laporan resmi dit

184
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA I KADAR LENGAS TANAH Disusun Oleh : 1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 ) 2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 ) 3. Kurniadi Nugroho ( 12001 ) 4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 ) 5. Fahmi Ekaputra ( 12147 ) 6. Devi Rakhmayanti ( 12168 ) GOL/KEL : A5/1 Asisten : Tiara Wulan LABORATORIUM TANAH UMUM JURUSAN ILMU TANAH 1

Upload: fahmi-ekaputra

Post on 02-Aug-2015

1.512 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi DIT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA IKADAR LENGAS TANAH

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

GOL/KEL : A5/1Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUMJURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011

1

Page 2: Laporan Resmi DIT

ACARA I

KADAR LENGAS TANAH

ABSTRAKSI

Praktikum Acara I “Kadar Lengas Tanah”, telah dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Maret 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Pengertian kadar lengas tanah sering disebutkan sebagai kandungan uap air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Tujuan dilakukan praktikum “Kadar Lengas Tanah” untuk mengetahui kadar lengas tanah, mengingat kandungan lengas dalam tanah tidak seragam, baik antar lapisan tanah maupun antar jenis tanah. Bahan yang digunakan dalam praktikum “Kadar Lengas Tanah” adalah 5 jenis tanah kering ø2,0 mm, ø0,5 mm, dan tanah bongkah (agregat utuh). Kelima jenis tanah tersebut adalah Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina, dan Vertisol. Alat yang digunakan dalam praktikum “Kadar Lengas Tanah” berupa 6 buah botol timbang, timbangan, oven, dan desikator. Metode yang digunakan pada praktikum “Kadar Lengas Tanah” adalah metode gravimetri, yakni dengan menghitung selisih berat lengas antara sebelum dan setelah dikeringkan. Dari data percobaan, urutan kadar lengas tanah dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah: : Entisol-Alfisol-Ultisol-Vertisol-Rendzina.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah sangat dibutuhkan makhluk hidup dalam kehidupan. Tanah

merupakan hasil transformasi mineral, organik, air, dan udara di muka daratan

bumi yang terbentuk dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja

dalam masa yang sangat panjang. Kenampakan dan sifat-sifat tanah didaerah

tertentu berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh proses gabungan

anasir alami yaitu bahan induk, iklim, topografi, dan organisme yang bekerja pada

waktu tertentu.

Untuk mempelajari tanah telah dilakukan melalui beberapa disiplin ilmu

yaitu ilmu kimia tanah, fisika tanah, mineralogi tanah, klasifikasi tanah,

mikrobiologi tanah, pedologi dan sebagainya. Oleh karena memiliki fungsi yang

multidimensional, sering timbul masalah yang berkaitan dengan tanah, yaitu

ketersediaan tanah terbatas sedangkan penggunaan semakin luas sehingga terjadi

penurunan kualitas tanah. 2

Page 3: Laporan Resmi DIT

Pemahaman mengenai sifat fisik tanah sangat diperlukan terutama dalam

bidang pertanian karena dengan pengetahuan tersebut kita akan dapat menentukan

perlakuan yang tepat, efektif dan efisien dalam kerangka misalnya pemupukkan,

pengairan dan kegiatan-kegiatan pertanian lainnya yang masih ada hubungannya

dengan tanah. Selain hal tersebut, dengan mengetahui dan memahami sifat fisika

tanah serta ciri-ciri tanah maka kita dapat mengetahui jenis tanah.

Untuk mempermudah mengenal masing-masing jenis tanah serta

kemampuannya dalam usaha mempelajari dan menggunakan tanah, yang perlu

diperhatikan salah satunya adalah kadar lengas tanah. Hal tersebut dikarenakan

pada bidang pertanian kadar lengas tanah faktor yang penting dalam pengontrolan

serapan hara dan pernafasan akar pada tanaman, yang nantinya akan berpengaruh

pada produksi dan pertumbuhan pada tanaman.

B. Tujuan

Praktikum Acara I “Kadar Lengas Tanah”, bertujuan untuk menentukan

kadar lengas yang terkandung dalam masing-masing jenis tanah serta

membandingkan kandungan lengas suatu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang

terletak di permukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor

genetis lingkungan, yakni bahan induk, iklim,organisme hidup (mikroorganisme

dan makroorganisme),topografi, dan waktu yang sangat panjang. Tanah dapat

dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik, kimia, biologi,

maupun morfologinya (Rodriquez and Amilcar, 2004)

Kadar lengas adalah banyaknya uap air (moisture) yang terdapat pada pori-

pori tanah. Kadar lengas sangat penting karena dari kadar lengas ini dapat

dikontrol serapan hara dan akar-akar tanaman. Selanjutnya akan berpengaruh

pada pertumbuhan dan produksi tanaman (Susilo et al., 2004). Tanah memiliki

3

Page 4: Laporan Resmi DIT

agregat, Pada umumnya agregat tanah berbentuk remah (crumb) mempunyai

ruang pori di antara agregat yang lebih banyak daripada struktur gumpal (blocky)

ataupun pejal, sehingga perembesan airnya lebih cepat dan biasanya lebih subur

(Darmawijaya, 1992).

. Tanah dengan kandungan bahan organik dan liat tinggi mempunyai

kapasitas penyangga yang rendah apabila basah. Tanah berpengaruh penting pada

tanaman melalui hubungaanya dengan udara dan air. Kemampuan tanah untuk

menyimpan air diantaranya hujan yang terjadi menentukan pemberian

musimankelembabantanah dan biasanya menentukan spesies apa yang tumbuh

dalam sebuah hutan dan kecepatan pertumbuhan. Kadar lengas merupakan salah

satu sifat fisik tanah untuk mengetahui kemampuan menyerap air dan ketersediaan

hara pada setiap jenis tanah (Schoeneberger, 2002)

Lengas terabsorbsi merupakan lengas yang terserap pada bidang antar

muka zat padat (air oleh gugus polar berbobot molekul tinggi). Lengas yang

bertanggungjawab terhadap pembekakan koloid-koloid hidrofolik yang

mempunyai structural adalah lengas yang bertahan secara osmosis (Masganti et

al., 2002).

Pada tahun 1975 dirilis sistem klasifikasi USDA (Departemen Pertanian

AS). Sistem ini dibuat karena sistem-sistem klasifikasi lama saling tumpang tindih

dalam penamaan akibat perbedaan kriteria. Dalam pemakaiannya, sistem USDA

memberikan kriteria yang jelas dibandingkan sistem klasifikasi lain, sehingga

sistem USDA ini biasa disertakan dalam pengklasifikasian tanah untuk

mendampingi penamaan berdasarkan sistem FAO atau PPT (Pusat Penelitian

Tanah). Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat penggolongan 12

(pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order

("ordo tanah"). Mereka adalah (anonim, 2009):

1. Entisol (membentuk akhiran -ent)

2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)

3. Alfisol (membentuk akhiran -alf)

4. Ultisol (membentuk akhiran -ult)

5. Oxisol (membentuk akhiran -ox)

4

Page 5: Laporan Resmi DIT

6. Vertisol (membentuk akhiran -vert)

7. Mollisol (membentuk akhiran -mol)

8. Spodosol (membentuk akhiran -od)

9. Histosol (membentuk akhiran -ist)

10. Andosol (membentuk akhiran -and)

11. Aridisol (membentuk akhiran -id)

12. Gleisol (membentuk akhiran )

Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing order.

Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor

aktivitas di bumi dan atmosfer.

III.METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah yang berjudul ”Kadar Lengas Tanah”

dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 Maret 2011 di Laboratorium Tanah

Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lima jenis tanah, yaitu entisol,

alfisol, ultisol, mollisol, dan vertisol dengan diameter 2 mm, 0,5 mm, dan

bongkah. Sedangkan alat yang digunakan yaitu 6 buah botol timbang, timbangan,

oven dan desikator.

Pertama-tama 6 buah botol timbang diberi label kemudian ke-6 botol

kosong tertutup ditimbang (misal a gram). Setelah itu, botol diisi tanah duapertiga

volume botol dengan tanah berdiameter 2,0 mm, 0,5mm, dan bongkah. Setiap

jenis tanah dibuat masing-masing 2 ulangan (duplo). Lalu botol timbang dan tanah

dengan tutupnya ditimbang (misalnya b gram) kemudian botol tersebut dioven

dengan tutup sedikit dibuka pada suhu 105-110 0C selama minimum 4 jam. Botol

dikeluarkan dari oven ditutup serapat mungkin dan dibiarkan dingin didalam

desikator selama 15 menit. Botol dari desikator dalam keadaan tertutup rapat

ditimbang lagi (misal c gram). Terakhir botol timbang dibersihkan dan

dikembalikan ke tempat semula.

5

Page 6: Laporan Resmi DIT

Kadar lengas dari setiap jenis tanah dihitung dengan rumus perhitungan

yaitu :

Kadar lengas =

(b−c )(c−a)

× 100 %

Keterangan : b - c : adalah berat lengas tanah.

c - a : adalah berat tanah kering mutlak

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Kadar Lengas Pada Tiap Jenis Tanah

Jenis Tanah Diameter tanah Rerata kadar lengas

Entisol

0,5 mm 1,41%

2,0 mm 1,85%

Bongkah 1,98%

Rendzina

0,5 mm 13,27%

2,0 mm 13,20%

Bongkah 13,16%

Ultisol

0,5 mm 13,59%

2,0 mm 8,98%

Bongkah 10,03%

Vertisol

0,5 mm 11,59%

2,0 mm 10,702%

Bongkah 11,36%

Alfisol

0,5 mm 8,62%

2,0 mm 9,07%

Bongkah 7,23%

6

Page 7: Laporan Resmi DIT

Contoh perhitungan :

Rumus Kadar Lengas ¿b−cc−a

x 100%

Keterangan : b-c : berat lengas tanahc-a : berat tanah kering mutlak

Entisol Ø 0,5 mmUlangan 1:a = 46,01 grb = 63,61 grc = 63,36 gr

Ulangan 2:a = 27,50 grb = 38,68 grc = 38,53 gr

Kadar lengas 1=63,61−63,3663,36−46,01

x 100 %=1,44 %

Kadar lengas 2=38,68−38,5338,53−27,50

x100 %=1,36 %

Kadar Lengas Rerata=1,44+1,362

=1,41 %

B. Pembahasan

Praktikum kadar lengas ini bertujuan untuk menentukan kadar lengas suatu

tanah. Tanah yang digunakan berdiameter 2 mm, 0,5 mm dan tanah bongkah.

Digunakan 2 ulangan untuk satu ukuran diameter tanah dengan jenis yang sama

agar menghasilkan tingkat akurasi data yang tinggi.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur kadar lengas

tanah, yaitu metode gravimetric, volumetric, tensiometri, pancaran

neutron,calcium carbide dan TDR. Dalam percobaan ini digunakan metode

gravimetri dengan menghitung selisih berat lengas antara sebelum dan sesudah

dikeringkan. Kelebihan metode yang digunakan yaitu metode dapat dilakukan

dengan mudah, cepat, dan ekonomis. Kekurangan dalam metode ini yang pertama

dapat mempengaruhi keakuratan data dan hasil yang diperoleh yaitu metode

gravimetri sangat bergantung pada sensitivitas timbangan sehingga timbangan

haruslah benar-benar sensitif agar dihasilkan data yang akurat. Yang kedua,

7

Page 8: Laporan Resmi DIT

memasukkan tanah sebanyak 2/3 botol dilakukan hanya dengan mengira-ngira

akan berpengaruh terhadap ketidak seragaman data yang diperoleh. Ketiga,

perbadaan Lebar sempitnya tutup timbang saat dioven akan mempengaruhi

keluarnya air yang terdapat dalam pori-pori tanah. Keempat, debu, serabut, atau

kotoran yang masuk ke dalam sistem akan mempengaruhi akurasi data yang

diperoleh.

Berat tanah yang ditimbang sebelum dikeringkan lebih besar daripada

setelah dikeringkan pada suhu 105-110oC. Suhu dikondisikan dengan kisaran 105-

110 ˚C agar memperoleh tanah kering mutlak. Berkurangnya berat tanah

dikarenakan tanah kehilangan molekul air melelui proses pemanasan. Dengan kata

lain tanah terdehidrasi. Pengovenan tanah adalah untuk mengeluarkan air yang

terdapat pada pori-pori tanah agar berat kering mutlak tanah dapat diketahui

sehingga perhitungan kelengasan dapat dilakukan. Tutup botol timbang dibuka

sedikit selama pengovenan untuk mempermudah uap air keluar agar diperoleh

tanah yang benar-benar kering. Setelah dioven, tanah di dalam botol timbang

tersebut dimasukan kedalam desikator untuk mempercepat proses pendinginan

tanah serta menjaga tanah agar tidak terkontaminasi dengan uap air dari

lingkungan.

Pada tanah Entisol kadar lengas yang diperoleh untuk diameter

0,5mm adalah 1,41%, untuk diameter 2mm adalah 1,85% dan pada tanah bongkah

adalah 1,98%. Tanah Entisol memilki kadar lengas sangat rendah karena

bertekstur pasir dimana fraksi pasir lebih banyak dibandingkan fraksi lempung

dan debu. Tanah entisol memiliki pori-pori tanah besar dan kemampuan

pengikatan airnya sangat rendah. Tingkat permeabilitas yang tinggi membuat

entisol hanya mampu menyerap sedikit air.

Pada tanah Ultisol (Latosol) diperoleh kadar lengas tanah berdiameter

0,5mm yaitu 13,59%, berdiameter 2mm yaitu 8,98%, dan tanah bongkah yaitu

10,3%. Tanah ultisol bertekstur lempung karena berasal dari bahan induk

lempung. Tingkat permeabilitas tanah ultisol cukup rendah sehingga cukup

mampu menahan air.

8

Page 9: Laporan Resmi DIT

Pada diameter 0,5 mm, tanah Mollisol (Rendzina) memiliki kadar lengas

13,27%, diameter 2mm yaitu 13,20%, dan tanah bongkah yaitu 13,16%. Tanah

Rendzina memilki kadar lengas yang besar karena memiliki kadar lempung yang

tinggi, tekstur halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga kemampuan

menahan airnya sangat tinggi.

Tanah Vertisol (Grumusol) memiliki kadar lengas pada diameter 0,5mm

yaitu 11,59%, berdiameter 2mm yaitu 10,702%, dab tanah bongkah yaitu 11,36%.

Tanah vertisol memiliki tekstur halus berupa lempung dengan permukaan porinya

lebih luas sehingga tanah vertisol memiliki kemampuan pengikatan air cukup

tinggi. Bahan induk tanah vertisol berupa gamping mempunyai daya tambat air

yang tinggi.

Tanah alfisol (Mediteran) pada diameter 0,5mm yaitu 8,62%, diameter 2mm

yaitu 9,07%, dan tanah bongkah 7,23%. Kadar lengas tanah alfisol cukup rendah

karena tanah alfisol memilki tekstur agak kasar. Tanah alfisol adalah tanah yang

memiliki tekstur lempung dan bahan induknya terdiri dari kapur, sehingga tingkat

permeabilitasnya lambat

Dari percobaan dan perhitungan dari lima jenis tanah berbeda maka dapat

diketahui bahwa tanah yang mempunyai kadar lengas dari yang terkecil berturut-

turut adalah tanah entisol< tanah alfisol< tanah ultiso<tanah vertisol < tanah

rendzina. Perbedaan nilai kadar lengas pada jenis tanah yang berbeda dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu anasir iklim khususnya selisih antara curah

hujan dan evaporasi, kandungan Bahan Organik dan lempung sebagai penyimpan

air, relief atau topografi yang mempengaruhi kehilangan air dan infiltrasi, bahan

penutup tanah yang mengurangi evaporasi, struktur dan tekstur tanah, jenis kation

yang diserap, dan tipe koloid tanah.

Kadar lengas tanah memiliki peran penting dalam bidang pertanian

khususnya pada budidaya dan pertumbuhan tanaman. Jika kelengasan suatu lahan

diketahui, maka akan bisa ditentukan bagaimana tipe pengairan yang cocok untuk

lahan tersebut. Tingkat kelengasan juga dapat digunakan untuk menentukan

kandungan bahan organik dan lempung sehingga dapat diketahui apakah suatu

jenis tanah baik atau tidak untuk pertanian.

9

Page 10: Laporan Resmi DIT

V. KESIMPULAN

Kadar lengas kering udara berdasarkan metode gravimetris :

1. Tanah Entisol

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 2mm : 1,85%

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 0,5mm : 1,41%

Kadar lengas tanah bongkah : 1,98%

2. Tanah Alfisol

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 2mm : 9,07%

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 0,5mm : 8,62%

Kadar lengas tanah bongkah : 7,23%

3. Tanah Ultisol

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 2mm : 8,98%

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 0,5mm : 13,59%

Kadar lengas tanah bongkah : 10,3%

4. Tanah Rendzina

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 2mm : 13,20%

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 0,5mm : 13,27%

Kadar lengas tanah bongkah : 13,16%

5. Tanah Vertisol

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 2mm : 10,702%

Kadar lengas tanah kering udara ¢ 0,5mm : 11,59%

Kadar lengas tanah bongkah : 11,36%

Jadi, urutan tanah dengan nilai kadar lengas tanah dari yang paling tinggi ke yang

paling rendah yaitu : Entisol-Alfisol-Ultisol-Vertisol-Rendzina.

10

Page 11: Laporan Resmi DIT

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pedologi. <http://id.wikipedia.org/tanah entisol>. Diakses 9 Maret 2011.

Darmawijaya, I. 1992. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Masganti, B. Toni, dan Izzudin. 2002. Metode pengukuran kadar air tanah gambut. Jurnal Tanah dan Air 1 : 42-48.

Rodriquez, I. and, P. Amikar. 2004. Ecohydrology of Water-Controlled Ecosystem: Soil Moisture and Plant Dynamics. Cambridge University Press, London.

Schoeneberger, P.J., D.A. Wysocki, E.C. Benham, and W.D. Broderson (editors). 2002. Field book for describing and sampling soils 2:11-12.

Susilo, B., S. Handayani, Suryani, dan N. Widyayuwono. 2004. Bahan Asistensi Praktikum Dasar-Dasar Ilimu Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

11

Page 12: Laporan Resmi DIT

LAMPIRAN

Tabel 1. Data Kadar Lengas Pada Tiap Jenis Tanah

TANAH DIAMETER ULANGAN a (gr)b

(gr)c (gr)

KADAR LENGAS

(%)

Entisol

0,51 46,01 63,61 63,36 1,442 27,5 38,68 38,53 1,36

rata-rata   1,41

21 29,35 41,22 41,01 1,82 19,86 32,16 31,93 1,9

rata-rata   1,85

bongkah1 46,83 65,07 64,72 1,992 46,61 63,46 63,14 1,97

rata-rata   1,98

Rendzina

0,51 24,36 38,47 36,83 13,152 12,96 23,6 22,33 13,39

rata-rata   13,27

21 46,45 61,09 59,38 12,32 38,05 51,87 50,27 12,1

rata-rata   12,2

bongkah1 33,8 42,62 41,59 13,222 22,69 29,69 28,88 13,1

rata-rata   13,16

Ultisol

0,51 41,88 56,12 54,41 13,642 23,81 32,72 31,66 13,54

rata-rata   13,59

21 26,27 39,05 37,96 8,992 23,81 60,84 59,64 8,97

rata-rata   8,98

bongkah1 47 59,5 52,28 10,812 45,81 61,15 59,77 9,89

rata-rata   10,3

Vertisol

0,51 46,8 61,84 60,29 11,482 45,96 60,65 59,11 11,71

rata-rata   11,59

21 35,62 50,37 48,95 10,732 39,24 55,72 54,13 10,68

rata-rata   10,70212

Page 13: Laporan Resmi DIT

bongkah1 46,81 62,91 61,27 11,342 49,91 65,96 64,32 11,38

rata-rata   11,36

Alfisol

0,51 32,51 43,82 42,91 8,752 36,81 48,56 47,64 8,49

rata-rata   8,62

21 25,08 38,7 37,53 9,392 25,74 39,54 38,43 8,75

rata-rata   9,07

bongkah1 38,73 46,77 46,03 7,252 34,13 43,45 42,75 7,21

rata-rata   7,23

Perhitungan Kadar Lengas Tanah

Kadar lengas tanah dapat dihitung dengan rumus:

Kadar Lengas (KL) ¿b−cc−a

x 100%

Dengan:

a = berat botol timbang kosong

b = berat botol berisi tanah sebelum dipanaskan

c = berat botol berisi tanah setelah dipanaskan

1. Entisol

Entisol Ø 0,5 mm

Kadar lengas 1=63,61−63,3663,36−46,01

x 100 %=1,44 %

Kadar lengas 2=38,68−38,5338,53−27,50

x100 %=1,36 %

Kadar Lengas Rerata=1,44+1,362

=1,41 %

Entisol Ø 2 mm

Kadar lengas 1=41,22−41,0141,01−29,35

x 100 %=1,8 %

Kadar lengas 2=32,16−31,9331,93−19,86

x 100 %=1,9 %

13

Page 14: Laporan Resmi DIT

Kadar Lengas Rerata=1,8+1,92

=1,85 %

Entisol bongkah

Kadar lengas 1=65,07−64,7264,72−46,83

x 100 %=1,99 %

Kadar lengas 2=63,46−63,1463,14−46,61

x100 %=1,97 %

Kadar Lengas Rerata=1,99+1,972

=1,98 %

2. Rendzina

Rendzina Ø 0,5 mm

Kadar lengas 1=38,47−36,8336,83−24,36

x 100 %=13,15 %

Kadar lengas 2= 23,6−22,3322,33−12,96

x 100 %=13,39 %

Kadar Lengas Rerata=13,15+13,392

=13,27 %

Rendzina Ø 2 mm

Kadar lengas 1=61,09−59,3859,38−46,45

x 100 %=12,3 %

Kadar lengas 2=51,87−50,2750,27−38,05

x 100 %=12,1 %

Kadar Lengas Rerata=12,3+12,12

=12,2%

Rendzina bongkah

Kadar lengas 1=42,62−41,5941,59−33,8

x100 %=13,22 %

Kadar lengas 2=29,69−28,8828,88−22,69

x100 %=13,1%

Kadar Lengas Rerata=13,22+13,12

=13,16 %

3. Ultisol

Kadar lengas 1=56,12−54,4154,41−41,88

x 100 %=13,64 %

14

Page 15: Laporan Resmi DIT

Kadar lengas 2=32,72−31,6631,66−23,81

x100 %=13,54 %

Kadar Lengas Rerata=13,64+13,542

=13,59 %

Ultisol Ø 2 mm

Kadar lengas 1=39,05−37,9637,96−26,27

x 100 %=8,99 %

Kadar lengas 2=60,84−59,6459,64−23,81

x100 %=8,97 %

Kadar Lengas Rerata=8,99+8,972

=8,98 %

Ultisol bongkah

Kadar lengas 1=59,5−52,2852,28−47

x100 %=10,81 %

Kadar lengas 2=61,15−59,7759,77−45,81

x 100 %=9,89 %

Kadar Lengas Rerata=10,81+9,892

=10,3 %

4.Vertisol

Vertisol Ø 0.5 mm

Kadar lengas 1=61,84−60,2960.29−46,80

x 100 %=11,48%

Kadar lengas 2=60,65−59,1159,11−45,96

x100 %=11,71 %

Kadar Lengas Rerata=11 , 48+11,712

=11 , 59 %

Vertisol Ø 2 mm

Kadar lengas 1=50,37−48,9548,95−35,62

x100 %=10,73 %

Kadar lengas 2=55,72−54,1354,13−39,24

x 100 %=10,68 %

Kadar Lengas Rerata=10,73+10,682

=10,702 %

15

Page 16: Laporan Resmi DIT

Vertisol bongkah

Kadar lengas 1=62,91−61,2761,27−46,81

x 100 %=11,34 %

Kadar lengas 2=65,96−64,3264,32−49,91

x 100 %=11,38%

Kadar Lengas Rerata=11,34+11,382

=11,36%

5. Alfisol

Alfisol Ø 0.5 mm

Kadar lengas 1=43,82−42,9142,91−32,51

x 100 %=8,75 %

Kadar lengas 2= 48,56−47,6447,64−36,81

x 100 %=8,49 %

Kadar Lengas Rerata=8,75+8,492

=8,62 %

Alfisol Ø 2 mm

Kadar lengas 1= 38,7−37,5337,53−25,08

x100 %=9,39 %

Kadar lengas 2=39,54−38,4338,43−25,74

x 100 %=8,75 %

Kadar Lengas Rerata=9,39+8,752

=9,07 %

Alfisol bongkah

Kadar lengas 1=46,77−46,0346,03−38,73

x100 %=7,25 %

Kadar lengas 2= 43,45−42,7542,75−34,13

x100 %=7,21 %

Kadar Lengas Rerata=7,25+7,212

=7,23%

16

Page 17: Laporan Resmi DIT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA IINILAI PERBANDINGAN DISPERSI

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

GOL/KEL : A5/1Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUMJURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011

17

Page 18: Laporan Resmi DIT

ACARA II

NILAI PERBANDINGAN DISPERSI (NPD)

ABSTRAKSI

Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah, Acara 2 tentang Penentuan Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) dilakukan pada tanggal 4 Maret 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan debu dan lempung total, menentukan debu dan lempung aktual, menentukan Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) serta menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi NPD. Bahan yang digunakan adalah tanah ultisol, rendzina, vertisol, alfisol, dan entisol. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kepekaan atau daya tahan tanah terhadap erosi. Tanah yang digunakan dalam praktikum memiliki diameter 2 mm. Metode yang digunakan dalam menghitung NPD adalah penentuan debu dan lempung total serta penyebaran debu dan lempung aktual. Nilai NPD diperoleh dari pembagian berat debu dan lempung aktual dengan berat debu dan lempung total. Dari percobaan didapatkan hasil NPD tanah entisol 54,3 % , rendzina 4,58 %, ultisol 9,9%, alfisol 2,93 %, dan vertisol 8,10%.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tumbuhan dan

tanamanyang tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Bahan penyusun

tanah dapat dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, air dan

gas. Tanah juga merupakan system heterogen yang rumit, bersifat dispersi.

