laporan resmi pratikum biokimia

30

Click here to load reader

Upload: rudolf24

Post on 15-Sep-2015

99 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

biokimia

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMI PRATIKUM BIOKIMIAMETABOLISME PROTEIN

BAB IPendahuluan

a. Latar belakang

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PROTEINProtein berasal dari kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama". Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.(http://id.wikipedia.org/wiki/Protein)Protein adalah makromolekul yang terdiri dari subunit yang disebut asam amino. Diketahui terdapat ratusan jenis asam amino baik yang alami maupun yang buatan, tetapi hanya dua puluh yang sering dijumpai dalam protein alami. Setiap molekul asam amino memiliki tiga bagian penting yaitu sebuah gugus fungsional amino (-NH2), sebuah gugus fungsional asam karboksilat (-COOH), dan sebuah rantai sisi khas atau gugus R.(Sherwood,1996)Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).(http://id.wikipedia.org/wiki/Protein)Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein.(Girinda, 1990)Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jns Jakob Berzelius pada tahun 1838.Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.(http://id.wikipedia.org/wiki/Protein)Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dan protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Untuk protein kompleks, bagian polipeptida dinamakan aproprotein dan keseluruhannya dinamakan haloprotein. Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan polimer alam yang tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida.(Hart, 1987)2.2. STRUKTUR PROTEIN

Para ilmuwan semula mengklasifikasikan protein berdasarkan karakteristik kasarnya . protein dipisahkan menjadi kelas-kelas berdasarkan sifat seperti kelarutan, bentuk, atau adanya gugus nonprotein.contohnya protein yang dapat diekstrasi dari sel dengan menggunakan larutan air pada kekuatan ionik dan PH faali diklasifikasikan sebagai larut. Untuk mengekstrasi protein membran integral, membran perlu dilarutkan dengan detergen. Protein globular adalah molekul padat agak bulat dan memiliki rasio aksial tidak lebih dari 3. Sebagian besar enzim adalah protein globular sebaliknya, banyak protein struktural mengadopsi konformasi yang sangat memanjang.( Harper, 2006 )Menurut Montgomery (1995) konformasi pada peptida dipengaruhi oleh struktur penstabil yaitu ikatan hidrogen, ikatan ionik dan interaksi hidrofobik.Sifat modular pada sintesis dan pelipatan protein terdapat dalam konsep ordo struktur protein : struktur primer, sekuens asam amino dalam suatu rantai polipeptida ; struktur sekunder, pelipatan segmen-segmen pendek ( 3 sampai 30 residu ) polipeptida yang berdekatan menjadi unit-unit yang teratur secara geometris ; struktur tersier, penyusunan unit struktural sekunder menjad unit fungsional yang lebih besar misalnya polipeptida matang dan domain-domain komponennya; dan struktur kuartener, jumlah dan tipe unit polipeptida pada protein oligometrik dan susunan spesialnya.( Harper, 2006 )struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Frederick Sanger merupakan ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret asam amino pada protein, dengan penggunaan beberapa enzim protease yang mengiris ikatan antara asam amino tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih pendek untuk dipisahkan lebih lanjut dengan bantuan kertas kromatografik. Urutan asam amino menentukan fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram menemukan bahwa translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan lebih lanjut memicu mutasi genetik. struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut: alpha helix (-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral beta-sheet (-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H). beta-turn, (-turn, "lekukan-beta") dan gamma-turn, (-turn, "lekukan-gamma"). struktur tersier yang merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener. contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.(http://id.wikipedia.org/wiki/Protein)

Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer.(2) analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman. (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).[6] Spektrum CD dari puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum inframerah.Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah, maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur kuartener. Pada struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak fungsional.(http://id.wikipedia.org/wiki/Protein)

Gambaran struktur protein

(http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Protein_Structure.jpg)

