla (daun mutiara), dan Mimosa pudica (puteri malu) .

Gulma tersebut dapt dikandalikan dengan melakukan penyianga baik

dengan tangan secara langsung atau menggunakan alat mekanis lainnya serta

dengan pengaplikasian herbisida sistemik.

10

Page 11: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

2.6.2 Hama dan pengendaliannya

Hama yang biasa menyerang lahan pertanaman kedelai diantaranya :

a) Aphis spp

Kutu bertubuh kecil. Cara berkembang biak dan merusak :

- Larva yang dilahirkan oleh induknya dibalik daun, melalui

pengembangbiakan patogenik.

- Dalam waktu satu minggu larva yang telah menjadi kutu dewasa dan mulai

beroperasi di balik daun atau kuncup tunas.

- Hama ini mulai menyerang pada awal pertumbuhan kedelai, juga pada masa

pembentukan bunga dan polong.

- Kedelai yang terserang hama ini menjadi layu, pertumbuhannya terhambat,

karena hama ini menghisap cairan tanaman

- Hama ini menularkan virus SMV (Soybean Mosaic Virus)

Pengendalian

- Pemberantasan hama ini bisa dengan cara mekanis, yakni dengan

membuang bagian tanaman yang terserang oleh hama tersebut,

kemudian membakarnya agar tidak menulari tanaman yang lain.

- Secara alami dengan menggunakan musuh alami, predator hama tersebut

diantaranya kumbang buas Coccinella. Sebagai parasit digunakan

cendawan Empusa frenensii, untuk kutu Coccus varidis.

- Dengan kimiawi dilakukan dengan pengaplikasian insektisida

b) Melano agromyza phaseoli

Cara hama ini berkembangbiak dan menyerang tanaman :

- Mula – mula lalat bertelur pada bagian leher akar tanaman

- Larva kemudian masuk kedalam batang dan memakan isi batang. Larva

tersebut panjangnya 4 mm, sedangkan panjang kepompongnya 2 mm.

- Larva yang telah menjadi lalat akan bertelur.

Pengandalian dilakukan dengan cara :

- Waktu tanam diusahakan pada saat kondisi tanah masih dalam keadaan

lembap

- Pemberantasan dengan menggunakan pestisida dan insektisida

11

Page 12: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

c) Phaedonia inclusa (Kumbang Daun Tembukur)

Kumbang ini bertubuh kecil, berwarna hitam dan bagian tepi tubuhnya bergaris

kuning. Kumbang ini berkembangbiak dengan bertelur pada permukaan daun.

Baik larva maupun kumbangnya memakan daun, sehingga daun berlubang

kecil – kecil bahkan daun bisa sampai tinggal kerangka. Selain merusak daun,

bisa juga merusak bunga dan pucuk tanaman, serta polong muda, bahkan

seluruh tanaman muda maupun tua.

Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida.

d) Epilachana soyae (Cantalan)

Kumbang yang berwarna merah ini memakan daun., dan merusak bunga.

Pengendalian dilakukan dengan penggunaan insektisida.

e) Etiela zinchenella

Ulat ini berasal dari kupu – kupu yang bertelur di bawah daun buah. Seteleh

menetas, ulat berusaha masuk ke dalam buah dan tinggal di dalamnya sampai

besar serta memakan buah yang masih muda.

Gejala yang timbul : pada buah terdapat lubang kecil, semua biji habis di

makan ulat tersebut dan yang ada hanya sisa dari kotoran.

Pemberantasan dilakukan dengan penggunaan insektisida.

2.6.3 Penyakit

Ada beberapa penyakit utama yang dominan pada tanaman kedelai, yaitu

karat daun (Phakopsora pachyrhizi), hawar batang (Sclerotium rolsii) dan Virus.

Penyakit karat daun dapat dikendalikan dengan fungisida mancozeb.

Untuk penyakit hawar, perawatan benih dengan fungisida mankozeb (Dithane M

45). Untuk penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dilakukan dengan upaya

pencegahan dengan rotasi tanaman, pembakaran tanaman inang, pemberantasan

serangga vektor, penggunaan benih sehat dan prmbuangan tanaman sakit.