Kondisi seperti ini akan menghasilkan peristiwa seperti absorbsi air dan bahan

kimia, pertukaran ion, adhesi pengembangan dan pengerutan dispersi serta

penggumpalan, kapilaritas.

Erosi tanah oleh air merupakan gerakan aktif dimana tanah tersebut tidak

dapat menyerap air. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi erosi yaitu faktor

dari luar dan dalam. Faktor luar antara lain : iklim, topografi, vegetasi, dan

kegiatan manusia, sedangkan faktor dari dalam adalah komposisi fraksi-fraksi

penyusun tanah. Jika tanah lebih banyak mengandung pasir dan debu daripada

18

Page 19: Laporan Resmi DIT

lempungnya maka tanah peka terhadap erosi. Jika tanah lebih banyak mengadung

lempung maka tanah tahan terhadap erosi.

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya NPD yang

selanjutnya digunakan untuk mengetahui daya tahan terhadap erosi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tekstur tanah menurut USDA adalah perbandingan relatif antar partikel

tanah yang terdiri atas fraksi lempung, debu dan pasir. Tekstur tanah bersifat

permanen atau tidak mudah diubah dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

sifat tanah yang lain seperti struktur, konsistensi, kelengasan tanah, permeabilitas

tanah, run off, daya infiltrasi dan lain-lain. Jumlah partikel untuk setiap berat

tanah dan permukaan spesifik meningkat cukup tinggi dengan menurunnya

ukuran partikel. Makin kecil ukuran partikel maka makin besar permukaan aktif.

Sifat ini berperan penting dalam retensi air dan pertukaran ion. Tekstur tanah

mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas,

udara tanah, dan hara tanah. Tekstur juga mempunyai ruang perakaran tanaman,

konsistensi dan keterolahan tanah (Sutanto, 2005)

Nilai perbandingan dispersi (NPD) adalah suatu nilai yang menunjukkan

kemantapan agregat oleh ikatan lempung dan debu. Nilai Perbandingan Dispersi

(NPD) yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar debu dan lempung mudah

didispersikan oleh air. Sebaliknya, apabila Nilai Perbandingan Dispersi (NPD)

rendah, hal tersebut mengindikasikan bahwa secara aktual hanya sedikit debu dan

lempung yang didispersikan oleh air (Partoyo, 2005).

Erosi adalah penyikiran dan pengangkutan sebagian atau seluruh bagian

tanah oleh air mengalir, angin, atau es bergerak. Proses ini adalah alami dan

termasuk proses geologi. Erosi tanah berhubungan dengan aktivitas manusia

sehingga manusia bisa disebut faktor yang menyebabkan erosi (Sutanto, 2002).

19

Page 20: Laporan Resmi DIT

Tanah yang didominasi oleh partikel-partikel besar akan tahan terhadap

erosi karena partikel tersebut sulit diangkut. Disamping itu, tanah-tanah yang

bertekstur kasar mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi tinggi. Selain itu, tanah-

tanah yang mengandung partikel liat akan tahan terhadap erosi karena adanya

gaya kohesi yang tinggi antar partikel tersebut. Tanah-tanah yang memiliki

kandungan liat antara 9-35% adalah tanah-tanah yang peka terhadap erosi.

Sebaliknya, tanah-tanah yang mengandung lempung diatas 35% tahan terhadap

erosi karena membentuk agregat yang mantap (Anonim, 2004).

Erosi geologi merupakan erosi yang berjalan sangat lambat dimana jumlah

tanah yang terosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Tidak bahaya karena

terjadi dalam keseimbangan alami. Erosi dipercepat merupakan erosi yang

dipercepat (accelerated erosion) akibat kegiatan manusia yang menggaggu

keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak dari pada tanah

yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah dipermukaan (top

will) menjadi hilang (Hardjowigeno, 1987).

Cara yang paling efektif untuk mengendalikan erosi adalah menjaga

permukaan tanah tertutupi rumput atau padang rumput. Oleh karena itu, daerah

yang sangat rentan terhadap erosi air atau angin perlu dipertimbangkan untuk

program konservasi tanah. Tanah di Pulau Jawa dirugikan akibat erosi dan air

permukaan run morf dapat memberikan kontribusi yang besar untuk menangani

masalah kualitas air permukaan. Dalam studi yang dilakukan di Iowa State

University pada 40 asosiasi tanah. Craft and cowokers (proceeding of the nasional

sysposium on erosian and soil productivity, 1984) melaporkan bahwa dampak dari

tanah longsor pada produktivitas bergantung pada lapisan bagian kesuburan

(Mahdi, 2002).

Daerah yang paling banyak mengalami erosi umumnya terbatas pada

daerah diantara 40 derajat Lintang Utara dan 40 derajat Lintang Selatan. Keadaan

iklim menentukan kecendrungan terjadinya erosi yang mencerminkan keadaan

pola hujan. Selain pola hujan, jenis dan pertumbuhan vegetasi serta jenis tanah

juga mempengaruhi erosi di daerah tropis. Hujan merupakan faktor yang paling

berpengaruh terhadap erosi di Indonesia, dimana besarnya hujan, intensitas dan

20

Page 21: Laporan Resmi DIT

distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan

aliran permukaan dan kerusakan erosi (Syakur, 2008).

III. METODOLOGI

Praktikum Penentuan Nilai Perbandinan Dispersi dilaksanakan pada tanggal

4 Maret 2010 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum

ini adalah contoh tanah kering udara halus (Φ 2 mm) yang terdiri dari tanah

entisol, alfisol, vertisol, ultisol dan rendzina. Sedangkan alat-alat yang digunakan

adalah beaker glass 500 ml, tabung sedimentasi 1 liter, cawan penguap atau

porselin 50 ml.

Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut, 15 gram (a gram) contoh tanah

ditimbang lalu dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml. Sehingga contoh tanah

melebar sepanjang 4-5 cm. Selanjutnya air aquadest ditambahkan lewat dinding

beaker glass dan air tersebut dibiarkan merembes karena kapilaritas bukan karena

dituangi. Setelah tanah menjadi basah air aquadest ditambahkan lewat dinding

beaker glass sampai volume 250 ml. tanah tersebut didiamkan didiamkan selama

15 menit agar dispersi oleh air aquadest sampai sempurna. Suspensi lalu dituang

ke dalam tabung sedimentasi secara kuantitatif dengan bantuan pancaran air

aquadest (lewat dinding beaker glass) dan volume dijadikan 1000 ml dengan

ditambahkan air aquadest. Selanjutnya tabung sedimentasi digojog secara kuat

dan dibolak. Lalu tabung diletakkan dan suhu air diamati. Waktu tunggu

pemipetan dilihat pada daftar yang tersedia. Cawan penguap kosong yang telah

ditimbang (b gram) disiapkan. Selanjutnya pipet suspensi sebanyak 25 ml pada

kedalaman 20 cm untuk penetapan (lempung + debu) total. Suspensi dituang

kedalam cawan penguap kosong dan dioven pada suhu 105-110° C selama 4 jam,

21

Page 22: Laporan Resmi DIT

setelah kering lalu ditimbang beratnya (c gram). Setelah itu kadar (debu +

lempung) aktual dihitung dengan cara :

[b−c×(100025 )×(100+KL )]

a%

Setelah kadar aktual diketahui maka NPD dapat ditentukan dengan cara debu dan

lempung aktual dibagi debu dan lempung total dikalikan 100%. Setelah NPD

diketahui maka dapat diketahui daya tahan tanah tersebut terhadap erosi. Apabila

NPD tanah kurang dari 15 maka tanah tersebut tahan terhadap erosi, bila NPD

tanah 15-19 maka tanah tersebut agak peka terhadap erosi, bila NPD lebih dari 19

maka tanah tersebut peka terhadap erosi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 2. NPD Masing-Masing Jenis Tanah

Jenis Tanah Nilai NPD

Entisol 54,13%

Molisol 3,51%

Ultisol 17,8%

Vertisol 1,15%

Alfisol 8,81%

Contoh Perhitungan :

Entisol

a = 15,05 gram

b = 48,12 gram

c = 48,20 gram

KL tanah ø 2 mm : 1,85%

Kadar (debu+lempung) total = 15

Kadar (debu+lempung) aktual =

22

Page 23: Laporan Resmi DIT

( D+L ) aktual=(48,20−48,12 )

15,05x

100025

x (100+1,85 ) %

( D+L ) aktual=0,00199 x 40 x 101,85 %

( D+L ) aktual=8,12 %

Nilai Perbandingan Dispersi=

NPD=8,1215

x100 %

NPD=54,13 %

B. Pembahasan

NPD adalah nilai perbandingan disperse yang digunakan untuk

mengetahui daya tahan tanah terhadap erosi. Sehubungan dengan erosi, beberapa

sifat-sifat tanah yang mempengaruhi NPD ialah :

Kapasitas lapang, yaitu kemampuan tanah merembeskan air.

Rembesan yang akan kita sebut infiltrasi mempunyai faktor terpenting yaitu

tekstur tanah. Semakin halus atau kecil diameter tanahnya, infiltrasi akan lebih

mudah terjadi. Selain itu, infiltrasi juga tergantung banyaknya serta ukuran pori-

pori tanah.

Erodibilitas menunjukan nilai kepekaan suatu jenis tanah terhadap

daya penghancuran dan penghanyutan air hujan. Sifat dan pengelolaan tanah

merupakan faktor utama erodibilitas. Semakin tinggi nilai erodibilitas berarti

tanah tersebut semakin mudah ter-erosi.

Manfaat NPD adalah mengetahui daya tahan tanah terhadap erosi,

semakin landai lahan akan semakin banyak air yang terserap dan semakin sedikit

unsure tanah yang khususnya mengandung hara terbawa aliran air yang turun ke

daerah yang lebih rendah. Erosi juga dapat mengecilkan pori-pori tanah yang

artinya mengurangi daya infiltrasi dari tanah tersebut. Ada beberapa cara untuk

mencegah erosi, contohnya adalah sebagai berikut :

23

Page 24: Laporan Resmi DIT

Memberikan vegetasi agar akar dari tumbuhan dapat mengikat

tanah, sehingga tanah jauh lebih kokoh dan tidak mudah terbawa oleh aliran air.

Selain itu tanaman juga mencegah tumbukan langsung dari butir-butir hujan,

sehingga perusakan tanah oleh tumbukan air dapat dicegah.

Membuat terasering

Mengembangkan biota tanah agar tanah semakin kokoh serta

menambahkan bahan organic tanah agar resistensi tanah terhadap erosi

bertambah.

Metode yang dipakai dalam praktikum ini adalah Gravimetri, yaitu

menghitung selisih berat lengas sebelum dan sesudah dikeringkan. Ada kelebihan

dan kekurangan dari metode ini. Beberapa kekurangannya adalah pada saat

menggunakan gelas beker/tabung sedimentasi sangat sulit untuk memasukan air

dalam jumlah yang banyak (1000 mL) dengan alat yang hanya mengeluarkan air

dengan debit yang kecil serta aliran air tidak boleh langsung mengenai tanah

sehingga harus dialirkan lewat dinding botol terlebih dahulu. Cukup sulit untuk

membuat tanah tetap tergenang. Selain itu timbangan yang dipakai harus benar-

benar sensitive.

Kelebihan dari metode ini adalah harga dari alat-alat yang dipakai

relatif murah dibandingkan dengan metode yang lainnya. Karena jika kita

memakai metode Neutron Probe, kita harus membeli atau setidaknya memiliki

alat pemancar neutron yang sangat mahal dan tentunya dengan perhitungan yang

lebih rumit pula.

Pada lahan yang sebenarnya, untuk mencegah erosi digunakan cara-

cara agar air hujan atau aliran air lainnya bisa meresap kedalam tanah agar zat-zat

hara tidak terkikis. Seperti yang dilakukan pada praktikum ini, air dimasukan

melewati dinding dan botol kaca dimiringkan agar daya resapan tinggi dan tidak

terlalu curam sudut tubrukan antara air dan tanah. Sehingga tanah tidak terusik

dan dapat meresapkan air secara kapilaritas dan seakan menjadi air bawah tanah.

Menurut teori, jika diketahui nilai NPD <15% maka tanah tersebut

akan tahan terhadap erosi. Jika nilai NPD 15-19% berarti cukup peka, dan jika

24

Page 25: Laporan Resmi DIT

nilai NPD mencapai >19% maka tanah tersebut sangatlah peka terhadap erosi atau

dapat dikatakan mudah ter-erosi.

Diketahui bahwa nilai NPD entisol adalah 54,13%. Nilai ini adalah

nilai yang msangat besar untuk nilai NPD. Menurut teori, tanah ini memiliki

nilai NPD diatas 19% yang berarti tanah ini peka terhadap erosi, bahkan dapat

dikatakan sangat peka. Jenis tanah ini akan sangat mudah ter-erosi oleh aliran air.

Oleh karena itu jenis tanah ini tidak dianjurkan untuk pertanian dengan sudut

kemiringan yang besar. Lalu sebisa mungkin dibuat agar aliran air tidak mengenai

langsung tanah ini agar zat hara dari tanah ini tidak terkikis. Untuk mengurangi

erosi dapat ditanamkan vegetasi diatas tanah ini agar dapat mengikat tanah dan

menguatkan tanah dari erosi.

Nilai NPD molisol sebanyak 3,51%, ini berarti molisol mempunyai

ketahanan yang cukup tinggi terhadap erosi. Menurut teori, tanah yang

mempunyai ketahanan terhadap erosi adalah tanah dengan nilai NPD <15%.

Tanah ini toleran terhadap aliran air, bahkan pada kemiringan yang curam

sekalipun. Namun lahan ini jangan diberikan aliran air yang terlalu deras dan

kecuraman yang tinggi karena tetap dapat mengikis zat hara tanah walaupun

sedikit.

Tanah selanjutnya adalah ultisol, jenis tanah ini memiliki nilai NPD

sebesar 17,8% itu berarti tanah ini cukup peka terhadap erosi. Ini karena menurut

teori jika nilai NPD suatu tanah adalah 15-19% berarti tanah tersebut cukup peka

terhadap erosi. Ini berarti kurang baik jika digunakan sebagai lahan pertanian

dengan kemiringan yang curam dan mendapat aliran air, karena zat hara bisa

terkikis oleh air dan akhirnya tanah tersebut menjadi tidak optimal untuk

pertumbuhan tanaman.

Vertisol memiliki nilai NPD sebesar 1,15%, nilai ni termasuk nilai

yang sangat jarang dimiliki oleh tanah karena nilai NPD sebesar ini mengartikan

bahwa tanah ini memiliki ketahanan terhadap erosi yang sangat kuat. Menurut

teori bahwa jika diketahui nilai NPD <15% maka tanah tersebut akan tahan

terhadap erosi. Maka tanah ini akan sangat toleran pada daerah dengan aliran air

25

Page 26: Laporan Resmi DIT

yang cukup deras dan kemiringan yang curam sekalipun. Jika ditambahkan

vegetasi di atas tanah tersebut makan tanah akan semakin kuat terhadap erosi.

Alfisol adalah jenis tanah terakhir yang diuji pada praktikum ini, nilai

NPDnya adalah 8,81% yang mengartikan tanah ini peka terhadap erosi. Menurut

teori jika nilai NPD <15% maka tanah tersebut akan tahan terhadap erosi. Oleh

karena itu tanah ini mempunyai sifat toleran terhadap erosi dan aliran air. Jika

tanah ini memiliki vegetasi tanaman diatasnya yang karakteristik akarnya

mengikat tanah maka tanah ini akan sangat kuat terhadap erosi dan aliran air.

26

Page 27: Laporan Resmi DIT

V. KESIMPULAN

1. Nilai NPD masing masing tanah adalah entisol 54,13%; molisol 3,51%;

ultisol 17,8%; vertisol 1,15%; dan alfisol 8,81%.

2. Jika nilai NPD <15% maka tanah tersebut akan tahan terhadap erosi, 15-

19% berarti cukup peka, dan jika mencapai >19% maka tanah tersebut peka

terhadap erosi.

3. Penambahan vegetasi pada tanah akan menambah toleransi terhadap erosi.

27

Page 28: Laporan Resmi DIT

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Tanah dan Lingkungan. <http://id.wikipedia.org/wiki/tanah di Indonesia>. Diakses tanggal 8 Maret 2011.

Syakur, A.S. 2008. <http.erosi dan perubahan iklim.A.R.AS.Syakur.htm> . Diakses tanggal 8 Maret 2011.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Mahdi, A.K. 2000. Soil erosion an agriculture production chall. Integrated Crop Management 2: 141-143.

Partoyo. 2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian di Lahan Pasir Pantai Samas Yogyakarta. UPN Veteran, Yogyakarta.

Sutanto. 2002. Analisis tanah, air, dan jaringan tanaman. Jurnal Tanah 4:111-112.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

28

Page 29: Laporan Resmi DIT

LAMPIRAN

Tabel Nilai Perbandingan Dispersi Tanah

Tanah a b c(D+L)aktual (%)

(D+L)total (%)

NPD (%)

Entisol15,0

548,12 48,20 8,12 15 54,13

Rendzina

15 47,85 47,86 3,02 86 3,51

Ultisol 15 37,44 37,5 17,44 98 17,8

Vertisol 1539,84

739,88

511,22 94 11,69

Alfisol 15 48,95 48,98 8,72 99 8,81

PerhitunganRumus:Kadar (debu+lempung) aktual

( D+L ) aktual=(c−b )

ax

100025

x (100+KL ) %

Nilai Perbandingan Dispersi

NPD=(debu+lempung )aktual(debu+ lempung ) total

x100 %

1. Entisol

Kadar (debu+lempung) aktual

( D+L ) aktual=(48,20−48,12 )

15,05x

100025

x (100+1,85 ) %

( D+L ) aktual=0,00199 x 40 x 101,85 %

( D+L ) aktual=8,12 %

29

Page 30: Laporan Resmi DIT

Nilai Perbandingan Dispersi

NPD=8,1215

x100 %

NPD=54,13 %

2. Rendzina

( D+L ) aktual=(47,86−47,85 )

15x

100025

x (100+13,2 )%

( D+L ) aktual=0,00067 x 40 x113,2%

( D+L ) aktual=3,02 %

Nilai Perbandingan Dispersi

NPD=8,1286

x100 %

NPD=3,51 %

3. Ultisol

Kadar (debu+lempung) aktual

( D+L ) aktual=(37,5−37,44 )

15x

100025

x (100+8,98 ) %

( D+L ) aktual=0,004 x 40 x108,98 %

( D+L ) aktual=17,44 %

Nilai Perbandingan Dispersi

NPD=17,4498

x 100 %

NPD=17,8%

4. Vertisol

Kadar (debu+lempung) aktual

( D+L ) aktual=(39,885−39,847 )

15x

100025

x (100+10,702 )%

( D+L ) aktual=0,00253 x 40 x 110,702%

( D+L ) aktual=11,2%

Nilai Perbandingan Dispersi

30

Page 31: Laporan Resmi DIT

NPD=11,294

x100 %

NPD=11,69%

5. Alfisol

Kadar (debu+lempung) aktual

( D+L ) aktual=(48,95−48,98 )

15x

100025

x (100+9,07 ) %

( D+L ) aktual=0,00199 x 40 x 109,07 %

( D+L ) aktual=8,72 %

Nilai Perbandingan Dispersi

NPD=8,7299

x100 %

NPD=8,81%

31

Page 32: Laporan Resmi DIT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA IIITEKSTUR TANAH

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

32

Page 33: Laporan Resmi DIT

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

GOL/KEL : A5/1Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUMJURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011

ACARA III

TEKSTUR TANAH ( KUANTATIF )

ABSTRAKSI

Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah, Acara 3 tentang tekstur tanah (kulaitatif) dilaksanakan pada hari Jum’at, 18 Maret 2010 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan tekstur tanah kualitatif keadaan basah. Pada praktikum ini digunakan tanah kering udara 2 mm. Definisi terkstur adalah perbandingan relatif antara partikel tanah yang terdiri atas faraksi lempung, debu, dan pasir.Tekstur tanah ditentukan berdasarkan perbandingan pasir, debu, dan lempung, dan nama tekstur sesuai dengan fraksi yang dominan. Pada percobaan ini digunakan metode kualitatif secara pilinan, dan diperoleh hasil tanah jenis Entisol dengan tekstur pasir, tanah Rendzina dengan tekstur lempung geluhan, tanah Alfisol dengan tekstur lempung pasiran, tanah Ultisol dengan tekstur lempung, dan tanah Vertisol dengan tekstur lempung debuan.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu tanah tekstur berarti proporsi (perbandingan relatif) dan

komposisi fraksi-fraksi penyusum tanah. Adapun fraksi pokok penyusun tanah

yaitu pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Oleh karena tekstur tanah

merupakan komposisi fraksi-fraksi yang berlainan sifatnya maka dapat pula

mempengaruhi sifat fisik suatu tanah. Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya

33

Page 34: Laporan Resmi DIT

tanah , berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan

lempung, maka tanah dapat dibedakan menjadi beberapa macam kelas.

B. Tujuan

Praktikum tekstur tanah (kualitatif) ini bertujuan untuk menetapkan tekstur

tanah secara kualitatif keadaan basah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bagian padatan tanah terdiri dari bahan anorganik dan bahan organik tanah.

Untuk tanah-tanah mineral yang merupakan bagian terbesar tanah pertanian,

sebagian besar bahan padatanya merupakan bahan anorganik dan hanya sebagian

kecil bahan organik. Berdasarkan ukuranya bahan padatan tanah digolongkan

menjadi pasir, debu, dan liat/lempung. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat

tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan

air, menyimpan dan menyediakan hara tananaman (Islam & Utomo, 1995).

Tekstur tanah adalah tingkatan kehalusan tanah yang terjadi karena

terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu, dan lempungyang

terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai

ukuran diameter paling besar yaitu 2-0,05 mm, debu 0,002 mm, dan lempung <

0,002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). Pengaruh tekstur dan struktur

tanah pada pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung. Jumlah akar pada

tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah bertekstur berat. Hal ini

disebabkan pada perkembangan akar pada tanah bertekstur ringan, lebih cepat

disebabkan mudahnya intersepsi akar pada pori-pori tanah yang memang tersedia

banyak pada tanah ringan (Anonim, 2002).

34

Page 35: Laporan Resmi DIT

Keseluruhan sampel tanah menunjukan kandungan air tanah dibawah

lapisan jenuh. Adanya bahan organik bagi kebanyakan sampel adalah sangat

rendah (2%) kandungan kadar pasir sangat tinggi bila berbanding dengan kadar

debu dan lempung. Adanya kadar pasir tinngi mampu menurunkan keupayaan air

oleh tanah. Jenis tekstur sampel tanah di kawasan kajian terdiri dari jenis

lempung, geluh lempung, lempung debuan, dan geluh lempung debuan (Sutanto,

2005).

