laporan ptk pak irpan
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Latar Belakang masalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian
pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru,
memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru
pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru)
mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan
bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki
situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk
mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar berarti
sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.
Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat
berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan
PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di
kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa
orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan
diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas. PTK memeliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :
1. Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian
tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.
2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu
tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data
yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
1

3. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi
dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk
digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat
lain yang konteksnya mirip.
4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku
perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda,
yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti pula.
5. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran
menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang
diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal
yang diteliti.
6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu
terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain
demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau
tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru;
menggarap masalah-masalah besar.
8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang
pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi
kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel
secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik
yang sederhana, bukan yang rumit.
10. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih
baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan
menguji hipotesis.
PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam
rangka: 1) meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, 2) meningkatkan
partisipasi siswa dalam belajar, 3) menerapkan pendekatan belajar-mengajar
inovatif, dan 4) mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-mengajar.
PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam
2

rangka: 1) menerapkan berbagai metode mengajar, 2) mengembangkan
kurikulum, 3) meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan 4) memperbaiki
metode evaluasi. PTK yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan
sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka pengembangan
pemanfaatan 1) model atau peraga, 2) sumber-sumber lingkungan, dan 3)
peralatan tertentu. PTK sebagai wahana peningkatan personal dan profesional
dapat dilakukan dalam rangka 1) meningkatkan hubungan antara siswa, guru,
dan orang tua, 2) meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar, 3)
meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta 4) meningkatkan kompetensi
guru secara profesional.
Bahasa dalam bahasa inggris disebut Language yang berasal dari
bahasa latin yang berarti “lidah”.Secara universal pengertian bahasa ialah
suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran.Ujaran inilah yang
membedakan manusia dari mahluk lainnya.Dengan ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang yanta atau tidak,yang berujud atau yang kasat
mata,situasi dan kondisi yang lampau,kini,maupun yang akan
dating.Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang manusia atau
lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa
sifat yakni,sistematis artinya bahasa diatur oleh system.Setiap bahasa
mengandung dua system yaitu system bunyi dan system makna.Bunyi
merupakan suatu bersifat fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra
kita,mana suka,ujar,manusiawi dan komunikatif.
Bahasa disebut mana suka karena unsure-unsur bahasa dipilih
secara acak tanpa dasar.Bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa
yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media
tulisan.Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa menjadi fungsi
selama manusia yang memanfaatkannya,bukan mahluk lainnya.Bahasa
disebut sebagai alat komunikasi karena fungsi bahasa sebagai penyatu
keluarga,dan bangsa dalam segala kegiatannya.
Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau perubahan
kapabilitas yang relative permanen sebagai hasil pengalaman.Belajar
3

melalui proses yang relative terus menerus dijalani dari berbagai
pengalaman.Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut
belajar.(Robert M.Gagne,1984,The Condition of learning and Theory of
instruction).Belajar juga merupakan kegiatan yang kompleks.Artinya,di
dalam proses belajar terdapat berbagai kondisi yang dapat menentukan
keberhasilan belajar.Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
adalah berbagai kondisi yang berkaitan dengan proses belajar yakni
kondisi eksternal dan kondisi internel.
Pembelajaran bahasa adalah proses member rangsangan belajar
berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan
berbahasa.Kemampuan berbahasa dalam arti luas adalah kemampuan
mengorganisasikan pemikiran,keinginan,ide,pendapat atau gagasan dalam
bahasa lisan.
Guru professional adalah guru yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan,bertanggung jawab,serta mampu
melaksanakan tugas dang fungsinya seoptimal mungkin.Profesi guru
bukan sekedar profesi intelektual semata.Profesi guru adalah profesi
nominative,yaitu profesi yang didukung oleh seperangkat norma yang
harus dijadikan landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
yang dipikulnya.
Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kemampuan
sesuai dengan profesi yang disandangnya.Guru harus mampu
mendidik,mengajar dan melatih.Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup,mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,sedangkan melatih
berarti membina keterampilan,minat dan bakat siswa.Seorang guru yang
berkualitas mampu memilih,menyajikan,dan mengevaluasi bahan atau
materi,serta membimbing,dan mengarahkan siswa dengan baik.
Guru yang telah berpengalaman melakukan penelitian tindakan kelas
mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang
mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut
dengan guru yang lain.Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman
4

dalam PTK. Guru tersebut mungkin belum dapat secara langsung
mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti bersama guru.
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) adalah program
kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan
kemampuan professional guru Sekolah Dasar dalam mengelola
pembelajaran.Artinya,guru sekolah dasar tidak saja bertanggung jawab
mengajar lima bidang studi sebagai guru kelas di sekolah dasar,tetapi juga
harus terampil mengelola dan memperbaiki atau meningkatkan proses
pembelajaran diberbagai tingkatan kelas di sekolah dasar.
Sehubungan dengan kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu
meningkatkan kualitas proses belajar siswa melalui peningkatan kualitas
kemampuan professional guru,maka semua guru harus melalui proses
pembelajaran yang memungkinkan guru menemukan dan memecahkan
permasalahan pembelajaran di kelas masing-masing yang berlandaskan
pada kaidah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Selain itu,sebagai seorang
guru yang harus menguasai salah satu kompetensi utama guru,yaitu
mengembangkan keperibadian dan keperopfesionalan yang dapat menilai
kinerjanya sendiri dengan strategi yang tepat.Alat yang yang digunakan
untuk menilai kinerja seorang guru adalah penelitian tindakan kelas
(PTK).
Guru yang sudah mempuyai banyak pengalaman dalam mengajar
tersebut ada yang mencerminkan keberhasilan dan ada yang merupakan
kegagalan.Namun demikian,dalam kontek PTK kegagalan inilah yang
ingin diperbaiki,sehingga kemampuan guru mengajar benar-benar menjadi
lebih baik.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan seyoyanya seorang
guru memiliki pengalaman belajar sebagai berikut :
1. Mengkaji ulang konsep penelitian tindakan kelas.
2. Berlatih unjuk kerja (merancang,melaksanakan,dan melakukan
penilaian perbaikan pembelajaran).
3. Menemukan kekurangan,kelemahan,masalah dalam pembelajaran dan
memperbaikinya dengan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas.
5