12

Page 13: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

2.7 Kebutuhan Hara

2.7.1 Pola: Padi-Padi-Kedelai

Tanaman kedelai yang ditanam langsung setelah padi bisa mendapatkan

manfaat dari residu hara dari pemupukan padi. Oleh karenanya, kedelai yang

ditanam setelah padi memerlukan lebih sedikit pupuk dibandingkan ditanam

setelah palawija lainnya. Rekomendasi pemupukan serta pengelolaan tanah yang

diperlukan ditampilkan pada Tabel 1.

Pupuk N praktis tidak diperlukan pada lahan sawah berpotensi tinggi,

sedangkan pada sawah berpotensi sedang dan rendah diperlukan 25 kg urea/ha

sebagai pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N

dari udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan proses tersebut terjadi

dengan baik, diperlukan inokulasi Rhizobium dengan dosis 200 g untuk 40 kg

benih. Produk inokulum yang baik adalah inokulum yang juga mengandung

bakteri pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N

udara. Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan

50% kebutuhan pupuk P dan K. Inokulan Rhizobium juga ada yang berbentuk

granul yang diaplikasikan dengan cara ditugal dekat benih dengan dosis 200

kg/ha.

Pupuk P diberikan dalam bentuk pupuk tunggal SP-36 diberikan dengan

dosis 0 – 50 kg/ha. Sedangkan pada sawah berpotensi sedang dan rendah masing-

masing dianjurkan 50 – 100 kg/ha dan 100 – 150 kg/ha. Bila menggunakan

inokulan bakteri pelarut P, dosis pemupukan P bisa ditekan sampai batas minimal

yaitu 0 kg untuk sawah berpotensi tinggi, 50 kg SP-36 untuk sawah berpotensi

sedang dan 100 kg SP-36 untuk sawah berpotensi rendah. Bila tidak

menggunakan inokulum tersebut, tanaman perlu pupuk SP-36 dengan dosis

tertinggi agar polong yang terbentuk bisa mengisi dengan sempurna.

13

Page 14: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

Tabel 1. Rekomendasi pemupukan dan pengelolaan tanaman kedelai pada tipe

penggunaan lahan sawah dengan pola tanam padi-padi-kedelai

No

.Masukan

Potensi Lahan

Tinggi Sedang Rendah

1 Urea O 25 25

2 SP-36 0 - 50 50-100 100-150

3 KCl 0 - 50 50-75 75-100

4 Inokulum Rhizobium 200 g 200 g 200 g

5 Kapur*) - - -

6 Bahan Organik Mulsa jerami Mulsa Jerami 5 t Mulsa Jerami 5 t

7 Pengolahan Tanah TOT

8 Pengelolaan Air Saluran drainase berjarak 5 m dan keliling

*)Keterangan : kapur diperlukan jika sawahnya adalah sawah rawa dan sawah

bukaan baru.

Pupuk K diberikan dalam bentuk pupuk tunggal KCl diberikan dengan

dosis 0 – 50 kg/ha pada sawah berpotensi tinggi. Sedangkan sawah berpotensi

sedang diperlukan 50 – 75 kg/ha, dan sawah berpotensi rendah diperlukan 75 –

100 kg KCl/ha. Bila inokulan pelarut K digunakan, tanaman kedelai pada sawah

berpotensi tinggi tidak perlu pupuk K sama sekali. Sedangkan pada sawah

berpotensi sedang dan tinggi masih diperlukan dengan dosis minimal (Tabel 1).

2.7.2. Pola: Padi-Palawija-Kedelai

Tanaman kedelai yang ditanam setelah setelah tanaman palawija lainnya,

akan memerlukan pupuk lebih banyak dibandingkan ditanam setelah padi.

Rekomendasi pemupukan serta pengelolaan tanah yang diperlukan ditampilkan

pada Tabel 2.

Pupuk N praktis tidak diperlukan pada sawah berpotensi tinggi, tetapi pada

sawah berpotensi sedang dan rendah masih diperlukan 25 kg urea/ha sebagai

starter pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N dari

udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan proses tersebut terjadi dengan

14

Page 15: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

baik, diperlukan inokulasi Rhizobium dengan dosis 200 g untuk 40 kg benih.