Tiga grup bahan koloid yang terkenal sebagai partikel didalam proses

pembentukan agregat tanah adalah mineral lempung, oksida besi, dan mangan,

serta bahan organik koloid (Wibowo, 2000).

Tanaman memerlukan beberapa persyaratan kondisi lingkungan fisik untuk

dapat hidup dan tumbuh dengan baik, contoh jahe. Tanaman ini bersifat sangat

masam, untuk dapat berproduksi maksimal jahe memerlukan tanah yang subur,

gembur, dan kandungan humus yang tinggi. Tanah yang sesuai dengan tanaman

jahe adalah geluh, geluh lempung pasiran, geluh debuan, dan lempung pasiran

(Nitrisapto & Syamsul, 2005).

Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyimpan

dan menghantarkan air. Tanah bertekstur liat jika kandungan liatnya > 35%.

Tanah liat disebut juga tanah berat karena sulit diolah. Tanah bertekstur pasir jika

kandungan pasir >70% dan porositasnya rendah (<40%). Tanah bertekstur

lempung jika tanah tersebut memounyai proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian

rupa, sehingga sifatnya berada antara tanah pasir dan liat (Resman dan Bambang,

2006).

III. METODOLOGI

Praktikuma cara tekstur tanah kualitatif ini dilakukan di Laboratorium

Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta, pada hari Jum’at, 18 Maret 2010. Bahan yang digunakan berupa

tanah kering udara ukuran Φ 2 mm dari lima jenis tanah yaitu Entisol, Ultisol,

35

Page 36: Laporan Resmi DIT

Alfisol, Rendzina, danVertisol. Serta menggunakan alat antara lain cawan

porselen dan aquadest.

Mula-mula diambil segenggam tanah, meremas-remasnya untuk

melepaskan semua agregatnya sehingga akhirnya tanah menjadi pasta liat (kadar

air antara BG dan BJ). Membasahi sedikit demi sedikit sambil meremas-remas

jika kurang basah. Mencoba membentuk tanah seperti bola secara mengepal-

ngepalnya, bila tidak dapat membentuk bola berarti tanah bertekstur pasir. Bila

dapat, mencoba membentuk tanah tersebut menjadi pita dengan cara menekan dan

mendorong hati-hati dengan ibu jari dan alas jari telunjuk sampai ujung pita tanah

melampaui ujung jari telunjuk. Bila tidak dapat, tanah bertekstur pasir geluhan.

Bila dapat, lalu patah karena ujung-ujungnya melampaui ujung beratnya sendiri

setelah jari telunjuk sejauh < 2,5 cm, termasuk kelompok geluhan; 2,5 – 5 cm

kelompok geluh lempungan; dan > 5 cm termasuk kelompok lempungan. Dari

hasil ketiganya tadi maka tanah dibuat bubur, lalu digosok-gosokkan dengan jari

pada telapak tangan. Tanah terasa kasar merajai dapat merupakan lempung

pasiran, geluh lempung pasiran, maupun geluh pasiran. Tanah terasa halus licin

merajai dapat merupakan lempung debuan, geluh lempung debuan atau geluh

debuan.Sedangkan bila terasa sama rasa, maka geluhan menjadi geluh, geluh

lempungan menjadi geluh lempungan, dan lempung tetap menjadi lempung.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 3. Tekstur Tanah dari Berbagai Jenis Tanah

No. Jenis Tanah Tekstur Tanah1. Entisol Pasir Geluhan2. Rendzina Lempung3. Ultisol Lempung Debuan4. Vertisol Geluh Lempungan5. Alfisol Geluh Lempungan

36

Page 37: Laporan Resmi DIT

B. Pembahasan

Kelompok kami mendapatkan bagian untuk mengerjakan jenis tanah

entisol. Tanah ini hanya bisa dibuat pita sepanjang <0,5cm dan terasa kasar pada

tanah. Tanah ini kurang cocok untuk dijadikan lahan tanaman karena memiliki

pori yang besar. Pori yang besar mengakibatkan tanah sulit menyimpan air.

Namun tanah ini baik sebagai media awal setek dan cangkok. Tanah yang

porinya lebih banyak berisi udara daripada air dapat membantu pertumbuhan

akar lebih baik.

Jenis tanah yang diamati selanjutnya adalah jenis tanah rendzina. Tanah ini

bertekstur lempung dikarenakan memiliki sifat seimbang antara halus dan

kasarnya. Selain itu tanah ini bisa dibuat pita tanah dengan panjang >5cm. Tanah

ini sangat cocok untuk menjadi tanah pertanian, karena mampu menyimpan air

dengan baik serta memiliki aerasi ideal untuk tanaman jika dibandingkan dengan

tanah lainnya. Tanah rendzina cocok sebagai tanah persawahan.

Ultisol adalah jenis tanah ketiga yang diuji teksturnya. Jenis tanah ultisol

bisa dibuat pita sepanjang >5cm dan halus saat dirasakan di tangan. Tanah ini

relatif bagus menjadi tanah pertanian. Kemampuan menyimpan air pada jenis

tanah ini cukup baik. Tanah ini cocok digunakan untuk menanam tanaman umbi

akar.

Vertisol termasuk katagori geluh lempungan. Geluh lempungan berarti

bahwa tanah ini memiliki ciri halus dan kasarnya seimbang jika dirasakan di

tangan. Dapat dibuat pita sepanjang antara 2,5-5cm. Tanah ini mempunyai level

kesuburan yang sedang. Oleh karena itu vertisol tidak efektif untuk menjadi

lahan pertanian.

Tanah terakhir yang diuji adalah alfisol. Tanah ini memiliki tekstur geluh

lempungan. Tanah ini bisa dibuat pita sepanjang 2,5-5cm. Mempunyai rasa kasar

dan halus yang seimbang jika dirasakan dengan tangan. Tanah ini memiliki

tekstur dan relatif sama dengan jenis tanah vertisol.

37

Page 38: Laporan Resmi DIT

Tekstur tanah mempunyai peranan penting dalam pertanian. Seperti

dijelaskan di beberapa paragraf sebelumnya, tekstur tanah menentukan daya

serap air dengan indikasi pori-pori tanah tersebut. Selain daya serap tanah,

tekstur juga dapat menentukan cara pengolahan suatu lahan yang tepat dan

efektif dan dapat menentukan tanaman apa yang tepat untuk ditanam pada lahan

tersebut.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu metode secara

pilinan. Metode ini dipilih karena metode ini relatif mudah dilaksanakan, hanya

dengan membuat adonan tanah sampel dan mengikuti alur bagan kerja yang

tersedia.

Faktor-faktor pembentukan tekstur sendiri adalah batuan induk, proses

genesis, serta umur pembentukan tanah. Sedangkan faktor pengubah tekstur

tanah adalah pergeseran komposisi fraksi pembentuk tanah. Salah satu contohnya

adalah saat erosi, erosi terjadi bisa dengan media angin, air, air laut, dan salju.

Erosi akan mengikis fraksi-fraksi tertentu yang paling mudah terkikis dan

membawanya ke tempat lain. Padahal diketahui bahwa tekstur tanah terbentuk

akibat pencampuran beberapa fraksi pembentuk tanah dengan komposisi tertentu.

Jika komposisi itu berubah maka teksturnya akan ikut berubah.

Antara tekstur, struktur, dan konsistensi memiliki hubungan yang tidak

dapat dipisah antara satu sama lain. Karena dari ketiga sifat tersebut dapat

mengidentifikasikan tanah. Tidak mungkin tanah memiliki konsistensi dan 38

TANAH

TEKSTUR

STRUKTUR KONSISTENSI

Page 39: Laporan Resmi DIT

struktur tapi tidak memiliki tekstur yang cocok. Contohnya adalah, jika tekstur

suatu tanah adalah pasir maka strukturnya butir tunggal dan konsistensinya lepas-

lepas.

V. KESIMPULAN

1. Tekstur tanah dipengaruhi oleh kandungan mineral dari masing-masing tanah.

2. Mengetahui tekstur tanah akan dapat mempermudah penentuan cara

pengolahan lahan dan tanaman apa yang cocok untuk ditanamkan pada lahan

tersebut.

3. Tanah akan berubah teksturnya jika salah satu fraksi penyusun tanah berubah

komposisinya, baik karena penambahan fraksi lain atau karena proses erosi.

39

Page 40: Laporan Resmi DIT

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Tekstur Tanah. <http://lel tekstur tanah.ipb.ac.id>. Diakses tanggal 20 Maret 2011.

Islami, T. dan U. W. Hadi. 1995. Hubungan Air, Tanah, dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.

Nitisapto, M dan A. S. Syamsul. 2005. Evapulasi development of ginger on some physical-chemical properties of slope cuts around Puchong Selangor. The Malaysia Jurnal of Analitical Siclenses 10: 252 – 235.

Resman dan H. Bambang. 2006. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 : 101-108.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Wibowo, A. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta.

40

Page 41: Laporan Resmi DIT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA IVSTRUKTUR TANAH

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

41

Page 42: Laporan Resmi DIT

GOL/KEL : A5/1Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUMJURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011ACARA IV

STRUKTUR TANAH

ABSTRAKSI

Praktikum Dasar- dasar Ilmu Tanah dengan judul struktur tanah dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Maret 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas gadjah Mada. Praktikum ini terdiri dari dua percobaan, yaitu menerapkan kerapatan Bongkah atau Volume Tanah ( BV ) dan menetapkan Kerapatan Butir atau Partikel Tanah ( BJ ). Dengan BV dan BJ yang didapat ,porositas total tanah dapat diketahui. Dalam menetapkan BV suatu tanah digunakan metode lilin, yaitu dengan membuat selaput lilin secara sempurna di seluruh permukaan bongkah kemudian menimbang dan menghitung volumenya sehingga dapat diketahui nisbah antara berat bongkah yang terselimuti lilin dengan volumenya. Didalam menetapkan BV digunakan tanah bongkah ( gumpalan ), sedangkan didalam menentukan BJ digunakan tanah kering udara dengan diameter 2mm dan metode yang dipakai yaitu metode piknometer. Dari hasil pengamatan diperoleh urutan tanah yang mempunyai berat volume yang terbesar hingga terkecil adalah Vertisol ( 2,305 gr/cm3 ) > Rendzina ( 1,804 gr/cm3 ) > Ultisol ( 1,54 gr/cm3 ) > Entisol ( 1,364 gr/cm3 ) > Alfisol ( 1,304 gr/cm3 ). Sedangkan urutan tanah dari yang mempunyai Berat Jenis yang terbesar hingga yang terkecil adalah Entisol ( 2,468 gr/cm3 ) > Alfisol ( 2,186 gr/cm3 ) > Vertisol ( 2,17 gr/cm3 ) > Ultisol ( 2,136 gr/cm3 ) > Rendzina ( 2,062 gr/cm3

).

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya tanah merupakan tubuh alam. Namun demikian, banyak

tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen. Sebagai contoh

42

Page 43: Laporan Resmi DIT

struktur tanah berubah-ubah karena lalu lintas, susunan kimia tanah berubah

karena irigasi dan pemupukan. Struktur tanah adalah bagian dari sifat fisik tanah.

Struktur tanah ini merupakan proses fisio kimia dan biologi yang dimulai dari

penjojotan dan agregasi dengan diikuti sementasi (bahan pelekat).

Hal ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim, aktifitas biologi,

pengelolaan tanah dan kepekaan tanah terhadap gaya-gaya perusak dan fisio

kimia. Oleh karena itu belum ada secara obyektif dan kuantitatif dapat digunakan

untuk menentukan struktur tanah, yang ada yaitu metode yang subyektif dan

kuantitatif antara lain metode lilin, ring sampel dan air raksa.

Dengan penentuan berat volum (BV), berat jenis (BJ) dan porositas tanah

dapat membedakan antara struktur yang ada. Kaitannya dengan daya serap air,

struktur tanah mempengaruhi karena berdasar pori-pori tanah, pori-pori tanah

yang besar bermanfaat untuk aerasi dan filtrasi, sedangkan pori-pori kecil untuk

menyimpan lengas.

B. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetapkan Kerapatan Bongkah

atau Volume Tanah ( BV ), menetapkan Kerapatan Butir atau Partikel Tanah

( BJ ) dan menetapkan porositas total tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan

ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk

agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di

mana, partikel pasir, debu dan lempung relatif disusun satu sama lain. Di dalam

tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada

agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong

yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga

43

Page 44: Laporan Resmi DIT

akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan

ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman.

Idealnya bahwa struktur disebut granular (Wahyu B, 2008).

Struktur tanah yang baik adalah yang kandungan udara dan airnya dalam

jumlah cukup dan seimbang. Hal semacam ini hanya terdapat pada struktur yang

ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro

serta tahan terhadap pukulan tetes-tetes air hujan. Dikatan pula bahwa struktur

yang baik bila perbandingan sama antara padatan, air dan udara. (Arnaud, 1992).

Struktur terbentuk lewat proses flokulasi yang merupakan proses

elektrokinesis. Berat volume (BV) adalah berat tanah dibagi ” volume tanah ”

yang terdiri atas bagian padatan, bagian air dan bagian udara dengan satuan g/cm3.

Nilai BV digunakan untuk menafsir kepadatan tanah dan porositas tanah

(indikator pengamatan perkembanagn akar dan aerosi tanah). Nilai BV tanah

mineral berkisar antara 1,0-1,3 g/cm3 (bertekstur halus), sedang untuk tanah yang

bertekstur kasar berkisar antara 1,3-1,8 g/cm3. Berat Jenis (BJ) tanah merupakan

berat (g/cm3) dari fraksi padatan tanah tanpa keberadaan pori. Pada umumnya

nilai BJ ini relatif tidak banyak variasi, besaran 2,65 g/cm3 biasa dijumpai pada

berbagai jenis tanah, keculai bila tanah tersebut mengandung cukup banyak bahan

organik (lebih kecil), atau tanah yang mengandung banyak hidroksida besi dan

aluminium (lebih tinggi) (Maas,1996).

Tipe-tipe struktur tanah diantaranya adalah pipih (lempeng), prismatik,

tiang dan gumpal, butiran dan remah-remah. Tekstur dan struktur tanah keduanya

berpengaruh pada bentuk, ukuran dan bagian volume pori-pori tanah. Struktur

tanah mengatur keadaan khusus yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman

misalnya aerasi, suhu, gerakan larutan tanah, kegiatan mikrobia dan penetrasi akar

(Koorevar et al., 1987).

Entisol merupakan tanah muda yang hampir tanpa perkembangan tanah,

belum menampakkan deferensi horizon yang jelas, mengandung bahan-bahah

yang belum atau masih baru mengalami pelapukan. Stuktur tanahnya lemah dan

44

Page 45: Laporan Resmi DIT

belum membentuk agregat, tekstur berpasir, berdebu, daya pelolosan airnya besar

dan daya menahan airnya rendah. Umumnya mengandung P dan K yang masih

segar dan belum siap diserap oleh tanaman (Sumarna, 2001).

III. METODOLOGI

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2011 di Laboratorium

tanah, jurusan tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Pada percobaan

kerapatan massa tanah (BV) bahan yang digunakan berupa contoh tanah

gumpalan kering udara, alat yang digunakan berupa cawan pemanas lilin, lampu

spritus, penumpu kaki tiga, tabung ukur, pipet ukur dan termometer. Pada

percobaan kerapatan butir tanah (BJ) digunakan bahan berupa tanah kering udara

Ø 2 mm serta alat berupa piknometer, kawat pengaduk halu dan termometer.

Pada percobaan kerapatan massa tanah (BV) cara kerjanya pertama-tama

ambil sebongkah tanah dan dibuat bola sehingga dapat masuk kedalam tabung

ukur. Permukaannya dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel secara

hati-hati dengan kuas, tanah diikat kemudian ditimbang (a gram). Lilin dicairkan

dalam cawan pemanas, suhu diukur hingga 600 – 700. Masukkan bongkah tanah

kedalam cawan selama 5 detik, dinginkan kemudian ditimbang (b gram). Tabung

ukur diisi dengan air akuadest misalnya sampai volume tertentu (p ml) dan

bongkah tanah dimasukkan perlahan-lahan. Pada percobaan kerapatan butir tanah

(BJ) ditimbang piknometer kosong bersumbat (a gr), mengisi tanah ½ volume,

kemudian menyumbat dan menimbang. Tambahkan aquadest 2/3 volume,

mengaduknya dengan pengaduk kawat untuk menghilangkan udara yang tersekap.

Mendiamkannya selama 1 jam, mengukur suhu suspensi (misal t10C) dan

membaca BJ suspensi pada tabel BJ (misal BJ1). Mengaduk-aduk lagi, mencuci

kawat pengaduk dengan botol pancar, kemudian hingga aquadest dapat mengisi

pipa kapiler sampai penuh. Mengeringkan dinding pikno dengan kertas tissu dari

air yang menempel kemudian menimbangnya (misal c gram). Membuang isi

45

Page 46: Laporan Resmi DIT

pikno dan membersihkannya mengisi piknometer dengan aquadest sampai penuh

dan menyumbatnya. Mengamati air harus mengisi pipa kapiler sumbat.

Mengeringkan permukaan luar pikno dengan tissu dan menimbang pikno berisi air

(d gram). Mengukur suhunya (misal t0C) dan melihat BJ aquadest (misal BJ2)

pada suhu tersebut didalam tabel BJ.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 4. Data Nilai Porositas Masing-Masing Jenis tanah

NO TANAH BV (gr/cm3) BJ (gr/cm3) n (%)

1. Entisol 1,13 2,45 54

2. Ultisol 1,171 1,995 41,30

3. Alfisol 1,3 1,45 10,3

4. Rendzina 1,986 1,79 10,95

5. Vertisol 0,96 1,926 50,16

Contoh perhitungan:

Entisol

BV =

87×a(100+KL ) [0 , 87 (q−p−r )−(b−a ) ] g/cm3

=

87×1 , 01(100+1 , 98 ) [0 ,87 (31−30 )−(1 , 12−1 , 01 ) ] g/cm3

=

87 ,87(101,98 ) [0 ,87(1−0 ,11) ] g/cm3

=

87 , 87101 , 98x 0 , 77 g/cm3

= 1,13 g/cm3

46

Page 47: Laporan Resmi DIT

BJ =

100×(b−a )×BJ1×BJ2

(100+KL) [BJ 1(d−a )−BJ2 (c−b) ]g /cm3

=

100×(63 , 20−27 ,71 )×0 ,996×0 , 996(100+1 , 85) [(0 , 996 x 49 , 31)−(0 , 996 x35 , 16 )]

g/cm3

=

3520 ,66101 , 85 x 14 , 09

g/cm3

= 2,45 g/cm3

n = [1−BV

BJ ]×100%

= [1−1 ,13

2 ,45 ]×100 %

= [ 1−0 , 46 ]×100%

= 54%

B. Pembahasan

Pada percobaan acara IV yaitu “Struktur Tanah”, akan ditentukan berapa

kerapatan bongkah atau volume tanah (BV), kerapatan butir atau partikel tanah

(BJ), dan porositas total tanah (n). Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel

tanah primer (bahan mineral) dan bahan organik serta oksida yang membentuk

agregat sekunder. Gatra agegrat meliputi bahan padatan dan pori tanah.

Berat volume (BV) atau bulk density adalah berat bongkah tiap satuan

volume total bongkah tanah dan dinyatakan dalam gr/cm3. Dalam penentuan nilai

BV, digunakan metode lilin. Caranya adalah dengan membuat lilin secara

sempurna pada seluruh permukaan bongkah, kemudian ditimbang dan dihitung

volumenya, sehingga dapat diketahui nisbah berat bongkah yang diselimuti lilin

dengan volumenya. Besarnya nilai BV tergantung pada komposisi serta proporsi

fraksi penyusun tanah (bahan organik dan mineral tanah). Apabila nilai BV tinggi,

47

Page 48: Laporan Resmi DIT

maka tingkat kemampatan suatu tanah juga tinggi, begitu pula sebaliknya.

Tingginya nilai BV juga berakibat pada nilai porositasnya yang semakin rendah.

Berat jenis (BJ) atau particle density atau perbandingan relatif antara berat

padatan tanah dengan volume padatan (tanpa ada volume pori tanah) yang

dinyatakan dalam gr/cm3 atau kg/m3. Dalam penentuan ilai BJ, digunakan metode

piknometer. Jenis mineral yang terkandung, mempengaruhi besarnya nilai BJ

tanah. Tanah yang banyak mengandung mineral berat seperti magnesit, gamet,

dan zircon, maka nilai BJ dapat mencapai lebih dari 2,75 gr/cm3, sedangkan tanah

yang banyak mengandung bahan organik, maka nilai BJ dapat mencapai kurang

dari 2,45 gr/cm3.

Porositas total tanah (n) adalah prosentase volume pori-pori terhadap

volume bongkah tanah. Tanah yang mempunyai struktur mampat akan

mempunyai porositas total yang rendah, sedangkan struktur remah akan

mempunyai porositas total tanah tinggi. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai

porositas total tanah yaitu distribusi ukuran partikel, jenis mineral tanah yang

terkandung, serta kandungan bahan organik.

Struktur tanah sangat mempengaruhi sifat dan keadaan tanah. Oleh karena

itu, pernafasan akar tanaman dan keadaan atau kadar air banyak ditentukan oleh

struktur tanah. Agregat tanah (bentuk, susunan, dan kuat lemahnya agregat) yang

terbentuk juga berpengaruh pada struktur tanah. Apabila struktur tanahnya remah,

maka gerakan air dan udara dalam tanah akan berlangsung baik.

Tanah entisol memiliki nilai BV=1,13 gr/cm3, BJ=2,45 gr/cm3, dan

n=54%. Tanah Entisol merupakan tanah berstruktur remah dengan tekstur pasir.

Dari nilai BJ, tanah Entisol termasuk tanah yang banyak mengandung bahan

organik. Tanah Entisol berada pada lingkup tanah organik yang mempunyai

kemungkinan untuk subur pada waktu-waktu selanjutnya. Struktur remah pada

tanah entisol memiliki bentuk bulat dan semua sumbu panjangnya dengan muka

tidak beraturan, agregatnya disebut granular poros. Nilai BV Entisol menunjukkan

bahwa tanah ini bertekstur kasar (pasir). Dari nilai porositasnya, dapat diketahui

48

Page 49: Laporan Resmi DIT

bahwa Entisol memiliki porositas tinggi dan kerapatan bongkahnya kecil, sesuai

dengan teksturnya pasir, sehingga efisien dalam lalu lintas air dan udara.

Tanah Ultisol memiliki nilai BV=1,171 gr/cm3, nilai BJ=1,995 gr/cm3 dan

parositasnya 41, 3 %. Tanah Ultisol merupakan tanda bertekstur halus, dengan

struktur gumpal. Dalam pengolahannya tanah ultisol memerlukan proses aerasi

agar infiltrasinya berjalan dengan baik sehingga mendukung pertumbuhan akar

tanaman. Dari nilai BJ nya, tanah ultisol termasuk tanah dengan kandungan bahan

organik yang cukup banyak. Tanah ultisol bertekstur halus, padat dengan struktur

gumpal termasuk dalam lempung debuan. Tanah jenis ini perlu adanya

penambahan pasir atau bahan organik untuk memperbaiki aerasi tanahnya. Dari

nilai BVnya, tanah ultisol termasuk tanah bertekstur halus, licin merajai. BV tanah

ultisol tergolong tinggi. Dari nilai BJ dan BV, dapat diketahui nilai porositasnya

26 % yang menunjukkan tanah ini memiliki kandungan liat tinggi.

Tanah Alfisol, nilai BV=1,3 gr/cm3, BJ=1,45 gr/cm3 dan porositasnya 10,03

%. Pada umumnya tanah Alfisol bertekstur lempung, horizon argilik, dengan

pepohonan merupakan vegetasi alaminya. Dari nilai BJ nya, Alfisol tergolong

memiliki kandungan yang tinggi bahan organiknya. Dari nilai BV nya, Alfisol

tergolong baik untuk pertanian dengan jenis tanah berstatus basa rendah.

Porositasnya rendah kerapatan bongkah besar. Struktur tanah Alfisol

menyebabkan lengas tanahnya tidak mudah hilang.

Nilai BV yang dimiliki vertisol 0,96 mendekati 1 termasuk tanah dengan

struktur normal bertekstur kasar. Kecilnya nilai BV dikarenakan longgarnya

tanah tersebut sehingga mudah meneruskan air dan ditembus oleh akar tanaman.