4. Berlatih mempetanggungjawabkan keputusan atau tindak perbaikan
pembelajaran secara ilmiah.
Pembahasan tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
pembahasan kita tentang sebuah proses di mana guru (kadang-kadang
siswa) membantu siswa perubahan siswa kea rah yang lebih
baik.Perubahan yang dimaksud tidak hanya menyangkut penguasaan
pengetahuan tetapi juga pengembangan berpikir tetapi juga bentuk-bentuk
keterampilan lainnya,pembentukan sikan dan pemahaman serta
menjajakkan perasaan dan pengembangan nilai-nilai,perubahan-perubahan
tersebut menggambarkan tujuan-tujuan pengajaran.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan pendidikan atau
pengajaran perlu dilakukan evaluasi.Evaluasi adalah serangkaian kegiatan
yang di rencanakan dan dilakukan secara sistematis untuk mengetahui
smpai sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai.
Seperti halnya dengan mata pelajaran lainnya maka matematika dan
bahasa Indonesia SD pun harus dinilai keberhasilannya.Penilaian terhadap
kemajuan siswa kea rah pencapaian tujuan yang diharapkan merupakan hal
yang esensial jika guru ingin membantu siswa belajar.
Mata pelajaran matematika dan Bahasa Indonesia di sekolah Dasar
memiliki peran yang sangat penting bagi siswa baik dalam satu Lingkup
Sekolah mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi
dalam pembelajaran matematika siswa tidak hanya menghafal konsep-konsep
saja, terutama dalam bentuk hitung-menghitung bentuk. tes-tes saja, akan
tetapi penguasaan terhadap konsep matematika tersebut dapat di terapkan
dalam kehidupan yang lebih bermakna.
Kondisi yang dapat dilihat, siswa hanya mampu menjawab soal-soal
yang hanya konsep-konsep teoritis akan tetapi bila dihadapkan pada
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari tampak sesuai dengan penerapan
konsep matematika. Apa artinya siswa dapat memahami konsep tanpa bisa di
aplikasikan pada kehidupan yang nyata.
Keadaan seperti ini perlu mendapatkan perhatian yang serius karena
siswa akan dihadapkan pada kenyataan yang riil ( Nyata ), yang dari konsep
6

matematika tersebut dapat diterapkan, terutama pada kegiatan yang
membutuhkan hasil nyata dari proses pembelajaran di kelas.
Pada setiap ulangan, pembelajaran yang berhasil di tunjukan oleh
siswa dengan penerapan konsep matematika dalam soal cerita, anak selalu
mcngalami kesulitan sehingga dari 18 siswa, hanya 9 yang dapat menjawab
soal dengan benar.
Rendahnya pemahaman siswa perlu mendapat perhatian sehingga
nantinya siswa mendapat kompetensi dasar yang betul-betul berdaya
guna. Guru sebagai penentu pada jenjang pendidikan dasar yang
menghantarkan peserta didik untuk menguasai materi keterampilan
minimal yang terdapat dalain kurikulum harus berupaya mencari solusi
dalam memecahkan masalah tersebut.
Ada beberapa cara yang pernah dilakukan, salah satu diantaranya
adalah melalui Penelitian Tindak Kelas ( PTK ) sebagai salah satu jalan yang
ditempuh dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
Masalah mendasar yang sering dikeluhkan adalah mengenai
kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia masih rendah dan
kurang diterapkan di lingkungan sekolah. Hal ini dilihat dari keseharian
siswa yang dalam berkomunikasi masih banyak yang menggunakan bahasa
daerah ( Bahasa Ibu ).
Rendahnya minat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas
menyebabkan terganggunya interaksi antara guru, siswa dan materi pelajaran
yang menyebabkan interaksi tidak akan berjalan lancar karena siswa dalam
keadaan pasif'.
Siswa tidak berkeinginan bertanya atau mengeluarkan pendapat.
Demikian juga interaksi antara siswa dengan materi yang disajikan tidak
juga berjalan dengan baik karna siswa seolah-olah jenuh dengan materi
tersebut.
Laporan ini disusun berdasarkan masukan-masukan dan temuan-temuan
dari teman-teman sejawat yang ditemukan saat merancang kegiatan perbaikan
selaima pelaksanaan pembelajaran. Observasi serta diskusi pelaksanaan
perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam 2 siklus Penelitian Tindakan
7