Produk inokulum yang baik adalah inokulum yang juga mengandung bakteri

pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N udara.

Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan 50%

kebutuhan pupuk P dan K.

Tabel 2. Rekomendasi dosis pemupukan dan pengelolaan tanaman kedelai pada

tipe penggunaan lahan sawah dengan pola padi-palawija-kedelai

No

.Masukan

Potensi Lahan

Tinggi Sedang Rendah

1 Urea O 25 25

2 SP-36 50 - 75 100 - 150 150 -200

3 KCl 25 - 50 50 -75 75 -100

4 Inokulum Rhizobium 200 g 200 g 200 g

5 Kapur*) - - -

6 Bahan Organik Mulsa jerami

5 t

Mulsa Jerami 5 t Mulsa Jerami 5 t

7 Pengolahan Tanah TOT

8 Pengelolaan Air Saluran drainase berjarak 5 m dan keliling

*)Keterangan : kapur diperlukan jika sawahnya adalah sawah rawa dan sawah

bukaan baru.

2.7.3 Tegalan

Tegalan adalah tipe penggunaan lahan kering yang umum ditanami dengan

tanaman semusim. Tipe penggunaan lahan ini terdapat pada berbagai jenis

klasifikasi tanah, tapi yang paling banyak adalah Inceptisols, Ultisols, Oxisols dan

Alfisols. Oleh karenanya potensi lahan ini untuk budidaya kedelai bisa

digolongkan menjadi potensi tinggi, potensi sedang dan potensi rendah.

Lahan tegalan di Indonesia bagian barat yang memiliki curah hujan tinggi,

tanahnya bereaksi masam karena kation basa-basa tercuci secara intensif.

Seringkali komplek jerapan didominasi oleh kation masam yang beracun seperti

15

Page 16: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

Al dan Fe yang memiliki kemampuan menjerap unsur hara, khususnya P, sangat

tinggi.

Akibatnya, walaupun kadang-kadang tanah ini mengandung P total yang

tinggi, ketersediaanya untuk tanaman tetap rendah. Pada kondisi seperti ini

diperlukan pemberian bakteri pelarut P untuk meningkatkan efisiensi pemupukan

P. Senyawa P yang semula terfiksasi dalam bentuk Al-P dan Fe-P akan

dilepaskan oleh adanya senyawa organik hasil metabolisme bakteri.

Rekomendasi pemupukan pada lahan kering tegalan dapat ditetapkan

berdasarkan hasil uji cepat dengan PUTK (perangkat uji tanah kering) atau

berdasarkan sifat tanah secara empiris. Rekomendasi pemupukan dan pengelolaan

tanaman kedelai di lahan tegalan untuk perencanaan tingkat kabupaten

ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekomendasi dosis pemupukan dan pengelolaan tanaman kedelai

pada tipe penggunaan lahan tegalan.

No

.Masukan

Potensi Lahan

Tinggi Sedang Rendah

1 Urea 25 25 25

2 SP-36 100 150 250

3 KCl 50 100 150

4 Inokulum Rhizobium 200 g 200 g 200 g

5 Kapur*) 500 1000 2000

6 Bahan Organik 2 t pupuk

kandang

2 t pupuk

kandang

5 t pupuk

kandang

7 Pengolahan Tanah Minimum - sempurna

8 Pengelolaan Air Saluran drainase atau guludan searah lereng

2.7.4 Lahan Alang-alang

Lahan alang-alang adalah tipe tutupan lahan kering yang didominasi oleh

rumput alang-alang (Imperata sp.). Lahan alang-alang adalah salah satu ciri dari

kondisi lahan yang telah mengalami degradasi dan merosotnya status kesuburan

tanah. Sebagian besar lahan alang-alang memiliki potensi rendah sampai sedang.

16

Page 17: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

Rekomendasi pemupukan dan pengelolaan lahan untuk tanaman kedelai pada

lahan alang-alang ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 3. Rekomendasi dosis pemupukan dan pengelolaan tanaman kedelai

pada tipe penggunaan lahan alang-alang.