Nilai BV yang rendah ini juga menandakan tanah ini mengandung bahan organik

yang cukup tinggi sehingga baik bagi pertumbuhan tanaman. Bahan organik dapat

memperbaiki struktur tanah sehingga dapat meningkatkan pori tanah. Karena nilai

BV yang rendah menandakan kandungan bahan organik yang tinggi, maka

semakin tinggi nilai BJnya, yaitu 1,926 g/cm3. Berdasarkan kriteria nilai BJ, maka

tanah vertisol termasik kategori tanah mineral yang tinggi bahan organic karena

49

Page 50: Laporan Resmi DIT

mempunyai nilai BJ <2,45 g/cm3. Porositas vertisol yang tinggi yaitu

50,16%menandakan bahwa jenis tanah ini sangat berpori. Nilai Porositas tanah

dapat dipengaruhi oleh besar kandungan bahan organik tanah, struktur tanah dan

tekstur tanah.Tanah berstruktur mampat akan memiliki porostas rendah sedangkan

tanah yang berstruktur remah akan memiliki porositas tinggi. Porositas tinggi

apabila bahan organik tinggi. Jadi, hasil analisa BV, BJ, dan porositas maka dapat

disimpulkan bahwa tanah vertisol tinggi kandungan bahan organic sehingga

sangat baik dijadikan lahan pertanian.

BV rendzina berdasarkan percobaan adalah senilai 1,986 g/cm3, BJ senilai

1,79 g/cm3, dan porositasnya bernilai 10,95%. Seharusnya nilai BV selalu lebih

rendah dari BJ karena volume total tanah yang terdiri dari air, udara, tanah, dan

bahan organik lebih besar dari hanya volume tanah itu sendiri.Nilai BV yang lebih

besar dari BJ dapat menyebabkan porositas yang bernilai negatif. Sedangkan nilai

porositas tidaknmungkin negatif. Nilai negatif ini mungkin disebabkan adanya

cairan lilin yang mungkin masuk ke bongkah tanah yang masih berpori saat

pengamatan BV. Hal ini menyebabakan data yang diperoleh tidak akurat. Namun

dalam perhitungan akhir nilai porositas bersifat mutlak sehingga nilai akhir tetap

bernilai positif. Sebenarnya tanah rendzina mempunyai struktur lempung.

Rendzina baik dalam pertumbuhan tanaman karena memiliki adar lengas yang

cukup tinggi. Namun untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman, perlu

ditambahkan bahan organik agar struktur tanahnya dapat diperbaiki dan

meningkatkan tingkat porositas tanah yang kurang.

Mengetahui struktur tanah dalam bidang pertanian berguna untuk

menganalisa probabilitas pertumbuhan tanaman, bagaimana tanaman dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya dan bertahan hidup apabila hidup di tanah

tersebut. Hal ini karena dengan diketahuinya struktur suatu jenis tanah maka

dapat dianalisa kesuburan tanah, kandungan mineral dan organic tanah,

kemampuannya untuk menyimpan air, udara serta kemungkinan untuk tererosi.

Analisa ini diperlukan untuk menentukan perlakuan pada suatu jenis tanah untuk

memperoleh hasil pertanian yang optimal.

50

Page 51: Laporan Resmi DIT

Penentuan berat volume dilakukan dengan metode lilin karena metode ini

adalah yang paling mudah dilakukan dan bahan-bahannya mudah diperoleh.

Metode ini dilakukan dengan membuat lapisan lilin pada sebongkah tanah yang

pori-pori luarnya telah dihaluskan agar tak ada materi lain yang masuk dan

mempengaruhi berat dan volume tanah bongkah. Cairan lilin yang digunakan

adalah yang bersuhu 60-70°C karena jika suhu terlalu panas maka lilin akan

sangat encer dan dapat masuk ke pori bongkah. Beberapa hal yang dapat

mempengaruhi akurasi data yaitu penghalusan pori luar bongkah tanah yang

kurang sempurna, suhu pemanasan lilin, dan lama pencelupan bongkah dalam

lilin. Penentuan nilai BJ dilakukan dengan metode piknometer. Suspensi dalm

piknometer didiamkan selama 1 jam agar semua partikel tanah larut dalam air dan

pengukuran suhu tanah akurat untuk menentukan nilai BJ.

51

Page 52: Laporan Resmi DIT

V. KESIMPULAN

1. Pada jenis tanah Entisol (Regosol)

Kerapatan Bongkah (BV) = 1,13 g/cm

Kerapatan Butir (BJ) = 2,45 g/cm3

Porositas = 54%

2. Pada jenis tanah Ultisol (Latosol)

Kerapatan Bongkah (BV) = 1,171 g/cm

Kerapatan Butir (BJ) = 1,995 g/cm3

Porositas = 41,30%

3. Pada jenis tanah Alfisol (Mediteran)

Kerapatan Bongkah (BV) = 1,3 g/cm

Kerapatan Butir (BJ) = 1,45 g/cm3

Porositas = 10,3%

4. Pada jenis tanah Rendzina (Mollisol)

Kerapatan Bongkah (BV) =1,986 g/cm

Kerapatan Butir (BJ) = 1,79 g/cm3

Porositas = 10,95%

5. Pada jenis tanah Vertisol (Grumusol)

Kerapatan Bongkah (BV) = 0,96 g/cm

Kerapatan Butir (BJ) = 1,926 g/cm3

Porositas = 50,16%

52

Page 53: Laporan Resmi DIT

DAFTAR PUSTAKA

Arnaud,R.J. 1972. Capacity of cherozemic soil. Journal of Soil Science: 124-126

Bani, W. 2008. Struktur Tanah. <http://bwn123.wordpress.com>. Diakses pada

tanggal 9 Maret 2011.

Koorevaar, P.G. Menelik and C. Dirksen. 1987. Element of soil Physics-

Development in soil Science 13 (alih bahasa B.D.Kertonegoro). Jurusan

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Maas, A. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. Akademi Penyuluh Pertanian,

Yogyakarta.

Sumarna. 2001. Sains Tanah. Jurnal Penelitian Ilmu Tanah dan Agroldimatologi.

4: 56-57.

53

Page 54: Laporan Resmi DIT

LAMPIRAN

Data Nilai BV, BJ, dan Porositas

BV

Data Entisol Ultisol Alfisol Rendzina Vertisol

a (gr)  1,01 1,76  2,61 3,028    2,015

b (gr)  1,12  1,88 2,73  3,161  2,115 

p (ml)  30 15  15   15 10 

q (ml)  31 16,5  17  16,5  12 

r (ml)  0  0  0  0  0

KL (%)  1,98  10,3 7,23 13,16  11,36 

BJ

a (gr)  27,71 32,23  13,38  25,57  22,60 

b (gr)  63,20 63,20  35,52  50,34  50,75 

t1 (°C)  30 29 29  26  28,3 

BJ1

(g/cm3) 0,996  0,996 0,996  0,997 0,996 

c (gr)  98,36 98,07  50,16  87,98  87,45 

d (gr)  77,02 81,29  42,06  75,12  72,65 

t2 (°C)  29 28 27  27  29,5 

BJ2

(g/cm3) 0,996  0,996  1 0,992  1 

KL (%)  1,85 8,98  9,07  13,20  10,702 

Rumus yang digunakan yaitu:

Kerapatan Bongkah atau Volume Bongkah

54

Page 55: Laporan Resmi DIT

BV =

87×a(100+KL ) [0 , 87 (q−p−r )−(b−a ) ] g/cm3

Keterangan :

BV : berat volume

a : berat bongkah tanah (gram)

b : berat bongkah tanah berlilin (gram)

p : volume awal tabung ukur (mL)

q : volume akhir tabung ukur (mL)

r : volume penambahan akuades (mL)

KL : kadar lengas contoh tanah (%)

Kerapatan Butir atau Partikel Tanah (BJ)

BJ =

100×(b−a )×BJ1×BJ2

(100+KL) [BJ 1(d−a )−BJ2 (c−b) ]g /cm3

Keterangan :

BJ : berat jenis

a : berat piknometer bersumbat (gram)

b : berat piknometer + contoh tanah bersumbat (gram)

c : berat piknometer + contoh tanah + akuades bersumbat (gram)

d : berat piknometer + akuades bersumbat (gram)

BJ1 : berat jenis suspensi (dengan melihat tabel berdasarkan suhu)

BJ2 : berat jenis akuades (dengan melihat tabel berdasarkan suhu)

55

Page 56: Laporan Resmi DIT

KL : kadar lengas contoh tanah (%)

Rendzina

Kerapatan Bongkah atau Volume Tanah (BV)

BV= 87 x 3,028(100+13,16 ) x (0,87 (16,5−15−0 )−(3,16−3,028 ) )

¿¿

BV = 263,436113,16 x1,172

BV=1,986 g/cm3

Kerapatan Butir atau Partikel Tanah (BJ)

BJ=100 x (50,34−25,57 ) x 0,997 x0,992

(100+13,20 ) x (0,997 (75,12−25,57 )−0,992 (87,98−50,34 ))

BJ= 2449,8113,20 x (49,40−37,34)

BJ=1,79 g/cm3

Porositas Total tanah (n)

n=[1−1,9861,79 ] x100 %

n=10,95%

Vertisol

Kerapatan Bongkah atau Volume Tanah (BV)

BV= 87 x 2,015(100+11,36 ) x (0,87 (11−10−0 )−(2,115−2,015 ) )

¿¿

BV= 175,305111,36 x (1,74−0,1)

BV=0,96 g/cm3

Kerapatan Butir atau Partikel Tanah (BJ)

BJ=100 x (50,75−22,60 ) x0,996 x 1

(100+10,702 ) x (0,996 (72,65−22,60 )−1 (87,45−50,75 ))

BJ= 2803,74110,702 x (49,85−36,7)

BJ=1,926 g /cm3

Porositas Total tanah (n)

56

Page 57: Laporan Resmi DIT

n=[1− 0,961,926 ] x100 %

n=50,16 %

Entisol

BV =

87×1 , 01(100+1 , 98 ) [0 ,87 (31−30 )−(1 , 12−1 , 01 ) ]

=

87 ,87(101,98 ) [0 ,87(1−0 ,11) ]

=

87 , 87101 , 98x 0 , 77

= 1,13 g/cm3

BJ =

100×(63 , 20−27 ,71 )×0 ,996×0 ,996(100+1 , 85) [0 ,996(77 , 02−27 ,71 )−0 ,996 (98 ,36−63 ,20 )]

g /cm3

=

100 x35 , 49 x 0 , 996 x0 , 996101 , 85[ (0 , 996 x14 ,09 )−(0 ,996 x35 , 16 )]

g /cm3

=

3520 ,66101 , 85 x 14 , 09

g/cm3

= 2,45 g/cm3

n = [1−1 ,13

2 ,45 ]×100 %

= [ 1−0 , 46 ]×100%

= 54%

Ultisol

BV =

87×1 ,76(100+10 ,3 ) [0 , 87 (16 , 5−15 )−(1 ,88−1 , 76 ) ]

57

Page 58: Laporan Resmi DIT

=

153 , 12(110 , 3 ) [0 ,87 (1,5−0 ,12 )]

=

153 , 12110 , 3 x1,2

= 1,171 g/cm3

BJ =

100×(63 , 20−32 ,23 )×0 ,996×0 , 996(100+8 , 98 ) [0 ,996 (81 ,29−32 ,23 )−0 ,996 (98 , 07−63 ,20 )]

g/cm3

=

100 x30 , 97 x 0 , 996 x0 , 996108 , 98( 48 ,86−34 ,73 )

g/ cm3

=

3072 x27108 , 98 x14 ,13

g /cm3

= 1,995 g/cm3

n = [1−BV

BJ ]×100%

= [1−1 ,171

1,995 ]×100 %

= 0 ,413×100 %

= 41,3%

Alfisol

BV =

87×2 , 61(100+7 , 23 ) [0 ,87 (17−15 )−(2 ,73−2 ,61 ) ]

=

227 , 07107 , 23[ 0 , 87(2−0 ,12 )]

=

227 , 07107 , 23 x1 , 64

= 1,3 g/cm3

58

Page 59: Laporan Resmi DIT

BJ =

100×(35 ,52−13 ,38)×0 ,996×1(100+9 , 07 ) [0 ,996(42 ,06−13 ,38 )−1(50 ,16−35 ,52 )]

g /cm3

=

100 x22 , 14 x0 ,996 x 1109 , 07[ (0 , 996 x 28 ,68 )−(1 x 14 , 64 ) ]

g /cm3

=

2205 ,14109 , 07(28 , 56−14 ,64 )

g /cm3

=

2205 ,14109 , 07 x13 , 92

g/cm3

= 1,45 g/cm3

n = [1− 1,3

1, 45 ]×100 %

= [1−0 , 89 ]×100%

= 11%

59

Page 60: Laporan Resmi DIT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA V

KONSISTENSI TANAH KUALITATIF

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

60

Page 61: Laporan Resmi DIT

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

GOL/KEL : A5/1Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUM

JURUSAN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

ACARA V

KONSISTENSI TANAH KUALITATIF

ABSTRAKSI

Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah, Acara 5 tentang konsistensi tanah kualitatif dilakukan pada hari Jum’at, 11 Maret 2010, di Laboratotium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan konsistensi tanah baik dalam keadaan basah maupun kering. Bahan yang digunakan yaitu tanah agregat (bongkah) dan tanah kering udara Ø 2 mm. Konsistensi basah ditentukan berdasarkan kelekatan dan plastisitas tanah yang diamati pada saat tanah dalam keadaan basah, konsistensi kering diukut dengan cara memecahkan agregat dalam keadaan kering dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau menggunakan telapak tangan dan ibu jari. Hasil praktikum menunjukan bahwa tanah rendzina mempunyai tingkat kelekatan dan keplastisan paling tinggi sendangkan tanah entisol paling rendah.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsistensi kering ialah percobaan mencari konsistensi suatu jenis tanah

dalam keadaan bongkah (agregat tidak terusik). Sifat fisik yang ditunjukan oleh

konsistensi berupa keteguhan (friability). Keliatan (plasticity), dan kelekatan

(stickness). Penentuan nilai konsistensi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu

61

Page 62: Laporan Resmi DIT

kualitatif (di lapangan dan di laboratorium) kuantatif (di laboatorium). Konsistensi

tanah berguna di bidang pertanian untuk mengetahui kelayakan tanah, apakah

cocok untuk bercocoktanam atau tidak, pengolahan lahan agar didapat hasil yang

maksimal, dan mengetahui jenis tanah.

B. Tujuan

1. Menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan kering.

2. Menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan basah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah adalah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandungan

air yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang

bekerja di dalam tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Konsistensi tanah

tergantung pada tekstur sifat dan jumlah koloid-koloid organic dan anorganik,

struktur dan terutama kandungan air tanah. Dengan berkurangnya kandungan air,

umunya tanah-tanah akan kehilangan sifat melekatnya (stickness) dan

plastisitasnya dan dapat menjadi gembur (friable) dan lunak (soft) dan akhirnya

jika kering menjadi keras dan koheren (Hakim et.al, 1986).

Konsistensi merupakan sesuatu yang berhubungan langsung dengan tekstur

dan keteguhan (firmness) tanah dan seringkali dihubungkan dengan kekuatannya.

Untuk tanah lempung kekuatan gesernya diistilahkan dengan kohesi dan kekuatan

geser tekanan tak tersekap (Unconfined Compression). Untuk membuat suatu

klasifikasi konsistensi baik di lapangan maupun di laboratorium, penentuan

besarnya kekuatan geser dapat di lakukan dengan berbagai pengujian seperti uji

geser Vane (laboratorium/ lapangan) dan uji geser tekanan tak tersekap

(Unconfined Compression) (Ardana, 2008).

Pendekatan pertama yang meliputi konsistensi tanah, didefinisikan sebagai

resistensi material untuk berubah bentuk atau pecah. Derajat kohesi atau adhesi

62

Page 63: Laporan Resmi DIT

dan massa tanah digunakan untuk mendeskripsikan kekuatan kohesi tanah pada

variabel level lengas tanah dan derajat sementasi (Porsinsky et.al, 2006).

Ada dua cara penetuan konsistensi tanah : (a). di lapangan (b). di laboratorium

berdasarkan angka- angka atterberg. Penentuan di lapangan menurut Soil Survey

Manual (USDA, 1962) harus disesuaikan dengan kondisi kelengasan tanah pada

saat diamati : konsistensi basah, lembab, dan kering. Penetapan di laboratorium

ditetapkan berdasarkan angka-angka Atterberg. Angka Atterberg adalah

presentase berat lengas tanah yang diukur pada saat tanah mengalami perubahan

konsistensi (Sutanto, 2005).

Tanah yang mengandung lempung tinggi kandungan bahan organik tinggi dan

mengandung lempung silikat akan bersifat plastis. Sedangkan tanah yang

memiliki struktur pasiran-sequoksida lebih lemah sifat plastisnya. Kohesi

diwujudkan oleh tarikan molekuler yang terdapat pada tanah yang berpermukaan

jenis besar, partikel-partikel tanah terletak dengan permukaan terluasnya saling

berhadapan dan partikel-partikel berada dekat satu dengan yang lain. Kohesi

paling besar terdapat dalam tanah kering dan menurun tajam dengan masuknya air

di sela-sela partikel tanah (Anonim, 2009).

Kemantapan agregat tanah umumnya menurun karena penggenangan sabagai

akibat pengembangan, penghidratan, dan peningkatan keterlarutan beberapa bahan

perekat. Perubahan kekuatan tanah di dalam agregat dan diantara agregat dapat

dilihat dari kohesi di dalam agregat tanah di mana menurun bila kadar lengas

meningkat, kohesi antar agregat sangat rendah pada kadar lengas yang rendah,

meningkat dengan cepat bila kelengasan meningkatan mencapai puncak kira-kira

kapasitas lapang dan menurun dengan tajam bila kadar lengas mendekati

kejenuhan (Bardy, 1974).

III.METODOLOGI

Praktikum konsistensi tanah kualitatif ini dilaksanakan pada hari Jum’at

11 maret 2010, di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian

63

Page 64: Laporan Resmi DIT

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan adalah contoh

tanah agregat tidak terusik (bongkah) entisol, ultisol, rendzina, altisol dan vertisol.

Mula-mula diambil tanah bongkah kemudian ditekan di antara ibu jari dan

telunjuk. Jika tanpa penekanan hancur, maka konsistensi lepas-lepas, jika dengan

sedikit ditekan hancur, maka konsistensi lunak, dan jika dengan ditekan kuat

hancur maka konsistensi agak keras. Kemudian apabila ditekan diantara telapak

tangan dengan ibu jari dengan kuat hancur maka konsistensi keras, dan bila tidak

hancur maka konsistensinya sangat keras.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 5. Konsistensi Tanah Kering

TANAHKONSISTENSI

KERING BASAHENTISOL Agak keras Agak lekat Agak plastisULTISOL Agak keras Lekat PlastisALFISOL Sangat keras Sangat lekat Sangat plastisRENDZINA Sangat keras Sangat lekat Sangat plastisVERTISOL Sangat keras Sangat lekat Sangat plastis

B. Pembahasan

Pada praktikum ini kelompok kami melakukan percobaan tentang

konsistensi tanah. Setelah dilakukan percobaan didapat data dan dimasukan dalam

tabel diatas. Diketahui bahwa ada dua cara dalam penetapan konsistensi secara

kualitatif. Yang pertama adalah dengan keadaan kering, diamati adalah tingkat

kekerasan tanah tersebut. Kedua adalah dengan keadaan basah, pada keadaan ini

diamati tingkat kelekatannya dan plastisnya. Umumnya untuk mengetes

64

Page 65: Laporan Resmi DIT

konsistensi menggunakan tangan kosong. Setelah itu menggunakan pengkajian

angka-angka Attenberg.

Adapun beberapa faktor yang memepengaruhi konsistensi. Yang pertama

adalah tekstur tanah, yaitu proporsi dari komposisi pembentuk tanah. Adapun

komposisinya adalah pasir, debu, dan lempung. Kedua adalah sifat tanah, salah

satu sifat tanah ialah perbandingan butir kasar dengan butir halus dan sifat organik

tanah. Ketiga adalah struktur tanah, struktur tanah ialah gabungan partikel-partikel

primer yang membentuk struktur lebih besar hingga menjadi tanah. Keempat

adalah kadar air tanah.

Dari hasil praktikum, entisol diketahui memiliki tekstur pasir geluhan dan

konsistensi kering yang agak keras. Karena pada saat keadaan kering, sampel

tanah ditekan kuat dengan ibu jari dan telunjuk baru hancur, lalu pada saat basah

hanya sedikit tanah yang menempel di jari dan saat dibuat bentuk pipa, pipa

tersebut retak-retak. Ini berarti butuh banyak air untuk mengairi lahan dengan

jenis tanah ini.

Ultisol bertekstur lempung debuan, dalam keadaan kering ultisol agak

keras karena baru hancur saat ditekan kuat dengan ibu jari dan telunjuk. Lalu

tanah ini sedikit menempel pada jari saat dalam keadaan basah dan dapat dibentuk

huruf O, S, atau 8 dengan sedikit retakan. Tanah ini cukup baik untuk dijadikan

lahan pertanian, karena tidak membutuhkan air yang banyak seperti entisol.

Alfisol memiliki tekstur geluh lempungan sehingga konsistensinya saat

kering sangat kuat. Terbukti bahwa saat ditekan kuat dengan pangkal telapak

tangan dan ibu jari, bongkah tanah ini tidak hancur. Lalu tanah ini juga sangat

plastis dan lekat, pada saat keadaan basah, banyak tanah yang menempel di jari

dan tanah ini bisa dibuat bentuk O, S, dan 8 tanpa ada retakan. Tanah ini baik

digunakan pada pertanian, namun jika terlalu banyak kandungan air pada tanah ini

akan sangat sulit mengolah untuk mengolah tanah ini, karena sangat plastis dan

lekat.

Rendzina sangat padat dan keras. Pada saat kering, tanah ini tidak dapat

dihancurkan dengan telapak tangan dan ibu jari. Pada keadaan basah tanah ini

banyak menempel di jari yang menandakan tanah ini sangat lekat serta adonan

65

Page 66: Laporan Resmi DIT

tanah ini dapat dibuat bentuk O, S, dan 8 tanpa ada retakan. Tanah ini sangat

mirip dengan lilin mainan saat keadaan basah. Ini menunjukan bahwa pada saat

basah, tanah ini akan sulit untuk diolah karena daya lekat dan plastisnya tinggi.

Vertisol mempunyai tekstur lempung, mengandung kapur, koefisien

expansi dan kontraksi tinggi jika dirubah kandungan airnya. Pada fase kering

tanah ini sangat keras karena tidak hancur ditekan dengan ibu jari dan telapak

tangan. Pada keadaan basah tanah ini juga sangat lekat dan plastis, ini terlihat

pada saat di uji keadaan basah tanah ini banyak menempel di jari dan dapat dibuat

bentuk O, S, dan 8 tanpa retakan.

Konsistensi tanah dalam pertanian sangatlah penting karena digunakan

untuk menentukan cara pengolahan lahan yang baik dan benar. Dengan

mengetahui konsistensi tanah, kita akan dapat mengira-ngira komposisi tanah di

lahan kita, serta dapat menentukan perlakuan dan tanaman apa yang cocok untuk

ditanam di lahan tersebut. Misalkan diketahui konsistensi tanah kita seperti

lempung, kita tidak harus memberikan banyak air pada lahan itu. Selain itu,

kelengasan juga penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan

kemampuan tanah menyimpan lengas.

Sekalipun konsistensi tanah dan struktur tanah berhubungan erat satu sama

lain, struktur tanah menyangkut bentuk, ukuran, dan fendfinisio agregat alamiah

yang merupakan hasil dari keragaman gaya tarikan dari massa tanah. Sebaliknya,

konsistensi tanah meliputi kekuatan dan corak dari gaya-gaya tersebut. Baik

bentuk maupun derajat mempunyai hubungan yang erat dengan tipe atau kelas

tekstur tanah, bahkan dengan sifat tanah dan dapat digambarkan hubungannya

seperti ini.

66

TANAH

TEKSTUR

STRUKTUR KONSISTENSI

Page 67: Laporan Resmi DIT

Contoh keterkaitannya adalah, jika tekstur suatu tanah adalah pasir maka

strukturnya butir tunggal dan konsistensinya lepas-lepas.

VI. KESIMPULAN

1. Guna dari praktikum ini adalah untuk mengetahui konsistensi kering

maupun konsistensi basah tanah hingga dapat diketahui manfaat dan

pemakaiannya.

2. Kandungan lempung, pasir dan debu pada tanah akan mempengaruhi

konsistensi tanah.