Kelas untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.
2. Identifikasi Masalah.
Dalam beberapa kali diadakan hanya 9 orang dari 18 siswa
kelas IV SDN 3 Perian Kecamatan Montong Gading yang mcncapai
tingkat penguasaan 70% keatas pada pelajaran matematika. Dan dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia 8 orang yang mendapat 70% keatas.
Dari hal tersebut, sangat perlu dicarikan solusi pemecahannya. dari
hasil diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa masalah yang
terjadi dalam pembelajaran matematika.
a. Tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran masih kurang utamanya soal-
soal matematika yang berhubungan dengan soal cerita.
b. Rendahnya kemampuan siswa terhadap maksud soal cerita.
c. Siswa tidak dapat mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru.
d. Guru kurang memberikan bimbingan yang intensif dalam pembelajaran
e. Pembelajaran masih abstrak.
Masalah yang terjadi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
I. Rendahnya tingkat penguasaan materi pelajaran Bahasa Indonesia
2. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru
3. Siswa kurang bergairah dalam pelajaran
4. Guru rnembutuhkan strategi pembelajaran yang tepat
3. Analisa Masalah
Dengan berdiskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan beberapa
indikator menyebabkan siswa tidak dapat menjelaskan soal-soal yang
berhubungan pemecahan masalah adalah :
- penjelasan guru belum maksimal
- Penyampaian materi yang masih abstrak
- Pemberian contoh yang masih kurang
- Kurang pemahaman terhadap masalah soal
- Kurang perhatian siswa karena kurang minat - Kurang aktifnya siswa dalam
pembelajaran
8

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan temuan tersebut peneliti menitik beratkan pada perbaikan
bagaimana meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematika
dan Bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari melalui pemberian soal ccrita, contoh-contoh serta latihan
yang memadai. Demikian juga dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Agar nantinya siswa dapat memahami materi pembelajaran
2. Memperbaiki dan meningkatkan mutu perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
3. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru.
4. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah
pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
5. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan
masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi
siswa dan kelas yang diajarnya.
6. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi
pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang
dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran.
7. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan
inovatif guru.
8. Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis
penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas,
bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.
Adanya tujuan dari perbaikan ini, agar nantinya siswa dapat memahami
materi pembelajaran dan guru dapat memperbaiki pembelajarannya sehinggta
hasil belajar yang diharapkan dapat terwujud.
9

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun manfaat penelitian perbaikan pembelajaran
1. Bagi siswa, penelitian perbaikan ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dan
meningkatkan prestasi belajar.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam
meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan
meningkatkan kemampuan dasar guru dalam menerapkan pembelajaran.
3. Bagi guru mempunyai otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya.
4. Membantu guru memperbaiki pembelajaran.
5. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
6. Meningkatkan rasa percaya diri bagi guru.
7. Membantu guru berkembang secara professional.
8. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan
guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK
yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk
berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat
di jurnal ilmiah.
9. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan
menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung
professionalisme dan karir guru.
10. Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru
dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama
memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
11. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum
atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal,
sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi
kebutuhan siswa.
12. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
10

di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat
meningkatkan.
13. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,
menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi,
metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran
demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Gagne menempatkan alat praga sebagai komponen sumber,dia
mendifinisikan alat peraga sebagai “ komponen sumber belajar di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.Briggs berpendapat bahwa
harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi supaya terjadi proses
belajar.Karena itu Briggs mendifinisikan alat peraga sebagai “ wahana fisik yang
mengandung materi pembelajaran.Wilbur Schraman tampaknya melihat alat
peragadalam penidikan sebagai sebagai suatu teknik untuk menyampaikan
pesan.Oleh sebsb itu dia mendifinisikan alat peraga sebagai “teknologi pembawa
informasi atau pesan pembelajaran”.Yusuf Adi Miarso melihat alat peraga
secara makro dalam keseluruhan system pendidikan sehingga definisinya
berbunyi: “segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar”.
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah
proses penerimaan materi pelajaran yang disampaikan pendidik dan sudah
barang tentu akan mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan
pembelajaran.Hal ini dikarenakan peserta didik akan lebih termotivasi dalam
dalam mempelajari suatu materi bahasan.
Djahiri (1992):1) menyatakan bahwa media pengajaran adalah alih ujud
daripada bahan ajar dan atau target hasil dan proses belajar yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (message),merangsang pikiran
perasaan,perhatian,dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses
belajar.
Sadiman dkk (1993):6) menyatakan bahwa media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Danim (1995:7) menyatakan bahwa media pendidikan merupakan
seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik
dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.
Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar ((PBM)
SD (1993:20) dinyatakan bahwa media pengajaran adalah sesuatu yang
digunakan dalam proses untuk memudahkan,memperlancar dan memudahkan
12

hasil proses kegiatan belajar siswa dan pencapaian suatu pengajaran.
Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan,
alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud
agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung
secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media
pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa
mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat
menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang
kegiatan belajar siswa.
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.
Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Heinich, Molenda, Russel
(1996:8) menyatakan bahwa : “A medium (plural media) is a channel of
communication, example include film, television, diagram, printed materials,
computers, and instructors. (Media adalah saluran komunikasi termasuk film,
televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur). AECT (Assosiation
of Education and Communication Technology, 1977), memberikan batasan media
sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. NEA (National Education Assosiation) memberikan batasan media
sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatanya.
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara
atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan
batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani
(1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses
penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 :
136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
13

penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Banyak batasan tentang media, Association of Education and
Communication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et
al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak
utama dalam proses belajar -siswa dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula
mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari
guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media.
Heinich, et.al., (1993) memberikan istilah medium, yang memiliki pengertian
yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media
komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media
pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994)
bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan
komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal.
Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam
Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa
media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video
recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer
adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education Association
-NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas,
maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan
14

isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian
rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar,
seperti: enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau
gambar), dan symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya
interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dialami
sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk
memahami apa dan bagaimana mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman
langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara langsung mengerjakan
atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic, pemahaman tentang
mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video.
Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat
membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat
orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang
dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan
memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu
mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau
elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi
visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat
memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap
dan retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan
adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat visual
lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang membuat
media tersebut kurang memperhatikan aspek disainnya, pengembangan
pembelajarannya, dan evaluasinya.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi
komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi
sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media
pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan
15

belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan
media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh
media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya
kurang efisien). Dengan kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan
lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada
saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang
menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(kongkret) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian
melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang
verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media pembelajaran
sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media akan dapat
merangsang keterlibatan beberapa alat indera. Di samping itu, memberikan solusi
untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat keabstrakan pengalaman yang
dihadapi pebelajar. Kenyataan ini didukung oleh landasan teori penggunaan media
yang dikemukakan oleh Edgar Dale, yaitu teori Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s
Cone of Experience) seperti Gambar 1 di bawah. Teori ini merupakan elaborasi
yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner.
Sudjana (1991:2) menyatakan bahwa media pengajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya
diharapkan dapat mempertinggi proses belajar siswa.Berikut adalah alas an-
alasan mengapa media dapat mempertinggi proses belajar siswa :
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran yang lebih
baik.
3. Metode pengajaran akan lebih bervariasi,tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga,apabila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,sebab tidak hanya
16

mendengarkan uraian guru,tetapi juga aktivitas lain,seperti
mengamati,melakukan,dan mendemonstrasikan.
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium”,secara harfiah berarti perantara atau pengantar.Association for
education and communication technology (AECT) mengartikan kata “media”
sebagai segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses informasi.
Natonal Education Association (NEA) mendifinisikan media sebagai
segala benda yang dapat dimanipulasikan,dilihat,didengar,dibaca atau dibicarkan
beserta instrument yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.Sedangkan
HEINICH,dkk (1982) mengartikan istilah media sebagai “ The term refer to
anything that carries information between a source and a receiver.
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan
istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional
materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia
pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media
pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf “e”
merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat
elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web sebagai
bahan ajar online.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang
pengertian media yaitu
1. orang, material, atau kejadian yang dapat menciptakan kondisi sehingga
memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterapilan, dan sikap yang
baru, dalam pengertian meliputi buku, guru, dan lingkungan sekolah (Gerlach dan Ely
dalam Ibrahim, 1982:3)
2. saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber
(pemberi pesan) dengan penerima pesan (Blake dan Horalsen dalam Latuheru,
1988:11)
3. komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan
kepada pembelajar bisa berupa alat, bahan, dan orang (Degeng, 1989:142)
4. media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan
pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pildran, perasaan,
perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar
17

mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan
(Sadiman, dkk., 2002:6)
5. alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi, yang terdiri antara
lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto,
gambar, grafik, televisi, dan komputer (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2002:4)
6. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran
adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan
anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah dicita-citakan.
Anggoro M Toha, dkk ( 2007 ) Metode Penelitian. Jakarta :
Universitas
Terbuka Dari kegiatan Penelitian banyak ditemukan ditemukan pendapat
para ahli antara lain Benjamin Bloom ( 1956 ). Keberhasilan belajar.
Seorang siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar di sekolah bila ia
dapat menunjukkan keberhasilan belajar dalam tiga ranah:
1. Ranah Kognitif meliputi keberhasilan dalam kemampnaui berpikir
(mengingat, memahami atau menerapkan materi pelajaran).
2. Ranah Afektif (dapat dilihat dari besarnya minat siswa dalam mengikuti
pelajaran atau dari keterlibatannya dalam diskusi kelas).
3. Ranah Psikomotor (dapat ditinjau dari keberhasilan siswa dalam bidang
olahraga atau dalam pelajaran kesenian dan keterampilan )
Setiawan Denny, dkk (2008: 4-6). Penelitian. Jakarta: UT
Hasil Penelitian membuktikan bahwa 17% pengetahuan seseorang diperoleh
dari pendengaran dan 81% dari penglihatan. Sedang 20% kemampuan daya ingat
diperoleh dari penggunaan pendengaran dan 50% dari apa yang dilihat.
Winata Putra ( 2007 1.14 ) Media Pembelajaran Jakarta: UT
Bahwa ciri-ciri media pembelajaran adalah kegiatannya mendukung
proses belajar siswa. adanya interaksi antara individu dengan sumber belajar
serta memiliki komponen-komponen tujuan, materi, proses dan evaluasi yang
saling berkaitan.
Wardani Igak dkk (2007 : 2-6) Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).
Jakarta : UT
18