2.3. SIFAT PROTEIN

Secara kimiawi, protein merupakan polimer, dengan asam amino sebagai monomernya dan dihubungkan dengan ikatan peptida. Ikatan peptida adalah ikatan antara gugus karboksil satu asam amino dengan gugus amino dari asam amino di sampingnya. (Lehninger, 1995)Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat disebelah gugus karboksil (atom C-) (Sudarmadji dkk, 1989).Asam amino penyusun protein merupakan turunan dari asam karboksilat yang satu atom hidrogennya diganti dengan gugus amino (-NH2). Gugus asam karboksilat menyebabkan sifat asam dan gugus amino menyeabkan sifat basa. Sehingga asam amino bersifat amfoter (Lehninger, 1995)Protein yang diisolasi dari sel hidup ada beratus-ratus. Semuanya mengandung unsur-unsur C, H, N dan O dan hampir semua mengandung S. Beberapa protein juga mengandung P, Fe, Zn dan Cu. Bilamana protein itu dihidrolisis dengan bantuan asam maka hasilnya adalah asam amino, yang jumlahnya tergantung dari panjang rantai berat molekul dan lain-lain. Asam-asam amino mempunyai sifat-sifat fisik seperti :a. KelarutanKebanyakan asam amino larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi tidak larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti alkohol, eter dan benzena. Yang larut dalam alkohol dan eter adalah asam-asam amino seperti prolin dan hidroksiprolin (S.Riawan, Drs, 1990).b. Titik lelehTitik leleh agak tinggi (lebih 2000C untuk senyawa organik) sedangkan dari ester-esternya rendah. Ini adalah bukti bahwa asam-asam amino itu berada dalam bentuk ionik, sebab untuk mengikuti gaya ionik yang membentuk kisi kristal diperlukan energi. Kenyataan ini dapat diterangkan dengan anggapan bahwa molekul-molekul dalam kristal berada dalam bentuk ion dipolar (Zwitter ion). Gugus karboksil dapat melepaskan H+ (-COOH menjadi COO- + H+ ) yang dapat diikat oleh gugus amino (-NH2 menjadi NH3+) (S. Riawan, Drs, 1990).c. Keaktifan optisSemua asam alfa amino aktif optis kecuali glisin.d. RasaAsam amino biasanya berasa manis, hambar atau pahit. Sebagai contoh glisin, alanin, valin, prolin, serin, triptofan dan histidin berasa manis. Digunakan sebagai perasa dalam makanan. (Sodium glutamat ) (West/Todd/Mason/Van Bruggen, 1970)

2.4. FUNGSI PROTEINProtein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran, pada masa kehamilan proteinlah yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga menggantikan jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. (Winarno, 1992)Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah, yaitu dengan menimbulkan tekanan osmotik koloid yang dapat menarik cairan dari jaringan ke dalam pembuluh darah. Sifat atmosfer protein dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh. (Winarno, 1992)Dalam setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat penting. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Diperkirakan separuh atau 50 % dari berat kering sel dalam jaringan seperti misalnya hati dan daging terdiri dari protein, dan dalam tenunan segar sekitar 20 %. Fungsi protein bagi tubuh adalah sebagai enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut dan lain-lain (Winarno, 1992)2.5. KLASIFIKASI PROTEINBerdasarkan bentuk fisiknya protein dibagi dua kelompok yaitu protein globular dan protein serat atau fibrous (Lehninger, 1995). Sedangkan berdasarkan sifat kelarutannya menurut Winarno (1995) protein digolongkan menjadi :a. Albumin: larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas.b. Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam garam encer dan mengendap dalam garam konsentrasi tinggi.c. Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam asam/basa encer.d. Prolamin : larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam alkohol absolut maupun air.e. Histon: larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer.f. Protamin adalah protein yang paling sederhana tetapi lebih komplek dari pepton dan peptida.Larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas.( winarno,1995)2.6. DENATURASI PROTEINBila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu protein berubah maka dikatakan protein ini mengalami denaturasi. Denaturasi diartikan sebagai suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier dan kuartener terhadap molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan kovalen.(Winarno,1995)Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul protein. Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat-sifat biologis suatu protein(Fessenden, 1989)Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut. Denaturasi dapat bersifat reversibel, jika suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang lembut seperti perubahan pH. Jika protein dikembangkan kelingkungan alamnya, hal ini untuk memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut denaturasi. Denaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali.( Fessenden, 1989 )Ada dua macam denaturasi protein, yaitu penembangan rantai peptide dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangn molekul. Terjadinya kedua jenis denaturasi ini tergantung pada keadaan molekul. Yang pertama terjadi pada rantai polipeptida, sedangkan yang kedua terjadi pada bagian-bagian molekul yang tergabung dalam ikatan sekunder. Ikatan- ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi ini adalah :a. Ikatan hidrogenb. Ikatan hidrofobik misalnya pada leusin, valin, fenilalanin, triptofan yang saling berlekatan membentuk suatu miselle dan tidak larut dalam air.c. Ikatan ionic antara gugus bermuatan positif dan gugus bermuatan negatived. Ikatan intramolekuler seperti yang terdapat pada gugus disulfide dalam sistin.