67

Page 68: Laporan Resmi DIT

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Konsistensi Tanah.<http://mastegar.blogspot.com>. Diakses tanggal 15 Maret 2011.

Ardana, M. D.W. 2008. Korelasi kekuatan geser undrained tanah lempung dari uji unconfined compression dan uji Laboratory Vane Shear. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 6: 131-136.

Brady, N.C. 1974. The Nature and Properties of Soil. Macmillan, New York.

Hakim, Nurhajati., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Porsinsky, Tomislav, Mario Sraka, and Igon Sankis. 2006. Comparison of two approaches to soil strengh classification. Croation Jurnal of Forest Engineering 27 : 17-26.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

68

Page 69: Laporan Resmi DIT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA VIBAHAN ORGANIK TANAH

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

69

Page 70: Laporan Resmi DIT

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

GOL/KEL : A5/1Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUMJURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011ACARA VI

BAHAN ORGANIK TANAH

ABSTRAKSI

Praktikum acara VI yang berjudul ”Bahan Organik Tanah” dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 Maret 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode Walkley and Black. Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah labu takar 50 ml, pipet volume 10 ml, gelas ukur 10 ml, labu erlenmeyer 50 ml, buret. Sedangkan bahan yang digunakan adalah contoh tanah kering udara Φ0,5 mm. Bahan kemikalia yang digunakan dalam praktikum adalah K2Cr2O7 1N, H2SO4 pekat, FeSO4 1N, dan indikator difenilamin. Kandungan bahan organik mempengaruhi perakaran tanaman. Untuk itu, tujuan dilakukan pengujian ini ialah untuk mengetahui penetapan kandungan C-organik dan kandungan bahan organik di dalam tanah. Penetapan kandungan bahan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Dari hasil percobaan diketahui bahwa urutan kandungan bahan organik berbagai jenis tanah adalah Entisol < Ultisol < Alfisol < Vertisol < Rendzina. Dari hasil percobaan juga diketahui bahwa pada titrasi menggunakan FeSO4 volume yang diperlukan oleh blanko lebih besar daripada larutan yang berisi tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pada larutan yang berisi tanah terjadi reaksi antara K2Cr2O7 dengan bahan organik sehingga sisa dari reaksi tersebutlah yang bereaksi dengan FeSO4. Sehingga semakin banyak bahan organik yang terkandung dalam tanah tersebut maka jumlah FeSO4 yang digunakan semakin sedikit.

I. PENDAHULUAN70

Page 71: Laporan Resmi DIT

A. Latar Belakang

Kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain

iklim, tipe penggunaan lahan, relief, land form, aktivitas manusia. C/N adalah salah satu

parameter yang dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik. Metode

yang digunakan dalam praktikun ini adalah metode Walkey and Black yang

menggunakan tahapan antara arti nyata kandungan bahan organik yang ditentukan oleh

besarnya C-organik hasil titrasi yang kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu.

Unsur N merupakan unsur marko esensial terbesar yang dibutuhkan oleh tanaman

karena dalam kehidupan memegang peranan penting yaitu sebagai komponen penyusun

asam amino protein dan pertumbuhan sel. Sumber N utama dalam tanah yaitu dari

mineralisasi dan dekomposisi bahan organik. Bentuk N dalam tanah yaitu N2, NH4, NO3

dan NO2. Pada umumnya tanaman menyerap N dalam bentuk NH4 atau NO3.

B. Tujuan

Praktikum Nisbah C/N bertujuan untuk menetapkan kadar C-organik tanah dan kadar

bahan organik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system

kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang

terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk karena

dipengaruhi oleh factor biologi, fisika, dan kimia (Konova, 1961).

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbarui, didaur

ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan

oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik demikian berada

dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai

71

Page 72: Laporan Resmi DIT

akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu

diperbarui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (sudadi, 2005)

Bahan non humus meliputi bahan yang sedang terdekomposisi dan

terdekomposisi sebagian. Bahan non humus merupakan sumber energi bagi

mikroorganisme tanah serta sumber hara bagi tanaman. Melalui proses

mineralisasi bahan organik, akan tersedia unsur hara makro maupun hara mikro.

Sedangkan bahan humus mengandung unsur hara seperti NH4, NO3, SO4, S,

H2PO4. Humus mempunyai pengaruh memperbaiki struktur tanah, meningkatkan

kpk, penyangga pH tanah, dan meningkatkan daya simpan lengas (Handayani,

2010).

Bahan organik tanah dapat berasal dari (Madjid, 2007):

1. Sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa:

daun, ranting dan cabang, batang, buah, dan akar.

2. Sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna yang dapat berupa:

kotorannya dan mikrofauna.

3. Sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: pupuk

kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, dan pupuk hayati.

Perhitungan nisbah C/N dimaksudkan untuk mengetahui laju dekomposisi

bahan organik yang terjadi di dalam tanah dengan criteria jika C/N besar maka

dekomposisi belum lanjut, jika sebaliknya maka dekomposisi telah lanjut (Yunan

et. al., 2006).

Nisbah C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan

organik dan kegiatan jasad renik tanah. Kebanyakan energi yang diperlukan untuk

mempertahankan populasi tanah berfungsi dan mendukung kelangsungan proses

tanah yang begitu banyak berasal dari konversi karbon organik menjadi

karbondioksida. Akan tetapi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan

C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan ketersediaan

N bagi pembentukan protein mikrobia, kegiatan jasad renik akan terhambat. Maka

suatu nisbah C/N di atas kira-kira 25 : 1 membuat laju mineralisasi bahan organik

rendah, apabila tidak ada sumber alternatif N dalam tanah yang dapat

dimetabolisasikan oleh mikroorganisme (amonium dan nitrat). Pada nisbah C/N

72

Page 73: Laporan Resmi DIT

dibawah 20 : 1 hanya N yang dimineralisasikan. Mikroorganisme mati mudah

diuraikan karena tersusun atas zat-zat sederhana (Broadbent, 1957 cit Schroeder,

1984).

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah dengan judul Bahan Organik Tanah

ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 Maret 2011 di Laboratorium Tanah

Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah labu takar 50 ml,

pipet volume 10 ml, gelas ukur 10 ml, labu erlenmeyer 50 ml, buret. Sedangkan

bahan yang digunakan adalah contoh tanah kering udara Φ0,5 mm. Bahan

kemikalia yang digunakan dalam praktikum adalah K2Cr2O7 1N, H2SO4 pekat,

FeSO4 1N, dan indikator difenilamin.

Langkah kerja dalam praktikum ini adalah pertama-tama, semua alat dan

bahan disiapkan dan contoh tanah kering udara ditimbang seberat a gram (misal 1

gram) dan dimasukkan ke labu takar 50 ml. Kemudian ditambahkan 10 ml secara

tepat K2Cr2O7 1N dengan pipet volume 10 ml (JANGAN MENGGUNAKAN

GELAS UKUR). Setelah itu ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur

(lewat dinding-dinding kaca) perlahan-lahan. Jika terjadi luapan dihentikan

sebentar. Kemudian digojok dengan gerakan mendatar dan memutar di atas meja.

Warna harus tetap merah jingga, apabila warna berubah menjadi hijau

ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 1N dan 10 ml H2SO4 pekat (dicatat volume

penambahan ini), setelah itu digojok lagi. Kemudian dibiarkan selama 30 menit

agar larutan menjadi dingin. Setelah itu ditetesi 2-3 tetes indikator difenilamin

kemudian ditambahkan air aquadest hingga volume 50 ml tepat dengan botol

pancar. Setelah itu labu takar disumbat dengan karet/plastik. Setelah itu digojok

dengan dibolak-balik sampai homogeny dan biarkan mengendap. Setelah itu

diambil 5 ml larutan yang jernih dengan pipet volume 5 ml, kemudian

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 50 ml dan ditambahkan 15 ml air aquadest.

73

Page 74: Laporan Resmi DIT

Kemudian dititrasi dengan FeSO4 1N hingga warna menjadi kehijauan setelah itu

volumenya dicatat. Setelah itu langkah tersebut untuk keperluan blangko tanpa

tanah (cukup 1 blangko pergolongan).

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 6. Kadar Bahan Organik Tanah

JENIS

TANAH

ENTISO

L

RENDZIN

A

ULTISO

L

VERTISO

L

ALFISO

L

VA (ml) 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5

VB (ml) 3,5 1 3,6 2,3 2,5

NFESO4 (N) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

KL (%) 1,41 13,27 13,59 11,59 8,62

a (gram) 1 1 1 1 1

Konsentrasi C 0,790 3,089 0,797 1,913 1,693

Kadar BO (%) 1,362 5,326 1,373 3,298 2,919

Rumus Perhitungan:

C =

(100+KL)( B−A ) xNFeSO4 x 3100 x1000 xa x

505 x

10077 x 100 %

74

Page 75: Laporan Resmi DIT

Kadar bahan organik = [C]

10058 %

10077

dari(C )metode Walkey and Black

(C ) metode dennstedt

Nisbah C / N=%C total% N total

Keterangan :

A : ml baku KL : kadar lengas tanah

B : ml blanko a : contoh tanah kering udara

(gram) = 1 g

N : normalitas = 1ml

Contoh perhitungan :

- Tanah entisol

C=

(100+1 , 45 )(4,1−3,3 ) x0,2 x3100 x1000 x1 x

505 x

10077 x 100 %

=0.632%

BO=0,632x

10058 %

=7,0897%

B. Pembahasan

Bahan organik adalah bagian dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia

yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk

karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan kimia.

Kadar bahan organik tanah pada masing-masing jenis tanah berbeda-beda.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

75

Page 76: Laporan Resmi DIT

1. Iklim

Iklim berpengaruh pada bahan organik tanah dalam hal memacu atau

menghambat laju dekomposisi.

2. Drainase

Pada tanah yang drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat

karena kondisi aerasi yang buruk sehingga kadar bahan organik dan

nitrogen tinggi daripada yang berdrainase baik.

3. Tipe penggunaan lahan

Tipe penggunaan lahan berpengaruh dalam penyediaan sumber bahan

organik, misal daerah persawahan akan berbeda kandungan bahan

organiknya dibanding daerah hutan.

4. Relief dan bentuk lahan

Relief dan bentuk lahan berpengaruh pada proses penggumpalan atau

pencucian bahan organik. Sebagai contoh kontras adalah relief datar

dengan landform rawa belang (mempunyaai kandungan bahan organik

tinggi dan boleh jadi tiba) dengan relief bergunung landform karst

(kandungan bahan organik rendah-sangat rendah)

5. Kedalaman lapisan

Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan nitrogen. Kadar

bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm. Semakin

ke bawah, kadar bahan organik semakin berkurang karena akumulasi

bahan organik memang terkonsentrasi di bagian atas.

6. Kegiatan manusia

Kegiatan manusia berpengaruh terhadap banyak sedikitnya kandungan

bahan organik dalam tanah. Misalnya, penambahan pupuk bertujuan untuk

menambahkan kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, tetapi

jika pemberian pupuk tidak dengan aturan maka dapat menyebabkan tanah

menjadi rusak.

7. Organisme yang hidup dalam suatu wilayah

76

Page 77: Laporan Resmi DIT

Semakin banyak jenis organisme yang tumbuh/hidup dalam suatu wilayah

maka kandungan bahan organik akan semakin banyak. Misalnya di hutan

memiliki kandungan bahan organik yang banyak.

Untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah, praktikan

menggunakan metode walkey and black (pembakaran basah). Metode ini

menggunakan tahapan antara, artinya kandungan bahan organik ditentukan oleh

besarnya C-organik yang terkandung dalam tanah dan merupakan hasil titrasi

yang kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu (100/77). Kelebihan dari

metode ini adalah mudah untuk dilakukan dan murah. Sedangkan kekurangannya

adalah praktikan harus teliti dan timbangan harus sensitif. Dari hasil perhitungan

dapat diketahui adanya hubungan yang sebanding antara kandungan C-organik

dan kandungan bahan organik. Semakin besar kandungan c-organik maka

semakin besar pula kandungan bahan organik tanah. Demikian pula sebaliknya,

semakin kecil kandungan C-organik maka semakin kecil pula kandungan bahan

organik tanah. Semakin besar kadar bahan organik yang dimiliki oleh tanah maka

tanah tersebut memiliki struktur tanah , KPK, penyangga pH tanah dan daya

simpan lengas yang baik. Selain itu tanah dengan bahan organik besar juga

memiliki agregasi tanah dan pembentukan struktur tanah yang baik untuk

pertumbuhan tanaman. Sehingga dapat memperbaiki drainase dan permeabilitas,

penetrasi akar dan meningkatkan ketahanan terhadap erosi.

Khemikalia yang digunakan dalam percobaan ini antara lain : K2Cr2O7 1

N, H2SO4 pekat, FeSO4 0,2 N dan indikator difenilamin. Khemikalia tersebut

memiliki fungsi yang berbeda-beda. Namun peran khemikalia dan bahan yang lain

saling berkaitan satu sama lain. Tanah yang asli mempunyai keseimbangan dan

karakteristik kandungan bahan organik yang direaksikan oleh K2Cr2O7 1 N,

sehingga terjadi reaksi oksidasi dengan K2Cr2O7 sebagai oksidatornya. H2SO4

berperan dalam proses pemecahan karbon (-C). Setelah itu dilakukan penggojokan

yang bertujuan untuk mempercepat reaksi mekanik. Warna merah jingga pada

larutan dapat menunjukkan bahwa K2Cr2O7 dan H2SO4 masih bersisa, sehingga

tidak perlu ditambahkan lagi. Tetapi bila warna berubah menjadi hijau,

77

Page 78: Laporan Resmi DIT

menandakan bahwa K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat telah habis bereaksi sehingga

harus ditambahkan lagi masing-masing 10 mL. Kandungan K2Cr2O7 yang

bersisa menunjukkan kandungan C-organik dalam tanah telah habis bereaksi,

sehingga besarnya C-organik dalam tanah sampel dapat diketahui secara tepat

(mendeteksi tepat). Pemberian indikator difenilamin pada larutan bertujuan untuk

mengindikasikan besarnya C-organik saat larutan dititrasikan dengan FeSO4 0,2

N. Besarnya C-organik ditentukan dengan volume FeSO4 0,2 N yang dititrasikan

dengan larytan tersebut hingga larutan berubah warna menjadi hijau.

Berdasarkan percobaan yang telah kita lakukan didapatkan data bahwa

bahan organik pada tanah Entisol 1,362%, Rendzina 5,326%, Ultisol 1,373%,

alfisol 2,919%, dan Vertisol 3,298%. Kandungan bahan organik tanah berkisar

antara 0,5-5% pada tanah mineral dan mencapai 98% untuk tanah

gambut/organik. Ini menjelaskan bahwa tanah yang memiliki kandungan organik

yang cukup adalah Entisol<Ultisol<Alfisol<Vertisol<Rendzina.

Dapat diketahui bahwa tanah Rendzina merupakan tanah yang memiliki

bahan organik yang banyak. Tanah Rendzina mempunyai kandungan bahan

organik yang tinggi karena bertestur geluh lempungan sehingga kandungan

lempung tanah tinggi. Tanah Rendzina berada pada daerah yang curah hujan

sedang sampai cukup. Tanah Rendzina merupakan tanah yang baik untuk

pertanian.

Tanah Vertisol memiliki kadar bahan organik yang cukup tinggi. Tanah ini

berstruktur granuler pada lapisan atas dan gumpal atau pejal pada lapian bawah

dan merupakan tanah lempung dengan konsistensi yang sangat liat dan sering

mengalami pemuaian dan pengerutan. Tanah ini didominasi oleh liat sehingga

bahan organiknya tinggi. Jenis lempung yang terbanyak, yang terdapat pada tanah

ini adalah montmorilonit, sehingga tanah mempunyai daya absorbsi tinggi.

Umumnya bersifat dominan basa karena mengandung Ca dan Mg. Tanah ini

mempunyai pH 6-8,2 makin ke bawah permukaan tanah maka akan makin bersifat

78

Page 79: Laporan Resmi DIT

alkalis. Hal ini menyebabkan gerakan air dan keadaan aerasi buruk. Aerasi buruk

menyebabkan kadar bahan organik lebih tinggi daripada tanah berdrainase baik.

Tanah alfisol mempunyai kandungan bahan organik rendah karena

bertekstur lempung debuan sehingga kandungan lempungnya sedikit. Tanah ini

memperlihatkan akumulasi sesuai axid dan silica. Jika dibandingkan denagn tanah

seperti Ultisol, jenis tanah ini mempunyai lebih kadar alkali dan alkali tanah.

Tingginya kadar Fe dan rendahnya kadar bahan organik menyebabkan tanah

bertekstur geluh dan mengandung konkresi Ca dan Fe.

Tanah Ultisol berstruktur remah sampai gumpal lemah dengan tekstur

lempung sampai geluh. Konsistensi gembur menyebabkan kandungan bahan

organiknya tidak begitu banyak dan tidak juga sedikit.

Tanah Entisol berstruktur keras atau remah dengan tekstur tanah kasar dan

konsistensinya lepas sampai gembur. Tanah ini didominasi oleh pasir, sehingga

menyebabkan kandungan bahan organiknya tidak terlalu banyak. Tanah berpsir

memungkinkan oksidasi yang bereaksi cepat sehingga bahan organiknya cepat

habis. Dengan mengatur drainase, irigasi, dan pengelolaan yang baik dan disertai

pemupukan untuk memperbaiki struktur tanah maka jenis tanah ini akan dapat

memberikan hasil yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman.

Cara penentuan kandungan bahan organik tanah dapat menggunakan

berbagai metode, antara lain metode destruksi basah, metode pembakaran, metode

Walkley and Black, dan lain-lain. Metode pembakaran menggunakan pendekatan

gravimeteris yang merupakan selisih berat bahan sebelum dan sesudah

pembakaran. Metode Walkley and Black menggunakan tahapan antara yang

berarti kandungan bahan organik ditentukan oleh besarnya C-organik hasil titrasi

kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu yang merupakan nilai ketelitian

metode Walkley and Black (metode basah) dibandingkan dengan metode

Dennstedt (metode kering) dan kadar rata-rata C dalam bahan organik. Namun

satu metode yang digunakan pada percobaan penetuan kadar bahan organik tanah

ini adalah metode Walkley and Black karena mudah untuk dilakukan Metode ini

79

Page 80: Laporan Resmi DIT

memerlukan sensitivitas timbangan yang baik, ketelitian saat titrasi, dan kehati-

hatian karena menggunakan kemikalia asam kuat pekat yang sangat korosif dan

berbahaya.

Kandungan bahan organik tanah bermanfaat dalam menghasilkan tanaman

dengan kualitas baik pada bidang pertanian. Bahan organik berpengaruh besar

pada agregasi tanah dan pembentukan struktur tanah yang baik untuk

pertumbuhan tanaman. Tingginya kadar bahan organik dapat memperbaiki

drainase dan permeabilitas, penetrasi akar dan meningkatkan ketahanan terhadap

erosi. Bahan humus yang termasuk bahan organik tanah dapat memperbaiki

struktur tanah, meningkatkan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK), penyangga pH

tanah dan daya simpan lengas. Sedangkan bahan non humus yang juga termasuk

bahan organik tanah dapat menjadi sumber energi bagi mikroorganisma di dalam

tanah dan sebagai sumber hara bagi tanaman. Selain itu, beberapa zat tumbuh dan

vitamin dapat diserap langsung dari bahan organik sehingga dapat merangsang

adanya pertumbuhan tanaman. Bahan organik juga melindungi permukaan tanah

sehingga efisiensi nutrisi pada tanaman mengalami peningkatan.

Adanya kandungan bahan organik pada tanah memiliki pengaruh pada

sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Pada hubungannya dengan sifat biologi tanah,

adanya kandungan bahan organik dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas

metabolik organisme tanah. Bahan organik adalah sumber energi dan bahan

makanan bagi mikroorganisme tanah karena bahan organik menyediakan karbon

sebagai sumber energi. Hal ini akan meningkatkan dekomposisi bahan organik dan

menjadi humus oleh jasad mikro dalam tanah.

Dalam kaitannya dengan sifat kimia tanah, sekitar setengah dari kapasitas

dari kapasitas penukaran kation (KPK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan

organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation 20 sampai 30 kali lebih besar

daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga serap suatu

tanah mineral. Peningkatan KPK meningkatkan kemampuan tanah untuk

mengikat unsur hara N,P,S.

80

Page 81: Laporan Resmi DIT

Dalam kaitannya dengan sifat fisika tanah, kandungan bahan organik dapat

meningkatkan kemampuan menahan air oleh tanah. Sifat polaritas air yang

bermuatan negatif dan positif berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik.

Bahan organik berperan sebagai granulator yang memperbaiki struktur tanah,

membentuk agregat stabil karena kemudahan tanah membentuk kompleks dengan

bahan organik. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi

mikroorganisme tanah yang dapat mengubah butir tanah menjadi agregat,

sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat, menyatukan

agregat, sehingga pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi

dalam tanah.

V. KESIMPULAN

1. Entisol, kadar C-organik=0,790% dan kadar BO=1,362%

2. Rendzina, kadar C-organik=3,089% dan kadar BO=5,326%

3. Ultisol, kadar C-organik=0,797% dan kadar BO=1,373%

4. Vertisol, kadar C-organik=1,913% dan kadar BO=3,298%

5. Alfisol, kadar C-organik=1,693% dan kadar BO=2,919%

Maka dapat disimpulkan, semakin besar kandungan C-organik, semakin besar

pula kandungan bahan organik tanahnya, dan sebaliknya.

81

Page 82: Laporan Resmi DIT

DAFTAR PUSTAKA

Hadayani, S. 2010. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian.Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Junaidi, W. 2009. Bahan Organik Tanah. <http://wawan-junaidi.blogspot.com>. Diakses pada tanggal 21 Maret 2011.

Konova. 1961. The Nature and Properties of Soil. 8th edition. Macmillan Publisher Company. Inc, New York.

Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Brawijaya, Malang.

Schroeder, D. 1984. Soil-facts and Concepts (Translated from Germany) P.A.Gething. International Potash Institute, Bern.

Sudadi. 2005. Interaksi mineral lempung - bahan organik – mikrobia tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungannya 5 : 24-25.

82

Page 83: Laporan Resmi DIT

Yunan, A., M. Azwar dan A.S Syamsul. 2006. Karakteristik tanah yang berkembang dari batuan diorite dan andesit Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6:109-115.