No

.Masukan

Potensi Lahan

Tinggi Sedang Rendah

1 Urea 25 25 25

2 SP-36 100 200 300

3 KCl 50 100 150

4 Inokulum Rhizobium 200 g 200 g 200 g

5 Kapur*) 500 1000 2000

6 Bahan Organik 2 t pupuk

kandang

2 t pupuk

kandang

5 t pupuk

kandang

7 Pengolahan Tanah Sempurna

8 Pengelolaan Air Rorak, mulsa vertikal, teras gulud memotong lereng

3. Dolomit

Dolomit, salah satu variasi batu gamping, merupakan bahan baku penting yang

digunakan industry gelas dan kaca lembaran, industry keramik dan porselin,

industry refraktori, pupuk, dan pertanian. Dalam industry hilir pemakai, dolomite

dapat digunakan, baik secara langsung dalam bentuk dikalsinasi terlebih dahulu,

maupun dalam bentuk kimia dolomite.

Potensi dolomite di Indonesia cukup besar dan terbesar mulai dari propinsi  di

Aceh hingga ke Papua dengan spesifikasi yang berbeda, sedangkan dolomit

dengan kualitas baik sampai saat ini baru diketahui terdapat didaerah Sedayu dan

Tuban, Jawa Timur.

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara

teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau

30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3,

CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit

17

Page 18: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-

sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral

dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi.

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan

lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal,

berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat

mudah menyerap air serta mudah dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam

perdagangan mineral industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium, Mg

(kimia), mineral dolomit (mineralogi) dan unsur kalsium (Ca) dan magnesium

(Mg). Kandungan unsur magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut.

Misalnya, batugamping mengandung ± 10 % MgCO3 disebut batugamping

dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit

Dolomite banyak dimanfaatkan baik dalam pertanian, bahan bangunan ataupun

dalam industry. Dolomite banyak dimanfaatkan sebagai komoditi pada :

Industry refraktori

Dalam tungku pemanas atau pencair

Dalam pupuk digunakan unsur Mg untuk meningkatkan pH tanah

Dalam industri cat sebagai pengisi

Industri kaca, plastik, kertas

Bahan pembuat semen, sorel, sea water magnesia

Industri alkali

Pembersih air

Industri ban

Ply wood

Industri obat-obatan dan kosmetik

Campuran makanan ternak

Industri keramik

Bahan penggosok (abrassive)

 Dari sekian banyak pemanfaatannya, pemanfaatan dolomite dapat dikelompokkan

menjadi 3 yakni:

1)    Pemanfaatan dolomite secara langsung

18

Page 19: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

2)    Pemanfaatan dolomite yang telah dikalsinasi

3)    Pemanfaatan kimia dolomite

 Fungsi Dolomit :   menetralisir pH tanah, memperbaiki struktur tanah dan sangat

ideal untuk tanah gambut

Spesifikasi 

MgO  18 - 22%CaO 30,9 %

Al2O3 + Fe2O3 0,67 %Kadar air 1,26 %

Silika sebagai SiO2 0,62 % 

19

Page 20: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Perkebunan Jurusan

Agroteknologi Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Universitas Djuanda,

yang dimulai dari tanggal 28 September 2011 sampai dengan 29 Desember 2011

dengan menggunakan waktu praktikum yang telah dijadwalkan yaitu setiap hari

Rabu dari mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 09.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya benih kacang

kedelai edamame, pupuk dolomit sebanyak 360 gr, pupuk N sebanyak 90 gr,

pupuk P sebanyak 360 gr, pupuk K sebanyak 180 gr.

3.2.2 Alat

Alat – alat yang digunakan didalam praktikum mata kuliah Tanaman

Semusim ini diantaranya cangkul, garpu pertanian, gembor, penggaris, alat tulis,

dan timbangan.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dimulai pada minggu pertama, tanggal 5 Oktober 2011.

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara

digarpu dan dicangkul dibentuk bedengan dengan lebar 125 cm dan panjang 3

meter dibentuk menjadi dua bedengan.