Denaturasi daapt diartikan perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier dan kuartener terhadapa molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-iaktan kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula dikatakan sebagai suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen interaksi hidrofobik, ikatan garam,dan terbentuknya lipatan atau wiru molekul.(Winarno,2002)Pemekaran atau pengembangan molekulprotein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus reaktif yang sama atau berdekatan. Bila unit ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu koloid, maka protein akan mengalami koagulasi. Apabila ikatan-ikatan antara gugus-gugus reaktif protein tersebut menahan sluruh cairan, akan terbentuklah gel. Sedangkan bila cairan terpisahdari protein yang etrkoagulasi itu, maka protein akan mengendap.(Winarno,2002)denaturasi dapat mengubah sifat protein menjadi sukar larut dan semakin kental. Penggumpalan ini dapat disebabkan oleh Pemanasan,Pemberian asam, Penambahan enzim, Perlakuan mekanis, dan Logam berat.(Suhardi ,1991)Protein yang menggumpal atau mengendap merupakan salah satu ciri fisik dari terdenaturasinya suatu protein. Terjadinya denaturasi pada protein ini dapat disebabkan oleh faktor faktor di bawah ini :1. Pengaruh pemanasan

Pemberian panas pada pengolahan protein harus memperhatikan pemanasan yang menyebabkan protein terdenaturasi. Protein yang dipanaskan di atas 800C umumnya akan mengalami denaturasi. 2. Pengaruh asam

Adanya ion H+ menyebabkan sebagian jembatan atau ikatan peptida putus. Ion H+ akan bereaksi dengan gugus COO membentuk COOH sedangkan sisanya (asam) akan berikatan dengan gugus amino membentuk ikatan, sehingga apabila larutan peptida dalam keadaan isoelektris diberi asam akan menyebabkan bertambahnya gugus bermuatan yang membentuk afinitas terhadap air dan kelarutan air meningkat meskipun meskipun tidak selamanya begitu.

3. Pengaruh basa

Penambahan basa misalnya KOH atau NaOH dapat menyebabkan denaturasi. Hal ini karena terjadi pemecahan ikatan peptida baik sebagian atau keseluruhan. Ion OH akan bereaksi dengan gugus amino.

4. Pengaruh garam

Kation dan anion akan memecah ikatan peptida. Pemberian NaCl dalam jumlah kecil akan meningkatkan kelarutan protein dan sebaliknya akan mengendapkan protein jika penambahan berlebihan.

5. Pengaruh pengadukan

Pada pengadukan yang keras akan menyebabkan denaturasi dan terbentuknya buih.

(David, S. Page)

2.7. METODE PEMBUKTIAN PROTEIN * Tes UV-Absorbsi * Reaksi Xanthoprotein * Reaksi Millon * Reaksi Ninhydrin * Reaksi Biuret * Reaksi Bradford * Tes Protein berdasar Lowry * Tes BCA-(http://id.wikipedia.org/wiki/Protein)

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT Gelas ukur ( 10,25 mL ) Gelas pengaduk Gelas piala ( 250,500 mL ) Tabung reaksi 1 set Sendok sungu Pipet tetes Pipet ukur ( 5,10 mL ) Lampu spritus2. BAHAN NaOH 10 M CuSO4 0,01 N HNO3 pekat Pb(CH3COO)2 Naftol Asam cuka 1 N CH3COOH glasial ZnSO4 encer Amonium sulfat Indikator klorfenol merah Indikator bromkresol hijau Putih telur Larutan kasein alkalis Gelatin Akuades Air es

3. CARA KERJA

Reaksi pengendapan dan reaksi warna

1. Tes biuret

Masukkan masing-masing 1 mL larutan putih telur dan gelatin ke dalam 2 tabung reaksi.

