laporan resmi koligatif

37
I. Judul : Sifat Koligatif Larutan II. Waktu Percobaan : Selasa, 9 April 2013 ;14.0 WIB III. Selesai Percobaan : Selasa, 9 April 2013; 16.30 WIB IV. Tujuan Percobaan : Mempelajari pengaruh jenis larutan terhadap titik didihnya V. Dasar Teori : a. Pengertian Sifat Koligatif Larutan Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut. Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat. Adanya interaksi antara zat terlarut dan pelarut dapat berakibat terjadinya perubahan sifat fisis dari komponen-komponen penyusun larutan tersebut. Gambaran umum sifat koligatif

Upload: tresia-anita-sari

Post on 07-Dec-2014

206 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Laporan kimia

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi koligatif

I. Judul : Sifat Koligatif Larutan

II. Waktu Percobaan : Selasa, 9 April 2013 ;14.0 WIB

III. Selesai Percobaan : Selasa, 9 April 2013; 16.30 WIB

IV. Tujuan Percobaan : Mempelajari pengaruh jenis larutan terhadap titik

didihnya

V. Dasar Teori :

a. Pengertian Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel

zat terlarut di dalam larutan dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut. Larutan merupakan

campuran homogen antara dua atau lebih zat. Adanya interaksi antara zat  terlarut dan pelarut

dapat berakibat terjadinya perubahan sifat fisis dari komponen-komponen penyusun larutan

tersebut.

Gambaran umum sifat koligatif

b. Molalitas (m)

Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 gram)

pelarutMolalitas didefinisikan dengan persamaan berikut

Page 2: Laporan Resmi koligatif

Keterangan :

m = molalitas larutan (mol / kg)

n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)

P = massa pelarut (g)

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan

itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam

larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit

terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.

Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan

sifat koligatif larutan elektrolit.

c. Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada

interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang

larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmotik

Penurunan Tekanan Uap

Marie Francois Raoult (1830 - 1901) ilmuwan yang menyimpulkan tentang tekanan uap jenuh

larutan

Molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat

cair. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan

uap zat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap,

maka partikel - partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul - molekul zat cair.

Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang

tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat

panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat

terlarutnya semakin tinggi[3]. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis :

Page 3: Laporan Resmi koligatif

P0 – P dimana P0 > P

Keterangan :

P0 = tekanan uap zat cair murni

P = tekanan uap larutan

Pada tahun 1808, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Perancis melakukan

percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh

larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni

Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum Raoult

dan dirumuskan denganPersamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis

P = P0 x Xp

= P0 x Xt

Keterangan :

P = tekanan uap jenuh larutan

P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni

Xp = fraksi mol zat pelarut

Xt = fraksi mol zat terlarut

Kenaikan Titik Didih

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat

cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di

seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer Dari hasil penelitian,

ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya Hal ini disebabkan

adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan

Page 4: Laporan Resmi koligatif

partikel - partikel pelarut Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan

energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut

kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan ( ). Persamaannya dapat ditulis:

Keterangan :

Tb = kenaikan titik didih

kb = tetapan kenaikan titik didih molal

m = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relative

Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik Didih Tetapan (Kb)

Aseton 56,2 1,71

Benzena 80,1 02,53

Kamfer 204,0 05,61

Karbon tetraklorida 76,5 04,95

Sikloheksana 80,7 02,79

Naftalena 217,7 05,80

Fenol 182 03,04

Air 100,0 00,52

Page 5: Laporan Resmi koligatif

Penurunan Titik Beku

Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil daripada titik

beku pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut

Keterangan :

Tf = penurunan titik beku

kf = penurunan titik beku molal

m = molal larutan

Mr = massa molekul relatif

Tabel Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik Beku Tetapan (Kf)

Aseton -95,35 2,40

Benzena 5,45 5,12

Kamfer 179,8 39,7

Karbon tetraklorida -23 29,8

Sikloheksana 6,5 20,1

Naftalena 80,5 6,94

Fenol 43 7,27

Page 6: Laporan Resmi koligatif

Air 0 1,86

Tekanan Osmotik

Van't Hoff

Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan

perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses

osmosis) . Membran semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul - molekul

pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik larutan

dirumuskan

PV = nRT Karena tekanan osmosis = Π , maka :

Keterangan :

= tekanan osmotik

M = molaritas larutan

R = tetapan gas ( 0,082 )

T = suhu mutlak

Tekanan osmosis

Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan

Hipotonis.