Dari hasil temuan juga dapat di ketahui bahwa langkah-langkah dalam
Penelitian Tindak Kelas (PTK) merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari
:
1. Merencanakan perbaikan
2. Melaksanakan tindakan
3. Mengamati dan
4.Melakukan refleksi
Santoso,Puji dkk ( 2008 ) Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
SD. Jakarta: UT.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar Bahasa antara lain :
1. Kondisi eksternal adalah factor di luar diri murid seperti lingkungan
sekolah, guru, teman sekolah, keluarga, orang tua, dan masyarakat.
2. Kondisi Internal adalah factor dari dalam diri murid yang terdiri atas
a. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
b. Materi yang memadai untuk memancing aktivitas siswa.
c. Adanya strategi dan aspek-aspek jiwa anak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,strategi bermakna rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.Di dalam proses
pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan baik.Dalam Bahasa Inggris Strategy,artinya adalah
siasat.Pengertian strategi pembelajaran adalah urutan langkah atau prosedur yang
digunakan guru untuk memberikan suasana pada siswa dalam mencapai tujuan
belajarnya.
T.Raka Joni (1983) memberikan definisi tentang strategi pembelajaran
adalah pola umum perbuatan guru-siswa untuk mewujudkan agar proses belajar-
mengajar itu dapat terjadi secara efektif dan efisien.
Strategi atau metode pembelajaran harus disesuaikan dengan materi
pelajaran. Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat
yakni, sistematik, mana suka, ujar manusiawi dan komunikatif.
Metode dalam bahasa inggris adalah method artinya cara.Dalam
kaitannya dengan pembelajaran metode adalah cra yang digunakan guru atau
siswa dalam mengolah informasi yang berupa pakta,data atau konsep pada
19

peristiwa belajar mengajar yang mungkin terjadi dalam strategi.
Jadi penggunaan Strategi I metode dan Alat Bantu Pelajaran (ABP) yang
tepat merupakan langkah keberhasilan yang mutlak dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
20

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian pada bab III ini adalah :
1. Tempat
Tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 3 Perian
Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur.
2. Waktu penelitian adalah tanggal 25 April untuk pelaksanaan
siklus I pada mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia
dan tanggal 28 April 2011 untuk pelaksanaan siklus II pada
mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia.
3. Mata Pelajaran
a. Mata pelajaran Matematika.
Mata pelajaran matematika berfingsi untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan dan symbol-simbol serta ketajaman
penalaran yang dapat membantu memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari.Mata pelajaran matematika di sekolah dasar berisi
bahan pelajaran yang menekankan agar siswa
mengenal,memahami,serta mahir menggunakan bilangan
dalam dalam kaitannya dengan praktik dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Mata pelajaran bahasa Indonesia berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bernalar,berkomunikasi,dan
mengungkapkan pikiran dan perasaan,serta membina
persatuan dan kesatuan bangsa.Mata pelajaran bahasa
Indonesia di sekolah dasar berisi bahan pelajaran untuk
21

mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar
penggunaan bahasa yang meliputi :
mendengarkan,berbicara/bercerita,membaca,dan
menulis/mengarang dan menggunakan tata bahasa yang
baku.
c. Kelas yang menjadi objek penelitian adalah kelas IV SDN
Perian Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok
Timur.
d. Karakteristik siswa.
Menurut Dick & Carey (1990),karakteristik siswa yang harus
diidentifikasi guru adalah tingkat kemampuan,pengalaman
sebelumnya,minat,motivasi,dan harapan terhadap
pembelajaran.Dengan memperhatikan karakteristik siswa yang
kita hadapi,kita akan dapat merancang kegiatan pembelajaran
yang sesuai bagi mereka sehingga tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dpat dikuasai dengan optimal.Kemampuan
awal dan karakteristik siswa dapat digunakan guru sebagai
jembatan untuk menguasai kemampuan baru.
B. Deskripsi Persiklus
1. Perencanaan
Sebelum memasuki ruang kelas untuk mengajar,guru harus melakukan
kegiatan persiapan yang diantaranya adalah kegiatan menyusun
perencanaan pembelajaran atau rancangan pembelajaran.Seorang guru
professional harus dapat mempertanggungjawabkan pembelajaran yang
dikelolanya.Untuk mengelola pembelajaran dengan baik,guru harus
merencanakan setiap tahapan pengelolaan pembelajaran yang akan
dilakukan sehingga guru perlu menyusun rencana pembelajaran secara
sistematis.Dalam kaitannya dengan persiapan perbaikan pembelajaran
22

guru juga harus berlatih merencanakan perbaikan pembelajaran di kelas
sendiri.Pada prinsipnya,komponen-komponen dalam rencana perbaikan
pembelajaran sama dengan rencana pembelajaran sehari-hari.Namun
demikian,agar terlihat rencana guruuntuk memberikan tindakan
perbaikan,hal ini perlu dituangkan dalam RPP,dijelaskan secara singkat
strstegi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang diintegrasikan ke dalam
kegiatan inti pada komponen kegiatan belajar mengajar (KBM) atau
langkah pembelajaran
a. Rencana perbaiakan pembelajaran mata pelajaran Matematika.
1. Siklus I tanggal 25 April 2011
2. Siklus II tanggal 28 April 2011
b. Rencana perbaikan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1. Siklus I tanggal 25 April 2011
2. Siklus II tanggal 28 April 2011
2. Pelaksanaan.
Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun
dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan
tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik
pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara
beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas
perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.
Tahap ini juga merupakan tahap kegiatan guru dalam
melaksanakan atau mengelola pembelajaran.Dalam perbaikan
pembelajaran ini, penulis di bantu teman sejawat yang mengajar di
kelas IV untuk mengamati dan mensupervisi atas persetujuan Kpala
Sekolah. Hal ini berdasar atas permasalahan yang sedang dihadapi serta
masukan dan saran, tmuan dari teman sejawat, maka dapat disusun
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
a. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran Matematika
1. Kegiatan Awal.
Seorang guru yang ingin maju dan berhasil,selalu
23