Menambahkan pupuk kandang dengan tujuan untuk dapat memperbaiki

kondisi biologi tanah, dan dapat memberikan makanan bagi mikroorganisme

tanah yang kelak akan bersimbiosis dengan tanaman kacang kedelai. Pada

minggu kedua, tanggal 12 Oktober 2011 diberikan kapur dolomit sebanyak 360

20

Page 21: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

gr. Dolomit berfungsi untuk :   menetralisir PH tanah, memperbaiki struktur

tanah dan sangat ideal untuk tanah gambut.

3.3.2 Penanaman

Penanaman dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2011 dengan jarak

tanam yang digunakan berukuran 20 cm x 20 cm.

3.3.3 Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2011 dengan jumlah

tanaman yang tidak tumbuh sebanyak tujuh tanaman, kondisi biji yang

berkecambah busuk didalam tanah.

3.3.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan di mulai pada tanggal 19 Oktober sampai pada tanggal 28

Desember 2011 dengan melakukan pencabutan gulma yang ada disekitar tanaman

dan melakukan pendangiran agar perakaran kedelai dapat tumbuh dengan baik.

3.3.5 Pemupukan

Pemupukan hanya dilakukan satu kali, yakni pada saat tanaman ditanam

pada tanggal 19 Okteber 2011.

3.3.6 Pemanenan

Panen dilakukan pada usia tanaman 9 minggu setelah tanam, yakni pada

tanggal 28 Desember 2011.

3.3.7 Peubah yang diamati

Dalam praktikum ini, peubah yang diamati diantaranya :

a. Tinggi tanaman sampel

b. Jumlah daun tanaman sampel

c. Jumlah bunga tanaman sampel

d. Jumlah polong yang terbentuk

21

Page 22: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

e. Berat brangkasan tanaman sampel

f. Jumlah polong dari setiap tanaman sampel

22

Page 23: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a. Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Kedelai Perlakuan D4

Pengukuran 3 MST

NOTAN. SAMP

EL

TINGGI TANAM

AN

JUMLAH

DAUN

JUMLAH

BUNGA

JUMLAH

POLONG

1 1 11,4 2 - -2 2 17,5 2 - -3 3 14 2 - -4 4 14 2 - -5 5 14 2 - -6 6 12,9 2 - -7 7 12 2 - -8 8 12,5 2 - -9 9 11,5 2 - -10 10 10 2 - -

RATA -RATA 12,98 2

Pengukuran 4 MST

NOTAN. SAMP

EL

TINGGI TANAM

AN

JUMLAH

DAUN

JUMLAH

BUNGA

JUMLAH

POLONG

1 1 16,8 32 2 23,5 43 3 20 44 4 19 35 5 16,5 46 6 19 37 7 16 38 8 19 39 9 16 310 10 14 3

RATA -RATA 17,98 3,3

23

Page 24: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

Pengukuran 5 MST

NOTAN. SAMP

EL

TINGGI TANAM

AN

JUMLAH

DAUN

JUMLAH

BUNGA

JUMLAH

POLONG

1 1 21 42 2 26 53 3 27,6 64 4 27 45 5 23 56 6 23,5 47 7 22,8 58 8 28,3 79 9 15 310 10 18 5

RATA -RATA 23,22 4,8

Pengukuran 6 MST

NOTAN. SAMP

EL

TINGGI TANAM

AN

JUMLAH

DAUN

JUMLAH

BUNGA

JUMLAH

POLONG

1 1 27 6 162 2 34 10 143 3 35 16 294 4 37 10 265 5 30 12 236 6 27 13 287 7 28,7 11 138 8 30 11 209 9 14 14 1610 10 22 14 30

RATA -RATA 28,47 11,7 21,5

Pengukuran 7 MST

NOTAN. SAMP

EL

TINGGI TANAM

AN

JUMLAH

DAUN

JUMLAH

BUNGA

JUMLAH

POLONG

1 1 30 16 16 13

24

Page 25: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

2 2 39 19 14 113 3 41,5 19 29 284 4 39 14 26 165 5 33 12 23 186 6 30 14 28 197 7 34 16 13 118 8 31 12 20 159 9 16 14 16 510 10 24 17 30 14