83

Page 84: Laporan Resmi DIT

LAMPIRAN

Jenis Tanah Entisol Rendzina Ultisol Vertisol AlfisolVA (ml) 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5VB (ml) 3,5 1 3,6 2,3 2,5N FeSO4 (N) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2KL (%) 1,41 13,27 13,59 11,59 8,62a 1 1 1 1 1Konsentrasi C (%) 0,790 3,089 0,797 1,913 1,693Kadar BO (%) 1,362 5,326 1,374 3,298 2,919

Keterangan:

VA = volume titrasi blanko

VB = volume titrasi baku

N = Normalitas

KL = Kadar Lengas

a = berat tanah (Ø 0,5 mm)

Perhitungan

Perhitungan dilakukan dengan rumus:

[ C ]=(100+KL ) x (V A−V B ) xNFeS O4 x 3

100 x 1000 xax

505

x10077

x100 %

84

Page 85: Laporan Resmi DIT

Kadar BahanOrganik=[C ] 10058

%

1. Entisol

[ C ]= (100+1,41 ) x (4,5−3,5 ) x 0,2 x 3100 x1000 x1

x505

x10077

x100 %

[ C ]= 304230

385 x105x100 %

[ C ]=0,790%

Kadar BahanOrganik=[ 0,790 ] 10058

%

Kadar BahanOrganik=1,362%

2. Rendzina

[ C ]= (100+13,27 ) x (4,5−3,6 ) x0,2 x3100 x1000 x 1

x505

x10077

x 100 %

[ C ]=1189335

385 x105x100 %

[ C ]=3,089 %

Kadar BahanOrganik=[3,089 ] 10058

%

Kadar BahanOrganik=5,326 %

3. Ultisol

[ C ]= (100+13,59 ) x (4,5−3,6 ) x0,2 x3100 x1000 x1

x505

x10077

x 100 %

[ C ]= 306693

385 x105x100 %

[ C ]=0,797%

Kadar BahanOrganik=[ 0,797 ] 10058

%

85

Page 86: Laporan Resmi DIT

Kadar BahanOrganik=1,374 %

4. Vertisol

[ C ]= (100+11,59 ) x (4,5−2,3 ) x0,2 x3100 x1000 x1

x505

x10077

x100%

[ C ]= 736494

385 x105x100 %

[ C ]=1,913 %

Kadar BahanOrganik=[1,913 ] 10058

%

Kadar BahanOrganik=3,298 %

5. Alfisol

[ C ]= (100+8,62 ) x (4,5−2,5 ) x 0,2 x3100 x1000 x1

x505

x10077

x 100 %

[ C ]= 651720

385 x105x100 %

[ C ]=1,693 %

Kadar BahanOrganik=[1,693 ] 10058

%

Kadar BahanOrganik=2,919 %

86

Page 87: Laporan Resmi DIT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA VIIMUATAN TANAH

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

87

Page 88: Laporan Resmi DIT

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

GOL/KEL : A5/1Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUMJURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011ACARA VII

MUATAN TANAH

( KPK DAN KPA TANAH KUALITATIF )

ABSTRAKSI

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Acara VII mengenai ”Muatan Tanah ( KPK dan Kpa tanah kualitatif )” dilakukan di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Selasa 25 Maret 2011. Kapasitas Pertukaran Kation ( KPK atau KTK ) merupakan kemampuan tanah untuk menyerap dan menukar kembali kation dari dan ke dalam larutan tanah. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan muatan negatif zarah-zarah tanah dengan dua macam zat warna ( gention violet dan eosin red ) dan untuk membuktikan pengaruh luas permukaan zarah tanah terhadap KPK ( Kapasitas Pertukaran Kation ). Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalh tanah berdiameter 0,5 mm dari tanah Entisol, Rendzina, Ultisol, Alfisol, dan Vertisol serta larutan eosin red dan gention violet. Alat-yang digunakan dalam praktikumn ini adalh 10 buah tabung reaksi. Larutan gention violet menunjukkan nilai KPK. Sedangkan larutan eosin red menunjukkan nilai KPA ( kapasitas Pertukaran Anion ). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil perbandingan nilai KPK dari beberapa jenis tanah adalah Vertisol> Rendzina> Ultisol> Alfisol> Entisol. Dan untuk perbandingan nilai KPA adalah Entisol> Vertisol> Alfisol> Ultisol> Rendzina. Tanah yang memiliki kandungan bahan organik tinggi akan mempunyai nilai KPK yang tinggi bila dibandingkan dengan tanah yang berpasir/tanah pasir.

88

Page 89: Laporan Resmi DIT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kation merupakan ion bermuatan positif dan larut didalam tanah atau

dapat dijerap oleh koloid-koloid tanah sehingga unsure-unsur hara tersebut tidak

mudah hilang meskipun tercuci oleh air. Kapasitas Tukar Kation (KPK) dapat

diartikan kemempuan tanah untuk menjerap dan menukar kembali kation dari dan

kedalam larutan tanah. Koloid tanah yang berperan aktif dalam proses pertukaran

dan jerapan ion adalah koloid anorganik ( mineral lempung ) dan koloid organic

( humus ).

KPK tiap jenis tanah berbeda-beda. Tanah dengan KPK tinggi mampu

menyerap dan menyediakan unsure hara lebih baik daripada tanah dengan KPK

rendah. Hal ini tergantung pada koloid lempung yang umumnya bermuatan

negative dimana pada tiap tanah jumlah dan kesanggupan pertukaran kation

berbeda-beda.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Membuktikan muatan negative zarah – zarah tanah dengan dua macam

zat warna ( eosin red dan gention violet ).

2. Membuktikan pengaruh luas permukaan tanah terhadap KPK.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara

bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar

Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan

89

Page 90: Laporan Resmi DIT

jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada

permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK

adalah milliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g

tanah (Madjid, 2007).

Ion yang dipertukarkan dapat berupa kation dan besarnya disebut

kemampuan tukar kation (KTK). KTK dan KTA masing-masing diukur

menurut jumlah maksimum kation dan anion yang dapat dijerap tanah. Daya

jerap tanah berada pada koloid tanah atau disebut juga kompleks jerapan,

yang terdiri atas mineral lempung, bahan humik dan oksida sertahidroksida

Fe dan Al. Muatan bersih kompleks jerapan diimbangi oleh muatan ion

berlawanan yang terjerap sehingga sistem terpertahankan pada keadaan

elektronetral (Forth, 1988).

Besarnya KPK tanah dipengaruhi oleh (Buringh, 1983):

1. Tekstur Tanah

Tanah bertekstur lempung mempunyai KPK yang jauh lebih tinggi dari

tanah bertekstur debuan maupun pasiran. KPK tanah lempung > tanah debuan >

tanah pasir.

2.Jenis Mineral Lempung

Mineral lempung tipe 2 : 1 ( golongan montmorilonit ) mempunyai KPK

jauh lebih besar dibandingkan mineral lempung tipe 1 : 1 ( golongan kaolit dan

seskuioksida ).

3.Kandungan Bahan Organik

Semakin banyak kandungan bahan organik yang telah terdekomposisi

matang semakin besar sumbangan KPK tanah.

4.pH tanah

Pada tanah bermuatan terubahkan, maka pH tanah semakin tinggi KPK

tanah semakin tinggi.

90

Page 91: Laporan Resmi DIT

Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg2+, K+, NH4+, H+, Al3+

dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah

atau diserap oleh koloid-koloid tanah (Skyilberg, 2001).

Sifat-sifat pertukaran kation dalam tanah banyak digunakan dalam menilai

tingkat kesuburan tanah dan klasifikasi tanah. Dalam penilaian kesuburan tanah,

KPK berhubungan dengan kapasitas penyediaan Ca, Mg dan K, efisiensi

pemupukan dan pengapuran pada lapisan tanah (Hamid dan Sudjadi, 1986).

III. METODOLOGI

Praktikum yang berjudul ”Muatan Tanah” ini dilaksanakan pada hari

Senin tanggal 25 Maret 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Praktikum kali ini menggunakan

bahan-bahan antara lain contoh tanah Φ 0,5 mm, larutan gentian violet dan larutan

eosin red. Sedangkan alat-alatnya adalah tabung reaksi, plastik, karet dan pipet.

Metode yang digunakan dalam praktikum muatan tanah ini adalah metode

walkey and black dengan cara kerja sebagai berikut : pertama ambil tabung reaksi

kemudian isi dengan tanah Φ 0,5 mm dan tambahkan larutan gentian violet

setinggi 5 cm dari alas tabung. Kemudian tutup tabung reaksi tersebut dengan

plastik dan menggojok selama 2 menit lalu biarkan agar tanah mengendap beserta

filtratnya. amati warna filtratnya dan bandingkan dengan kontrol (larutan gentian

violet tanpa tanah). ulangi langkah ini dengan menggantikan gention violet

dengan larutan eosin red kemudian bandingkan intensitas warna filtrat antar jenis

tanah.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 7. Intensitas Warna Gention Violet dan Eosin Red

91

Page 92: Laporan Resmi DIT

Jenis Tanah Gention Violet Eosin Red

Ultisol + -

Vertisol + + + + + --

Alfisol + + ---

Rendzina + + + + ----

Entisol + + + -----

Keterangan: semakin banyak tanda (+/-), warna semakin menjauhi warna

kontrol (blanko).

B. Pembahasan

Praktikum ini dilaksanakan untuk membuktikan adanya muatan negatif

dalam tanah yang banyak terkandung oleh lempung dengan menggunakan dua

macam zat warna serta membuktikan pengaruh luar permukaan zarah (partikel)

tanah terhadap KPK. Penentuan nilai KPK tanah dalam praktikum ini dilakukan

secara kualitatif yaitu dengan menggunakan eosin red yang bermuatan negatif (-)

dan gention violet yang bermuatan positif (+). Metode ini digunakan karena lebih

cepat dan lebih efisien dibanding dengan cara penjenuhan NH4O4C atau BaCl2.

Tanah yang telah dicampur dengan larutan eosin red atau gention violet diuji

warnanya dengan larutan kontrol/blanko. Penambahan eosin red yang akan

menunjukkan kapasitas pertukaran kation tertinggi dengan warna filtrat yang

menjauhi kontrol. Sedangkan pada penambahan gention violet, semakin menjauhi

kontrol maka kapasitas pertukaran anionnya semakin tinggi.

Dari hasil percobaan dengan perlakuan menggunakan gention violet pada

kelima jenis tanah diperoleh urutan intensitas warna dari bening ke paling pekat

yaitu tanah Ultisol, vertisol, alfisol, rendzina, dan entisol. Hal ini menunjukkan

bahwa ultisol adalah tanah yang memiliki anion paling banyak. Apabila warna

sample larutan dengan gention violet semakin bening maka hal tersebut

92

Page 93: Laporan Resmi DIT

menunjukkan bahwa pada sisitem telah terjadi reaksi, yang mengakibatkan tanah

tersebut banyak mengandung mineral lempung yang bermuatan negative. Namun

pada praktikum kali ini, tanah vertisol yang merupakan tanah dengan kandungan

mineral lempung yang tinggi malah menunjukkan hal yang sebaliknya. Jika

berdasarkan teori tanah vertisol akan menunjukkan reaksi yang cukup signifikan

denagn larutan gention violet, karena terjadi pertukaran ion negative dari tanah

vertisol dan ion positif dari gention violet.

Pada praktikum menunjukkan bahwa tanah vertisol tidak bereaksi dengan

gention violet, hal tersebut dapat terjadi karena ketika pada proses penggojokan

dilakukan terlalu keras dan teerlalu lama, sehingga ketika pengamatan tanah tanah

belum mengendap sempurna. Untuk tanah rendzina yang memiliki partikel

lempung akan bereaksi bila dilarutkan dengan gention violet. Pada praktikum juga

tanah ultisol nilai KPKnya lebih besardibandingkan dengan alfisol dan rendzina,

seharusnya berdasarkan teori tanah rendzina memiliki nilai KPK yang tinggi

dibandingkan alfisol dan dan ultisol. Karena kandungan lempung pada tanah

rendzina lebih banyak. Urutan yang seharusnya berdasarkan berdasarkan

kandungan lempung adalah tanah rendzina, alfisol, dan ultisol. Entisol akan

menunjukkan reaksi yang terbatas karena kandungan mineral lempung yang

rendah dan teksturnya berupa pasir. Berdasarkan teori urutan yang seharusnya dari

warna yang paling bening adalah vertisol, rendzina, alfisol, ultisol dan entisol.

Dari hasil percobaan dengan perlakuan eosin red pada kelima jenis tanah

diperoleh warna larutan dari bening ke semakin pekat adalah tanah ultisol, alfisol,

rendzina, vertisol, dan entisol. Eosin red bermuatan negative sehingga akan terjadi

reaksi pertukaran ion dengan tanah yang bermuatan positif. Berdasarkan teori,

tanah yang mengandung banyak kation akan bereaksi jika dilarutkan pada eosin

red. Namun hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai dengan teori karena

tanah ultisol merupakan tanah yang mengandung mineral lempung yang cukup

tinggi , sehingga bila direaksikan dengan eosin red yang bermuatan negative,

reaksinya tidak akan begitu besar, begitu juga dengan tanah alfisol dan tanah

rendzina. Tanah entisol memiliki kandungan mineral lempung yang sedikit

93

Page 94: Laporan Resmi DIT

sehingga larutannya pekat. Berdasarkan teori, seharusnya urutan intensitas warna

larutan eosin red dengan kelima jenis tanah dari yang bening adalah vertisol,

rendzina, alfisol, ultisol dan entisol. Warna larutan bening menunjukkan bahwa

terjadi pertukaran kation dari tanah dengan anion dari eosin red. Perbedaan hasil

antara percobaan yang dilakukan dengan teori yang dapat terjadi karena beberapa

factor seperti massa tanah tidak seragam dan pemberian volume larutan eosin red

juga tidak sama, sehingga hasil yang diperoleh pun tidak mencerminkan kondisi

yang sebenarnya.

Pada tanah entisol pada penambahan gention violet maupun eosin red

menunjukkan hasil yang sama yaitu paling keruh. Hal ini menunjukkan bahwa

tanah entisol bersifat netral karena kandungan kation dan anionnya sama.

Fenomena ini dapat terjadi jika tanah berada pada kondisi tertentu.

Tanah dengan partikel lempung mempunyai luas permukaan yang lebih

luas daripada partikel pasir karena lempung mempunyai muatan negative, partikel

tanah lempung dapat menangkap dan menahan ion positif. Sehingga tanah yang

mempunyai kandungan lempung tinggi, luas permukaan tanah semakin luas maka

nilai KPKnya semakin tinggi.

Tumbuhan memperoleh sebagian besar nutrisi yang dinutuhkan dari tanah,

melalui proses elektrokimia yang disebut dengan pertukaran kation. Semakin

tinggi KPK semakin besar potensial kesuburan tanah. Hal inilah yang

menyebabkan tanah dengan partikel lempung lebih subur daripada tanah dengan

partikel pasir. Kesuburan tanah pasir dapat ditingkatkan dengan cara

menambahkan lempung atau humus. Pertukaran kation hanya dapat terjadi oleh

nutrisi bermuatan positif, kemampuan ion negative ( seperti sulfur dan posfor)

tidak dipengaruhi KPK.

Metode yang digunakan untuk mengetahui nilai KPK pada praktikum kali

ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan larutan eosin red dan gention

violet. Pada percobaaan ini warna filtrat yang jernih menunjukkan adanya reaksi

94

Page 95: Laporan Resmi DIT

antara muatan muatan negatif dan positif dalam campuran tanah dan larutan eosin

red atau gention violet.

Proses pertukaran anion penting diperhatikan dalam kaitannya dengan

ketersediaan- ketersediaan anion hara makro yang diserap oleh tanaman, yaitu

nitrat, fosfat, dan sulfat yang secara alami dihasilkan dari dekomposisi bahan

organik dan pelapukan mineral tanah.

Dari hasil percobaan pada kelima jenis tanah dengan menggunakan gention

violet dari yang paling mendekat tabung kontrol yaitu, tanah entisol, alfisol,

ultisol, rendzina (mollisol) dan vertisol. Hal ini menunjukkan semakin jauh atau

warna larutan menjauhi kontrol, maka kemampuan menukarkan kation semakin

tinggi.. Warna larutan yang mendekati blanko menunjukkan bahwa pada sistem

tidak terjadi reaksi yang disebabkan dalam tanah tersebut mengandung banyak

lempung yang memiliki muatan negatif.

Sedangkan pada pengujian dengan eosin red dalam kelima jenis tanah dari

yang paling mendekati tabung kontrol yaitu tanah rendzina, ultisol, alfisol,

vertisol, dan entisol. Eosin red bermuatan negatif sehingga akan terjadi reaksi

pertukaran ion denag tanah yang bermuatan positif.

Pada percobaan ini, saat tanah vertisol direaksikan dengan gention violet

menunjukkan reaksi yang cukup signifikan karena terjadi pertukaranion negatif

dari tanah vertisol dan ion positif dari gention violet. Tanah vertisol merupakan

tanah dengan kandunganmineral lempung yang tinggi. Seharusnya saat tanah ini

direaksikan dengan eosin red, warna larutan akan mendekati warna kontrol. Akan

tetapi berbeda dengan teori , nilai KPK dan KPA tanah vertisol hampir sama-sama

tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena tanah yang dimasukkan dalam tabung

terlalu banyak, proses penggojokkan yang terlalu lama dan pengamatan tanah

yang belum mengendap sempuran.

Tanah alfisol bermuatan negatif yang paling besar karena kandungan

mineral lempungnya tinngi sehingga memiliki permukaan zarah (partikel) yang

95

Page 96: Laporan Resmi DIT

luas dan kerapatan populasi anion di permukaan partikel alfisol juga rapat. Hal

tersebut mengakibatkan kemampuan tanah rendzina (mollisol) untuk menjerap

ataupu pertukaran ion positif semakin besar. Ultisol memiliki tekstur lempung

namun kandungannya lebih kecil sehingga kemampuan menyerap dan menukar

kationnya menjadi kecil sehingga nilai KPK yang sedang. Tanah entisol

mempunyai kandungan mineral lempung yang sangat sedikit, tanah ini didominasi

oleh tekstur pasir yang tinggi.

Kapasitas pertukaran kation (KPK) merupakan kemmpuan tanah untuk

menjerap dan menukar kembali kation dari dan ke dalam larutan tanah. Pertukaran

ion berperan dalam penilaian tingkat kesuburan tanah. Tanah yang subur adalah

tanah yang memiliki nilai KPK tinggi. Nilai KPK berhubungan dengan kapasitas

penyedia Ca, Mg, dan K dalam efisiensi pemupukan dan pengapuran pada lapisan

olah tanah. Nilai KPK juga dapat digunakan sebagai salah satu penciri bagi

penentuan klasifikasi tanah. Nilai KPK tanah yang tinggi dapat menyuburkan

tanah disebabkan daya jerat koloid tanah yang dimiliki tiap jenis tanah dapat

menyerap air, kation hara dari pelapukan mineral, mineralisasi bahan organik,

sehingga tanah menjadi subur. Oleh karena itu, nilai KPK menjadi faktor

pembentuk cadangan air dan unsur hara dalam tanah yang dapat mengefisiensi

penggunaan air dan hara oleh tumbuhan. Kesesuaian lahan yang akan ditanami

dengan komoditas tertentu dapat dilihat dari nilai KPK dan KPA. Koloida dalam

tanah yang berperan aktif dalam proses pertukaran dan dan jerapan ion adalah

koloid anorganik (mineral lempung) dan koloid organik (humus). Tanah dengan

kandungan KPK rendah dapat ditingkatkan KPK-nya dengan mencampur bahan-

bahan lain. yang mempunyai KPK tinggi, misalnya tanah lempung, sehingga

tanah tersebut dapat digunakan sebagai lahan pertanian.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya nilai KPK suatu

jenis tanah adalah tekstur tanah dan kandungan bahan organik. Tekstur tanah

dapat mempengaruhi karena berkaitan dengan fraksi pokok penyusun tanah.

Tanah bertekstur lempung mamiliki nilai KPK yang jauh lebih tinggi dari tanah

bertekstur debuan maupun pasiran. Semakin halus tekstur tanah semakin tinggi

96

Page 97: Laporan Resmi DIT

kadar lempungnya dan semakin tinggi nilai KPKnya. Luas permukaan zarah tanah

yang besar maka nilai KPKnya besar dan luas permukaan tanahnya yang kecil

maka KPKnya juga kecil.

Kandungan bahan organik berpengaruh pada kapasitas pertukaran kation

karena tersusun dari bahan humus yang dapat berfungsi untuk meningkatkan nilai

kapasitas pertukaran kation suatu jenis tanah. Semakin banyak kandungan bahan

organik yang telah terdekomposisi matang semakin besar nilai kapasitas

pertukaran kation tanah. Bahan organik memiliki daya serap kation yang besar

sehingga semakin besar bahan organik yang terkandung dalam suatu jenis tanah

maka semakin besar pula nilai kapasitas pertukaran kation yang dimiliki tanah

tersebut.

V. KESIMPULAN

1. Besar kecilnya nilai kapasitas pertukaran kation (KPK) dan kapasitas

pertukaran anion (KPA) suatu jenis tanah dapat diketahui dengan

menggunakan indicator zat warna yaitu Gentian Violet (+) dan Eosin Red (-).

2. Nilai KPK dapat dipengaruhi tekstur tanah, kandungan bahan organik, serta

luas permukaan zarah tanah.

3. Berdasarkan percobaan, nilai KPK tertinggi ke terendah:

Vertisol > Rendzina > Entisol > Alfisol > Ultisol

4. Berdasarkan percobaan, nilai KPA tertinggi ke terendah:

Entisol > Rendzina > Alfisol > Vertisol > Ultisol

97

Page 98: Laporan Resmi DIT

DAFTAR PUSTAKA

Buringh, P. 1983. Introduction of The Study of Soil in Tropical and Sub Tropical

Regions. (Pengantar Penyajian Tanah, alih bahasa : Tejoyuwono

Notohadiprawiro). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Forth, H. D. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Hamid, A., dan M. Sudjadi. 1986. Perbandingan beberapa metode penerapan

kapasitas tukar kation pada taah meineral masam. Jurnal Pemberitaan

Penelitian Tanah dan Pupuk 6: 40-46.

Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation.

<http://dasar2ilmutanah.blogspot.com > . Diakses pada tanggal 28

Maret 2011.

Skyilberg, U. 2000. Solution soil rtion and realaese of cations and acidity

from spodosol horizon. Soil Science Society of America Journal

59:789-795.

98

Page 99: Laporan Resmi DIT

LAMPIRAN

Gambar 1. Larutan yang ditetesi Gentian Violet dan Eosin Red

EOSIN RED

KontrolEntisol

Rendzina Vertisol Alfisol UltisolGENTIAN VIOLET

99

Page 100: Laporan Resmi DIT

Kontrol Entisol Rendzina Vertisol Alfisol Ultisol

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA VIIIREAKSI TANAH (pH TANAH)

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

100

Page 101: Laporan Resmi DIT

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

GOL/KEL : A5/1

Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUMJURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011

ACARA VIII

REAKSI TANAH (pH TANAH)

ABSTRAKSI

Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah, Acara 8 tentang Reaksi Tanah (pH Tanah) dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 25 Maret 2010 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Reaksi tanah merupakan sifat tanah yang penting untuk diamati karena berpengaruh terhadap serangkaian proses-proses kimiawi dalam tanah antara lain proses pembentukan mineral lempung,reaksi kimia dan biokimia tanah serta status hara dalam tanah. Nilai pH tanah sangat bergam yang antara lain dipengaruhi oleh bahan induk, iklim, bahanorganic, dan perlakuan manusia. Berdasarkan banyaknya ion H yang terdapat dalam larutan tanah, dikenal dua macam pH yaitu actual dengan bahan pendesaknya adalah H2O dan pH potensial, dengan bahan pendesaknya adalah KCL. Pada praktikum ini untuk mengetahui nilai pH digunakan metode elektrometri dengan menggunakan pH meter. Hasil praktikum kami menunjukkan untuk pH actual tanah entisol 6,115; vertisol 6,88; ultisol 6,77; alfisol 6,4; rendzina 7,15. Untuk pH potensial tanah entisol 4,885; vertisol 6,06; ultisol 4,78; alfisol 5,15; rendzina 6,61.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang101

Page 102: Laporan Resmi DIT

Reaksi tanah merupakan sifat kimia tanahyang penting untuk diamati, karena

berpengaruh terhadap serangkaian proses-proses kimiawi dalam tanah, antara lain :

1. Proses pembentukan mineral lempung.

2. Reaksi kimia dan biokimia tanah.

3. Tahana (status) hara dalam tanah.

Reaksi tanah menunjukan perkembangan konsentrasi asam basa dalam tanah.

Walaupun menurut teori dasar keasaman Arrhenius dan Bronstead Lowry

menyebutkan tingkat reaksi tanah harus merupakan perkembangan konsentrasi ion

H+¿¿ dan OH−¿¿, namun dalam perkembangan selanjutnya disebut bahwa reaksi

tanah umumnya cukup dinyatakan sebagai logaritma negatif konsntrasi ion H+¿¿

(pH= -log [H+¿¿]). Menurut ilmu kimia murni disebutkan bahwa suatu pH

dikatakan netral bila nilainya 7 (konsentrasi H+¿¿ dan OH−¿¿ seimbang).

Sedangkan menurut ilmi kimia tanah, pH netral yaitu pH yang menciptakan

kondisi optimum ketersediaan hara tanaman (yaitu pH 6.5). Nilai pH tanah sangat

beragam. Faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman pH tanah yaitu bahan

induk, iklim, bahan organik, dan perlakuan manusia.

B. Tujuan

1. Menetapkan pH H 2 O tanah

2. Menetapkan pH KCl tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA

PH tanah adalah salah satu dari ukuran sifat tanah yang paling sering dan umu

digunakan dan kemungkinan dapat juga mengetahui karakteristik kimiawi tanah.

pH tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara, yaitu

melelui pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung, yakni

ketersediaan unsur hara tertentu dan adanya unsur hara beracun (United Nations

Development Progame, 2004).

102

Page 103: Laporan Resmi DIT

Selain kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa, reaksi pH tanah termasuk

sifat kimia tanah yang sangat erat kaitannya dengan tingkat-tingkat kesuburan

tanah. Hal ini dapat dimengerti karena peranan pH tanah adalah sebagai berikut:

(1) mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman, (2) mempengauhi KPK

terutama kejenuhan basa suatu tanah, (3) mempengaruhi keterikatan unsur P, pada

pH rendah P terikat oleh Fe dan Al, (4) mempengaruhi perkembangan

mikroorganisme, dn (5) mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan

kompleks liat atau humus (Anonim, 2007).