menginginkan yang terbaik dan mendekati sempurna .Pada
kegiatan awal ini guru dapat memotivasi siswa dengan menarik
minat siswa terhadap topic atau materi yang akan
disampaikan.Selain itu,guru perlu menyampaikan target atau
tujuan yang harus dicapai oleh siswa melalui kegiatan
pembelajaran dan juga scenario kegiatan pembelajaran yang harus
dilalui siswa.Pada tahapan ini,guru dapat melakukan pre tes
dengan cara lisan atau tertulis untuk mengetahui tingkat
pengetahuan siswa terhadap materi yang akan disampaikan
guru.Walaupun begitu,tidak selalu guru harus melakukan seluruh
komponen membuka kelas atau kegiatan awal dalam suatu kali
pembelajaran.Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi
pembelajaran.Guru menggali berbagai pengalaman siswa sehari-
hari dengan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai setelah proses pembelajaran selesai.
2. Kegiatan Inti.
Dalam kegiatan ini hal yang biasa dikerjakan guru
dalam mengelola pembelajaran inti adalah dengan menjelaskan
suatu konsep atau prinsip atau dalil topic tertentu.Namun
demikian,guru dapat memulai dengan Tanya jawab atau
meminta siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan suatu
masalah.Adapun yang dilakukan guru juga adalah sebagai
berikut :
a. Guru sebagai fasilitator menyajikan materi belajar terlebih
dahulu mengambil sebuah apel kemudian membagi apel tersebut
menjadi beberapa bagian dan siswa diminta menyebutkan
banyak bagian bagian tersebut dengan pemecahan.
b. Dilanjutkan dengan pemberian contoh penjumlahan dengan
bilangan pecahan yang penyebutnya sama dan dilanjutkan
dengan bilangan yang berpenyebut tidak sama.
24

c. Siswa secara kasikal atau kelompok dibimbing oleh guru
untuk memahami konsep penjumlahan.
d. Beberapa siswa maju secara bergiliran untuk menyelesaikan
penjumlahan.
e. Setelah semua konsep dijelaskan guru yang disertai contoh soal
dalam bentuk, angka, guru mencoba dengan contoh soal cerita
sederhana.
f. Secara klasikal guru mengajukan pertanyaan kepada siswa
mengenai maksud soal cerita yang diberikan. Kemudian
dilanjutkan dengan bagaimana penyelesaian. Guru sebagai
pembimbing.
g. Bersama-sama siswa dan guru menyelesaikan soal cerita dan
siswa diberikan kesempatan menanyakan hal-hal yang belum
jelas.
3. Kegiatan Akhir.
Guru dapat melakukan aktivitas merangkum materi atau
menyimpulkan pembelajaran bersama-sama siswa.Selain itu,guru dapat
melihat ketercapian tujuan atau kompetensi dengan memberikan tes
baik secara lisan atau tertulis.Kegiatan tersebut diikuti dengan kegiatan
pemberian umpan balik dan penugasan jika diperlukan dan siswa
menyelesaikan soal-soal dan guru memeriksa hasil evaluasi
4. Evaluasi
Tahap evaluasi ini secara umum bertujuan agar guru mengetahui
sejauh mana taraf keberhasilan proses pembelajaran.Secara
khusus,evaluasi ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar
siwa.Evaluasi yang baik haruslah memiliki alat ukur yang tepat,dapat
dipercaya,dan memadai.Pada pelaksanaannya evaluasi atau
pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara tes tertulis,tes lisan
ataupun tes praktik.
Pada hakekatnya evaluasi merupakan laporan akhir dari proses
25

pembelajaran,khususnya laporan mengenai kemajuan dan prestasi
belajar siswa.Oleh karena itu,dapat dikatakan bahwa evaluasi
merupakan pertanggung jawaban guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
5. Tindak Lanjut.
Tahap tindak lanjut ini proses pembelajaran bertujuan untuk
promosi dan reabilitas.Promosi merupakan penetapan untuk
melangkah dan meningkatkan keberhasilan belajar siswa yang
bentunya berupa melanjutkan bahasan atas materi pembelajaran
dan keputusan tentang kenaikan kelas.Sedangkan rebilitasi
merupakan perbaikan atas kekurangan yang telah terjadi dalam
proses pembelajaran,khususnya apabila terjadi tingkat
keberhasilan siswa yang kurang memadai atau berada di bawah
bats lulus.Bentuk reabilitas dalam pembelajaran dikenal dengan
istilah pengajaran remedial.Pengajaran remedial ini bertujuan
untuk memperkuat penguasaan atau memperbaiki kekurangan
yang telah dialami siswa tertentu dalam kegiatan belajar
sebelumnya,bentuknya dapat berupa perbaikan pembelajaran yang
ada kaitannya dengan penelitian tindakan kelas (PTK).
Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dengan belajar yang
ra.jin.
b. Langkah-langkah perbaikan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1. Kegiatan Awal
Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan materi pelajaran yang diajarkan atau yang ada hubungannya
dengan pengalaman sehari-hari baik yang didengar, dilihat maupun
yang dilakukan sendiri oleh siswa saat di sekolah, di rumah atau di
tempat lain.
26