Page 7: Laporan Resmi koligatif

Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis.

Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.

Penurunan Tekanan Uap Jenuh

Pada  setiap  suhu,  zat  cair  selalu  mempunyai  tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan

uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan

penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau

fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.

Gambaran penurunan tekanan uap

Menurut Roult :

p = po . XB

keterangan:

p     : tekanan uap jenuh larutan

po  : tekanan uap jenuh pelarut murni

XB  : fraksi mol pelarut

Karena XA + XB = 1 , maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi :

Po – P = Po . XA

keterangan:

ΔP   : penuruman tekanan uap jenuh pelarut

po    : tekanan uap pelarut murni

Page 8: Laporan Resmi koligatif

XA   : fraksi mol zat terlarut

d. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar

daripada sifat koligatif larutan non elektrolit.. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

larutan elektrolit  di  dalam  pelarutnya  mempunyai  kemampuan  untuk mengion. Hal ini

mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan

non elektrolit pada konsentrasi yang sama. Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat

ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0

< α < 1). Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam

perumusan sifat koligatifnya.

Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor

Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff

Keterangan :

= faktor Van't Hoff

n = jumlah koefisien kation

= derajat ionisasi

Penurunan Tekanan Uap Jenuh

Rumus penurunan tekanan uap jenuh dengan memakai faktor Van't Hoff adalah

=P0

Kenaikan Titik Didih

Persamaannya adalah

Page 9: Laporan Resmi koligatif

=

Penurunan Titik Beku

Persamaannya adalah :

=

Tekanan Osmotik

Persamaannya adalah

=

Sifat-Sifat Reagen

a. Gula (C12H22O11)

Gula merupakan larutan non elektrolit yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Jika gula

dilarutkan dalam air, molekul-molekulnya tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada

ion yang bermuatanyang dapat menghantarkan arus listrik.

b. Garam dapur (NaCl)

Garam merupakan larutan elektrolit kuat. Jika garam dilarutkan dalam air, maka ia akan

terurai menjadi ion.

Sifat NaCl :

Berbentuk kristal

Mudah larut dalam air (36 gr/100 ml air dari pada 20oC)

Dalam bentuk bubuk bersifat higroskopis

Banyak terdapat di udara (dari air laut)

Campuran NaCl dengan es cair mencapai -20oC.

E.  PENERAPAN PENURUNAN TEKANAN UAPLaut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut

yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi.

Page 10: Laporan Resmi koligatif

Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan tenggelam karena konsentrasi zat terlarutnya yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau rekreasi bagi manusia. Penerapan prinsip yang sama dengan laut mati dapat kita temui di beberapa tempat wisata di Indonesia yang berupa kolam apung.

F. PENERAPAN PENURUNAN TITIK BEKU1.    Membuat Campuran Pendingin

          Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 0 oC. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.          Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada pencampuran itu, es batu akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu, campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran membeku.

2. Antibeku pada Radiator MobilDi daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen glikol. Di

daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun, dengan kata lain air tidak mudah membeku.

3. Antibeku dalam Tubuh HewanHewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutub,

memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik beku air hingga 0,8oC. Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung gliserol dan trihalose.

4. Antibeku untuk Mencairkan SaljuDi daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi, jalanan dipenuhi es

salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk mengatasinya, jalanan bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan CaCl2. Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam yang ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang mencair.

5. Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa molekul

relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai penurunan titik bekunya, maka massa molekul relatif zat terlarut itu dapat ditentukan.

C. PENERAPAN TEKANAN OSMOSIS

1. Mengontrol Bentuk Sel

Page 11: Laporan Resmi koligatif

  Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonik. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan lain disebut hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi daripada larutan lain disebut hipertonik.

Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke dalam darah. Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak mengalami kerusakan. 2. Mesin Cuci Darah

Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil seperti urea melalui membran semipermeabel dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang. Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti protein sehingga akan tetap berada di dalam darah. 3. Pengawetan Makanan

Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang berada di permukaan makanan.4. Membasmi Lintah

Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.5. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman

Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.6. Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik

Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut, atau dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik terjadi jika kepada larutan diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.

Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui selaput yang permeabel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke dalam air asin.

Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun dalam air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

VI. Alat dan Bahan :

1. Gelas kimia 100 mL 8 buah

2. Gelas ukur 50 mL 1 buah

3. Kaki tiga dan kasa 2 buah

Page 12: Laporan Resmi koligatif

4. Termometer 1 buah

5. Pembakar spirtus 2 buah

6. Kaca arloji 2 buah

7. Statif dan klem 1 buah

8. Spatula 1 buah

9. Aquades 450 mL

10. Garam dapur (NaCl) 4,08 gram

11. Gula (C12H22O11) 23,94 gram

VII. Prosedur Kerja :

1. Kenaikan titik didih larutan elektrolit dan non elektrolit

- Dimasukkan ke dalam - Dimasukkan ke dalam - Dimasukkan ke dalam

gelas kimia gelas kimia gelas kimia

- Ditambahkan 3,42 g gula - Ditambahkan 0,58 g - Dipanaskan hingga

Garam dapur mendidih

- Dipanaskan hingga - Dipanaskan hingga - Dicatat suhunya

mendidih mendidih

- Dicatat suhunya - Dicatat suhunya

2. Kenaikan suhu larutan elektrolit dan non elektrolit

- Dimasukkan ke dalam gelas kimia - Dimasukkan ke dalam gelas kimia50 mL aquades 50 mL aquades

Suhu

25 mL aquades

Suhu

25 mL aquades

Suhu

25 mL aquades

Page 13: Laporan Resmi koligatif

1a, 2a, 3a, 4a 1b, 2b, 3b, 4b

- Dipanaskan hingga mendidih - Dipanaskan hingga mendidih

- Dicatat suhunya - Dicatat suhunya

- Ditambahkan gula ke dalam gelas - Ditambahkan garam dapur ke

kimia 1a, 2a, 3a, 4a masing-masing dalam gelas kimia 1b, 2b, 3b, 4b

3,42 g; 6,84 g; 10,26 g; 13,68 g masing-masing 0,58 g; 1,17 g;

- Diaduk sampai gula larut semua 1,75 g; 2,35 g

- Dipanaskan hingga mendidih - Diaduk sampai gula larut semua

- Dicatat suhunya - Dipanaskan hingga mendidih

- Dicatat suhunya

VIII. Data Pengamatan :

Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Hipotesis Kesimpulan

1. Kenaikan titik didih larutan Suhu Awal aquades: NaCl (s) + H2O (l) NaCl Berdasarkan

Suhu

Suhu

Suhu

Suhu

Page 14: Laporan Resmi koligatif

elektrolit dan non elektrolit

Tabung 1

-dimasukkan kedalam gelas

kimia

-ditambahkan 3,42 gram gula

-dipanaskan hingga mendidih

-dicatat suhunya

Tabung 2

-dimasukkan ke dalam gelas

kimia

-ditambahkan 0,58 gram

garam dapur

-dipanaskan hingga mendidih

-dicatat suhunya

Tabung 3

-dimasukkan kedalam gelas

kimia

-dipanaskan hingga mendidih

-dicatat suhunya

1. Tabung 1 : 30° C

2. Tabung 2 : 30° C

3. Tabung 3 : 30° C

Suhu Akir Pemanasan:

