laporan praktikum theodolite vickers.docx
TRANSCRIPT
Laporan PraktikumPengukuran Titik-Titik Detail Metoda Theodolite Vickers
SA2202 Pemetaan dan SIG
Kelompok 3 :
Gloriana Saragih 15814010
Fajar Nugraha Saefullah 15814011
Ega Erlangga 15814012
Inggit Nur Sholeha 15814013
Nafida Silma 15814015
Septian Prasetyo 15814016
Hilman Darmawan 15814017
TEKNIK DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Praktikum Survey dan Pemetaan ini dapat kami rampungkan tepat pada waktunya.
Praktikum Survey dan Pemetaan ini merupakan suatu hal wajib bagi seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini . Hal ini dilakukan untuk menerapkan teori yang didapatkan dalam ruang kuliah dengan di lapangan secara langsung .
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam merampungkan laporan praktikum ini . Ucapan terima kasih ditujukan kepada Dosen, Asisten Dosen , teman-teman serta semua pihak yang telah membantu kami.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan- kekurangannya . Sehingga kami sangat mengharapkan sumbangan pemikiran dari para pembaca . Baik itu berupa saran atau kritik yang sifatnya membangun untuk dapat menyempurnakan laporan seperti ini di masa-masa yang akan datang.
Kami sangat berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan mahasiswa-mahasiswa Teknik pada umumnya demi peningkatan kemampuan kita di bidang Ilmu Ukur Tanah
Bandung, 25 April 2016
PENULIS
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan Praktikum......................................................................................
1.4 Manfaat Praktikum...................................................................................
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori................................................................................................
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu............................................................................................3.2 Alat dan Bahan..................................................................................................3.3 Cara Kerja.........................................................................................................
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Hasil Pengamatan........................................................................................4.2 Analisa Data........................................................................................................
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................5.2 Saran......................................................................................................................LAMPIRAN1. Dokumentasi
2
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini ilmu pemetaan tidak hanya diwajibkan untuk mahasiswa jurusan geodesi Institut Teknologi Bandung, akan tetapi jurusan Pengelolaan Sumber Daya Air juga sudah diberikan kewajiban untuk mengikuti mata kuliah ilmu ukur tanah atau pemetaan. Dalam ilmu ukur tanah, sebelum melakukan eksekusi pembuatan peta, ada data yang harus terlebih dahulu ditentukan di lapangan. Data-data yang dibutuhkan berupa, sudut horizontal, sudut vertikal , sudut azimuth, dan jarak, serta beda tinggi. Alat yang dipergunakan untuk memperoleh data tersebut adalah theodolit. Pengambilan data membutuhkan ketelitian dan akurasi dari setiap pengamat agar data yang diperoleh tepat dan tidak menyimpang atau error. Oleh karena itu dalam melakukan pengamatan atau pengambilan data, membutuhkan tiga pasang mata untuk mengamati titik yang sama. Proses pengambilan data dilakukan dengan cara biasa dan luar biasa. Tujuan pengetahuan untuk membuat peta sangat penting karena pada saat di lapangan setiap engineer harus mampu untuk membaca koordinat, serta membaca peta. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengukur sudut, jarak, dan beda tinggi di lapangan dalam ruang yang relatif sempit. Harapan setelah melakukan proses pengukuran, setiap mahasiswa PSDA mampu memahami ilmu ukur tanah serta mampu mengaplikasikannya pada saat bekerja di lapangan. Hal ini lah yang mendasari penulis melakukan pengukuran tanah, selain merupakan mata kuiah wajib, ilmu ukur tanah juga penting dalam dunia kerja.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menentukan posisi theodolite yang benar, sebelum pengukuran dilakukan?
2. Bagaimana menentukan sudut, jarak alat terhadap titik yang dibidik, dan beda tinggi antara alat dan titik yang di bidik?
3. Apa yang dapat disimpulkan dari pengukuran tersebut? Dan mengapa membutuhkan tiga orang pengamat?
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengukur beda tinggi dengan alat Teodolit.