Keberadaan pH tanah dipengaruhi oleh sifat tanah dan ciri tanah yang komplit

tetapi yang paling menonjol diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat misel

(koloid), dan macam kation yang terjerap. Sifat misel yang berbeda dalam

mendisosiasikan ion H terjerap menyebabkan pH tanah berbeda dan koloid yang

berbeda, walaupun kejenuan basanya sama. pH tanah dapat diubah diantaranya

dengan penambahan bahan organik, sehingga nilai pH dapat disesuaikan dengan

kebutuhan tanah. Perunahan ini mungkin menaikan atau menurunkan pH. Namun

pada kenyataanya pH tidak dapat diubah dengan mudah. Hambatanya adalah

buffer yang merupakan campuran dari asam basa dengan garamnya (Jirna, 2000).

Kandungan unsur-unsur hara seperti besi, cupper, fosfor, Zn, dan hara lainnya

serta substansi toksik ( Al3+¿ dan Pb2

+¿¿ ¿) dikontrol dengan pH kandungan Al3+¿ dan Pb2

+¿¿ ¿

akan berpengaruh sedikit bagi pertumbuhan kayu lapis pada tanah alkali

catcareous tapi akan sangat serius pada tanah asam (Linggawati, 2002).

Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah uang

bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk menaikkan pH

tanah sehingga karenanya unsur-unsur hara menjadi lebih tersedia, memperbaiki

struktur tanahnya sehingga kehidupan organisme dalam tanah lebih giat dan

menurunkan kelarutan zat-zat yang sifatnya meracuni tanaman dan unsur lain

tidak banya terbuang (Da’I, et al. 2006).

Keasaman tanah dapat ditanggulangi dengan cara pengapuran (kapur tohor,

batu kapur, dolomit) untuk menetralkan H+¿¿ dan OH−¿¿ dan sekaligus menambah

kandungan Ca dan Mg. Penanggulangan keasaman tanah dengan cara pengapuran

hanya mungkin dilakukan pada tanah-tanah yang hanya mengandung koloid

103

Page 104: Laporan Resmi DIT

bermuatan permanen (permanen charge), sedangkan pengapuran yang dilakukan

pada tanah bereaksi asam yang mengandung koloid bermuatan terumbahkan

(variable charge) sangat kecil kemungkinannya untuk berhasil. Kalaupun

berhasil, hanya bersifat sementara karena pH tanah selalu akan kembali pada pH

tanah semula (Sutanto, 2005).

III. METODOLOGI

Pengujian Reaksi Tanah (pH Tanah) ini dilaksanakan pada hari Jum’at,

tanggal 25 Maret 2010 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah,

FakultasPertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan

adalah contoh tanah kering udara halus (entisol, vertisol, alfisol, ultisol, dan

rendzina) dengan diameter 2 mm. Alat yang dipakai adalah ph meter dan 4 buah

cepuk pH.

Contoh tanah ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam cepuk

pH, kemudian ditambahi air aquadest sebanyak 12,5 ml, lalu diaduk rata dan

didiamkan selama 30 menit, kemudian diukur pH aktualnya dengan pH meter,

hasil pengukuran dicatat. Pengukuran pH potensial dilakukan sesuai langkah

diatas hanya saja air aquadest diganti dengan KCl.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 8. Rerata pH aktual dan Rerata pH potensial

pH TANAH AKTUAL POTENSIAL

ENTISOL 6,115 4,885

RENDZINA 7,15 6,61

ULTISOL 6,77 4,78

VERTISOL 6,88 6,06

ALFISOL 6,4 5,15

104

Page 105: Laporan Resmi DIT

B. Pembahasan

Reaksi tanah adalah parameter tanah yang dikendalikan kuat oleh sifat-

sifat elektro kimia koloid-koloid tanah. Istilah ini menunjuk kemasaman atau

kebasaan tanah yang derajatnya ditentukan oleh kadar ion hidrogen dalam larutan

tanah. Kemasaman dan kebasaan tanah dipengaruhi dari kadar H+ dan OH- dalam

tanah. Jika pada suatu tanah di dapati H+ > OH- maka tanah tersebut dikatagorikan

masam, dan sebaliknya jika H+ < OH- maka tanah tersebut dikatagorikan basa.

Pada saat jumlah H+ dan OH- mendekati sama maka tanah itu dikatagorikan tanah

netral, pH tanah netral adalah 6,5.

Beberapa pengaruh kemasaman dan kebasaan tanah adalah bahan induk,

iklim, bahan organik, dan perlakuan manusia. Perlakuan manusia adalah pengaruh

yang paling sering kita temui, perlakuan manusia adalah campur tangan manusia

yang mempengaruhi pH tanah. Contoh dari perlakuan manusia adalah dengan

pemberian pupuk. Jika pupuk yang dipakai adalah pupuk yang bersifat masam,

maka dalam jangka waktu pemakaian pupuk yang lama akan mempengaruhi pH

tanah menjadi masam. Dari keempat faktor tersebut, perlakuan manusia hanya

mempengaruhi sebagian kecil dari pH tanah.

Faktor kedua ialah bahan induk. Bahan induk adalah cikal-bakal atau

bahan dasar dari tanah. Jadi dapat dipastikan bahwa sifat dari bahan induk akan

menurun ke tanah yang dihasilkannya. Misalkan batuan induk dari suatu tanah

bersifat masam yang contohnya kapur, maka pH tanah yang terbentuk juga akan

masam. Berlaku juga dengan bahan induk yang bersifat masam, maka tanah yang

dihasilkan akan masam juga.

Ketiga adalah iklim, iklim yang dimaksudkan lebih ditekankan kepada

curah hujan pada daerah tersebut. Gambaran umumnya ialah curah hujan.

Semakin tinggi curah hujan pada daerah tersebut, maka tanah pada daerah tersebut

juga akan cenderung berkurang dan mengarah ke masam. Sebaliknya jika curah

hujan pada tempat itu sedikit, pH tanah akan cenderung ke basa.

105

Page 106: Laporan Resmi DIT

Faktor terakhir yang mempengaruhi pH tanah ialah bahan organik tanah.

Bahan organik dalam tanah adalah faktor penting selain kandungan mineral dalam

tanah yang akan menunjang pertumbuhan tanaman pada tanah tersebut. Tanah

yang kandungan bahan organiknya tinggi akan memiliki pH tanah yang rendah.

Contohnya ialah tanah gambut yang memiliki kandungan bahan organik >70%.

Dapat dikatakan pula bahwa tanah dengan pH rendah adalah tanah organik, dan

tanah dengan pH tinggi adalah tanah mineral.

Keempat faktor diatas merupakan faktor-faktor fisik, faktor kimia yang

mempengaruhi pH antara lain adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam

kation terjerap.

Metode yang ada untuk mengukur pH ada dua, yaitu metode

kolorimetri dan elektrometri. Kolorimetri adalah metode dengan menggunakan

lakmus, kertas pH, dan pH stick untuk mengecek pH larutan tanah. Elektrometri

adalah pengecekan pH dengan menggunakan alat pH meter (glass electrode), yang

langsung mengkonversi konsentrasi ion H+ menjadi pH tanah. Pada praktikum ini

kami menggunakan metode elektrometri, keunggulan metode ini adalah lebih

cepat namun kelemahannya setelah mengecek pH suatu larutan, alat harus

kembali dinetralkan dengan air dan saat menetralkan akan cukup memakan waktu.

Rendzina memiliki pH actual 7,15 dan pH potensialnya adalah 6,61 yang

dapat disimpulkan bahwa tanah ini bersifat basa. Tanah ini memiliki litologi

bahan induk kapur sehingga memiliki pH yang tinggi atau basa. Tanah ini

memiliki mineral lempung dominan dengan KPK sedang-tinggi.

Entisol memiliki pH actual 6,115 dan pH potensial 4,885. Hal ini

dikarenakan tanah entisol adalah jenis tanah muda kasar karena tahan terhadap

pelapukan. Tanah ini terbentuk dari endapan bahan tanah yang hanyut dan

terendapkan. Bagian terbesar bahan kasar akan terendapkan tidak jauh dari

sumbernya. Karena entisol terbawa hujan, maka tanah ini berasal dari batuan

induk yang daerah asalnya memiliki curah hujan tinggi dan menyebabkan pH

tanahnya asam.

106

Page 107: Laporan Resmi DIT

Ultisol memiliki pH actual 6,88 dan pH potensial 4,78. Tanah ini bersifat

masam pada teorinya. Ultisol adalah tanah yang prosesnya termasuk jenis lanjut,

sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik, dan silika, dengan

meninggalkan resquioxid sebagai sisa berwarna merah. Tanah ini terbentuk di

daerah iklim humid-tropis tanpa bulan kering sampai bermusim kemarau yang

agak lama, ini mengartikan bahwa tanah ini berjenis tanah masam, namun pada

kenyataan praktikum yang didapat adalah basa pada pH actual (netral 6,5). Ini

kemungkinan disebabkan karena berubahnya iklim global yang menyebabkan

perubahan curah hujan di daerah pengambilan sampel tanah sehingga karena

naiknya curah hujan maka pH akan turun.

Vertisol memiliki pH actual 6,88 dan pH potensial 6,06 yang

mengindikasikan bahwa tanah ini hampir netral. Tanah ini bertekstur halus dan

memiliki fraksi dominan kapur yang mengindikasikan basa. Pada kenyataan

praktikum, tanah yang diujikan memiliki pH yang relatif normal menuju asam

(6,06 pada pH potensial). Ini dikarenakan adanya perubahan curah hujan yang

terjadi di daerah pengambilan sampel dank arena kenaikan curah hujan tersebut

pH dari tanah menurun.

Alfisol adalah jenis tanah yang terakhir dibahas, pH actual tanah ini 6,4

dan pH potensialnya adalah 5,15. Tanah ini termasuk tanah mineral, hasil

translokasi lempung silikat tanpa merusak basa berlebihan tanpa dominasi proses

kea rah terbentuknya molil epidedon. Selain itu litologi bahan induk alfisol adalah

kapur, namun pH yang muncul adalah masam. Ini dikarenakan berubahnya iklim

sehingga terjadi curah hujan yang tidak normal pada daerah pengambilan sampel

dan menurunkan pH tanah tersebut.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi pH dengan dua cara yaitu (1) pengaruh

langsung ion hidrogen dan (2) pengaruh tidak langsung. Pada saat tertentu tanah

akan menjadi masam karena iklim atau campur tangan organism pada tanah

tersebut. Untuk menaikan pH dilakukan pencampuran kapur pada tanah tersebut

agar pH tanahnya naik. Ini perlu dilakukan karena tiap tanaman memiliki toleransi

107

Page 108: Laporan Resmi DIT

pH yang berbeda-beda. Kebanyakan tanaman toleransi terhadap pH yang ekstrim

rendah atau tinggi asalkan unsur hara tercukupi. Padahal unsur hara tanah juga

mempengaruhi pH. Bahan organik adalah unsur penting untuk tanaman, pada saat

bahan organik tinggi maka pH tanah akan menurun. Tanaman yang tidak toleran

pada pH ekstrim tidak akan tumbuh dengan baik bahkan bisa mati. Sebagai tolak

ukur unsur tanah, jika Bahan organik > mineral maka tanah tersebut memiliki pH

rendah dan dikatagorikan tanah organik. Jika Bahan organik < mineral maka tanah

tersebut memiliki pH tinggi dan dikatagorikan tanah mineral. Adapun pH ekstrim

adalah pH yang jauh dari pH normal, pH normal tanah ialah 6,5. Beberapa unsur

yang tidak terdapat pada pH ekstrim ialah :

Kalsium dan Magnesium

Alumunium dan unsur mikro

Ketersediaan fosfor

Perharaan yang berkaitan dengan jasad renik

Berdasarkan ion H+ yang terdapat di larutan tanah dapat dibedakan dua

jenis pH yaitu :

1. pH aktual, yaitu pengukuran H+ yang terdapat dalam larutan tanah.

Pada pH aktual bahan pendesaknya ialah H2O (akuades). Air bersifat netral karena

konsentrasi H+ = OH- . Air di ionisasikan menjadi

H2O → H+ + OH-

pH tanah disebabkan pengaruh kompetisi disosiasi,

hidrogen dapat ditukar dan diproduksi ion OH- dari hidrolisis basa dapat ditukar

dalam tanah. Selama pencucian terus-menerus tanah, pHnya akan menurun.

2. pH potensial adalah mengukur H+ yang dilarutan tanah juga di

komplek jerapan tanah. Pada pH potensial pendesaknya adalah larutan KCl.

Ketika KCl ditambahkan akan membentuk ion K+ dan Cl- . Bila dicampurkan

dengan garam netral seperti KCl, ikatannya akan kuat, muatan hidrogen yang

108

Page 109: Laporan Resmi DIT

tergantung pH berkaitan dengan bahan organik tidak dipindahkan ke luasan tanah

yang lebih besar. Pengaruh umum dari pH adalah ketersediaan hara bagi tanaman.

Kadang keadaan tanah tidak dapat diatur, pH bisa tiba-tiba naik atau turun

karena pengaruh cuaca. Pengarpuran atau pemberian kapur adalah cara untuk

menaikan kembali pH tanah yang terlalu masam. Dengan pengapuran dapat

meniadakan pengaruh racun Al (alumunium) dan menyediakan hara Ca (kalsium)

untuk tanaman. Sedangkan untuk menurunkan pH tanah yang terlalu basa dapat

diberikan sulfur/belerang. Cara tradisional yang dilakukan adalah dengan

memberikan kotoran hewan ternak.

V. KESIMPULAN

1. Kadar pH dikatagorikan netral dan optimal untuk tanaman jika dapat

menyediakan hara seimbang untuk vegetasi di tanah tersebut.

2. Menurut praktikum ini, tanah basa adalah rendzina dan ultisol. Tanah yang

masam adalah vertisol, entisol, dan alfisol. Namun beberapa tanah

melenceng dari dasar teori karena adanya perubahan iklim yang mengubah

pH tanah tersebut.

3. Penambahan kapur pada tanah bertujuan untuk menaikan pH tanah,

sedangkan penambahan kotoran hewan ternak bertujuan untuk

menurunkan pH tanah.

109

Page 110: Laporan Resmi DIT

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Kondisi Kemampuan Tanah. <www.Manokwari.go.id>. Diakses tanggal 27 Maret 2011.

Da’I, M., H. Deddy dan V. Wahyu. 2006. Sintesis PgV-0 dengan Katalis Asam dan Pengembangan Analisis Kemurnian dengan HPCl. Penulisan Sains Indonesia, Jakarta.

Jirna, I.W. 2000. Penggunaan batas-batas Atterberg sebagai dasar untuk memprediksi kualitas tanah. Jurnal Online 2 : 93-95.

Linggawati. 2002. Pemanfaatan lamun limbah kayu industri kayu lapis untuk modifikasi resin fenol formaldehid. Jurnal Natur Indonesia 5 : 33-41.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

United Nations Development Programme. 2004. Sharing Innovations Experiences. One United Plaza, New York.

110

Page 111: Laporan Resmi DIT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA IXPENETAPAN KAPUR DALAM TANAH

Disusun Oleh :

1. Mohammad Gagah S.A.( 11467 )

111

Page 112: Laporan Resmi DIT

2. Dwi Oktaviyanti ( 11950 )

3. Kurniadi Nugroho ( 12001 )

4. Nadia Ayu Pitaloka ( 12046 )

5. Fahmi Ekaputra ( 12147 )

6. Devi Rakhmayanti ( 12168 )

GOL/KEL : A5/1

Asisten : Tiara Wulan

LABORATORIUM TANAH UMUMJURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011

ACARA IX

PENETAPAN KAPUR DALAM TANAH

ABSTRAKSI

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Acara IX yang berjudul “Penetapan kapur Tanah” dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 1 April 2010, di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Kapur tanah berhubungan erat dengan sifat kejenuhan basa dan kaparitas tukar kation dalam tanah. Kedua sifat ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara yang diperlukan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Penentuan kapur tanah dalam percobaan ini menggunakan sampel tanah entisol, ultisol, alfisol, rendzina, dan vertisol serta dilakukan dengan metode calcimeter yaitu dengan menghitung CO2 yang dilepaskan setelah dilakukan penambahan HCl pada tanah. Besar CO2 ini diperoleh dari selisih berat gabungan calcimeter, tanah dan HCl sebelum dan sesudah pemanasan. Percobaan berdasarkan metode Calsimeter diperoleh hasil kadar kapur Entisol : 0,371%, Vertisol : 15,28%, Alfisol : 0,348%, Ultisol : 14,622%, Rendzina : 9,35%. Percobaan berdasarkan metode Titrasi diperoleh hasil kadar kapur Entisol : 0,001706%, Vertisol : 0,002132%, Alfisol : 0,002132%, Ultisol : 0,00256%, Rendzina : 0,0063%.

I. PENDAHULUAN

112

Page 113: Laporan Resmi DIT

A. Latar Belakang

Kapur tanah berhubungan erat dengan sifat kejenuhan basa dan kapasitas

tukar kation dalam tanah. Kedua sifat ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan

hara yang diperlukan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Kapur banyak

mengandung unsur Ca tetapi pemberian kapur dalam tanah pada umumnya adalah

bukan karena tanah kekurangan Ca tetapi karena tanah terlalu bersifat masam,

oleh karena itu pH tanah perlu dinaikan agar unsur-unsur hara seperti P mudah

diserap tanaman, keberadaan kapur dalam tanah akan mempengaruhi tingkat

kemasaman dan salinitas tanah. Selain itu banyak manfaat lain dari pengapuran

tanah yaitu menaikan pH tanah, menambah unsur-unsur Ca dan Mg, dan

mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al.

B. Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk menetapkan kandungan kapur yang

terdapat pada berbagai jenis tanah dengan menggunakan metode gravimetri.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Adanya kandungan kapur (CaCO₃)bebas di dalam tanah dapat diketahui

dengan menetaskan asam klorida 10% (HCl 2N).Adanya percikan menandakan

adanya kapur bebas,makin banyak percikannya maka makin banyak kandungan

kapur dalam tanah.Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut (Anonim, 2010) :

CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2

Pemberian kapur silikat berpengaruh sangat nyata terhadap Ca. Pemberian

kapur silikat akan meningkatkan ketesediaan Ca tanah. Hal ini berpengaruh positif

terhadap tinggi tanaman, jumlah ruas batang, jumlah daun, diameter batang, berat

kering akar (root) dan tanaman (shoot) panili. Penambahan kalsium sangat

113

Page 114: Laporan Resmi DIT

berpengaruh terhadap pertumbuhan akar sedangpemberian kapur silikat mampu

membantu memberikan pH yang realtif sesuai untuk pertumbuhan optimum panili

(Rivale, 2003).

Secara umum pemberian kapur dalam tanah dapat mempengaruhi sifat

fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut

kimia, maka tujuan pengapuran adalah untuk menetralkan kemasaman tanah dan

untuk meningkatkan atau menurunkan ketersediaan unsure-unsur hara bagi

pertumbuhan tanaman. Dalam melakukan pengapuran untuk menetralkan

kemasaman tanah perlu dipertimbangkan tentang macam sumber kemasaman

bagi tanah dan sumber mana yang harus dinetralkan (Malherbe, 1965).

Pengapuran merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan aktivitas pupuk P. Pengaruh utama pengapuran pada tanah masam

dimaksudkan untuk menetralkan Al, dan pengaruh lainnya adalah turunnya kadar

ion hidrogen, meningkatnya kadar ion hidroksil dan prosentase kejenuhan basa

(Tisdale dan Nelson, 1975).

Dengan menurunnya kandungan Al dalam tanah, maka kemampuan tanah

untuk memfiksasi P akan berkurang sehingga pemupukan P akan efektif dan P

akan lebih tersedia bagi tanaman (Norpiansyah, 2005).

Pengapuran yang berlebihan sampai pada nilai pH lebih besar dari 6 atau

7 dapat sangat menurunkan hasil panen, terutama pada tanah dengan kadar oksida

besi dan oksida alumunium yang tinggi. Pengapuran sampai netral dapat

menyebabkan kerusakan struktur tanah, mengurangi ketersediaan fosfor dan

menyebabkan kekahatan seng, boron, dan mangan. Pengapuran sampai pH 7

biasanya tidak merugikan pada tanah silikat lapis, tetapi dapat merugikan atau

tidak berpengaruh apa-apa pada sistem oksida dan sistem silikat lapis berlapis

oksida (Sanchez, 1976).

Mutu kapur meliputi kandungan CaO dan MgO,daya netralisasi serta

kehalusan bahan kapur.oleh karena itu banyak macam kapur yang

114

Page 115: Laporan Resmi DIT

diperdagangkan,maka jaminan mutu kapur menjadi sangat pentingbagi keperluan

pertanian (Notodiprawija, 2001).

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Acara IX tentangpenetapan kapur

tanahdilakukan pada hari Jum’at, tanggal 1 April 2010pukul 13.30 di

Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah menetapkan kapur

dalam tanah dengan menggunakan metode calcimeter. Bahan yang digunakan

adalah contoh tanah kering udara ukuran Φ 2 mm, sedangkan untuk alat yang

digunakan yaitu timbangan analitik atau elektronik, pipet 5 ml, calsimeter dan

HCl 2N.

Langkah pertama pada percobaan ini adalah disiapkan calsimeter kosong,

bersih dan kering kemudian ditimbang beratnya (a gram). Ditimbang contoh tanah

2 mm seberat 5 gram, masukkan ke dalam calsimeter kemudian ditimbang

calsimeter (b gram). Setelah itu tempat HCl (pada calsimeter) diisi dengan HCl

2Nsampai hampir penuh. Harus dijaga agar kran disebelah bawah tempat HCl

tertutup rapat hingga HCl tidak menetes, kemudian ditimbang (c gram). Buka

kran HCl perlahan-lahan dan HCl dialirkan setetes demi setetes. Setiap kali

digoyang mendatar agar reaksi sempurna. Setelah HCl habis calsimeter

dihangatkan sebentar di atas api kecil (hati-hati terhadap penguapan air), cukup

dihangatkan saja. Kemudian diangkat dari api kecil spirtus, dibiarkan selama

kurang lebih setengah jam, lalu ditimbang (d gram). Sedangkan pada metode

titrasi (cottenie) langkah pertama yang harus dilakukan adalah menimbang sampel

tanah Ø 0,5 mm seberat 5 gram (a gram) kemudian dimasukkan ke dalam

erlenmeyer. Lalu ditambahkan H2SO4 0,5 N dengan pipet volume. Ditambahkan

aquadest hingga volume menjadi 150 ml. Kemudian dihangatkan dengan cara

dibakar di atas dunner., lalu didinginan. Setelah dingin , dipisahkan larutan

dengan suspensi tanah dengan cara disaring. Lalu ditambahkan 0,5 ml indikator

pp ke dalam filtrat dan dititrasi dengan 0,5 N NaOH. Titrasi dihentikan jika sudah

115

Page 116: Laporan Resmi DIT

terjadi perubahan warna merah ke hijau dan kembali ke merah lagi. Kerjakan

dengan prosedur yang sama untuk larutan 20 ml H2SO4 0,5 N tanpa tanah

(blangko).

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 9. Kandungan Kapur dalam Tanah Berdasarkan Metode Calsimeter

Tanah a (gr) b (gr) c (gr) d (gr) KL (%) % CaCO3Rendzina 104,67 109,62 139,05 138,87 13,2 9,35Alfisol 91,314 96,296 123,045 123,038 9,07 0,348Ultisol 126,235 131,232 162,835 162,540 8,98 14,622Vertisol 101,525 106,462 129,100 128,800 10,702 15,28Entisol 121,503 126,489 158,259 158,251 1,85 0,371

Contoh perhitungan :

Rumus CaCO3=(c-d ) x (100+KL)

44 x (b−a) x 100%Tanah Entisol

CaCO 3=(158,259−158,251 ) x (100+1,85 )

44 x (126,489−121,503 )x 100 %

CaCO 3=0,008 x101,8544 x 4,986

x100 %

CaCO 3= 0,8148219,384

x100 %

CaCO 3=0,371 %

Tabel 10. Kandungan Kapur dalam Tanah Berdasarkan Metode Titrasi

Tanah a (gr) Va (ml) Vb (ml) N % CaCO3Rendzina 5 4,4 2,9 0,4264 0,0063Alfisol 5 4,4 3,9 0,4264 0,002132Ultisol 5 4,4 3,8 0,4264 0,00256Vertisol 5 4,4 3,9 0,4264 0,002132Entisol 5 4,4 4 0,4264 0,001706

Contoh perhitungan :

116

Page 117: Laporan Resmi DIT

Rumus CaCO3 = ( Va - V b ) x N x 5

a x 100 %

Tanah Entisol

CaCO 3 =( 4,4-4) x 0,4264 x 55 x 100

%

CaCO 3 = 0,4 x 2,132500

%

CaCO 3 = 0,001706 %

B. Pembahasan

Secara awam istilah kapur tanah mempunyai asosiasi erat dengan

keberadaan calsium atau magnesium dalam tanah. Keberadaan calsium dan

magnesium sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Bentuk kapur di alam

misalnya kalsium oksida, kalsium karbonat, kalsium sulfat, dan dolomite.