Tambahkan 1 mL NaOH 10 M kedalam kedua larutan tersebut sambil dikocok.

Kemudian tambahkan 3 tetes CuSO4 0,01 N.

Amati perubahan yang terjadi !

2. Tes xantoprotein

Masukkan masing-masing 1 mL larutan putih telur dan gelatin ke dalam 2 tabung reaksi yang bersih.

Tambahkan 1 mL HNO3 pekat lewat dinding tabung reaksi.

Panaskan kedua tabung tersebut kemudian dinginkan di bawah air leding.

Kemudian bagi masing-masing larutan tersebut dalam 2 tabung. Satu tabung diberi amonia dan tabung lain tidak diberi amonia.

Amati hasil yang didapat !

3. Tes belerang

Masukkan masing-masing 1 mL larutan putih telur dan gelatin ke dalam 2 tabung reaksi.

Tambahkan 1 mL NaOH 10 M ke dalam masing-masing tabung.kemudian dipanaskan beberapa menit tidak sampai mendidih dan terhidrolisis menjadi Na2S.

Kemudian tambahkan sedikit larutan Pb(CH3COO)2 untuk mendapatkan endapan PbS yang berwarna coklat.

Amati hasil yang didapat !

4. Pengendapan dengan logam berat

Masukkan masing-masing 2 cc putih telur dan gelatin ke dalam tabung reaksi.

Kemudian ke masing-masing tabung ditambahkan setetes larutan ZnSO4 encer untuk mendapatkan endapan putih.

Endapan yang didapat dari masing-masing tabung dibagi dalam 2 tabung dimana di dalam salah satu tabung ditambahkan ZnSO4 berlebihan.

Amati hasil yang didapat pada masing-masing tabung.

5. Pengendapan oleh asam

a. Masukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 2 cc putih telur dan gelatin

Tambahkan 2 cc larutan HNO3 pekat melalui dinding tabung dengan memiringkan tabung.

Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung !

b. Masukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 2 cc putih telur dan gelatin.

Tambahkan 2 tetes 1 N asam cuka pada masing-masing tabung.

Panaskan tabung tersebut dalam penangas air mendidih selama 5 menit.

Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung !

Sifat berbagai macam proteinA. Albulin dan globulin

1. Pengendapan

Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 cc putih telur encer dan 1 tetes amonium sulfat.

Amati perubahan yang terjadi !

2. Penggumpalan ( koagulasi )

Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 cc putih telur dan 1 tetes indikator klorofenol merah.

Tambahkan 1 M HCl ke dalam larutan yang telah berubah warna menjadi warna merah muda tersebut hingga warna merah muda hilang.

Panaskan dan akan terbentuk gumpalan.

Dinginkan dan buktikan bahwa gumpalan tersebut tidak larut dalam asam encer atau alkali.

B. Kasein

Pengendapan

Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 cc larutan kasein alkalis dan setetes indikator bromkesol hijau. Larutan akan berubah menjadi berwarna biru.

Kemudian tambahkan tetes demi tetes asam cuka glasial 1 M sampai warna larutan menjadi agak hijau !

Amati perubahan yang terjadi !

C. Gelatin

1. Pembengkakan dan kelarutan

Masukkan ke dalam tabung reaksi sedikit gelatin dan 5 mL akuades kemudian biarkan 10 menit.

Amati apakah terjadi pembengkakan kemudian panaskan tabung tersebut sambil mengaduknya.

Amati apakah larutan tersebut larut. Larutan gelatin yang terbentuk digunakan untuk percobaan selanjutnya.

2. Penjendalan

Pindahkan sebagian larutan gelatin kira-kira 2 cc yang telah dipanaskan ke dalam tabung reaksi.

Dinginkan dengan menggunakan air es !

Amati perubahan yang terjadi !