2. Mengukur jarak dengan alat Teodolit.
3. Mengukur sudut antar titik dengan alat Teodolit
1.4 MANFAAT PRAKTIKUM 2. Mahasiswa dapat menggunakan alat Teodolit di lapangan.
3. Mahasiswa dapat mengukur beda tinggi dengan menggunakan alat Teodolit.
4. Mahasiswa dapat mengukur jarak dengan menggunakan alat Teodolit.
5. Mahasiswa dapat mengukur sudut antar titik dengan menggunakan alat Teodolit
1
BAB IIDASAR TEORI
2.1. DASAR TEORI
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut
mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolite, sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Di dalam pekerjaan-pekerjaan
yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon,
pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti
Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka
theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan
untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi. Theodolit juga dapat digunakan
untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat. Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua
bagian :
1. Bagian atas, terdiri dari :
a. Teropong / Teleskope
b. Nivo tabung
c. Sekrup Okuler dan Objektif
d. Sekrup Gerak Vertikal
e. Sekrup gerak horizontal
f. Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
g. Nivo kotak
h. Sekrup pengunci teropong
i. Sekrup pengunci sudut vertical
j. Sekrup pengatur menit dan detik
k. Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertical
2. Bagian Bawah terdiri dari :
a. Statif / Trifoot
b. Tiga sekrup penyetel nivo kotak
c. Unting-unting
d. Sekrup repitisi
e. Sekrup pengunci pesawat dengan statif
Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:
1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
2
Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan skala
mendatarnya tidak bisa di atur. Theodolit yang di maksud adalah theodolit type T0 (wild) dan type
DKM-2A (Kem).
2. Theodolite Repitis
Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaranmendatarnya dapt diatur dan
dapt mengelilingi sumbu tegak. Akibatnya darikonstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar
0º, dapat ditentukan ke arah bidikan / target yang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dalam
jenis ini adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51(Zeiss).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei.
Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat
(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal
untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar putar mengelilingi
sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca
dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan atau cukup
sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar..
3
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut.
Hari : Senin, 7 Maret 2016
Waktu : 13.00-17.00 WIB
Lokasi : Selasar Geodesi Institut Teknologi Bandung
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum theodolit terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
NO Alat dan Bahan JUMLAH
1 Theodolite Vickers 1 set
2 Rambu ukur 1 buah
3 Kaki tiga (tripot) 1 buah
4 Unting Unting 1 buah
5 Rol meter 1 buah
6 Rompi dan Topi 1 buah
7 Alat tulis dan Buku Secukupnya
4
3.3 Cara Kerja
tidak
ya
tidak
ya
start
Siapkan alat theodolit ( mulai dari mendirikan trivot, memasang theodolit, centering, leveling). Pastikan semua proses persiapan alat sudah benar
Tentukan titik yang akan dibidik, alat yang digunakan adalah simpul yang diletakkan dengan jarak tertentu dari alat.
Sudah benar?
Siapkan rambu yang akan digunakan untuk menentukan bacaan benang atas, benang tengah , dan benang tengah. Pemegang rambu bersiap-siap di belakang titik dengan memegang rambu tanpa menutupi skala.
Proses pembidikan
Pembidikan biasa Pembidikan luar biasa
Arahkan teleskop ke titik yang akan diukur, dengan keadaan alat normal
Arahkan teleskop ke titik yang akan diukur, dengan keadaan alat telah diputar 180 derajat.
Baca hasil yang ditunjukan pada bacaan alat, hasil bacaan yaitu benang atas, bawah, dan tengah, serta sudut horizontal dan sudut vertikal.
Periksa apakah pembacaan benang sudah benar dengan persamaan
Error= BA + BB-(2 x BT)
E=0,2 Cm atau E<0,2 cm ?
selesai
5
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengolahan Data
Keterangan : Tinggi Alat : 130cm
Pengamat 1 : Ega Erlangga
Pengamat 2 : Gloriana Saragih
Pengamat 3 : Hilman Darmawan
Pengolahan Data
1. Menentukan rata-rata BA yang diukur oleh tiga pengamat
Titik 2
BA = 6,14+6,25+6,38
3 =6,26
Titik 3
BA = 6,11+6.23+6.23
3 =6,19
Titik 5
BA = 4,85+4,7+4,81
3 =4,79
2. Menentukan rata rata BB yang diukur oleh tiga pengamat
Titik 2
BB = 7,32+7,39+6.8
3 =7,17
Titik 3
6
No.