2. Kegiatan Inti.
a. Guru menyiapkan dan membagikan kertas folio.
b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
c. Siswa mengidentifikasi tokoh yang akan diperankan
d. Siswa menentukan isi percakapan
e. Siswa melengkapi percakapan yang belum selesai dengan
menggunakan ejaan yang tepat
i. Siswa memerankan tokoh didepan kelompok lain
g. Kelompok lain menanggapi
h. Guru merefleksi proses tersebut sebagai hasil pembela .jaran.
3. Kegiatan Akhir.
Dilaksanakan saat pembelajaran berlangsung dimana siswa
memerankan tokoh yang telah ditentukan.
No Aspek Yang Dinilai Patokan Nilai Nilai1 Kesesuaian peran 1 - 102 Mimik, Intonasi, jeda 1 - 103 Kelancaran 1 - 104 Keaktifan 1 - 10
4. Tindak lanjut.
Guru memotivasi siswa untuk sering berlatih membaca,
berdialog baik di rumah maupun disekolah atau dengan melihat
dialog dan sinetron di TV sehingga kemampuan berkomunikasi siswa
menjadi lancar.
3. Pengamatan.
Dari hasil observasi teman sejawat ketika perbaikan pembelajaran
berlangsung pada kedua mata pelajaran tersebut yaitu Matematika dan
Bahasa Indonesia, guru telah menyajikan materi pelajaran dengan
menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi dan
menyenangkan. Mengenai soal yang berhubungan dengan dialog,
siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai teks.
27

Adapun lembar pengamatan kegiatan perbaikan pembelajaran adalah
sebagai berikut :
No Perilaku guru yang diobservasiKemunculan
KomentarAda Tidak Ada
1
KETEPATAN PELAKSANAAN SEKENARIO PEMBELAJARAN Skenario pembelajaran dalam
penyampaian materi pelajaran terlihat cukup jelas,dan tepat sesuai dengan apa yang tertulis dalam rencana pembelajaran mulai dari tujuan,materi,pengelolaan kelas,sampai kegiatan akhir yaitu evaluasi.
Ada Siswa
merasa
senang
karena
hasil
percobaan
yang
dilakukan
sangat
baik dan
materi
pelajaran
yang
diberikan
cukup
menyenan
gkan dan
siswa
merasa
puas.
2
KETERLIBATAN SISWA SELAMA PROSES PEMBELAJARAN(Bertanya perhatian proses belajar mengajar suasana kelas) Selama proses belajar mengajar
berlangsung siswa sangat antusias dalam bertanya,penuh perhatian dalam mendengarkan penjelasan tentang materi pelajaran siswa kelihatan aktif, suasana kelas menjadi lebih hidup dan terkontrol dengan baik.
Ada
3
PERILAKU MENGAJAR GURU YANG POSITIF Penampilan guru dalam mengajar
sangat antusias baik dari segi suara,keramahan terhadap siswa dan penjelasan yang cukup jelas serta arahan dan bimbingan terhadap siswa,guru selalu menghargai setiap pertanyaan dan jawaban yang agak berbeda antara siswa.
Ada
4. Refleksi.
Refleksi adalah kegiatan merenung atau mengingat dan menghubung-
hubungkan kinerja yang telah,sedang atau akan terjadi dalam
28

pembelajaran.Refleksi ini dapat dilakukan sendiri-sendiri atau bersama-
sama dalam bentuk diskusi (Schmuck A.Richard.1997).Tujuan refleksi
adalah untuk menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki guru dalam
kegiatan pembelajaran yang dikelolanya.Pada tahap ini dilakukan refleksi
berupa perenungan kajian, serta analisis terhadap tindakan. Refleksi
dilakukan setiap selesai tindakan bersama teman sejawat (observasi
untuk melihat kemajuan dan kelemahan yang muncul selama tindakan
baik dengan sasaran guru, maupun siswa). Hasil refleksi selanjutnya
menjadi dasar perbaikan terhadap rencana pada tindakan siklus
selanjutnya.
Kemampuan dan kemauan untuk melakukan refleksi akan berperan
dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas.Refleksi yang dilakukan
secara benar dan sungguh-sungguh akan mampu memunculkan
pengalaman (baik berupa penemuan masalah pembelajaran baru maupun
berupa keberhasilan pembelajaran yang actual dan dihayati oleh guru).
Setelah diadakan siklus II yang diikuti,dengan kelas yang
dilakukan sesuai dengan perencanaan dan skenario pembelajaran,maka
proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sempurna serta suasana
kelas yang kondusif.
29

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI PERSIKLUS.
Dari hasil evaluasi terhadap siswa kelas IV sebelum dan sesudah
dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat
diperoleh data sebagai berikut:
1. Hasil pengolahan data mata pelajaran Matematika.
NO NAMA SIKLUS I SIKLUS II KET
1 Fathurrozi 40 70
2 Zaenul Arifin 50 70
3 M.Pajri 60 75
4 Rohimah 54 90
5 Pita Yani 70 90
6 Nurliana Anggraini 40 75
7 Irwan 70 90
8 Ria Ulaini 60 60
9 Husnataini 50 70
10 Laili Rosmayanti 60 80
11 Rosmayadi Watoni 53 80
12 Wardatul Hasanah 50 90
13 Nisfi Karya Dewi 60 75
14 Imroatul Mawaddah 50 80
15 Dewi Rusmini 60 80
16 Mahendra Saputra 60 80
17 Junaidi 40 60
18 Imroatul Hafifah 50 80
Jumlah 977 1395
Rata-rata 54,27 77,5
Prosentase Ketuntasan 54,27 77,5
Prosentase tidak tuntas 45,73 22,5
30