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Praktikum kali ini kami melakukan tes reaksi warna dan reaksi pengendapan pada protein. Tes reaksi warna pada protein terdiri tes biuret, tes xantoprotein dan tes belerang sedangkan tes reaksi pengendapan berupa pengendapan dengan logam berat dan pengendapan oleh asam.kami juga melakukan tes untuk meguji sifat berbagai macam protein diantaranya tes pengendapan dan penggumpalan pada albumin dan globulin, tes pengendapan pada kasein dan tes pembengkakan,kelarutan dan penjendalan pada gelatin.Tes Pertama yang dilakukan adalah tes biuret. Tes ini akan positif apabila warna larutan hasil reaksi berwarna ungu yang artinya mengandung gugus amida. Pada tes ini, praktikan mengambil masing-masing 1 mL putih telur dan gelatin yang dimasukkan pada 2 tabung reaksi kemudian ke dalam kedua tabung tersebut ditambahkan 1 mL NaOH 10 M. Lalu praktikan menambahkan 3 tetes CuSO4 0,01 N. Setelah diamati ternyata terjadi perubahan warna ungu muda pada kuning telur dan warna biru pada gelatin. Perubahan pada putih telur disebabkan karena Pada Uji Biuret, Ion Cu2+ (yang dihasilkan dari CU2SO4) dari pereaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Hal ini berarti tes biuret ini positif untuk putih telur yang mengandung albumin sehingga dalam putih telur terkandung polipeptida sedangkan pada gelatin berwarna biru disebabkan karena tidak terjadi ikatan peptida.Tes Kedua yang dilakukan adalah tes xantoprotein. Tes ini akan positif apabila senyawa mengandung tirosin dan triptofan yang berwarna kuning atau endapan kuning. Praktikan mengambil masing-masing 1 mL putih telur dan gelatin yang dimasukkan ke dalam 2 tabung, lalu praktikan menambah HNO3 1 mL ke dalam masing-masing tabung lalu dipanaskan, maka muncul endapan putih yang lama kelamaan menjadi warna kuning pada tabung putih telur. Lalu didinginkan, menambahkannya dengan amonia maka warna berubah menjadi lebih cerah dari sebelumnya. Ini artinya tes positif, putih telur mengandung tirosin maupun triptofan. hasil positif karena pada zat uji albumin terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan kuning.sedangkan Pada gelatin saat ditambah HNO3 tidak tejadi endapan, saat dipanaskan tetap bening dan ditambah ammonia tetap bening(tidak terjadi perubahan warna). Ini artinya tes xantoprotein negative, gelatin tidak mengandung tirosin maupun triptofan karena tidak berubah menjadi kuning.Tes Ketiga adalah tes belerang. Tes ini akan positif apabila senyawa yang diuji berubah menjadi warna coklat yang artinya mengandung belerang (S). Praktikan memasukkan masing-masing putih telur dan gelatin sebanyak 2 cc ke dalam 2 tabung. setelah menambahkan NaOH 10M kedua larutan tetap berwarna bening. Lalu setelah dipanaskan larutan dan ditambahkan Pb(CH3COO)2 maka larutan putih telur berubah menjadi warna kuning kecoklatan. Maka tes belerang positif terhadap putih telur. Sedangkan pada gelatin setelah ditambahkan NaOH 10 M tetap berwarna bening. Lalu praktikan memanaskan dan menambahkan Pb(CH3COO)2 dan hasilnya larutan tetap berwarna bening. Maka tes belerang negative terhadap gelatin.Tes Keempat adalah pengendapan dengan logam berat. Praktikan mengambil masing-masing 2cc putih telur dan gelatin kemudian dimasukkan ke dalam 2 tabung.setelah ditambahkan setetes ZnSO4 encer maka timbul endapan putih pada tabung putih telur. Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Senyawa-senyawa logam akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat.endapan tersebut dibagi kedalam 2 tabung, pada tabung 1 endapan putih ditambah ZnSO4 berlebih berubah menjadi lebih bening dari sebelumnya, pada tabung 2 endapan putih didiamkan maka hasilnya tetap. Pada gelatin 2 cc, setelah ditambah ZnSO4 encer tidak terjadi endapan.Tes Kelima adalah tes pengendapan oleh asam. Pada tes ini ada 2 cara, yang pertama adalah Praktikan mengambil masing-masing putih telur 2 cc dan gelatin 2 cc melalui dinding tabung dengan memiringkan tabung maka terjadi lapisan putih pada putih telur. Lapisan putih ini adalah pengendapan asam, cincin berwarna kuning dan lapisan terakhir berwarna bening sedangkan pada gelatin tidak terjadi pengendapan. Cara yang kedua adalah Praktikan mengambil masing-masing putih telur dan gelatin yang dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 3 cc lalu ditambah 2 tetes CH3COOH 1 N. Setelahnya dipanaskan selama 5 menit maka timbul warna putih keruh pada putih telur. Sedangkan pada gelatin warnanya tetap bening seperti sebelumnya.Tes berikut yang pratikan lakukan adalah untuk menguji sifat berbagai macam protein diantaranya adalah albumin,globulin,kasein dan gelatin. Protein Yang diuji pertama adalah Albumin dan Globin. Untuk mengetahui apakah protein albumin dan globin dapat mengalami pengendapan, praktikan mengambil 1 cc putih telur sebanyak dan dimasukkan kedalam tabung lalu ditambah 3 tetes (NH4)2SO4 kemudian terjadi endapan putih pada larutan tersebut. Ini membuktikan bahwa protein albumin dan globin memiliki sifat dapat mengalami pengendapan. Berikutnya untuk mengetahui apakah protein albumin dan globin dapat mengalami penggumpalan, praktikan mengambil serum encer sebanyak 2 cc lalu dtetesi dengan indicator klorofenol merah sebanyak 1 tetes maka berubah menjadi ungu, lalu praktikan menambahkannya dengan setetes HCl 1 N maka larutan itu yang sebelumnya ungu berubah menjadi kuning jernih lalu larutan tersebut dipanaskan hingga terjadi gumpalan dan berwarna kuning keruh. Ini membuktikan protein albumin dan globin memiliki sifat dapat mengalami koagulasiTes yang dilakukan berikutnya adalah tes pengendapan pada kasein. Untuk mengetahui apakah kasein dapat mengalami pengendapan, praktikan mengambil 2 cc kasein dimasukkan ke dalam tabung kemudian ditambah dengan indikator bromkresol hijau. Larutan kasein berubah menjadi warna biru cerah. Lalu praktikan menambahkan dengan setetes asam cuka glasial membuat larutan berubah warna menjadi hijau dan terjadi endapan putih. Hal ini membuktikan kasein dapat mengalami pengendapan.Tes yang dilakukan berikutnya adalah pengujian pembengkakan,kelarutan dan koagulasi pada gelatin. Mula-mula praktikan mengambil gelatin dan memasukkannya ke dalam tabung kemudian ditambahkan akuades, setelah menunggu selama 10 menit Maka terjadi pembengkakakan. Kemudian gelatin tersebut dipanaskan maka gelatin tersebut larut dalam akuades. Dari larutan gelatin yang telah larut dalam akuades, pratikan memindahkan larutan tersebut ke dalam tabung reaksi kira-kira 2 cc dan didinginkan ke dalam air es. Hasil yang didapat adalah larutan tersebut berubah menjadi gel.Peran metabolisme protein dalam bidang kedokteranProtein adalah makromolekul yang secara fisik dan fungsional kompleks yang melakukan beragam peran penting. Suatu jaringan protein internal, sitoskeleton, mempertahankan bentuk dan intregitas fisik sel. Filamen aktin dan miosin membentuk perangkat kontraksi otot. Hemoglobin mengangkut oksigen, sementara antibodi dalam darah mencari benda asing yang masuk. Enzim mengatalis reaksi yang menghasilkan energi, membentuk dan menguraikan biomolekul, mereplikasi dan menerjemahkan gen, mengolah mRNA dan sebagainya. Reseptor memungkinkan sel mengindera dan berespons terhadap rangsang hormon dan lingkungan. Protein mengalami perubahan fisik dan fungsional yang mencerminkan siklus hidup organisme tempat protein itu berada. Tujuan utama ilmu kedokteran molekular adalah mengidentifikasi protein dan proses-proses dalam siklus hidupnya yang keberadaan, ketiadaan atau defisiensinya berkaitan dengan keadaan fisiologis atau penyakit tertentu. Sekuens primer suatu protein merupakan suatu sidik jari molekular untuk mengidentifikasi dan mengetahui informasi protein yang bersangkutan yang kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkloning gen-gen yang menyandinya.