Titik
Orang 1 Orang 2 Orang 3
BA BB BT H V BA BB BT H V BA BB BT H V
1 6.42 7.51 6.92 118o 8' 20"
93 o 45'
00" - - - - - - - - - -
2 6.14 7.32 6.84
124 o 3'
00"
93 o 48'
20" 6.25 7.39 6.72
124 o 56'
40" 93 o 43' 0" 6.38 6.8 6.49
129 o 56'
40" 93 o 43' 0"
3 6.11 7.31 6.61
131 o 1'
40"
93 o 38'
40" 6.23 7.43 6.73 131 o 0' 0"
93 o 33'
20" 6.23 6.82 6.43 131 o 0' 0" 93 o 33' 0"
4 6.48 7.81 7.045
138 o 27'
0"
93 o 28'
40" - - - - - - - - - -
5 4.85 6.18 5.42
145 o 35'
0" 94 o 10' 0" 4.7 6.05 5.28 145 o 35' 0"
94 o 11'
40" 4.81 6.22 5.42
145 o 35'
40" 94 o 10' 40"
6 - - - - - - - - - - - - - - -
BB = 7,31+7,43+6,82
3 =7,19
Titik 5
BB = 6,18+6,05+6,22
3 =6,15
3. Menentukan rata rata BT yang diukur oleh tiga pengamat
Titik 2
BT = 6.84+6.72+6.49
3 =6,68
Titik 3
BT = 6.61+6.73+6.43
3 =6,59
Titik 5
BT = 5.42+5.28+5.42
3 =5,37
4. Menentukan rata rata sudut horizontal yang diukur oleh tiga pengamat
Titik 2
H = 124o3 ' 00 +124 o 56' 40+129o56 ' 40 } over {3 ¿ = 126 o 18' 47"
Titik 3
H = 131o1 ' 40 +131 o 0' 0+131o0 ' 0 } over {3 ¿ = 131 o 0' 33"
Titik 5
H = 145o35 ' 0 +145 o 35' 0+145o35 ' 40 } over {3¿ = 145 o 35' 13"
5. Menentukan rata rata sudut vertikal yang diukur oleh tiga pengamat
Titik 2
V = 93o 48 ' 20+93 o 43' 0+93o43 ' 0 } over {3¿ = 93 o 44' 47"
Titik 3
V = 93o38 ' 40+93 o 33' 20+93 o33' 0} over {3 ¿ = 93 o 35' 0"
Titik 5
V = 94 o10 ' 0+94 o 11' 40+94o10 ' 40} over {3 ¿ = 94 o 10' 47"
6. Menentukan Jarak dari Pengamat Ke titik
Titik 2
D = 100 (BA –BB)
= |100 (6,26-7,17)|
= 91 dm
Titik 3
7
D = 100 (BA –BB)
= |100 (6,19-7,19)|
= 100 dm
Titik 5
D = 100 (BA –BB)
= |100 (4,79-6,15)|
= 136 dm
7. Menentukan sudut beta (β)
Sudut antara titik 2 dan 3
β = 131 o 0' 33" - 126 o 18' 47"= 4 o 41' 46"
Sudut antara titik 2 dan 5
β = 145 o 35' 13"- 126 o 18' 47"= 19 o 16' 26"
Sudut antara titik 3 dan 5
β = 145 o 35' 13"- 131 o 0' 33" = 14 o 34' 40"
8. Menentukan beda tinggi
Beda tinggi titik 2 dan 3
Delta H = |BT3-BT2|
= |6,59-6,68|
= 0,09 dm
Beda tinggi titik 2 dan 5
Delta H = |BT5-BT2|
= |5,37-6,68|
= 1,31 dm
Beda tinggi titik 3 dan 5
Delta H = |BT5-BT2|
= |5,37-6,59|
= 1,22 dm
Beda tinggi pengamat dan titik 2
Delta H = |BT2-T|
= |6,68-13|
= 6,32 dm
Beda tinggi pengamat dan titik 3
Delta H = |BT3-T|
8
= |6,59-13|
= 6,41 dm
Beda tinggi pengamat dan titik 5
Delta H = |BT5-T|
= |5,37-13|
= 7,63 dm
Hasil
Berdasarkan data yang diperoleh, hanya titik 2,3, dan 5 yang hanya bisa ditinjau. Berikut
adalah hasil rata-rata pembacaan dari pengamat.