1. Tabung 1 : 95° C (aquades)

2. Tabung 2 : 97° C (Gula)

3. Tabung 3 : 98° C (Garam)

(aq)

C12H22O11 (s) + H2O (l)

C12H22O11 (aq)

percobaan yang kami

lakukan, urutan titik

didih dari yang paling

rendah ke titik didih

yang paling tinggi

adalah pelarut murni

(aquades), larutan non

elektrolit (gula), dan

yang paling tinggi

adalah larutan

elektrolit (garam).

2. Kenaikan suhu larutan

elektrolit dan non elektrlit

Percoban 1

Suhu Awal pemanasan

aquades:

NaCl (s) + H2O (l) NaCl

(aq)

Berdasarkan

percobaan yang kami

lakukan, dapat

disimpulkan bahwa

50 ml Aquades

suhu

50 ml Aquades

suhu

50 ml aquades

suhu

Aquades

Page 15: Laporan Resmi koligatif

-dimasukkan ke dalam gelas

kimia 1a,2a,3a,4a masing-

masing 50 ml aquades

-dipanaskan hingga

mendidih

-dicatat suhunya

-ditambahkan gula ke dalam

gelas kimia 1a,2a,3a,4a

masing-masing 3,42 gr,6,84

gr,10,26 gr,13,68 gr

-diaduk sampai gula larut

semua

-dipanaskan hingga

mendidih

-dicatat suhunya

-dimasukkan ke dalam gelas

kimia 1b,2b,3b,4b masing-

masing 50 ml

1. Tabung 1a : 95° C

2. Tabung 2a : 95° C

3. Tabung 3a : 95° C

4. Tabung 4a : 95° C

Suhu Akir Setelah

Penambahan Gula:

1. Tabung 1b: 97° C (3,42 gr)

2. Tabung 2b: 98° C (6,84 gr)

3. Tabung 3b: 98° C(10,26 gr)

4. Tabung 4b: 99° C(13,68 gr)

Percoban 2

Suhu Awal pemanasan

aquades:

1. Tabung 1 : 95° C

C12H22O11 (s) + H2O (l)

C12H22O11 (aq)

massa zat terlarut

mempengaruhi titik

didih larutan.

Semakin besar massa

zat terlarut, semakin

besar pula titik

didihnya.

suhu

suhu

Aquades

suhu

Page 16: Laporan Resmi koligatif

IX. Analasis Data

Pada percobaan pertama, tabung 1, 2, dan 3 yang masing-masing berisi 50 ml aquades,

memiliki suhu awal yang sama yaitu 30° C. Setelah penambahan zat terlarut dan dipanaskan,

titik didih larutan berubah. Pada tabung 1 yang hanya berisi aquades, setelah dipanaskan titik

didihnya berubah menjadi 95oC. Pada tabung 2 yang berisi aquades, setelah penambahan zat

terlarut (gula) sebesar 3,42 gram dan dipanaskan, titik didihnya berubah menjadi 97oC. Pada

tabung 3 yang berisi aquades, setelah penambahan zat terlarut (garam) sebesar 0,58 gram dan

dipanaskan, titik didihnya berubah menjadi 98oC.

Pada percobaan kedua, tabung 1a, 2a, 3a, 4a, 1b, 2b, 3b, dan 4b yang masing-masing

berisi 50 ml aquades, setelah dilakukan pemanasan titik didihnya sebesar 95oC. Setelah

penambahan zat terlarut dan dipanaskan kembali, titik didih larutan berubah. Pada tabung 1a, 2a,

3a dan 4a ditambahkan zat terlarut (gula) yang masing-masing sebesar 3,42 gram, 6,84 gram,