RATA -RATA 31,75 15,3 21,5 15

Pengukuran 8MST

NOTAN. SAMP

EL

TINGGI TANAM

AN

JUMLAH

DAUN

JUMLAH

BUNGA

JUMLAH

POLONG

1 1 30 16 16 262 2 39 19 14 293 3 41,5 19 29 224 4 39 14 26 205 5 33 12 23 176 6 30 14 28 267 7 34 16 13 168 8 31 12 20 199 9 16 14 16 1810 10 24 17 30 11

RATA -RATA 31,75 15,3 21,5 20,4

Rata – rata total pengamatan dari fase vegetatif sampai prapanen pada

tanaman sampel

MSTTinggi

Tanamanjumlah daun

jumlah Bunga

jumlah Polong

3 12,98 24 17,98 3,35 23,22 4,86 28,47 11,7 21,57 31,75 15,3 21,5 158 31,75 15,3 21,5 20,4

rata-rata 24,35833 8,733333 21,5 17,7

25

Page 26: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

b. Hasil Pengamatan panen

no.jumlah polong

berat polong perberat

berangkasantanaman sample

petak

1 28 40 gr A 40 gr2 45 60 gr 280 gr 60 gr3 47 50 gr 70 gr4 38 70 gr 100 gr5 15 20 gr 70 gr6 31 40 gr B 30 gr7 21 30 gr 180 gr 40 gr8 21 30 gr 50 gr9 22 30 gr 30 gr

10 14 19 gr 20 grrata-rata 28,2 38,9 gr  460 gr 51 gr

Total panen keseluruhan dengan tanaman non sampel

Petakan A = 1,6 kg

Petakan B = 1,25 kg

c. Hasil total perlakuan

1. Pertumbuhan Vegetatif

Perlak

uan

Fase Vegetatif

Tinggi Tanaman(MST) Jumlah Daun (MST) Jml

Cab

ang

Jml

Bu

nga

Jml

Polon

g

2 3 4 5 2 3 4 5

D 0 16,81 26,07 30,22 3,5 6,5 9 9,5 14,3D 1D 2 17,87 23,7 31,05 4 5 6,5 8 14,1D 3 14,7 20,52 24,05 30,81 3,3 4 4,1 7,05 2,9 18,4 18,2

26

Page 27: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

D 415,14 20,77

26,973 30,5 2,63 4,77 6,53 11,2 3,3

15,05 20,8

D 5 16,13

20,35 27,473

27,7 2,5 3,5 6,33 7,5 3 21 20,33

27

Page 28: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

2. Fase Generatif

Perlak

uan

Fase Generatif (panen)

Berat Brangkasan (gr)

Jml Polong/Tan

aman

Bobot Polong/ Tanaman

Rata2 Jml Biji polong

Bobot Polong/petak

(gr)

D 0 81,5 13,5 42 2D 1D 2 98,5 22,65 44,8 2D 3 43,3 13,3 26,05 2D 4 122 22 49,2 2 230D 5 64 20,5 43,33 2 6,45

4.2 Pembahasan

Pemberian dolomit (CaMg(CO3)2) sebagai kapur pertanian yang berfungsi

didalam menaikkan pH tanah, memperbaiki struktur tanah, dan sifat kimia tanah

memberikan hasil nyata terhadap hasil akhir dari tanaman kacang kedelai.

Pengaplikasian dolomit pernah dilakukan pada lahan gambut yang ditanami

dengan tanaman rami, ternyata setelah pengaplikasian dolomit dan pemberian

pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman serta

dapat memperbaiki sifat kimia tanah, struktur tanah dan meningkatkan

ketersediaan P dalam tanah (Sastrosupadi,2003).

Disinyalir, pemberian dolomit kedalam tanah pertanian juga dapat

meningkatkan kandungan magnesium (Mg) dan kalium (K) dalam tanah.