No.
Titik
BA BB BT H V
2 6,26 7,17 6,68 126 o 18' 47" 93 o 44' 47"
3 6,19 7,19 6,59 131 o 0' 33" 93 o 35' 0"
5 4,79 6,15 5,37 145 o 35' 13" 94 o 10' 47"
Jarak dari Pengamat Ke titik
Titik 2
D = 91 dm = 9,1 m
Titik 3
D = 100 dm =10 m
Titik 5
D = 136 dm = 13,6 m
Sudut beta (β)
Sudut antara titik 2 dan 3
β = 131 o 0' 33" - 126 o 18' 47"= 4 o 41' 46"
Sudut antara titik 2 dan 5
β = 145 o 35' 13"- 126 o 18' 47"= 19 o 16' 26"
Sudut antara titik 3 dan 5
β = 145 o 35' 13"- 131 o 0' 33" = 14 o 34' 40"
Beda tinggi
Beda tinggi titik 2 dan 3
Delta H = 0,09 dm = 0,009 m
Beda tinggi titik 2 dan 5
Delta H = 1,31 dm = 0,131 m
9
Beda tinggi titik 3 dan 5
Delta H = 1,22 dm = 0,122 m
Beda tinggi pengamat dan titik 2
Delta H = 6,32 dm = 0,632 m
Beda tinggi pengamat dan titik 3
Delta H = 6,41 dm = 0,641 m
Beda tinggi pengamat dan titik 5
Delta H = 7,63 dm = 0,763 m
4.2 Analisa Data1. Gloriana Saragih (15814010)
Menurut saya masalah utama adalah dalam menenentukan centering dan leveling,
karena belum ada yang ahli dlam bidang ini maka waktu yang dibutuhkan untuk
centering, dan leveling relatif banyak. Sehingga hal ini mengakibatkan
pengambilan data tidak bisa dilakukan secara lengkap oleh ketiga pengamat.
Data hasil bacaan yang diperoleh memang wajar jika berbeda karena setiap orang
memiliki pengamatan yang berbeda-beda, akan tetapi pengamatan seharusnya
tidak jauh berbeda karena bacaan pada alat tidak mungkin mengalami perubahan
jika masih pada titik yang sama.
Saya merasa praktikan harus lebih melatih diri agar terbiasa menggunakan alat
theodolit supaya nanti pada saat di dunia kerja tidak memakan waktu hanya untuk
mengatur alat, sehingga pengambilan data dapat terhambat.
2. Fajar Nugraha (15814011)
Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan dari 3 orang memiliki bacaan yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan terjadinya perbedaan persepsi tiap orang dalam pembacaan skala. Selain itu ada kemungkinan terdapat kesalahan manusia dalam pembacaan skala. Sehingga menghasilkan nilai bacaan yang berbeda-beda tiap orang. Perbedaan pembacaan skala tiap orang dapat berbeda karena bisa jadi lensa skala yang dilihat tiap orang berbeda-beda fokusnya. Atau karena objek yang kita tembak adalah berupa simpul tali yang digantungi unting-unting maka bisa jadi terkena angina sehingga simpul bergerak dan menghasilkan bacaan berbeda tiap orang.