10,26 gram dan 13,68 gram. Setelah penambahan zat terlarut tersebut, masing-masing tabung

dipanaskan kembali, dan didapatkan titik didih larutan masing-masing sebesar 97oC, 98oC, 98oC,

dan 99oC. Pada tabung 1b, 2b, 3b, dan 4b ditambahkan zat terlarut (garam) yang masing-masing

sebesar 0,58 gram, 1,17 gram, 1,75 gram dan 2,35 gram. Setelah penambahan zat terlarut

tersebut, masing-masing tabung dipanaskan kembali, dan didapatkan titik didih larutan masing-

masing sebesar 98oC, 99oC, 100oC, dan 102oC.

suhu

Page 17: Laporan Resmi koligatif

X. Pembahasan

Percobaan 1

Berdasarkan teori, titik didih larutan elektrolit lebih besar dari pada titik didih

larutan non-elektrolit dan titik didih pelarut murni. Hal ini disebabkan karena larutan

elektrolit memiliki partikel (penghalang untuk melepaskan uap) yang lebih besar

dibandingkan dengan larutan non-elektrolit sehingga larutan elektrolit memerlukan

suhu yang besar untuk melepaskan uap-uapnya. Misalnya saja pada larutan gula (non-

elektrolit) dan larutan garam (elektrolit). Jika gula pasir (nonelektrolit) dilarutkan ke

dalam air, gula pasir akan terhidrasi ke dalam bentuk molekul-molekulnya. Akibatnya,

jika satu mol gula pasir dilarutkan dalam air, akan dihasilkan satu mol molekul gula

pasir di dalam larutan itu seperti reksi berikut :

C12H22O11(s) ⎯⎯→ C12H22O11(aq)

Satu molal gula pasir dapat meningkatkan titik didih hingga 1,86°C.

Sedangkan jika garam dapur (elektrolit) dilarutkan dalam air, garam tersebut

akan terionisasi membentuk ion Na+ dan Cl– atau terbentuk dua mol ion seperti reksi

berikut :.

NaCl(s) ⎯⎯→ Na+(aq) + Cl–(aq)

Satu molal larutan garam dapur dapat meningkatkan titik didih menjadi dua kali lipat

titik didih non-elektrolit atau setara dengan 3,72°C.

Sedangkan pada pelarut murni (aquades) yang dipanaskan, memiliki titik didih

paling rendah karena dalam pelarut murni tersebut tidak terdapat zat terlarut sehingga

tidak ada penghalang bagi pelarut murni untuk melepaskan uap nya. Hal ini

mengakibatkan pelarut murni tidak memerlukan titik didih yang tinggi untuk

melepaskan uap-uapnya.

Selain hal tersebut, alasan mengapa larutan elektrolit memiliki titik didih yang

paling besar adalah karena larutan elektrolit memiliki faktor Van’t Hoff yaitu

parameter untuk mengukur seberapa besar zat terlarut berpengaruh terhadap sifat

koligatif (yang dalam hal ini adalah kenaikan titik didih larutan). Faktor Van’t Hoff

dihitung dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang ada di dalam larutan

Page 18: Laporan Resmi koligatif

dibanding dengan konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya. Dalam

faktor Van’t Hoff ini, derajat ionisasi sangat berpengaruh untuk menentukan besarnya

faktor Van’t Hoff. Derajat ionisasi adalah kemampuan suatu larutan untuk mengion.

Larutan elektrolit mampu terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit

dan pelarut murni, tidak terurai menjadi ion-ion. Hal inilah yang menyebabkan titik

didih larutan elektrolit paling besar dibandingkan dengan titik didih larutan non-

elektrolit dan pelarut murni. Urutan titik didih larutan dari yang terkecil sampai yang

terbesar adalah pelarut murni, larutan non-elektrolit, dan yang paling besar adalah titik

didih larutan elektrolit. Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, besarnya titik

didih pelarut murni (aquades) adalah 95° C. Sedangkan titik didih larutan non-

elektrolit yang dalam hal ini adalah larutan gula, besarnya 97° C, dan titik didih

larutan garam (larutan elektrolit) adalah 98° C. Dapat disimpulkan bahwa urutan titik

didih dari yang paling rendah ke yang paling tinggi secara berurutan adalah titik didih

aquades (pelarut murni), larutan gula (larutan non-elektrolit), dan larutan garam

(larutan eletrolit). Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara teori dan hasil

percobaan yang kami lakukan.