Metode pertama yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode

gravimetri (calcimeter) yaitu menetapkan kadar kapur setara tanah dengan

calcimeter dan khemikalia HCl menggunakan tanah dengan diameter 2 mm.

Dalam penetapan kapur ini akan diukur CO2 yang menguap. Metode ini

digunakan karena lebih murah dan dapat mengukur CO2 yang menguap, tetapi

timbangan harus sensitif. Jika pembacaan pada timbangan tidak akurat maka akan

berpengaruh pada tingkat akurasi hasil yang diperoleh. Penambahan HCl

dimaksudkan agar CaCO3 yang terkandung dalam tanah akan bereaksi dengan

HCl dan menghasilkan CO2 sesuai reaksi:

CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2

Untuk dapat mengetahui besar kandungan kapur dalam tanah dilihat dari

jumlah CO2 yang menguap. Fungsi pemanasan adalah mempercepat reaksi dan

pemanasan hanya 1 menit sampai hangat karena agar CO2 yang dilepas tidak

berlebihan dan agar H2O tidak ikut menguap, sehingga dapat menyebabkan reaksi

lebih lanjut dan mengganggu akurasi perhitungan yang dimaksudkan hanya untuk

menghitung CO2 yang menguap.

117

Page 118: Laporan Resmi DIT

Metode kedua yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode titrasi

(Cottenie) yaitu menetapkan kadar kapur setara tanah dengan cara titrasi

menggunakan kemikalia NaOH, H2SO4, dan indicator phenolphthalein (pp) serta

menggunakan tanah dengan diameter 0,5 mm. Dalam penetapan kapur ini akan

diukur volume titran NaoH yang digunakan saat titrasi. Metode ini digunakan

karena murah dan cepat. Namun timbangan harus sensitive dan harus teliti melihat

perubahan warna larutan pada saat proses titrasi berlangsung. Jika pembacaan

pada timbangan tidak akurat dan penentuan volume titran tidak teliti, maka akan

berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Penggojokan dengan cara dibolak-balik

bertujuan agar campuran menjadi homogen. Larutan dalam labu Erlenmeyer

digoyang-goyang setelah penambahan indicator bertujuan agar warna merata.

Indikator digunakan agar titik kesetimbangan reksi pada saat titrasi dapat dilihat

melalui perubahan warna larutan. Penambahan H2SO4 dimaksudkan agar CaCO3

tersebut akan bereaksi dengan H2SO4 dan menghasilkan CO2 sesuai reaksi:

CaCO3 + H2SO4 CaSO4 + H2O + CO2

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, metode yang lebih baik dan

lebih mudah dilakukan adalah metode calsimeter yang bergantung hanya pada

ukuran besaran massa dibandingkan dengan metode titrasi yang selain bergantung

pada besaran massa juga bergantung pada volume titran. Hasil perhitungan dari

data-data yang diperoleh berdasarkan metode calsimeter dan titrasi pun berbeda

jauh. Perhitungan berdasarkan metode calsimeter menggunakan kadar lengas

tanah sedangkan berdasarkan metode titrasi perhitungan tidak menggunakan nilai

kadar lengas tanah. Perbandingan perbedaan hasil dapat dilihat sebagai berikut:

Tanah% CaCO3 Metode

Calsimeter

% CaCO3 Metode

Titrasi

Rendzina 9,35 0,0063

Alfisol 0,348 0,002132

Ultisol 14,622 0,00256

Vertisol 15,28 0,002132

Entisol 0,371 0,001706

118

Page 119: Laporan Resmi DIT

Menurut teori kadar kapur tanahdari yang tertinggi ke terendah adalah

alfisol, entisol, vertisol, rendzina, dan ultisol. Berdasarkan percobaan dengan

metode titasi kadar kapur tanah dapat diurutkan renzina > ultisol > alfisol =

vertisol > entisol.

Tanah rendzina memiliki kadar kapur CaCO3 sebanyak 0,063%. Kadar

kapur tanah ini adalah yang tertinggi berdasarkan metode titrasi. Namun menurut

teori itu salah. Seharusnya tanah rendzina memiliki kadar kapur yang relatif kecil,

karena walaupun memiliki bahan induk dari gamping atau kapur, tanah ini

mempunyai kadar bahan organic yang tinggi dah pH yang asam. Naiknya kadar

kapur pada tanah ini dimungkinkan karena adanya kapur yang terbawa oleh air

dari tempat lain dan mengendap di darah pengambilan tanah sampel.

Alfisol memiliki kadar CaCO3 sebanyak 0,0021% (hasil penyederhanaan

dari 0,002132%). Menurut teori yang didapat, alfisol memiliki kadar kapur

tertinggi diantara tanah yang diuji karena memiliki bahan induk kapur dengan

jeluk air sekitar 50m. Namun pada kenyataan praktikum kali ini, alfisol tidak

memiliki kadar kapur tertinggi. Kemungkinan ini terjadi karena adanya erosi di

daerah sekitar pengambilan sampel sehingga kapur tanah pada daerah sampel

terbawa dan terendapkan di tempat lain, mengingat tanah ini memiliki sifat peka

terhadap erosi.

Selanjutnya adalah ultisol, tanah ini memiliki kandungan kapur setara

sebanyak 0,00256%. Jika dilihat dari pengurutan kadar kapur tanah pada data

praktikum, tanah ini menduduki urutan kedua setelah rendzina. Padahal menurut

dasar teori, ultisol adalah tanah dengan kadar kapur yang terendah. Bahan induk

dari ultisol adalah batuan konglomerat dan breksi, dan kapur bukanlah termasuk

bahan induk dari ultisol sehingga seharusnya kadar kapurnya sedikit.

Kemungkinan hasil yang tidak sesuai dengan dasar teori karena adanya

pengendapan kapur dari hasil erosi ditempat lain yang terbawa oleh air.

Mengingat tanah ini seperti alfisol yang peka terhadap erosi, kemungkinan

119

Page 120: Laporan Resmi DIT

komponen-komponen tanah ini terkikis dan terbawa oleh air dan tergantikan oleh

kapur sehingga kandungan kapur pada tanah ini menjadi banyak.

Vertisol memiliki kadar kapur setara tanah sebanyak 0,0021% (hasil

penyederhanaan dari 0,002132). Pada urutan kadar kapur tanah di data praktikum,

tanah ini menduduki tempat ditengah dan ini sesuai dengan dasar teori bahwa

kadar kapur tanah setara vertisol berkadar sedang. Bahan induk vertisol adalah

gamping atau kapur yang menyebabkan kandungan kapur setara tanah vertisol

cukup banyak.

Entisol memiliki kadar kapur setara tanah sebanyak 0,0017 (hasil

penyederhanaan dari 0,001706). Ini sebenarnya tidak sesuai dengan dasar teori,

karena data yang didapat adalah entisol menempati tempat bawah yang artinya

tanah ini memiliki kadar kapur rendah. Padahal pada dasar teori entisol

merupakan tanah dengan batuan induk pasir, kapur, dan abu vulkanik (jika dekat

gunung) / endapan marin (jika dekat dengan laut). Kemungkinan turunnya kadar

kapur dari entisol adalah karena erosi. Mengingat tanah ini sangat mudah tererosi.

Praktikum ini menggunakan dua metode, titrasi dan calsimetri. Disini akan

dibahas tentang guna kemikalia pada metode titrasi. Pada saat sebelum di titrasi,

sampel tanah diberikan H2SO4 yang berguna untuk mengikat kandungan Ca dalam

CaO3 menjadi CaSO4.

CaCO3 + H2SO4 → CaSO4 + H2O + CO2

Setelah terikat menjadi CaSO4, kembali ditambahkan pp atau phenolphthalein

yang berguna menjadi indicator basa. Indikator pp akan berubah warnanya

menjadi ungu jika pH sudah melewati 10. Lalu dititrasi dengan NaOH 0,5M agar

terjadi reaksi yang setara, reaksi setara terlihat jika larutan berubah warna menjadi

ungu sempurna. Perubahan war na terjadi karena penambahan pp, jika warna

sudah berubah dapat diketahui kadar kapurnya dengan perhitungan volume NaOH

yang dipakai.

Reaksi yang terjadi saat titrasi:

120

Page 121: Laporan Resmi DIT

CaSO4 + 2H2O + 2NaOH → 2Na SO4 + Ca(OH) 2 + 2H2O

Tinggi rendahnya kadar kapur sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan

tanah. Contohnya adalah dalam pertumbuhan tanaman vanili atau dalam bahasa

latinnya Vanilla planifolia. Tumbuhan vanilli memerlukan banyak kalsium untuk

pertumbuhannya, gunanya adalah sebagai pengikat daya serap akar terhadap zat-

zat hara. Sehingga dalam pemilihan lahan vanilli harus memperhatikan kadar

kapur tanahnya.

Dalam keadaan lain, kandungan kapur yang berlebihan justru dapat

menghambat pertumbuhan tanaman bahkan bisa menjadi racun bagi tanaman yang

tumbuh di tanah itu. Pada tanah yang terlalu banyak kapur akan banyak

kekurangan zat seperti Zn, Mg, Fe, dan Br. Terutama adalah zat P, karena Ca akan

dengan mudah mengikat unsure P menjadi Ca-P yang sulit terlarut dalam air.

Pemberian kapur dalam tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia

tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Kapur tanah dapat menetralkan kemasaman

tanah dan meningkatkan atau menurunkan ketersediaan unsur-unsur hara bagi

pertumbuhan tanaman. Fungsi mempelajari kapur tanah adalah agar dapat

menentukan kandungan kapur yang baik bagi tanaman dimana memiliki

kesesuaian dengan jenis dan kondisi tanah sehingga dapat menentukan kadar

kapur tanah. Kapur sangat penting dalam dunia pertanian, yaitu untuk membantu

dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, karena kapur mempunyai

asosiasi yang erat dengan keberadaan kalsium tanah dan atau magnesium.

Keberadaan kapur tanah akan mempengaruhi kejenuhan basa dan kapasitas

pertukaran kation tanah. Hal ini karena dengan kandungan kapur yang tinggi

dalam tanah maka Ca2+ dan Mg2+ tinggi, sehingga akan menyumbang kation-

kation dalam tanah, sebagai hara tanaman Ca dan Mg sangat dibutuhkan tanaman

untuk menguatkan batang. Tetapi jika kandungan kapur tanah terlalu tinggi akan

mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah terutama P karena Ca akan

mengikuti P menjadi Ca-P. Dengan demikian akan menimbulkan dampak

toksisitas kapur dalam tanah yaitu menghambat pertumbuhan tanaman.

121

Page 122: Laporan Resmi DIT

Kandungan Ca2+ yang terlalu tinggi dapat mengurangi ketersediaan unsur hara

dalam tanah terutama P. Pengaruh buruk yang dapat terjadi adalah kekurangan

besi, mangan, tembaga, dan seng; ketersediaan fosfor mungkin menurun karena

pembentukan senyawa kompleks dan tidak larut; serapan fosfor dan

penggunaannya dalam metabolisme tanaman dapat terganggu; perubahan pH yang

meningkat cepat juga dapat berpengaruh buruk, yaitu keracunan Al.

Salah satu metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode

gravimetri (calcimeter) yaitu menetapkan kadar kapur setara tanah dengan

calcimeter dan khemikalia HCl. Dalam penetapan kapur ini akan diukur CO2

yang menguap. Reaksi yang terjadi :

CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2

Metode ini digunakan karena lebih murah dan lebih cepat, dapat mengukur CO2

yang menguap, tetapi timbangan harus sensitif. Jika pembacaan pada timbangan

tidak akurat / tidak teliti maka akan berpengaruh pada hasil yang diperoleh.

Fungsi penambahan khemikalia (HCl) adalah untuk mengikat kalsium membentuk

kalsium klorida sehingga CO2 dapat diukur. Oleh karena itu, fungsi dilakukan

pemanasan adalah mempercepat reaksi dan pemanasan hanya 15 detik sampai

hangat agar CO2 yang dilepas tidak berlebihan dan H2O tidak menguap, sehingga

dapat menyebabkan reaksi lebih lanjut atau perubahan H2O menjadi uap.

Dari hasil perhitungan berdasar metode calsimeter didapat kadar kapur

dalam tanah dari yang paling tinggi adalah Vertisol (15,28%), Ultisol (14,622%),

Rendzina (9,35%), Entisol (0,371%) dan yang paling kecil adalah Alfisol

(0,348%).

Berdasar metode calsimeter tanah Vertisol memiliki kadar kapur paling

tinggi diantara tanah yang digunakan dalam percobaan ini. Bahan induk tanah

Vertisol berasal dari gamping (induk kapur) dan lempung sehingga kedap air,

yang terdiri atas bahan-bahan yang mengalami pelapukan seperti batu kapur,

napal, tuff, endapan alluvial, dan abu vulkanik. Proses pelapukan/alir rupa batuan

ini tergolong lambat (permeabilitas lambat). Warna tanah dipengaruhi oleh

122

Page 123: Laporan Resmi DIT

kandungan humus dan kapur sehingga tanah yang kaya kapur kebanyakan hitam.

Kadar kapur yang tinggi mempengaruhi kejenuhan basa dan KPK tinggi karena

banyak menymbang kation Ca dan Mg.

Tanah Ultisol mempunyai kandungan kapur yang tinggi. Tanah Ultisol

bahan induknya yang berasal dari bahan batuan induk vulkanik baik tuff maupun

batuan beku. Proses pelapukan yang melepaskan kation (Ca, Mg, K, Na) yang

berperan menetralisir keasaman berperan terhadap kecepatan perkembangan

tanah. Tanah ini meliputi tanah-tanah yang mengalami pelapukan intensif dan

perkembangan tanah selanjutnya sehingga terjadi pencucian unsur basa, bahan

organik dan silica sebagai sisa berwarna merah.

Tanah Rendzina mempunyai kandungan kapur yang agak tinggi. Tanah ini

bahan induknya berasal dari gamping (bahan kapur / gips), berwarna hitam,

strukturnya menggumpal dan banyak mengandung batuan kapur, napal dan

dolomite. Permeabilitas yang lambat mengakibatkan gerakan air ke air tanah

dalam sulit, sehingga akan mengendap di bagian atas, oleh karena itu konsentrasi

Ca+ C sebagai koogulan meningkat. Tanah ini dinamakan tanah karbonat humus

karena selalu mengandung CaCO3 yang dapat larut dalam HCl panas yang agak

pekat dan meninggalkan kuarsa. Sifat tersebut juga didukung oleh kadar lengas

yang tinggi dari tanah Rendzina. Tanah yang mengandung kapur tinggi

mengakibatkan proses pelapukan/proses pembentukan tanah sangat lambat.

Bahan induk tanah Entisol berasal dari pasir, berupa abu vulkanik, pasir

pantai, dan bahan-bahan sedimen. Kandungan pasir dan debunya melebihi 60 %.

Entisol merupakan tanah muda yang masih belum nampak jelas diferensiasi

horisonnya. Permeabilitas cepat menyebabkan perlokasi air sangat cepat dan

garam alkali yang agak mudah larut (Ca) karbonat akan berpindah bersama air

mencapai tanah, sehingga kandungan kapur di horizon atas banyak kehilangan

kapur. Jadi hal tersebut membuktikan bahwa kandungan kapur dalam tanah

Entisol tergolong rendah. Kadar Ca yang rendah menyebabkan ion-ion dalam

tanah sukar bergerak, sehingga unsur hara sukar diserap, disamping itu

permeabilitas yang tinggi menyebabkan unsur hara dalam tanah juga mengalami

pengendapan. Oleh karena itu tanah Entisol kesuburannya rendah.

123

Page 124: Laporan Resmi DIT

Pada percobaan praktikum ini terdapat ketidaksesuaian antara percobaan

yang dilakukan dengan materi. Yang seharusnya terjadi adalah tanah alfisol

memiliki kandungan kapur yang paling tinggi. Hal tersebut diduga terjadi karena

adanya proses erosi dalam tanah. Tanah Alfisol mengandung kapur yang paling

tinggi karena bahan induk berasal dari kapur dan mengandung konkresi kapur dan

besi.. Disamping itu tanah ini permeabilitas lambat. Sehingga air sulit membawa

larutan kapur ke dalam akar mengendapkan tanah sampai ke bawah. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tanah Alfisol mempunyai perlokasi yang rendah. Batuan

kapur adalah batuan yang tahan terhadap pelapukan dan proses pembentukan

tanah sehingga membuktikan bahwa kandungan kapur dalam tanah alfisol tinggi.

Pembentukan tanah yang lama/sulit juga disebabkan oleh pelarutan dan tanah

alfisol sulit larut dalam air. Tanah alfisol mempunyai struktur gumpal, tekstur

lempung-lempung debu dan kurang subur.

Jadi kandungan kapur dalam tanah berbeda-beda disebabkan oleh pH

tanah, tekstur tanah, kandungan bahan organik, bahan induk tanah, mutu kapur,

jenis tanaman yang hidup, iklim, dan curah hujan. pH tanah dapat menunjukkan

kejenuhan basa. Tekstur dan kandungan bahan organik menentukan kapasitas

absorbsi dan besarnya daya penyangga dari tanah. Semakin halus tanah atau

semakin banyak kandungan bahan organik, daya penyangga semakin besar

sehingga diperlukan tmbahan kapur yang lebih banyak. Pada umumnya batuan

kapuran lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan

karbonat dapat mendorong pembentukan tanah pada batuan berkapur. Kandungan

kapur dalam tanah juga dapat disebabkan oleh kadar lengas dalam tanah karena

banyaknya uap air dalam tanah menandakan besarnya permeabilitas air. Garam-

garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg, Cl, SO4 dan NaCO3) dan garam

alkali yang agak mudah larut (Ca, Mg) memiliki karbonat yang akan berpindah

bersama air dan bergantung pada besarnnya yang dapat mencapai kedalaman

tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam atau kapur pada

horizon tertentu. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut,

maka yang terendapkan lebih dulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrim,

124

Page 125: Laporan Resmi DIT

kerak garam dan kapur dapat terbentuk dipermukaan tanah. Batuan induk yang

kaya akan bahan kapur menyebabkan tanah kaya akan kapur. Tanah yang

berkembang dari tanah induk yang bersifat basis seperti kapur akan menghasilkan

tanah berwarna gelap dan bersifat basis.

V. KESIMPULAN

1. Kadar kapur tanah pada sampel tanah yang diuji coba dengan metode

titrasi adalah sebagai berikut

Metode Titrasi

Rendzina 0,0063%

Alfisol 0,0021%

Ultisol 0,00256%

Vertisol 0,0021%

Ultisol 0,001706%

Metode Calsimetri

Rendzina 9,53%

Alfisol 0,384%

Ultisol 14,622%

Vertisol 15,8%

Ultisol 0,371%

125

Page 126: Laporan Resmi DIT

2. Faktor pemengaruh kadar kapur dalam tanah adalah bahan induk

pembentuk tanah tersebut.

3. Kadar kapur tiap lapisan tanah kadang berbeda karena adanya proses

kalsifikasi-dekalsifikasi.

4. Kelebihan kadar kapur dapat menghambat pertumbuhan tanaman bahkan

bisa menjadi racun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kapur Tanah. <http:// .iptek.net.id >. Diakses tanggal 3 April 2011.

Malherbe, I. V. 1965. Soil Fertility. Oxford University Press, London

Nopriansyah, H. 2005. Ketersediaan P dari berbagai pupuk akibat pemberian kapur pada tanah pudzolik jasinya dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan jagung. Tanah Tropika 9 : 15-23.

Notohadiprawiro. 2001. Tanah dan Lingkungan Pusat Studi Sumberdaya Lahan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rivale, A.P. 2003. Pengaruh pengapuran dan pupuk posfat terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan panili. Buletin Ilmiah Instiper IV (11): 1-13.

Sanchez, A. P. 1976. Properties and Management of Soil in The Tropics. John Wiley and Sons, Inc, New York.

Tisdale and Nelson. 1975. Environmental Soil Science. Marcel Dekker, Inc, New York.

126

Page 127: Laporan Resmi DIT

LAMPIRAN

Perhitungan Kadar Kapur Setara Tanah

A. Metode Calsimeter

Rumus:

Gas CO2 yang dihasilkan = (c-d) gram

1 mol CO2 = 44 gram

= (c-d)44

mol

Koefisien reaksi CaCO3 = CO2

Mol CaCO3 = CO2 = (c-d)44

mol

= (c-d)44

x100 g

CaCO 3=

(c−d )44

x100

100(100+KL)

x (b−a) 100%CaCO3=

(c-d ) x (100+KL)44 x (b−a)

x 100%

Keterangan:

K = Kadar Lengas 2 mm (%)

(b-a) = berat tanah kering angin (gram)

a = berat calsimeter kosong (gram)

127

Page 128: Laporan Resmi DIT

b = berat calsimeter + tanah (gram)

c = berat calsimeter + tanah + HCl (gram)

d = berat calsimeter + campuran tanah dan HCl setelah dihangatkan (gram)

1. Rendzina

CaCO 3=(139,05−138,87 ) x (100+13,2 )

44 x (109,62−104,67 )x 100 %

CaCO 3=0,18 x 113,244 x 4,95

x100 %

CaCO 3=20,376217,8

x100 %

CaCO 3=9,35 %

2. Alfisol

CaCO 3=(123,045−123,038 ) x (100+9,07 )

44 x (96,296−91,314 )x100 %

CaCO 3=0,007 x 109,0744 x 4,982

x 100 %

CaCO 3=0,76349219,208

x100%

CaCO 3=0,348 %

3. Ultisol

CaCO 3=(162,835−162,540 ) x (100+8,98 )

44 x (131,232−126,235 )x100 %

CaCO 3=0,295 x108,9844 x 4,997

x100 %

CaCO 3=32,1491219,868

x100 %

CaCO 3=14,622%

4. Vertisol

CaCO 3=(129,100−128,800 ) x (100+10,702 )

44 x (106,462−101,525 )x 100 %

128

Page 129: Laporan Resmi DIT

CaCO 3=0,3 x110,70244 x 4,937

x100 %

CaCO 3=33,2106217,228

x100%

CaCO 3=15,28 %

5. Entisol

CaCO 3=(158,259−158,251 ) x (100+1,85 )

44 x (126,489−121,503 )x 100 %

CaCO 3=0,008 x101,8544 x 4,986

x100 %

CaCO 3= 0,8148219,384

x100 %

CaCO 3=0,371 %

B. Metode Titrasi (Cottenie)

Rumus:

CaCO 3 = ( V a - Vb ) x N x 5

a x 100 %

Keterangan:

N = Normalitas NaOH

Va = Volume NaOH untuk titrasi blangko (ml)

Vb = Volume NaOH untuk titrasi sampel (baku) (ml)

1. Rendzina

CaCO 3 =( 4,4-2,9 ) x 0,4264 x 55 x 100

%

CaCO 3 = 1,5 x 2,132500

%

CaCO 3 = 0,0063 %

2. Alfisol

CaCO 3 =( 4,4-3,9 ) x 0,4264 x 55 x 100

%

129

Page 130: Laporan Resmi DIT

CaCO 3 = 0,5 x 2,132500

%

CaCO 3 = 0,002132 %

3. Ultisol

CaCO 3 =( 4,4-3,8 ) x 0,4264 x 55 x 100

%

CaCO 3 = 0,6 x 2,132500

%

CaCO 3 = 0,00256 %

4. Vertisol

CaCO 3 =( 4,4-3,9 ) x 0,4264 x 55 x 100

%

CaCO 3 = 0 ,5 x 2,132500

%

CaCO 3= 0,002132 %

5. Entisol

CaCO 3 =( 4,4-4) x 0,4264 x 55 x 100

%

CaCO 3 = 0,4 x 2,132500

%

CaCO 3 = 0,001706 %

130