Magnesium ini memegan peranan penting didalam transportasi fosfat (P) dalam

tanaman (Lingga,2001). Apabila dosis pemberian pupuk NPK tidak tepat, akan

mengakibatkan pada tanah menjadi masam dan ketersediaan unsur hara P dalam

tanah tidak tersedia.

Unsur hara fosfor (P) didalam tanaman berperan didalam perangsangan

pertumbuhan akar, khusunya akar benih dan tanaman muda. Selain hal tersebut,

fosfor (P) berperan didalam pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu

28

Page 29: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

asimilasi dan respirasi tanaman, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan

buah (Lingga, 2001). Pengaruh P dalam produksi tanaman dapat merupakan

tingginya produksi tanaman ataupun bahan kering, perbaikan kualitas hasil dan

mempercepat masa pematangan (Nyakpa at al, 1988).

Unsur hara K berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium

pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak

mudah gugur. Juga kalium ini berperan dalam menghadapi penyakit dan

kekeringan (Lingga, 2001).

Dari hasil oleh data secara keseluruhan diperoleh data dengan perlakukan D4

memberikan hasil akhir yang tinggi dalam pertumbuhan dan perkembanan

tanaman kedelai.

- Kendala yang dihadapi

Kendala yang dihadapi didalam praktikum penanaman kacang kedelai

varietas edamame ini adalah banyaknya serangan hama tikus yang menyerang

pada lima minggu setelah tanam (MST) sehingga data yang diperoleh merupakan

sisa dari serangan hama tikus.

29

Page 30: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pemberian dolomit sebanyak 360 gram untuk luasan lahan 3 m x 3 m

memberikan hasil yang maksimal dalam pertumbuhan vegetatif dan generatifnya.

Karena dengan pemberian kapur dolomit dapat memperbaiki sifat kimia tanah,

menaikkan pH tanah sehingga dapat menyediakan ketersediaan unsur hara mikro

untuk kebutuhan tanaman sehingga metebolisme tanaman tidak terganggu dari

pengaruh kelebihan unsur hara mikro.

5.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat memberikan informasi yang

bermanfaat bagi petani khususnya

2. Diperlukan alat pencatat data yang sama bagi semua praktikan agar tidak

ada kesulitan didalam mengolah data secara keseluruhan.

30

Page 31: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

Daftar pustaka

Irwan , Aep Wawan . 2006. BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max

(L.) Merill). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas pertanian

universitas Padjadjaran. Jatinangor. Bandung

Eprim, Yeheskiel Sah. 2006. Skripsi : Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine

max (l.) merr.) Terhadap Kompetisi Gulma Pada Beberapa Jarak

Tanam Di Lahan Alang-Alang (imperata cylindrica (l.)beauv.).

Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian

Bogor

Tim AAK. 1989. Kedelai. Kanisius. Jakarta

Aksi aksara kanisius. 2002. Kedelai. Kanisius. Jakarta

Williams, C.N at al.1991. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta

Anonim. Universitas Sumatera Selatan

Hudzaifah, Abu. 2008. Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit Pada Kedelai. http://abumutsanna.wordpress.com/2008/09/23

Nazar, Amrizal at al.2008. Teknologi Budidaya Kedelai. Balai Besar Pengkajian

Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan

Pengembangan Pertanian Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Rekomendasi pemupukan tanaman kedelai pada Berbagai tipe

penggunaan lahan

http://mitrausahamandiri.webnode.com/products/dolomit/ di unggah 11 okt 2011,pkl 20.30

Sastrosupadi, Adji dkk. 2003. Respon Rami Terhadap Dosis Dan Aplikasi Pupuk

Mikro Dan Dolomit Di Lahan Gambut Kalimantan Tengah. Balai

Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Jurnal Littri vol 9. No 4,

Desember 2003

Aziz ,T. Azwar. 2008. Kajian Pengembangan Teknologi Pembuatan Pupuk

Kiserit di Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan

Provinsi Sumatera Utara

31

Page 32: Laporan Praktikum Tanaman Semusim

Hardjowigeno, Sarwono. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Akademika Pressinda.

Jakarta

Nyakpa, at al. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung

Lingga, Pinus dkk. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi revisi. Penebar

Swadaya. Depok

32