Percobaan 2

Berdasarkan teori, massa zat terlarut dapat mempengaruhi besarnya titik didih

larutan. Semakin besar massa zat yang terlarut dalam suatu larutan, maka semakin

besar pula titik didih larutan tersebut. Hal ini disebabkan karena besarnya zat terlarut

dapat menimbulkan partikel-partikel sebagai penghalang larutan untuk melepaskan

uap-uapnya dalam pemanasan. Dengan semakin besarnya penghalang untuk

melepaskan uap-uap tersebut, maka diperlukan titik didih larutan yang semakin besar

pula untuk melepaskan uap-uap tadi. Dengan demikian maka semakin besar massa zat

terlarut semakin besar pula titik didihnya.

Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, 3,42 gram gula yang dilarutkan

dalam 50 ml aquades, memiliki titik didih sebesar 97° C. Dengan jumlah pelarut yang

sama, gula dengan massa 6,84 gram memiliki titik didih sebesar 98° C, 10,26 gram

memiliki titik didih sebesar 98° C, dan 13,68 gram memiliki titik didih sebesar 99° C.

Sedangkan pada garam, 0,58 gram garam yang dilarutkan dalam 50 ml aquades,

memiliki titik didih sebesar 98° C. Dengan jumlah pelarut yang sama, garam dengan

Page 19: Laporan Resmi koligatif

massa 1,17 gram memiliki titik didih sebesar 99° C, 10,26 gram memiliki titik didih

sebesar 100° C, dan 2,35 gram memiliki titik didih sebesar 102° C. berdasarkan hasil

percoban kedua jenis larutan tersebut, dapat dikatakan bahwa semakin besar massa zat

terlarut semakin besar pula titik didih larutan. Hal ini membuktikkan bahwa adanya

kesesuaian antara teori dan hasil percobaan yang kami lakukan. Namun, pada gula

dengan massa 6,84 gram dan 10,26 gram, memilik titik didih yang sama, yaitu 98° C.

hal ini tidak sesuai dengan teori dan akan kami bahas pada lembar diskusi.

XI. Diskusi

Page 20: Laporan Resmi koligatif

XII. Kesimpulan :

Berdasarkan percoban sifat koligatif ini, dapat disimpulkan bahwa:

Larutan garam merupakan larutan elektrolit yang memiliki titik didih terbesar

dibandingkan dengan larutan gula yang merupakan larutan non-elektrolit dan

pelarut murni (aquades).

Urutan titik didih dari yang paling tinggi ke titik didih yang paing rendah adalah

larutan garam (elektrolit), larutan gula (non- elektrolit), dan aquades (pelarut

murni).

Massa zat terlarut mempengaruhi titik didih larutan, semakin tinggi zat terlarut

maka kenaikan titik didihnya semakin tinggi pula.

XIII. Jawaban Pertanyaan :

1. Mengapa titik didih larutan gula lebih tinggi dibandingkan titik didih air?

Karena pada larutan gula terjadi ikatan hidrogen antara O dan H yang

mengakibatkan energi yang dibutuhkan semakin besar untuk melepaskan ikatan

tersebut, sehingga titik didihnya lebih tinggi dari titik didih air.

2. Mengapa sifat koligatif larutan elektrolit lebih besar dibandingkan larutan non

elektrolit?

Karena larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non

elektrolit tidak terurai menjadi ion-ionnya, sehingga sifat koligatif larutan

elektrolit lebih besar dibandingkan non elektrolit.