10
Data yang didapatkan hanya pada beberapa titik saja. Hal tersebut dikarenakan pengukuran yang dilakukan pengamat memakan waktu yang lama untuk satu pengamat. Waktu terlama yang dibutuhkan adalah untuk mendirikan alat dan centering. Pengamat yang merupakan amatir dalam pengamatan menyebabkan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk centering
3. Ega Erlangga (15814012)
Didapatkannya hasil yang berbeda tiap pengamat bisa diakibatkan oleh beberapa
faktor. Terdapat beberapa jenis kesalahan yang mungkin terjadi saat pengukuran
atau pembacaan. Pada saat pelaksanaan praktikum terjadi perbedaan hasil, hal ini
dikarenakan salah baca yang dilakukan oleh pengamat, kaliberasi alat yang kurang
sempurna(leveling, centering, dan pelurusan alat), dan sedikit variasi temperatur.
Untuk keberjalanan praktikum tidak begitu lancar, karena hanya data tiga titik dari
enam titik yang harusnya kami dapat. Hal ini dikarenakan belum pandainya
praktikan dalam kaliberasi (pada saat leveling dan centering sangatlah lama), dan
juga praktikan yang belum lihai menggunakan alat, dalam hal ini pembacaan hasil,
sehingga membutuhkan waktu yang tidak sebentar
4. Inggit Nur Sholeha (15814013)
Pada praktikum pertama ini yaitu menentukan beda tinggi, jarak serta sudut antar titik dengan menggunakan Theodolite Vickers . Kesalahan kesalahan pada pengukuran pada theodolite dibagi menjadi 3 :
1. Kesalahan BlundersKesalahan ini terjadi karena : Kurang hati-hati, kurang pengalaman dan kurang perhatian. Sebagai contoh misalnya pengamat 1/2/3 mengalami salah baca benang atau rambu ukur yang terlihat pada alat dan lamanya waktu saat pemasangan alat di lokasi atau si pencatat yang salah mencatat angka.
2. Kesalahan SistematisKesalahan sistematis umumnya terjadi metoda atau cara pengukuran yang salah karena alat ukur yang dipakai itu sendiri. Disini, penyeab terjadinya perbedaan pengukuran karena pengaturan alat tidak sesuai dengan prosedur misalnya saat centering dan kalibrasi nivo. Dan juga penyinaran pada alat acaan tidak merata dikarenakan kondisi cuaca saat praktikum tidak mendukung.
3. Kesalahan AcakKesalahan acak merupakan kesalahan yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Kesalahan ini akan terlihat apabila dilakukan pengamatan
11
berlang-ulang. Kesalahan acak pada praktikum ini adalah kesalahan titik nol rambu, elevasi tanah yang tidak merata, dan psikis pengamat (faktor kelelahan)
Selain itu, seharusnya terdapat faktor koreksi sudut luar biasa namun karena waktu praktikum yang telah usai, akhirnya kami tak dapat melakukan pengukuran sudut luar biasa Menurut saya, seharusnya ada data referensi titik titik detail tersebut sebagai acuan saat praktikum apakah data yang kami peroleh valid atau tidak sehingga meminimalisir nilai koreksi pengukuran.
5. Nafida Silma (15814015)Pengukuran tidak dapat dilakukan sampai selesai dikarenakan proses centering dan leveling yang
menghabiskan waktu yang sangat lama. Proses centering dan leveling yang lama ini terjadi
karena pengamat yang kurang berpengalaman dalam menggunakan alat teodolit tersebut.
Selain itu, terdapat pula kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Hal-hal yang mempengaruhi
kesalahan dalam pengukuran tersebut yaitu karena kesalahan random / kesalahan tak terduga dan
kesalahan acak. Kesalahan tak terduga dapat berupa getaran udara, kondisi tanah tempat berdiri
alat, ataupun kondisi atmosfer di tempat penelitian. Sedangkan kesalahan acak berupa
kekeliruan, kekurang hati-hatian, kekurang hati-hatian atau kelalian pengamat saat melakukan
pengamatan.