BAB VKESIMPULAN

Pada tes biuret dengan mencampurkan putih telur dengan larutan 1 mL NaOH 10 M kemudian ditambah dengan CuSO4 0,01 N, didapatkan larutan yang berubah warna menjadi ungu. Hal ini membuktikan Putih telur mengandung protein.sedangkan pada saat hal yang sama dilakukan pada gelatin menyebabkan gelatin berubah menjadi warna biru. Di dalam tidak terdapat ikatan peptida.

Pada tes xantoprotein dengan mencampurkan 1 mL HNO3 pekat pada putih telur kemudian ditambahkan dengan amonia menyebabkan timbulnya endapan pada larutan dan perubahan warna larutan menjadi kuning cerah.sedangkan pada saat percobaan yang sam dilakukan pada gelatin menyebabkan gelatin tidak berubah.

Pada tes belerang dengan mencampurkan 1 mL NaOH 10 M dengan putih telur menyebabkan larutan berwarna putih kemudian setelah ditambahkan Pb(CH3COO)2 menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning kecoklatan dan terbentuk gumpalan.sedangakan pada gelatin tetap bening.

Pada tes pengendapan dengan logam berat setelah putih telur dicampur dengan ZnSO4 encer menyebabkan endapan putih setelah salah satu tabung ditambah ZnSO4 berlebihan menyebabkan warna dan kekeruhan tidak berubah.sedangkan pada gelatin tidak terjadi endapan.

pada tes pengendapan dengan asam dengan menggunakan putih telur dicampur dengan HNO3 pekat terjadi pengendapan dengan endapan berwarna putih dengan cincin berwarna kuning sedangkan pada gelatin tidak terjadi perubahan.

Pada tes pengendapan dengan asam dengan menggunakan putih telur dan asam cuka 1 N kemudian dipanaskan larutan tidak berubah warna sedangkan pada gelatin tidak terjadi perubahan. Pada tes pengendapan pada albumin dan globulin pada pencampuran putih telur dan amonium sulfat menyebabkan terjadinya endapan berwarna putih.

Pada tes penggumpalan pada albumin dan globulin dengan mencampurkan putih telur dan klorfenolred menyebabkan larutan berubah menjadi ungu setelah ditambah HCl 1 berubah menjadi kuning. Setelah dipanaskan warna kuning menjadi keruh dan menggumpal.

Pada tes pengendapan pada kasein pada penambahan bromkresolgreen pada kasein menyebabkan perubahan warna larutan mejadi biru kemudian setelah ditambahkan dengan asam cuka glasial berubah warna menjadi hijau dan timbul endapan putih.

Pada tes pembengkakan dan kelarutan. Gelatin dicampurkan dengan 5 mL akuades dan didiamkan selama 10 menit menyebabkan terjadinya pembengkakan dan setelah dipanaskan gelatin tersebut larut dalam akuades.

Pada tes penjendalan larutan gelatin pada percobaan sebelumnya didinginkan maka kemudian larutan tersebut berubah menjadi jel.

DAFTAR PUSTAKA

Murray,robert.K.,Granner,Daryl. K.,& Rodwell,Victor.W.(2006).biokimia harper,edisi 27.Jakarta:EGC.Winarno, F.G.(1997). kimia pangan dan gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Lehninger, A.L.(1996). principles of biochemistry.Maryland: Worth Publisher Inc.Hart,H,.(1987).KIMIA ORGANIK. Jakarta :Erlangga.Girinda, A.(1990). BIOCHEMISTRY.New York:Printia Hall.Fessenden, R.J and Fessenden, J.S.(1989). KIMIA ORGANIK jilid 2 .Jakarta:Erlangga.Sudarmadji, dkk.(1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:Liberty dan PAU Pangan dan Gizi UGM.Montgmomery, Rex.(1995). Biokimia Jilid I.London:CV Mosby.Winarno, F.G.(1995).Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta:P.T. Gramedia Pustaka Utama.Winarno, F.G.(1995). Enzim Pangan. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.Winarno, F.G., 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:P.T. Gramedia Pustaka Utama.Webb, B.H., and A.H. Johnson.(1985). Fundamental of Dairy Chemistry. Westport, Connecticut:The Avi Publishing Company.Sherwood,L.(1996).Fisiologi manusia dari sel ke sistem.Jakarta:EGChttp://id.wikipedia.org/wiki/Protein

LAMPIRAN

1