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
NO NAMA SIKLUS I SIKLUS II KET
1 Fathurrozi 50 70
2 Zaenul Arifin 50 70
3 M.Pajri 40 65
4 Rohimah 85 100
5 Pita Yani 70 90
6 Nurliana Anggraini 50 70
7 Irwan 80 85
8 Ria Ulaini 60 70
9 Husnataini 50 60
10 Laili Rosmayanti 70 70
11 Rosmayadi Watoni 70 85
12 Wardatul Hasanah 70 90
13 Nisfi Karya Dewi 60 70
14 Imroatul Mawaddah 50 70
15 Dewi Rusmini 70 95
16 Mahendra Saputra 70 80
17 Junaidi 40 60
18 Imroatul Hafifah 40 60
Jumlah 1075 1355
Rata-rata 59,72 75,27
Prosentase Ketuntasan 59,27 75,27
Prosentase tidak tuntas 40,73 24,73
B. Pembahasan dari setiap siklus
1. Perbaikan Pembelajaran Matematika.
Pada Pembelajaran Matematika siklus I tingkat penguasaan
siswa terhadap penjumlahan pecahan masih sangat rendah: dari 18
orang siswa hanya 9 yang memperoleh nilai 70 keatas dengan nilai
rata-rata 77,5%.
Pada Siklus II terjadi perubahan menjadi rata-rata 77,5 %.
31

Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat kemajuan
tersebut disebabkan oleh membaiknya kualitas pembelajaran. Siswa
sudah aktif dalam kerja kelompok dan guru sudah menggunakan
media secara optimal disertai metode yang tepat dan bervariasi. Di
samping itu penjelasan dengan hahasa yang mudah dimengerti dengan
contoh kongkrit, bergairah, dan senang menerima pelajaran.
3. Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pada pembelajaran Siklus I Pencapaian 70 % keatas hanya diraih
10 orang siswa atau sekitar 38 % siswa yang mempunyai kemampuan
menulis dialog sederhana.
Setelah dilakukan perbaikan pada pembelajaran Siklus II
menunjukkan adanya peningkatan. Kemajuan tersebut sebagai
manifestasi dari tersedianya sarana belajar siswa seperti buku paket,
lembar kerja, dan kebutuhan lainnya. Disamping itu bimbingan dari
guru, latihan yang terus menerus dengan wuktu yang cukup akan
membuat siswa menulis dialog sederhana dengan baik.
32

BAB V
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode yang tepat dan media yang menarik dapat
meningkatkan interaksi belajar siswa.
2. Penjelasan dengan bahasa yang mudah di mengerti dan disertai dengan
contoh-contoh dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran matematika.
3. Dengan mengaktifkan kerja kelompok dan bimbingan yang in tensif
membantu siswa bergairah dalam mengerjakan latihan dan tugas pada
pembelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.
4. Motivasi dan memberi penguatan yang tepat dari guru dan orang tua
membantu siswa semakin bergairah untuk belajar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan tadi, ada beberapa hal
yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pemahaman
siswa untuk dapat menjumlahkan pecahan yang sama penyebutnya pada
pembelajaran matematika dan menulis dialog sederhana pada
pembelajaran Bahasa Indonesia adalah:
1. Menggunakan media secara optimal dan menggunakan metode yang
bervariasi sehingga suasana pembelajaran menyenangkan bagi siswa
dan guru (situasi PAKEM).
2. Memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berlatih.
3. Penjelasan yang lancar, mudah dimengerti, dan sistimatis.
4. Penejelasan materi dengan contoh-contoh yang konkrit.
5. Tanggap terhadap siswa yang mengajukan pertanyaan dan memberikan
pujian kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar.
33

DAFTAR PUSTAKA
M. Toha Anggoro dkk ( 2007 ) Metode Penelitian . Jakarta: U T
Deny Setiawan dkk (2008: 4-6) Penelitian. Jakarta: UT
Putra Winata (2007: 2-6) Media Pembelajaran. Jakarta: UT
Igak Wardani dkk (2007: 2-6) Penelitian Tindak Kelas (PTK) Jakarta: Universitas
Terbuka.
Puji Santoso dkk (2008) Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: UT
Burhan Mustaqim (2008) Ayo Belajar Matematika. Pusat Perbukuan. Depdiknas.
Asep Hery Hernawan 2005,Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta
: UT
Depdiknas,2007,Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta : UT
Faisal,Sanapiah,1982.Metode Penelitian,Surabaya : Usha Nasional
Udin S.Winataputra,dkk,2007,Teori Belajar dan Pembelajara,Jakarta : UT
Satori,Dja’an,dkk,2007, Profesi Keguruan,Jakarta : UT
Santosa,Puji,dkk,2005,Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD,Jakarta :
UT
Wardani,dkk,2006,Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta : UT
Wahyudin,dkk,2007,Pengantar Pendidikan,Jakarta : UT
Depdiknas,2007,Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta : UT
Faisal,Sanipah,1982.Metodologi Penelitian Pendidikan,Surabaya : Usaha
Nasional
Satori,Dj’aan,dkk,2007 Profesi Keguruan,Jakarta : UT
Husen,Akhlan,dkk,1997 Perencanaan Pengajaran Bahasa,Jakarta : UT
Roestiyah,1989.Masalah-masalah Ilmu Keguruan,Jakarta : Bina Aksara
34