6. Hilman Darmawan (15814016)
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengukuran detail situasi dengan menggunakan Theodolit Vickers merupakan pengukuran detail situasi yang memiliki banyak faktor koreksi, karena dengan menggunakan alat ini kesalahannya bisa dibilang sangat banyak. Pengukuran dengan alat Theodolite Vickers ini metodenya ialah menggunakan metode Polygon yang merupakan salah satu metode dari banyak metode pemetaan detail situasi yang paling banyak digunakan. Dengan metode ini, terdapat salah satu keuntungan lain dari metoda polygon, yaitu memungkinkan untuk melakukan penggambaran dan pemetaan bentuk muka tanah. Dari praktikum ini, didapat nilai :
Jarak dari Pengamat Ke titik
Titik 2
D = 91 dm = 9,1 m
Titik 3
D = 100 dm =10 m
Titik 5
D = 136 dm = 13,6 m
Sudut beta (β)
Sudut antara titik 2 dan 3
β = 131 o 0' 33" - 126 o 18' 47"= 4 o 41' 46"
Sudut antara titik 2 dan 5
β = 145 o 35' 13"- 126 o 18' 47"= 19 o 16' 26"
Sudut antara titik 3 dan 5
β = 145 o 35' 13"- 131 o 0' 33" = 14 o 34' 40"
Beda tinggi
Beda tinggi titik 2 dan 3
Delta H = 0,09 dm = 0,009 m
Beda tinggi titik 2 dan 5
Delta H = 1,31 dm = 0,131 m
13
Beda tinggi titik 3 dan 5
Delta H = 1,22 dm = 0,122 m
Beda tinggi pengamat dan titik 2
Delta H = 6,32 dm = 0,632 m
Beda tinggi pengamat dan titik 3
Delta H = 6,41 dm = 0,641 m
Beda tinggi pengamat dan titik 5
Delta H = 7,63 dm = 0,763 m
1.2 SaranSetelah melihat kesimpulan mengenani pengukuran dengan Theodolite Vickers diatas, maka hal-hal yang dapat kita lakukan agar pengukuran dengan menggunakan Theodolite dapat terlaksana dengan baik dan kita dapat meminimalkan kendala-kendala yang mungkin mengganggu adalah :1. Sebelum pengukuran mulai, maka alangkah baiknya apabila membuat sketsa bidang
yang akan diukur tersebut, agar dalam pengolahan data dan penggambarannya kita tidak bingung. Usahakan membuat sketsa itu sejelas mungkin.
2. Sebaiknya datang ke lokasi pengukuran sepagi mungkin , selain masih sepi, cuaca juga teduh, sehingga mendukung pengukuran yang baik. Apabila cuaca panas, maka sebaiknya pengukuran dilakukan dengan dilakukan dengan ditutupi payung. Dan apabila cuaca tidak mendukung ( mendung) maka penyinaran dilakukan dengan konsisten dengan senter agar pembacaan rambu lebih akurat.
3. Agar pengolahan datanya lebih mudah sebaiknya pada pengukuran titik yang pertama ( Centering) sudut Horizontalnya ( HR ) di set sesui dengan sudut jurusan sebenarnya ( sudut jurusan dari tempat berdiri alat ke rambu yang didapat dari perhitungan koordinat )
4. Usahakan Rambu yang digunakan unutuk pengukuran detail berdiri dengan tegak, dan tidak goyang.
5. Lakukan penggambaran dengan baik, sesuai dengan data yang didapat dilapangan. 6. Sebelum alat dipakai, periksa apakah kondisi alat masih bai dan lengkap atau tidak,
14
LAMPIRAN
15
1. Dokumentasi Pemasangan Alat
2. Dokumentasi Pengambilan Data
16
Daftar Pustaka
Evett, B Jack .“Surveying” Univercity Of North Carolina at Charlotte.
Frick, Heize, “Ilmu dan Alat Ukur tanah” Jakarta : Swadaya
Kissam, Philip dan Hill, Graw ”Surveying Practice”, Book Company.
Rais, Jacub. ”Ilmu Ukur Tanah” Diktat Kuliah.
Wongsotjintro, Soetomo. ”Ilmu Ukur Tanah”. Jakarta : Swadaya 1978.
17