3. Titik didih manakah yang lebih tinggi jika anda memasak air di pegunungan, dengan di

dekat permukaan air laut?

Pada umumnya bahwa air mendidih pada suhu 100 derajat celcius. Pemikiran

awal kita bahwa suhu di pantai lebih panas dibanding dengan suhu di

pegunungan, sehingga kenaikan suhu air untuk mencapai titik didih lebih cepat

dibandingkan dengan jika suhu di sekitarnya lebih dingin. Pada kenyataannya

tidaklah demikian. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan udara disekitarnya juga. Kita

tahu bahwa nilai 100 derajat Celcius adalah titik didih air pada tekanan udara

normal yaitu 1 atm (atmosfer) yang setara dengan 76 cmHg. Kita tahu juga bahwa

Page 21: Laporan Resmi koligatif

tekanan udara di dataran rendah lebih tinggi dibanding tekanan udara di

pegunungan. Tekanan udara dipengaruhi oleh kerapatan udara juga. Jika tekanan

udara besar maka kerapatan udara menjadi besar pula. Jadi air akan cepat

mendidih di daerah pegunungan daripada di pantai dikarenakan titik didih di

pegunungan < 100 derajat celcius. Pembuktian sederhananya dapat kita lihat pada

panci presto. Pada suhu 100 derajat celcius air di panci presto belum mendidih.

4. Mengapa pada saat memasak sup, penambahan garam dilakukan setelah sup mendidih?

Karena garam dapat menguraikan vitamin yang terkandung dalam sup jika

diberikan sebelum mendidih. Sehingga jika itu dilakukan akan merusak

kandungan dari sup dan tidak baik untuk dikonsumsi.

5. Mengapa garam dapat membuat salju retak?

Karena garam membuat air cair dapat berada di bawah titik beku air murni.

Sehingga salju yang terkena garam akan retak karena ion-ion garam telah

menurunkan titik didih salju.

Daftar Pustaka

Tim Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut. Surabaya:

UNESA

Tim Kimia Dasar. 2010. KIMIA DASAR II. Surabaya: Unesa University Press

http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan (diakses 12 pril 2013, pukul

19.00 WIB)

http://song2dragon.blogspot.com/2011/08/sifat-koligatif-larutan-elektrolit.html

(diakses 12 pril 2013, pukul 19.15 WIB)

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-

larutan/ (diakses 12 pril 2013, pukul 19.15 WIB)

http://bojonegoroohbojonegoro.blogspot.com/2010/11/tahukah-anda-memasak-

air-di-gunung.html (diakses 12 pril 2013, pukul 19.15 WIB)

Page 22: Laporan Resmi koligatif

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Aang

%20Suhendar_060928_/SKL%20Larutan%20Elektrolit.html (diakses 12 pril

2013, pukul 19.15 WIB)

LAMPIRAN

Grafik Titik Didih Larutan Gula Berdasarkan Teori dan Hasil Percobaan

Keterangan :

Pada Larutan gula = Tabung 1 berisi 3,42 gram

Tabung 2 berisi 6,84 gram

Tabung 3 berisi 10,26 gram

Tabung 4 berisi 13,60 gram

Page 23: Laporan Resmi koligatif

Grafik Titik Didih Larutan Garam Berdasarkan Teori dan Hasil Percobaan

Keterangan :

Pada Larutan Garam = Tabung 1 berisi 0,58 gram

Tabung 2 berisi 1,17 gram

Tabung 3 berisi 1,75 gram

Tabung 4 berisi 2,35 gram

Page 24: Laporan Resmi koligatif

Percobaan 1

Pengukuran Garam Pengukuran Gula

Pengukuran titik didih akhir Pengukuran titik didih

setelah pemanasan

Page 25: Laporan Resmi koligatif

Percobaan 2

Pengukuran titik didih awal Tabung 1a, 2a, 3a, dan 4a setelah pemanasan

setelah pemanasan

Pengukuran Titik didih tabung 1b,2b,3b,4b